Page 1 of 6

Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Mon Sep 20, 2010 9:57 pm
by botak85
Ayat Al Qur'an sejak jaman nabi hingga sekarang ini, bahkan hingga hari kiamat PASTI tidak akan berubah.
Ayat Al Qur'an, tidak berpegang dengan TULISAN, tapi berpegang pada HAFALAN.

Jika Al Qur'an berpegang dengan tulisan, pastilah sangat gampang dirubah manusia.
Karena Al Qur'an berpegang dengan hafalan, maka tidak mungkin akan berubah.

Sejak jaman nabi hingga sekarang ini, jutaan muslim hafal seluruh ayat Al Qur'an, jika saja ada yang berusaha merubah 1 huruf saja, dari ayat Al Qur'an, maka akan segera terdeteksi oleh penghafal Al Qur'an.

:turban:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Mon Sep 20, 2010 10:06 pm
by grey
uhuk.... uhuk... kakek sudah pikun... jadi yang dihafal kemaren dah lupa... coba kalau kemaren sempet ditulis... sampe anak cucu juga bisa baca dan gak akan lupa.... huff #-o

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Mon Sep 20, 2010 10:14 pm
by botak85
grey wrote:uhuk.... uhuk... kakek sudah pikun... jadi yang dihafal kemaren dah lupa... coba kalau kemaren sempet ditulis... sampe anak cucu juga bisa baca dan gak akan lupa.... huff #-o
penghafal Qur'an tidak terbatas pada orang tua saja, anak-anak sejak umur 10 tahun sudah hafal ayat Qur'an.

di Indonesia ini, ribuan orang sejajar pendidikan SLTA (Aliyah) sudah hafal seluruh ayat Al Qur'an.

:turban:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Mon Sep 20, 2010 11:21 pm
by botak85
sejak jaman nabi, Qur'an sudah dihapal para sahabat, karena dalam setiap sholat, wajib dibaca ayat Qur'an.

Daripada Ibnu Mas’ud ra. Dari Rasulullah SAW beliau bersabda:
“Yang menjadi imam dalam sholat suatu kaum adalah yang paling banyak hapalannya.” (HR. Muslim)


:turban:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Mon Sep 20, 2010 11:33 pm
by nurdin amir
boss botak85 baca ini dulu deh, gw copy mentah mentah dari beritamuslim.wordpress.com
========================================================================================

Bagaimana proses penyusunan Quran hingga terbentuk menjadi sebuah kitab seperti yang ada sekarang ini? Kebanyakan kaum Muslim meyakini bahwa Quran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Muhammad lebih dari seribu empat ratus tahun silam. Bahkan muslim percaya banwa Quran merupakan salinan dari kitab yang ada disurga (lahul mahfuz). Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi dan angan² teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama sebagai bagian dari formalisasi doktrin² Islam. Hakikat dan sejarah penulisan Quran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa kebohongan, dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik, dan rekayasa.

PARA PAKAR ISLAM PUN TIDAK BISA MEMBUKTIKAN APAKAH QURAN YANG ADA SEKARANG INI MASIH SAMA ISINYA DENGAN QURAN YANG ADA DIJAMAN MUHAMMAD.

Dua keterangan yang paling terkenal adalah; sebelum dia mati, Muhammad menyusun Quran menjadi sebuah buku dan Kalifah berikutnya, Abu Bakar, menyusunnya dari orang² yang telah menulis ayat² Quran dan menghafalnya. Meskipun begitu, kami diajarkan bahwa Quran yang sekarang ini sama persis dengan yang diberikan pada Muhammad dulu oleh malaikat Jibril.

Untuk mengerti sejarah Islam kami kemudian mulai mempelajari sumber² Islam yang bisa dipercaya, terutama yang Sahih yang disusun oleh Bukhari. Sewaktu sedang mempelajari sejarah penyusunan teks Quran, betapa kagetnya kami ketika mengetahui bahwa Quran yang kita miliki hari ini ternyata telah melalui beberapa tahapan evolusi sebelum mencapai versi standar sekarang ini. Misalnya, kami menemukan ada tujuh cara yang berbeda untuk melafalkan Quran. Seorang dapat melafalkan dan mengingat Quran secara berbeda dan itu tetap diterima sebagai wahyu Allah. Kutipan dari Hadis Sahih Bukhari:

Sahih Bukhari 41:601
Dikisahkan oleh ‘Umar bin Al-Khattab: Aku dengar Hisham bin Hakim bin Hizam melafalkan Surat-al-Furqan dengan cara yang berbeda dengan caraku. Rasul Allah telah mengajarkan padaku (dengan cara yang berbeda). Lalu, aku hampir saja ingin bertengkar dengan dia (pada saat sembahyang) tapi aku tunggu sampai dia selesai, lalu aku ikat bajunya di sekeliling lehernya dan kuseret dan kubawanya menghadap Rasul Allah dan berkata, “Aku telah mendengar dia melafalkan Surat-al-Furqan dengan cara yang berbeda dengan yang kau ajarkan padaku.” Sang Rasul menyuruhku melepaskan dia dan meminta Hisham melafalkannya. Ketika dia melakukan itu, Rasul Allah berkata, “Itu (Surat-al-Furqan ) dilafalkan begitu.” Sang Rasul lalu meminta aku melafalkannya. Ketika aku melakukannya, dia berkata, “Itu dilafalkan begitu. Qur’an telah dinyatakan dalam tujuh cara yang berbeda, jadi lafalkan dengan cara yang mudah bagimu.”

Karena terdapat tujuh cara pelafalan Quran (qiraat) ini berarti kaum Muslim dapat mengingat Quran dalam tujuh cara yang berbeda, bukan hanya satu. Jika Muhammad telah mengijinkan tujuh cara untuk melafalkan Quran, maka tentunya juga ada tujuh versi Quran, dan bukan hanya satu!

Kami tidak pernah diajarkan bahwa ada tujuh buah Quran, tapi kami hanya diberitahu ada satu Quran saja. Apakah memang betul ada tujuh buah dan semuanya itu asli ? Ketika kami terus melanjutkan penelaahan, kami temukan Hadis Sahih lain yang memperkuat dan memperluas paham bahwa Quran mungkin dikisahkan dalam tujuh cara yang berbeda.

Sahih Bukhari 54:442
Rasulullah berkata; Jibril melafalkan Quran padaku dengan satu cara (dielek), aku kemudian menyuruhnya untuk melafalkan dengan cara yang berbeda, hingga ia melafalkan dengan tujuh macam cara.

