Quran penuh dgn berbagai macam fallacy

Kesalahan, ketidak ajaiban, dan ketidaksesuaian dengan ilmu pengetahuan.
Post Reply
piye
Posts: 6
Joined: Fri Apr 08, 2011 3:30 pm

Quran penuh dgn berbagai macam fallacy

Post by piye »

Apakah "fallacy" itu?
Fallacy adalah kesalahan dalam menempatkan logika krn seseorang telah (dgn sengaja) melakukan kesalahan dalam pemikirannya.
Awan adalah air 90%. semangka adalah air 90%. Oleh karena itu, sejak pesawat bisa terbang melalui awan, pesawat bisa terbang melalui semangka.

Dalam logika dan retorika , kekeliruan salah penalaran dalam argumentasi akan menghasilkan sebuah kesalahpahaman. Kesalahpahaman dapat mengeksploitasi/memicu emosional (menarik emosi) di kalangan pendengar maupun lawan bicaranya, atau mengambil keuntungan dari hubungan sosial antar manusia (misalnya argumen dari seseorang yg ber-otoritas). Argumen menyesatkan sering terstruktur menggunakan pola retoris yang mengaburkan argumen logis, disebar di atas argumen yang terpisah2 sehingga membuat kesalahan lebih sulit untuk didiagnosa. :rolleyes:
Trik2nya: generalisasi/ menyapu rata, kesimpulan yg tidak relevan, mengaburkan dgn menegaskan akibat, menyangkal pendahuluan yg dibuat sendiri, mengemis pertanyaan, memberikan sebab palsu, pertanyaan2 yg keliru, pengelakan, konotasi kesalahan, argumen oleh sindiran, perkataan yg punya dua arti, deduktif kekeliruan de el el ...


Berbagai macam fallacy Quran dikupas habis disini: *** link forum sampah dihapus. ****
Lady of Rock
Posts: 32
Joined: Sat Apr 09, 2011 2:58 pm

Re: Quran penuh dgn berbagai macam fallacy

Post by Lady of Rock »

Thanx FYI ya.... :yawinkle:
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Quran penuh dgn berbagai macam fallacy

Post by duren »

Hehehe si LR seneng sama teori logika

Tak baik_kin dehh :-"

Fallacy Of Names Calling

fallacy Of Many Quetion

Tentang Logika

Candra_Mukti menerangkan Islam Syiah

Nikmati deh post si Shiah ahli logika gila ..hati hati kepala ente jamin pushinggg
Lady of Rock
Posts: 32
Joined: Sat Apr 09, 2011 2:58 pm

Re: Quran penuh dgn berbagai macam fallacy

Post by Lady of Rock »

Wkwkwkwkkk....ane di ekorin trus sm bung duren. Dilarang jatuh cinta ya, bang... (piss just kidding) :green:

Ok deh, thanx FYI ya bang duren... :yawinkle:
piye
Posts: 6
Joined: Fri Apr 08, 2011 3:30 pm

Re: Quran penuh dgn berbagai macam fallacy

Post by piye »

logika adalah cabang dari filsafat/philosophy 'philos' = cinta (to love) dan 'sophia' = pengetahuan (wisdom), artinya cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Sebuah ilmu yang mempelajari hakikat kebenaran segala sesuatu, mencari dan memikirkannya sedalam-dalamnya.

Lawan dari fallacy, karena statemen/klaim2 nya yang mengacaukan logika.

Seorang begawan philosophy ketika ditanya pendapatnya ttg Islam. Quran is 99% (ninety-nine percent) rubbish, tegas Osho Rajneesh. Membicarakannya cuma buang-buang waktu saja. Dan itu sebabnya ia tidak menulis ttg islam. (From Unconciousness to Consciousness Chapter 5 by Osho)


"The Koran is one of the most strange books, because it has not been written in a continuity—one verse today, one verse ten days after…because Mohammed was uneducated. He did not write it himself. He used to dictate whenever he found something worth dictating. So-called holy scriptures are written by self-styled prophets and messiahs—and they are called "holy"! I don't see anything holy in them.

So many Mohammedan friends have asked me, "You have spoken on many religions, why don't you speak on the Koran?"

