DEBAT: Islam, Agama DAMAI atau PERANG? Bagian I-III
Posted: Wed Nov 16, 2005 5:32 am
http://www.frontpagemag.com/Articles/Re ... sp?ID=6431
Symposium: Islam, sebuah Agama Damai atau Perang? Bagian I
By Jamie Glazov
FrontPageMagazine.com | March 4, 2003
Selagi ancaman terror melanda Amerika ketika negara itu berperang dengan Iraq, muncullah sebuah pertanyaan kritis: Apakah Barat diancam kaum militan Islam ataukah justru oleh Islam sendiri ? Apakah terorisme yang mengancam Barat itu hanya kebetulan dipimpin oleh sekelompok ektrimis Islam, ataukah memang ada sesuatu dari dalam Islam sendiri yang mengajarkan dan mengobarkan “bentrokan antar kebudayaan” yang menakutkan itu? Perdebatan hangat semakin panas dan terus berlanjut: apakah mungkin bagi Islam untuk
hidup berdampingan, damai dengan, dan di dalam dunia yang demokratis dan modern?
Dalam ketiga bagian berikut (bagian II, bagian III), tiga hari berturut-turut, Majalah Frontpage mendapat kehormatan untuk menghadirkan empat ahli Islam kelas tinggi, yang memiliki perpesktif berbeda (pro-kontra).
Ibn Warraq, pengarang “Why I am Not a Muslim (Mengapa Saya Bukan Muslim)”;
Hussam Ayloush, (tokoh Muslim) direktur eksekutif dari Council on American Islamic Relations (CAIR) bagian Kalifornia Selatan;
Robert Spencer, anggota Free Congress Foundation dan pengarang “Islam Unveiled (Islam Tanpa Selubung)”;
As`ad AbuKhalil, professor ilmu politik di California State University at Stanislaus, dan asisten professor pada Pusat Studi Timur Tengah di University of California at Berkeley, pengarang buku “Bin Laden, Islam, and America's New War on Terrorism”.
-------------------------------------------------------------------------------------
[1] Hadirin sekalian, pada bagian pertama symposium Islam ini,
saya akan mulai dengan sebuah pertanyaan dan lalu menyerahkannya kepada anda.
Dalam kaitannya dengan ancaman yang sekarang tampak menimpa kepentingan-kepentingan Barat, dan jikalau kita setuju bahwa memang itu adalah sebuah ancaman, apakah dasar dari ini semua ada pada militan Islam atau, benar-benar dari dalam Islamnya itu sendiri ?
Apakah ancaman itu datang dari “ektrimis” saja ataukah memang ada sesuatu dari dalam inti Islam yang tidak bisa cocok berdampingan dengan masyarakat yang liberal, bebas, dan demokratis dan yang jadinya sekarang melancarkan serangan terhadap Barat?
Spencer:
Tidak ada seorang pun yang dapat berbicara tentang Islam secara penuh. Apa yang dianggap sangat penting untuk Islam oleh seorang Muslim bisa dianggap sesat oleh yang lainnya. Dalang teroris yang tertangkap, Sheikh Omar Abdel Rahman, berkata: “Jihad dan pembunuhan adalah yang terutama dari Islam. Jika anda membuang hal ini, berarti anda memenggal kepala Islam.”
Sebelum dipenjara, Sheikh Omar berbicara di masjid-masjid New York atas undangan Imam Siraj Wahaj, anggota penasihat CAIR (Badan Hubungan Kerjasama Amerika-Islam). Saya kira Mr. Ayloush akan menolak pandangan tentang Islam tersebut. Namun pandangan ekstrim yang menyeramkan tersebut diperkuat oleh surah2 dari Quran dan sejarah serta tradisi Islam. Muslim militan mengacu kepada perbuatan-perbuatan Muhamad sebagaimana tertulis dalam hadis yang sahih ini: “Aku telah diperintahkan untuk memerangi umat bangsa, sampai mereka menyerah dan mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan percaya kepada diriku (bahwa) akulah rasul (dari Allah) dan kepada semua yang telah kubawa sertaku. Dan ketika mereka melaksanakan itu, barulah darah dan harta benda mereka akan terjamin perlindungannya. . . “
Jadi apakah militan-militan itu sesat? Mungkin, tapi mereka mewakili tradisi Islam yang usianya setua Islam itu sendiri dan sama sah-nya dengan Islam yang damai. - - jika tidak lebih dari itu.
AbuKhalil:
Spencer (yang bukunya sudah saya baca tapi tidak saya suka) tidak pernah berhenti mempertunjukkan ketololannya tentang Islam, dan lebih dari itu. Ia hanya mengutip pengetahuannya tentang Islam dari jurnalis-jurnalis Barat atau dari imam fanatik di penjara Amerika. Ini sama saja seperti menjadikan David Koresh atau Ted Bundy sebagai penanggungjawab agama Kristen.
Penting untuk menitikberatkan bahwa: tidak satu pun dari tiga agama ini (Islam, Kristen, Yahudi) yang benar-benar bersih berkaitan dengan perdamaian dan kesamaan derajat (tentu saja bukan persamaan derajat antar jenis kelamin). Agama yang sejarahnya paling berdarah (dalam kenyataan dan perbuatan dan dalam ajarannya) tidak bisa dipungkiri lagi adalah Kristen. Spencer tidak boleh mencela Islam tanpa mencela Kristen dengan memakai ukuran yang dia pakai sendiri.
Sebagai pertanyaan, manusia sama derajatnya di seluruh dunia: dan ada kaum fanatik di setiap agama, bahkan di antara humanis-humanis yang sekuler (saya bangga termasuk dalam kelompok ini). Inilah waktunya untuk mengakui bahwa dalam setiap golongan dan bangsa terdapat segolongan yang jahat, gila, dan terorist, dan fakta ini tidak dapat diangkat untuk mempersalahkan agamanya, bangsanya, atau budayanya.
Spencer:
Omar Abdel Rahman adalah seorang profesor di universitas ternama dan terkemuka Al-Azhar, Kairo. Saya tidak yakin bahwa David Koresh atau Ted Bundy bisa sampai begitu berpengaruh dibanding dgn Sheik Omar. Saya mengutip pengetahuan dari “Jurnalis-jurnalis Barat” ? Saya cuma bersandar pada sumber-sumber Islam seperti Ibn Khaldun, Ibn Taymiyya, Muhammad Muhsin Khan, S. K. Malik, dan Sa’id Raja’i-Khorassani.
Barangkali Bpk. AbuKhalil bisa menyebut nama-nama "jurnalis2 Barat" itu ? Menyerang kepribadian seseorang memang jalan yang termudah bagi mereka yang kehilangan akal. Marilah kita kembali ke permasalahan semula.
Memang seolah-olah benar jika kita membela Islam dengan cara menjelek-jelekan Kristen, dan mencaci Kristen dengan mempertanyakan tanggung jawabnya atas kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan rejim humanis sekular seperti Hitler (yang n.b. fascist) dan Stalin (yang n.b. atheis). Perbedaan yang sangat mendasar antara Islam dan Kristen adalah bahwa Islam memiliki tradisi dan doktrin/ajaran yang memang mendorong adanya perang terhadap non-Muslim. Hanya Islamlah yang memiliki keseluruhan ajaran perang dan kekerasan yang diramu dan disebarkan oleh ulama-ulamanya yang terbesar dan ahli-ahli tafsir hukumnya mulai dari Islam klasik sampai saat ini. Ahli tafsir Maliki, Ibn Abi Zayd al-Qayrawani berkata: “Jihad adalah prinsip Ilahi . . . . . [Non-Muslim] memiliki pilihan antara masuk Islam atau membayar pajak khusus (jizya), lain dari itu peranglah yang akan dilancarkan terhadap mereka.”
