DEBAT: Wanita dan Islam SERU !!

Forum ini mengenai (1) kehidupan dan perilaku seksual Muhammad dan (2) isi dan penerapan hukum2 seksual Islam dalam masyarakat Muslim.
Post Reply
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

DEBAT: Wanita dan Islam SERU !!

Post by ali5196 »

Diterjemahkan ADADEH. Artikelnya memang rada panjang tetapi MENARIK, TOKCER dan MENGGIGIT ! Selamat membaca and thanks to translator again.

http://www.frontpagemag.com/Articles/Re ... p?ID=16440

Seminar: Diskriminasi Gender dan Islam
Oleh Jamie Glazov
FrontPageMagazine.com | December 31, 2004

Apakah Islam memberi kebebasan bagi wanita dalam struktur sosial Muslim? Untuk membicarakan masalah ini adalah beberapa pembicara terkemuka.

PRO:
Pembicara yang mendukung kemungkinan adanya Islam feminis adalah:

Mohamed El-Mallah, anggota pengurus Mesjid Al-Ittihad di Vista, bekas anggota pengurus Pusat Islam di San Diego, dan anggota perkumpulan Muslim American Society. Beliau lahir di Mesir dan pindah ke AS tujuh tahun yang lalu. Beliau aktif bergerak di badan Muslim Community of San Diego dan telah memberi banyak ceramah tentang sejarah Islam.

dan

Julia Roach, mahasiswi UCSD, saat ini sedang mengambil gelar sarjana muda di bidang sastra dunia, dengan spesialisasi masalah gender dan sastra wanita. Dia masuk Islam tahun 2003.

KONTRA:
Pembicara yang beranggapan Islam tidak mendukung hak2 wanita adalah:
Ali Sina, pendiri Faith Freedom International (www.faithfreedom.org), yakni gerakan ex-Muslim yang mendukung mereka yang ingin meninggalkan Islam dan memberikan informasi yang sebenarnya mengenai Islam,

dan

Robert Spencer, direktur Jihad Watch (Pengawasan Jihad) dan pengarang “Onward Muslim Soldiers: How Jihad Still Threatens America and the West” (Regnery Publishing) dan “Islam Unveiled: Disturbing Questions About the World’s Fastest Growing Faith” (Encounter Books).
------------------------------------------------------------------------------------

FP: Bpk. El-Mallah, Robert Spencer, Julia Roach and Ali Sina, selamat datang di Seminar Frontpage..

Pak El-Mallah, mari memulai dengan anda. Dapatkah Islam memberi kebebasan dan persamaan hak bagi wanita? Ataukah Islam bertentangan dengan kesamaan hak wanita?

El-Mallah:
Terima kasih atas undangannya, Jamie.

Untuk menjawab pertanyaanmu, aku mundur ke tahun 1425. Seorang wanita datang pada sang Nabi dan bertanya padanya: “Mengapa kaum wanita tidak disebutkan (dalam kitab2 Islam seperti Qur’an dan Hadis) sebanyak kaum pria?” Tahukah Anda apa jawaban Nabi? Dia menjawab pertanyaan wanita ini di muka umum, dia langsung pergi ke mesjid, dan minta semua orang untuk berkumpul dan dari atas podium dia memberi penjelasan dengan mengutip ayat Q33:35 yang mengatakan:

Bagi pria dan wanita Muslim, bagi pria dan wanita yang beriman, bagi pria dan wanita yang alim, bagi pria dan wanita sejati, bagi pria dan wanita yang sabar dan taat, bagi pria dan wanita yang merendahkan diri sendiri, bagi pria dan wanita yang bersedekah, bagi pria dan wanita yang berpuasa (dan menyangkal diri mereka sendiri), bagi pria dan wanita yang menjaga kesucian, dan bagi pria dan wanita yang memegang pujian Allah, bagi mereka Allah mempersiapkan pengampunan dan hadiah yang besar.”

Ayat ini menjelaskan aturan jika kata ganti pria (“he”) digunakan, kata itu dapat digantikan dengan kata benda wanita (“she) dengan beberapa perkecualian, yang dengan jelas diterangkan di ayat2 lain di Qur’an dan perkataan sang Nabi.

Saya ingin menunjukkan bahwa orang pertama yang menerima Islam adalah seorang wanita, martir Islam pertama adalah seorang wanita, salah satu bab terpanjang di Qur’an berjudul “Wanita,” dan bab lain berjudul “Mariam”. Kita perlu memisahkan apa yang dipraktekkan Muslim dan apa yang sebenarnya diperintahkan Islam.
Kita tidak dapat menghakimi Islam karena kesalahan2 yang dilakukan orang2 yang tinggal di negara2 yang tidak pernah mengajarkan mereka tentang Islam. Kebanyakan tindakan2 salah yang kau lihat dilakukan oleh orang2 Muslim terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang Islam.

Dari penjelasan di atas, kita dapat mengelompokkan alasan2 di belakang pengertian yang salah tentang kaum wanita dalam Islam ke dalam dua kelompok: (1) kurangnya pengetahuan tentang pengajaran Islam, dan (2) niat buruk dari orang2 yang mencerca Islam.

FP: Nn. Roach?

Roach:
Pertama-tama aku ingin mengawali komentarku tentang fakta menyedihkan yang ada pada keadaan Ummah atau komunitas Islam seluruh dunia saat ini. Sayang sekali Islam tidak dipraktekkan di seluruh bagian dunia oleh semua Muslim seperti yang diterapkan Allah dalam Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhamad.

Baik agama Kristen atau Budha tidak selalu dipraktekkan oleh umatnya secara betul. Akan tetapi, jika kita mengamati tata cara orang2 Muslim yang berusaha untuk mencari pengetahuan seperti yang diperintahkan Tuhan mereka, kita melihat orang2 ini mempraktekkan Islam secara benar berdasarkan teks suci dan tradisi sang nabi. Dari perilaku mereka terbukti bahwa persamaan hak kaum wanita dan Islam tidak bertentangan.

Aspek yang pertama dan mungkin terpenting adalah kesamaan spiritual atau iman: jiwa wanita punya nilai yang sama dengan jiwa pria dan ini dibuktikan dalam beberapa ayat dalam Qur’an di mana Allah menghubungkan pria beriman dan wanita beriman dengan kepentingan dan tanggung jawab agama yang sama seperti derma, puasa, sembahyang, kerendahan hati, dll. Tidak seperti tradisi yang dipraktekkan oleh sebagian orang Kristen di mana wanita tunduk pada suami dan kemudian suami tunduk pada Tuhan, kaum wanita Muslim tunduk pada Tuhan Allah dulu dan yang paling penting, mereka tidak butuh wakil bagi diri mereka.

Wanita Muslim dapat sembahyang sendiri atau dalam suatu kelompok tanpa dihadiri pria dan doanya akan diterima Tuhan sama seperti doa orang lain (insya Allah). Dosa seorang wanita dihitung sama dengan dosa pria. Hak2 wanita dilindungi, seperti hak untuk hidup dan ini tidak ada sebelum jaman Arab Islam (banyak bayi2 wanita dibunuh karena bayi pria lebih didambakan, Islam menghapus praktek ini dan Allah menyebut kesaksian seorang anak perempuan yang dibunuh sebagai satu tokoh di hari Penghakiman). Apakah ada hak yang lebih serius daripada hak untuk bertempur dan mati di peperangan?

Wanita2 Muslim punya hak untuk berperang dan mati di peperangan sejak 1400 tahun terakhir. Hak seperti ini baru saja dimiliki oleh wanita2 Amerika. Kematian seorang wanita di medan pertempuran dihargai sama dengan kematian seorang pria. Wanita yang gugur ini jadi martir dan layak masuk surga. Martir pertama dalam Islam adalah seorang wanita. Para wanita bertempur bersama sang Nabi di banyak peperangan, beberapa menderita luka parah. Wanita2 Muslim punya hak untuk memberi suara dan suara mereka bernilai sama dengan suara pria, hak untuk memiliki dan melepaskan harta benda tanpa butuh izin dari saudara lelaki, hak untuk bekerja di luar rumah, hak untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan gaji yang sama, hak untuk menyimpan sendiri gaji mereka, hak untuk menikah dengan siapa saja yang dia inginkan dan menolak siapapun, hak untuk dapat kepuasan seksual di perkawinannya (jika tidak puas dia bisa minta cerai), dll, dll.

Saya tidak perlu menjelaskan lebih jauh (sebenarnya masih banyak kelebihan Islam bagi wanita !). Sayangnya banyak orang tidak mengerti arti jilbab dan bertanya pada kami kenapa kami bangga mengenakannya? Ini karena kami adalah Muslim dan kami bahagia dengan Tuhan dan hidup kami, kami tidak menderita diskriminasi gender kala kami membela hak2 kami.

Oh, satu lagi, wanita2 Muslim diharuskan untuk belajar dan dianjurkan untuk memperoleh pendidikan formal, menempatkan diri dengan kemampuan daya pikir yang sama di berbagai bidang.

FP: Baiklah. Pak Spencer, Anda ingin menjawab? Ini banyak berhubungan dengan definisi kita tentang “persamaan hak” dan “kebebasan”, bukan? Apa yang kita (Barat) anggap sbg “kebebasan” wanita di sini (dunia Barat) mungkin tidak sama dengan definisi kebebasan bagi wanita Muslim, bukan?

Spencer:
Engkau benar, Jamie.
Masalah pengertian istilah ini sama dengan kata “terorisme”: sebagian Muslim saat ini mengutuk terorisme, tapi tidak berpendapat bahwa pemboman bunuh diri di Israel atau bahkan 9/11 adalah serangan terorisme sama sekali.

Dan ngomong2 tentang istilah, sesungguhnya yang diungkapkan Pak El-Mallah tentang 'salah satu bab terpanjang di Qur’an berjudul "Wanita", bab lainnya berjudul “Mariam”', tidak berarti apapun. Ada banya bab2 lain di Qur’an yang berjudul “Rampasan Perang” (8 ), “Tawar Menawar” (64), “Cerai” (65), “Pencabut Nyawa” (79), “Penipu” (83), “Gempa Bumi” (99), “Bencana” (101), “Pelanggar” (104), dan “Kafir” (109).
Ini bukan berarti Qur’an menganggap kaum wanita sama dengan menanggapi bencana atau gempa bumi, tapi ini hanya nama sura di Qur’an dan bukan berarti tanda peranannya dihormati.

Dan meskipun benar yang Pak El-Mallah katakan, “Kita harus membedakan antara yang dipraktekkan kaum Muslim dengan apa yang diajarkan Islam," saya berharap dia akan membahas lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya diajarkan Islam tentang Wanita.

Khan pertanyaan seminar ini sendiri adalah “Apakah Islam punya jalan ke luar untuk memberi kebebasan bagi kaum wanita dalam struktur sosial Muslim?” Untuk menjawab pertanyaan ini dengan lengkap, halangan bagi kebebasan ini harus dipaparkan: ayat2 QURAN seperti 4:34 (pemukulan istri) dan hak kesaksian wanita (2:282) dan warisan (4:11) perempuan cuma separuh lelaki memang diajarkan dalam Islam, dan bukan hanya praktek2 budaya belaka. Juga ada banyak sekali HADIS yang memperlakukan kaum wanita begitu buruk. Contoh,
apa yang dikatakan Muhamad sendiri bahwa kebanyakan orang yang masuk neraka adalah perempuan dan perempuan kurang dalam kecerdasan dan keagamaan (deficient in intelligence and religion)(Bukhari, I:6:304).

Sura 4:34, yang akhir2 ini disahkan oleh muslim di Turki, Spanyol dan dimana2, mengakibatkan menjangkitnya kasus2 pemukulan wanita.

Institut Sains Kedokteran Pakistan, misalnya, telah menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh istri Pakistan telah dihajar, dipukuli, atau disakiti secara seksual karena membuat kesalahan seperti masak makanan yang kurang enak. Karena pemukulan ini adalah mandat Qur’an, sukar bagiku untuk setuju dengan pendapat Pak El-Mallah yang berkata bahwa banyaknya wanita yang menderita di dunia Islam adalah karena “kurangnya pengertian yang baik tentang Islam.”

Nn. Roach juga sama sekali tidak menyinggung hal ini. Sebaliknya, dia malah mengalihkan perhatian terhadap agama Kristen yang katanya lebih jelek. Tapi sebenarnya tidak ada perintah seperti di Qur’an 4:34 di Alkitab, dan bahkan jikalau pun ada, bukan ini titik persoalannya. Pertanyaan di muka kita adalah apakah Islam, bukan Kristen, memerdekakan kaum wanita.

Orang2 Muslim yang peduli akan kesamaan martabat dan hak azasi bagi kaum wanita harus mengakui adanya ayat2 Qur’an dan Sunnah yang saya sebutkan tadi dan mencari jalan ke luar untuk mengurangi akibat jeleknya diantara orang2 Muslim. Aku harap Pak El-Mallah dan Nn. Roach bersedia menerima tantangan ini.

FP: Pak Sina?

Sina:
Halo Jamie !
Pak El-Mallah mengutip ayat 33:35 di mana kaum pria dan wanita disebutkan dan tanggung jawab dan hadiah mereka dijabarkan. Sungguh sukar kumengerti bagaimana Pak El-Mallah mengambil kesimpulan bahwa ayat ini menegakkan kesamaan kedudukan antara pria dan wanita. Jika aku berkata padamu bahwa kamu dan anjingmu tidak boleh jalan di rumput, harus melakukan ini dan itu, apakah ini berarti kamu dan anjingmu itu sederajat? Aku tidak melihat sedikitpun kesamaan hak di ayat ini.

Marilah kita lihat apa yang Qur’an katakan tentang kaum wanita. Qur’an berkata “kaum pria punya kelebihan dari mereka (kaum wanita)” 2:228; bahwa kesaksian wanita hanya berharga separuh kesaksian pria 2:282; bahwa wanita mewarisi separuh dari yang diwarisi saudara lelakinya, 4:11-12; bahwa seorang pria boleh menikahi dua atau tiga atau empat istri 4:3; bahwa jika seorang wanita tertangkap dalam perang, majikan Muslimnya diperbolehkan untuk memperkosanya 33:50; bahwa jika seorang istri tidak taat sepenuhnya pada suaminya, dia akan masuk Neraka 66:10; bahwa istri adalah ladang tempat bercocok tanam bagi suaminya 2:223; bahwa pria adalah pemimpin wanita, sepertinya wanita itu begitu **** atau terbelakang sampai2 tidak bisa memimpin dirinya sendiri; bahwa wanita harus tunduk pada suaminya atau kalau tidak akan diperingatkan (lewat kata2), pisah ranjang (penindasan psikologis), atau dipukul (penindasan fisik) 4:34. Ayat2 ini menjelaskan kedudukan kaum wanita dalam Islam.

“Bukti” lain yang dipaparkan Pak El-Mallah untuk membuktikan kedudukan wanita yang tinggi dalam Islam adalah satu dari surah2 panjang di Qur’an yang berjudul “Kaum Wanita.” Pak Spencer sudah menjawab hal ini dengan tepat. Ijinkan aku untuk mengingatkan Pak El-Mallah bahwa surah terpanjang di Qur’an berjudul “Sapi” (286 ayat). Surah “Kaum Wanita” hanya berisi 176 ayat. Menurut logika Pak El-Mallah, sapi2 mestinya dapat kedudukan yang lebih tinggi daripada kaum wanita. Surah besar yang lain adalah “Ternak”. Surah ini terdiri dari 165 ayat. Surah Wanita hanya 11 ayat lebih banyak daripada Surah Ternak tapi 110 ayat kurang dari para sapi. Bahkan kenyataannya sama dan serangga seperti lebah, semut, dan laba2 punya surah2 yang dinamai nama binatang2 itu. Haruskah kaum wanita senang kalau ada sebuah surah yang dinamakan atas kaum mereka jikalau laba2 pun punya surah?

“Bukti” lain yang dipaparkan oleh Pak El Mallah adalah orang pertama yang percaya akan Muhamad adalah seorang wanita. Kenapa ini jadi tanda bahwa kaum wanita punya persamaan hak?

“Bukti” berikutnya yang dia sebutkan adalah martir pertama Islam adalah seorang wanita. Orang2 Muslim mestinya berpikir ini bukti yang meyakinkan karena ini pun disebut oleh Nn. Roach. Ini sama sekali tidak menunjukkan persamaan hak wanita dalam Islam. Selain itu, cerita ini pun diragukan kebenarannya. Rekan2 Muslim kita ini bicara tentang Summayyah. Ibn Sa’d adalah satu2nya ahli sejarah yang mengatakan Summayyah mati sebagai martir di tangan Abu Jahl. Jika martirdom ini benar2 terjadi, hal ini tentunya akan digembar-gemborkan oleh semua penulis biografi Muhammad dan akan dikabarkan di banyak tradisi Islam. Ini hanyalah satu contoh kisah yang dilebih-lebihkan yang memang senang dilakukan orang Muslim sejak awal.

Pada kenyataannya, penulis biografi yang sama (Ibn Sa’d) juga mengakui bahwa Bilal adalah juga martir pertama, meskipun dia dapat bertahan hidup cukup lama dari luka yang dialaminya. Dia kembali ke Mekah dan melafalkan Azan dari puncak atap Ka’bah setelah Muhamad menaklukkan kota itu dan Bilal meninggal secara alami.

Ibn Sa’d menulis bahwa Summayyah, suaminya Yasir dan anak mereka Ammaer dianiaya di Mekah (hal. 227). Tapi setelah Yasir (yang meninggal secara alami), Summayyah menikahi budak Yunani bernama Azrak dan mendapat seorang anak laki bernama Salma. Lalu bagaimana kita tahu dia mati di bawah penyiksaan? Majikan Azrak adalah Taif dan Azrak adalah satu dari beberapa budak yang ketika kota itu diserbu (sekitar 15 tahun kemudia), lari ke pusat pertahanan Muhammad. Sudah sewajarnya untuk dimengerti bahwa setelah kematian Yasir, Summayyah menikah dengan Azrak dan hidup di tempat Taif.

Nn. Roach mengeluh bahwa Islam TIDAK dipraktekkan di seluruh bagian dunia oleh kaum Muslim sesuai dengan standar yang ditetapkan Allah dalam Qur’an. Untuk itu, kita harus berterima kasih pada Tuhan ! Bayangkan jika semua Muslim melakukan hukum rajam atau gantung korban2 perkosaan atau mencambuki perempuan untuk pelanggaran2 sepele seperti memperlihatkan sebagian rambutnya. Kenyataannya, negara2 yang mempraktekkan Islam secara penuh adalah negara2 yang benar2 barbar. Coba lihat penderitaan kaum wanita di Afghanistan di bawah rezim Taliban. Kaum wanita tidak diijinkan pergi ke luar rumah atau bekerja. Dokter2 pria tidak diperkenankan mengunjungi pasien2 wanita. Jadi kalau wanita sakit, tidak ada orang yang dapat merawatnya dan lalu dia mati. Negara yang semakin Islami akan jadi semakin mendekati neraka.

Nn. Roach menghibur dirinya sendiri dengan berpikir bahwa setelah wanita mati, dia akan diperlakukan sama dan katanya “Jiwa wanita bernilai sama dengan jiwa pria”. Dengan kata lain, yang dikatakannya adalah jika wanita hidup seperti budak, didera dan dicabut hak2nya di dunia ini, mereka dapat bersukacita karena setelah mati mereka akan diperlakukan sama. Meskipun kupikir ini omong kosong, sebenarnya bahkan janji ini pun tidak benar. Kaum wanita di Islam tidak diperlakukan secara sama bahkan setelah mati.

Untuk pria dijanjikan banyak perawan setelah mereka mati. Apa yang didapat wanita? Dia dapat suaminya yang tua dan harus membaginya pula dengan 72 bidadari perawan yang menggairahkan. Dengan banyaknya bidadari menggairahkan itu, mana mau lekaki menghabiskan waktu semalam saja bersama istri tuanya? Apakah wanita dapat malaikat2 perjaka untuk melakukan pesta seks bersama? Tidak. Wanita harus terus mempertahankan “kesederhanaannya” bahkan setelah mati. Yang benar adalah dalam Islam, pria dan wanita tidak diperlakukan secara sama bahkan setelah kematian mereka.

