Page 2 of 2

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Sat Oct 24, 2009 5:35 am
by WANTEDX
kalo menurut gw sih namanya juga tuhan dia yang maha kuasa, dia mau di hilangkan atau di ganti yang terbaru itu terserah tuhan .. itu menunjukan kalo dia berkuasa atas segala sesuatu nya asal .. jangan manusia aja yang ganti2 ayat nya ^_^

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Sat Oct 24, 2009 4:48 pm
by AkalSehat
WANTEDX wrote:kalo menurut gw sih namanya juga tuhan dia yang maha kuasa, dia mau di hilangkan atau di ganti yang terbaru itu terserah tuhan .. itu menunjukan kalo dia berkuasa atas segala sesuatu nya asal .. jangan manusia aja yang ganti2 ayat nya ^_^
muslim bangets...

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Sat Oct 24, 2009 6:31 pm
by DHS
WANTEDX wrote:kalo menurut gw sih namanya juga tuhan dia yang maha kuasa, dia mau di hilangkan atau di ganti yang terbaru itu terserah tuhan .. itu menunjukan kalo dia berkuasa atas segala sesuatu nya asal .. jangan manusia aja yang ganti2 ayat nya ^_^
Cocok banget, Auwloh yang zalim! :rofl:

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Sat Oct 24, 2009 10:32 pm
by Jihad Zone
SEANDAINYA AYAT AL-QUR'AN SERING DIG0NTI-GANTI, MAKA SAYA YAKIN ALQUR'AN DAN TUHANNYA MENJADI PALSU, KARENA BISA DISIMPULKAN TUHAN TIDAK MAHA TAU PADA APA YANG AKAN TERJADI SEBAB TUHAN MASIH TERIKAT DENGAN RUANG DAN WAKTU. TIDAK SEBAGAIMAN PEMAHAMAN TUHANNYA ALKITAB SERING GONTA-GANTI AYAT SEHINGGA DAPAT DIAMBIL KESIMPULAN TUHAN DAN KITABNYA MENJADI PALSU.

SETUJU................!!!!

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Sun Oct 25, 2009 6:16 am
by WANTEDX
dari jaman muhamad sampe sekarang ngga ada tuh yang ganti ayat2 quran....... seandainya manusia megurangi atau melbihkan itu nanti tuhan hak tuhan yang ganti... bukan manusia ^_^

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Sun Oct 25, 2009 7:13 am
by AkalSehat
WANTEDX wrote:dari jaman muhamad sampe sekarang ngga ada tuh yang ganti ayat2 quran....... seandainya manusia megurangi atau melbihkan itu nanti tuhan hak tuhan yang ganti... bukan manusia ^_^
kalo ada bukti quran yang sekarang beda dengan quran yang pertama anda mau murtad?

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Sun Oct 25, 2009 6:02 pm
by belajarsejarah
Jihad Zone wrote:SEANDAINYA AYAT AL-QUR'AN SERING DIG0NTI-GANTI, MAKA SAYA YAKIN ALQUR'AN DAN TUHANNYA MENJADI PALSU, KARENA BISA DISIMPULKAN TUHAN TIDAK MAHA TAU PADA APA YANG AKAN TERJADI SEBAB TUHAN MASIH TERIKAT DENGAN RUANG DAN WAKTU. TIDAK SEBAGAIMAN PEMAHAMAN TUHANNYA ALKITAB SERING GONTA-GANTI AYAT SEHINGGA DAPAT DIAMBIL KESIMPULAN TUHAN DAN KITABNYA MENJADI PALSU.

SETUJU................!!!!
belajar sejarah sono.. Alquran sebenarnya cuma ALQURAP - AYAT2NYA PALSU dan BODONG, tUHANNYA JUGA.
Moso muhammad bisa mati keracunan seh? malu2in saja.. pasti dia di gaplok TUHAN yg aseli!

{baca nih tulisan Al Ghazoli tentang al qurap}
Tentang “keajaiban” Al-Qur’an. Apakah ini berarti Al-Qur’an tidak mempunyai kesalahan, baik itu secara gramatikal, sejarah ataupun Qur’aniah - dirinya, dan tidak seorangpun yang sanggup menulis sesuatu yang menyerupainya? Saya dulu memang selalu menantang para pengikut agama-agama lain untuk mencari kesalahan di dalam Al-Qur’an yang saya cintai. Tetapi beberapa teman dekat mengatakan kepada saya untuk membacanya dengan lebih seksama dan mendalam agar saya dapat mencari tahu sendiri. Saya melakukannya dan saya terkejut karena menemukan begitu banyak kesalahan gramatikal dan kesalahan sejarah. Kita tidak mau bertele-tele disini, kecuali hanya tampilkan satu-dua gelintir kekonyolan wahyu sebagai contoh.

Laki-laki vs. Perempuan; Bentuk Tunggal vs. Jamak; Subyek vs. Obyek.

Dalam Surat Al-A’raf di bawah ini,

Pada ayat berikutnya, dari Surat At-Tauba,

Muhammad juga terlanjur meletakkan bentuk subyek yang seharusnya berbentuk obyek, begitu juga sebaliknya – sebuah kesalahan yang tidak termaafkan dalam bahasa Arab, seperti yang ditulis dalam Surat Al-Hajj[102]

Dalam Surat Al-A’raf 7:56, kesalahan gramatika yang konyol juga terjadi, dimana bentuk laki-laki (yang derajatnya dalam Islam lebih tinggi) tertukar dengan bentuk perempuan yang berderajat lebih rendah.

Al-Suyuti mengatakan: “Tidaklah dibenarkan, bagi semua orang, untuk membaca Al-Qur’an tanpa membacanya dalam bahasa Arab; sekalipun pembacanya tidak pandai membaca dalam bahasa Arab.”

Dia mengatakan ini karena kebanyakan sarjana Muslim setuju bahwa menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain akan "menghilangkan banyak makna asli dan keindahannya serta nilai linguistiknya".

*[Tentu saja itu bukan monopoli Al-Quran, melainkan secara umum gejala seperti itu berlaku untuk semua “bahasa-ibu”, apalagi yang berujud prosa-lirik ala Al-Quran. Namun dalam perkembangan linguistik itu sendiri, entah dalam bahasa apa saja, akan menipiskan kekentalan nuansa aslinya yang selalu bergeser lewat waktu. Namun masalahnya menjadi lain ketika hal yang bersifat relatif itu hendak dimutlakkan dengan dalil bahwa membaca Al-Qur’an atau bershalat dalam bahasa lain>oleh para ulama Islam sebagi tidak sah, atau tidak diridhoi Allah, atau tidak berpahala selain dalam bahasa Arab! Bahkan pelaku-pelakunya dihajar!]

Kita harus bertanya:

“Apakah Allah adalah tuhan bagi orang-orang Arab saja?”

“Apakah dia bukan Tuhan bagi semua orang?”

“Apakah Allah tidak berbicara dalam bahasa lain selain dalam bahasa Arab saja, seperti yang Muhammad katakan beberapa kali dalam Al-Qur’an?”

Walau sejak dunia diciptakan hingga saat ini, keseluruhan manusia yang bisa berbicara dalam bahasa Arab hanya seporsi kecil saja, namun Muhammad berkata: “Cintailah Arab untuk tiga alasan: karena aku adalah orang Arab, karena Al-Qur’an diturunkan kepada kita dalam bahasa Arab,


Namun lucunya, Nabi Arab ini juga mempertentangkan pernyataannya di tempat lain dengan mengatakan: “Tidak ada perbedaan antara Arab dan bukan Arab kecuali dalam kesalehan.”