As’ad, tunjukkan saya apakah pernah doktrin ini dibantah oleh satu saja aliran Islam yang terkemuka, sedangkan umat Kristen dari seluruh aliran mereka telah menolak paham perang Salib. Tentu anda tidak mampu melakukannya, karena ini adalah bagian dari Islam sendiri.
AbuKhalil:
Spencer, lagi-lagi, ia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memperlihatkan ketotolannya tentang Islam. Ulama fanatik Abdul-Rahman bukanlah professor pada Al-Azhar: dia Cuma mengajar beberapa waktu lamanya pada sebuah cabang yang hanya menumpang nama Al-Azhar, dan segera setelah pandangan-pandangan ekstremnya terbuka, dia langsung diredam oleh pengawas agama yang berwenang.
Jadi sementara administrasi Al-Azhar yang berwenang tentang hal ini menyatakan bahwa Abdul-Rahman tidak mewakili Islam, Spencer, yang tidak mempunyai hak apa-apa dalam Islam, justru berkoar-koar dan ngotot bahwa ‘Abdul-Rahman mewakili seluruh Islam dan semua umat Muslim.' Tidak ada satu demonstrasi pun yang dilakukan umat Muslim untuk membela Abdul-Rahman. Spencerlah yang terobsesi dengan orang itu lebih dari kebanyakan Muslim untuk beberapa alasan. Stalin memang sekuler, tapi Hitler tidak. Hitler menganggap dirinya sebagai seorang Kristen meskipun dia tidak setuju dengan beberapa wadah gereja. Tapi yang lebih penting dari itu, Spencer mungking mengarah kepada suatu hal di sini: dia sekarang sedang mengatakan kepada kita bahwa Gereja Katholik, dan paus-paus masa Perang Salib, organisasi-organisasi anti-Semitism, penganiayaan terhadap kaum penyihir (yang menewaskan antara 3 sampai 9 juta jiwa), dan perang-perang dari theori Thomas Aquinas (bacalah Kristen) semuanya dipimpin oleh humanisme yang sekuler. Spencer saat ini sedang mengelabui kita atau memang dia itu benar-benar ****, tidak tahu apa-apa ketika dia menyiratkan bahwa Kristen tidak memiliki ajaran yang membenarkan perang terhadap para kaum kafir-nya. Pergilah sana, baca deh buku Thomas Aquinas lalu baru balik lagi ke mari kalau mau meneruskan debat ini.
Spencer:
Saya sekarang akan mengutip kata-kata mantan pelajar dan profesor Al-Azhar yang sekarang menjadi orang Kristen dan tinggal bersembunyi dan memakai nama samaran (MARK GABRIEL) demi menghindari hukuman mati dari Islam karena murtad: “Sheikh Omar Abdel Rahman mengajarkan saya tentang topik ‘Komentar Quran’ di Universitas Al-Azhar. Ia telah meninggalkan pekerjaanya di universitas untuk memimpin dua organisasi; ‘Jihad’ dan ‘Jemaah al-Islamiyah’.
Cuma pembaca yang kurang perhatian saja yang membuat seseorang berkata bahwa “al-Rahman mewakili seluruh Islam dan seluruh umat Muslim.” Saya hanya mengatakan bahwa ia mewakili sebuah tradisi yang luas dalam Islam, sebagaimana juga yang dilakukan oleh Syaikh Agung Al-Azhar saat ini, Muhamad Sayyid Tantawi, yang menyatakan bahwa sebuah serangan bom bunuh diri yang menewaskan banyak pelalu-lalang adalah “tindakan yang sah menurut hukum agama, dan itu adalah perintah Islam”. Apakah ini sebuah pandangan ekstrem yang dasarnya ditolak seluruh umat Islam? Bagus sekali, As’ad! Saat rekrutment untuk pembom bunuh diri diadakan belakangan ini di Universitas Aleksandria di Mesir, yagn mendaftar : 2,000 pelajar !
Saya tidak akan ambil pusing dengan urusan nonsense seputar Gereja Katholik, yang sangat dibesar-besarkan oleh As’ad. Cuma seorang **** atau pendusta yang akan berpikir bahwa sayalah yang menyatakan humanisme sekuler bertanggung jawab atas dosa-dosa Gereja, atau bahwa ideologi Hitler yang jelas2 memuja berhala itu dianggap sebagai Kekristenan.
Mencoba membela Islam dengan menjelekkan Kristen memang mudah. Inilah perbedaan antara ektremisme Kristen dan Islam: Jerry Falwell, pendeta US itu, menamakan Muhamad seorang teroris. Falwell TIDAK PERNAH menyuruh siapa pun untuk membunuh apalagi terlibat pembunuhan. Sebagai tanggapan atas ucapan Falwell, delapan orang terbunuh dan 90 luka-luka dalam kerusuhan di India, dan pejabat Iran memerintahkan pembunuhan Falwell. Semua yang terlibat ini memanggil nama Islam.
Seperti demikianlah perbedaan antara Osama dan Hitler atau Karadzic, bahwa Nazisme adalah nyata-nyata anti-Kristen; Nazisme tidak pernah (dan tidak mampu) mengutip Injil untuk membenarkan perbuatannya. Karadzic adalah seorang nasionalis; dia mengincar orang-orang Kristen Kroasia, bukan saja Muslim Bosnia. Tapi lihatlah bagaimana kontras-nya, teroris-teroris Muslim mengutip Quran dan Hadis dan membenarkan diri mereka dengan mengacu kepada ajaran aqidah Islam.
Ketika seseorang terkemuka seperti mantan Dubes Iran untuk PBB, Sa’id Raja’i-Khorassani, mengatakan bahwa konsep hak asasi manusia adalah “bikinan Kristen-Yahudi” dan asing bagi Islam, kita tidak bisa begitu saja mengacuhkannya sebagai pendapat minoritas. Mengapa pandangan-pandangan “ekstrem” seperti ini berkuasa tidak hanya di Iran, tapi juga di seluruh dunia Islam? Muslim moderat harus memperlihatkan secara gamblang mengapa Islam “ekstrem” ini tidak sah – jangan cuma mengutuk Barat. Apalagi mengingat sesama Muslim yang menjadi korban dari “ekstremisme” skala besar ini.
Ayloush:
Saya kira pentinglah untuk kita katakan, saat ini, bahwa menjelekkan agama orang lain adalah berlawanan dengan ajaran Islam. Semua ekstremis memanipulasi agama untuk memenuhi kepentingan agenda kebencian mereka. Dan ya, bahkan Hitler meng-klaim sumber Kristen untuk pandangannya. Dalam sebuah pidato (Ref.: Oxford University Press), Hitler berkata: “Perasaan-perasaan saya sebagai seorang Kristen adalah bahwa Tuhan dan Juruselamat saya menunjuk saya sebagai seorang pejuang. Saya melihat seorang lelaki yang kesepian, dikelilingi segelintir pengikut, untuk mengenali siapa sebenarnya Yahudi-yahudi itu dan memanggil semua orang untuk berperang melawan mereka…”
Sebagai Muslimin, saya tahu bahwa tidak mungkin hal ini mewakili ajaran-ajaran nabi Isa. Namun ini membuktikan bahwa kita tidak boleh menghakimi satu agama berdasarkan sebagian kecil perbuatan sesat pengikutnya.
Islam, Kristen dan semua agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai, saat penganut-penganutnya berhenti membenarkan sebagian kecil pembenci di antara mereka. Tidak ada alasan untuk menghilangkan kebaikan dalam diri orang-orang yang berbeda dari kita. Saya orang Islam yang mempelajari Islam. Saya juga mempelajari Kristen dan Judaisme dari saat masih jadi pelajar muda di sekolah swasta Protestan dan dari banyak teman-teman dan anggota keluarga Kristen. Dan saya belajar bahwa lebih banyak kemiripan di antara kita daripada yang diajarkan Bin Laden atau Spencer!