Lagipula, menurut Muhamad hanya sedikit wanita yang bakal masuk surga. Kebanyakan wanita masuk neraka. Marilah kita lihat apa yang sang Nabi katakan tentang hal ini. Di sini dia menggambarkan khayalannya ketika mengunjungi neraka dan surga:

Lalu kulihat Api (neraka), dan aku belum pernah melihat sebelumnya pemandangan yang sangat mengerikan, dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.” Orang2 bertanya, “O Rasul Allah! Mengapa begitu?” Dia menjawab, “Karena mereka tidak bersyukur.” Dikatakan, “Apakah mereka tidak percaya pada Allah (apakah mereka tidak bersyukur pada Allah)?” Dia menjawab, “Mereka tidak berterima kasih kepada suami2 mereka dan tidak bersyukur untuk kebaikan yang dilakukan pada mereka. Bahkan jika kau berbuat baik pada satu diantara mereka seumur hidupmu, jika dia menerima kekerasan darimu, dia akan berkata, “Aku tidak pernah melihat satu pun hal yang baik darimu.’ “ Bukhari 7.62.125

Nn. Roach berkata wanita Muslim dapat berdoa sendiri. Apakah ini tanda kesamaan hak dan kemerdekaan? Memangnya wanita yang beragama lain tidak boleh sembahyang sendirian? Apakah Tuhan tidak menerima doa2 mereka?

Nn. Roach berkata bahwa di jaman sebelum Islam, bayi2 perempuan Arab dibunuhi dan Islam melarang hal ini. Orang2 Muslim benar2 percaya bahwa ini tindakan yang umum dilakukan. Kalau ini benar, dari mana datangnya para wanita Arab? Orang2 Muslim juga mengaku bahwa Muhamad mengangkat status wanita dengan memberi batasan seorang pria tidak boleh punya lebih dari empat istri. Bagaimana para lelaki Arab punya begitu banyak istri kalau bayi2 perempuan dibunuhi?

Mungkin beberapa orang biadab membunuh bayi2 perempuan mereka yang baru saja lahir, tapi ini tidak bisa disebut sebagai tindakan yang umum dilakukan. Pembunuhan bayi itu bagaimana pun juga bertentangan dengan naluri alamiah manusia. Lagi pula, orang Arab pun manusia juga. Mereka mestinya juga punya naluri orang tua seperti yang kita punya. Bahkan binatang pun punya naluri itu. Memang perkecualian selalu muncul. Bahkan hari ini pun pembunuhan bayi perempuan terjadi di Cina dan India. Tapi tindakan yang biadab ini dikecam oleh masyarakat dan dihukum oleh undang2. Kasusnya sangat jarang terjadi. Jaman sebelum Islam di Arabia pun begitu pula. Kalau Muhamad melarang pembunuhan bayi perempuan, itu adalah aturan yang lumrah dan disetujui oleh setiap orang.

Contoh : Kita baca di koran ada orang membunuh istrinya. Seringkah tindakan ini terjadi? Ini sangat jarang. Tapi jikalau saya mengumumkan diri saya sebagai nabi dan diantara beberapa yang saya umumkan salah satunya adalah pelarangan pembunuhan istri. Ini bukan berita besar: setiap orang tahu membunuh istri itu salah. Seribu tahun dari sekarang pengikut saya yang amat setia mengaku bahwa di jaman sebelum Nabi Sina, orang2 biadab mempraktekkan pembunuhan istri dan Nabi Sina (SAW) menghapuskan praktek biadab ini. Betapa konyol kedengarannya, bukan? Nah, ini pun sama konyolnya dengan pernyataan orang2 Muslim bahwa Muhamad menghapus pembunuhan bayi perempuan.

Diantara ‘hak2” wanita Muslim, Nn. Roach menyatakan “hak” untuk bertarung di peperangan adalah yang paling penting. Dia katakan “Apa ada hak yang lebih serius daripada hak untuk bertempur dan mati di medan perang?”

Apakah ini betul? Bukankah akan lebih baik jika bukannya mendatangkan perang tapi Muhamad mendatangkan kedamaian di dunia dan memberi wanita (dan juga pria dan anak2) hak untuk hidup damai? Dia memanggil Muslim untuk melakukan peperangan atas nama Tuhan dan mengucurkan darah sesama manusia 2:216, 9:39. Apakah ini baik? Tidakkah manusia sudah cukup banyak merasakan peperangan? Apakah mereka butuh seorang Nabi dari Tuhan untuk memberikan mereka “ijin” untuk membunuh dan mati? Muhamad merampas hak berpikir, hak memilih kepercayaan, hak menentukan nasib sendiri dan sebaliknya dia malah memberikan hak untuk menciptakan perang, untuk membunuh, untuk membenci, untuk “memasukkan teror di dalam hati musuhnya” 8:12, untuk menghancurkan dunia ini dan untuk mati. Apakah ini ajaran yang benar? Ini sama saja dgn Muhamad memberi hak orang2 Muslim untuk hidup di neraka, hak untuk jadi budak2, hak untuk didera dan disiksa.

Di Amerika dan negara2 beradab lainnya, orang punya hak untuk dapat kebebasan, hidup dan mengejar kebahagiaan. Dalam Islam, orang2 Muslim punya hak untuk berperang dan mati. Apakah kita masih harus percaya bahwa Islam ini agama dari Tuhan?

Masalahnya dengan Islam adalah Islam menghancurkan nilai2 yang ada. Yang betul jadi salah dan kejahatan dipuji-puji sebagai kebaikan. Nah sekarang pertanyaan yang serius nih: bagaimana seorang wanita Muslim berperang dengan burqa (baju Muslimat yang seperti karung menutupi seluruh bagian tubuh) yang menyelubungi badannya? Ini benar2 menarik untuk ditonton.

Lagipula, apakah para wanita non-Muslim dilarang berperang jika mereka mau? Apakah kita tahu perempuan mana di masyarakat mana yang tidak punya “hak” untuk berperang dan mati?

Mungkin Nn. Roach harus baca riwayat hidup nabinya sekali lagi. Dia nanti akan tahu bahkan masyarakat penyembah berhala sekalipun biasa membawa para istri mereka ke medan perang. Di pertempuran Uhud, istri Abu Sofyan yang bernama Hind mengaum bagaikan singa betina dan menyemangati kaum pria untuk maju berperang. Pada waktu itu kaum wanita biasa menemani para suaminya ke medan perang untuk menyediakan logistik dan merawat yang terluka. Muhamad berbuat sama seperti bangsa Arab ini. Akan tetapi, setelah Islam, ketika orang2 Muslim mulai mempraktekkan ajaran2 nabinya, mereka jadi tidak memberikan kesempatan bagi wanita di bidang manapun -- termasuk di medan perang – karena itu kaum wanita lalu disingkirkan dan ditempatkan sebagai warga negara kelas dua.

Nn. Roach berkata, “Wanita Muslim selalu punya hak untuk memberi suara dalam pemilu”. Bagaimana ini bisa benar jika bahkan kaum pria Muslim saja tidak punya hak memberi suara? Dalam Islam tidak ada demokrasi. Bagaimana kamu bisa memberi suara jika tidak ada demokrasi? Tidak adanya demokrasi dalam Islam bisa jadi pokok pembahasan yang menarik pula.

Nn. Roach berkata kaum wanita dalam Islam punya hak untuk memiliki dan membuang barang miliknya tanpa harus dapat ijin dari anggota keluarga pria. Apakah dia lupa bahwa Khadijah, sebelum menikahi Muhamad adalah seorang wanita karir yang kaya raya melalui usaha perdagangannya dan memiliki banyak karyawan pria yang membantunya? Dapatkah para wanita sukses di negara Islam sama seperti Khadijah sukses di masyarakat penyembah berhala? Apakah ada seorang wanita di negara Islam selama 1400 tahun terakhir ini yang bisa menyamai sukses Khadijah? Jawabnya adalah TIDAK! Bukankah ini bukti bahwa lebih sedikit kesempatan di dunia Islam bagi wanita dibandingkan kesempatan yang dimiliki Khadijah di dunia penyembah berhala? Sudah jelas bahwa kaum wanita sudah kehilangan hak2nya setelah Islam dan tidak dapat apa2 dari Islam.

Nn. Roach berkata wanita Muslim punya hak untuk bekerja di luar rumah. Saya heran kenapa dia tidak berkata begitu pada orang2 Taliban. Mereka melarang wanita untuk bekerja di luar rumah. Lalu saya juga ingin bertanya padanya bagaimana seorang wanita dapat bekerja di luar rumah jika dia tidak bisa berada di kamar dengan seorang pria dan tidak boleh bepergian sendirian tanpa saudara laki (mahram). Muhamad tidak mendukung wanita untuk ke luar dari rumahnya dan sebenarnya dia berkata bahwa lebih baik wanita sembahyang sendirian di dalam rumahnya (seperti penjara) daripada sembahyang di mesjid. Di beberapa negara Islam, kaum wanita tidak diperbolehkan menyetir mobil. Bagaimana mereka bisa pergi kerja jika mereka bahkan tidak bisa datang ke tempat kerja kecuali kalau seseorang menyetirkan mereka pulang balik?

Nn. Roach berkata kaum wanita Muslim punya hak untuk menikah dengan siapapun yang mereka sukai. Aku bertanya padanya, bagaimana bisa seorang anak perempuan berusia 9 tahun memutuskan untuk menikah? Bagaimana seorang wanita Muslim bisa bebas untuk memilih calonnya jika dia dilarang pacaran dengan pria untuk mengenalnya lebih baik sebelum menikah? Bagaimana dia bisa memilih kalau tahu orangnya juga tidak? Pilihan apa yang dimilikinya? Bagaimana kamu bisa membuat keputusan yang baik dan tepat jika kamu tidak tahu calon suamimu? Pilihan buta bukanlah suatu pilihan.

Dia juga bilang bahwa wanita Muslim punya hak untuk dapat kepuasan seksual dalam pernikahannya dan menyatakan “jika wanita tidak puas, dia bisa minta cerai”. Apakah ini benar? Di bawah Sharia, kaum wanita tidak boleh minta cerai juga bahkan jika suami memukulinya. Keputusan untuk cerai hanya bagi kaum pria saja. Sekarang bayangkan seorang wanita menghadap hakim untuk minta cerai karena suaminya impoten. Bagaimana kau dapat menghina ego raksasa seorang pria Muslim dan berharap dapat hidup setelah itu? Wanita itu akan mati keesokan harinya. Jika dia selamat dan bisa cerai, dia akan dianggap sebagai wanita jalang oleh siapapun. Wanita yang bercerai tidak punya tempat di negara Islam. Wanita Muslim tidak boleh punya gairah seks. Tidaklah suci bagi wanita untuk punya perasaan seksual. Bahkan sunat wanita dibuat untuk mengambil kenikmatan seksual dari wanita. Kaum wanita tidak seharusnya menikmati seks. Jika mereka punya gairah, ada bahaya kemungkinan berzinah dan berbuat dosa. Kaum wanita hanya diharuskan untuk menyediakan kepuasan bagi para suami mereka dan menyangkal segala kebutuhan seksual mereka sendiri. Menurut tradisi:

Rasul Allah berkata, “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya (untuk berhubungan seks) dan istri menolak dan menyebabkan suami tidur dalam kemarahan, para malaikat akan mengutuki sang istri sampai pagi” Bukhari 4.54.450

Sungguh menggelikan jika kita membayangkan para malaikat tidak punya kerjaan lebih baik daripada duduk di sekitar dan mengutuki wanita malang itu sepanjang malam karena para malaikat itu jadi tidak bisa nonton pertunjukan porno live. Jika Allah harus menghukum wanita karena tidak memuaskan nafsu seks suami, kenapa Allah perlu para malaikat untuk melakukan hal ini? Bukankah ini menyia-nyiakan kemampuan para malaikat?

Di satu pihak ini semua benar2 lucu. Tapi di pihak lain, dalam pengertian yang lebih luas, ini adalah suatu tragedi.

FP: Pak. El-Mallah?

El-Mallah:
Pak Spencer and Pak Sina telah mengutarakan pandangan salah yang paling banyak diulang-ulang tentang peranan kaum wanita di Islam. Pak Spencer dan Pak Sina gagal untuk mengerti logika penamaan bab Qur’an. Bab “Kaum Wanita” menjabarkan banyak topik2 wanita dan topik lainnya. Bab ini dinamakan “Kaum Wanita” , meskipun sebenarnya dapat diberi judul yang berbeda dari topik lain yang dibicarakan dalam bab itu. Jika Islam memandang rendah wanita, bab ini tidak akan disebut “Kaum Wanita” atau setidaknya kau akan menemukan bab lain yang berjudul “Kaum Pria.”

Aku ingin meluruskan pandangan Pak Sina tentang bab terpanjang di Qur’an yang berjudul “Sang Sapi,” dan bukan “Sapi.” Ada perbedaan besar diantara kedua kata ini. Kata “Sang Sapi” berhubungan dengan sapi tertentu, yang ceritanya dijabarkan di bab itu dan ada pelajaran berharga yang dapat ditarik dari cerita itu.

Ayat 33:35 tidak hanya menyebutkan tanggung jawab dan hadiah bagi pria dan wanita, tapi juga dengan jelas membuktikan bahwa tidak ada gender yang lebih tinggi, dan aturan2 umum berlaku pada pihak pria dan wanita. Aku tidak tahu apa definisi kesamaan hak bagi Pak Spencer dan Pak Sina. Tapi bagiku ayat di atas jelas membuktikan kesamaan hak, dan jika Q33:35 tidak cukup bagi mereka, ayat 3:135 menekankan pengertian yang sama ketika Allah berkata: “Tidak akan Kubiarkan hilang satu pun dari amalmu, baik lelaki atau perempuan.” Q4:124: “Dan siapapun yang melakukan kebaikan, baik pria maupun wanita, jiks ia seorang yang beriman, dia akan masuk Surga, dan tidak akan disalahkan (meskipun hanya sebanyak) sebintik di biji korma” Hal yang sama ditekankan di Q16:97 dan Q40:40.

Ayat2 dan Hadis2 yang dikutip Pak Spencer dan Pak Sina bukanlah halangan bagi kemerdekaan wanita, mungkin memang begitu tampaknya bagi mereka, karena mereka melihatnya di luar konteks (dan di beberapa kasus, salah diartikan sama sekali oleh keduanya, seperti yang akan kubuktikan, Insya Auloh). Menarik disimak bahwa Pak Spencer bertanya mengapa kami tidak menyebutkan ayat2 yang disebutkannya, dan pertanyaan yang lebih penting lagi adalah: Mengapa Pak Spencer dan Pak Sina tidak menghiraukan lebih banyak lagi ayat2 dan Hadis2 yang memuji kaum wanita, memerintahkan pria untuk memperlakukan wanita dengan baik, hormat dan penuh kasih sayang.

1) Q2:228 “pria punya beberapa kelebihan dariapada wanita.”
Pak Spencer dan Pak Sina tak menyebutkan bahwa dalam Islam suami bertanggung jawab secara finansial bagi keluarga; pihak istri tidak diharuskan untuk menyumbang sepeserpun dari uang penghasilannya sendiri. Ayat ini bukan berarti superioritas dan bukan berarti keunggulan apapun dari pihak suami di hukum Islam.

Islam menekankan pentingnya untuk bertukar pendapat dan mencapai persetujuan bersama dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Qur’an memberi contoh: “Jika mereka (suami istri) ingin menyapih anak dengan persetujuan bersama dan (setelah) berembuk, maka mereka tidak bersalah” (Q 2:233). Allah menyatakan: “Dan bergaulah dengan mereka dengan baik, karena jika kamu membenci mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” Q4:19. Nabi Muhammad berkata: “Yang terbaik darimu adalah terbaik bagi keluarganya dan akulah yang terbaik diantara kamu bagi keluargaku. Muslim yang paling sempurna adalah yang paling baik kelakuannya dan yang terbaik darimu adalah mereka yang paling baik pada istri2mu.” (Ibn-Hanbal, No. 7396)

Ayat2 di atas menunjukkan kelebihan (kedudukan) bukanlah suatu hak istimewa tapi suatu tanggung jawab, yang menuntut pemeliharaan dan perlindungan dan pencegahan tindakan semena-mena.

2) Q4:11-12 wanita hanya mewarisi separuh dari yang diwarisi saudara pria.
Ini sama sekali bukan berarti bahwa seorang saudara perempuan berharga separuh dari saudara lakinya. Perbedaan warisan ini sesuai dengan perbedaan tanggung jawab keuangan. Di Islam, suami bertanggung jawab penuh bagi kebutuhan istri, anak2, dan di kasus tertentu sanak keluarganya yang membutuhkan, terutama kaum wanita. Tanggung jawab ini tidak dihilangkan atau dikurangi karena kekayaan istri atau karena penghasilan istri sendiri dari kerja, sewa, keuntungan, dan kegiatan kerja legal lainnya. Bagian istri itu milik istri sendiri dan tak seorang pun dapat mengambilnya dari dia, termasuk ayahnya, saudara laki atau suami, tidak peduli berapa kaya atau miskinnya dia dan keluarganya. Jika dia, karena keinginan sendiri, menggunakan uangnya untuk keluarganya, Allah akan memberinya hadiah di Hari Akhir. Dia berhak mendapat mas kawin dari suaminya pada saat menikah. Dan jika terjadi perceraian, dia akan dapat uang tunjangan istri dari bekas suaminya.

3) Q33:50 bahwa jika seorang wanita jadi tawanan perang, majikan Islamnya berhak memperkosanya. Ayat ini tidak ada hubungannya dengan pemerkosaan sama sekali, saya tidak tahu terjemahan atau interpretasi apa yang Pak Sina gunakan.

4) Q66:10 bahwa jika seorang wanita tidak taat total pada suaminya, dia akan masuk Neraka. Ayat ini bicara tentang kisah istri2 Nuh dan Lut, dan bagaimana mereka tidak menuruti pesan nabi2 itu sehingga mereka dihukum. Ini jelas di kisah Lut dan bagaimana istrinya tidak turut perintah Allah.

5) Q2:223 bahwa wanita adalah ladang cocok tanam bagi suaminya.
Kata Arab yang digunakan Qur’an adalah “Harth,” yang berarti menanam di ladang. Sebenarnya Hart adalah kata lain dari kemaluan wanita. Kesamaan antara ‘ladang’ dan ‘kemaluan wanita’ adalah pria menaburkan benihnya di dalam kemaluan wanita. Benih ini akan tumbuh sampai jadi seorang anak. Hal yang sama terjadi jika petani menabur benih di ladang! Penggunaan persamaan kata di bahasa Arab sangat umum bahkan sebelum Qur’an diturunkan. Ayat ini diturunkan karena orang Yahudi biasay mengatakan pada orang Muslim di Medina bahwa jika suami bersetubuh (melalui vagina) dengan posisi menghadap punggung wanita, maka anak yang lahir akan jadi juling. Qur’an menggunakan kiasan yang indah ini untuk mengatakan pada Muslim bagaimana pun benih ditanam di ‘ladang’, hasilnya akan sama.

6) Q4:34 yang berhubungan dengan pemukulan istri.
Bagian ini penting untuk dibaca secara menyeluruh dan dimengerti melalui penjelasan ayat2 lain dan Hadis. Jangan ambil satu bagian ayat dan menggunakan itu untuk mensahkan perbuatan salah yang dilakukan seseorang. Persoalannya dengan orang2 yang mencerca Islam adalah mereka mengalihkan matanya dari Hadis2 lain yang menjelaskan masalah2 tertentu di ayat2 Qur’an. Ayat yang di atas adalah contoh jelas dari kasus ini. Ayat ini tidak mengijinkan atau melarang pemukulan itu. Kata “pukul” digunakan di ayat ini, tapi ini bukan berarti “pemukulan secara fisik”. Sang Nabi menjelaskan dalam bahasa Arab "dharban ghayra mubarrih," yang berarti “tepukan ringan yang tidak meninggalkan bekas.” Dia lalu berkata bahwa wajah harus dihindari. Terkadang tidak boleh lebih daripada sentuhan ringan pakai siwak, yaitu sikat gigi. Ini tidak boleh dilakukan dalam persoalan rumah tangga ringan. Ini harus digunakan untuk kasus2 berat seperti “ketidaksetiaan dan perbuatan jahat.” Ini adalah pilihan akhir setelah semua usaha gagal.

Istri tidak punya kewajiban untuk menerima pemukulan. Dia bisa minta dan dapat ijin cerai di waktu kapanpun. Sebenarnya Islam mengijinkan istri untuk menceraikan suaminya melalui apa yang dikenal sebagai “khole”. Pak Sina berkata: “Di bawah Sharia kaum wanita tidak diperbolehkan untuk minta cerai meskipun jika suami memukuli mereka. Keputusan cerai hanya ada di tangan pria.” Ini jelas salah sama sekali.

