UK : KELUARGA2 EX MUSLIM DITEROR MUSLIM
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=2019
Ini artikel yg sudah dimuat dalam Old Forum, tetapi teman kita, CURIOUS, berbaik hati menerjemahkannya. Lumayan deh, buat mengingatkan kita kembali akan sebuah kasus high-profile di Inggris dan yg masih juga menimpa banyak murtad dari Islam disana.
http://www.timesonline.co.uk/article/0, ... _1,00.html
The Times
February 05, 2005
Muslim murtad dibuang keluarga – diancam agama dan keluarga
OLEH ANTHONY BROWNE
Sementara orang Kristen yang pindah masuk Islam digembar-gemborkan dan dirayakan,
200.000 Muslim yang murtad terancam penghinaan, kekejaman dan bahkan pembunuhan.
Batu bata yang pertama dilemparkan melalui jendela rumahnya pada pk 1 pagi, membangunkan dan membuat takut
Nissar Hussein, istrinya dan kelima anaknya . Batu bata kedua menghantam jendela mobilnya.
Kejadian macam ini mengagetkan tapi tidak lagi mengherankan. Minggu sebelumnya, jendela rumah mereka di Bradford sudah dilempari satu batu bata saat keluarga itu bersiap-siap tidur. Mobilnya pak Hussein itu juga dihancurkan dan tangga rumahnya dikotori dengan sampah. INi sudah berlangsung selama 3 thn terakhir.
Ia dan keluarganya terbiasa didorong, dihina, diserang, diteraki agar pindah dari daerah itu, dan bahkan diancam mati di jalanan. Istrinya ditawan di rumah selama dua jam oleh segerombolan Muslim. Mobilnya, dinding dan jendela ditulisi
“Kristen haram jadah”.
Persoalan ini bukan tentang agama mana yg dianut pria keturunan Pakistan ini; tetapi lebih mengenai apa yang TIDAK ia percaya. Lahir sebagai Muslim, dia pindah agama delapan tahun yang lalu ke agama Kristiani. Istrinya yang juga berasal dari Pakistan mengikutinya.
Sementara mereka yang pindah ke Islam, seperti Cat Stevens, Jemima Khan, and the anak-anak Frank Dobson, bekas Sekretaris Kesehatan, dan Lord Birt, bekas Direktur Umum BBC , bisa merayakan agama baru mereka, mereka yang pindah dari Islam menghadapi hukuman.
Hussein, pekerja RS di Bardford yang berusia 39 tahun ini,
adalah salah satu di antara makin banyaknya bekas Muslim di UK yang tidak saja dijauhi keluarga dan masyarakat, tetapi juga diserang, diculik dan dalam beberapa kasus dibunuh. Bahkan ada pula jaringan bawah tanah yang membantu dan melindungi orang-orang yang meninggalkan Islam. Diperkirakan, sebanyak 15 persen dari Muslim di negara Barat telah murtad. Ini berarti di UK ada sekitar 200,000 orang murtad.
Bagi polisi, badan-badan keagamaan dan politisi, ini adalah issue yang sangat sensitif sehingga mereka bahkan dituduh tidak mau membantu oleh para korban. Ini adalah problem yang, dengan krisis identitas Muslim sejak 11 September 2001, kelihatan semakin bertambah buruk.
Sesuai ajaran tradisional Islam, di banyak negara Islam termasuk Saudi Arabia, Pakistan, Mesir dan Yemen, Muslim yg murtad akan menghadapi hukuman mati atau penjara. Di Belanda, wanita asal Somalia yg sekarang anggota parlemen,
Ayaan Hirsi Ali, bahkan harus menyembunyikan diri setelah mengumumkan permurtadannya di televisi.
Pangeran Charles baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin agama untuk mencari cara menghentikan penganiayaan terhadap bekas-bekas Muslim di negara-negara lain, tetapi ia lupa bahwa murtda di UK sendiri juga terancam.