Sekarang, tentang terrorisme, menurut saya lebih penting untuk mengenali bahwa ancaman in berkembang bukan hanya bagi kepentingan-kepentingan Barat saja – namun bagi seluruh dunia. Ancaman ini adalah tumbuhnya ekstremisme religius. Ekstrem Hindu di India, ekstrem Islam di Afghanistan, Pakistan, Timur Tengah, ekstrem Yahudi di Israel, ekstrem Kristen di Serbia dan bahkan di AS.
Ekstremisme tidaklah unik hanya untuk satu agama tertentu. Desember, 1999, PBB mengeluarkan sebuah laporan yang menyatakan kenaikan signifikan dari ekstremisme agama dan intoleransi di seluruh dunia. “Tidak ada agama yang bebas dari ekstremisme” adalah pernyataan laporan 23-halaman itu. Ditambahkan bahwa intoleransi beragama haruslah dipandang dari sudut yang lebih besar yakni secara kondisi ekonomis, sosial, politik yang menumbuhkembangkannya. Studi itu menunjuk bahwa “penting untuk membedakan di antara ekstremis-ekstrimis yang menggunakan Islam untuk tujuan-tujuan politiknya, yang secara fakta adalah minoritas, dengan mayoritas Muslim yang melaksanakan Islam sesuai dengan prinsip toleransi dan non-diskriminasi”.
Islam tidak bertanggung jawab atas perbuatan para ekstremis lebih dari Kristen bertanggung jawab atas Holocaust atau pembunuhan massal di Bosnia dan Kosovo. Kedua perbuatan tersebut membawa konotasi beragama dan didukung dan disoraki oleh jutaan umat Kristen.
Warraq:
Untuk Bpk. Ayloush, semua ekstremisme beragama memiliki sifat yang sama dan didorong oleh kondisi ekonomi dan politik. Hindu, Yahudi, dan fundamentalis Kristen bertanggung jawab atas aksi-aksi kekerasan namun demikian mereka hanya terisolasi di negara-negara tertentu saja. Fundamentalisme Islam memiliki aspirasi global: yakni seluruh bumi harus tunduk kepada Sharia, Hukum Islam. Kaum Hindu dan Yahudi tidak menargetkan seluruh dunia untuk jadi pengikut mereka. Kristen memang melakukan penyebaran agama namun demikian tidak dengan menggunakan terorisme internasional untuk mencapai tujuan mereka.
Ya, agama-agama monotheist memang bertanggung jawab atas banyaknya aksi kekerasan dibandingkan secara kontras dengan agama Budha. Namun Islam belum pernah dijadikan subjek introspeksi yang setara dengan yang sudah dilalui Kristen. Kedua, nilai kekerasan itu mendarah daging sifatnya dalam Islam, ini direfleksikan oleh kampanye-kampanye berdarah dan pembantaian-pembantaian yang dilakukan oleh Nabi Muhamad dan semuanya terabadikan di dalam ayat-ayat Pedang di dalam Quran. (Ada 149 surah jihad dalam Quran)
Ketika kaum Muslim melakukan aksi-aksi kekerasan, mereka melakukannya sesuai dengan aturan main mereka, karena Quran dan Hadis, berikut tafsir-tafsir mereka memang memerintahkannya demikian. Tidak ada perbedaan antara Islam dan Fundamentalisme Islam. Ketika orang Kristen bertindak memakai kekerasan mereka melakukan itu jelas sebagai pelanggaran terhadap ajaran-ajaran Yesus yang jelas-jelas mengkotbahkan toleransi, perdamaian, dan bahkan supaya merelakan pipi yang lain jika pipi yang satu ditampar.
Apa hubungan terbunuhnya 150,000 orang di tangan para Islamis di Aljazair sejak 1992 dengan kebijakan luar negeri AS ? Bukannya para ekstremis menggunakan Islam untuk tujuan-tujuan politis? Tidak ada pembedaan seperti politik dan non-politik dalam Islam, yang mengambil alih dan menghakimi secara penuh kehidupan seorang individual.
AbuKhalil:
Pertama sekali, sebagai tanggapan atas Mr. Warraq, saya merasa sangat geli untuk menjawab seseorang yang memakai nama palsu seperti itu di AS, jika kita tahu di negara ini seharusnya kita bebas dari penganiayaan beragama. Namun biarlah demikian: sekali lagi, tidak ada sebuah agama pun yang bersih prakteknya, dan saya akan benar-benar bahagia jika kita bisa menghapus saja seluruh agama yang ada. Seluruhnya, bukan hanya satu.
Kami, kaum humanis dan anti-theis, tidak menyetujui agama beralaskan dasar-dasar filsafat; namun jika memprotes terhdp satu agama saja dan membiarkan yang lain sama saja seperti fanatisme religius atau kedengkian, atau kedua-duanya. Saya heran melihat mereka yang sekuler atau liberal tapi pilih kasih: mereka repot terganggu oleh agama sebuah golongan, namun mendiamkan yang lain. Sebagai rekor kejelekan Kristen: jutaan yang mati pada abad lalu adalah mereka yang terbunuh oleh pemerintahan dan rakyat yang tidak Islam, melainkan dari dunia Barat yang Kristen. Sekarang saya ngomong tentang pesan damai-nya Kristen: Saya ingatkan kalian bahwa banyak kalangan dalam pemerintahan AS akan tidak setuju, dan Jerry Falwell belum lagi membunuh siapapun (meski dia mungkin telah mengilhami mereka yang menyerang klinik-klinik aborsi, tidak secara damai), tapi orang-orang Kristen lainnya telah membunuh.
Warraq:
Bpk. AbuKhalil silakan baca buku saya, Mengapa Saya Bukan Muslim, untuk melihat bahwa saya kritis terhadap SEMUA agama, khususnya yang monotheistik. Kenyataannya, inilah yang membuat buku saya tidak jadi best-seller, tidak seperti buku-buku anti-Islam yang ditulis orang Kristen.
Juga jelas dari semua tulisan saya bahwa saya seorang humanis sekuler yang menganjurkan pemisahan yang jelas antara urusan gereja dan negara. Orang Kristen memang ada yang membunuh namun seperti yang saya sampaikan sebelumnya, itu mereka lakukan di luar (bertentangan dengan) ajaran-ajaran Kristus mereka, sedangkan kaum Muslimin melancarkan Jihad dan membunuh dalam nama Allah dengan LEBIH DARI CUKUP pembenaran/dukungan dari Qur’an, Hadis, dan Sunnah.
Saya juga ingin menyampaikan bahwa saya merasa nada Bpk. AbuKhalil agresif dan kasar, dengan kecenderungan memperciut setiap argumen menjadi ajang penghinaan pribadi. Lebih dari itu, SEMUA anggota dekat keluarga saya masih Muslim, dan saya mengatakan ini dalam pembukaan buku saya. Kakak saya adalah orang yang paling lemah lembut yang saya tahu, dia bahkan tidak akan menyakiti seekor lalatpun. Jadi saya tidak percaya bahwa semua Muslim adalah maniak pembunuh. Pernyataan yang saya tulis setelah 9/11 (see http://www.secularism.org/) bahwa tidak semua Muslim adalah teroris, dan bahwa perlindungan kaum Muslim harus lebih ditingkatkan. Namun saya juga menunjuk secara khusus bahwa walau Muslim sering moderat, ISLAM sendiri tidaklah moderat; yang ada hanyalah perbedaan tingkatan antara Islam dan fundamentalisme Islam.
Spencer:
THn 1990 di Arizona, seorang Muslim fanatik membunuh Muslim ‘sesat’ Rashad Khalifa. Ibn Warraq tahu persis apa yang ia lawan.
Pengertian bahwa fanatisme dalam semua agama adalah sama rata itu tidak masuk akal. Lihat saja bagaimana anda harus berpayah-payah menghubung-hubungkan Falwell dengan pembunuhan; sayangnya jauh lebih mudah untuk menghubungkan “ekstremis” Muslim dengan pembantaian. Ini karena kaum "radikal" bekerja berdasarkan ajaran-ajaran Islam tradisional yang mengajarkan perang dan kekerasan.