Hadis serupa dapat dilihat pada Bukhari 61:513, 61:514, dan 3:640.

Sewaktu kami mempelajarinya lebih lanjut, Hadis Sahih menegaskan bahwa bukan Muhammad yang menyusun tulisan Quran menjadi satu koleksi, tapi ini untuk pertama kali dilakukan di bawah kekuasaan Kalifah Abu Bakar. Ternyata pada saat itulah qurra, yakni orang² yang menghafalkan Quran, terbunuh di Perang Yamama. Khalifa Abu Bakar memerintahkan untuk dibuat kumpulan ayat² Quran, dan ini juga atas desakan Umar (Kalifah kedua). Kumpulan ayat ini disimpan oleh Kalifah Abu Bakar, dan setelah dia mati, lalu disimpan oleh Kalifah Umar dan diserahkan pada anak perempuan Umar yang bernama Hafsa, yang juga janda Muhammad.

Sahih Bukhari 61:509
Dikisahkan oleh Zaid bin Thabit: Abu Bakr As-Siddiq memanggilku ketika orang² Yamama telah dibunuh (sejumlah pengikut sang Nabi yang bertempur melawan Musailama). (Aku pergi kepadanya) dan menemukan ‘Umar bin Al-Khattab duduk dengannya. Abu Bakar lalu berkata (padaku), “Umar telah datang padaku dan berkata: “Banyak yang Qurra Quran (orang² yang hafal Quran di luar kepala) yang tewas di Perang Yamama dan aku takut akan lebih banyak lagi Qurra yang akan tewas di medan perang lain, sehingga sebagian besar Quran bisa hilang. Karena itu aku menganjurkan kau (Abu Bakr) memerintah agar ayat² Quran dikumpulkan.

”Aku berkata pada ‘Umar, “Bagaimana kau dapat berbuat sesuatu yang Rasul Allah saja tidak lakukan?” ‘Umar berkata, “Demi Allah, ini adalah usaha yang baik.” ‘Umar terus saja membujukku untuk menerima usulnya sampai Allah membuka hatiku dan aku mulai menyadari kebenaran usul ini.”

Lalu Abu Bakar berkata (padaku). ‘Kamu adalah anak muda yang bijaksana dan kami tidak curiga apapun padamu, dan kau biasa menulis Ilham Illahi bagi Rasul Allah. Maka kau harus mencari (ayat² terpisah-pisah) Qur’an dan mengumpulkannya jadi satu buku.” Demi Allah, jika mereka memerintahkanku untuk memindahkan satu dari gunung², ini tidak akan sesukar perintah mengumpulkan ayat² Quran. Lalu aku berkata pada Abu Bakar, “Bagaimana kau dapat berbuat sesuatu yang Rasul Allah saja tidak lakukan?” Abu Bakar menjawab, ““Demi Allah, ini adalah usaha yang baik.” Abu Bakar terus saja membujukku untuk menerima usulnya sampai Allah membuka hatiku seperti Dia telah membuka hati Abu Bakar dan Umar.

Lalu aku mulai mencari ayat² Quran dan mengumpulkannya dari (yang ditulis di) tangkai² palem, batu² putih tipis dan juga orang² yang mengingatnya dalam hati, sampai aku menemukan ayat akhir dari Surat At-Tauba (Pertobatan) dari Abi Khuzaima Al-Ansari, dan aku tidak menemukan ayat ini pada orang lain. Ayatnya berbunyi: ‘Sesungguhnya telah datang bagimu seorang Rasul (Muhammad) dari antara kalian sendiri. Dia sedih melihat engkau harus menerima kecelakaan atau kesusahan … (sampai akhir Surat-Baraa’ (At-Tauba) (9.128-129). Lalu naskah² (salinan) lengkap Quran disimpan Abu Bakr sampai dia mati, lalu disimpan ‘Umar sampai akhir hidupnya, dan kemudian disimpan Hafsa, anak perempuan Umar.

Sewaktu kami mempelajari Hadis Sahih di atas dan Hadis yang lain yang sama pesannya, kami mendapatkan hal² yang penting. Pertama, Umar khawatir jika Quran tidak ditulis, dan jika qurra banyak yang mati, maka sebagian besar Quran akan hilang.

Kedua, ini adalah tugas yang monumental (besar sekali) yang diberikan pada Zaid karena Muhammad sendiri tidak pernah melakukan hal ini, dan Zaid menjelaskan kekhawatirannya.

Ketiga, perlu banyak usaha untuk mengumpulkan ayat² Quran karena beberapa ayat hanya diingat oleh satu orang dan tidak ada orang lain yang menegaskan atau membenarkannya. Ada beberapa Hadis Sahih lain yang juga mengatakan hal itu.

Kejujuran Zaid membuat kami waswas. Apakah betul ini adalah tugas yang sangat berat? Apakah memang dia orang yang tepat melaksanakan tugas itu? Kami mulai mencari dan menemukan bahwa Muhammad telah menganjurkan orang² lain dan bukan Zaid untuk mengajar Quran pada muslim lain.

Sahih Bukhari 61:521
Dikisahkan oleh Masriq: ‘Abdullah bin ‘Amr mengingatkan ‘Abdullah bin Masud dan berkata, “Aku akan mencintai orang itu selamanya, karena aku mendengar sang Nabi berkata, ‘Belajarlah Qur’an dari empat orang ini: ‘Abdullah bin Masud, Salim, Mu’adh dan Ubai bin Ka’b.”

Kami sangat khawatir karena tidak seorangpun dari keempat orang yang direkomendasikan Muhammad untuk mengajar Quran diberi tugas untuk mengumpulkan atau menegaskan kebenaran Quran. Yang disuruh justru juru tulisnya Muhammad: Zaid bin Thabit. Dia juga khawatir bahwa tugas ini terlalu berat. Tapi baik Kalifah Abu Bakr maupun Umar pada saat itu tidak minta satu pun dari keempat orang di atas untuk memeriksa hasil penyusunan Quran buatan Zaid.

Kami lanjutkan penyelidikan dengan rasa agak bingung karena proses penyusunan ini ternyata melibatkan lebih banyak hal yang tidak pernah didengar sebelumnya. Sayangnya, kami mendapatkan bahwa sejarah penyusunan Quran tidak berhenti pada saat itu saja. Dengan makin bertambah dan menyebarnya masyarakat Muslim, jadi bertambah sukar pula untuk mempertahankan keutuhan isi Quran karena tidak ada satu patokan isi Quran yang sah, setiap guru agama punya salinan mereka sendiri. Ini mengakibatkan banyaknya ketidaksetujuan diantara masyarakat Muslim, dan karena itu, Kalifah Utsman diminta untuk berbuat sesuatu untuk menanggulangi hal ini.