[105] Jika Al-Qur’an ditujukan bagi seluruh dunia, ia seharusnya datang dalam bahasa yang memang dapat diterjemahkan tanpa harus kehilangan makna dan nilai aslinya. Lebih jauh lagi, jika Al-Qur’an memang berasal dari Tuhan, ia seharusnya dapat diterapkan pada setiap generasi dan setiap tempat, tidak hanya untuk bangsa Arab dan hanya selama masa tertentu! [106]. Seorang Syeikh & ilmuwan Islam, Ibn Taymiyyah,[107] menulis: [108]. Bahwa terdapat banyak kesalahan di dalam Al-Qur’an, telah diketahui dengan baik di antara para Muslim, dan tidak dapat dibantah oleh sarjana-sarjana mereka. Maka saya bertanya, “Tidakkah ‘Jibril’ menyadari pentingnya penekanan-penekanan dan tanda-tanda pada huruf-huruf ketika Al-Qur’an diturunkan?” [109] Dan masih banyak kesalahan lainnya yang tidak usah lagi disertakan disini. [110]

*[Apalagi sampai harus diganti dan dirubah ayatnya Allah dalam nasikh-mansukh.]

Alasan-alasan Lainnya yang Membingungkan

Ketika Al-Qur’an ditulis, ia tidak memiliki tanda-tanda yang diperlukan oleh huruf-huruf yang sangat penting dalam bahasa Arab

“Sahabat-sahabat Muhammad tidak menaruh tanda atau penekanan pada huruf-hurufnya. Dengan demikian, kata tersebut dapat dibaca dengan dua cara yang berbeda, dan bisa memiliki dua arti (atau lebih) yang berbeda!

Bukti ini – penulisan Al-Qur’an yang tanpa tanda-tanda – juga SUDAH ditegaskan oleh Al Suyuti.

*[Bukankah dikatakan bahwa di setiap malam di bulan Ramadhan “Jibril” turun untuk me-review bersama Muhammad apa-apa yang sudah diturunkan kepadanya agar terkonfirmasi segalanya dalam kebenaran? Bahkan dikatakan Jibril telah mengunjungi Muhammad sebanyak 124.000 kali, atau hampir 20 x dalam sehari selama kenabian Muhammad? (lihat Wikipedia, kategori “Malaikat”). Lalu kenapa masih kelolosan banyak kerancuan dalam penandaan Al-Qur’an?] Kalau hal itu dikatakan sebagai keajaiban, kesempurnaan, dan yang terindah dari semua kitab, bukankan seharusnya bebas dari kesalahan yang memalukan?

Lama setelah Al-Qur’an ditulis, Abu Al-Aswad Al-Du’ali dan Saybubia (Khalil Ibn Ahmad) menyelesaikan pekerjaan yang tidak sempat dilakukan oleh ‘jibril’. Ketika peletakkan penekanan-penekanan dan tanda-tanda pada huruf telah diselesaikan oleh mereka, pertentangan pun terjadi di antara umat Islam; dan masih terus terjadi sampai hari ini: Al-Qur’an dapat dibaca dalam dua cara yang berbeda, dan kenyataan ini ditegaskan oleh para sarjana Muslim sendiri! Sebaliknya Muhammad mengakui bahwa Al- Qur’an dapat dibaca dengan tujuh cara berbeda (yang akan memberikan arti yang berbeda terhadap kata-katanya) sebagaimana yang dicatat dalam Hadits Shahih Bukhari dan Muslim.

Ketika saya masih kecil, saya bertanya kepada guru agama saya, mengapa (huruf) alif dihapus dari semua huruf-huruf dimana seharusnya ia ditempatkan. Dan guru saya tidak bisa menjawabnya, dan bahkan para sarjana Islam masih tidak memiliki sebuah jawaban. Apakah Jibril telah “memakan” huruf alif tersebut ketika ia mendiktekan ayat-ayatnya kepada Muhammad? Atau, huruf alif ini tidak terdapat dalam perbendaharaan Jibril? Jadi, apanya Quran yang dikatakan keajaiban yang terbesar?

*[Dan tidak cukup dengan itu, siapakah diantara Muslim yang tahu apa yang diturunkan oleh Jibril kepada umat Islam, dalam huruf atau ayat “Alif laam miim”(ayat awal dari surat 2, 3, 29, 30, 31, 32), atau “Thaa sin mim” (fawatih al-suwar, ayat awal dari surat 26 dan 28 dan lain lain total ada 29 surat?]

Al-Suyuti menulis: “Ayat awal dari semua surat adalah rahasia sehingga tidak seorangpun mengerti maksudnya kecuali bagi Allah” (lihat Al-Itiqan, Al-Suyuti, vol.3, p.29). Inikah ujud dari keajaiban Quran yang tak tertandingi? Dengan kesalahan gramatikal, sejarah, dan kalimat-kalimat tanpa arti? Bukankah itu hanya bualan tersendiri dari Muhammad untuk menantang orang-orang **** menciptakan satu surat sebaik semisal Quran?

Wahyu via Inspirasi Para Sahabat Muhammad?

Bukti menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu tak lepas dari ciptaan manusia. Kenyataan memperlihatkan banyak di antara ayat-ayatnya berasal dari para pendamping Muhammad dan istri-istrinya. Dengan demikian, apakah Abu Bakar dan Umar Al-Khattab juga merupakan nabi, atas partisipasinya dalam menulis Al-Qur’an? Mari kita lihat beberapa yang narasinya pendek saja.

Umar Ibn Al-Khattab

Abu Bakar bukanlah satu-satunya, masih ada yang lain yakni Umar ibn Al-Khattab mengatakan sebuah pernyataan bahwa “jibril” dengan segera menerima dan menurunkan kepada Muhammad.

Salah satu peristiwa yang disebutkan Al-Suyuti, menunjukkan bagaimana dan dari siapa wahyu Muhammad itu timbul:

“Seorang Yahudi bertemu dengan Umar Ibn Al-Khattab. Orang Yahudi itu beradu argumentasi dengan Umar dan mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi dan “jibril” yang berbicara kepadanya hanyalah musuh dari orang Yahudi. Umar menjawabnya, ‘Siapapun yang menjadi musuh Allah, dialah musuh para malaikat, para utusannya, Jibril dan Michael, karena Allah adalah musuh bagi orang-orang yang tidak percaya.’ Dan hanya selang dua hari, ucapan tersebut diturunkan menjadi ayat yang bisa kita temukan dalam Al Qur’an, Surat 2:98.”

Zayd bin Thabit [111]

Sebuah kisah lain diceritakan oleh Zayd, salah seorang dari para penulis wahyu Muhammad (Al Qur’an). Ia mengatakan:

“Muhammad menghampiriku lalu berkata, tulislah apa yang telah diturunkan kepadaku, ‘Mereka yang hanya duduk diam di dalam iman tidak dapat disamakan dengan mereka yang bertempur di jalan Allah.’ Di antara mereka pada saat itu, ketika ia sedang mendiktekannya kepadaku, ada Ibn Umm Kulthum, seorang tuna netra. Ia berkata kepada Utusan Allah, ‘Tetapi aku buta.’

Lalu Muhammad berkata kepada Zayd, ‘Tambahkan pada ayat itu, kecuali mereka yang cacat.’”

Apakah itu merupakan pewahyuan yang turun dari surga atau nasihat spontan dari manusia? Saya serahkan kepada Anda untuk memutuskannya.

*[Masalahnya, hanya Muhammad seorang yang menyaksikan perkataannya sendiri sebagai wahyu! Dan itu dengan mengatas-namakan “Jibril”plus “Allah” yang kedua-duanya hanya diklaim. Sementara pewahyuan nabi-nabi sebelumnya hanya berurusan langsung dengan Tuhan sendiri (tanpa Jibril), kenapa Muhammad hanya berurusan dengan “Jibril” tanpa Allah? Maka dalam contoh diatas, tampak sekali klaim demikian mudah nyasar dari sumber tertingginya.]

