tardoen wrote:apa kabar mas basman, masih inget saya kan,...
begini mas sebenernya tentang leveling al quran entah itu dimasukan dalam level berapapun sebenernya kan tidak berpengaruh apa-apa terhadap kebenaran al quran,
dan dalam islam juga mengakui kok injil yang diturunkan kepada nabi isa as juga termasuk firman allah swt, sama dengan al quran , hanya firman ini diturunkan kepada nabi yang berbeda saja.
dan sebenernya menurut pemahaman islam hadis itu adalah penjelasan dari alquran , karena memang dalam al quran hanya di jelaskan secara garis besar saja, sehingga hal tersebut diperjelas oleh hadis.
sebenernya apa yag anda tulis ada benarnya juga muslim menganggap isi quran adalah kebenaran dan alkitab yang sekarang sebagai suatu kekeliruan, karena dalam islam mengakui apabila al quran telah dijaga oleh allah swt sendiri dan sementara kitab-kitab lain selain alquran tidak.
bagaimanapun hal ini wajar, dan mungkin seperti itu juga yang orang -orang diluar islam dalam mempercayai kitabnya,
al quran dan hadis adalah satu paket dalam memahami islam karena memang ada beberapa keterangan yang tidak ditemukan dalam hadis, tapi hal ini tidak bisa dikatakan bahwa hadis mempunyai posisi yang lebih tinggi dari al quran, hanya konteks pembahasannya saja yang berbeda.
saya kurang sependapat apabila mas basman bilang bahwa al quran adalah kliping dari cerita-cerita disekitar nabi saja,
al quran adalah firman yang diturunkan sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada nabi dan umat islam pada waktu itu tapi hal ini tidak bisa dikatakan kliping yang seperti anda utarakan, tapi lebih ke jawaban-jawaban yang lebih baik tentang semua hal.
anda bisa pelajari, apa yang tidak dapat dijelaskan dalam al quran melalui pemahaman nya dengan mengikutsertakan penjabaran dari hadis.
demikian semoga berkenan.
Wah kabar baik gus….
Tentang leveling quran bukan kita yang menempatkan, kita hanya konfirmasi aja sama JR yang langsung skak mat sepihak.
Bagaimana gus tardoen ini menyikapi adanya konsep salah kaprah yang ada di dalam quran mengenai berbagai hal seperti :
Kisah adam
Kisah Ibrahim, Ishaq dan Ismail
Kisah Nuh
Kisah Musa
Kisah Isa
Kisah solomon
Kisah Daud
Maryam saudara harun
dsb......dsb….
Bukankah sudah jelas di dalam alkitab yang jauh lebih dulu beredar menceritakan riwayat dan komunikasi antara Nabi2 dengan Sang pencipta, tetapi tiba2 di daratan arab ribuan tahun kemudian muncul dongeng2 baru periwayatan yang berkesan asal2an yang disesuaikan dengan kebutuhan periwayat.
Kalaupun ada kenyataan di sekitaran kehidupan muhamad tidak pernah ada singgungan dengan kaum yahudi dan nasrani sama sekali, mungkin kebenaran quran sebagai total wahyu allah bisa dipahami dan di tidak lanjuti kebenarannya kata per kata dari segala talk show para nabi baik dengan lingkungan mereka maupun dengan allah.
Tetapi kasus ini sangatlah berbeda, di sekeliling muhamad bertebaran pemeluk yahudi dan nasrani (yang terdiri dari berbagai aliran bidah Kristen), pagan dan kepercayaan lain, juga tidak bisa dikesampingkan peran waraqa dalam kasus ini.
Bagaimana bisa terjadi seorang muhamad tidak mengetahui sama sekali atau tidak pernah mendengar sama sekali pengajaran2 para ahli kitab (menurut quran muhamad tidak pernah mendengar sama sekali kan gus…?)
Kasus berikutnya adalah soal tata bahasa (saya tahunya dari terjemahan saja, mudah2an bisa mewakili), dengan menempatkan posisi siapa si pembicara dan kepada siapa pembicaraan isi quran bagi kita masih sangat rancu, pembicara bisa menjadi obyek, kalau menempatkannya sebagai pihak Allah yang berbicara, kesan yang timbul malah tidak masuk akal, seolah2 allah swt hanyalah allah yang tidak maha mengetahui, sudah banyak dibahas di thread lain, kalau sempat monngo di netralisir comment2 nya.
Tetapi anehnya dengan menempatkan quran sebagai buah fikiran muhamad, atau paling tidak adalah ilham (bukan wahyu) yang diterjemahkan kebenaran quran bisa tetap dipertahankan, karena menyadari segala keterbatasan daya pikir manusia yang menurut ukuran manusia masa itu masih bisa ditoleransi dengan kemajuan iptek yang kita capai sekarang ini.
Keberadaan quran yang original pun antara muslim yang satu dengan yang lain sangat bervariasi, bandingkan pendapat dari rekan JIL dengan rekan2 netter disini. Ini bisa disebut sebagai ketidakjelasan makna memelihara.
Gus tardoen ini kan paham bahwa tradisi lisan adalah tradisi kuno yang dijalankan karena tradisi tulisan belum sepenuhnya berjalan, Tradisi lisan ini rawan sekali penyimpangan karena memori manusia yang serba terbatas, sedangkan yang tertulis saja seperti injil bisa muncul variasinya apalagi tradisi lisan.
Baiklah kalau muslim mengklaim tradisi lisan ini terjaga, tetapi bagaimana pada akhirnya malah menyalahkan data2 kitab tertulis yang tetap begitu dan begitu sejak awal sepanjang waktu sama bahkan sampai sekarang?