Harap diingat bahwa pada saat itu, naskah Quran yang dikumpulkan Zaid tidak disebarkan ke mana2, dan masih disimpan oleh Hafsa. Juga perhatikan apa yang dilakukan Kalifah Utsman seperti yang diterangkan di Hadis Sahih Bukhari berikut.

Sahih Bukhari, 61:510
Dikisahkan oleh Anas bin Malik: Hudhaifa bin Al-Yaman datang pada Utsman pada saat orang² Sham dan Iraq sedang mengadakan perang untuk menaklukkan Arminya dan Adharbijan. Hudhaifa takut akan perbedaan pelafalan Qur’an yang dilakukan mereka (orang² Sham dan Iraq), lalu dia berkata pada ‘Utsman, “O ketua orang yang beriman! Selamatkan negara ini sebelum mereka bertentangan tentang Buku ini (Qur’an) seperti yang dilakukan orang Yahudi dan Kristen sebelumnya.” Lalu ‘Utsman mengirim pesan pada Hafsa yang isinya, “Kirim pada kami naskah² Qur’an sehingga kami bisa mengumpulkan bahan² Qur’an dalam salinan yang sempuran dan mengembalikan naskah² itu padamu.”

Hafsa lalu mengirimkannya pada ‘Utsman. ‘Utsman lalu memerintahkan Zaid bin Thabit, ‘Abdullah bin AzZubair, Said bin Al-As dan ‘AbdurRahman bin Harith bin Hisham untuk menulis ulang naskah² itu menjadi salinan yang sempurna. ‘Utsman berkata pada tiga orang Quraish, “Andaikata kau tidak setuju dengan Zaid bin Thabit tentang isi apapun dalam Qur’an, maka tulislah Qur’an dalam dialek Quraish, agar Qur’an dinyatakan dalam bahasa asli mereka.”

Mereka melakukan itu, dan ketika mereka telah menulis banyak salinan, ‘Utsman mengembalikan naskah² yang asli pada Hafsa. ‘Utsman mengirim satu salinan Qur’an ke setiap propinsi Muslim, dan memerintahkan semua tulisan² Qur’an lain, baik yang ditulis di beberapa naskah atau seluruh buku, dibakar.

Said bin Thabit menambahkan, “Satu ayat dari Surat Ahzab hilang dariku ketika kita menyalin Qur’an dan aku biasa mendengar Rasul Allah menceritakannya. Maka kami mencarinya dan menemukannya pada Khuzaima bin Thabit Al-Ansari. (Ayat ini berbunyi): ‘Diantara orang² yang beriman ada orang² yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.’ (33.23)

Dari mempelajari kisah di atas dan juga Hadis Sahih lain yang pesannya serupa, kami perhatikan ada beberapa kumpulan Quran yang berbeda² yang tersebar saat itu. Ini adalah bagian kumpulan Quran yang dibuat oleh keempat guru² Quran yang direkomendasikan Muhammad seperti yang ditulis di Hadis terdahulu, yakni salah satunya Ubai bin Ka’b. Lagi² kami merasa terganggu dengan hal² berikut.

Pertama, ada banyak ketidaksetujuan diantara para Muslim tentang apa yang seharusnya ada dalam Quran. Karena itu, Kalifah Utsman memerintahkan naskah² Quran yang disimpan Hafsa untuk disalin dan disebarkan dan ditunjuk sebagai salinan Quran yang sah.

Kedua, jika ada banyak ketidaksetujuan diantara ahli² tulis yang menyalin Quran tentang bagaimana melafalkan suatu ayat, Utsman menyuruh mereka menulisnya dalam dialek Quraish. Kami kecewa ketika tahu bahwa Kalifah Utsman memerintahkan perubahan kata² Quran ke dalam dialek Quraish. Apakah perubahan bagian dari tujuh versi Quran yang berbeda? Kami tidak menemukan penjelasan ini di Hadis Sahih. Yang terakhir, kami kaget sekali ketika Khalifa Utsman memerintahkan PEMBAKARAN Quran2 yang lain, tidak peduli apakah seluruhnya atau sebagian saja. Kami bertanya dalam hati: MENGAPA? Mestinya karena Quran² lain yang beredar saat itu begitu berbeda dengan yang dimiliki Khalifa Utsman sehingga dia sampai² mengeluarkan perintah yang begitu keras. Ingat saat Al-Yaman bertemu Utsman untuk memintanya menyelamatkan negara karena mereka berbeda pendapat tentang Quran. Sekarang Kalifah Utsman memerintahkan disebarkannya salinan yang dimiliki Hafsa, padahal versi ini belum pula disahkan oleh guru² Quran terbaik untuk jadi patokan Quran yang sah.

Sewaktu kami menyelidiki apa kemungkinan perbedaannya yang ada, kami menemukan contoh kata Bismillah yang hilang pada awal Surah 9, ayat perajaman yang hilang dimakan KAMBING, dan lalu ayat ini dihapus, ditarik kembali, dibatalkan atau dilupakan. Kami telah membicarakan hal ini dalam penelitian kami tentang ayat² yang dibatalkan (Ayat² setan). Kami menjumpai bahwa meskipun perintah penghancuran diberikan, beberapa bagian dari versi Quran lain ternyata selamat, mungkin karena orang² Muslim hafal akan variasi lain dari Quran.

Contohnya, dari terjemahan Quran oleh Abdullah Yusuf Ali, kami menemukan Qiraat (bacaan Quran) lain yang berbeda dengan Quran milik Ka’b yang direkomendasikan Muhammad sebagai satu dari empat guru terbaik untuk mengajar Quran. Dia menulis ada kata2 tambahan bagi Surah 33:6. Kami dulu diajari bahwa tidak ada satu titik pun yang diubah, dan inilah seluruh kalimat yang hilang yang ditandai dengan ** di bawah di catatan kaki 3674 dari Abdullah Yusuf Ali.