Abd Allah bin Sa’d

Seorang penulis lain yang dipakai Muhammad adalah Abd Allah bin Sa’d. Ia kemudian meninggalkan nabi karena ia menemukan kenyataan bahwa tidak ada pewahyuan dan tidak ada “jibril.” Ia bersaksi demikian: “Muhammad sebelumnya selalu berkata kepadaku untuk menulis pada setiap akhir bagian: ‘Allah adalah penyayang dan adil’. Tetapi aku menulisnya dengan ‘pengampun dan penuh belas kasihan.’ Lalu Muhammad menjawab, ‘Itu sama saja.’”

Akibatnya Sa’d telah pun meninggalkan Islam. Ia melarikan diri karena Muhammad mengancam akan membunuhnya setelah ia diberitahukan apa yang dikatakan oleh bin Sa’d: “Jika Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad, Ia tentu juga akan menurunkannya kepadaku. Ketika Muhammad berkata, ‘Allah mendengar dan mengetahui segalanya,’ aku menulis, ‘Allah maha mengetahui dan adil.’ Jawabannya seperti biasa adalah, ‘bin Sa’d, tulislah apapun yang kau kehendaki.’ ”

Menanggapi tuduhan Sa’d, ayat berikut ini kemudian diturunkan kepada Muhammad, Al-An’am 6:93: “Dan siapakah yang lebih zalim dari orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”

Seperti biasa, “jibril” selalu siap dengan sebuah ayat untuk membenarkan pemlintiran fakta dari Muhammad, ketika ia menumpahkan darah bin Sa’d yang hendak membuktikan kepalsuan nabi.

*[Tentu para pembaca dapat merasakan bahwa bin Sa’d – sebagai penulis wahyu bagi tuannya – tahu persis resiko apa yang bisa dijatuhkan kepadanya bila ia sesumbar menyaingi tuannya sebagai penerima wahyu pula. Tetapi karena itu bukan sesumbar bualan – melainkan fakta yang sebenarnya – maka ia kehilangan respek terhadap tuannya, tidak tahan menghadapi kepalsuan, dan barakhir nekad melontarkan fakta kebenarannya dengan resiko yang harus ditanggungnya!]

Umm Salamah

Umm Salamah, salah seorang dari istri-istri Muhammad, suatu ketika bertanya: “Wahai Utusan Allah, aku tidak pernah mendengar sosok wanita diucapkan selama masa Hijrah (menyingkirkan diri/ minggat ke Medinah).” Kemudian, ayat di bawah ini dengan mudahnya turun: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan; karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”

“Wahai Utusan Allah, engkau hanya menyebutkan laki-laki tetapi tidak menyebut perempuan.” Seperti biasa, “jibril” sudah siap memberikan kepalsuan kepada Muhammad. Lihat ayat di bawah ini diturunkan jibril: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, …. dst.”

Masih banyak lagi surat yang turun dari “jibril” untuk memuaskan istri-istri Muhammad dan teman-temannya.

Aisyah

[117] yang mengijinkan penggunaan pasir (dalam bahasa Arab disebut, Al-Tayammum) sebagai persiapan untuk bersembahyang, sebagai pengganti air.[118] Bagaimana pasir bisa membersihkan orang-orang yang akan bersembahyang, bukankah malahan akan menambah kotor? Bagaimana ucapan manusia (Aisyah sehabis sanggama) bisa bernilai wahyu dalam Qur’an?[119] Pertanyaan yang sama-sama bodohnya: apa Jibril kalah terhadap bangkai anjing, atau kalah akal memilih ruang/ rumah lain (atau tempat lain diluar rumah) untuk menurunkan ayat-ayat Allahnya?[120]

Suatu kali, Aisyah, istri yang dimanjakan oleh Muhammad, berkata: “Aku bersama dengan Utusan Allah ketika sebuah penyerangan sedang berlangsung. Ia seperti biasa melakukan hubungan intim denganku, setiap malam. Tetapi ketika pagi hari tiba, ia tidak menemukan air untuk mencuci untuk sembahyang. Aku berkata kepadanya, ‘Muhammad, bukankah kita terbuat dari pasir?’ Dan ia menjawab, ‘Ya, benar.’ Aku berkata, ‘Kalau begitu, mengapa bingung, engkau dan orang-orangmu membutuhkan air namun tidak menemukannya, sedangkan pasir selalu ada di sana. Gunakan saja pasir.’”

Seperti biasa, “jibril”-nya Muhammad turunkan ayat dengan segera

Wahyu dari Pembantu? Terhenti Karena Bangkai Anjing?

Manipulasi Muhammad dan tuhannya dan Jibrilnya tidak hanya terbatas pada hubungan-hubungan yang penting, tetapi meluas kepada hal-hal yang sepele. Sebagai contoh, ada satu kisah populer yang dipercaya ratusan juta Muslim, bahwa wahyu Muhammad bisa terputus karena bangkai anjing. Suatu hari sang nabi bertanya kepada pembantunya: ‘Mengapa, ya Khawla, “jibril” berhenti menurunkan ayat-ayat kepadaku?’ Khawla tentu tak bisa menjawab dengan kepastian. Tetapi tatkala ia bersih-bersih ruangan dan ketika ia membersihkan di bawah tempat tidur sang nabi, ia menemukan seekor anjing mati. (Dan Muhammad tidak mencium bangkai anjing yang telah mati selama beberapa hari di bawah tempat tidurnya? Dan kenapa seorang nabi bertanya kepada pembantunya tentang ruh “jibril” yang dinyatakan oleh Muhammad sendiri bahwa keberadaannya tidak bisa terjangkau oleh beliau, apalagi manusia lainnya (lihat Surat 17:85), bahkan apalagi ditanyakan apa sebab musabab wahyunya terhenti? Yang benar saja! Tetapi itulah hebatnya sang nabi, sebab setelah kamarnya dibersihkan, tuhannya Muhammad menurunkan Surat Ad-Duha 93:5.

Kontradiksi (Pertentangan) Ayat-ayat dalam Al-Qur’an

Tersinyalir bahwa ada lebih dari 24% ayat-ayat Qur’an yang bertentangan satu sama lainnya. Beberapa contoh akan dibahas disini.

Yang “Menghapus dan Dihapuskan”

Kita akan mendiskusikan kontradiksi yang tak masuk akal didalam Al- Qur’an yang sekaligus merupakan praktek membahayakan dimana satu ayat Allah bisa diganti-gantikan dengan ayat lain dengan entengnya, seolah Allah ingin mengatakan: “Sebentar, Aku telah membuat kekeliruan dan Aku perlu membetulkannya sekarang.” Praktek ini di dalam Al-Qur’an dijadikan doktrin Islam dan dikenal dengan istilah Nasikh dan Mansukh, “Yang Menghapus” dan “ Yang Dihapuskan.”

*[Tetapi bagaimana Tuhan Yang Mahatahu mungkin bisa keliru memberikan wahyuNya, sehingga perlu mendatangkan wahyu yang membatalkan wahyu? Secara teologis, doktrin ini sekaligus telah merupakan pengakuan akan adanya kontradiksi wahyu Allah, namun dihalalkan Islam dengan istilah muluk!]

Berikut ini adalah antara lain kontradiksinya yang mencengangkan!

Tidak Ada Paksaan dalam Agama?

Kami tampilkan 4 ayat sejuk yang memberi kebebasan bagi orang-orang untuk memeluk agama mereka selain Islam:

* “Tidak ada paksaan untuk agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”

* “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab dan kepada orang-orang yang ummi, “Apakah kamu mau masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk (kepada kebenaran), tetapi jika mereka menolak, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan kepada mereka.”