I said, "Do you want me to be murdered?" I have something else to do meanwhile. Finally, when I think that it is time for me to leave the body, I will speak on the Koran. And I will manage to have one of my sannyasins kill me and get 2.6 million dollars for my work!"

http://oshopedia.blogspot.com/2010/03/o ... islam.html

Image


Apakah pernah mendengar cerita ini:

Bapaknya terkena sifilis, sementara ibunya menderita TBC. Dari empat anak yang dilahirkan, anak pertama buta, anak kedua meninggal, anak ketiga tuli dan cacat mental, dan anak keempat TBC. Apa yang akan kamu lakukan, menggugurkan kandungan anak kelima atau tidak? Kalau pro pada pengguguran, berarti kamu telah membunuh Beethoven.

Pernyataan di atas tentu saja salah. Beethoven bukan anak kelima, melainkan anak kedua. Kakaknya meninggal saat masih bayi (hal yang normal pada saat itu) dan tidak menderita kebutaan, tuli, maupun cacat mental. Ibunya memang menderita TBC tapi tidak jelas kapan dia mulai mendapatkan penyakit tersebut karena kematiannya sendiri terjadi pada saat Beethoven berusia 17 tahun.

Inilah yang dimaksud dengan fallacy. Fallacy adalah komponen dalam argumen yang mengacaukan logika sehingga membuat seluruh perdebatan menjadi tidak sah. Menyikapi fallacy dan menemukannya dalam esai argumentasi bukanlah pekerjaan yang mudah dan sederhana sebab fallacy sering kali bersembunyi dalam tumpukan poin-poin dalih yang mengaburkan hubungan logis dengan pernyataan yang timbul. Fallacy tidak langsung terlihat pada pandangan pertama; dengan begitu fallacy dapat dengan mudah mengaduk-aduk serta mencuri emosi/ kelemahan intelektual audiens.

Untuk mengerti fallacy, kita harus mengerti apa arti argumentasi. Argumentasi terdiri dari satu atau dua premis dan ditutup dengan satu kesimpulan. Premis adalah pernyataan yang entah memposisikan diri di ujung A atau memposisikan diri di ujung B yang didukung oleh klaim yang tertata rapi. Sementara fallacy merupakan kesalahan dalam berlogika yang muncul pada statement klaim. Beberapa contoh fallacy: "Memotong-motong tubuh manusia adalah kejahatan; dokter bedah memotong tubuh manusia; karena itu dokter bedah melakukan kejahatan." "Sisca seharusnya mengatakan kejujuran karena aku sering mendengarnya mengungkapkan hal tersebut berulang kali." "Semua monyet yang kulihat berekor panjang, jadi pasti benar jika semua monyet berekor panjang."

Aristotle adalah orang pertama dianggap sebagai sang dewa logis formal (menciptakan kode dan peraturan untuk bernalar) dan informal (menciptakan definisi kesalahan nalar, disebut sebagai fallacy). Guru Aristotle yaitu Plato sebenarnya diberikan gelar istimewa sebagai filosofer pertama yang mengumpulkan aneka kesalahan dalam berdebat. Esai Plato berjudul Euthydemus menyimpan koleksi kesalahan argumen dalam bentuk dialog. Mengapa kita perlu repot-repot harus mengetahui cara berlogika yang salah, bukankah seharusnya kita lebih baik mempelajari cara menyusun argumentasi yang benar?

Alasan pertama, tiap orang seyogyanya mengerti cara membela diri saat diserang sebab kejahatan dalam menciptakan sanggahan statement sering terjadi. Agar tahu cara memperbaiki kesalahan si pembantah atau meyakinkan pernyataan, kita perlu tahu mengapa mereka salah. Alasan kedua, mempelajari tata cara berlogika yang baik dan benar seperti memiliki peta dari kota A ke kota B; tapi bahkan seorang nagivator ulung pun sering kali tersesat. Itulah pentingnya saat menemukan papan "dilarang masuk", "buntu" atau "salah jalan". Papan-papan ini dapat dimetaforakan sebagai rambu-rambu berargumentasi yang keliru.