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri, ** dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah). (QS 33:6)

** Catatan kaki 3674 : … Di beberapa Qiraats, seperti yang dimiliki Ubai ibn Ka’b, muncul pula kata² ini “dan dia adalah ayah bagi mereka”, yang mengartikan bahwa hubungan spiritualnya dan hubungannya denga kata² “dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka”. …

As-Suyuti (wafat 1505), salah seorang pakar Quran yang paling dihormati mengutip Ibn ‘Umar al Khattab : “Janganlah ada diantara kalian yang mengatakan bahwa ia mendapatkan seluruh Quran, karena bagamana ia tahu bahwa itu memang keseluruhannya? Banyak dari Quran telah hilang. Oleh karena itu, kalian harus mengatakan ‘Saya mendapatkan sebagian Quran yang ada’” (As-Suyuti, Itqan, part 3, page 72).

Aisha, isteri tersayang nabi mengatakan, juga menurut sebuah tradisi yang diceritakan as-Suyuti, “Selama masa Nabi, saat dibacakan, Surah al-Ahzab berisi 200 ayat. Ketika Utsman mengedit Quran, hanya ayat² sekarang ini (73) yang tertinggal.”

As-Suyuti juga menceritakan ini tentang Uba ibn Ka’b, salah seorang sahabat Muhammad: Sahabat terkenal ini meminta salah seorang Muslim, “Berapa ayat yang ada dalam Surah al-Ahzab?” Katanya, “73 ayat.” Ia (Uba) mengatakan padanya, “Dulunya jumlah ayatnya hampir sama dengan Surah ‘Al Baqarah’ (sekitar 286 ayat) dan termasuk ayat perajaman”. Lelaki itu bertanya, “Apa ayat perajaman itu ?” Ia (Uba) mengatakan, “Jika lelaki tua atau wanita melakukan zinah, rajam mereka sampai mati.”

Ibn Mas’ud, seorang sahabat dekat Nabi, misalnya, memiliki mushaf Quran yang tidak menyertakan surah al-Fatihah (surah pertama). Bahkan menurut Ibn Nadiem (w. 380 H), pengarang kitab al-Fihrist, mushaf Ibn Mas’ud tidak menyertakan surah 113 dan 114. Susunan surahnyapun berbeda dari Quran yang ada sekarang. Misalnya, surah keenam bukanlah surah al-An’am, tapi surah Yunus.

Ibn Mas’ud bukanlah seorang diri yang tidak menyertakan al-Fatihah sebagai bagian dari Quran. Sahabat lain yang menganggap surah “penting” itu bukan bagian dari Quran adalah Ali bin Abi Thalib yang juga tidak memasukkan surah 13, 34, 66, dan 96. Hal ini memancing perdebatan di kalangan para ulama apakah al-Fatihah merupakan bagian dari Quran atau ia hanya merupakan “kata pengantar” saja yang esensinya bukanlah bagian dari kitab suci.

Salah seorang ulama besar yang menganggap al-Fatihah bukan sebagai bagian dari Quran adalah Abu Bakr al-Asamm (w. 313 H). Dia dan ulama lainnya yang mendukung pandangan ini berargumen bahwa al-Fatihah hanyalah “ungkapan liturgis” untuk memulai bacaan Quran. Ini merupakan tradisi populer masyarakat Mediterania pada masa awal Islam. Sebuah hadis Nabi mendukung fakta ini: “siapa saja yang tidak memulai sesuatu dengan bacaan alhamdulillah [dalam hadis lain bismillah] maka pekerjaannya menjadi sia-sia.”

Seperti yang kita lihat sebelumnya, Utsman mencoba mengatasi situasi kacau ini dengan kanonisasi codex / mushaf Medinah, yang salinannya dikirim kesemua pusat² metropolitan diiringi perintah untuk menghancurkan kesemua mushaf lain.

Mushaf Utsman ini dianggap sebagai standar teks konsonan, tapi yang kita temukan justru terdapat berbagai variasi teks konsonan yang masih hidup juga sampai abad Islam ke 4. Dari sinilah kemudian muncul beragam bacaan yang berbeda akibat absennya titik dan harakat (scripta defectiva). Misalnya bentuk present (mudhari’) dari kata a-l-m bisa dibaca yu’allimu, tu’allimu, atau nu’allimu atau juga menjadi na’lamu, ta’lamu atau bi’ilmi.

Masalah diperuncing dengan adanya perbedaan kosakata akibat pemahaman makna, dan bukan hanya persoalan absennya titik dan harakat. Misalnya, mushaf Ibn Mas’ud berulangkali menggunakan kata “arsyidna” ketimbang “ihdina” (keduanya berarti “tunjuki kami”) yang biasa didapati dalam mushaf Utsmani. Begitu juga, “man” sebagai ganti “alladhi” (keduanya berarti “siapa”). Daftar ini bisa diperpanjang dengan kata dan arti yang berbeda, seperti “al-talaq” menjadi “al-sarah” (Ibn Abbas), “fas’au” menjadi “famdhu” (Ibn Mas’ud), “linuhyiya” menjadi “linunsyira” (Talhah), dan sebagainya.

Untuk mengatasi versi2 bacaan yang semakin liar, pada tahun 322 H, Khalifah Abbasiyah lewat dua orang menterinya Ibn Isa dan Ibn Muqlah, memerintahkan Ibn Mujahid (w. 324 H) melakukan penertiban. Setelah membanding2kan semua mushaf yang ada di tangannya, Ibn Mujahid memilih tujuh varian bacaan dari para qurra ternama. Bahkan ketujuh mushaf versi Ibn Mujahid memberikan 14 kemungkinan karena masing2 dari ketujuh mushaf itu bisa dilacak kepada dua transmitter berbeda. yakni:

Nafi dari Medinah menurut Warsh dan Qalun
Ibn Kathir dari Mekah menurut al-Bazzi dan Qunbul
Ibn Amir dari Damascus menurut Hisham dan Ibn Dakwan
Abu Amr dari Basra menurut al-Duri dan al-Susi
Asim dari Kufa menurut Hafs dan Abu Bakr
Hamza dari Kufa menurut Khalaf dan Khallad
Al-Kisai dari Kufa menurut al Duri dan Abul Harith
Tindakannya ini berdasarkan hadis Nabi yang mengatakan bahwa “Quran diturunkan dalam tujuh huruf.” Tapi, sebagian ulama menolak pilihan Ibn Mujahid dan menganggapnya telah semena-mena mengesampingkan versi² lain yang dianggap lebih sahih. Nuansa politik dan persaingan antara ulama pada saat itu memang sangat kental. Ini tercermin seperti dalam kasus Ibn Miqsam dan Ibn Shanabudh yang pandangan²nya dikesampingkan Ibn Mujahid karena adanya rivalitas di antara mereka, khususnya antara Ibn Mujahid dan Ibn Shanabudh.