Pandangan “umum” tentang jihad secara historis diutarakan oleh hakim agung Hanbali Ibn Taymiyyah. Dia ini sejalan dengan hukum-hukum aliran Sunni lainnya:
“Dikarenakan perang yang diridhoi pada dasarnya adalah jihad dan tujuannya yaitu supaya seluruh umat manusia hanya memiliki satu agama Allah saja (Islam) dan firman Allah-lah yang paling utama, karena itu mereka yang menghalang-halangi tujuan ini haruslah diperangi. Dan bagi mereka (muslim) yang tidak menghalangi atau tidak mampu memerangi … mereka tidak akan dibinasakan kecuali jika
mereka melancarkan perang lewat kata-kata (mis. Melalui propaganda) dan perbuatan (mis. Mata-mata atau membantu lainnya yang berperang)”.
Ini adalah rumusan dari kata-kata Muhamad sendiri dalam Hadis yang sahih dari Muslim, Bukhari, dan Abu Dawud: “Aku telah diperintahkan untuk memerangi bangsa-bangsa, sampai mereka mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah, dan percaya kepada diriku bahwa akulah sang rasul (dari Allah)… Dan pada saat mereka melakukan itu, darah dan harta benda mereka terjamin keamanannya oleh diriku…”
Tidak ada satu doktrin atau ajaran agama lain apa pun yang mirip apalagi bisa menyamai yang satu ini, Islam.
Ayloush:
Islam bukanlah agama pengalah. Islam memang memerintakan pengikutnya untuk mempertahankan diri mereka dan semua umat manusia melawan penindasan, tidak pandang bulu siapapun penyerang mereka. Namun demikian “perang yang adil” ini diatur dengan aturan-aturan yang ketat.
Al Quran berkata:
“Berperanglah di jalan Allah terhadap semua yang memerangi engkau, namun janganlah menyerang lebih dahulu, karena Allah tidak mencintai orang-orang yang menyerang”. (2:190)
“Hai orang-orang beriman, tabah dan berdirilah untuk Allah, saksi-saksi dalam keadilan, dan janganlah membiarkan kebencian sebuah bangsa menghalangimu untuk menjadi adil. Bersikaplah adil; itulah yang lebih dekat dengan kebenaran. Dan takutlah akan Allah; sesungguhnya Allah mengetahui segala perkara yang kau lakukan” (5: )
Sebagai halnya untuk kaum Yahudi dan Kristen, Islam menganugerahkan mereka status khusus dan menamakan mereka Umat Kitab (Ahl’ul Kitab) sebab kami percaya bahwa kami menyembah tuhan yang sama, Tuhannya Abraham. Kami juga percaya sejalan dengan para nabi dan kitab-kitab suci. Setelah lebih dari 14 abad pemerintahan Muslim di Timur Tengah, jutaan umat Nasrani masih berdampingan dalam kota-kota dan desa yang sama dengan saudara-saudara Muslim mereka dalam persaudaraan dan rasa saling menghormati. Pengecualian-pengecualian yang jarang terjadi mempengaruhi seluruh komunitas beragama, secara sama rata. Nabi Muhamad saw yang juga pernah mengawini seorang Nasrani dan Yahudi, berkata: “Siapapun yang menyakiti seorang Nasrani atau seorang Yahudi, itu adalah sama seperti menyakiti diriku”.
AbuKhalil:
Lihatlah Spencer bergantung kepada pemikiran Orientalisme Klassik yang tidak dapat dipercaya: dia mengutip Ibn Taymiyyah dan bukan pandangan mainstream Muslim untuk menjelaskan Muslim abad ke-21. Apakah umat Nasrani saat ini menaruh perhatian pada apa yang dikatakan St. Augustine tentang orang-orang kafir yang akan memerintah politik luar negeri mereka?
Masa lalu Islam menghantui Spencer lebih dari kebanyakan Muslim masa kini. Sedangkan untuk arti Jihad itu sendiri: Saya memiliki seluruh bagian lengkap dalam buku saya yang paling akhir (“Bin Laden, Islam, dan Perang Baru Amerika melawan Terorisme”) yang di dalamnya saya perlihatkan bahwa konsep jihad memiliki banyak arti, bukan hanya sekadar pertempuran militer dan bahwa hanya kaum fanatik seperti Bin Laden dan suara-suara anti-Muslim (seperti Spencer) yang ngotot berkata bahwa Jihad hanya berarti “Perang Suci”. Dan buku itu telah diterbitkan dalam bahasa Arab dan saya tidak terbunuh oleh Muslim fanatik karena pandangan-pandangan sekuler saya.
Saya pikir saya masih hidup, meskipun Spencer mungkin mengkutip ulama Muslim abad ke-10 untuk membuktikan bahwa sesungguhnya saya ini sudah mati. Itulah cara yang dia pakai.
Dan untuk Warraq, apakah dia ingin saya menganugerahinya penghargaan karena kebaikannya yang sudah mengakui bahwa memang tidak semua Muslim adalah teroris ? Ini mirip dengan anti-Semit yang menyatakan bahwa dia tidak anti semua Yahudi. Persis seperti yang dikatakan menlu Hitler, Von Ribbentrop, saat diadili di Nuremberg.
Spencer:
Saya mampu mengutip lusinan ayat dari sumber yang berwenang yang menganjurkan jihad, mulai dari awalnya Islam sampai saat ini. Dan AbuKhalil tentunya akan mencantol pada salah satu saja yang saya pilih untuk mengatakan bahwa saya ini tidak memaparkan pandangan yang menyeluruh. Sebenarnya As’ad, masih ada orang Kristen yang membaca St. Augustine, seperti juga masih ada Muslim yang membaca Ibn Taymiyya dan sumber-sumber lainnya yang membela jihad kekerasan.
Buku S. K. Malik yang berargumentasi bahwa Quran mengajarkan Muslim untuk memerangi kaum kaffir diterbitkan di Pakistan tahun 1979. Presiden Pakistan Zia-ul-Haqberkata bahwa itu menjelaskan “SATU-SATUNYA pola perang” yang harus dianut sebuah negara Muslim.
Yah, yah, saya tahu: pandangan marginal. Dia cuma seorang presiden saja, begitu khan ??
Anda benar, tentu saja, bahwa jihad memiliki banyak arti disamping perang melulu. Namun jika anda berpikir bahwa jihad tidak pernah, baik dulu maupun sekarang memiliki arti yang berkaitan dengan darah dan kekerasan, anda sesat, atau anda memang sedang mencoba untuk menyesatkan rakyat Amerika, inilah elemen yang sangat besar dari sejarah Islam dan kenyataan masa kini.
Ayloush:
Agama tidak boleh dinilai oleh segelintir dari bacaan kitabnya. Dan dalam kitab apapun, ekstremis bisa mencari pembenaran atas perbuatan mereka. Lihat, nih, bagaimana ayat-ayat Alkitab berikut dipakai untuk membenarkan Perang Salib dan pembunuhan ratusan ribu umat Nasrani Timur dan Muslim, Inquisition, perbudakan dan penganiayaan orang-orang kulit hitam Afrika, pemberkatan untuk tentara Nazi Jerman, Apartheid di Afrika Selatan, lingkaran pembunuhan Katholik-Protestan di Eropa, dan pemboman klinik-klinik aborsi. Semuanya di dalam nama palsu Yesus atau Tuhan.
Dalam Matius 10:34 Yesus berkata: “Janganlah berpikir bahwa aku datang membawa damai untuk dunia… tapi sebuah pedang”.