Dalam Islam, jika suami memukul istri tanpa mengindahkan batasan yang diberikan Qur’an dan Hadis, maka istri bisa membawa suami ke pengadilan dan, jika dia menang perkara, dia diberi hak untuk membalas dan memukul suami sebagaimana suami memukul dia. Menarik untuk dilihat berapa agama lain yang memberi hak seperti itu pada istri? Sebenarnya, untuk perbandingan singkat di Alkitab hal yang serupa dapat kita lihat bahwa jika istri membujuk suami untuk menyembah tuhan lain, maka suami harus merajam dia sampai mati (Deuteronomy 13:7-12). Tapi kukira tujuan beberapa orang adalah untuk menyerang Islam dan hanya Islam.

7) Tentang Hadis yang mengatakan kebanyakan penghuni neraka adalah wanita, Pak Sina hanya menunjukkan sebagian fakta saja. Kaum wanita tidak hanya penghuni mayoritas di Neraka, berdasarkan sumber2 sama yang dapat dipercaya, juga menyatakan bahwa kaum wanita akan jadi menjadi penghuni mayoritas di Surga, lihat Sahih Muslim, Kitaab al-Jannah, 4/2179, no. 2834. Mudahnya, dengan menghitung jumlah wanita dari seluruh umat manusia, mereka akan jadi kelompok mayoritas. Jika Hadis menyatakan jumlah wanita masuk Neraka dan jumlah wanita masuk Surga dan membandingkan angka atau persentasi ini dengan jumlah pria.

8) Tentang martir pertama Islam, hal yang luput dari pengamatan Pak Sina adalah sejak jaman awal Islam sampai sekarang, para wanita tidak merasa Islam mengandung unsur2 yang menekan mereka, kalau tidak mereka tidak akan berkorban begitu banyak bagi Islam, apalagi sampai mengorbankan nyawa mereka.


9) Lagi2 Pak Sina menelaah bidang yang jelas tidak dia ketahui secara luas dengan menyatakan bahwa hanya Ibn Saad saja yang mengisahkan martirdom Summayyah. Nah, ini dari Al-Bayhaqi “Abu Jahl menusuk dia di kemaluannya.” (Al-Dalaa’il, 2/282) dan lalu didukung oleh Ibn Katheer ketika dia mengatakan: “Ketika Abu Jahl dibunuh di perang Badr, sang Nabi berkata (pada ‘Ammaar, anak Summayyah): ‘Allah telah membunuh orang yang membunuh ibumu.’ “(al-Isaabah, 4/327; al-Bidaayah wa’l-Nihaayah by Ibn Katheer, 3/59).

Aku harus menekankan bahwa di seminar ini kita membicarakan “Apakah Islam punya jalan ke luar …” Maka kalau kita mengungkapkan suatu pandangan, maka harus dibicarakan pula ajaran Islami yang benar. Contoh2 dari negara2 modern yang tidak mempraktekkan Islam sejati bukan pokok pembicaraan utama di seminar ini. Tapi karena Pak Spencer dan Pak Sina memberi diri mereka sendiri hak untuk membicarakan masalah2 ini, aku akan membuktikan kesalahan beberapa hal yang mereka ungkit. Aku tidak bisa membahas semua hal karena terbatasnya waktu:

10) “Bayangkan jika semua Muslim merajam atau menggantung korban2 pemerkosaan atau memecut wanita untuk pelanggaran ringan seperti memperlihatkan sebagian rambutnya.”

Tidak ada perintah2 Allah seperti itu, dari mana Pak Spencer dapat pernyataan2 seperti itu? Dalam Islam, korban perkosaan tidak dihukum bagaimana pun juga. Mereka itu korban! Islam memerintahkan kita untuk merajam baik LAKI maupun WANITA yang melakukan perzinahan kalau mereka menikah. Jika mereka menikah, mereka BERDUA dicambuk.

11) Anggaplah sebentar saja bahwa sembilan dari sepuluh istri Pakistan telah dianiaya oleh suami2 mereka. Ini tidak berarti banyak kecuali kita menetapkan bahwa contoh2 yang dipilih adalah orang2 Muslim yang alim. Sekali lagi, banyak pria Muslim di seluruh dunia tidak tahu akan apa yang diperintahkan Islam tentang memperlakukan istri2 mereka. Bagaimana mereka dapat tahu, jika para Pemerintah mereka secara sengaja menyingkirkan pendidikan agama yang berguna di sekolah2 umum.

Akan sangat menarik untuk mengetahui berapa banyak pria yang dianiaya oleh istri2 mereka (membentak dan berteriak termasuk penganiayaan dalam survei yang dikatakan oleh Pak Spencer)? Lebih penting lagi, mari lihat kekerasan rumah tangga di U.S. Apakah Pak Spencer tahu bahwa di akhir 4 tahun pendidikan perguruan tinggi, 88% wanita telah mengalami setidaknya satu kecelakaan fisik atau jadi korban seksual di dalam hidupnya (riset U.S. Dept. of Justice di November 2004)? Dan hal terakhir yang penting adalah untuk bisa mencapai sebuah kesimpulan dari penelitian tadi, engkau perlu mengetahui berapa persentasi di dunia non-Muslim di negara ketiga seperti India, dan saya tidak heran, ternyata persentasinya hampir sama dengan yang di Pakistan!!! Haruskan kita menyalahkan Islam untuk apa yang pria Kristen lakukan di U.S. dan pria Hindu di India, belum lagi di Filipina, Chili, dll?

FP: Nn. Roach?

Roach:
Aku ingin menyatakan suatu hal, sejelas mungkin, bahwa aku adalah seorang wanita Muslim, menikah dengan pria Muslim, berpendidikan, dan pada saat ini menyanggah pandangan orang di forum umum untuk membuktikan bahwa Islam tidak menekan wanita, tapi ketidakpedulianlah yang menekan wanita. Aku setuju bahwa sekarang sedikit sekali yang melaksanakan hukum Islam sebenarnya yang menegaskan terpenuhinya hak2 kaum wanita sebanyak hak2 kaum pria. Tentang pengritikan negara tertentu seperti Pakistan, tidak ada alasan untuk perlakuan biadab oleh beberapa orang di sana atau di mana saja berkenaan dengan pemisahan dan penganiayaan wanita. Aku juga menganjurkan agar para pengritik memeriksa jumlah penganiayaan pasangan hidup di Amerika. Kenyataannya adalah kaum wanita dipukuli di mana pun di bawah berbagai selubung yang ada. Tidak ada alasan bagi wanita yang menderita perlakuan seperti ini dan tidak melawan balik, jika tidak karena kurang tahu aturan Qur’an dan Sunnah, maka setidaknya ke luar dari martabat mereka sendiri sebagai manusia. Jika aku dipukuli oleh siapapun, suami atau bukan, kamu boleh bertaruh dengan nyawamu bahwa aku akan melawan balik!

Hukum2 Islam tidak dibuat untuk memenjarakan orang tapi untuk membebaskan mereka dari ketidakpedulian. Tidak ada satu pun ayat yang mengatakan wanita harus menerima pukulan dari siapapun, dan orang2 yang menggunakan Hadis2 tertentu untuk melakukan pemukulan dan penyiksaan akan mereka hukuman mereka sendiri karena menambah dan mengurangi iman Islam dari Hakim yang terbaik. Aku menghibur hatiku dengan pandangan ini, bahwa mereka yang memfitnah Islam secara tidak adil akan dihukum di dunia dan akhirat, sebagaimana layaknya untuk kebohongan apapun. Muslim, baik pria atau wanita tidak boleh ditekan, ini mungkin bisa menjelaskan tekananku pada kisah martirdom wanita dan hak untuk berperang dan mati bagi Allah (jihad). Jika kaum mati dalam saat melawan penekanan, kau akan diberi anugrah masuk surga dalam sha Allah, tujuan bagi semua Muslim, karena itu tidak ada alasan bagi pria atau wanita untuk menerima perlakuan seperti itu dari siapapun! Tidak ada masyarakat Islami sejati saat ini di tingkat nasional, tidak ada penerapan hukum Sharia yang benar dan lengkap, karena itu bagaimana mungkin seseorang bisa mengritik hukum Sharia! Jika mereka sendiri belum pernah melihat bagaimana hukum itu seharusnya dilaksanakan?

Aku akan mengulangi pernyataanku yang pertama: mengecam Islam karena interpretasi yang salah dari orang2 tertentu sangatlah tidak ilmiah. Aku akan tunjukkan hal ini dengan contoh singkat tentang para ketua gereja Kristen.

”Melalui penelaahan keadaan alami setiap orang, dimengerti bahwa wanita adalah cacat dan menyimpang, ini karena kekuatan aktif benih jantan cenderung menghasilkan kesamaan yang sempurna yakni orang berkelamin maskulin, sedangkan hasil pembentukan seorang wanita datang dari kekuatan aktif yang cacat.” - Thomas Aquinas

"Kaum wanita adalah wadah kotoran"- St. Augustine

"Hukuman Tuhan bagi jenis kelaminmu berlaku sampai jaman ini, rasa bersalah juga terus berlaku. Kau adalah pintu gerbang setan. Kau adalah pelanggar pohon terlarang, kau adalah orang yang pertama-tama melanggar aturan illahi. Kau hancurkan gambar rupa Tuhan dengan begitu mudah, pria yang berhubungan dengan dosamu – mati, bahkan anak Tuhan pun harus mati.” - Tertullian

Sebagaimana yang kau lihat, ucapan2 bijaksana dari para pemimpin Kristen tidak menyentuh feminisme modern dan kesamaan hak. Aku menggunakan contoh ini BUKAN UNTUK MENGUTUK KRISTIANI, tapi lebih karena orang2 “suci” ini jelas benci akan wanita dan mungkin frustasi secara seksual, dan mereka salah mengartikan ajaran2 Kristen dan menuruti pandangannya sendiri akan Perjanjian Lama. Aku akan simpan kekhawatiranku tentang perlakuan Alkitab pada wanita untuk diriku sendiri saja agar pembicaraan jangan menyimpang ke Kristiani. Aku katakan bahwa Qur’an menyalahkan Adam dan Hawa atas dosa2 mereka yang sama besarnya dan menghukum KEDUANYA KARENA MELANGGAR HUKUM ALLAH, bukan karena yang satu pria dan yang lain wanita.

Sekarang aku ingin membahas beberapa topik tentang ayat2 Qur’an dan Hadis yang disebutkan kedua Bapak ini. Membaca tulisan2 Islami dan mengambil bagian yang tak menyenangkan, atau hanya melihat masyarakat yang katanya Islami dan membuat kesimpulan berdasarkan hal tersebut bukanlah pengamatan yang ilmiah. Jika mempelajari isi pengetahuan apapun, kamu tidak boleh memilih-milih dan lalu memaparkan kasusmu secara meyakinkan. Untuk benar2 memahami Hadis dan ayat2 Qur’an kau tidak hanya harus baca Tafsir tapi juga harus berpikir pada konteks yang tepat dan kesahihan Hadis yang kau baca. Ada suatu aturan dalam membaca Hadis, dan banyak orang menyatakan yang paling asli ternyata tidak tepat, atau hanya dengan satu pembaca, dll. Jadi mengambil ke luar beberapa Hadis yang “tampaknya” merendahkan wanita dan tidak memperhatikan Hadis2 lain yang sangat banyak jumlahnya yang sang Nabi tegaskan bagi hak2 kaum wanita adalah tindakan yang picik, kekanak-kanakan.

Setelah mengatakan itu, aku hanya akan membahas ayat2 penting yang dikutip. Aku mulai dari ayat pertama, yang sering dijadikan alasan untuk memusuhi Islam. Suraah 4:34 yang sering disebut “ayat pemukul istri”. Mungkin mereka yang mengritik Qur’an sebaiknya menyelidiki kemungkinan salah menerjemahkan ketika membacanya. Berulang kali aku mendengar pernyataan bahwa Qur’an menganjurkan pemukulan istri, dan begitu pula yang dulu kupercaya ketika aku bukan Muslim dan sangat kritis terhadap berita2 menurut media tentang dunia Islam. Kata “pukul” sebagaimana digunakan di dalam konteks adalah terjemahan yang salah dari kata Arab “daraba” yang dalam Qur’an saja digunakan dalam enam cara. Bahasa Arab jauh lebih rumit daripada bahasa Inggris. Ayat2 lain yang menggunakan kata ini adalah 47:27, 18:11, 43:5, 14:24, dan 2:273. Dalam konteks ayat ini, kata daraba, yang diterjemahkan sebagai pukul seharusnya lebih tepat diterjemahkan sebagai “tepukan ringa, tidak berbekas” , atau sebagai “pergi/berpisah”, dan bukan memukuli kepala istri sampai dia mengerti maksudmu. Di sini aku jelaskan bahwa wanita di sini bukanlah budak wanita yang tunduk dan ****, tapi pasangan hidup yang tidak hormat, tidak bertanggungjawab, dan tidak masuk akal yang masuk dalam perkawinan tanpa memenuhi tanggung jawabnya.

Karena saudara El-Mallah telah menjawab banyak pernyataanku, aku hanya ingin membahas beberapa hal lagi yang dekat dalam hatiku:

1. Kujelaskan bahwa dalam Islam, sembahyang (salat) dianggap sebagai ibadat dan doa adalah permohonan informal. Dikatakan bahwa siapapun yang memohon pada Allah akan dijawab doanya. Akan tetapi, di agama lain wanita tidak dapat melakukan pemujaan yang sama tingkatnya (dengan salat) seorang diri, tanpa wakil pria, terutama di gereja2 Orthodox dan Katolik di mana hanya para pendeta yang bisa memimpin upacara2 agama seperti liturgi, misa atau sakramen. Para wanita tidak diperkenankan jadi pendeta karena mereka tidak mewakili “rupa Kristus”. Wanita yang sedang datang bulan tidak boleh melalui altar karena akan menajiskannya. Ini tidak terjadi dalam Islam di mana wanita boleh jadi seorang ahli atau hakim Sharia, karena tidak ada kependetaan dalam Islam. Di dalam sebuah mesjid, istri Nabi yakni Aisha mengisahkan sebuah hadis di mana dia biasa duduk di sebelah kanan Nabi ketika dia sembahyang di mesjid dan saat itu Aisha sedang datang bulan. Wanita tidak usah sembahyang sewaktu datang bulan merupakan anugrah Allah dan pencegahan kesehatan. Aku tahu ini karena aku perempuan, dan kamu, Pak Sina, bukan (dan mungkin kamu berterima kasih pada Tuhan, bukan?)

Kebetulan pula, beberapa biarawati Budha berdoa agar dapat bertubuh pria di kehidupan akherat. Biarawati Budha yang berkarir 20 tahun selalu makan setelah pria yang baru jadi pendeta Budha sehari yang lalu. AKU BUKANNYA MEMBELOKKAN PERKARA, aku hanya menyatakan perbedaan antara tubuh wanita yang dikutuk dan diperlakukan seperti mereka butuh perawatan khusus.

2. Tampaknya Pak Sina sudah mengalami kehidupan setelah mati dan melihat bagaimana kaum wanita hidup di sana! (Astagfirullah). Bagaimana orang tahu kalau wanita diperlakukan tidak sama setelah mati karena dikatakan di Qur’an siapa yang masuk surga mendapatkan apa saja yang mereka inginkan! Kita tidak hanya berkata tentang hal yang bisa dipikir otak manusia yang terbatas ini. Seringkali di Qur’an kata benda maskulin digunakan (karena gaya bahasa, bukan karena lebih memilih gender tertentu) dan di banyak kasus ini dapat diterapkan pada Muslim manapun, laki atau perempuan. Kamu tidak akan pernah bisa tahu atau bisa mengerti atau menjelaskan apa yang tak tampak. Allah akan menghadiahi hambaNya, baik laki atau perempuan, atas amal budinya di dunia. Juga terdapat Hadis yang mendukung hak2 wanita untuk mendapatkan kepuasan seksual di dunia. Sang Nabi dikatakan berkata: “dekati istrimu dengan kehangatan, puaskan istri (sampai mencapai orgasme) beberapa kali sebelum kau memuaskan dirimu.” Ada pernyataan di Qur’an bahwa seorang anak akan tampak seperti salah satu orangtuanya yang duluan mencapai orgasme (ini berhubungan dengan orgasme yang dialami wanita Muslim, periksa statistik Barat untuk ini). Hubungan pernikahan dianggap sebagai kegiatan beribadat.

P.S. tujuh puluh dua perawan disebut di sebuah Hadis yang sering dianggap kurang berarti bagi sebagian orang dan banyak yang menganggap angka 72 hanyalah sekedar ungkapan dan bukan angka sebenarnya. Burka adalah penerapan konyol kalau sampai muka wanita itu ditutupi, DAN INI TIDAK DIHARUSKAN. Kaum wanita tidak harus menutupi wajah mereka kala menunaikan ibadah Haji. Sang Nabi tidak pernah memukul wanita manapun, dan kita diharuskan untuk mengikuti Sunnah. Juga jikalau ego pria Muslim begitu besar, mengapa mereka memperbolehkan wanita berperang bersama mereka, bahkan kadang2 menampilkan mereka di medan perang? Kamu mungkin bisa baca buku Aisha Bewley yang berjudul “Islam: the Empowering of Women”, di mana dia menunjuk penjajahan yang dilakukan bangsa Eropa sebagai sebab utama terbatasnya kedudukan wanita di masa lalu dan masyarakat “Islam” masa kini. Dan tentang Taliban, mereka tidak akan mau mendengar pernyataan dari seorang wanita lemah seperti saya, jadi maaf saja!

Sina:
Kalau Pak Mallah bisa melihat kesamaan hak in dalam ayat 33-35, ya baguslah. Sayangnya, kebanyakan Muslim tidak melihat apa yang dia lihat dan hasilnya kaum wanita di negara2 Islam tidak diperlakukan sama. Pak Mallah mungkin berpikir ini karena orang2 Muslim tidak mempraktekkan Islam yang sebenarnya, tapi mungkin juga karena pengertiannya tentang Qur’an tidak tepat atau Qur’an tidak cukup jelas bagi kebanyakan orang Muslim.

Ayat 3:135 menekankan bahwa setiap orang akan diberi upah tapi tidak dikatakan bahwa mereka akan menerima upah yang sama besarnya. Jika pemilik perusahaan berkata pada karyawan2nya bahwa setelah penjualn barang dia akan membayar mereka semua, ini tidak berarti bahwa dia akan membayar mereka semuanya sama. Pengertiannya sama jika dia mungkin mau menekankan ketergantungan satu sama lain dan berkata kau adalah bagia dari satu sama lain. Ini tidak menunjukkan bahwa para manajer dan pembersih WC punya kedudukan sama. Hal yang sama dapat diterapkan pada ayat2 lain yang dikutip Pak Mallah.

Pak Mallah mengeluh kenapa Pak Spencer dan saya tidak menyebutkan ayat2 dan Hadis2 yang memuji wanita. Iya memang ada beberapa ayat dan Hadis2 yang memuji wanita tapi kita membicarakan soal hak2. Memuji wanita bukan berarti mereka punya hak yang sama. Aku bisa saja memuji-muji anjingku, tapi ini bukan berarti aku menganggap anjing itu sederajat dengan manusia. Lagipula ada ayat2 dan Hadis2 yang merendahkan wanita.

Contohnya ayat 30:21 “Dia menciptkan bagimu, dari dirimu sendiri, istri2, sehingga kamu beroleh ketenangan dalam mereka”. Tulisan Arab menerangkan secara jelas bahwa “bagimu” adalah maskulin dan “mereka” adalah feminin. Apa yang disampaikan ayat ini adalah kaum wanita diciptakan BAGI pria dan adalah untuk kesenangan mereka.

Razi di At-Tafsir al-Kabir, yang memberi komentar tentang ayat ini menulis:
“Kata2 Dia ‘menciptakan bagimu’ merupakan suatu bukti bahwa wanita diciptakan seperti binatang2 dan tanaman2 dan benda2 berguna lainnya, sama seperti Yang Maha Agung telah berkata ‘Dia menciptakan bagimu apa yang ada di bumi’ dan ini menetapkan bahwa wanita tidak diciptakan bagi ibadah atau menyampaikan perintah2 Illahi.”

Hadi Sabzevari, ahli Muslim yang terkemuka, dalam komentarnya terhadap pemikir Muslim besar lainnya yang bernama Sadr al-Mote'alihin, menulis:
Sadr ad-Deen Shirazi menggolongkan kaum wanita sebagai binatang2 dan ini merupakan sindiran halus bahwa wanita sesungguhnya dan selayaknya sederajat dengan binatang2 bisu [al-haywanti al-sa^mita] karena kurangnya daya pikir dan pengertian wanita akan hal yang rumit, dan juga karena kesukaan mereka akan kenikmatan dunia. Mereka punya sifat2 alami binatang [ad-dawwa^b], tapi mereka diberi penyamaran sebagai manusia supaya pria tidak benci waktu bicara dengan mereka dan tidak muak waktu berhubungan seks dengan mereka. Karena inilah Hukum2 kita yang tak bercacat [shar'ina al-mutahhar] memihak kaum pria dan memberi mereka keunggulan di segala hal, termasuk cerais, “nushuz”, dll.