Bagaimanapun, reaksi para ulama tersebut tidak banyak berpengaruh. Sejarah membuktikan pandangan Ibn Mujahid yang didukung penguasa itulah yang kini diterima oleh banyak orang. Pada akhirnya 3 versi bertahan, versinya Warsh (812) milik Nafi dari Medina, Hafs (805) milik Asim dari Kufa, dan al-Duri (860) milik Abu Amr dari Basra. Jaman sekarang, hanya 2 versi yang terus digunakan. Yaitu versi Asim dari Kufa lewat Hafs, yang diberikan ijin resmi dengan diadopsi sebagai Quran edisi Mesir tahun 1924; dan milik Nafi lewat Warsh, yang digunakan di bagian² Afrika selain Mesir.

Pencetakan Quran di Mesir tahun 1924 adalah rekayasa yang luar biasa, karena upaya ini merupakan yang paling berhasil dalam sejarah kodifikasi dan pembukuan Quran sepanjang masa. Terbukti kemudian, Quran Edisi Mesir itu merupakan versi Quran yang paling banyak beredar dan digunakan oleh kaum Muslim. Keberhasilan penyebarluasan Quran Edisi Mesir tak terlepas dari unsur kekuasaan. Seperti juga pada masa² sebelumnya, kodifikasi dan standarisasi Quran adalah karya institusi yang didukung oleh penguasa politik.

Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia mencetak ratusan ribu kopi Quran sejak tahun 1970-an merupakan bagian dari proyek standarisasi kitab suci, yang bertujuan memusnahkan versi² Quran yang lain. Kendati tidak seperti Utsman bin Affan yang secara terang²an memerintahkan membakar seluruh versi (mushaf) Quran yang bukan miliknya, tindakan penguasa Saudi membanjiri pasar Quran hanya dengan satu edisi, menutupi dan perlahan² menyisihkan edisi lain yang diam² masih beredar (khususnya di wilayah Maroko dan sekitarnya).

Akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa Quran versi yang ada sekarang ini jauh dari kata suci dan murni. Bahkan jika dibandingkan dengan kitab samawi lain seperti Taurat dan Injil, kemurnian atau validitas Quran jauh dibawah kedua kitab tersebut.

Aisha pernah melaporkan bahwa bahwa ada satu lembaran yang berisi 2 ayat, termasuk ayat² rajam, ditulis dalam lembaran yang disimpan dibawah tempat tidurnya. Sayang pada waktu pemakaman Rasulullah, seekor binatang memakannya hingga musnah. Disebutkan dalam bahasa Arab bahwa binatang tersebut adalah “dajin”, yang dapat berarti hewan seperti kambing, domba ataupun unggas.

Sumber:

Ibrahim b. Ishaq al Harbis, Gharib al hadith menyebutkan “shal” yang berarti domba• Zamakshari, al Kashaf, vol 3 p 518, footnote
Sulaym b. Qays al Hilali, Kitab Sulaymn b. Qays, p 108
Al Fadl b. Shadahn, al Idah, p 211
Abd al Jalil al Qazwini, p 133
Peristiwa hilangnya ayat² Quran akibat dimakan binatang sungguh menggelikan, menyedihkan dan memalukan, karena ucapan ALLAH DIKALAHKAN OLEH SEEKOR KAMBING.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS 15:9)

MASIHKAH UMAT MUSLIM MENGATAKAN BAHWA KEMURNIAN QURAN SENANTIASA TERPELIHARA OLEH ALLAH?

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Mon Sep 20, 2010 11:33 pm
by Garem
botak85 wrote:sejak jaman nabi, Qur'an sudah dihapal para sahabat, karena dalam setiap sholat, wajib dibaca ayat Qur'an.
Kurang berguna hafal quran...........
Terlalu banyak hafalan apalagi hafal quran,
daya pikir manusia menjadi kurang sama sekali, dan tidak produktif......

Makanya muslim2 kurang maju dibanding NON MUSLIM,
terbukti dari hasil karya ilmiah, teknologi, dlsb, amat sangat jarang prestasi muslim,
Berpikirlah sdr. botak85...... salam.

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 10:19 am
by botak85
PENULISAN AL-QUR’AN DAN PENGUMPULANNYA
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
http://www.almanhaj.or.id/content/2198/slash/0

Penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an melewati tiga jenjang.

TAHAP PERTAMA.
Zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada jenjang ini penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan karena hafalan para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum sangat kuat dan cepat disamping sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghapal Al-Qur’an sangat banyak

Dalam kitab Shahih Bukhari [1] dari Anas Ibn Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus tujuh puluh orang yang disebut Al-Qurra’. Mereka dihadang dan dibunuh oleh penduduk dua desa dari suku Bani Sulaim ; Ri’l dan Dzakwan di dekat sumur Ma’unah. Namun dikalangan para sahabat selain mereka masih banyak para penghapal Al-Qur’an, seperti Khulafaur Rasyidin, Abdullah Ibn Mas’ud, Salim bekas budak Abu Hudzaifah, Ubay Ibn Ka’ab, Mu’adz Ibn Jabal, Zaid Ibn Tsabit dan Abu Darda Radhiyallahu ‘anhum.

TAHAP KEDUA
Pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu tahun dua belas Hijriyah. Penyebabnya adalah : Pada perang Yamamah banyak dari kalangan Al-Qurra’ yang terbunuh, di antaranya Salim bekas budak Abu Hudzaifah ; salah seorang yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengambil pelajaran Al-Qur’an darinya.

Maka Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur’an agar tidak hilang. Dalam kitab Shahih Bukahri [2] disebutkan, bahwa Umar Ibn Khaththab mengemukakan pandangan tersebut kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu setelah selesainya perang Yamamah. Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar terus-menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan pintu hati Abu Bakar untuk hal itu, dia lalu memanggil Zaid Ibn Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, di samping Abu Bakar bediri Umar, Abu Bakar mengatakan kepada Zaid : “Sesunguhnya engkau adalah seorang yang masih muda dan berakal cemrerlang, kami tidak meragukannmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sekarang carilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah!”, Zaid berkata : “Maka akupun mencari dan mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-orang. Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Diriwayatkan oleh Bukhari secara panjang lebar.

Kaum muslimin saat itu seluruhnya sepakat dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, mereka menganggap perbuatannya itu sebagai nilai positif dan keutamaan bagi Abu Bakar, sampai Ali Ibn Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “Orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al-Qur’an adalah Abu Bakar, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi rahmat kepada Abu Bakar karena, dialah orang yang pertama kali mengumpulkan Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala.