* “Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kamilah yang menghisab amalan mereka.”

* “Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka, dan kamu (Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.”

Tetapi pada kenyataan yang sebenarnya, Al-Qur’an tidak dapat mentolerir kebebasan seseorang untuk memilih keyakinan. Ini terjadi setelah Muhammad merebut kekuasaan dan memiliki banyak kekuasaan, sehingga dialah sendiri yang bebas mengubah wahyu mengenai kebebasan secara berlawanan diametral. Semua yang ”non-Islam” harus diperangi dan ditumpasi, termasuk orang-orang yang Allah berikan KitabNya!:

*.“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi perlawanan, dan agama itu semata-mata hanya untuk Allah. Jika mereka berhenti, maka tidak ada lagi permusuhan, kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”

*.“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (Agama Allah), (bahkan jika mereka adalah) orang-orang yang diberikan kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah

*.“Hai Nabi! Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”

*. “Mereka ingin kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung dan jangan (pula) menjadi penolong.”

Secara keseluruhan, Al-Qur’an mengandung lebih dari 220 kontradiksi. *[Dan setiap ayat-ayat keras itu dapat dipakai secara absah dan halal sesuai dengan kebutuhan dan situasi Islamnya. Malahan dalam Haditsnya, Muhammad terang-terangan memerintahkan penumpasan orang kafir yang harus dikaitkan dengan penjunjungan dirinya berdampingan dengan Allah]:

”Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka mengatakan, ’Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah

Kontradiksi: Hari Penghakiman

Ibn Abbas mengatakan bahwa, suatu hari seorang Arab mengatakan kepadanya bahwa Al-Qur’an menulis panjangnya sehari penghakiman adalah sama dengan 1000 tahun, sebagaimana yang ditulis dalam Surat As-Sajdah 32:5. Sebaliknya, dalam Surat Al-Ma’arij 70:4 dan di tempat-tempat lainnya, panjangnya sama dengan 50.000 tahun. Abu Abbas menjawab bahwa kedua ”hari” yang berbeda itu dan masa kehadiran mereka memang disebutkan di dalam Al-Qur’an, tetapi Allah lah yang mengetahui jawaban yang sebenarnya mengenai mereka. *[Lihatlah betapa fasihnya Quran menyajikan jurus-jurus pendalilan yang berkelat-kelit dan yang membodohi, demi menutupi ayat-ayatnya yang kontradiktif. Yang satu, dikatakan Allah melakukan koreksi ayat dengan nasikh-mansukh. Yang lain, dikatakan bahwa hanya Allah yang tahu, tanyalah sama Yang Empunya Ayat! Padahal jawaban yang lurus, sederhana, dan benar adalah persis yang Muslim tuduhkan terhadap Alkitab: Kitabmu palsu! Maling teriak maling? Allah pasti tahu, tetapi manusia pun sesungguhnya mudah tahu!]

Kontradiksi Lainnya:

1. “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasib di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Surat 23:101)

Ini bertentangan dengan

“Sebagian dari mereka menghadap satu sama lain, kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan.” (Surat 37:27).

2. “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara ke duanya dalam enam hari.”( Surat 32:4)

Ini bertentangan dengan

“Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari? Dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? Demikian itulah Tuhan semesta alam.” (Surat 41:9).

3. “…maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” (Surat 4:3).

Pada ayat di atas, Al Qur’an mengajarkan bahwa ada kemungkinan untuk bersikap adil kepada beberapa orang perempuan, tetapi hal itu bertentangan dengan surat yang sama: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…” (Surat 4:129).

4. Dalam Surat 90:1, Muhammad mengatakan bahwa ia tidak bersumpah dengan menggunakan “kota ini” (Mekah): “Aku tidak bersumpah demi kota ini.”

Tetapi kemudian ia mempertentangkannya dengan ayat Surat 95:1-3

“Demi buah tin dan buah zaitun, dan demi bukit Sinai dan demi kota (Mekah) ini yang aman.”

Mungkinkah seorang Nabi Tuhan bersumpah demi buah tin dan zaitun? [Dimanapun, sumpah itu harus didirikan di atas otoritas yang paling berwenang (lebih tinggi daripada yang bersumpah) yang dianggap turut menyaksikan dan meneguhkan sumpah! Anda manusia tak mungkin bersumpah demi nama anjing misalnya, dan Tuhan mustahil perlu bersumpah demi ciptaanNya! Ia sesungguhnya tidak perlu bersumpah, namun bila itu dilakukan juga, maka Tuhan bersumpah hanya demi diriNya. Sumpah yang selainnya hanya bisa datang dari ”wahyu akal-akalan”. Itu sebabnya banyak sekali teman Muslim yang akhirnya meninggalkan Islam karena Qurannya hanya berisi ”sumpah serapah buatan manusia”. Namun Alkitab berkata: ”Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan... Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya.” (Ibrani 6: 16, 13)]

Kesalahan Sejara

*[Perlu dicatat bahwa ketika Muhammad merujuk kepada cerita Alkitab, ia bukan mengutipnya dari Alkitab, melainkan berusaha memindahkan setting Israel ketanah Arab (Mekah), seperti yang kita saksikan dalam kisah Ibrahim versi Muhammad. HS Bukhari menuturkan bahwa Ibrahim menghantar Hagar dan putranya yang kala itu masih menyusu, pergi ke Mekah karena keduanya diusir oleh Sara. Tidak seorang manusiapun yang tinggal ditempat itu, dan Ibrahim segera pulang kembali kepada Sara sambil meninggalkan mereka berdua disitu. Hagar dan putranya terancam kehausan, sehingga Hagar seperti orang gila berlari bolak-balik 7x dari Shafa ke Marwah, yang akhirnya secara ajaib menemukan mata air Zamzam. Maka merekapun seterusnya menetap di tempat tersebut dimana Ismail belajar bahasa Arab dan kelak kawin disana (HS.Bukhari no. 1475). Tetapi setelah secara “shahih” menceritakan kisah yang dicangkokkan disini, kapankah Ibrahim punya waktu untuk menemui Ismail guna menceritakan tentang mimpinya untuk menyembelih putranya? Untuk tujuan pencocokan legenda ini, maka para sarjana Islam sibuk menyusun kisah alternatif. Namun semuanya tetap dimentahkan dengan satu pertanyaan, dari mana sumber legenda itu diambil? Dari Nabi-nabi sebelum Masehi atau dongeng manusia dan jin-jin sesudahnya??]

Alkitab/Kitab Suci Injil menyatakan bahwa Hagar dan putranya meninggalkan Hebron (tanpa Abraham) dan pergi ke arah selatan, ke Bersyeba (dengan dibekali sedikit roti dan sekirbat air). Di gurun Palestina selatan ini mereka dengan sendirinya tersesat, namun malaikat Tuhan datang menyelamatkan mereka. Dan beberapa tahun kemudian, Hagar, budak dari Mesir itu, mengatur pernikahan putranya dengan seorang perempuan Mesir pula.

*[Pengisahan Alkitab oleh Nabi Musa ini jelas logis dan otoritatif, tanpa jejak akal-akalan manusia sesudah masa Muhammad. Namun secara tiba-tiba Hadist (200 tahun sesudah Muhammad) memastikan Hagar dan Ismael bisa berjalan sampai ke Mekah dengan persediaan makan-minum sekedarnya. Selain itu, disaat sekitar tahun 2000 SM seperti itu, dimanakah dapat ditemukan bukti sejarah atau arkeologi yang menunjukkan adanya akses migrasi atau jalan karavan kesana? Bukankah Hadist Nabi sendiri mengatakan juga bahwa “pemukiman” Mekah tidak exist dalam sejarah sekuno itu (lihat HSB. No.1475, “...Waktu itu tidak ada seorangpun yang tinggal di Mekah”. Alangkah sembrononya dongeng “bunuh diri” yang ingin memindahkan setting Israel ke Arab!]

Kontradiksi Tentang Kewafatan Sayidina Isa Al-Masih

Pertentangan yang paling kritis dan ketara dalam Qur’an adalah mengenai Kewafatan (kematian) Yesus (Isa). Apakah Dia telah dibunuh atau tidak? Surat An-Nisa 4:157 berkata:

…”Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa Putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula disalib-nya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.”

Umat Islam selalu mengutip ayat yang tanpa saksi dan bukti ini – satu-satunya ayat yang dipunyai Quran -- untuk menjawab pernyataan orang Kristen tentang penyaliban Kristus. Untuk menanggapi hal itu, umat Islam terpaksa harus melupakan Surat Al-Imran 3:55:

“Ingatlah, ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan menyebabkan kematianmu

Di sini Al-Qur’an tidak hanya menyebutkan tentang kematian Yesus (Isa) yang bertentangan dengan ayat sebelumnya, tetapi juga dinyatakan bahwa siapapun yang menjadi pengikut Yesus akan berada di atas orang-orang lainnya pada hari kiamat! Al-Qur’an juga menyebutkan tentang kematian Isa di dalam Surat Maryam 19:33: “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

Disini ada dua ayat dalam Qur’an yang mengkonfirmasikan kematian Isa anak Maryam, melawan satu ayat yang menolak kematiannya. Apakah ada dua Tuhan berbeda yang masing-masing menyuarakan ”hidup-mati-nya” Isa yang berbeda? Padahal Muhammad berkata, ”Tiada Tuhan selain Allah?” Bagaimana umat Muslim melihat pertentangan yang gamblang ini?

Contoh Kesalahan Fatal Lainnya

Tidak ada nara sumber manapun yang menyebut bahwa Maria yang melahirkan Yesus mempunyai seorang saudara laki-laki. Tetapi Tuhannya Muhammad mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa Maria mempunyai saudara laki-laki, (Maryam 19:28). Masih tentang subyek yang sama, Al- Qur’an mengatakan bahwa Maria adalah saudaranya Harun. Ini juga kesalahan fatal sebab Harun adalah orang dari suku Lewi, sementara Maria berasal dari suku Yehuda. Lebih fatal lagi, Harun hidup 1500 tahun SM (sebelum Isa lahir)! Tentulah akan menyulitkan laki-laki itu menjadi saudara laki-laki Maria!

Al-Qur’an juga berspekulasi bahwa istri Firaun-lah yang menemukan Musa di sungai Nil, padahal yang benar adalah Puteri Firaun.

*[Kebenaran ini dinyatakan oleh Musa sendiri yang menulis Taurat dan yang mencantumkan dirinya diasuh oleh putri Firaun! Akankah Muhammad lebih tahu dari Musa tentang Musa? Sedangkan kemustahilan melaksanakan wajib shalat 50x sehari (yang semula diwajibkan Allah bagi Muhammad), itu saja tidak diketahui Muhammad. Dan itu hanya diketahui oleh Musa, sehingga Muhammad disuruhnya untuk menawar kepada Allah hingga jatuh hukum finalnya menjadi 5x sehari! (lihat HS Bukhari 211). Sungguh seluruh Muslim berutang budi kepada Musa yang mencetuskan ”ide-brilliant” kepada Muhammad untuk bernegosiasi dengan Allahnya Muhammad.]

Kesalahan Al-Qur’an terkait dengan ilmu pengetahuan, juga membuktikan bahwa ia bukanlah buku yang berasal dari Tuhan. Sekiranya itu berasal dari Tuhan, seharusnya “kenyataan mengenai alam semesta” adalah yang sebenarnya. Bahkan seandainyapun Al-Qur’an nguping mengutip dari Alkitab, ia tidak melakukannya secara akurat. Sebagai contoh, Alkitab menyatakan bahwa bumi adalah bulat, sebuah globe. Dan itu dinyatakan secara jelas pada abad ke delapan SM – hampir seribu tahun sebelum Muhammad. Yesaya menulis tentang bulatan bumi: “Dia yang bertahta di atas bulatan bumi….”

“Yang Menghapuskan dan Dihapuskan” (Mansukh wa’al Nasikh)

Doktrin ini ada dalam Al-Qur’an. Ini berarti bahwa Muhammad memiliki hak untuk menghapus dan membatalkan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an sesuai
kehendaknya. Beberapa kritik menyatakan bahwa tuhannya Muhammad akan membacakan ayat-ayat, dan kemudian setelah beberapa waktu, Ia akan membatalkan atau menghapuskannya. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an dibatalkan atau diubah hanya beberapa jam setelah penurunannya kepada Muhammad. Bagaimana Muhammad menangani masalah ini, dan bagaimana ia membenarkan tindakannya atas hal ini?

Alasan pokok: Allah Menggantikan dengan idea yang Lebih Baik?

Pada satu titik, keseluruhan panggilan dan misi Muhammad hampir merupakan kesalahan total. Rupa-rupanya orang-orang Yahudi di Arab sangat kenal akan gaya dan kebiasaan Muhammad tatkala menyampaikan ajaran kenabiannya. Mereka menyatakan bahwa setelah Muhammad memberikan perintah kepada para pengikutnya, ia biasa akan menariknya tidak lama kemudian. Dan seperti biasanya, Tuhan selalu siap untuk mengirim “jibril” dengan sebuah ayat untuk menolongnya keluar dari dilema, serta meyakinkan orang-orang bahwa Allah-lah, dan bukan Muhammad yang memerintahkannya untuk menghapus ayat tertentu: “Ayat mana saja yang kami cabut atau kami jadikan lupa kepadanya, kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Menurut Al-Suyuti, “Pencabutan berarti penghapusan atau pembatalan.”

Dibatalkan oleh Ayam-Ayam?

Banyak ayat yang ditambahkan di dalam Al-Qur’an secara seketika setelah kematian Muhammad. Banyak lagi ayat lainnya yang dihapuskan oleh Utsman bin Affan, yang memerintahkan agar Al-Qur’an diperbaiki dan menaruh penekanan-penekanan pada huruf-hurufnya. Tetapi kemana perginya semua surat dan ayat-ayat yang dihapuskan itu?

Kita bahkan dapat bertanya: Kemana perginya Al-Qur’annya Muhammad? Menurut Ibn Hazm, Aisyah mengatakan bahwa beberapa ayat, seperti mengenai melemparkan batu dan menyusui anak,

Beberapa sarjana Muslim boleh saja menyatakan bahwa ayat-ayat yang telah dimakan oleh ayam tersebut telah dibatalkan. Tetapi tentu saja, mereka tidak mengetahui dengan pasti karena mereka tidak bersama-sama dengan ayam yang memakan ayat-ayat tersebut. Tetapi bagaimana ayat-ayat tersebut dibatalkan setelah Muhammad meninggal? Dan bagaimana mungkin ayam-ayam membatalkan ayat-ayat tersebut, sedangkan beberapa ayat yang sudah dimakan ayam-ayam masih terdapat di dalam Al-Qur’an?

Selanjutnya, Umar bersikeras menambahkan Al-Qur’an dengan ayat-ayat mengenai menyusui anak setelah ia mendengar Aisha menceritakan hal itu. Ia juga hampir menambahkan ayat-ayat mengenai melemparkan batu, setelah mendengar kisahnya dari Ka’b. Namun anehnya, ke mana perginya dua ratus ayat yang sedianya ada dalam Surat Al-Ahzab?