Nn. Roach berkata kita tidak akan mengerti Qur’an kecuali kalau kita baca Tafsir. Dia benar. Tapi Tafsir2 justru lebih memberatkan Muhamad, kecuali kalau Tafsir2 itu ditulis oleh apologis Islam modern dan bagi bacaan orang2 Barat.

Pak Mallah pikir hanya karena Muhamad mengatakan pria dan wanita bersamaan di dalam satu kalimat menandakan mereka mestinya sederajat. Tapi kita punya Hadis di mana Muhamad menyebut keledai, wanita dan anjing2 dalam satu kalimat.

Muslim 4,1232 berkata “sembahyang seorang Muslim bisa terputus jika seekor keledai, wanita, dan anjing hitam lewat”.

Pak Mallah berkata kita luput menyatakan bahwa dalam Islam pihak suami bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya dan pihak istri tidak harus menyumbang sepeser pun. Apakah ini baik? Inilah tepatnya sumber ketidaksamaan hak dan ketegangan diantara suami dan istri. Isteri tidak dianggap sebagai partner (rekan sejawat) tapi lebih sbg karyawan sang majikan (suami). Istri harus melayani suami, (melahirkan bayi bagi SUAMI, memuaskan kebutuhan seksual suami, mengatur barang2 milik SUAMI, dll) dan sebagai balasan dia harus menafkahi istri. Apakah ada bedanya antara dinamisme ini dengan hubungan majikan dan budak?

Ayat 2:228 bukan hanya menyatakan secara tak langsung tapi bahkan menyatakan secara gamblang bahwa pria lebih unggul daripada wanita. Dikatakan dengan sangat jelas: “tapi pria punya beberapa kelebihan daripada mereka …” Dapatkah kamu mengatakannya lebih gamblang daripada itu?

Jika kami salah, dapatkah kalian rekan2 Muslim mengatakan pada kami negara Islam mana yang telah mengerti kesamaan hak yang mereka sebut dan melaksanakannya? Bagaimana mungkin semua Muslim bingung tentang apa yang dikatakan Qur’an dalam 1.400 tahun sehingga mereka tidak bisa melaksanakan Islam yang sejati ?

Bukankah Muhamad sendiri yang bilang bahwa Qur’an itu adalah “buku yang jelas”: (5:15), “gampang dimengerti” (44:58 , 54:22 , 54:32, 54:40) "dijelaskan secara detail" (6:114), "disampaikan secara jelas", (5:16, 10:15) dan dengan “tanpa ragu”(2:1)?

Pak Mallah mengutip beberapa ayat yang menyebut kaum wanita tapi tidak ada satupun yang menerangkan adanya kesamaan hak terhadap pria. Menyuruh pria untuk memperlakukan istri2 mereka dengan baik tidaklah menyatakan kesamaan hak. Seseorang bisa bilang, perlakukan binatang dengan baik. Ini bukan berarti kamu dan binatang punya hak yang sama.

Kenyataan bahwa Pak Mallah mengutip ayat2 yang tak ada hubungan dengan persamaan hak menunjukkan bahwa MEMANG TIDAK ADA ayat2 dalam Qur’an yang bicara mengenai persamaan hak. Sebaliknya, banyak ayat2 yang menunjukkan wanita lebih rendah daripada pria.

Pak Mallah menyatakan ayat 4:11-12 yang berkata wanita mewaris separuh dari yang didapat saudara lakinya, ini tidak berarti wanita itu berharga separuh daripada saudara lakinya. Kita tidak bicara soal “harga layak”. Kita bicara soal HAK ! Nilai adalah hal yang abstrak. Berapa banyak engkau menilai diri saya tidak menjadi soal bagiku. Tapi saya mengharapkan kau menghargai hak2 saya dan memperlakukan saya sama. Nilai2 itu subyektif, hak2 adalah nyata dan obyektif. Dalam Islam, wanita tidak diperlakukan sama (dengan kaum pria). Mereka tidak punya hak yang sama dengan hak pria.

Ngomong2 tentang “harga layak”, saya rasa selayaknya untuk mengingatkan orang bahwa di Saudi Arabia jika seorang dibunuh atau terbunuh, sang pembunuh harus bayar uang darah atau kompensasi sebagai berikut:

100,000 riyals jika korban adalah lelaki Muslim

50,000 riyals jika korban adalah wanita Muslim

50,000 riyals jika pria Kristen

25,000 riyals jika wanita Kristen

6,666 riyals jika pria Hindu

3,333 riyals jika wanita Hindu

Sumber: The Wall Street Journal, April 9, 2002

Jadi seperti yananda lihat harga orang2 tidak sama dalam Islam. Harganya tergandung dari jenis kelamin dan agamanya.

Pak Mallah juga membual bahwa dalam Islam suami bertanggung jawab untuk menafkahi istri bahkan jika istri lebih kaya daripada dia dan punya sumber penghasilan lain. Apakah ini keadilan? Apakah ini menolong untuk memperkokoh rasa cinta dan kesatuan antara suami dan istri? Bagaimana rasanya jika tiba2 istrimu menerima warisan yang sangat besar dan jadi milyarder tapi tidak mau membagi sepeser pun denganmu dan pada saat yang sama menuntutmu untuk menafkahi dia dengan gajimu yang pas2an? Dapatkan perkawinan seperti ini bertahan?

Semua ini menekankan kenyataan bahwa hubungan perkawinan dalam Islam sejenis dengan hubungan antara majikan dengan karyawannya. Perkawinan yang baik adalah kesatuan di mana suami dan istri adalah partner yang sama di segala bidang. Ini tidak terjadi dalam Islam. Istri masuk rumah suami sebagai karyawan dan dapat dipecat kapan saja. Yang harus dia lakukan hanyalah berkata “Aku ceraikan kamu” dan perkawinan selesai sudah. Dan celakalah jika dia katakan ini tiga kali berturut-turut, karena dia tidak bisa mengawini istrinya lagi kecuali istri menikah dengan orang lain, melakukan hubungan seksual dengan suami baru, menceraikan suami baru, dan lalu istri dapat menikahi suami lamanya.

Pak Mallah berkata ayat 33:50 tidak ada hubungannya dengan perkosaan. Sebenarnya ada. Jika kau lihat ayat 4:24 di mana Muhamad berkata: “Juga (dilarang untuk memiliki) wanita2 yang telah berkeluarga, kecuali mereka yang dimiliki tangan kananmu …” . Ini jadi jelas bahwa seorang Muslim diperbolehkan untuk melakukan hubungan seks dengan wanita2 yang dimiliki tangan kanannya (yakni budak2, wanita2 tawanan perang) bahkan jika mereka telah berkeluarga.

Jika kamu masih ragu arti ayat ini, ada Hadis yang membuatnya jelas: Bukhari 7,62,137 bicara tentang prajurit2 Muslim yang biasa berhubungan seks dengan para wanita tawanan perang. Tapi karena mereka tidak mau membuat wanita2 itu hamil dan mau mengembalikan mereka sebagai sandera setelah memperkosanya, para prajurit itu pergi ke Muhammad dan bertanya tentang coitus interruptus (mengeluarkan sperma di luar tubuh wanita). Sang Nabi tidak melarang pemerkosaan terhadap wanita tapi hanya berkata tidak usah melakukan coitus interruptus karena jika Tuhan menentukan seorang jiwa (bayi) akan lahir, maka akan lahir dengan sendirinya. Lihat pula Bukhari 8.77.6.

Mungkin aku harus mengingatkan rekan2 Muslim kita tentang Rayhana dan Safiyah yang adalah gadis2 remaja Yahudi yang ditangkap Muhamad dan sang Nabi meniduri mereka di hari yang sama dia membunuh ayah2, saudara2 laki, suami2 dan sanak saudara lainnya. Meskipun Safiyah kehilangan semua orang di keluarganya, dia merasa tidak punya pilihan dan menikah dengan Muhamad, Rayhana menolak menikah dgn pembunuh sukunya (Bani Quraiza) dan tetap tinggal di rumah Muhamad sebagai budak seks sampai Muhamad mati. Korban lain Muhamad adalah Juwariyah yang juga berasal dari suku Yahudi lain.

Untuk menjelaskan ayat 4:34, Pak Mallah berkata pemukulan haruslah ringan, tidak meninggalkan bekas dan harus pakai “sikat gigi”. Ini tidak jelas tercantum di ayat itu dan tentunya jutaan wanita Muslim yang dianiaya akan dapat banyak keuntungan dari pengertian ini. Lagi2 pertanyaan adalah, mengapa Qur’an begitu tidak jelas pada masalah2 penting ini? Juga caranya Pak Mallah menjelaskan ayat ini seakan lebih mirip foreplay (perlakuan hangat antara dua kekasih sebelum melakukan hubungan seks). Memukul dengan sikat gigi? Ini lelucon, yah? Kenapa musti memukul segala dong? Bahkan jikalau inipun merupakan hal yang simbolis belaka, dan hanya untuk menunjukkan bahwa pria lebih dominan daripada wanita, pertanyaannya adalah untuk apa? Mengapa pria harus mendominasi wanita secara simbolis?

Mr El Mallah, JUTAAN wanita Muslim yang dianiaya dapat bersaksi bahwa tidak ada hal yang simbolis dalam pemukulan ini. Seringkali mereka dipukuli begitu rupa sampai tulang2 mereka hancur. Aku ingat para wanita yang datang ke rumah kami menunjukkan luka memar mereka pada ibu saya dan menangis.

Pak Mallah berkata Islam mengijinkan istri untuk menceraikan suami melalui tatacara yang dikenal sebagai “khole”. Apakah khole ini? Khole adalah jika wanita setuju untuk tidak menerima tunjangan bekas istri dan membayar kembali uang mas perkawinan dan ditukar dengan hak untuk cerai. Ini dinyatakan di Hadis Abu Dawud 12.2220. Apakah ini adil? Ini adalah alat yang canggih di tangan pria yang ingin menyingkirkan istrinya dan tidak mau bayar uang tunjangan bekas istri dan mengambil kembali uang mas perkawinan. Yang dia butuh lakukan adalah membuat hidup istri demikian sengsara sampai istri ingin bebas dan menuntut hak cerai. Ini terjadi setiap hari waktu hukum Sharia dilaksanakan.

Aku tidak melihat keadilan apapun di sini. Para wanita dalam negara2 Islam seringkali tidak diijinkan untuk bekerja sehingga mereka tidak punya uang. Mereka sangat taat menerima separuh warisan dan jadi hidup susah karenanya. Perceraian berarti kepastian jatuh miskin dan hidup penuh derita. Seringkali lebih baik mati saja dan tingkat bunuh diri diantara kaum wani
Last edited by ali5196 on Mon Oct 31, 2005 6:51 pm, edited 2 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Kebuasan seperti ini seharusnya tidak diperbolehkan di dunia modern. Perzinahan secara moral adalah salang dan ini adalah sesuatu diantara orang itu dan Penciptanya dan pasangan hidupnya. Pemerintah tidak punya hak untuk mencampuri urusan pribadi seseorang.

Bulan lalu, seorang anak IRAN berusia 14 tahun dicambuki sampai mati karean makan di bulan Ramadhan. Ini kan gila ! Orang ingin puasa atau tidak adalah keputusan pribadi. Tapi memukuli orang adalah tindakan kriminal. Hukum Islam adalah kriminal. Memaksa moralitas agama adalah tindakan kriminal.

Sungguh mengherankan bahwa Muhamad tidak melihat ada yang salah dengan pemerkosaan terhadap tawanan perang wanita tapi menjatuhkan hukum raja bagi para pezinah. Muhamad dikutip sbg mengatakan:

Aku hendak memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar dan lalu memerintahkan seorang untuk menyerukan Azan untuk sembahyang dan lalu memerintahkan seorang untuk memimpin orang2 sembahyang dan lalu aku akan datang dari belakang dan membakar rumah2 orang yang tidak datang sembahyang bersama.” Bukhari 9.89.330

Muhamad adalah orang yang suka mengekang. Dia tidak akan memaafkan siapapun yang tidak menuruti perintahnya.

Nn. Roach mencoba membahas masalah ini dengan angkuh menunjukkan dirinya sebagai wanita Muslim yang bebas. Nn ORach tidak mewakili wanita Muslim pada umumnya. Dia hidup di USA (atau negara Barat lain, kukira) dan dia dilindungi oleh undang2 Amerika. Jika suaminya memukuli dia, dia bisa melawan balik atau suaminya bisa dimasukkan ke penjara. Suaminya juga tahu akan hal itu dan dia menjaga diri.

Saya kenal dengan banyak wanita eks-Muslim yang mengatakan padaku bahwa suami2 mereka dulu “menyenangkan dan menarik” waktu mereka hidup di negara Barat tapi kemudian mereka pindah ke negara2 Islam suami2 mereka, dan lalu para suami ini berubah dan pemukulan pun dimulai. Kisah “Not Without My Daughter” (“Tidak Bisa Jika Tanpa Anak Perempuanku”) karangan Betty Mahmoodi merupakan kisah nyata dan ini terjadi di begitu banyak wanita2 Barat yang menikah dengan pria2 Muslim.

Nn. Roach berkata: “Jika aku dipukuli oleh siapapun, suami atau bukan, kamu boleh bertaruh dengan nyawamu, aku akan balik melawan!”

Wahai Nn. Roach, bersyukurlah kamu tidak hidup di negara Islam. Negara Kafir yang kau benci inilah yang memungkinkan kamu untuk bisa bicara seperti itu. Mohon dimengerti bahwa para wanita Muslim yang dianiaya itu tidak kurang cerdas dibandingkan dirimu. Akan tetapi, mereka tidak punya keuntungan posisimu yang dilindungi oleh undang2 kafir. Mereka hidup di negara2 Islam di mana mereka tidak punya hak2.

Sekitar dua bulan yang lalu kita mendengar kisah tragis seorang wanita Iran yang pergi ke pengadilan meminta hakim untuk memberitahu suaminya untuk memukul dia sekali seminggu saja dan tidak setiap hari. Dia hanya ingin hidup dan dia bersedia dipukul seminggu sekali untuk bisa hidup, dan hak hidup ini dinikmati para wanita kafir secara otomatis. Wanita Iran itu tahu jika suaminya menceraikannya, dia tidak bisa ke mana2 dan bisa jadi pengemis di jalanan. Ini mengingatkan kita semua kepahitan kenyataan hidup wanita Muslim di negara2 Islam. Nn. Roach tidak mengerti sama sekali, atau mungkin masa **** dan tidak peduli, bagaimana kebanyakan wanita Muslim hidup dan apa yang harus mereka derita.

Nn. Roach berkata: “Tidak ada di mana pun di ayat mana pun yang mengatakan para wanita harus menerima pukulan dari siapa pun, “ Lalu apa yang dia pikir tentang Q4:34? Penyangkalan ini sungguh membingungkan.

Yang lebih membingungkan lagi adalah ketika dia berkata: “Tidak ada masyarakat Islami yang sejati saat ini di tingkat nasional, tidak ada penerapan hukum Sharia yang sejati dan lengkap.” Ini sungguh pernyataan yang mengejutkan. Setelah 1.400 tahun, 1.2 milyard Muslim tidak kunjung berhasil menerapkan hukum Sharia di 57 negara2 Islam mana pun. Bukankah masuk akal untuk mengambil kesimpulan bahwa surga Islam utopia seperti itu hanya ada di khayalan Nn. Roach saja?

Tidak, Nn. Roach, saya tidak mengutuk Islam karena “beberapa orang punya pengertian yang salah akan Islam.” Saya mengutuk Islam karena apa yang Muhammad lakukan dan katakan.

Saya mengutuk Islam karena dia membantai mereka yang mengritik dia termasuk kakek berusia 120 tahun dan wanita penyair yang juga ibu lima anak kecil. Saya mengutuk dia karena penyerangannya terhadap warga sipil tanpa peringatan, karena membunuh orang2 yang tak bersenjata yang ingin melakukan kegiatan hidup sehari-hari dan karena dia memperbudak para wanita dan anak2nya, menjual manusia2 sebagai budak, karena dia merampoki orang2 tak bersalah.

Saya mengutuk Muhamad karena secara berkhianat memenggali 750 Yahudi Bani Quraiza yang tak bersalah setelah mereka menyerah padanya tanpa perlawanan. Saya mengutuk dia karena menyiksa dan membutakan mata2 tawanannya dengan paku panas agar mereka mengaku di mana mereka menyembunyikan harta mereka dan lalu setelah membunuhi mereka, dia menunjukkan mayat2 tak berkepala itu pada istri mereka dan mengambil satu dari mereka (Safiyah) ke dalam tendanya dan tidur dengannya di hari yang sama.

Saya mengutuk dia karena memperkenalkan agama yang tak tahu bertoleransi pada masyarakat Arabia yang tadinya penuh toleran dan menyelenggarakan perang2 dan pembunuhan2 yang terus terjadi sampai hari ini dan terus saja mengambil korban.


Wahai Nn. Roach, saya tahu SUKAR bagimu untuk menerima bahwa Muhamad sebenarnya bermaksud memukul ketika dia berkata pukullah istrimu. Tapi kamu harus memilih: menerima atau menolak Islam. Daraba bukan berarti “tepukan ringan”. Daraba berarti pukul. Kata ini maksudnya bukan seperti main musik dengan memukul drum, dikatakan pukullah istrimu. Kamu boleh menyangkal ini sekuat tenaga dan menyembunyikan kepalamu di bawah tanah, tapi kamu tidak bisa merubah kebenaran. Pemukulan didukung Hadis pula.

Abu Dawood 11. 2142: “Sang Nabi berkata: Seorang pria tidak akan ditanya mengapa dia memukul istrinya.”

Cerita lucu lain tentang pemukulan istri dapat dijumpai di Hadis ini: Muwatta 30.2.13. Disini seorang wanita mencoba menipu suaminya agar dia berhenti meniduri pelayan mereka. Tapi Umar mengatakan pada sang suami untuk memukul istrinya dan tetapi meniduri budak wanitanya.

Cerita lain yang lebih lucu lagi adalah ketika Muhamad mengangkat tangannya untuk memukul seorang wanita yang menolak keinginannya untuk menidurinya. Bukhari 7.63.182

Nn. Roach membual bahwa dia akan melawan balik orang yang memukulnya tapi dia tidak keberatan jika wanita Muslim lain dipukuli, karena kata dia mereka itu “tidak hormat” dan “tidak bertanggungjawab”. Siapa yang bisa menentukan apakah seseorang itu tidak hormat dan tidak bertanggungjawab? Siapa yang layak jadi hakim? Suaminya! Siapa yang layak memberi hukumannya? Juga: suaminya! Dan tentu saja suaminya itu pulalah yang menjadi pelaku pemukulan itu. Tidakkah ini tampak sedikit tak adil? Bagaimana sistem ini bisa memberi jaminan agar kaum wanita tidak dipukuli sembarangan?

Lebih2 lagi, apakah pemukulan ini berguna? Apakah benar untuk memperlakukan wanita yang “tidak hormat” seperti binatang? Di jaman ini kamu bahkan tidak bisa memukuli binatang (karena ada UU perlindungan binatang di dunia Barat) tapi orang2 Muslim ngotot tidak ada yang salah dengan memukuli istri. Bukankan perceraian lebih baik daripada kekerasan?

Spencer:
Pernyataan2 Pak El-Mallah dan Nn. Roach benar2 begitu ngawur, menyesatkan dan menipu orang2 yang belum tahu tentang Islam sehingga dibutuhkan artikel setebal satu buku untuk menguraikannya semua. Contohnya, tentang bab dalam Qur’an yang berjudul ‘Kaum Wanita’, Pak El-Mallah menegaskan bahwa “jika Islam memandang rendah wanita, bab itu tidak akan diberi judul ‘Kaum Wanita’ atau setidaknya kamu akan menjumpai bab lain yang berjudul ‘Kaum Pria.’ “ Dia dengan enaknya tidak menghiraukan penjelasanku bahwa nama2 bab2 dalam Qur’an tidak menunjukkan penghargaan apapun. Lihat sura2 yang bernama “Rampasan Perang” (8), “Tawar Menawar” (64), “Cerai” (65), “Cabut-Nyawa” (79), “Penipu” (83), “Gempa Bumi” (99), “Bencana” (101), “Pelanggar” (104), and “Murtad” (109). Baiklah, Pak El-Mallah; jadi saya kira menurut logikamu Islam tidak memandang rendah pencabut nyawa, penipu, pelanggar, atau murtad, hah?