TAHAP KETIGA
Pada zaman Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu pada tahun dua puluh lima Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialek bacaan Al-Qur’an sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akhirnya berpecah belah.

Dalam kitab Shahih Bukhari [3] disebutkan, bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu ‘anhu datang menghadap Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaaan mereka pada dialek bacaan Al-Qur’an, dia katakan : “Wahai Amirul Mukminin, selamatkanlah umat ini sebelum mereka berpecah belah pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani!” Utsman lalu mengutus seseorang kepada Hafsah Radhiyallahu ‘anhuma : “Kirimkan kepada kami mushaf yang engkau pegang agar kami gantikan mushaf-mushaf yang ada dengannya kemudian akan kami kembalikan kepadamu!”, Hafshah lalu mengirimkan mushaf tersebut.

Kemudian Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa’id Ibnul Ash dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam Radhiyallahu ‘anhum untuk menuliskannya kembali dan memperbanyaknya. Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain berasal dari Quraisy. Utsman mengatakan kepada ketiganya : “Jika kalian berbeda bacaan dengan Zaid Ibn Tsabit pada sebagian ayat Al-Qur’an, maka tuliskanlah dengan dialek Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dengan dialek tersebut!”, merekapun lalu mengerjakannya dan setelah selesai, Utsman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam serta memerintahkan untuk membakar naskah mushaf Al-Qur’an selainnya.

Utsman Radhiyallahu ‘anhu melakukan hal ini setelah meminta pendapat kepada para sahabat Radhiyalahu ‘anhum yang lain sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud [4] dari Ali Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia mengatakan : “Demi Allah, tidaklah seseorang melakukan apa yang dilakukan pada mushaf-mushaf Al-Qur’an selain harus meminta pendapat kami semuanya”, Utsman mengatakan : “Aku berpendapat sebaiknya kita mengumpulkan manusia hanya pada satu Mushaf saja sehingga tidak terjadi perpecahan dan perbedaan”. Kami menjawab : “Alangkah baiknya pendapatmu itu”.

Mush’ab Ibn Sa’ad [5] mengatakan : “Aku melihat orang banyak ketika Utsman membakar mushaf-mushaf yang ada, merekapun keheranan melihatnya”, atau dia katakan : “Tidak ada seorangpun dari mereka yang mengingkarinya, hal itu adalah termasuk nilai positif bagi Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu yang disepakati oleh kaum muslimin seluruhnya. Hal itu adalah penyempurnaan dari pengumpulan yang dilakukan Khalifah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu.

Perbedaan antara pengumpulan yang dilakukan Utsman dan pengumpulan yang dilakukan Abu Bakar Radhiyallahu anhuma adalah : Tujuan dari pengumpulan Al-Qur’an di zaman Abu Bakar adalah menuliskan dan mengumpulkan keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf agar tidak tercecer dan tidak hilang tanpa membawa kaum muslimin untuk bersatu pada satu mushaf ; hal itu dikarenakan belih terlihat pengaruh dari perbedaan dialek bacaan yang mengharuskannya membawa mereka untuk bersatu pada satu mushaf Al-Qur’an saja.

Sedangkan tujuan dari pengumpulan Al-Qur’an di zaman Utsman Radhiyallahu ‘anhu adalah : Mengumpulkan dan menuliskan Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan satu dialek bacaan dan membawa kaum muslimin untuk bersatu pada satu mushaf Al-Qur’an karena timbulnya pengaruh yang mengkhawatirkan pada perbedaan dialek bacaan Al-Qur’an.

Hasil yang didapatkan dari pengumpulan ini terlihat dengan timbulnya kemaslahatan yang besar di tengah-tengah kaum muslimin, di antaranya : Persatuan dan kesatuan, kesepakatan bersama dan saling berkasih sayang. Kemudian mudharat yang besarpun bisa dihindari yang di antaranya adalah : Perpecahan umat, perbedaan keyakinan, tersebar luasnya kebencian dan permusuhan.

Mushaf Al-Qur’an tetap seperti itu sampai sekarang dan disepakati oleh seluruh kaum muslimin serta diriwayatkan secara Mutawatir. Dipelajari oleh anak-anak dari orang dewasa, tidak bisa dipermainkan oleh tangan-tangan kotor para perusak dan tidak sampai tersentuh oleh hawa nafsu orang-orang yang menyeleweng.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan langit, Tuhan bumi dan Tuhan sekalian alam.

[Disalin dari kitab Ushuulun Fie At-Tafsir edisi Indonesia Belajar Mudah Ilmu Tafsir oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka As-Sunnah, Penerjemah Farid Qurusy]
__________
Foote Note
1. Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Al-Jihad, Bab Al-Aunu Bil Madad, hadits nomor 3064
2. Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab At-Tafsir, Bab Qauluhu Ta’ala : Laqad jaa’akum Rasuulun Min Anfusikum Aziizun Alaihi Maa Anittum … al-ayat
3. Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Fadhaailul Qur’an, Bab Jam’ul Qur’an, hadits nomor 4978
4. Diriwayatkan oleh Al-Khatib dalam Kitabnya Al-Fashl Lil Washl Al-Mudraj, jilid : 2 halaman 954, dalam sanadnya terdapat rawi bernama Muhammad Ibn Abban Al-Ju’fi (Al-Ilal karya Ad-Daruquthni, jilid 3, halaman 229-230), Ibn Ma’in mengatakan : “Dia dha’if (Al-Jarhu wat Ta’dil karya Ar-Razi, jilid 7 halam 200. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Al-Mashaahif halaman 22
5. Diriwayatklan oleh Abu Dawud dalam Kitab Al-Mashaahif, Hal. 12

:turban:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 10:27 am
by botak85
nurdin amir wrote:boss botak85 baca ini dulu deh, gw copy mentah mentah dari beritamuslim.wordpress.com
Menjawab hujatan Blog beritamuslim.wordpress.com
http://answering.wordpress.com/2010/01/ ... press-com/

Ditulis oleh MUSLIM di/pada Januari 10, 2010

Beberapa hari ini ada blog yang paling populer di wordpress adalah blog beritaMuslim.worpress.com yang menggunakan nama / judul Berita muslim Sahih .