Hezekiel 9:6 “bantailah baik yang tua maupun yang muda, baik gadis maupun anak-anak, dan perempuan”
Imamat 25:44-46: “Sedangkan untuk budak-budak lelaki maupun perempuan yang boleh kau miliki: engkau boleh membeli budak laki-laki dan perempuan dari antara bangsa-bangsa yang ada di sekitarmu” engkau boleh memberikan mereka kepada anak-anakmu sesudah engkau, supaya mewarisi sebagai kepunyaannya selamanya”
Tentu saja kami Muslim tidak menilai Kristen atau Judaisme dari perbuatan-perbuatan di atas, namun lebih berdasarkan keyakinan kami sendiri kepada keseluruhan pesan damai dari nabi-nabi terhormat Musa dan Isa. Dengan cara yang sama, Islam seharusnya dinilai berdasarkan pesan damai dan kesama-rata-an sebagaimana yang dianut oleh hampir 1.3 milyar pengikutnya. Saya mengundang anda para pembaca untuk pertama-tama membaca seluruh Quran, tanpa prasangka-prasangka dari para komentator yang Islamofobis.
Warraq:
Ketika hanya sebagian kecil fundamentalis Kristen yang mempercayai bahwa Alkitab adalah betul-betul firman Tuhan, SEMUA Muslim percaya bahwa Quran adalah seyakin-yakinnya firman Allah. Ketika kebanyakan kaum Kristen tidak memiliki masalah untuk menolak ayat-ayat barbar dari Alkitab mereka, orang Muslim tidak bisa dengan mudah menolak ayat-ayat biadab mereka, yang ratusan jumlahnya dalam Quran.
Lebih dari itu, Al Quran adalah salah satu sumber dasar Syariah, Hukum Islam, sehingga jadilah Quran sebagai sumber hukuman yang biadab (potong sana-sini, penyaliban, bui), status perempuan yang lebih rendah (warisan, suami yang boleh mencambuk mereka, dsb.), racun kebencian terhadap kaum-Yahudi (anti-Semitism), kedengkian terhadap non-Muslim, dan Jihad, dari segi militer (bunuhlah kaum kafir dimanapun kau temukan mereka).
Teori dan praktek Jihad, dari segi militer diturunkan oleh ulama-ulama Muslim klasik dari Al Qur’an; para pemikir Muslim terkemuka seperti Ibn Tamiyyah, Averroes, dan Ibnu Khaldun, dan bukanlah kelompok-kelompok kelas teri yang terus-menerus mengacu kepada Quran untuk membenarkan Jihad, Perang Suci (dan berdarah-darah). Walaupun memang ada TIGA ayat Quran yang mengajarkan toleransi, mereka itu
semuanya sudah DIBATALKAN/DIABROGASI/NASKH oleh ayat-ayat Pedang yang menganjurkan pembunuhan non-Muslim.
Akhirnya, dari membaca Quran itulah ketika saya masih Muslim yang akhirnya membuat saya sadar betapa biadabnya buku tersebut, dan membuat saya mengambil keputusan untuk murtad.
AbuKhalil:
Ya baguslah, kalau kamu sampai pada kesimpulan seperti yang kau mau itu. Saya ingin mengakui, bahwa kalian (dan saya telah membaca bukumu dan buku Spencer), kalian memperlakukan Muslim sama seperti anti-Yahudi memperlakukan Yahudi: Kalian berpikir bahwa Muslim membentuk sebuah group raksasa, dan tentu saja konyol untuk berargumen bahwa “semua Muslim” berpikir bahwa Quran sebagai firman Allah dan bertindak sesuai dengan itu.
Jika kalian berpikir sedemikian, pastilah kalian juga berpikir bahwa setiap Muslim saat ini sedang mencari orang kafir untuk dibunuh, atau bahwa setiap Muslim terlibat dalam penganiayaan istrinya (sesuai dengan Surat An-Nisa’). Kenyataannya, masyarakat (dari setiap agama) bereaksi terhadap kitab suci mereka, apakah itu firman Tuhan atau nabi, dengan lebih banyak kelonggaran. Adalah sebuah perintah dalam Quran yang mengizinkan Mut’ah (nikah sementara), walaupun kaum Sunni menghilangkan hal itu beberapa tahun setelah wafatnya Muhamad.
Unsur-unsur yang menggangu, tidak toleran, dan eksklusif dari ketiga agama suci ini hanya diimani dan diikuti oleh kaum militan fanatik, tapi yang terus-menerus dinyatakan oleh Spencer dan Warraq sebagai yang mewakili seluruh Muslim di dunia.
Spencer:
As’ad, saya menyarankan anda untuk mengambil kursus membaca. Saya tidak pernah menulis atau mengatakan bahwa militan fanatik adalah yang mewakili seluruh umat Muslim. Yang saya tegaskan adalah hal-hal yang mendasar: Quran, sebagaimana anda sendiri kelihatannya sudah mengakui, isinya penuh dengan hal-hal yang menjurus kepada fanatisme yang militan dan keji.
Pun jika Quran serta Sunnah di-evaluasi ulang secara besar-besaran, fanatisme kejam masih akan selalu menjadi bagian dari Islam, dan bukan bagian kecil Islam, namun bagian yang sangat besar. Jika anda mampu menghilangkan yang satu ini, saya akan sangat kagum. Tetapi saya rasa anda tidak akan mungkin mampu melakukannya.
Oleh karena itu, perbedaan antara “bunuhlah kafir di manapun kau temukan mereka"(Sura 9:5) dengan ayat-ayat Injil yang dia kutip di atas adalah bahwa dalam Islam, kekerasan bukan akibat salah mengartikan ayat2; tetapi karena kekerasan memang terabadikan di dalam tradisi dan aqidah Islam.
Dr. Muhamad Muhsin Khan, penerjemah kumpulan Hadis Sahih Bukhari, menjelaskan bahwa ayat-ayat keras Al-Quran sebenarnya lebih diutamakan daripada ayat-ayat damainya: “Pada awalnya ‘perang’ itu dilarang dan lalu diijinkan, dan setelah itu malah diwajibkan”.
S. K. Malik dalam Konsep Perang yang Qurani menjelaskan bahwa Allah memberikan kepada kaum Muslim “Perintah Ilahi yang menjadikan perang sebagai sebuah kewajiban agama bagi orang-orang yang beriman”.
Keempat badan hukum berwenang Muslim Sunni – Shafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali – mengajarkan doktrin lengkap dari jihad yang meridhoi pembunuhan atas nama Islam. Dikatakan oleh hakim agung, filsafat dan sejarawan besar Muslim Ibnu Khaldun (wafat 1406): “Di dalam komunitas Muslim, perang suci/syahid adalah sebuah kewajiban agama, karena tujuan/misi dan kewajiban umat Muslim yang universal yaitu untuk meng-Islam-kan semua jiwa baik lewat cara pembujukan maupun lewat cara paksaan. Kaum-kaum beragama lainnya tidak memiliki tujuan yang universal, dan perang suci bukanlah kewajiban agama mereka, kecuali untuk tujuan membela diri… Islam berkewajiban untuk menjadi penguasa seluruh bangsa-bangsa lain”.
Apakah semua Muslim diatas ini lalu “Islamofobis”? Islam mempunyai tradisi kuat dalam penafsiran Qurannya yang mengizinkan kaum Muslim modern berpikir bahwa mereka dibolehkan untuk melakukan aksi-aksi kekerasan demi agamanya. Kristen tidak memiliki tradisi yang sebanding dengan hal ini.
AbuKhalil:
Spencer itu benar-benar ***** sekali ! Dia tidak mampu membedakan antara sumber yang sah dan sumber yang bahkan hampir semua Muslim tidak pernah mendengarnya. Saya akan membuat Spencer terkejut: hampir semua Muslim tidak menjadikan Quran dan Hadis sebagai pedoman hidup mereka sehari-hari; mereka tidak mencari-cari ayat setiap hari dan bertindak berdasarkannya.
