http://themuslimissue.wordpress.com/201 ... -veil-off/
Penulis Terkenal Turki Mendapat Ancaman Mati Karena Memutuskan Untuk Melepas Jilbab
May 10, 2013 • by Moderator
Aktivis Rabia Kazan, yang telah 5 tahun menjadi kolumnis
Ortadoğu Gazetesi, surat kabar nasionalis Turki, dan penulis buku
“Tahran Melekleri” (Angels of Tehran) yang membahas mengenai nikah mut’a di Iran (sejenis prostitusi terselubung), menerima ancaman pembunuhan serius dari Komunitas Islam Fanatik, setelah memutuskan untuk melepas jilbab yang dikenakannya sejak kecil. Rabia Kazan mengatakan telah melapor ke Kepolisian Turki.
“Berjilbab adalah keputusan ibuku, dan ketika aku membuka penutup kepalaku aku merasakan kebebasan untuk pertama kali dalam hidupku.”
Photo of Rabia 4 years old
Dengan berargumen bahwa tidak ada ayat mengenai keharusan mengenakan jilbab di Quran, Kazan menghadapi kritik keras di negaranya. Bahkan ayahnya sendiri menyerang rumahnya dengan batu.
Kazan yang menjadi relawan di WFUNA, sebuah lembaga HAM PBB, mengatakan bahwa penutup kepala digunakan sebagai kebiasaan sebelum Islam baik oleh pria maupun wanita karena kondisi geografis . Ia mengkaji Hak-hak wanita dalam Islam, dan menjelaskan mengapa ia membuka jilbabnya, serta hal apa saja yang berubah dalam hidupnya semenjak itu.
“AKU MERASAKAN KEBEBASAN DISAAT MEMBUKA JILBABKU”
Jika orang terbiasa melihat kehidupan melalui satu jendela, dan buruknya lagi terjebak dalam gagasan jendela lain tidak pernah ada, maka mereka hidup dalam kekakuan, kebutaan dogma, atau apapun itu dengan ketaatan yang ‘menyedihkan.’ Perjuangan filosofisku cukup sulit karena kondisi yang diluar batas kemampuanku…Perceraian orangtua, pandangan ultrakonsertatif keluarga ibuku, serta kondisi yang tak dapat diatasi seorang anak menjadikanku penganut kebenaran yang tidak mengizinkan adanya pilihan. Aku diharuskan mengenakan jilbab di usia yang sangat muda oleh ibu.
Mengenakan jilbab menuntut ketaatan. Tapi, tentu saja itu bukan pilihanku! Namun percayalah, perjuangan untuk melepasnya adalah teramat sulit, sangat berat bagiku; hingga akhirnya aku menyerah pada nalar, kesadaran , dan hati nuraniku, serta mengambil resiko untuk menghadapi konsekuensi pilihanku.
Di tahun-tahun awal mengenakan jilbab, aku sering merasa kepalaku terperangkap dalam tas nilon, berdengung. Aku mengalami saat-saat menakutkan ketika jarum melonggar, khawatir akan menusuk tenggorokan. Ada kalanya aku melepas jilbab diam-diam bila ibu tidak melihat. Tapi suatu hari aku ketahuan, dan ibu memukulku dengan pukulan menyakitkan yg tak terlupakan.
30 tahun kemudian, ketika aku memutuskan untuk melepas jilbabku, perjuangan lain dimulai. Amat berat. Islamis radikal sangat marah mengetahui seorang penulis berjilbab terkenal memutuskan untuk melepas jilbabnya. Aku mendapat penghinaan dan ancaman pembunuhan.
Perubahan ini sangat menyakitkan. Namun, saat aku datang ke Amerika, yang pertama kali kulakukan adalam menyelami isi hatiku…. Aku merasa menyesal tidak melakukan hal ini sejak dulu, sampai-sampai aku tak ingin keluar dari kolam renang kurang dari dua jam setiap malam…
In the end there is nothing left to cover.
Aku menderita kekurangan vitamin D karena kulitku tidak cukup mendapat sinar matahari, dan ini bisa menyebabkan penyakit serius dan kelelahan fisik dan mental. Aku banyak berjemur. Rambutku kuikat ekor kuda, dan bermain tenis di bawah langit biru mengenakan baju tenis putih. Tak bisa kugambarkan betapa senang rasanya. Kupenuhi impianku memanjangkan kuku dan memoles warna merah, yang merupakan kesenangan pribadi bagiku. Aku pernah bertemu dengan seorang wanita dalam perjalananku ke Iran. Ia dipaksa memasukkan tangannya ke dalam tas yang penuh serangga hanya karena ia memakai kuteks merah….Kapanpun aku memoles kuteks merah, aku selalu mengingat wanita itu dengan penuh kesedihan….
Sekarang aku bebas dan percaya bahwa Tuhan tidak punya masalah dengan rambut di kepalaku. Ia tidak akan membakarku di nerakanya karena hal ini. Dia menjaga kita dengan limpahan kasih dan kebaikan daripada yang kita pikirkan, dan menjadi “orang yang baik” jauh lebih penting daripada mengenakan cadar hitam.
Aku telah memahami bahwa menghancurkan hidup kita seakan seorang penjahat, dalam tangis dan rasa sakit, hanya karena mengungkapkan perasaan kita , jelas bukan sesuatu yang dikehendakiNya. Dan aku telah memilih untuk menerima siapapun makhluk ciptaanNya tanpa syarat, prasangka dan dengan cinta sebagaimana yang dilakukanNya. Gerakan yang akan menyelamatkan wanita muslim dari gambaran primitive kehidupan nomad Arab ini, seharusnya didorong bukan dikritik. Perempuan harus menjadi pengambil keputusan atas apa yang ia lakukan atau kenakan.