kami yakin banyak pengujung blog tersebut terkecoh oleh domain dan nama blog tersebut. karena kenyataannya yang dapat tidak sesuai dari harapannya,karena kenyataannya blog dikelola oleh salah satu penghujat Islam dengan menggunakan domain wordpress,yang dengan sengaja menggunakan nama dan alamat url seakan-akan dikelola oleh muslim dan memberitakan tentang Muslim sebagaimana mestinya.

tetapi kenyataannya blog tersebut berisi tentang penghinaan dan pelecehan terhadap Allah swt,nabi dan Muslim. yang sumber-sumber tulisannya berasal dari Faithfreedom dan sejenisnya, yang misinya sangat jelas adalah yang menginginkan Muslim untuk murtad.

gerakan-gerakan semacam blog tersebut akan terus ada dari jaman Kenabian hingga akhir jaman akan terus ada, yang berubah adalah media / alat yang digunakannya.

baca selengkapnya di Agenda penghancuran Islam
http://answering.wordpress.com/2009/09/ ... ran-islam/

dan apa yang mereka lakukan sesungguhnya justru membuktikan kebenaran Al Qur’an


:turban:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 10:44 am
by Topsy KreeT
karena menurut netter botak, keotentikan quran berdasarkan hafalan-hafalan sehingga tidak mungkin berubah.
jadi dipersilahkan untuk mas botak, coba anda tuliskan siapa-siapa saja penghafal quran itu secara hirarki sejak zaman muhamad sampai sekarang biar lebih meyakinkan.
.
Thanks

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 10:55 am
by gabrielnotjibril
:finga:

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... g-i-t2278/
ringkasan yg ini aja dulu, biar dimengerti oleh botakss....
slimers dgn bukti andalan hafalan koran... sudah menjawab kalau koran tidak berubah.

Sunni dan Shiah korannya sama ndak bro...
kalau beda dimana kalau sama bagaimana ?
jawab pake referensi yah bro jangan pakai ilmu terawang.

Apakah bro botakss.. yakin kalau koran versi ustman yg paling sahih dibandingkan dgn mushaf yg sudah dibakar oleh ustman ? :-k
tolong sertakan manuskrip2 dari jaman muhamad dong, paling tidak yg ditulis 5 th setelah muhamad koit. :-"
pakai referensi tersahih jangan pakai ilmu terawang :-"


:drinkers: :rock:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 11:00 am
by botak85
Topsy KreeT wrote:karena menurut netter botak, keotentikan quran berdasarkan hafalan-hafalan sehingga tidak mungkin berubah.
jadi dipersilahkan untuk mas botak, coba anda tuliskan siapa-siapa saja penghafal quran itu secara hirarki sejak zaman muhamad sampai sekarang biar lebih meyakinkan.
.
Thanks
semua sahabat nabi jaman itu, semuanya hafal Al Qur'an.
siapa mereka, karena banyaknya, tidak dapat disebutkan satu persatu.

sampai sekarang, para penghafal Al Qur'an, ratusan ribu di Indonesia ini.
kalau ente mau buktikan, silahkan datang ke pesantren.

ane udah buktikan dengan kuping ane sendiri, sewaktu ane umroh bulan ramadhan tadi, Imam mesjid Madinah dan Mekah, dalam sholat tarawih membacakan hafalan ayat Al Qur'an setiap malam 1 juz, dan khatam dalam waktu 29 malam.

sejak jaman nabi masih hidup, hingga saat ini, membaca ayat Al Qur'an 1 juz setiap malam pada sholat tarawih, tetap dilestarikan.

Daripada Ibnu Mas’ud ra. Dari Rasulullah SAW beliau bersabda:
“Yang menjadi imam dalam sholat suatu kaum adalah yang paling banyak hapalannya.” (HR. Muslim)


:turban:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 11:11 am
by botak85
gabrielnotjibril wrote::finga:

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... g-i-t2278/
ringkasan yg ini aja dulu, biar dimengerti oleh botakss....
slimers dgn bukti andalan hafalan koran... sudah menjawab kalau koran tidak berubah.

Sunni dan Shiah korannya sama ndak bro...
kalau beda dimana kalau sama bagaimana ?
jawab pake referensi yah bro jangan pakai ilmu terawang.

Apakah bro botakss.. yakin kalau koran versi ustman yg paling sahih dibandingkan dgn mushaf yg sudah dibakar oleh ustman ? :-k
tolong sertakan manuskrip2 dari jaman muhamad dong, paling tidak yg ditulis 5 th setelah muhamad koit. :-"
pakai referensi tersahih jangan pakai ilmu terawang :-"


:drinkers: :rock:
yang ane lihat, kafir menuduh Al Qur'an sudah berubah, tapi tidak bisa menunjukkan, ayat mana yang dirubah ataupun yang dihilangkan.

kafir hanya cuap...cuap.... tanpa bukti.... :vom: :vom: :vom:

:finga:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 11:12 am
by gabrielnotjibril
Topsy KreeT wrote:karena menurut netter botak, keotentikan quran berdasarkan hafalan-hafalan sehingga tidak mungkin berubah.
jadi dipersilahkan untuk mas botak, coba anda tuliskan siapa-siapa saja penghafal quran itu secara hirarki sejak zaman muhamad sampai sekarang biar lebih meyakinkan.
.
Thanks
botak85 wrote:semua sahabat nabi jaman itu, semuanya hafal Al Qur'an.
siapa mereka, karena banyaknya, tidak dapat disebutkan satu persatu.

sampai sekarang, para penghafal Al Qur'an, ratusan ribu di Indonesia ini.
kalau ente mau buktikan, silahkan datang ke pesantren.

ane udah buktikan dengan kuping ane sendiri, sewaktu ane umroh bulan ramadhan tadi, Imam mesjid Madinah dan Mekah, dalam sholat tarawih membacakan hafalan ayat Al Qur'an setiap malam 1 juz, dan khatam dalam waktu 29 malam.

sejak jaman nabi masih hidup, hingga saat ini, membaca ayat Al Qur'an 1 juz setiap malam pada sholat tarawih, tetap dilestarikan.