Sama seperti halnya kaum Yahudi dan Kristen yang tidak membaca ayat-ayat Perjanjian Lama setiap hari untuk memulai hari mereka. Ayat-ayat yang Spencer kutip diatas itu tidak lebih menyeramkan atau mengerikan dari sejumlah bacaan dalam kitab Perjanjian Lama. Ayat-ayat tersebut hanya berlaku sejauh seseorang berminat mempelajarinya hanya di dalam konteks sejarah, meskipun orang aneh-sesat seperti Bin Laden (dan sayangnya orang-orang aneh/sesat ada di mana-mana) mungkin mengeksploitir ayat-ayat tersebut sampai habis. Untungnya, Bin Laden gagal meng-inspirasi orang kecuali segelintir fanatik yang masih dalam pelarian. Semua permohonannya kepada rakyat Arab dan semua demonstrasi Muslim yang mendukungnya tidak diacuhkan.
Spencer:
As’ad, saya kok kaget benar mendengar pengakuan anda bahwa Muslim tidak dibimbing oleh Quran dan Hadis. Namun, sebetulnya, saya sudah tahu, karena kebanyakan Muslim memang cuma ingin hidup wajar dan tidak ambil serius suruhan-suruhan untuk menumpahkan darah dan untuk membuat kekerasan yang ada dalam buku-buku tersebut. Tapi pertanyaan sekarang adalah “adakah sesuatu yang asli mendarah-daging di dalam Islam yang membuatnya tidak cocok berdampingan dengan masyarakat yang liberal, bebas, dan demokratis” ?
Saya sudah membuktikan bahwa memang ada, dan bukan cuma secuil ayat-ayat yang tersebar di sana-sini yang seenaknya bisa terkutip dari Quran, namun malah memang itu sebuah doktrin/ajaran dan tradisi yang sudah sangat lama, terpelihara dan dikotbahkan persis seperti aslinya yakni jihad kekerasan melawan non-Muslim.
Biarlah saya dikatakan ****, tapi sebodohnya saya tidak akan membiarkan anda mengibuli saya mengenai luasnya terorisme di dalam dunia Islam. Bin Laden mungkin memang seorang aneh-sesat yang belum bisa mengilhami setiap orang, tapi bagaimana dengan Jaffar Umar Thalib dan Laskar Jihad-nya di Indonesia, yang telah membunuh 10,000 orang Kristen? Bagaimana dengan Hamas, yang telah memproklamirkan “Jihad sampai menang atau sampai mati syahid” dan telah juga membunuh tidak terhitung jiwa? Bagaimana dengan Masjid Finsbury Park di Inggris , masjid-nya si teroris yang menyembunyikan bom dlm sepatunya dan ingin meledakkan pesawat AS dan tempat ditemukannya senjata-senjata, alat-alat perang kimia dan paspor palsu ?
Bagaimana dengan kelompok-kelompok teror di seantero dunia seperti organisasi Abu Nidal, kelompok Abu Sayyaf, Ahl-e-Hadees, Brigade Syahid Al-Aqsa, al-Jama’a al-Islamiyah, Al-Ittihad al-Islami, Armed Islamic Movement, ‘Asbat al-Ansar, Fighting Islamic Group, Harakat ul-Jihad-I-Islami, Hizbullah, Islamic Jihad, Jaisy-e-Muhammad, Muslim Brotherhood, dst dst ? Apa semuanya itu sekedar kelompok aneh-sesat? Semuanya mengabdi kepada Islam tapi hanya secara tragis saja menyalahartikannya? Ayolah, sadarlah. :oops: :oops:
AbuKhalil:
Kelompok-kelompok yang anda sebutkan itu terdaftar oleh pemerintah AS, yang notabene cuma menaruh perhatian pada kekerasan dan terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Muslim dan Arab. Jika kita bisa sependapat bahwa pembunuhan orang-orang tak berdosa adalah terorisme lalu Israel dan Hamas pastilah sudah masuk dalam kategori ini, walaupun Israel telah menewaskan jauh lebih banyak rakyat Palestina yang tak berdosa daripada sebaliknya. Tapi, tidak pernah pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap orang Palestina (yang tidak pernah kekurangan dukungan dari banyak kaum religius Yahudi di Israel, terlebih oleh partai-partai religius funtamentalis yang selalu ada di dalam setiap kabinet Israel) digambarkan sebagai “Terorisme Yahudi”. Juga sama seperti itu, apakah terorisme IRA yang menyeramkan itu disebut sebagai “Terorisme Katholik” atau cukup dianggap sekedar terorisme biasa tanpa ada embel-embel agama?
Spencer:
Silakan, As’ad ! Sebutlah itu terorisme Katholik. Sekarang carikan saya contoh yang lain di luar IRA. Yang akan kau dapat malah hanya Paus dan seluruh tradisi Katholik yang menentang IRA. Namun di sisi Islam, saya telah sebutkan untuk anda lusinan kelompok-kelompok yang melakukan aksi kekerasan di dalam nama Islam, dan bahkan saya mampu menyebutkan lusinan lainnya. Dan anda akan kehilangan suara ! Tidak ada satupun ---kecuali para Sufi yang dianggap menyimpang dan dianiaya oleh sesama Muslim di banyak negara--- yang mengutuk ajaran jihad yang mengilhami kekerasan Muslim ini sejak berdirinya Islam sampai hari ini. Saya sebelumnya sudah meminta anda untuk menyebutkan satu saja otoritas Muslim yang telah mengutuk perintah jihad kekerasan tapi anda tidak memberikannya, karena anda tidak mampu.
Jihad dalam pengertian perang melawan kaum kafir yang memberikan mereka pilihan untuk masuk Islam, dihukum mati, atau menjadi hamba/dhimmi adalah bagian dari aqidah Islam. Kenapa ? Karena Nabi Muhamad sendiri yang membuat aturan tentang tiga pilihan ini (Sahih Muslim 4294) dan kayaknya akan selamanya begitu.
AbuKhalil:
Saya akan berikan anda contoh-contoh di mana Muslim menolak Jihad: 1991 pada waktu Saddam mengumumkan Jihad melawan AS, semua orang (alim-ulama dan rakyat jelata) tidak mempedulikannya. Bin Laden dan kelompok sesatnya mengumumkan Jihad sedunia melawan AS setiap pekan, dan kelihatannya, mereka tidak-diindahkan. Sebuah pernyataan oleh tokoh-tokoh cendekiawan Muslim paling ternama di AS (fundamentalis dan yang kurang fundamental), para Mufti, Qadi, dan penulis-penulis dari dunia Arab yang dikeluarkan beberapa hari setelah Sep. 11 (dicetak di koran Al-Quds Al-‘Arabi dan seperti biasa tidak-dipedulikan oleh media AS sebab mereka tidak muncul di MSNBC atau Oprah) mengutuk argumen-argumen teologis Bin Laden.
Dan sebagai dukungan Kristen terhadap perang, Billy Graham belum pernah melewatkan sebuah perang AS tanpa memberikan berkatnya.
B Graham sendiri anti-Semit seperti kita ketahui lewat rekaman-rekaman Gedung Putih Nixon, dan jika Ibn Al Warraq memang peduli dengan anti-Semitisme--karena dia melupakan anti-Islamisme--dia seharusnya sudah mengutuk Graham. Sekitar 63% publik AS (banyak diantaranya orang Kristen) mendukung perang yang sebentar lagi dilancarkan terhadap Iraq, dan di Israel banyak tokoh religius Yahudi yang mengambil bagian dalam teriakan “Mampuslah Arab”, yang adalah juga hampir menjadi sebuah lagu populer di dalam politik Israel.