*[Hadits narasi Aisha mengatakan bahwa surat al-Azhab 33 terdiri atas 200 ayat di masa Muhammad. ”Ketika Utsman menyalin ‘masahif’ (kodex) maka kami tidak tahu lagi apa-apa, kecuali bahwa apa yang kita punyai sekarang ini (maksudnya surat al-Azhab entah bagaimana kini hanya berisi 73 ayat seperti Quran di saat ini. Lihat Al-Suyuthi, Al-Itqan II.p.25)]

Bukankah tuhannya Muhammad berkata: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya dari penyelewengan.”

Lalu bagaimana mungkin tuhannya Muhammad tidak menjaga firmannya dan Al-Qur’annya dari ayam-ayam tersebut? Menjaga ayam-ayam itu untuk tidak melahap ayat-ayat Al-Qur’annya? Atau mencegah Utsman untuk menghapus ratusan ayat dari Al-Qur’an? Dr. Mousa Al-Mousawi, seorang sarjana Iran modern, menyatakan: “ Diantara mereka kelompok-kelompok Islam yang mengatakan bahwa ada perubahan di dalam Al-Qur’an, maka para sarjana Shiah adalah persentase yang terbesar di antara mereka.”

Ayat yang Hilang – Surat yang Hilang

Kita menyaksikan dengan mata sendiri bahwa ayat pertama (basmalah) juga dihapuskan dalam Surat-9, At-Tauba. Al-Suyuti, seorang sarjana Muslim terkemuka menegaskan bahwa lebih dari 100 ayat dihapuskan dari surat tersebut.[142] Ia menyebutkan bahwa Ibn Malik mengatakan banyak ayat yang dihapus dari Surat At-Tauba, termasuk ayat “basmalah” tadi. Dan ditegaskan kembali bahwa jumlah ayat sebelumnya adalah sama dengan jumlah ayat dalam Surat 2 (Al-Baqara

Kemana perginya ke dua surat itu? Bagaimana mereka bisa menghilang dari Al-Qur’an salinan Utsman, yang dibaca oleh kelompok umat Muslim Sunni saat ini, tetapi berbeda bentuknya dengan yang dibaca oleh kelompok Shiah? Al-Qur’an Sunni memiliki 114 surat, sedangkan Al-Qur’an Shiah memiliki 115 surat, dimana Surat Al-Wilaya (Pengganti) ditambahkan di dalam Al-Qur’an tersebut.[145]

Cara Al-Qur’an Dihimpun Menjadi Kitab

[Kita sedih membaca di banyak tempat – termasuk di Muqadimah terjemahan Al-Qur’an – yang tetap nekad menyatakan bahwa sebelum Nabi wafat, “semua ayat-ayat Quran sudah terturun dan disusun final, menurut tertib urut yang seharusnya, dan terjaga dan terpelihara baik oleh Allah”. Dan Muslim awam mempercayai pernyataan itu mentah-mentah! Jauh dari kebenaran!]

Padahal Muhammad sendiri semasa hidupnya tidak mengumpulkan ayat-ayat yang tesebar di berbagai tempat (selama lebih dari 20 tahun) menjadi sebuah kitab, yang kemudian disebut Al-Qur’an (artinya bacaan).

[Beliau juga tidak pernah memerintahkan para sahabatnya untuk mengumpulkannya dari ayat-ayatnya yang terserak di atas pelbagai alas-tulis yang

dipakai sekenanya oleh tiap pengikutnya. Mereka ini hanya mencatatkan ayat-ayat favoritnya sendiri-sendiri, itupun kalau mereka kebetulan hadir tatkala Nabi mendapat wahyu, yang tempat dan waktunya tidak pernah menentu. (Bisa di rumah, sendirian atau bersama seseorang, di mesjid, dalam perjalanan, di siang hari, atau malam, bahkan dalam peperangan, di bumi atau di surga) Pencatatan dilakukan pada potongan-potongan kayu, lempeng tanah, batu, daun kurma, tulang, kulit binatang, apa saja, dan menyimpannya sendiri-sendiri pula secara lepasan. Ada pula yang mencatat bagiannya dalam otak, alias dihafal. Alhasil, tak ada yang terkumpul penuh, tak ada yang teratur, tak ada urutan yang dibakukan, melainkan masing-masing adalah seporsi himpunan ayat-ayat favorit yang saling berbeda. Itu sebabnya setelah Nabi wafat, Zaid bin Tsabit pada awalnya tetap menolak ketika kepadanya diminta untuk melakukan pengumpulan Quran: “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?” (Suyuti, Itqan, i, p.59, dll.) Jelas sekali bahwa penolakan ini sekaligus mematahkan usaha Muslim saat ini untuk menutup-nutupi kenyataan bahwa Quran belum terkumpul, kecuali berserakan, di saat wafatnya Muhammad.]

Namun, Abu Bakarlah, yang kemudian mengumpulkan setelah kematian Muhammad. Tugas itu berlanjut ke tangan Zaid bin Thabit, yang sebelumnya ia merasa harus menyatakan keberatannya: “Ali Ibn Abu Talib datang kepadaku, memintaku untuk melanjutkan Al-Qur’an dan mengumpulkannya menjadi satu. Demi Allah, jika mereka mendelegasikan tugas kepadaku untuk memindahkan gunung, itu tidak akan lebih sulit bagiku dibandingkan apa yang mereka minta aku kerjakan”

Kesulitan macam apakah yang membuat Zaid menjadi begitu tertekan?

As-Suyuti menegaskan dalam bukunya, Al-Itqan, bahwa Utsman memerintahkan untuk membakar semua salinan Al-Qur’an itu, termasuk salinan Ali dan Ibn Mas’ud.

1. Mengapa Muhammad tidak menyusun sendiri Qur’annya semasa hidupnya?

2. Mengapa tuhannya Muhammad atau “jibril” tidak memerintahkan untuk mengumpulkannya sebelum Nabi meninggal?

3. Apakah Allah tidak menjaga firman-Nya (jika itu benar-benar firman-Nya) dari kemungkinan hilang atau diubah?

4. Apakah Allah tidak bisa mencegah pertumpahan darah Utsman dan ribuan orang Muslim lainnya yang berbeda mengenai ucapan-ucapan Allah?

Muhammad bin Abu Bakar, terang-terangan menuduh Utsman menjelang saat membunuhnya, “Engkau telah mengubah buku Allah!” Seperti bin Abu Bakar, begitulah sejumlah besar umat Islam mengatakan dengan yakin bahwa Al-Qur’an telah diubah.

*[Dikatakan dalam buku Nabhan Husein: Tinjauan Ahlus Sunnah terhadap faham Syi’ah tentang Al-Quran dan Hadits, dan juga Hadits Hisyam bin Salim yang diriwayatkan Abi Abdillah, bahwa “Kaum Syi’ah menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada 219 ayat-ayat Quran yang palsu. Mereka bahkan percaya bahwa jumlah ayat Al-Quran yang dibawa oleh Jibril kepada Muhammad adalah 17.000 ayat”. Jadi yang terhilang hampir 2x yang tersisa! Inilah perselisihan yang tidak terselesaikan sebagai warisan dari Muhammad. Intinya terletak pada kenyataan bahwa Islam telah kehilangan sumber-sumber otentik lainnya yang diakui pernah ada – berbeda dari yang ada saat ini – namun yang harus dimusnahkan oleh perintah Utsman secara diktator! Dan Syi’ah yang malang terpaksa menerima Quran sekarang apa adanya!]

Jadi pelajarilah semua bukti yang mengelilingi Al-Qur’an dan sejarah rekonstruksinya, yang tentu saja logis sering disembunyikan bagi umum, karena memalukan dan menyesakkan hati!