Daripada Ibnu Mas’ud ra. Dari Rasulullah SAW beliau bersabda:
“Yang menjadi imam dalam sholat suatu kaum adalah yang paling banyak hapalannya.” (HR. Muslim)


:turban:
taks yg punya gua jangan dilewatin yeeee....

sebutkan sahabat muhamad siapa saja yg katanya banyak itu taksss.
hafalan yg sekarang pakai versi yg mana nih taks...., apakah versi 1924 cetakan mesir atau atau yg sebelumnya diantara 7 versi yang ada :rolling: :rolling:

suseh jadi muslim kudu jadi oneng biar keliatan pinter ](*,) ](*,) :-" :-({|=

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 11:17 am
by Topsy KreeT
saya anggap saja semua sahabat nabi hafal, bagaimana dengan keturunan mereka?
bagaimana dengan 20 tahun setelah itu, bagaimana dengan 50 tahun setelah itu, bagaimana dengan 100 tahun setelah itu, dst??
jadi dipersilahkan
Topsy KreeT wrote: untuk mas botak, coba anda tuliskan siapa-siapa saja penghafal quran itu secara hirarki sejak zaman muhamad sampai sekarang biar lebih meyakinkan.
.
Thanks

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 11:46 am
by angky
botak85 wrote:semua sahabat nabi jaman itu, semuanya hafal Al Qur'an.
siapa mereka, karena banyaknya, tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bro Bot,

Ini kan berita ilusi yang tidak terbukti. Dalam buku Riwayat Abu Bakar, justru setelah mr M meninggal terjadi banyak perselisihan karena adanya perbedaan isi koran. Si Umar akhirnya memerintahkan utk membakar semua copian koran yg berbeda beda tersebut. Ini adalah satu bukti ingatan tidak mungkin mengalahkan catatan!! Catatan mungkin juga diselewengkan karena kesulitan dalam memperbanyak copy annya.

Thanks kepada teknologi kapir dalam percetakan, tahun 1924 mesir memproduksi massal dan besar besaran koran dengan satu versi dan menyebarkan versi tahun 1924 ini keseluruh dunia. Tapi ini bukan berarti koran yg berbeda tidak bisa diketemukan, buktinya adalah manuskrip Gerd puin ( silakan cek thread bang Hillman).

Apa sebenarnya yg menjadi tujuan klaim bahwa koran tidak pernah berubah?? Ketakutan akan tuduhan koran menjiplak dari kitab sebelah, sehingga perlu dibentengi oleh pernyataan tidak pernah berubah dan terjaga kemurniaanya.

Ada kata bijak, janganlah kita berbohong kecuali kalau kita mampu mengingat terus menerus kebohongan yg kita lakukan. Tapi seringkali kebohongan yg kita lakukan harus diikuti oleh kebohongan kebohongan lainnya, sehingga kita akan lupa dengan kebohongan awal yg kita lakukan. :heart:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 12:05 pm
by botak85
gabrielnotjibril wrote:taks yg punya gua jangan dilewatin yeeee....
iya....iya.... pasti akan ane tanggapi....
sabar dikit, napa ??? :lol:
gabrielnotjibril wrote:sebutkan sahabat muhamad siapa saja yg katanya banyak itu taksss.
sahabat Nabi sangat buaaanyaaakkkk..... ratusan... bahkan ribbbuan....
apakah perlu ane tulis semuanya ???.. :roll:
gini aja dah... ente bisa baca sendiri buku Sirah Nabawiyah Ibnu Ishak, atau Ibnu Hisyam, atau Mubarakfury.
disana tercatat semua nama sahabat nabi.
gabrielnotjibril wrote:hafalan yg sekarang pakai versi yg mana nih taks...., apakah versi 1924 cetakan mesir atau atau yg sebelumnya diantara 7 versi yang ada :rolling: :rolling:
Qur'an ga ada versi-versian.
versi Qur'an hanya satu, yaitu mushaf Utsmani.
mau dicetak di Mesir, atau di Amrik, atau di Indon, semuanya sama berasal dari mushaf Utsmani.
gabrielnotjibril wrote:suseh jadi muslim kudu jadi oneng biar keliatan pinter ](*,) ](*,) :-" :-({|=
ga suseh jadi muslim, gampang... hanya mengucap dua kalimah shahadat, udah resmi jadi muslim.. :lol:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 12:11 pm
by botak85
Topsy KreeT wrote:saya anggap saja semua sahabat nabi hafal, bagaimana dengan keturunan mereka?
bagaimana dengan 20 tahun setelah itu, bagaimana dengan 50 tahun setelah itu, bagaimana dengan 100 tahun setelah itu, dst??
jadi dipersilahkan
Topsy KreeT wrote: untuk mas botak, coba anda tuliskan siapa-siapa saja penghafal quran itu secara hirarki sejak zaman muhamad sampai sekarang biar lebih meyakinkan.
.
Thanks
setiap muslim sudah pasti sedikit banyak hafal ayat Qur'an, karena setiap sholat, wajib dibaca ayat Qur'an.

kalo ada muslim yang ga hafal Qur'an artinya dia itu ga pernah sholat.
orang yang ga pernah sholat, bukan termasuk orang muslim, dia itu kafir.

yang membedakan muslim dengan kafir, adalah sholat.

:turban:

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 12:43 pm
by abbadul
angky wrote: ...
Ada kata bijak, janganlah kita berbohong kecuali kalau kita mampu mengingat terus menerus kebohongan yg kita lakukan. Tapi seringkali kebohongan yg kita lakukan harus diikuti oleh kebohongan kebohongan lainnya, sehingga kita akan lupa dengan kebohongan awal yg kita lakukan. :heart:
kebohongan muhammad : mengatakan ayat2 quran diturunkan dari auwloh dengan prantara jibril.
sekarang botak85 jungkir-balik membela kebohongan muhammad itu dengan kebohongan baru dengan mengemukakan tafsir2 manusia

Re: Al Qur'an tidak mungkin berubah.

Posted: Tue Sep 21, 2010 12:49 pm
by botak85
angky wrote: ...
Ada kata bijak, janganlah kita berbohong kecuali kalau kita mampu mengingat terus menerus kebohongan yg kita lakukan. Tapi seringkali kebohongan yg kita lakukan harus diikuti oleh kebohongan kebohongan lainnya, sehingga kita akan lupa dengan kebohongan awal yg kita lakukan. :heart:
abbadul wrote:kebohongan muhammad : mengatakan ayat2 quran diturunkan dari auwloh dengan prantara jibril.
sekarang botak85 jungkir-balik membela kebohongan muhammad itu dengan kebohongan baru dengan mengemukakan tafsir2 manusia
kebohongan kafir, jungkir balik menuduh Qur'an karangan Nabi Muhammad, tapi sudah 14 abad berlalu, tidak ada seorangpun kafir yang dapat menyusun sebuah buku yang menyamai Qur'an.

kafir hanya cuap...cuap.... tanpa bukti .... :vom: :vom: :vom:


:turban: