Hillman wrote :
Saya tidak heran jika anda malas, karena dapat saya pastikan (maaf) otak anda terlalu beku untuk mulai berpikir.
Baca saja disini tanpa perlu ngalor ngidul
http://www.psq.or.id/ensiklopedia_detai ... d=34&id=21
Jika kata ‘arab (عَرَب) dan a‘rab (أَعْرَاب) dipakai untuk menunjuk pada satu orang atau mufrad maka ditambah ya’ an-nisbah (يَاء النِّسْبَة) di akhirnya, sehingga dikatakan ‘arabiyyun (عَرَبِيٌّ = seorang Arab Perkotaan) dan a‘rabiyyun (أَعْرَابِيٌّ = seorang Arab Badwi ). Jika dipakai untuk menunjukkan banyak orang atau jamak maka dikatakan ‘arabun (عَرَبٌ = orang-orang Arab Perkotaan) dan a‘rabun (أَعْرَابٌ = orang-orang Arab Badwi).
Tulisan dalam situs PUSAT STUDI AL QURAN itu dengan jelas membenarkan pendapat saya bukan ?
Hillman wrote :
Astaghfirullah, demi membenarkan isapan jempol yang terlanjur anda telan dengan membekukan otak dan terjangkit syndroma BEO, bahkan sebuah pendapat lain dari situs yang menyematkan nama PUSAT STUDI AL QURAN saja anda tertawakan tanpa membacanya lagi. Karena bagi anda memang malas untuk mencari tahu apalagi berpikir.
Hillman wrote :
Maaf, seseorang hanya perlu berpikir tanpa resah gelisah dan pusing untuk dapat melihat kata-kata yang saya kutip secara tatabahasa di bawah ini dan mendapat kesimpulan bahwa apa yang saya tuliskan adalah benar.
Perhatikan contoh kata-kata sebangun ini :
yasu'i - orang orang Jesuit dan yasu‛iyyin - orang orang Jesuit
hawary - orang orang pengikut Al Masih danhawariyyin - orang orang pengikut Al Masih
'araby - orang orang Arab dan 'arabiyyin - orang orang Arab
Dengan demikian terbukti bahwa makna sebenarnya dari kalimat "qur'anan 'arabiyyan" pada 41:3= bacaan orang-orang Arab.
Resah dan gelisah wrote :
1. Bagaimana anda bisa mengatakan ‘arabiyyin (tulisan yang anda pakai) = orang-orang arab. Sedangkan secara bahasa : orang arab = ‘arabun. Yaitu kata benda asli yang belum menentu (isim jamid nakiroh). Sedangkan dalam kaidah tata bahasa al quran : isim jamid yang nakiroh dan bukan kata sifat berubah menjadi kata sifat jika digandeng / disematkan “ya” bertasdid / “ya” nisbah.
Maka seharusnya : ‘arabun = orang arab
‘arabiyyun = yang memiliki sifat seperti arab / kearab-araban / seperti arab.
Tetapi anda tetap memaksakan kehendak bahwa ‘arabun = ‘arabiyyun.
Ini adalah bukti bahwa kaidah tata bahasa al qur’an berbeda dengan tata bahasa arab, apalagi dengan tata bahasa hilman. Paham?
2. Bagaimana anda yang mengaku ngerti tata bahasa arab tetapi menulis kata : orang-orang arab dengan bunyi ‘araby. Padahal seharusnya anda memakai alif lam (al ‘araby). Kemudian anda menterjemahkan / mengartikannya sebagai bentuk jamak, padahal kata tersebut adalah bentuk tunggal. Dan masih banyak lagi kesalahan-kesalahan anda lainnya.
Tolong tunjukkan kamus mana yang menjadi dasar tulisan anda tersebut. Atau mungkin anda menulis kata-kata tersebut memakai kamus bahasa hilman atau memakai kaidah tata bahasa arab yang serumpun dengan bahasa hilman, ya? Begitu!
Berarti sekarang sudah bertambah lagi jenis bahasa di dunia ini yaitu : BAHASA HILMAN yang memiliki kaidah dan kamus tersendiri.
Masyaallah, semestinya anda tidak perlu berargumen kosong demi untuk menutupi kebingungan dan rasa malu anda dihadapan pengikut-pengikut anda karena anda tidak bisa membantah tulisan saya diatas. Dan demi itu semua anda rela membekukan otak anda sehingga anda tidak bisa lagi berpikir objektif.
Dari awal saya menyimak tulisan anda. Anda selalu berpijak pada "siapa" yang menyampaikan, bukan pada "apa" yang disampaikan. Mulai dari berpijak pada pendapat om wiki, terjemahan yang keliru, dan sekarang anda berpijak pada om PSQ untuk melegitimasi pendapat anda.
Perlu anda ingat lagi bung Hilman. Sesuatu yang objektif tidak melihat siapa yang menyampaikan tapi melihat pada apa yang disampaikan.
Namun bagi anda yang tidak mau pusing dan resah gelisah tentu lebih memilh menelan mentah-mentah pendapat siapa yang menyampaikan ketimbang meneliti terlebih dahulu apa dan bagaimana pendapat itu. Mari kembali ke topik bahasan :
Anda mengklaim bahwa :
1. Bahasa al quran = bahasa arab
2. Kaidah tata bahasa Al Quran mengikuti Kaidah Tata Bahasa Arab.
Tetapi anehnya, anda tidak bisa menunjukkan fakta-fakta pada kalimat ayat-yat al quran yang membenarkan klaim anda tersebut.
Mari kita lihat lagi tentang penggunaaan “ya” nisbah. Ada 2 pendapat yang berbeda dan mari kita uji kebenarannya :
Pendapat Hillman dan PSQ tentang “ya” nisbah menurut kaidah tata bahasa arab :
Jika kata ‘arab (عَرَب) dan a‘rab (أَعْرَاب) dipakai untuk menunjuk pada satu orang atau mufrad maka ditambah ya’ an-nisbah (يَاء النِّسْبَة) di akhirnya, sehingga dikatakan ‘arabiyyun (عَرَبِيٌّ = seorang Arab
Perkotaan) dan a‘rabiyyun (أَعْرَابِيٌّ = seorang Arab
Badwi ). Jika dipakai untuk menunjukkan banyak orang atau jamak maka dikatakan ‘arabun (عَرَبٌ = orang-orang Arab Perkotaan) dan a‘rabun (أَعْرَابٌ = orang-orang Arab Badwi).
Anda perhatikan tulisan berwarna merah diatas. Mudah-mudahan anda tidak tertawa menyimaknya.
Pendapat saya tentang “ya” nisbah menurut kaidah tata bahasa al qur’an :
Isim jamid yang nakiroh dan bukan kata sifat, akan berubah menjadi kata sifat jika digandeng / disematkan “ya” bertasdid / “ya” nisbah.
Maka seharusnya : ‘arabun = orang arab
‘arabiyyun = yang memiliki sifat seperti arab / kearab-araban / seperti arab.
Qur’anun arabiyyun = bacaan yang memiliki sifat seperti arab / kearab-araban / seperti arab
Mari kita uji :
Menurut Kaidah Tata Bahasa Arab sebagaimana yang anda dan PSQ sampaikan diatas :
‘arabiyyun (عَرَبِيٌّ = seorang Arab Perkotaan)
a‘rabiyyun (أَعْرَابِيٌّ = seorang Arab Dusun / Badwi)
Konsekwensi dari kaidah ini adalah anda juga harus mengartikan :
Yasu’iyyin (menurut tulisan anda) = orang-orang Yesuit perkotaan
Yasu’i (menurut tulisan anda)= orang-orang Yesuit Dusun
Lujjun = seorang dalam desa
Lujjiyyin = orang-orang dalam per-kota-an
Ummun = seorang Ibu Desa
Ummiyyun = orang-orang Ibu Kota
Yahudi = Orang-orang Yahudi Desa
Yahudiyyan = Orang-orang Yahudi Perkotaan
Silahkan anda terapkan kaidah-kaidah diatas kedalam ayat-ayat Al Quran. Saya pastikan anda akan tertawa ketika memahami maknanya. Bukan karena kesalahan Al Qur’an tetapi karena kesalahan anda menerapkan kaidah tata bahasa dan memaksakan Al Quran mengikuti kaidah tata bahasa arab.
Atau silahkan anda berpura-pura tertawa di forum ini agar anda dapat menutupi ketidaktahuan anda akan perbedaan tata bahasa arab dengan tata bahasa al quran yang sudah jelas-jelas nyata anda lihat dan anda buktikan sendiri perbedaannya. Sebagaimana murtadmama telah mengajukan pula bukti-bukti dan kesimpulannya bahwa : al quran bukan 100% bahasa arab.
Adapun saya lebih tegas menyatakan berdasarkan al quran bahwa : al quran bukanlah bahasa arab melainkan bahasa induk dari segala bahasa di dunia dan kaidah tata bahasa al quran tidak mengikuti tata bahasa arab
Mari Kita Uji :
Menurut Kaidah Tata Bahasa Al Quran sebagaimana yang saya sampaikan diatas :
Ummun = ibu (bukan ibu desa)
Ummiyyun = bersifat seperti ibu / keibuan (bukan ibu kota)
Al Yasu’iyyin = isim jamid ma’rifat (bukan kata jadian, aslinya memang begitu bukan karena ada penambahan “ya” bertasdid)
Al Hawariyyun = isim jamid ma’rifat (bukan kata jadian, aslinya memang begitu bukan karena ada penambahan “ya” bertasdid)
Lujjun = dalam (bukan dalam desa)
Lujjiyyin = yang bersifat dalam (bukan dalam per-kota-an)
Maka :
‘arabun = orang arab (tanpa badui)
‘arabiyyun = bersifat seperti arab / kearab-araban (yang berarti bukan arab, melainkan seperti arab)
Qur’anun ‘arabiyyun = bacaan bersifat seperti arab / kearab-araban (yang berarti bukan arab, melainkan seperti arab).
Maka “Qur’anun ‘arabiyyun”, bukan artinya “bacaan orang-orang arab”. Melainkan bacaan seperti arab = bacaan berbahasa seperti bahasa arab.
Masa’ : Al Quran = bacaan orang-orang arab. Berarti bukan bacaan orang-orang Indonesia, china, dan warga negara lain dong? Ha…ha…ha… ayak-ayak wae kang hilman ini ah atau jangan-jangan kang hillman ini mboten ngertos bahasa indonesia, bahasa arab apalagi bahasa al quran atau selama ini hanya ikut-ikutan?
Silahkan anda tanggapi semua tulisan diatas, jika anda ingin menanggapi. Jangan anda membahas topik yang lain sebelum anda mempertanggungjawabkan tulisan-tulisan anda diatas. Agar anda tidak dituduh sebagai orang yang sedang bingung, pandai berkilah dan tidak tahu malu. Silahkan.