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Mon Oct 26, 2009 1:24 am
by Jihad Zone
belajarsejarah wrote:belajar sejarah sono.. Alquran sebenarnya cuma ALQURAP - AYAT2NYA PALSU dan BODONG, tUHANNYA JUGA.
Moso muhammad bisa mati keracunan seh? malu2in saja.. pasti dia di gaplok TUHAN yg aseli!
tulisan mahluk sesat JIL ??? udah bubaran tuh.... udah banyak yg insaf

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Mon Oct 26, 2009 2:32 am
by belajarsejarah
Jihad Zone wrote: tulisan mahluk sesat JIL ??? udah bubaran tuh.... udah banyak yg insaf
kog JIL?
mangnya ada yg gak ada yang salah ttg sejarah diatas? kog gak disanggah?

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Mon Oct 26, 2009 2:47 am
by Jihad Zone
belajarsejarah wrote:kog JIL?
mangnya ada yg gak ada yang salah ttg sejarah diatas? kog gak disanggah?
weleeh percuma ngebahas itu mubazir, udah kuno lagian udah gak laku, lebih tepatnya itu sejarah bualan.
umat islam disuruh perdalam isinya bukan sejarah percetakannya, kalo isinya berubah dan tidak sesuai baru islam unjuk gigi

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Mon Oct 26, 2009 3:19 am
by belajarsejarah
ya sudah gak bisa disanggah, barangkali bisa sanggah yg ini:

PENGUBAHSUAIAN, PENGHAPUSAN DAN
TERJADINYA PEMINDAAN DALAM AL-QURAN


Menurut pandangan Islam, kerana al-Quran merupakan Kalam Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad oleh malaikat, maka tidak mungkin ada revisi (pemindaan) al-Quran atas kemahuan Muhammad sendiri. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat, misalnya :

"Ketika tanda-tanda (ayat-ayat) Kami dibacakan kepada mereka sebagai bukti-bukti, maka orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata : 'Datanglah suatu Quran yang berbeda dari ini, atau ubahlah ia.' Katakanlah: 'Tidak patut bagiku mengubahnya atas kemahuanku sendiri; aku hanya mengikuti apa-apa yang diwahyukan kepadaku; seandainya aku mendurhakai Tuhan, maka aku takut azab hari yang besar'."

Surah 10/15

Bahagian al-Quran yang lebih awal menggambarkan bentuk azab ini dengan lebih jelas:

Seandainya dia memalsukan sebahagian pernyataan Kami

Akan Kami pegang dia dengan tangan kanan

Lalu Kami potong urat jantungnya;

Tidak satupun dari kamu yang dapat melindunginya (dari Kami)
Surah 69/44-47

Namun ayat-ayat lain menunujukkan bahwa penyembah-penyembah berhala Makkah mendesak membuat 'wahyu-wahyu' yang lebih menyenangkan diri mereka, kira-kira dengan membolehkan pengakuan tertentu kepada berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan yang lebih rendah kepada Allah :

"Mereka hampir saja memalingkanmu dari apa-apa yang Kami mewahyukan kepadamu, agar kamu mengada-adakan sesuatu yang lain terhadap Kami. Kalau Kami tidak menegurkan kamu (Muhammad), maka kamu hampir saja condong sedikit ke arah mereka. Jika terjadi demikian, Kami akan membuat kamu merasakan kehidupan ganda dan kematian ganda, dan kamu tidak akan menemukan seorang penolong terhadap Kami."

Surah 17/73-75

Nabi pasti yakin bahawa ayat-ayat di atas merupakan wahyu-wahyu yang benar dan kerananya ia tidak dapat merenung-renung dengan sengaja untuk menukar ayat-ayat tertentu sebagai "wahyu".

Walau demikian, al-Quran berbicara tetapi berbagai cara di mana perubahan-perubahan terjadi di atas inisiatif Allah. Dia boleh menyebabkan Muhammad 'melupakan' beberapa ayat; tetapi jika Dia buat demikian, maka Dia akan mewahyukan ayat-ayat lain sebagai penggantinya:

"Kami akan sebabkan engkau membaca, dan engkau tidak akan lupa kecuali apa-apa yang dikehendaki Tuhan…"
Surah 87/6 dll

"Untuk ayat apa saja yang Kami tunda atau kami sebabkan rasul melupakannya, maka akan Kami datangkan yang lebih baik atau setanding dengannya…"
Surah 2/106

Ayat berikut mungkin pula merujuk kepada hal ini, tetapi dapat pula merujuk kepada hal-hal selain daripada wahyu yang dilupakan :

"…dan ingatlah kepada Tuhanmu ketika kamu lupa, dan katakanlah: 'Mungkin Tuhanku akan membimbingku kepada sesuatu yang lebih dekat kepada kebenaran (rashad) daripada ini.."
Surah 18/24

Juga terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang Tuhan menghapuskan atau sebaliknya memindahkan dan mengubah bahagian-bahagian wahyu tertentu.

"Tuhan akan menghapuskan atau menetapkan apa-apa yang dikehendaki-Nya; dan di sisi-Nya tedapat induk ("ibu") Al-Kitab."
Surah 13/39

"Dan ketika Kami pertukarkan ayat satu dengan ayat lainnya - dan Tuhan mahamengetahui apa-apa yang diturunkanNya - mereka berkata: 'Kamu (Muhammad) hanya seorang yang mengada-ada '; bukanlah demikian, tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui."
Surah 16/101

Dua ayat lainnya yang barangkali relevan untuk topik ini adalah :

"Kami telah membuat perubahan-perubahan dalam al-Quran ini sehingga mereka dapat diberi peringatan"
Surah 17/41

"Jika Kami betul-betul menghendaki, maka tentu saja akan Kami tarik apa-apa yang telah Kami wahyukan kepadamu."
Surah 17/81

Berdasarkan kepada keseluruhan ayat-ayat ini, tidak dapat dinafikan bahawa satu pengubahsuaian (revisi/pemindaan) al-Quran - sebagaimana diungkapkan secara terbuka - TELAH TERJADI. Hal ini memang juga diakui oleh sarjana Muslim dalam doktrin mereka tentang penghapusan al-nasikh wa-l-mansukh. Gagasan yang mendasari doktrin tersebut adalah bahawa perintah-perintah tertentu kepada kaum Muslimin di dalam al-Quran hanya bersifat sementara, dan bahawa tatkala keadaan berubah, perintah itu dihapus atau digantikan dengan perintah baru lainnya.Namun, kerana perintah-perintah itu merupakan Kalam Allah, maka ia harus dibaca sebagai bahagian al-Quran.

Jadi perintah untuk melewatakan sebahagian besar waktu malam dengan bersembahyang yang dikemukakan pada surah 73/1-4 telah dihapus atau dibatalkan oleh ayat panjang di penghujung surah tersebut (yakni QS73/20).

Hal ini tidak dapat diragukan memperlihatkan tanggung jawab kemasyarakatan Nabi dan para pemimpin di Madinah, sehingga tidaklah diinginkan jika mereka harus 'bergadang' sebahagian besar waktu malam. Betapa pun, petikan-petikan yang baru saja dikemukakan ini - jika diterima begitu saja - memberi petunjuk dan bukti tentang sesuatu yang lebih luas ketimbang yang dibayangkan dalam doktrin penghapusan (pemansuhan). Jika perhatian yang seharusnya juga dicurahkan pada kata-kata dalam Surah 75/17 yang diucapkan oleh Allah -atau mungkin malaikat- kepada Muhammad :

"Kamilah yang berhak mengumpulkannya dan membacakannya,"

-maka proses "mengumpulkan" bahagian-bahagian wahyu yang terpisah untuk membentuk surah-surah tersebut juga dapat dilakukan oleh Muhammad sendiri sembari mengikuti 'inisiatif ilahi'; di sini, kata yang diterjemahkan dengan 'mengumpulkan', "jam", merupakan kata yang kemudian digunakan untuk 'pengumpulan al-Quran setelah wafatnya Nabi Muhammad.