Spencer:
Sekali lagi, As’ad, anda menolak untuk menghadapi masalah yang ada bersama kita sekarang. Saya tidak minta anda untuk memberikan contoh orang Muslim yang menolak sebuah panggilan jihad tertentu saja. Mereka mungkin saja menolak panggilan Bin Laden karena percaya ia
tidak memiliki kewenangan yang sah untuk mengumumkan jihad jika tanpa seorang kalifah, atau bisa juga karena mereka menganggap situasi yang ada saat ini belum cocok untuk melancarkan jihad. Tetapi penolakan mereka terhadap Osama tidak membuktikan apa yang saya minta anda untuk buktikan: bahwa mereka menolak prinsip2 jihad kekerasan. Bahwa mereka menolak kekerasan sebagai bagian dari Islam. Bahwa mereka tidak percaya bahwa memang bagian dari misi Islam adalah untuk meng-Islamkan, membunuh, atau memperhambakan kaum non-Islam, sebagaimana yang telah diperintahkan Nabi Muhamad.
Anda masih belum, dan tidak akan, memberikan sebuah contoh dari pemimpin Muslim yang mampu melakukan itu.
Anda tidak akan memberikannya karena anda tidak akan bisa. Anda bisa saja menemukan beberapa orang yang bisa mengemukakan alasan pembelaan diri dan yang menghalang-halangi (jihad) dengan berbagai cara, namun kenyataan tidak dapat dipungkiri : jihad berakar kuat dalam Quran dan Hadis dan anda tidak akan mampu untuk menemukan sebuah tradisi Muslim terkemuka--di luar kaum Sufi yang teraniaya-- yang bisa meolak total faham ini.
Sekarang tentang Billy Graham dan dukungannya untuk perang; tidak sedikitpun itu bukti bahwa ada sesuatu yang mendarah-daging dalam Kristen yang membuat perang melawan non-Kristen menjadi bagian dari kewajiban agama Kristen. Berbeda dgn Islam. Syukurlah bahwa banyak Muslim yang tidak memperdulikan ini secara serius, sebagai yang anda tunjukan berulang-ulang dengan mati-matian. Tetapi kaum non-Muslim tidak akan pernah tenang hidupnya sampai doktrin ini benar-benar dihapus dari Islam.
Ayloush:
Usaha Spencer untuk menggambarkan Islam sebagai yang tengah melakukan misi pembantaian atau pengislaman terhadap non-Muslim mencerminkan kegoblokan dan keputusasaannya, atau yang lebih sedih lagi, Islamofobia-nya (ketakutan terhadap Islam) yang tidak kunjung hilang. Taktik kesukaanya tidak lebih dari pengkutipan diluar konteks dari kalimat-kalimat di kitab Islam.
Hubungan Islam dengan non-Muslim telah diatur oleh ayat-ayat Quran seperti:
“Tidak ada paksaan dalam agama” (2:256)
“Allah tidak melarang engkau, terhadap mereka yang tidak memerangi agamamu dan yang tidak mengusirmu keluar dari rumahmu, untuk berlaku baik dan adil terhadap mereka: karena Allah mencintai orang-orang yang adil”. (60: )
Yang lebih penting lagi, sejarah panjang toleransi Islam bersaksi untuk dirinya sendiri. Jika tujuan Islam itu untuk membantai atau meng-Islamkan kaum non-Muslim lalu mengapa setelah lebih 700 tahun kekuasaan Muslim, India masih 80% Hindu? Atau mengapa orang-orang Yahudi melarikan diri dari penganiayaan orang Eropa dari banyak abad untuk lalu tinggal di bawah kekuasaan Muslim di Spanyol yang mana mereka gambarkan sebagai “Zaman Emasnya Judaisme”? Atau mengapa kebanyakan umat Nasrani Timur memilih untuk berperang di pihak saudara-saudara Muslim mereka melawan Pasukan Salib yang menyerang? Atau mengapa puluhan juta umat Nasrani masih bisa tinggal dengan aman-damai di wilayah Muslim setelah lebih dari 1400 tahun kekuasaan Muslim?
Sedangkan kolonis-kolonis Eropa yang memerlukan beberapa dekade untuk menyapu bersih kaum pribumi di Amerika; mengapa Muslim tidak bisa melakukan saja itu selama 1400 tahun? Jawabannya adalah karena tujuan Islam itu adalah untuk membebaskan manusia dari penindasan dan memberikan mereka hak pemberian-Tuhan untuk menjalankan agamanya masing-masing secara bebas dan hidup dengan harga-diri sebagai umat manusia, tidak pandang ras, agama, atau status ekonominya.
Bpk. Spencer, inilah Islam yang mayoritas Muslim mengerti dan menjalankannya.
Spencer:
Apakah “di luar konteks” adalah pembelaan yang terbaik yang bisa anda lakukan? Ini ada beberapa konteks untuk anda: Kaum berwenang Muslim sepanjang sejarah telah bertahan bahwa jihad kekerasan itu adalah bagian dari tanggung jawab komunitas Muslim. Mereka menjelaskannya seperti berikut:
Sura 9:29 berkata: “Perangilah mereka yang tidak percaya kepada Allah maupun Hari Kiamat, yang tidak menganggap haram apa yang dianggap haram oleh Allah dan Rasul-nya, yang tidak menghormati agama Kebenaran, (bahkan jika mereka) termasuk Umat-Kitab [Kristen dan Yahudi] sampai mereka membayar Jizyah [pajak khusus bagi non-Muslim] dengan merendahkan diri mereka, dan merasakan bahwa diri mereka sudah ditundukkan”.
Inilah tiga pilihan itu: masuk Islam, dihukum mati, atau menjadi hamba/dhimmi (warga kelas dua). Ayat ini diambil dari Surah At-Tawba, surah terakhir yang diturunkan. Jika ada suatu ayat berlawanan arti dengannya, Sura 9:29 harus dianggap yang lebih utama sebab surah darimana ayat tersebut berasal adalah kata terakhir Qur’an berkenaan dengan topik ini. Bahkan jika ayat-ayat yang mencerminkan tenggang rasa tidak dibatalkan menurut prinsip pembatalan Muslim (naskh), ayat-ayat toleransi seperti yang anda kutip di atas sebelumnya haruslah diartikan sesuai pertimbangan Surah 9.
Saya tidak mengarang-ngarang penafsiran ini. Ini datang dari sumber autoritas Islam sendiri yang mereka hormati: Ibn Kathir, Ibn Juzayy, Tafsir al-Jalalayn dan tidak terhitung lagi penjelasan-penjelasan Quran klasik lainnya yang diakui dan disegani. Dan mereka beranjak dari penitikberatan Muhamad tentang tiga pilihan bagi non-Muslim ini – pindah agama, mati, atau tunduk – dalam sebuah Hadis yang keras di dalam Sahih Muslim (4294).
Anda bilang, “Jika memang tujuan Islam adalah untuk membantai atau mengislamkan non-Muslim…” Anda lupa menyebutkan pilihan ketiga yaitu: tunduk (jadi hamba). Dengan demikian terjawab sudah pertanyaan anda yang lain. Ketika berhadapan dengan populasi yang sangat besar seperti umat Hindu, secara historis Muslim menempuh rute ini (penghambaan). Catatan-rekor sejarah Muslim di India adalah salah satu dari penindasan dan penzaliman yang masih berlangsung terhadap umat Hindu; inilah sebab ketegangan yang berjalan terus di antara kedua komunitas itu sampai sekarang. Dan untuk para Yahudi dan Nasrani yang hidup ‘aman-damai’ di alam Muslim, mereka pun telah merasakan apa arti dari pilihan ketiga itu, penghambaan.
Bpk. Ayloush, anda sangat paham betul bahwa Syariah (selaras dengan tiga pilihan yang dibuat Muhammad) mengajarkan bahwa kaum Yahudi dan Kristen tidak dapat dan tidak boleh diperlakukan sama dengan kaum Muslim di manapun di dalam dunia Muslim.
Bpk. Ayloush, terangkan kami mengenai konsep rasis dalam hukum Islam yang menggolongkan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai kaum dhimmi dan memaksakan mereka tunduk kepada aturan-aturan yang bersifat mempermalukan mereka dan kepada ancaman penganiayaan jika mereka berani keluar dari jalur ini. Umat Yahudi dan Kristen tidak pernah sekali dan tidak akan pernah selamanya diperbolehkan untuk berdiri sejajar dengan Muslim di bawah payung hukum Syariah.