Sama juga dengan begitu tulus pandangannya tentang ayat2 Qur’an sampai2 Ali Sina dan aku telah mengartikan ayat2 itu “di luar konteks” (istilah ini selalu siap digunakan oleh politikus2 yang tidak jujur di mana pun). Pak El-Mallah berkata, sehubungan dengan Q 4:11-12 tentang penetapan warisan wanita separuh warisan saudara lakinya, bahwa “ini sama sekali tidak berarti saudara perempuan berharga separuh daripada saudara lakinya.” Kecuali secara finansial, tentunya. Bantahan dia, bahwa “perbedaan warisan ini sesuai dengan perbedaan tanggung jawab finansial”, berantakan karena kenyataannya seorang wanita dalam dunia Islam yang karena alasan apapun harus mencari nafkah sendiri ternyata tidak pula dapat warisan lebih.

Tentang Qur’an 33:50, yang Ali Sina telah dijelaskan artinya “jika seorang wanita jadi tawanan perang, majikan Muslimnya diperbolehkan memperkosanya.” Pak El-Mallah berkata: “Ayat yang dikutip ini tidak ada hubungannya dengan perkosaan sama sekali, tidak jelas terjemahan dan interpretasi apa yang digunakan Pak Sina?” Baiklah kalau begitu: aku akan gunakan terjemahan Inggri yang paling disukai oleh orang2 Muslim, yakni terjemahan Abdullah Yusuf Ali: “O Nabi! Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri2mu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan mereka yang dimiliki tangan kananmu dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu ….” Dengan kata lain, seorang Muslim boleh melakukan hubungan seksual dengan para istrinya dan dengan tawanan2 perang. Aku ingin Pak El-Mallah menyebutkan satu ayat dalam Qur’an yang minta persetujuan budak2 tawanan perang untuk bersedia melakukan hubungan seksual ini. Tentu saja tidak ada, karena minta persetujuan dari seorang budak adalah hal yang tidak terpikirkan. Tapi hubungan seksual tanpa persetujuan adalah pemerkosaan.

Tentang Qur’an 2:223, Pak El-Mallah dengan tepat menceritakan Hadis anti-Semitik menuduh orang Yahudi menyebarkan takhayul tentang anak2 yang bermata juling. Tetapi penjelasannya sama sekali tidak mengurangi masalah lebih besar yang disebabkan oleh ayat ini: ini menunjukkan posisi seorang istri sebagai barang milik suaminya, untuk digunakan semaunya oleh suaminya. Pengertian ini ditegaskan di berbagai Hadis, seperti: “Rasul Allah berkata, “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur (untuk berhubungan seksual) dan istri menolaknya dan menyebabkan dia tidur dalam kemarahan, para malaikat akan mengutuki istri itu sampai pagi.’ “ (Bukhari IV:54:460).

Dalam hubungan dengan ayat “pukul-istri” yang terkenal itu, Qur’an 4:34, Pak El-Mallah mengeluh bahwa “masalahnya para pengritik Islam menutup mata dari Hadis lain yang menjelaskan beberapa unsur tertentu ayat2 Qur’an.” Seperti banyak Muslim apologis lainnya, dia mengutip sebuah hadis yang mengisahkan Muhammad memberitahu orang2 untuk memukul istri2nya hanya dengan siwak, sebuah sikat gigi. Kenyataannya, hadis ini tidak ada di Bukhari, Muslim, atau koleksi hadis lain yang dianggap paling terpercaya oleh orang2 Muslim. Ibn Kathir tidak menyinggung ini di komentarnya yang panjang lebar tentang Qur’an. Sayangnya, tradisi pukul pakai siwak lebih sering disebut oleh apologis Islam untuk orang2 Barat daripada untuk orang2 Muslim itu sendiri. Di lain pihak, akibat mengerikan ayat 4:34 sudah jelas dari penganiayaan fisik terhadap kaum wanita yang merajalela di dunia Islam.

Tapi Pak El-Mallah tidak menyinggung ini, dan malah menjauhkan diri dari masalah pembicaraan Seminar ini guna melemparkan masalah ke tradisi agama lain, katanya: “Sebenarnya, untuk perbandingan singkat di Alkitab hal yang serupa dapat kita lihat bahwa jika istri membujuk suami untuk menyembah tuhan lain, maka suami harus merajam dia sampai mati (Ulangan 13:7-12).” Jadi kala wanita dianiaya di seluruh dunia Islam, kita diminta untuk tidak menaruh perhatian, dan sebaliknya malahan merecohi ayat lain dari Alkitab yang tidak dipraktekkan oleh orang Kristen atau Yahudi saat ini. Aku berharap aku bisa berkata tiada Muslim yang mempraktekkan ayat 4:34 hari ini, atau semoga mereka semua menggunakan sikat gigi untuk memukul istrinya, tapi aku tidak bisa mengatakan itu.

El-Mallah lalu menegaskan sebuah Hadis yang dimulai “kaum wanita akan jadi kebanyakan penghuni Surga, lihat Sahih Muslim, Kitaab al-Jannah, 4/2179, no. 2834.” Nomernya beda dengan edisi yang aku punya (yang dibuat oleh Muslim untuk Muslim), tapi aku cari setiap referensi untuk kaum wanita di Kitab Al-Jannat dari Shahih Muslim. Yang paling dekat dengan yang disebut El-Mallah adalah ini:”Muhammad melaporkan bahwa beberapa orang mengatakan dengan sombong dan beberapa membicarakan apakah akan lebih banyak pria atau wanita di Surga. Dalam hal inilah Abu Huraira melaporkan bahwa Abu’l Qasim (sang Nabi suci) berkata: Anggota kelompok pertama yang pergi ke surga akan berwajah seterang bulan purnama di malam hari, dan kelompok berikut akan berwajah seterang bintang di langit, dan setiap orang akan punya dua istri dan sumsum tulang keringnya akan bercahaya di bawah dagingnya dan tidak seorang pun yang tak punya istri di Surga” (no. 6793). Ini sama sekali tidak menegaskan bahwa lebih banyak wanita daripada pria di Surga, kecuali kalau maksud El-Mallah adalah wanita lebih banyak daripada pria sebab “setiap orang akan punya dua istri.” Karena ini dipaparkan sebagai hadiah bagi para pria di Surga, dan karena Qur’an juga menyatakan wanita sebagai hadiah bagi pria di Surga, ini tidak dapat dianggap sebagai tanda bahwa akan lebih banyak wanita yang diberkati daripada pria. Kelihatannya malah kaum wanita berada di sana sebagai pelayan2.

Pak El-Mallah lalu menyebutku mengatakan, “Bayangkan jika semua Muslim melakukan hukuman rajam atau menggantung korban perkasaan atau mencambuki wanita untuk pelanggaran ringan seperti memperlihatkan sebagain rambut.” Sebenarnya, ini dikatakan oleh Pak Ali Sina, dan bukan olehku. Aku serahkan tanggapannya bagi Pak Sina, yang sangat amat lihai membela pendapatnya.

Dalam menanggapi yang kutulis tentang penganiayaan para istri Pakistan, Pak El-Mallah berkata: “Haruskan kita menyalahkan Islam untuk apa yang pria Kristen lakukan di U.S. dan pria Hindu di India, belum lagi di Filipina, Chili, dll?” Ini tidak relevan, kecuali kalau Pak El-Mallah dapat menyebut ayat dari agama Kristen atau Hindu yang dapat dibandingkan dengan Q 4:34, juga dengan bukti bahwa lelaki Kristen dan Hindu memperlakukan istri2 mereka secara sadar sesuai dengan apa yang diperintahkan. Tapi ayat 4:34 digunakan pria2 Muslim untuk mensahkan tindakan mereka memukuli istri2nya, yang membuat pernyataan Nn. Roach bahwa “tidak ada satu pun ayat yang mengatakan wanita harus menerima pukulan dari siapapun” terasa janggal.

Dan untuk perkataanya bahwa “tidak ada masyarakat Islami sejati saat ini di tingkat nasional, tidak ada penerapan hukum Sharia yang benar dan lengkap, karena itu bagaimana mungkin seseorang bisa mengritik hukum Sharia,” ini mengingatkanku pada seorang anggota Partai Revolusi Komunis yang kukenal di perguruan tinggi. Dia sering menyingkirkan bukti apapun pembinasaan yang dilakukan Partai Komunis di Uni Soviet dan China dengan mengatakan bahwa mereka bukan Komunis sejati dalam arti apapun, jadi tidak ada yang mereka perbuat yang dapat dipakai untuk melawan paham Komunisme! Saudi Arabia dan Iran mengaku sebagai negara2 Sharia, dan banyak negara2 Islam lainnya yang menerapkan berbagai bagian dari hukum Sharia, yang dinyatakan secara publik dan jelas diketahui. Jadi apakah kita harus percaya bahwa Saudi dan Iran, yang menerapkan Sharia dengan taatnya dengan semua ilmuwan dan ahli hukum mereka, gagal untuk melaksanakan hukum Sharia yang sejati? Menyingkirkan bukti negara2 Islam ini karena mereka tidak sesuai dengan gagasan Nn. Roach tentang Sharia adalah sungguh menggelikan.

Nn. Roach lagi2 menggunakan tipuan murahan yang mencoba mengalihkan perhatian dari Islam yang adalah bahan pembahasan di Seminar ini, ke masalah Kristiani dengan beberapa kutipan pernyataan dari ketua2 gereja tentang wanita. Tidak ada orang Kristen, Katolik, Ortodoks, atau Protestan yang menganggap pernyataan2 itu sebagai perintah atau norma bagi kepercayaan dan perilaku mereka: mereka tidak punya hal yang sama seperti perintah di Qur’an 4:34 atau dasar Islami lain yang menekan kaum wanita. Meskipun begitu, Nn. Roach menganggap kita seharusnya menganggap pernyataan2 pemimpin gereja tsb. sebagai dasar perbandingan moral yang sama dengan ayat 4:34. Seharusnya Nn. Roach bukannya memuaskan dirinya sendiri dengan menjelek-jelekan agama Kristen, tapi menghadapi langsung sumber2 Islami yang menekan kaum wanita dan mencari jalan ke luar agar akibatnya yang parah dapat dikurangi.

Tentang kuliah pendeknya mengenai aturan membaca Hadis, aku tahu betul susunan pengetahuan dalam Hadis, juga tentang kenyataan bahwa orang2 Muslim secara umum menerima Shahih Bukhari dan Muslim sebagai koleksi Hadis yang paling bisa dipercaya. Karena itu pula aku mengutip dari Hadis2 ini. Jika Nn. Roach benar2 berpikir ayat2 yang kukutip tidak tepat dan tidak dapat dipercaya, silakan berkata begitu, meskipun aku yakin dia sadar kalau dia berkata begitu, dia akan memisahkan diri dari pandangan umum Islam di jaman lalu dan sekarang. Jika dia memang mau memisahkan diri, aku harap dia menerangkan pada kami bagaimana anjurannya agar Hadis2 itu tidak lagi menekan kaum wanita Islam, dan dapat diterima orang2 Muslim pada umumnya.

Masih berhubungan dengan Qur’an 4:34, Nn. Roach mengatakan : “Mungkin mereka yang mengritik Qur’an sebaiknya menyelidiki kemungkinan salah menerjemahkan ketika membacanya.” Aku heran mengapa hanya dia saja yang tahu bahwa “daraba” bukan berarti “pukul” tapi “tepukan ringan, tidak meninggalkan bekas.” Ini tampaknya tidak tertangkap oleh semua orang yang sudah menerjemahkan Qur’an ke dalam bahasa Inggris, baik Muslim atau non-Muslim. Ali, Shakir, Ahamed, Fakhry, Dawood, Arberry dan Al-Hilali dan Khan menerjemahkannya sebagai “pukul”; Pickthall memilih kata “hajar” (bukan tepukan ringan sama sekali nih). Mengapa menutup-nutupi kenyataan dan bukannya mengakuinya dan berusaha mencari perubahan yang positif?

Roach:
"Apa yang dapat diperbuat terhadap kebencian sembarangan seperti itu?"-- Tolkien

Aku ingin mengemukakan hanya beberapa hal dalam jawaban ini karena tampaknya apapun yang telah dikatakan, pihak lawan (yang bersikap kekanakan dan menggunakan bahasa yang merendahkan) akan mengulang pandangan2 mereka tanpa bukti bahkan dengan bukti2 di muka yang sudah ditunjukkan untuk melawan pandangan mereka. Sudah jelas bahwa mereka yang masuk dalam Seminar ini dengan pikiran yang sudah pasti, mereka berpendapat mereka tahu semua, mereka punya semua fakta. Pak Sina, hanya karena kau dulu tinggal di Timur Tengah tidak menjadikanmu seorang ahli dalam Islam. Tanyalah pada Saddam Hussein yang percaya dirinya adalah seorang Muslim padahal dia dan anak2nya menyiksa para tawanan, sesuatu yang sangat terlarang dalam Islam, (tidak peduli kamu percaya atau tidak) atau kamu juga bisa tanya marinir Amerika yang berangkat ke Iraq dan hanya dari pengalaman mereka (yang semuanya negatif karena mereka tidak mau berada di situ) membuat satu pandangan tentang semua orang Timur Tengah (termasuk kamu) dan berpikir bahwa merek tahu semua tentang Islam sedangkan yang mereka lihat adalah negara sekuler di mana masyarakatnya telah membelokkan hukum2 Islam untuk menyenangkan diri mereka sendiri (sebagaimana yang dilakukan orang2 di seluruh dunia). Dan satu hal yang kusenangi dari Islam ialah hanya suamiku yang memanggilku “sayang” (dear) tidak peduli apakah orang lain mau merendahkanku atau melecehkanku secara seksual.

Aku ingin berkata bahwa Pak Sina dan Pak Spencer hanya membuktikan kebenaran pandanganku tentang pemimpin2 gereja dan orang2 Muslim yang tidak mempraktekkan Islam secara benar ketika mereka berdua memasukkan contoh2 dari dua sarjana YANG TIDAK MEWAKILI ISLAM, MEREKA MEWAKILI PENDAPAT MEREKA SENDIRI YANG SANGAT KACAU DALAM MEMANDANG WANITA, SAMA SEPERTI PEMIMPIN2 GEREJA YANG KUSEBUTKAN SEBELUMNYA.

Bicara tentang ke luar dari jalur umum, aku belum pernah dengar sarjana2 ini dan jika aku bertemu siapapun yang menggunakan mereka sebagai sumber, maka aku seketika akan membenarkan cara pikir mereka. Siapa yang mengalihkan perhatian sekarang, dengan melemparkan pendapat2 yang tidak diperhatikan oleh orang2 Islam (sejati)?

Kau membuktikan ketidakpedulianmu akan Islam sejati dengan menggunakan orang2 Saudi dan Pemerintahannya sebagai contoh: tidak ada kerajaan atau keluarga ningrat yang diperbolehkan dalam Islam, karena itu orang2 Saudi, yang seharusnya jadi pengurus kota suci kita Mekah, mencemooh wajah Islam dengan memamerkan keluarga kerajaan dan kekayaannya. Kita sering memanggil raja mereka King Fahd sebagai King Fraud (Raja Tipu) karena dia menipu masyarakat di negara mereka sendiri, terutama kaum wanita, yang tidak boleh nyetir mobil, nah ini benar2 konyol, akhirnya aku dan Pak Sina bisa setuju bersama akan satu hal. Sungguh lucu bagiku bahwa orang2 dewasa bisa berpura-pura tidak mengerti bahan perbandingan, atau mengatakan bahwa itu di luar topik pembicaraan guna merendahkan kebenarannya. Sisa komentarku aku tujukan bagi pembaca di Seminar ini:

Wahai para pembaca,
Tidak ada seorang pun di Seminar ini yang akhli dalam Islam atau bidang apapun. Kumohon engkau sebagai pihak yang menaruh perhatian untuk mempelajari sendiri Islam dan kritiknya karena inilah jalan satu2nya untuk benar2 dapat menentukan pendapat sendiri atas sebuah masalah. Sebagai seorang yang dulu benci Islam karena hal2 mengerikan yang KUDENGAR DAN YANG DISAMPAIKAN ORANG PADAKU, aku jadi punya pendapat yang tidak tepat berdasarkan pendapat2 media dan orang2 yang membenci Islam dan segala yang diwakilinya.

Aku juga menganjurkanmu untuk mencari orang2 Muslim sendiri, untuk mengenal tetanggamu yang Muslim, atau rekan kerja dan kalian akan lihat bahwa mereka tidak memukuli istrinya, mereka tidak memandang wanita sebagai binatang, KEPERCAYAAN MEREKA TIDAK MEMPERBOLEHKAN MEREKA BERPIKIR DEMIKIAN. Saya menyesal jika engkau sudah terpengaruh oleh kebohongan2 yang dipaksa untuk ditelan bagimu oleh media dan Pemerintah Amerika, tapi jangan biarkan itu membuatmu ragu untuk belajar lagi, bahkan jika kau tidak setuju akan itu.

Jika seorang wanita Muslim merasa ditekan, terserah dia untuk memohon pertolongan Allah dan lalu pertolongan itu akan membebaskannya dari segala tekanan, bahkan jika itu berarti kematian. Beberapa orang akan mengritikku dan berkata bahwa seorang wanita seharusnya tidak usah memilih untuk mati agar tidak dipukuli. Tapi aku bertanya padamu: Apa yang akan kita katakan pada wanita2 Amerika yang berada dalam kekerasan keluarga? “Kemasi tasmu, bawa anak2mu dan cari tempat perlindungan” bagi banyak wanita ini sama dengan mati karena suami2 mereka tampaknya bisa menemukan mereka ke mana pun mereka pergi. Setidaknya dalam Islam jika ini kasusnya, seorang wanita akan masuk surga bersama-sama Allah jika dia adalah korban tak bersalah, dan dia tidak akan jadi sekedar angka korban statistik kekerasan rumah tangga. Kaum wanita yang tahu hak2 Islaminya dan belajar hukum2 Islam selalu akan mencari sheikh atau imam untuk membela posisi mereka karena para pria ini adalah orang yang mencintai Allah dan kebenaran yang ditunjukkan dalam Qur’an yang melindungi wanita. Kuanjurkan engkau untuk membaca Qur’an dan berbicara dengan para ahli tentang artinya sehingga kau dapat pengertian yang lebih baik tentang artinya jadi seorang Muslim. Segala hal yang baik yang telah dikatakan di sini datang dari Allah, dan segala yang jelek yang telah dikatakan di sini adalah dari saya atau dari setan. Jazakum allahkhair – Semoga Allah memberkahimu semua karena membaca surat ini dan mendengarkan secara obyektif. Saudaramu dalam Islam, Julia Roach.

El-Mallah:
Pak Sina sekali lagi gagal untuk mengerti logikaku yang sederhana ketika dia berkali-kali menuduh Islam sebagai alasan perlakuan yang salah terhadap kaum wanita di (yang dikenal sebagai) negara2 Islam. Sekali lagi ini tidak membuktikan apa2, karena ini juga masalah yang sama di banyak negara2 dunia ketiga non-Muslim, apalagi di negara2 Barat seperti Amerika Serikat.

Aku ingin menerangkan bahwa pengertianku tentang Qur’an/Hadis datang dari pendapat2 para sarjana. Jadi apa yang kuutarakan sebelumnya tentang persamaan hak bukanlah pendapatku seorang diri, ini juga pendapat para sarjana yang telah kukutip. Sekali lagi, masalah utamanya adalah orang2 Muslim di negara2 Islam tidak menyadari agamanya sendiri. Satu contoh sederhana adalah sedikitnya jumlah Muslim yang sembahyang lima kali sehari. Tidak perlu butuh banyak pengetahuan tentang Islam untuk menyadari bahwa sembahyang adalah wajib, dan kaulihat bahwa banyak Muslim di Mesir tidak sembahyang.

Pak Sina ingin menghakimi Islam dan Qur’an berdasarkan perilaku orang2 yang tidak mengikuti dan tidak mengerti Islam sepenuhnya.

Meskipun begitu, aku harus menyalahkan para Muslim ini karena ketidakpedulian mereka, aku harus menyalahkan Pemerintahan2 pro-Barat yang tidak mendidik rakyatnya tentang agama mereka, dan ini sebagian disebabkan oleh pengaruh Pemerintah Amerika yang mengajarkan sekulerisme.

Tentu saja tidak semua akan diberi berkat yang sama, berkat tergantung atas amal yang dilakukan tiap orang, sebanyak rahmat yang diberikan pada setiap orang. Jadi apa yang diharapkan dari seorang raja akan berbeda dengan apa yang diharapkan dari seorang pembersih WC karena mereka diberi rahmat yang berbeda. Contoh paling dekat untuk menggambarkan ini adalah ujian GRE atau SAT, orang2 dapat pertanyaan yang berbeda dan pertanyaan2 itu dinilai secara berbeda berdasarkan tingkat kesulitannya.