Untuk melengkapi penelitian tentang kemungkinan besar adanya revisi dan pengubahsuaian ini, bahagian al-Quran penting yang lainnya mesti disebut :

"Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad) seorang rasul atau nabi pun, melainkan ketika dia membentuk keinginannya, Syetan memasukkan sesuatu kedalam formulasinya; maka Allah menghapuskan apa-apa yang telah dimasukkan Syetan; kemudian Tuhan menyesuaikan ayat-ayat-Nya…agar Dia menjadikan apa-apa yang telah dimasukkan Syetan itu sebagai suatu ujian bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan kasar hatinya…dan agar orang-orang yang berilmu dapat mengetahui bahwa itu merupakan kebenaran dari Tuhanmu dan mengimaninya…"
Surah 22/52 dll

Ayat diatas biasanya dijelaskan bersama ayat-ayat Syetaniah yang telah dipaksakan masuk ke dalam Surah 53 dan kemudiannya dikupas dan terus dibuang, lagi pun tidak ada sesuatu pun dalam teks bahagian tersebut yang menghalangi terjadinya suatu hal senada dalam sejumlah kes yang lainnya. Prinsip mendasarnya adalah: sesuatu yang pada suatu ketika dipermaklumkan dan dibacakan sebagai bahagian al-Quran, akhirnya dipandang sebagai bersifat syetaniah dan kemudian tidak lagi dianggap sebahagian al-Quran.

Penggunaan kata 'menghapuskan' -yansakh`u dalam bahagian ini berbeda daripada teori penghapusan/pemansuhan, kerana dalam teori ayat-ayat yang terhapus/termansuh tetap dipertahankan sebagai sebahagian dari al-Quran. Sambil lalu, dapat dicatat bahawa penyimpanan ayat-ayat yang termansuh di dalam teks al-Quran sebagaimana yang ada di tangan kita sekarang merupakan satu bukti bagi penukaran ayat-ayat yang berkenaan itu. Teori Pemansuhan dalam ajaran Islam ini ada dibahaskan diantara pengikut-pengikutnya, seperti dalam karya al-Syafii (m.820) al-Risalah seperti terjemahan Majid Khadduri dengan judul Islamic Jurisprudence: Shafii's Risala, Baltimore, 1961, dan juga ada yang menguraikan daftar-daftar ayat-ayat Quran yang menghapuskan (nasikh) dan yang dihapus (mansukh), misalnya Kitab al-Nasikh wa-l-Mansukh oleh Abu Jafar al Nahhas (m.949) cetakan Kaherah, 1938).

Sarjana abad ke-15, al-Suyuti, dalam kompendium kajian al-Qurannya yang dikenal sebagai Itqan juga menyediakan beberapa halaman untuk membahas masalah ini.

Banyak kemusykilan dan permasalahan kompleks dan rumit yang dicuatkan para fuqaha, dan konsep tersebut tidak hanya diterapkan kepada.al-Quran, tetapi juga kepada Sunnah yakni amalan-amalan Nabi.

Jika konsep-konsep serta teori fuqaha yang telah menyusul kemudiannya dan teori-teori lainnya dibedzakan dengan apa yang disebuntukan oleh al-Quran sendiri, akan terlihat bahawa berbagai proses telah terjadi dapat difahami dalam istilah 'revisi' atau pengubahsuaian. Dapat diperkirakan bahawa Nabi Muhammad telah melaksanakan proses pengubahsuaian (revisi) selaras dengan apa yang difahaminya sebagai petunjuk ilahi. Adakala hal ini berbentuk suatu pengulangan wahyu dalam bentuk yang telah direvisi atau diubahsuai.

Memang tetap terdapat beberapa batasan tentang beberapa rincian-rinciannya, tetapi hal-hal yang dikemukakan di atas adalah memadai untuk membenarkan suatu penelitian terhadap teks serta sejarah kitabiah al-Quran guna menemukan bukti terperinci tentang memang ada terjadinya revisi serta perubahan di dalam kitab suci tersebut.

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Mon Oct 26, 2009 4:05 am
by Jihad Zone
belajarsejarah wrote:ya sudah gak bisa disanggah, barangkali bisa sanggah yg ini:

PENGUBAHSUAIAN, PENGHAPUSAN DAN
TERJADINYA PEMINDAAN DALAM AL-QURAN
tulisan lama diposting terus, tulisan orang yg gak ngerti al-Qur'an :rolleyes:

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Mon Oct 26, 2009 10:36 pm
by berani_murtad
kepada saudara jihad_zone. terbukti kalau anda tidak sanggup menyanggah tulisan dari belajar_sejarah, dan anda sudah tidak mampu berdebat lagi. sebaiknya anda berdiam diri saja dan renungkan yang ditulis saudara @BS. disini adalah forum berdebat untuk membuktikan kebenaran, jangan dikotori agar kesan kebenaran itu hilang.

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Wed Oct 28, 2009 8:19 am
by Auwloh_Babi
Heloo salam kenal, gw ATHEIS kagak punya Tuhan
Sebagai pemula gw belom berani berdebat, tapi gw bisa dapet 2 pelajaran dari perdebatan diatas (untuk diri sendiri, untuk orang lain terserah):

1. Kafir: Kalau Allah SWT emang maha kuasa, seharusnya ia menciptakan alquran seperti menciptakan konsep 1+1. Mutlak. Tak terbantahkan. Tidak membingungkan. Tidak ambigu.(Tidak perlu jihader untuk membela konsep 1+1 karena kafir juga sadar kalau hasilnya adalah 2 dan tidak ada yang bisa mendebat soal ini, tidak ada yang salah tafsir soal ini, beda dengan quran yang bisa kontroversi, bahkan sesama muslimpun bisa saling menyalahkan. Jihader bilang bom marriot adalah ridho allah, muslim lain bilang mereka salah tafsir, mana yang betul?) Kesimpulan: kafir Tidak percaya Islam & Alquran karena banyak hal janggal yang mereka temukan. (berikut dengan daftar referensi, fakta berita dll yang mereka sajikan) OBJECTIF!!!

2. Muslim: Berusaha mencari kebenaran dari alquran yang menyimpan banyak tafsir. Kalau pake arti "INI" salah, berarti seharusnya diartikan "ITU". Kadang2 terkesan mencocok-cocokan. Kalo lagi kepepet muslim bilang "alquran itu tidak mudah ditafsirkan". Kalo lagi ketemu pasnya muslim bilang "quran itu mudah dipahami" "tak ada keraguan didalamnya". Kesimpulan: alquran adalah kebenaran bagi muslim, dan muslim bisa percaya karena memang dia mau percaya. Percaya dengan apa yang katanya "harus" dipercaya. Asal dari islam, poligamipun jadi hallal. SUBJECTIF!!! Ini yang gw jijik dari islam & alquran! yaitu menyesatkan orang2 muslim.

Ada yang mau nambahin ato nyalahin boleh2 aja. Silakan.

Sorry kalo nick-nya gw kasar. Emang sengaja. :butthead:

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Wed Oct 28, 2009 8:29 am
by kutukupret
Calo wrote:ayat awloh kan harus fleksibel....supaya bisa disesuaikan dengan kebutuhannya muhammad
pantas muslimers pada doyan mencla-mencle......Cucok sama auwloh swt aka maha editor. :green:

Re: Quran Ternyata Ganti2 Ayat

Posted: Wed Nov 04, 2009 3:49 am
by kapal_kertas
Jadi, maksudnya allah menjaga quran itu ya dengan meng-ganti2 ayat sesuai kperluan muhamad dan penemuan arkeolog. Kan semua itu datang dari allah, bener2 logika kampret.