Hussein mengatakan kepada The Times: “Sangat menjijikkan. Ini Inggris, tempat saya lahir dan dibesarkan. Anda tidak akan pernah membayangkan umat Kristen akan menderita seperti ini.”
Polisi belum menuntut siapa-siapa, tapi menyuruhnya meninggalkan daerah itu. “Kami merasa terkucilkan, benar-benar tidak ada harapan. Saya telah dikecewakan pihak yang berwenang. Jika orang putih rasis menyerang orang Asia, pasti sudah ada huru hara” katanya. “Mereka mencoba mengadakan pembersihan etnis terhdp saya dgn mengusir saya dari rumah saya sendiri. Saya merasa harus megnambil sikap sbg orang Asia Kristen.”
Yasmin, yang dibesarkan di North of England, telah dipaksa pindah keluar kota, dan sekarang mencoba bertahan. Walaupun dibesarkan di dalam keluarga Muslim, dia ganti agama setelah merasa melihat Yesus ketika melahirkan putra bungsunya, dan kemudian dibaptis saat berumur 30-an. “Keluarga saya tidak mau mengakui saya lagi. Menurut mereka saya telah melakukan dosa terberat — saya dilahirkan sebagai seorang Muslim, jadi harus mati sebagai Muslim. Suami saya tidak mau mengakui anak-anak kami lagi setelah dia tahu. Seorang teman saya mencoba mencekik saya ketika dia tahu saya telah ganti agama,” katanya.
“Jendela kami dilempari batu bata, saya diludahi di jalan karena menurut mereka saya telah menghina Islam. Kami harus memanggil polisi berkali-kalil. Saya harus ke pengadilan meminta injunction terhadap suami saya karena dia menghasut orang lain untuk menyerang saya.”
Dia melarikan diri ke daerah lain di UK, tetapi diserang lagi ketika penduduk setempat tahu keadaanya. “Saya tidak mau pindah lagi,” katanya, dan menambahkan bahwa standard ganda yang dipakai orang-orang yang menyerangnya yang paling membuatnya marah. “Mereka sangat munafik – mereka mau kita toleran terhadap apa yang mereka mau, tetapi mereka tidak toleran terhadap kita.”
Dengan orang-orang murtad lainnya, Yasmin menolong membangun jaringan support group di seluruh England, yang menggunakan sistem operasi seperti yang dilakukan untuk orang-orang yang melawan di negara diktator, bukan di negara demokrasi. Bukan saja mereka harus bertemu secara tersembunyi, mereka tidak dapat mengiklankan pelayanan mereka, dan harus memeriksa orang-orang yang mendekati mereka untuk menghindari mata-mata.
“Sudah sangat banyak yang pindah dari Islam ke Kristen. Ada 70 orang di daftar orang-orang yang kami bantu, dan daftar ini bertambah panjang. Kami tidak mau orang lain menderita seperti kami,” katanya.
Walaupun beberapa telah dipukul sampai bengkak biru karena iman mereka, ada yang lebih menderita lagi. Keluarga gadis berusia 18 tahun yang Yasmin bantu menangkapnya menyembunyikan Bible di kamarnya dan pergi ke gereja secara sembunyi-sembunyi. “Saya coba sebisa mungkin menolong dia, tetapi mereka membawanya ke Pakistan ‘untuk berlibur’. Tiga minggu berikutnya, dia mati tenggelam – mereka bilang dia pergi berenang tengah malam dan keselipan di sungai, tapi itu tidak mungkin,” kata Yasmin.
Ruth, yang juga berasal dari Pakistan, baru tahu belakangan ini bahwa dia nyaris terbunuh. Ketika dia memberitahu keluarganya bahwa dia telah pindah agama, mereka mengurungnya di rumah selama musim panas.
“Mereka takut saya akan bertemu orang Kristen. Abang saya sangat aggressive dan bahkan memukul saya – belakangan baru saya tahu dia mau membunuh saya,” katanya. Seorang teman keluarga mengusulkan agar dia dibawa ke Pakistan untuk dibunuh, dan abangnya mengajukan ide itu kepada ibunya, tetapi ditolak si ibu. “Sangat terkucil dan kesepian. Tapi sekarang abang saya berpikir untuk pindah juga dan sepupu saya telah masuk Kristen.”
Noor, dari Midlands, dibesarkan sebagai Muslim tetapi pindah ke Kristen pada usia 21. “Yang paling susah adalah memberitahu ayah saya. Saya pikir dia akan membunuh saya di tempat, tetapi dia Cuma menjadi shock,” katanya. Ayahnya akhirnya hampir menculik dia.
“Dia bertindak drastis – memindahkan seluruh keluarga ke Pakistan, di desa terpencil yang tidak punya jalan. Dia membiarkan kami di sana bertahun-tahun, menekan saya untuk meninggalkan agama Kristen. Saya bertahan menderita secara mental dan emosional yang tidak pernah dirasakan kebanyakan manusia,” katanya. Akhirnya ayahnya menyadari bahwa imannya tidak dapat digoncangkan, dan membebaskannya dengan syarat ketat. “Karena terdesak, ayah saya mengancam akan mencabut nyawa saya. Jika seseorang pindah agama, demi kehormatan keluarga dia harus dibawa kembali ke Islam, jika tidak dia harus dibunuh.”
Kadang-kadang Imam di UK menyerukan hukuman mati bagi orang murtad jika mereka mengkritik bekas agama mereka itu. Anwar Sheikh, bekas uztad dari Pakistan, menjadi atheist setelah tiba di UK, dan sekarang hidup dengan alarm spesial di rumahnya di Cardiff setelah mengkritik Islam di beberapa buku.
“Saya telah mendapat 18 fatwa. Mereka menelpon saya – mereka tidak terlalu **** untuk meninggalkan bukti tertulis. Saya dapat satu telepon beberapa minggu yang lalu. Tuntutan mereka, bertobat atau mati,” katanya. “Apa yang telah saya tulis adalah apa yang saya percayai. Tidak akan saya ambil kembali. Saya akan menderita karenanya. Jika itu harganya, akan saya bayar.”
Murtad yang paling terkenal di UK adalah
Ibn Warraq, seorang cendekiawan kelahiran Pakistan dan bekas guru dari London, yang kehilangan imannya setelah kasus Salman Rushdie. Dia menyabarkan alasan-alasannya di buku “Why I am not a Muslim” (Mengapa saya bukan seorang Muslim).
Baru-baru ini dia meng-edit buku berjudul Leaving Islam (Meninggalkan Islam), tetapi masih merasa susah menjelaskan permusuhan ini. “Sangat aneh. Bahkan Muslim yang paling liberal juga akan menjadi sangat garang jika anda mengkritik Islam, atau meninggalkannya.”
Dia sendiri telah berhati-hati hanya menggunakan nama palsu, dan hidup menyamar di daratan Eropa. Menurutnya, permurtadan sangat biasa dalam Islam. “Di masyarakat barat, barangkali ada sekitar 10-15 persen. Susah diperkirakan, karena orang-orang tidak mau mengaku.”
Patrick Sookhdeo, direktur Barnabas Trust yang membantu umat Kristen yang dianiaya di seluruh dunia, berkata bahwa tugas mereka makin bertambah di UK: “Ini problem yang makin membesar. Sekarang ini, perpindahan agama dianggap berhubungan dengan upaya Bush meng-Kristenkan dunia – demokratisasi dicampur adukkan dengan penyebaran agama.
“Masalah di UK adalah semakin terpisahnya masyarakat minoritas Muslim dari masyarakat Kristen. Misi Kristen yang bekerja di dalam kota dianggap sebagai serangan,” kata Dr. Sookhdeo. “Kami hanya meminta supaya kebebasan beragama diterapkan kepada siapapun dari agama apapun.”//