Pak Sina dan Pak Spencer boleh saja terus mengartikan ayat2 dari sini ke sana untuk membuktikan bahwa Islam memberi pahala bagi pria di surga dan tidak bagi wanita. Mereka dapat menyangkal bahwa besarnya pahala tidak sama. Pada dasarnya yang Allah katakan:
“Mereka akan dapat semua yang mereka harapkan dari Tuhan mereka. Ini adalah pahala dari orang yang beramal.” Az-Zumar Ayah 34

Jadi setiap orang akan dapat segala yang mereka inginkan, baik PRIA atau WANITA. Tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan. Apapun yang diinginkan wanita di surga akan didapatnya. Dapatkah orang berpikir tentang pahala yang lebih adil daripada ini?

Qur’an itu mudah untuk dimengerti dan dilaksanakan,

”Dan bagi mereka yang percaya, mereka tahu bahwa Kebenaran dari Tuhan mereka, tapi bagi mereka yang tak percaya, mereka berkata: “Apa yang Allah maksudkan dengan kisah ini?” Dengan ini Dia menyesatkan banyak, dan dengan itu banyak yang Dia bimbing. Dan Dia dengan itu menyesatkan hanya mereka yang Al-Fasiqun (pemberontak, orang yang tak taat pada Allah).”

Negara2 yang disebut sebagai negara Muslim tidak menerapkan Islam bukan karena Islam itu sulit dimengerti tapi ini adalah diskusi yang lain sama sekali.

Contoh yang digunakan Pak Sina (ayat 30:21) hanya membuktikan tanpa ragu dia memelintir arti ayat2 guna dipakai menyerang Islam. Ayat ini berkata pada pria dan wanita. Jadi Tuhan berkata pada keduanya, memberitahu mereka bahwa Dia sudah menciptakan pasangan hidup mereka.

Ingatlah aturan dasar interpretasi Qur’an bahwa jika kata2 maskulin disebutkan, itu berarti kedua gender, kecuali di beberapa kasus, ketika kata2 feminin disebutkan.

Tapi Pak Sina tampaknya berkali-kali tidak mempedulikan aturan ini.

Jadi ayat 30:21 ini mengatakan bahwa pria diciptakan untuk wanita dan wanita diciptakan untuk pria. Ayat ini tidak bicara mengenai kesenangan (yang disebut Pak Sina) tapi menyebut ketenangan, kasih, dan pengampunan. Bahkan jika beberapa Tafsir (mis. milik Razi) mengatakan bahwa ayat ini berhubungan dengan kenyataan bahwa Allah menciptakan Hawa bagi Adam, apakah itu berarti bahwa pria lebih baik daripada wanita? Jika ini logikanya maka debu lebih baik daripada pria, karena Adam dibuat dari debu! Tentang pernyataan yang Pak Sina kutip dari Shirazi, yang merupakan ahli filsafat di zama Safavid.

Tulisan Shirazi tidak dianggap sebagai sumber bahan keterangan bagi sebagian besar masyarakat Sunni seperti aku. Pak Sina jelas tidak dapat bahan dari Qur’an yang dapat dia gunakan untuk mendukung logikanya sehingga dia menggunakan logika Shirazi.

Lalu dia menyebut penanggap2 lain sebagai apologis, TAPI yang benar adalah penanggap2 TERKENAL Sunni lama dan baru TIDAK PERNAH berkata bahwa wanita digolongkan dalam Qur’an sebagai binatang, TIDAK PERNAH.

Pernyataan yang dibuat oleh saudara Islam ku (Nn. Roach) adalah “Tidak ada masyarakat Islami yang sejati saat ini di tingkat nasional,” dan “tidak ada penerapan hukum Sharia yang sejati dan lengkap”. LOGIKA INI membuat Pak Sina berkata: “Ini sungguh pernyataan yang mengejutkan. Setelah 1.400 tahun, 1.2 milyard Muslim tidak kunjung berhasil menerapkan hukum Sharia di 57 negara2 Islam mana pun. Bukankah masuk akal untuk mengambil kesimpulan bahwa surga Islam utopia seperti itu hanya ada di khayalan Nn. Roach saja?”

Dalam bahasa Inggris, kata2 “tidak ada saat ini”, bukan berarti “tidak pernah ada sejak 1.400 terakhir.” Ternyata ADA untuk beberapa abad, sudah jelas sejarah dan kemakmuran Islam yang memajukan dunia dalam segala bidang sudah cepat dilupakan.

Aku tidak menerima penggunaan kalimat “Muslim apologis”. Kita TIDAK PERLU MINTA MAAF APAPUN. Kami akan mencoba menjelaskan agama Islam sebenarnya jauh dari pratek dan pengertian yang salah karena Allah memerintahkan begitu. Kita tidak melakukan ini agar engkau MENERIMA/SUKA akan kami. Kami melakukannya untuk keuntungan para pembaca. Bukti lain Pak Sina hanya mencopy dan paste pengertian salah yang diulang-ulang tentang Islam adalah saat dia mengulas Hadis yang berkata “sembahyang seorang Muslim bisa terputus jika seekor keledai, wanita, dan anjing hitam lewat”.

Hadis di atas telah dibatalkan dengan Hadis yang dikatakan Aisha (Al-Bukhari, Volume 1, Book 9, Number 493).

Ibn Hajar di Fath al-Bari menyatakan bahwa al-Bukhari mengemukakan Hadis ini untuk menunjukkan bahwa sebenarnya orang sembahyang menghadap seorang wanita tidak membuat sembahyang jadi batal. Umm Salamah menegaskan pernyataan Aisha bahwa ketika mereka sedang datang bulan dan mereka lewat atau berbaring di depan sang Nabi ketika mereka sembahyang, dan sang Nabi tidak pernah mengatakan pernyataan apapun. Ali dan Ibn Umar membenarkan yang dikatakan Aisha dan Umm Salama dengan berkata, hal2 yang dsebut di atas TIDAK membatalkan sembahyang Lihat (al-Jurjani, al-Kamil fi Duafa, 2:397, 7:104)

Pak Sina berkata karena dalam Islam pihak suamilah yang bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga, maka sang istri dianggap sebagai karyawan yang harus melayani suaminya.

Kuberi Pak Sina pandangan lain. Bagaiman jika si suami malang harus kerja berat untuk menyediakan makanan ISTRI, baju ISTRI, obat ISTRI, keperluan ISTRI, kendaraan ISTRI, mengurus anak ISTRI, memenuhi kebutuhan seksual ISTRI … dan daftar akan terus lebih panjang, ketika istri diam di rumah SUAMI?

Sebenarnya kedua pandangan ini tidak mencerminkan apa yang diajar Islam. Tanggung jawa finansial yang harus dipenuhi suami sama dengan tanggung jawab istri akan rumah dan keluarga, dan karena kita membicarakan kesamaan hak antara pria dan wanita dalam Islam, maka sudah sangat jelas bahwa Islam meletakkan tanggung jawab yang sama besarnya di kedua belah pihak. Jadi kecuali Pak Sina membantah bawah tanggung jawab satu pihak lebih tinggi/rendah daripada pihak lain, pikiran yang obyektif seharusnya bisa mengambil kesimpulan bahwa Islam tidak memperlakukan wanita dengan cara berbeda.

Pak Sina mengatakan bahwa: “Perkawinan yang baik adalah kesatuan di mana suami dan istri adalah partner yang sama di segala bidang”. Nah, apakah ini berarti sang istri bisa bertanya pada suaminya, “mengapa harus aku yang mengandung bayi di dalam perutku? Kenapa tidak kau saja yang mengandung?” atau “mengapa harus aku yang berlelah-lelah menyusui bayi, mengapa kita tidak membagi tugas ini berdua?”

Jika ini kelihatannya konyol, ya memang maksudnya begitu, karena pernyataan Pak Sina sungguh tidak realistis. Pendekatan Islami sangat masuk akal, yakni, kedua pihak suami dan istri memegang peran yang sama pentingnya meskipun mereka punya tugas yang penting.

Tentang hak wanita untuk bercerai, Pak Sina mengalihkan bantahannya setelah dihadapkan dengan kenyataan bahwa seorang wanita Muslim punya hak untuk menceraikan suaminya (dan ini dibantah Pak Sina di jawaban sebelumnya) dan bukannya mengakui hak2 Islam bagi wanita yang bisa dilihat dari pemikiran yang obyektif, Pak Sina nekad membuat pengertian yang salah tentang Khole di pernyataannya.

Karena pria harus memberi istri mas kawin (dowry) sebelum nikah, adalah adil jika pihak wanita tidak mau lagi melanjutkan hubungan ini, dia seharusnya mengembalikan dowry itu pada suami. Apa yang tidak adil dalam hal ini? Penegasan Pak Sina bahwa istri harus menyerahkan tunjangan (bekas) istri juga sangat salah, bahkan Hadis yang dikutipnya tidak pernah berkata apapun tentang tunjangan istri, dan tidak juga pada Hadis yang menjelaskan tentang Khole.

Tentang Hadis Abu Dawud 11.2142: “Sang Nabi berkata: Seorang pria tidak akan ditanya mengapa dia memukul istrinya.” Pak Sina akan mengutip Hadis apapun untuk memuaskan nafsunya menjelekkan Islam tanpa peduli akan kebenarannya. Hadis yang disebut itu tidak dipercaya (lemah) oleh para ilmuwan Hadis Islam.

Tentang kisah di muwatta 30.2.13 yang dikatakan Pak Sina, kita bisa jelas melihat bahwa ini bukan perkataan atau perintah dari Sang Nabi. Ini lebih mirip dengan keputusan hakim dalam kasus yang dihadapinya. Dalam hal ini, si wanita bohong pada suaminya tentang peraturan dalam agama, dia bilang bahwa Tuhan telah membuat yang taat menjadi tak taat karena rasa cemburunya terhadap pelayan wanitanya. Nah, apa akibatnya jika seseorang berbohong tentang suatu hukum, hanya untuk memuaskan kebutuhan pribadinya? Hukuman yang ditanggungnya bukan karena suaminya ingin tidur dengan budak wanitanya, tapi karena berbohong tentang hukum.

Tentang kisah yang Pak Sina kutip bahwa Muhammad mengangkat tangan untuk memukul wanita yang menolak ajakan sekualnya di Bukhari 7.63.182. Pak Sina dengan sengaja merubah kata yang ada di Hadis dari “untuk menepuk” jadi “untuk memukul”. Apakah begini tingkah seorang sarjana dalam sebuah Seminar? Ini seluruh kisah dalam Hadis ini agar pembaca berhati-hati akan bukti yang bertentangan dengan Islam dipalsukan untuk mengecoh orang2.

Dikisahkan oleh Abu Usaid:
Kami ke luar bersama sang Nabi di sebuah taman yang bernama Ash-Shaut sampai kami mencapai dua tembok dan kami duduk diantara tembok itu. Sang Nabi berkata, “Duduk sini, “ dan dia pergi (ke taman). Jauniyya (wanita dari Bani Jaun) dibawa dan ditempatkan di sebuah rumah dalam kebun palem kurma di rumah Umaima bint An-Nu’man bin Sharahil, dan inang pengasuhnya ada bersamanya. Ketika sang Nabi mendekatinya, dia berkata padanya, “Berikan padaku dirimu (dalam perkawinan) sebagai hadiah.” Dia (Umaima) berkata, “Dapatkah seorang putri raja memberikan dirinya pada orang biasa?” Sang Nabi mengangkat tangannya untuk menepuknya agar dia jadi tenang. Dia bilang, “Aku mencari perlindungan Allah dari kamu.” Nabi berkata, “Kamu telah meminta perlindungan dari Dia yang memberi perlindungan.” Lalu sang Nabi pergi meninggalkan kami dan berkata, “O Abu Usaid! Berikan dia dua buah pakaian linen putih untuk dikenakan dan biarkan dia pergi ke keluarganya.”

Dikisahkan oleh Sahl dan Abu Usaid: Sang Nabi menikah Umaima bint Sharahil, dan ketika dia dibawa padanya, Nabi merentangkan tangannya ke arah dia. Tampaknya Umaima tidak suka akan hal itu, lalu kemudian Nabi memerintah Abu Usaid untuk mempersiapkan Umaima dan menyediakannya dua buah baju linen putih.

Aku tidak berkata bahwa SEMUA bab diberi judul dalam Qur’an untuk memuji topik yang bersangkutan dalam Sura (“Kafir” yang menjelaskan siapa tidak percaya pada Tuhan dikutuk, tapi ada bab lain berjudul “Muslims” di mana kualitas orang2 beriman dibahas dan dipuji). Jadi bagaimana kita tahu jika suatu judul merupakan tanda pujian, kutukan, atau hanya sebagai sebutan saja? Ya ini diketahui dari isi Sura yang menerangkan bab itu. Dalam kasus bab 4, Sura Al-Nisaa, Tuhan menjelaskan beberapa aturan pada wanita Muslim dan memberi mereka kabar sukacita tentang kesamaan anugrah seperti yang dijelaskan di ayat 4:124. Jadi dengan melihat isi Sura, kita bisa dengan mudah mengambil kesimpulan bahwa Islam tidak memandang rendah wanita.

Tentang keamanan finansial bagi wanita dan hukum2 warisan, aku sudah menyatakan bahwa keamanan finansial bagi wanita Muslim dijamin. Suaminya bertanggung jawab akan hal itu. Jika dia tidak bersuami, maka itu adalah tugas ayah, abang, atau pamannya. Jika dia tidak punya keluarga, maka negara akan mengurus dia secara finansial. Jadi berdasarkan hukum Islam, seorang wanita tidak perlu menafkahi diri sendiri. Jika dia ingin bekerja untuk dapat penghasilan lebih, maka ini tidak berarti dia dapat bagian warisan lebih atau ini jadi tidak adil sebab dia sudah punya orang lain yang memenuhi kebutuhan finansialnya. Jadi, jika seorang wanita bercerai, dia tetap tidak harus menafkahi diri sendiri. Adalah tanggung jawab dari anggota keluarga pria atau negara (jika ada) untuk melakukan ini. Jadi jika dia bercerai dan dia tidak punya uang, maka mereka harus menunjang kebutuhan finansialnya. Ini bukan sebagai derma, tapi sebagai kewajiban. Sanggahan Pak Spencer tidak berdasar.

Tentang ayat 33:50, terjemahan Pak Spencer tidak mengandung hal perkosaan di dalamnya, persis seperti yang kukatakan. Tentang persetujuan budak wanita untuk melakukan hubungan seksual: ijinkan aku membetulkan Pak Spencer dengan ayat 24:33. Dikisahkan oleh Jabir ibn Abdullah: “Musaykah, seorang budak wanita dari Ansari, datang dan berkata: Majikanku memaksaku untuk berhubungan kelamin.” Karena hal itulah ayat ini dikeluarkan: “Tapi jangan paksa pelayan2 wanitamu untuk melacur (kalau mereka menginginkan kesucian)”. (24:33) (Terjemahan dari Sunan Abu Dawud, Cerai (Kitab Al-Talaq), Buku 12, Nomer 2304).

Lebih lagi, di Hadis yang disebutkan al-Bukahir ketika seorang wanita berkata pada sang Nabi setelah dia berusaha mendekatinya. “Aku mencari perlindungan Allah dari kamu.” Nabi berkata, “Kamu telah meminta perlindungan dari Dia yang memberi perlindungan.” Lalu sang Nabi pergi. Ini jelas menunjukkan karena wanita tidak setuju, sang Nabi pun tidak memaksa dia untuk melakukan apapun. Lihat Bukhari 7.63.182

Pak Spencer, mempertentangkan diri sendiri ketika dia menuduh pihak Muslim menggunakan kalimat “di luar konteks” (istilah ini selalu siap digunakan oleh politikus2 yang tidak jujur di mana pun). Sedangkan dia menggunakan kata “anti Semit” (istilah ini selalu siap digunakan bagi yang siapapun yang membahas sejarah kaum Yahudi). Aku akan menghargai ini jika Pak Spencer menyediakan bukti2 bahwa kisah anak2 juling ini adalah takhayul dan bukannya hanya pendapat dia belaka. Pak Spencer tidak mempedulikan penjelasanku tentang menggunakan siwak, SEKALI LAGI, yang disebutkan Nabi adalah “darban ghayr mubarrih” yang berarti pukulan ringan, dan dimengerti oleh rekan2nya (seperti Ibn Abbas) sebagai penggunaan simbolis miswak (sikat gigi kecil). Sebagai referens, lihat (Sahih Muslim, Ketab AlHajj, no. 2137, Tafsir Al-Tabari)

Pak Spencer ingin menghubungkan masalah wanita di negara ketiga dengan Islam, padahal alasan sebenarnya adalah kurangnya pengertian benar akan Islam. Tapi dia tidak sudi berlaku obyektif dan cukup adil dalam membahas agama2 lain dengan penelaahan yang sama seperti, sekali lagi, di Ulangan 13:7-12. Kamu ingin membahas masalah wanita di negara ketiga? Boleh. Mengapa kau tidak membahas masalah wanita di pekarangan belakangmu:
Di U.S. kita lihat statistik berapa wanita dirawat di US, diambil dari 1995 National Crime Victimization Survey of the U.S. Department of Justice and the National Domestic Violence Hotline Fact Sheet and Statistics (You can order this Special Report (NCJ-154348) "Violence Against Women: Estimates from the Redesigned Survey August 1995" by calling the Bureau of Justice Statistics Clearinghouse, 800-732-3277and the National Domestic Violence Hotline Fact Sheet and Statistics.)

BERAPA BANYAK WANITA DIANIAYA DI U.S.?
Wanita usia 12 atau lebih tua setiap tahun terdapat hampir 5 juta korban kekerasan di 1992 dan 1993. Wanita dan gadis2 usia 12 ke atas setiap tahun melaporkan sekitar 500.000 kasus perkosaan dan penyerangan seksual, hampir 500.000 perampokan dan 3.8 juta penyerangan.

SIAPA YANG JADI PENGANIAYA?
29% dari semua kekerasan terhadap wanita dilakukan seorang diri, pelaku adalah orang yang dikenal (suami, bekas suami, pacar atau bekas pacar).
Wanita setiap tahun melaporkan 500.000 kasus perkosaan dan penyerangan seksual. Kawan korban melakukan separuh dari perkosaan atau penyerangan seksual ini. Orang asing melakukan 1 dari 5 pelanggaran ini.

MENGHORMATI PEMBUNUHAN DI AMERIKA?
Dari 5.328 wanita dibunuh di tahun 1990, FBI data menunjukkan separuh lebih dilakukan oleh suami atau pacar.

KEKERASAN ANTAR PASANGAN
Setidaknya 16% pasangan Amerika mengalami penyerangan setiap tahun. 40% dari ini mengalami tindakan kekerasan sangat serius, seperti ditendang, digigit, dipukul, dicekik, dan penyerangan dengan senjata2. Poll nasional tahun 1993 menunjukkan bahwa 34% kaum dewasa di U.S. melaporkan jadi saksi pria memukuli istri atau pacar dan 14% dari wanita melaporkan suami atau pacar bertindak kasar terhadap mereka.

KECELAKAAN FISIK THD. WANITA DAN ANAK2 KARENA PENGANIAYAAN.
Selama dekade akhir, kekerasan rumah tangga menjadi alasan utama wanita dirawat di ruang gawat darurat.
Dari 20% sampai 30% wanita yang dirawat oleh dokter gawat darurat menunjukkan setidaknya satu atau lebih tanda2 penganiayaan fisik.
10% korban sedang hamil pada saat penganiayaan terjadi.
10% melaporkan anak2 mereka juga dianiaya oleh pelaku.

FAKTOR EKONOMI DALAM PENGANIAYAAN WANITA
Wanita berusia 19 sampai 29 tahun dalam keluarga dengan pendapatan di bawah $10.000 lebih banyak dibandingkan wanita lain jadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang dekat.

Jadi statistik di atas menunjukkan bagaimana wanita diperlakukan di “Negara Kristen” ini. Haruskah kita tetap menyalahkan Islam karenanya? Ada masalah2 mengapa wanita diperlakukan seperti itu, dan Islam bukanlah sebabnya, tapi tidak adanya Islamlah sebabnya. Islam menyediakan jalan ke luar atas masalah ini.

