Hillman wrote:Maaf, artinya anda tidak dapat membedakan talbiyah syarat ihram yang berhenti saat menyentuh Hajar Aswad sebagai tanda awal menjawab panggilan berhaji dan talbiyah-talbiyah "lanjutan" dengan tujuan memperbanyak talbiyah yang di-sunnah-kan demi pahala
Pembawa Pedang wrote:
Dikau pun tak bisa membedakan mana yang sunnah dan mana yang penyembahan.
Istilah talbiyah "lanjutan" itu hanya versi dikau..padahal talbiyah apapun namanya tetap ucapannya sama...maknanya sama....
Rasul sampai dihajar aswat berhenti bertalbiyyah dikau tafsirkan sebagai sirik karena dianggap sebagai menduakan tuhan..namun dikau menutup diri ketika rasul juga berhenti talbiyah ketika mulai melontar jumrah.
Dikau mmg tak berubah dari dulu...
Hanya orang yang mau disesatkan bisa dikau sesatkan...
PP
Astaghfirullah.... seperti yang telah dituliskan di atas, apakah dengan bungkus "sunnah", sebuah ke-musyrik-an berubah menjadi ke-tauhid-an ?
Pertanyaan saya untuk anda sederhana saja, apakah anda paham makna "talbiyah syarat ihram" ? Dan harusnya anda paham mengapa talbiyah "lanjutan" berhenti saat jumrah Aqabah ?
Atau malah anda tidak paham ?
[QS 7:178] Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah , maka merekalah orang-orang yang merugi.
Salam bagi semua orang yang berpikir.