iqbal2003 wrote:Itu artinya sumbernya jelas dan lengkap, orang yang disebutkan namanya adalah orang-orang yang dapa dipercaya sehingga, berakhir di rasululloh dan keluarganya serta sahabatnya
oh ya?? dari mana kamu tahu orang2 tersebut bisa dipercaya?2. Dalam metode kritik perawi hadistnya muslim, sejauh mana kalian menelusuri latar belakang hidup mereka?? sedangkan yang menelusuri pun hidup beberapa generasi setelah si perawi metong?? Menelusuri latar belakang hidup perawi pun kalian dapat info dari pihak ketiga, apakah info dr pihak ketiga ini valid?? Bahkan jikapun perawi dianggap sudah valid latar belakang kehidupannya baik, hadist Bukhari pun toh masih banyak yang diragukan??
Akhirnya muslim malah menentukan keshahihan hadist dari selera saja, kalau konten hadistnya menimbulkan kritik, muslim sibuk mencari2 analisa bahwa hadist tersebut palsu. Tapi kalau hadistnya dianggap baik, meskipun itu janggal, aneh, atau belum tentu benar, hadistnya dianggap valid dan dipake sarana promosi islam.
Sebagai contoh hadist yg bercerita tentang kebaikan si muhammad kepada gelandangan Yahudi Buta, begini ceritanya:
Di sudut pasar Madinah Al Munawarah, ada seorang Yahudi yang buta. Hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata:
“Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, maka kalian akan di pengaruhinya.”
kok ga ada yang ngebunuh atau protes nabinya dihina2? kalau cerita ini benar, based on true story dan dijadikan hukum muslim. Berarti boleh dong di dunia nyata kafir2 bikin kartun dan film tentang muhammad, dan menghina2nya, dan dilarang keras diberlakukan hukum yang membatasi kegiatan itu.
Hampir setiap pagi, Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah katapun Rasul menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.
Rasulullah SAW melakukan hal itu hingga beliau menjelang wafat. Setelah Rasulullah wafat, tak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi dan yang menyuapi orang Yahudi yang buta itu.
Suatu hari Abu Bakar ra berkunjung ke rumah anaknya (Aisyah). Beliau bertanya kepada Aisyah: “Anakku, adakah sunnah Rasul yang belum aku kerjakan?” . Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya: “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah saja. Hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja“, ucap Aisyah.
“Apakah itu?” Tanya Abu Bakar. “Setiap pagi, Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana“, jawab Aisyah.
Apakah Aisyah nguntit muhammad terus setiap paginya? bukankah sebagai istri yg baik Aisyah mesti ngendog di rumah tatkala muhamad suami tercinta sedang pergi? atau dia dapat cerita itu juga katanya... katanya.. katanya..
Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, tiba-tiba pengemis itu marah sambil berteriak: “Siapa kamu…!!!” Abu Bakar menjawab: “Aku orang yang biasa“. “Bukan…!!! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.” sahut pengemis buta itu.
Lalu pengemis itu melanjutkan bicaranya: “Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu, baru setelah itu ia berikan makanan itu kepadaku.”
Abu Bakar yang mendengar jawaban orang buta itu kemudian menangis sambil berkata: “Aku memang bukan yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rasulullah SAW.”
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, pengemis itu pun menangis dan kemudian berkata “Benarkah demikian?”, tanya pengemis, kepalanya tertunduk dan air matanya mulai menetes.
“Selama ini aku selalu menghinanya dan memfitnahnya”, lanjutnya. Tetapi ia tidak pernah marah kepadaku, sedikitpun!”, ucap sang pengemis Yahudi sambil menangis terisak.
“Ia selalu mendatangiku, sambil menyuapiku dengan cara yang sangat lemah lembut…” sambil menahan kesedihan… namun akhirnya dia pun menangis.
Lalu ditengah tangisannya, sang pengemis Yahudi itupun berteriak, “Ia begitu mulia… Ia begitu mulia…!!!” sambil mendongakkan kepalanya kearah langit biru. Kedua tangannya dibuka lebar seperti berdoa, dan kemudian kembali duduk simpuh.
Spontan, mereka berpelukan. Mereka berdua larut dalam tangisan. Tangisan kehilangan seseorang yang paling mulia sepanjang masa. Lalu sesaat mereka terdiam, kemudian pengemis Yahudi buta itu meminta kepada Abu Bakar untuk menuntunnya bersyahadat.
Pengemis itupun bersyahadat… bersyahadat dihadapan Abu Bakar. Jadilah pengemis itu seorang muslim yang berserah diri kepada Allah SWT. Subhanallah…
Ini yang cerita apakah abu bakar sendiri?? atau orang yang nongkrong di pasar atau siapa?? kalau abu bakar yang cerita, diceritakan kembali oleh perawinya siapa? kalau kejadiannya di pasar mestinya sih saksinya banyak, otomatis tanpa disuruh pun akan banyak orang yang menceritakan kembali. Ada berapa hadist yang bercerita serupa tentang hal ini? cuma 1??