Sina:
Nn. Roach memulai balasannya dengan menuduh Robert Spencer dan aku merasa “benci sembarangan.” Yang hanya dapat kukatakan adalah aku tidak pandang agama orang, ras orang atau gender orang. Aku tidak melihat ada perbedaannya. Aku buta terhadap semua itu. Karena itu aku mencintai Muslim, sama seperti aku mencintai orang Yahudi, Kristen, atheis, dan siapapun. Tapi aku juga bisa berkata, tidak seperti beberapa ideologi dan agama, aku tidak membagi umat manusia sebagai orang beriman atau tidak beriman dan tidak membenci orang karena kepercayaan mereka. Aku memerangi sistem kepercayaan yang penuh kebencian – bukan pada korban sistem kepercayaan itu. Aku tidak melihat apa salahnya dengan membenci ketidakpedulian, kekerasan, barbarisme, dan diskriminasi.

Nn. Roach berkata menyiksa tahanan perang sangat dilarang dalam Islam. Benarkah begitu? “Di bulan Maret 2002, Parlemen Iran (Majelis) mengeluarkan aturan hukum yang membatasi penyebaran praktek penyiksaan dan penggunaan kekerasan untuk memaksa orang mengaku perbuatannya di pengadilan2 kriminal. Di hari Minggu, 9 Juni, pengajuan aturan ini ditolak oleh Council of Guardians, badan beranggotakan 12 imam senior yang ditunjuk oleh Ketua Agung Ayatollah Khamenei yang peranannya adalah untuk memastikan semua aturan hukum yang dikeluarkan Majelis, dalam pandangan mereka, sesuai dengan Islam. Council menyatakan bahwa aturan hukum ini akan membatasi kekuasaan hakim2 untuk memberikan keputusan berdasarkan pengakuan yang diberikan terdakwa dan karena itu hukum ini bertentangan dengan prinsip2 Islam.”

Mungkin Nn. Roach akan memberitahuku bahwa Iran bukanlah negara Islam sejati. Apakah Muhammad seorang Muslim yang baik?

“Beberapa orang sakit dan berkata, “O Rasul Allah! Berikan kami tempat bernaung dan makanan”. Lalu ketika mereka telah jadi sehat, mereka berkata, “Udara Medina tidak cocok bagi kami.” Maka dia (Nabi) mengirim mereka ke Al-Harra dengan beberapa unta betina miliknya dan berkata, “Minumlah susunya.” Tapi ketika mereka jadi sehat, mereka membunuh penggembala unta yang bekerja bagi sang Nabi dan mencuri unta2nya. Sang Nabi mengirim orang2 untuk mengejar mereka. Lalu Nabi memotong tangan2 dan kaki2 mereka dan mata mereka ditusuk dengan besi2 panas. Aku melihat satu dari mereka menjilati tanah dengan lidahnya sampai dia mati.” Bukhari 7. 71.58

Di kisah lain, kita baca bahwa “Setelah Muhammad menyerbu benteng2 pertahanan kota Kheibar dan masyarakat tak bersenjata disergap, prajurit2 Muslim membunuh banyak orang sampai mereka menyerah. Muhammad mengijinkan mereka meninggalkan tempat tinggalnya, tapi mereka harus menyerahkan harta benda mereka kepada penakluk. Dengan beberapa orang, datanglah ke muka Kinana, ketua kaum Yahudi di Kheibar dan keponakannya.

Muhammad menuduh mereka berdua melanggar persetujuan, dengan menyembunyikan harta, terutama kekayaan Bani Nadhir, yang dimiliki Kinana sebagai bagian perkawinan dengan istrinya, Safiyah yang adalah anak ketua suku Nadhir. “Di mana bejana2 emas,” tanya Nabi, “yang kau gunakan untuk dipinjamkan pada orang2 Mekah?” Mereka protes dan berkata mereka tidak punya itu lagi. “jika kau menyembunyikan apapun dariku, “ lanjut Muhammad, “dan aku mengetahui akan itu, maka nyawamu dan nyawa keluargamu akan kucabut.” Mereka berkata biarlah begitu. Seorang pengkhianat Yahudi membocorkan rahasia pada Muhammad tentang tempat di mana sebagian harta mereka disimpan. Dia pergi dan mendapatkannya. Setelah usaha penyembunyian harta ini diketahui, Kinana disiksa secara kejam, -- “api diletakkan di atas dadanya sampai dia hampir putus nafas, “ – dengan harapan dia mengatakan di mana sisa hartanya disembunyikan. Muhammad lalu memberi perintah, dan kepala dua kepala suku Yahudi dipancung.” [Tabari]

Di malam yang sama, Muhammad mengambil Safiyah yang berusia 17 tahun, istri Kinana, ke dalam tendanya, dan meniduri wanita malang ini dan mengambilnya jadi istrinya.

Nn. Roach, menyapa orang dengan kata “sayang” (dear) tidak selalu berarti merendahkan, atau melecehkan secara seksual. Ini dapat pula sebagai tanda untuk menunjukkan rasa hormat. Ini dapat digunakan sebagai cara sopan dalam memanggil orang, seperi “Wahai Tuan”(Dear Sir), “Wahai Tuan Presiden” (Dear Mr. President), dll. Tapi jika panggilan ini menyakiti hatimu, aku tidak akan menggunakannya lagi.

Nn. Roach menulis: “Jika seorang wanita Muslim merasa ditekan, terserah dia untuk memohon pertolongan Allah dan lalu pertolongan itu akan membebaskannya dari segala tekanan, bahkan jika itu berarti kematian.” Terima kasih Nn. Roach atas nasehatmu yang bijaksana. Aku percaya kebanyakan wanita memilih jalur hukum – hukum yang melindungi hak2, harga diri, dan hidup mereka daripada cari kematian, seperti banyak yang dilakukan oleh wanita Muslim di Iran dan negara2 Islam lainnya. Hak untuk hidup dan untuk hidup bebas adalah hak2 sejak lahir bagi setiap umat manusia. Dalam negara kafir Barat, para wanita tidak usah mohon pertolongan pada Allah dan mencari kematian. Mereka dilindungi oleh hukum dan menikmati hak yang sama seperti kaum pria.

Menyadari kekonyolan kalimatnya sendiri, Nn. Roach memperkenalkan ikan haring merah (kiasan: untuk mengalihkan perhatian dari pokok masalah): “Beberapa orang akan mengritikku dan berkata bahwa seorang wanita seharusnya tidak usah memilih untuk mati agar tidak dipukuli. Tapi aku bertanya padamu: Apa yang akan kita katakan pada wanita2 Amerika yang berada dalam kekerasan keluarga?”

Pertama, semua penganiayaan rumah tangga di Amerika atau negara2 non-Islam yang beradab lainnya sedikit sekali dibandingkan dengan penganiayaan pandemik (menyebar dalam skala nasional) terhadap kaum wanita di negara2 Islam. Kedua, aku akan mengatakan pada wanita Amerika yang jadi korban kekerasan untuk segera pergi ke polisi dan mencari perlindungan. Aku khawatir hal seperti itu bagi wanita di negara Islam hanya akan terjadi dalam mimpi mereka. Hukum Sharia tidak memihak wanita yang jadi korban. Di negara2 Islam tidak ada tempat perlindungan bagi wanita2 yang dianiaya. Mereka kalau tidak menahan sakit diperbudak ya minta Allah untuk dicabut nyawanya.

Dalam perbanding nasib wanita yang dianiaya di negara2 Islam dan Barat, Nn. Roach berkata, “Setidaknya dalam Islam jika ini kasusnya, seorang wanita akan masuk surga bersama-sama Allah jika dia adalah korban tak bersalah, dan dia tidak akan jadi sekedar angka korban statistik kekerasan rumah tangga.” Ini menyimpulkan semuanya. Seorang wanita di Islam akan tetap jadi budak dan disiksa oleh suaminya yang sinting dan kemerdekaannya adalah kematiannya dan janji kosong akan surga. Menarik sekali kalau dilihat jawaban awal Nn. Roach di mana dia meyakinkan kita jika dia dianiaya dia akan melawan balik dan membela dirinya. Kenapa, Nn. Roach? Tidakkah kau mau pergi ke surga? Akankah kau pergi ke neraka dan dibakar seumur hidup karena memberontak terhadap suamimu? Tampak nyata bahwa dalam filosofimu, kematian itu bagus – tapi hanya untuk tetangga sebelah.

Pak El Mallah, kau mengatakan: “Aku ingin menerangkan bahwa pengertianku tentang Qur’an/Hadis datang dari pendapat2 para sarjana.” Apakah pengertian2 ini sesuai dengan Qur’an dan Hadis? Mengapa mengikuti pandangan para sarjana jika engkau dapat membaca Qur’an dan Hadis dengan sempurna dan mengapa tidak membuat pengertian sendiri?

Aku lihat kau selalu menyalahkan orang Muslim dan berkata: “Orang2 Muslim di negara2 Muslim tidak mengerti agama mereka sendiri.”Kau pikir Qur’an dan contoh kebencian yang dilakukan Muhammad tidak ada hubungannya dengan kekerasan yang dilakukan terhadap wanita? Apakah kamu benar2 percaya jika orang Muslim mulai baca dan belajar Qur’an mereka akan mulai lebih menghormati wanita sedangkan pelajarannya berisi keterangan bahwa wanita adalah seperti ladang cocok tanam bagi pria, 2:223, bahwa wanita lebih rendah derajatnya daripada kaum pria, 2:228, bahwa hak2 warisan dan bersaksi wanita hanyalah separuh 4:11-12, 2:282, bahwa jika tidak taat wanita selayaknya dipukul 4:34, bahwa wanita **** dan kebanyakan akan masuk neraka, dan tulisan sejenis lainnya?

Kamu menuduhku menghakimi Qur’an berdasarkan tingkahlaku orang2 Muslim. Aku tidak melakukan itu. Aku pertama-tama mengutip Qur’an, lalu Hadis, dan lalu menunjukkan akibatnya pada orang2 Muslim. Aku menyelidiki Islam dengan menelaah apa yang dikatakan dan diperbuat Muhammad dan bukan apa yang diperbuat orang Muslim. Anehnya, bukannya kamu melihat pengaruh anti wanita yang sangat kejam di Qur’an dan Hadis, kamu menemukan pengaruh Amerika dan sekularisme bertanggung jawab atas kesengsaraan negara2 Islam. Kelakuan ini sungguh mencengangkan. Tapi, pikir2, kita juga ketemu orang2 yang menyalahkan CIA dan Mossad atas kejadian 9/11.

Kau katakan bahwa pada dasarnya Allah berjanji: ““Mereka akan dapat semua yang mereka harapkan dari Tuhan mereka. Ini adalah pahala dari orang yang beramal.” Az-Zumar Ayah 34. Jadi pada dasarnya adalah surga itu merupakan tempat khayalan anak2 belaka. Kamu dapat mengkhayal apapun dan itu akan dikabulkan. Tapi bukankah ini berlawanan dengan ayat2 lain di Qur’an yang dengan jelas menggambarkan bagaimana surga itu dan berapa bidadari pelacur yang akan diperoleh seorang pria? (kata pelacur (whore) dalam bahasa Inggris sama dengan kata pelacur dalam bahasa Persia (hoor) dan kata hoor (pelacur) ini dipinjam Muhammad dan digunakan di Qur’an). Andaikata kau ingin punya 75 sampai 750 pelacur; apakah keinginanmu itu dikabulkan? Jika begitu, kenapa Muhammad menegaskan dua (pelacur) di satu tempat dan 72 (pelacur) di tempat lain? Mengapa pakai kasih angka segala jika pilihannya ternyata terserah orang yang masuk surga? Bagiku ini tampak bertentangan. Muhammad bicara tentang empat sungai anggur, susu, madu, dan air mengalir di surga. Jika terserah aku, aku lebih memilih berbagai jus buah dan champagne pula. Dan aku tidak suka mereka mengalir seperti sungai tapi lebih memilih cairan ini dihidangkan dalam botol. Mengapa Qur’an menggambarkan surga jika sebenarnya batasannya adalah khayalan orang yang masuk ke sana?

Pak Mallah menuduhku salah mengerti ayat 30:21. Tapi aku mengutip berbagai sarjana Muslim yang mengajarkan ayat ini berarti wanita adalah seperti binatang, diciptakan untuk kesenangan kaum pria. Sebenarnya, cara wanita diperlakukan di negara2 Islam menunjukkan kebanyakan Muslim setuju dengan pandangan2 para ahli Islam ini. Dapatkah Pak El-Mallah menjelaskan bagaimana buku yang begitu jelas dan mudah dimengerti seperti Qur’an telah salah dimengerti oleh kebanyakan Muslim? Mengapa hanya orang2 Muslim yang mencoba menjual Islam pada orang2 Barat saja yang mengerti isi Qur’an? Dan terakhir, sebelum mengajarkan “Islam agama damai” pada orang Barat, bukankah sebaiknya kamu mencoba membetulkan dulu salah pengertian diantara kaum Muslim itu sendiri?

Kukatakan hubungan antara suami dan istri dalam Islam adalah mirip dengan majikan dan karyawan. Sebenarnya lebih mirip hubungan majikan dan budak. Seperti yang ditegaskan Pak El-Mallah, rumah dalam perkawinan adalah milik SUAMI. Istri hidup di rumah SUAMI. Anak2 adalah milik SUAMI. Dalam kasus perceraian, wanita Muslim tidak punya hak pemilikan anak2nya sendiri kecuali kalau anak itu masih bayi dan bahkan setelah itu anak harus diberikan pada ayahnya setelah anak itu disapih atau lebih besar daripada bayi yang masih merangkak. Memang suami harus menyediakan makanan, pakaian, obat, kebutuhan, kendaraan istri. Tapi bukankah majikan juga berbuat hal yang sama dengan budaknya? Jika kau punya keledai betina, bukankah kau juga harus menyediakan makanan, keperluan, sadel, dll?

Nn. Roach dan Pak El-Mallah mengulangi bahwa suami punya kewajiban memenuhi kepuasan seksual istrinya. Ini hal yang baru bagiku. Mari kita lihat secara praktisnya. Seorang pria dengan empat istri (sebenarnya beberapa pria Muslim percaya tidak ada batasan jumlah istri dalam Islam) akan menikmati seks empat kali lipat lebih sering daripada setiap istrinya. Jadi jika dia melakukan hub. Seks 12 kali sebulan, setiap istrinya akan hanya dapat 3 kali per bulan (itu juga kalau dia tidak punya istri kesayangan dan istri2 yang semakin tua dan jelek tidak dilupakan). Sebagaimana yang kau lihat, pernyataan Nn. Roach dan El-Mallah itu sangatlah tak berdasar. Lebih2 lagi, di beberapa negara2 Islam, orang Muslim terinspirasi dengan sebuah Hadis untuk menyunat kemaluan para anak gadis mereka, sehingg mereka tidak akan pernah bisa orgasme – bahkan jika sang suami berusaha sebaik mungkin. Sungguh menarik bahwa orang2 Muslim ngotot warna hitam itu putih dan sebaliknya.

Pak El-Mallah mengatakan Islam memperlakukan pria dan wanita sama karena Islam meletakkan tanggung jawab yang sama di kedua belah pihak. Dia bingung akan perbedaan antara tanggung jawab dan hak2. Ya, memang kita tahu bahwa wanita Islam bertanggung jawab atas banyak hal – termasuk taat pada suami2 mereka dan memuaskan kebutuhan seks mereka, bahkan jika para istri ini sedang merasa tak enak. Sebuah hadis berkata: “Rasul Allah berkata, “Jika seorang suami memanggil istrinya ke ranjangnya (untuk berhubungan seks) dan dia menolaknya dan menyebabkan suaminya tidur dengan rasa marah, para malaikat akan mengutuki istrinya sampai pagi.” Bukhari 4.54.460

Di tempat lain kita baca:
"Rasul Allah berkata: Jika seorang pria memanggil istrinya untuk memuaskan nafsu berahinya, biarkan dia (istri) datang pada suami meskipun dia sedang sibuk di dapur.” Mishkat al-Masabih, English translation, Buku I, Section ‘Kewajiban antara Suami dan Istri', Hadith No. 61.

Dalam Islam tugas dan tanggung jawab istri dinyatakan secara jelas. Tapi mana hak2nya? Apakah dia memiliki hak apapun? Dapat dia memiliki rumah tempat tinggalnya, memiliki anak2nya atau bahkan baju2nya yang dibelikan suaminya dengan uang SUAMI? Dalam Islam, wanita punya banyak tanggung jawab tapi sedikit hak2.

Pak El-Mallah berkata, “Pak Sina menyatakan bahwa ‘Perkawinan yang baik adalah kesatuan di mana suami dan istri adalah partner yang sama di segala bidang’. Nah, apakah ini berarti sang istri bisa bertanya pada suaminya, “mengapa harus aku yang mengandung bayi di dalam perutku? Kenapa tidak kau saja yang mengandung?”

Aku pikir kawan kita satu ini bingung dengan perbedaan antara – sekali lagi – tanggung jawab dengan hak2. Tentu saja pria dan wanita berbeda, secara biologis, emosi, psikologi dan dalam banyak hal lainnya. Setiap pihak suami/istri punya kekuatan sendiri dan karena itu mereka membentuk partnership (hubungan saling menguntungkan). Dalam partnership apapun, kedua partner mengisi satu sama lain. Contohnya, kau taruh modal dan aku taruh keahlian dan usaha dan kita membuat sebuah partnership. Alasan kau dan aku membuat partnership adalah karena masing2 pihak memiliki sesuatu yang tidak dimiliki pihak lain tapi dibutuhkan.

Dalam sebuah perkawinan, suami dan istri, setiap pihak menyumbang sesuai dengan kapasitas dan kekuatan masing2. Di sinilah kita berbicara mengenai hak2. Jika kau dan aku membentuk suatu “partnership”, di mana kau menyediakan uang dan aku menyediakan tenaga kerja, kau beri perintah dan aku menaatimu, semua dimiliki atas namamu, dan jika kita cerai kau memiliki semuanya dan aku pergi berlalu tanpa dapat apa2. Kau bahkan punya hak untuk memukulku. Ini bukan partnership. Ini adalah perbudakan, karena selama bertahun-tahun aku kerja bagimu, kau tidak menggajiku. Aku tidak punya tabungan. Kau hanya memelihara aku, membayar makanan dan bajuku, sehingga aku dapat terus bekerja bagimu. Dan sekarang di kala aku semakin tua, kau menendangku ke luar dan aku tidak dapat apa2. Aku hanya bisa berbuat satu hal dan itu adalah berdoa pada Allah untuk mengambil nyawaku. Ini bukan partnership. Bahkan bukan pula pekerjaan. Ini adalah perbudakan.

Pak El-Mallah bertanya apakah yang tidak adil dengan Khole jika seorang wanita dapat ijin cerai setelah mengembalikan uang mas kawinnya? Yang tidak adil adalah mengembalikan uang mas kawinnya. Ini berarti jika seorang suami ingin menyingkirkan istrinya dan tidak mau memberinya apa2, dia akan memukuli istrinya sedemikian rupa sehingga istri terpaksa melepaskan hak2nya hanya untuk bisa bercerai. Tidak hanya dia tidak dapat apa2 dari kekayaan suami, dia pun terpaksa melepaskan hadiah kecil (mas kawin) yang suami berikan padanya. Aku benar2 percaya ini tidak adil. Bukankah begitu, Pak El-Mallah?

Tentang kejadian antara Muhammad dan Jauniyya, putri raja Bani Jaun, tulisan di Hadis sudah jelas. Muhammad melakukan pendekatan seksual padanya dan berkata padanya “serahkan dirimu padaku sebagai sebuah hadian.” Kata yang digunakan di sini adalah habba. Ini bukan pinangan perkawinan. Habba yang berarti “beri sebagai sebuah hadiah” adalah seks gratis (free seks). Pelayanan seks ini dibayar kembali dengan sebuah hadiah dari pihak pria pada wanita dalam bentuk barang2 atau uang. Ada Hadis2 lain yang menunjukkan praktek seperti ini. Satu cerita dalam Hadis yang memberi contoh akan praktek ini adalah tentang Abdullah, ayah Muhammad yang menurut orang didekati seorang wanita yang berkata padanya, “Ambillah saya sebagai hadiah”. Tapi Abudllah pergi pada istrinya dan punya anak Muhammad. Di perjalanan pulang, dia datang pada wanita tadi dan mengutarakan kesediaannya atas tawarannya tapi wanita itu menolak dengan angkuhnya sambil berkata, “sebelumnya kulihat sebuah cahaya di kepalamu, tapi sekarang sudah hilang, kau berikan itu pada wanita lain, jadi pergilah”. Hadis ini mengarang-ngarang cerita bahwa pelacur itu sudah mengenal sinar Muhammad ketika dia masih berada di buah pelir ayahnya. Hadis yang menggelikan cocok bagi para Muslim yang gampang ketipu. Tapi ini penting karena Hadis ini menunjukkan praktek habba yang umum diantara orang Arab. (Lihat pula Muslim 8.3253). Di dalam bahasa kita, ini disebut sebagai pelacuran.