Perhatikan baik-baik sekeliling kita. Fallacy tidak hanya ditemukan dalam esai argumentasi, fallacy sering dibajak penggunaannya secara verbal untuk politik, media, dan kepentingan-kepentingan umum lainnya. Dilema yang salah merupakan fallacy yang terdengar logis, misal: Islam tidak mengajarkan kekerasan. Tidak ada hal yang logis dalam pernyataan ini melainkan suatu opini pribadi yang mengalihkan perhatian audiens dari persoalan yang sesungguhnya. Bayangkan sebuah situasi hipotetis, Anda pergi ke sebuah gereja dan membakar Bible saat ibadah, kira2 apa yang paling mungkin terjadi? Saya pikir orang akan marah pada Anda, dan kemungkinan besar Anda akan diminta untuk pergi atau diusir secara paksa keluar dari gereja (mungkin dibawa ke kantor polisi). Sekarang bayangkan Anda pergi ke halaman masjid dan membakar Quran, berapa probabilitas Anda berjalan keluar dari sana hidup-hidup? .. jd ada masalah serius tentang statemen Islam tidak mengajarkan kekerasan disini.

Jika seseorang berkata, "Dirimu tidak memiliki moral atau pengalaman yang pantas untuk membahas topik ABC", merupakan pernyataan fallacy yang sangat jelas; yaitu suatu statement argumentasi yang tidak mendalihkan topik ABC melainkan menyerang orang yang sedang membahas topik ABC. Statement ini sering muncul dalam adu debat yang memanas; pengalihan perhatian dari poin penting sesungguhnya. Istilah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai red herring atau terkenal juga dengan fallacy of relevance.

Red herring menjadi menarik karena red herring dapat muncul dalam berbagai bentuk tulisan; tidak hanya non fiksi melainkan juga fiksi. Dalam fiksi, red herring berbentuk pengalihan perhatian pembaca dari awal sampai mendekati akhir dan memberikan penutupan yang tak diduga. Misalnya, kisah-kisah detektif atau misteri memiliki banyak red herring. Red herring non fiksi dalam bentuk fallacy di suatu pernyataan argumentasi melakukan kecurangannya seperti penyerangan individu (bacalah contoh di atas), mengatasnamakan suatu grup yang mendominasi (jika banyak orang percaya, berarti kita harus percaya juga), menciptakan rasa takut (tentu saja benar karena jika salah, kita akan menderita dan tersiksa), mengaitkan topik dengan tokoh penting yang pastinya (terdengar) tak terbantahkan, dan banyak lagi. Fallacy tentang Beethoven merupakan red herring yang memiliki data salah. Seorang selebritis jika mengatakan dalam iklan televisi bahwa dia minum jus jeruk bermerek XYZ agar tubuh menjadi bugar menciptakan ilusi di kepala penonton bahwa jus jeruk itu sudah pasti berkasiat karena sang seleb meminumnya dan terlihat sehat.

Para pendebat korup menggunakan red herring dalam argumentasinya membuat seakan-akan argumentasinya tak terbantahkan. Pengamatan terhadap kalimat-kalimat yang termuat di Quran memiliki banyak sekali lubang-lubang serong fallacy. Statement yang menghina guna mengelabui topik argumentasi yang sesungguhnya sehingga pembaca atau pihak lain dapat terpengaruh; menjadikan tema pembicaran segera bergeser dari fokus inti.

Sebenarnya ada juga fallacy yang sesungguhnya tidak fallacy tapi audiens dapat terdorong ke arah kesimpulan yang salah. Misalnya, kalimat ambigu atau kata yang tidak jelas (mis. kata dia dalam bahasa Indonesia yang tidak memiliki definit arti sebagai perempuan atau lelaki) akan menyesatkan atau bahkan menciptakan kesimpulan yang salah. Beradu argumentasi dengan sengaja dan sadar menyelipkan fallacy merupakan kecurangan yang seharusnya dihindari. Fallacy sendiri memiliki banyak sekali jenis, sehingga ruang tulisan ini tidak dapat menampung semuanya. Tapi apa pun itu, fallacy tetap menjadi fallacy, suatu logika yang terdengar logis namun sesungguhnya menciptakan kesalahan berlogika dan koneksi statement yang tak saling terkoneksi yang ujung2nya menyesatkan!
Post Reply