Di Hadis dikatakan Muhammad meminta Jauniyya untuk memberikan dirinya pada Muhammad dalam habba, dan dia menjawab “Dapatkah seorang putri raja memberikan dirinya sendiri (dalam perkawinan) pada seorang pria biasa?” Muhammad mengangkat tangannya untuk menepuknya agar dia jadi tenang.” Semua orang yang dapat berpikir sudah tahu apa yang terjadi. Tawaran Muhammad mestinya membuat wanita itu tersinggung sehingga dia berkata “Dapatkah seorang putri raja memberikan dirinya sendiri (dalam perkawinan) pada seorang pria biasa?” Kata (perkawinan) ditaruh di dalam tanda kurung karena ini tambahan dari penerjemah. Lalu Hadis berkata “Muhammad mengangkat tangannya untuk menepuknya agar dia jadi tenang.” Sudah jelas Jauniyya tersinggung. Wanita tidak tersinggung karena lamaran pernikahan, mereka tersinggung waktu mereka dianggap murahan dan diminta ngeseks. Lalu dia berkata “Aku minta perlindungan Allah darimu.” Ini jelas bahwa “tepukan” ini tentunya cukup kasar. Jelas penulis (atau penerjemah) Hadis merasa malu akan kelakuan nabinya dan mencoba memperlembut kejadian kasar ini dengan memilih kata2 yang lebih lembut. “Tepukan” ini tentunya cukup mengancam sehingga membuat wanita itu berseru: “Aku mencari perlindungan dalam Allah” dan menghentikan Muhammad. Ini tentunya cukup membuat Muhammad merasa bersalah sehingga dia memberi Jauniyya hadiah (yang dicuri dari suku Jauniyya sendiri). Keseluruhan cerita sungguh memuakkan dan dengan jelas tidak layak dilakukan seorang pria yang mengaku sebagai contoh terbaik untuk diikuti.

Pak El-Mallah berkata bukan NAMA Sura (“Kaum Wanita”) yang menunjukkan tingginya status wanita dalam Islam tapi ISI bab ini yang menerangkan hal itu. Aku senang alasan nama Sura sudah dicabut. Tapi seperti yang kita lihat, di bab ini pula Muhammad berkata pukullah istri2mu. Tidak dijelaskan kesamaan hak bagi wanita di bab ini atau pun di bagian lain Qur’an.

Pak El-Mallah berkata bahwa “keamanan finansial bagi wanita Muslim dijamin. Suaminya bertanggung jawab akan hal itu. Jika dia tidak bersuami, maka itu adalah tugas ayah, abang, atau pamannya. Jika dia tidak punya keluarga, maka negara akan mengurus dia secara finansial. Jadi berdasarkan hukum Islam, seorang wanita tidak perlu menafkahi diri sendiri.”

Pertanyaan sederhana yang butuh jawaban adalah mengapa tidak membiarkan wanita itu berdikari sehingga dia dapat menafkahi diri sendiri dan kehidupannya dengan harga diri dan tidak jadi beban pihak lain? Ini tidak adil bagi pihak pria dan wanit dan menempatkan wanita di bawah belas kasihan pria untuk seumur hidupnya. Dia direndahkan jadi seorang pengemis. Bagaimana jika saudara lakinya punya keluarga yang harus dinafkahi? Bagaimana jika ada beberapa saudara perempuan yang membujang dan hanya ada satu saudara laki atau satu ayah yang sudah tua? Mengapa menempatkan wanita sebagai budak dan merawatnya? Mengapa menempatkan dia di penjara dan menyediakan keperluannya? Mengapa dia tidak bisa jadi seorang anggota masyarakat yang bebas dan produktif? Mengapa dia harus hidup sebagai parasit (benalu) di sepanjang hidupnya, dihina dan hilang harga dan jati dirinya? Siapakah yang beruntung dari keadaan ini? Apakah logika dari hukum yang tidak masuk akal ini?

Untuk mensahkan kekerasan terhadap wanita di Islam, Pak El-Mallah melaporkan daftar panjang statistik kejahatan dan kekerasan di Amerika. Ini jalan pikir yang keliru yang digemari Muslim. Ini disebut tu quoqu. Ini adalah pikiran keliru “kamu juga” yang terkenal. Mereka dengan cepat mencoba mencari setitik kotoran di mata orang lain untuk mensahkan balok di mata mereka sendiri. Memang betul, tiada negara yang tanpa kejahatan dan kekerasan. Akan tetapi kekerasan yang terjadi di negara2 Islam terhadap wanita bahkan tidak dianggap sebagai kejahatan. Ini adalah perlakuan biasa, tidak dilaporkan dan tidak dihukum karena tidak bertentangan dengan hukum. Di negara Barat, kekerasan terhadap kaum wanita adalah kejahatan dan karena itulah kamu bisa melihat statistiknya. Tunjukkan padaku statistik yang sama dari publikasi Islam.

Kupikir dari Seminar ini kita menetapkan bahwa Islam adalah agama pembenci wanita. Kaum wanita di Islam dianggap sedikit di atas binatang dan dalam perkawinan mereka punya hak sebagai budak2 dalam rumah majikan2 mereka. Seperti yang Nn. Roach katakan dengan lihainya, kebebasan seorang wanita Muslim terjadi dalam KEMATIANNYA. Jadi jika engkau adalah wanita yang teraniaya di negara Islam, nasehat Nn. Roach padamu adalah: berdoa pada Allah agar Dia memberimu kematian dan membeba
Last edited by ali5196 on Mon Oct 31, 2005 6:40 pm, edited 1 time in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

... Dia memberimu kematian dan membebaskanmu. Akan tetapi Nn. Roach, yang hidup di negara non-Islam dan dilindungi oleh hukum2 Kafir, menyombong dengan “keberanian” dirinya untuk melawan balik jika suaminya menganiayanya. Dengan kata lain, dia tidak mau wanita Muslim di bawah hukum Islam untuk berkelahi bagi hak2 mereka. Hanya dia saja yang dapat kehormatan itu. Ini adalah kesimpulan yang sempurna bagi diskusi ini

Spencer:
Nn. Roach memulai jawaban akhirnya dengan mengutip Tolkien: "Apa yang dapat diperbuat terhadap kebencian sembarangan seperti itu?" Pandangan bahwa Pak Sina dan aku pasti benci Muslim karena kami berani berkata tentang apa yang sebenarnya diajarkan Islam merupakan fitnah yang berasal dari buku Bukhari yang mengatakan, “Perang adalah tipu muslihat” (Bukhari IV:52:267).

Meskipun begitu, bukan Pak Sina maupun saya yang mengatur debat ini, lagipula lihatlah kutipan Hadis dari situs the Muslim Students’ Association
of the University of Houston:

Tanya: Kami selalu mendengar Hadis, “Wanita kurang dalam mengerti dan agama.” Banyak pria yang menganggap kalimat ini adalah untuk menghina wanita. Kami ingin kau menjelaskan pada kami apa arti Hadis tsb.

Jawab: Kata2 Nabi dan penjelasannya adalah sebagai berikut: “Aku belum pernah melihat orang yang begitu kurang dalam berpikir dan beragama pada waktu yang bersamaan. Orang yang paling bijaksana dapat kehilangan hikmat karenamu.” Mereka berkata, “O Rasul Allah, apakah kekurangan dari daya berpikir kami?” Dia berkata “Bukankah kesaksian dua wanita sama dengan satu pria.” Mereka berkata, “O Rasul Allah, apakah kekurangan dari agama kami.” Dia berkata, “Bukankah jika kamu sedang mens kamu tidak boleh sembahyang atau puasa?”


Sang Nabi menerangkan bahwa kurangnya kemampuan berpikir terdapat pada kenyataan bahwa daya ingat mereka lemah dan karena kesaksian mereka butuh kesaksian wanita lain untuk menguatkannya … Ini bukan berarti dia kurang derajatnya dibandingkan pria di segala hal atau pria lebih unggul daripada dia di segala bidang. Memang, dalam kelas masyarakat, pria lebih unggul daripada wanita secara umum. Ini benar karena beberapa alasan, seperti yang dinyatakan Allah, “Pria adalah pelindung dan pemelihara kaum wanita, karena Allah telah membuat yang satu lebih unggul dibandingkan yang lain, dan karena mereka mengeluarkan biaya (untuk menafkahi wanita) dari kekayaan mereka “ (al-Nisa 34).

Akan tetapi, wanita mungkin unggul daripada pria di banyak bidang. Berapa banyak wanita yang lebih unggul daripada pria dalam hal daya pikir, agama, dan kemampuan. Telah diterangkan oleh sang Nabi bahwa wanita sebagai spesies atau kelas adalah lebih rendah daripada pria dalam hal kemampuan mengerti dan agama, dari sudut pandang yang diterangkan oleh Nabi sendiri. …..Shaikh ibn Baz

Kukira Sheikh ibn Baz dan Muhamad sendiri mestinya membenci Muslim juga? Atau yang benci hanyalah saya saja karena berani mengutip kata2 mereka? Nn. Roach berlaku tak masuk akal. Ini adalah Seminar tentang hak2 wanita dalam Islam. Bukannya mengaku secara jelas hambatan dan kesulitan yang dihadapi kaum wanita di negara2 Islam dan menawarkan jalan ke luar yang positif, Pak El-Mallah dan Nn. Roach lebih suka menyangkal, membingungkan, mendistorsi, dan memfitnah Pak Sina dan aku, dan mencoba mengalihkan perhatian pada agama Kristen. Jika ini yang dapat kita harapkan dari golongan “moderat” Islam, maka masa depan wanita2 di negara2 Islam sungguh2 gelap.

Tentang para ilmuwan Islam yang dikutip oleh Pak Sina dan saya yang, menurut Nn. Roach, “TIDAK MEWAKILI ISLAM, “ ini sendiri menarik. Saya telah mempelajari Islam secara mendalam sejak 1980, dan meskipun begitu setiap kali saya mengutip pernyataan dari pengamat Islam terkenal, pasti saya dijawab "tidak pernah dengar tuh! atau tidak diperhatikan oleh Muslim tuh ! " Begitulah pengakuan semua Muslim yang berdebat dengan saya.

Ketika saya mengutip Sheikh Tantawi dari universitas Al-Azhar yang mengesahkan bom bunuh diri, As`ad AbuKhalil mengatakan kpd saya bahwa setiap Muslim mentertawakan Al-Azhar dan menuduhnya melanggar tata tertib pengadilan. (Hussein Ibish sebaliknya mengatakan bahwa perkataan Tantawi salah terjemahannya). Tapi kau bisa tanya siapapun dan mereka semua akan memberitahumu bahwa Universitas Al-Azhar di Cairo dihormati dan berpengaruh di seluruh dunia Islam.

Mungkin Nn. Roach memang benar belum pernah mendengar Tafsir Ibn Kathir, yang dikutip Pak Sina, tapi bagi jutaan orang Muslim di seluruh dunia, sudah dinyatakan secara jelas oleh penerbit tulisannya bahwa “keterangan Tafsirnya tentang Qur’an paling dikenal dan diakui di seluruh dunia.”

Pak Sina atau saya, atau “media dan Pemerintah Amerika” yang dijadikan kambing hitam oleh Nn.Roach, tidak menulis Qur’an 4:34 atau yang umum dimengerti dalam dunia Islam. Keterangan Pak El-Mallah yang muluk tentang segala perlindungan bagi kaum wanita di tanah Islam semua tenggelam kalau kita melihat kenyataannya. Jika pembaca benar2 melakukan ajakan Nn. Roach untuk belajar tentang Islam dari Muslim, setelah dia melampaui pengetahuan tentang Islam yang didistorsi dan ditutup-tutupi, maka kejamnya Q4:34 akan jelas nampak, sebagaimana yang dikatakan para pengamat obyektif dalam dunia Islam. Akibat 4:34 ini tidak dapat dihindari.

Pak El-Mallah mengemukakan Sura 24:33, “Tapi jangan paksa pelayan2 wanitamu untuk melacur (kalau mereka menginginkan kesucian)” untuk menerangkan bahwa budak2 wanita tidak boleh diperkosa. Tapi celakanya, ayat ini tidak berbunyi seperti yang dia inginkan. Sura 33:50 di Qur’an menganugerahkan pria hak untuk menggunakan budak2 wanitanya secara seksual. 24:33 tidak sesuai dengan topik pembahasan: pria berhubungan seks dengan budak wanitanya tidaklah membuat budak itu jadi seorang pelacur apalagi karena dia secara tegas diperbolehkan berlaku demikian oleh Qur’an. Pak El-Mallah tetap belum menjelaskan, dan tak bisa menjelaskan, bahwa ijin dari pihak wanita dibutuhkan.

Hadis yang dia kutip, sayangnya, tidak menjelaskan prinsip umum sebagaimana yang digambarkan Hadis lain yang bahkan tidak menganggap persetujuan wanita sebagai suatu pengertian. Satu Hadis dikutip oleh Pak Sina: kejadian yang mengerikan di mana Muhammad jelas2 mengijinkan orang2nya untuk berhubungan seks dengan tawanan wanita tanpa ada satu kata pun diucapkan tentang ijin dari pihak wanita.

Yang lain adalah Sunan Abu Dawud 11:2153, yang menetapkan bahwa “adalah tidak sah menurut hukum bagi pria yang percaya Allah dan Hari Akhir untuk berhubungan seks dengan tawanan wanita sampai dia selesai mens.” Ayat ini tidak berkata tidak sah menurut hukum bagi pria Muslim untuk berhubungan seks dengan tawanan wanita kecuali dia setuju. Hadis lain pun tidak mengatakan itu.

Pak El-Mallah juga memaparkan beberapa referensi yang meragukan untuk mendukung anggapannya bahwa Muhammad menyuruh para pengikutnya untuk memukul istri2 mereka dengan benda yang tidak lebih besar daripada sikat gigi. Tradisi ini tidak pernah muncul dalam koleksi Hadis apapun yang dipercaya oleh para Muslim.

Pak El-Mallah mengutip “Sahih Muslim, Ketab AlHajj, no. 2137.” Kata miswak (cutik gigi) tidak ada dalam Kitab Al-Hajj dari Sahih Muslim, atau Sahih Muslim Saya tantang Pak El-Mallah atau siapapun untuk membuktikan tradisi yang mengatakan Muhamad menganjurkan pakai sikat gigi untuk memukul wanita dari Sahih Muslim atau koleksi Hadis Sahih Sittah yang dianggap paling berharga oleh Muslim.

Tentang statistik wanita yang dianiaya di U.S., sekali lagi dia mencoba untuk mengalihkan perhatian dari topik di Seminar ini, yang adalah peranan wanita dalam Islam. Selama dia dan orang lain yang seperti dai terus-menerus bermain elak bola dan bukannya menghadapi fakta2 yang tidak menyenangkan, maka para wanita Muslim akan terus saja menderita.

FP: Pak El-Mallah, Robert Spencer, Julia Roach dan Ali Sina, waktu sudah habis. Terima kasih atas diskusi yang penuh informasi ini. Kami harap dapat bertemu dengan kalian lagi dalam waktu dekat.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Sekedar Info bgm Muslim memandang wanita:

Memperkosa Wanita Eropa yg tidak berhijab
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=1673

Muslim Gang Rapes and the Aussie Riots
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=2195
[]Setelah bersumpah pada Qur’an, lelaki yg hanya dikenal dgn sebutan MSK mengatakan kpd pengadilah bahwa ia melakukan 4 penyerangan terhdp gadis2 muda semuda 13 karena MEREKA TIDAK BERHAK MENOLAK, KARENA MEREKA TIDKA MENGENAKAN JILBAB. Oleh karena itu, kata sang pemerkosa, “Saya tidak melakukan kesalahan apapun.”

http://www.frontpagemag.com/Articles/Re ... p?ID=20646
Rakyat Australia marah besar ketika Sheik Lebanon, Faiz Mohammed, memberikan kuliah di Sydney dgn mengatakan bahwa korban2 pemerkosaan tidak boleh menyalahkan orang lain, kecuali diri sendiri.
Wanita, katanya, yg mengenakan pakaian minim, mengundang lelaki utk memperkosa mereka.

Beberapa bulan sebelumnya di Kopenhagen, Shahid Mehdi mengundang kemarahan ketiak ia mengatakan bahwa wanita yg tidak mengenakan jilbab memang meminta agar diperkosa.

Dan secara sinkronis di thn 2004, pakar Islam Mesir; Sheikh Yusaf al-Qaradawi mengatakan bahwa korban perkosaan harus dihukum kalau mereka mengenakan baju minim saat mereka diperkosa. Katanya, “Agar bebas dari kesalahan, wanita yg diperkosa harus menunjukkan kelakuan yg baik (baca: pakai jilbab).”

:shock: :shock:
Last edited by ali5196 on Tue Nov 28, 2006 10:09 pm, edited 1 time in total.
User avatar
ibnu_ramlee
Posts: 105
Joined: Sun Nov 12, 2006 2:00 pm
Location: Indonesia
Contact:

Post by ibnu_ramlee »

Sepertinya...apa memang nggak ada, ya kasus pemukulan istri/penganiayaan, pemerkosaan dan pencabulan yang dilakukan oleh kafirin...??

Kenapa Islam yang dituduh..? bukankah Islam mengajarkan mendidik istri dengan pukulan yg tidak menyakitkan ..? Bukankan zinah sudah diharamkan ..? menyentuh wanita bukan mahram bukankah juga dilarang...? Apa cuman orang2 Islam pelaku hal2 keji diatas..?

TANYA KENAPA ... ?
User avatar
curious
Posts: 3138
Joined: Wed Mar 22, 2006 5:08 am

Post by curious »

ibnu_ramlee wrote:Sepertinya...apa memang nggak ada, ya kasus pemukulan istri/penganiayaan, pemerkosaan dan pencabulan yang dilakukan oleh kafirin...??

Kenapa Islam yang dituduh..? bukankah Islam mengajarkan mendidik istri dengan pukulan yg tidak menyakitkan ..? Bukankan zinah sudah diharamkan ..? menyentuh wanita bukan mahram bukankah juga dilarang...? Apa cuman orang2 Islam pelaku hal2 keji diatas..?

TANYA KENAPA ... ?
tanyalah dirimu sendiri. kafirun yang memukul istrinya, memperkosa dan bercabul adalah bukan mengikuti ajaran agamanya. malahan melanggar ajaran agama.
bedanya, muslim yang memukul bini, memperkosa dan bercabul dengan pembantu adalah menjalankan ajaran agamanya.

gitu saja kok susah ngerti, ramli?

__________________________
ISLAMIC PEARLS OF WISDOM
mungkin diubah, dipotong atau tidak diapa apain sama sekalicuma yang menyampaikan kan non muslim yang anti Islam jadi untuk amannya ya aku bilang palsu (Mualaf, 2006)
Bagi saya lebih baik berbohong untuk menegakkan Islam daripada membuat Muslim jadi Murtadz.... (warded, 2006)

Contoh ketauhidan dalam Islam: GOSOK GIGI. (Mualaf, 2006)
Muslim masih setia terus sama allahnya biar DITIPUIN juga.(SiBodoh,2006)
Membagi istri kepada sahabat menunjukkan akhlak mulia, kemurnian solidaritas yang tinggi, kemuliaan budi pekerti (kong na'if, 2006)
User avatar
gaston31
Posts: 3557
Joined: Tue Nov 21, 2006 2:17 pm

Post by gaston31 »

adakah kata pembantu didalam quran?
User avatar
openyourmind
Posts: 2967
Joined: Fri Oct 20, 2006 8:42 am

Post by openyourmind »

ibnu_ramlee wrote:Kenapa Islam yang dituduh..? bukankah Islam mengajarkan mendidik istri dengan pukulan yg tidak menyakitkan ..? Bukankan zinah sudah diharamkan ..? menyentuh wanita bukan mahram bukankah juga dilarang...? Apa cuman orang2 Islam pelaku hal2 keji diatas..?

TANYA KENAPA ... ?
Yg gw bold itu maksudnya apa yah? Bisa tolong dijelaskan...apakah yg dimaksud si ramli adalah spanking? ehem...ehem...tidak menyakitkan itu dasarnya apa? Apakah cuma ditonjok, ditampar,ditendang, atau apa nih?
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

SUNDUL!
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: DEBAT: Wanita dan Islam SERU !!

Post by keeamad »

Knapa slangkangan wanita slalu jadi korban muslimun,
tanyakan pada AVATAR GWE ....
Post Reply