Jika tujuan Islam adalah untuk “membebaskan manusia dari penindasan”, mengapa tidak anda sebutkan saja bahwa komunitas-komunitas Nasrani kuno berkembang subur di Asia Minor (Turki) dan Afrika Utara? Ooops – mereka sudah tersapu bersih. Mengapa orang-orang Kristen sekarang melarikan diri dari tanah-air nenek-moyang mereka di Timur Tengah secepat yang mereka bisa? Saya senang bahwa, seperti yang anda katakan, kebanyakan Muslim telah menolak semua ini, namun saya ingin melihat beberapa sumber Muslim yang sah dan berwenang melakukan ini di dalam rekaman, dan dalam rekaman mengutuk dan meminta maaf atas jihad dan pen-dhimmi-an.
Ayolah, Bapak Ayloush, marilah kita melakukan tindak nyata atas isu-isu ini. Mengejek-ejek saya tidak akan menjawab hal-hal ini.
Ayloush:
Ya, Bpk. Spencer, konteks sejarah memang sangat penting. Kenyataannya, mereka yang berpengetahuan tentang Islam dapat menjelaskan kepada anda bahwa ada ilmu pengetahuan menyeluruh dalam Islam yang dinamakan konteks penyataan (Asbab An-Nuzul) yang di dalamnya sejarah, waktu, dan kondisi dari masing-masing ayat dijelaskan. Tanpa pengetahuan ini, tidak ada seorang ahli pun yang akan mampu menafsirkan Qur’an dengan benar. Masing-masing dari 6000 ayat di dalam Quran mewakili sebuah penyataan dari Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhamad. Semasa 23 tahun, penyataan itu berkaitan dengan beragam topik mulai dari pendirian system kepercayaan yang monotheistik, sampai nilai-nilai moral, sampai kepada penentangan budaya yang tidak adil masa itu, sampai pemberian pelajaran tentang nabi-nabi dan bangsa terdahulu, dan sampai pada penyediaan bimbingan dan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh Muslim di kala terjadinya perubahan lingkungan politik dan sosial.
Sebagai contoh, ketika tawhid pertama kali dikotbahkan oleh Muhamad, para penyembah berhala Arab hanya menjalankan tekanan psikologis. Jadi ayat-ayat Quran (penyataan Allah) memerintahkan Muslim supaya tabah dan tetap tinggal di Mekkah. Kemudian, manakala tekanan itu berubah menjadi kekerasan, ayat-ayat memerintahkan Muslim untuk hijrah ke Madinah. Ketika suku-suku Yahudi di Madinah membuat persekutuan dengan Muslim, ayat-ayat baru dinyatakan yang memerintahkan Muslim untuk memegang teguh perjanjian mereka dan memperlakukan Yahudi dengan hormat dan adil.
Waktu salah satu dari suku Yahudi ingkar dari perjanjian dan membantu musuh, ayat-ayat baru memerintahkan Muslim untuk berlaku adil dan menghukum hanya suku Yahudi yang bersalah dan bukan semua suku Yahudi yang lain. Dan sesuai dengan itu juga, Muslim diperintahkan untuk memegang perjanjian-perjanjian mereka dengan kaum kafir sampai kaum kafir mengingkarinya dengan menyerang Muslim yang tak berdosa.
Lalu penyataan-penyataan baru pun datang dari Allah yang memberikan ridhoi bagi Muslim untuk membalas, dst.
Semua situasi yang khusus memerlukan tanggapan yang khusus pula. Adalah sangat menggelikan apabila sebuah ayat mengenai perlawanan dalam membela diri melawan penyerang disalahartikan dan dipakai di dalam situasi damai melawan orang-orang lain yang tidak bersalah. Cuma ekstremis semacam Bpk. Spencer dan pengikut Al-Qaeda yang akan menganjurkan penyelewengan seperti itu. Hubungan Muslim dan non-Muslim yang normal diatur oleh ayat-ayat yang saya katakan sebelumnya ditambah:
“Hai umat manusia! Lihatlah! Kami telah ciptakan kau laki-laki dan perempuan, dan telah membuat engkau menjadi bangsa-bangsa dan suku-suku supaya kalian dapat mengenal satu sama lain. Lihatlah! Yang termulia di antaramu, di mata Allah, adalah yang terbaik ahlaknya”. (49:13)
Spencer:
Anda mengkuliahi saya tentang konteks, tapi pada komentar saya sebelumnya saya juga sudah selesai menjelaskan kepada anda sejumlah konteks dari para penafsir Muslim yang sah, yang tidak sedikitpun anda indahkan. Mengapa, anda tidak bisa ? Tapi yah baiklah, pembaca yang punya perhatian akan melihat hal ini.
MODERATOR: Bapak-bapak, maafkan saya, kita sudah kehabisan waktu untuk bagian pertama dialog Islam ini. Saya ingin masuk ke dalam isu-isu yang lebih spesifik, berkaitan dengan wanita dalam dunia Muslim, apakah demokrasi mungkin, dst., dalam Bagian II, dalam isu Frontpagemag.com berikutnya.
Jadi kita akan berjumpa lagi segera, Ibn Warraq, Hussam Ayloush, Robert Spencer, dan As`ad AbuKhalil.
TAMAT BAGIAN I
Symposium: Islam, sebuah Agama Damai atau Perang? Bagian I
By Jamie Glazov
FrontPageMagazine.com | March 4, 2003
Selagi ancaman terror melanda Amerika ketika negara itu berperang dengan Iraq, muncullah sebuah pertanyaan kritis: Apakah Barat diancam kaum militan Islam ataukah justru oleh Islam sendiri ? Apakah terorisme yang mengancam Barat itu hanya kebetulan dipimpin oleh sekelompok ektrimis Islam, ataukah memang ada sesuatu dari dalam Islam sendiri yang mengajarkan dan mengobarkan “bentrokan antar kebudayaan” yang menakutkan itu? Perdebatan hangat semakin panas dan terus berlanjut: apakah mungkin bagi Islam untuk
hidup berdampingan, damai dengan, dan di dalam dunia yang demokratis dan modern?
Dalam ketiga bagian berikut (bagian II, bagian III), tiga hari berturut-turut, Majalah Frontpage mendapat kehormatan untuk menghadirkan empat ahli Islam kelas tinggi, yang memiliki perpesktif berbeda (pro-kontra).
Ibn Warraq, pengarang “Why I am Not a Muslim (Mengapa Saya Bukan Muslim)”;
Hussam Ayloush, (tokoh Muslim) direktur eksekutif dari Council on American Islamic Relations (CAIR) bagian Kalifornia Selatan;
Robert Spencer, anggota Free Congress Foundation dan pengarang “Islam Unveiled (Islam Tanpa Selubung)”;
As`ad AbuKhalil, professor ilmu politik di California State University at Stanislaus, dan asisten professor pada Pusat Studi Timur Tengah di University of California at Berkeley, pengarang buku “Bin Laden, Islam, and America's New War on Terrorism”.
-------------------------------------------------------------------------------------
[1] Hadirin sekalian, pada bagian pertama symposium Islam ini,
saya akan mulai dengan sebuah pertanyaan dan lalu menyerahkannya kepada anda.
Dalam kaitannya dengan ancaman yang sekarang tampak menimpa kepentingan-kepentingan Barat, dan jikalau kita setuju bahwa memang itu adalah sebuah ancaman, apakah dasar dari ini semua ada pada militan Islam atau, benar-benar dari dalam Islamnya itu sendiri ?
Apakah ancaman itu datang dari “ektrimis” saja ataukah memang ada sesuatu dari dalam inti Islam yang tidak bisa cocok berdampingan dengan masyarakat yang liberal, bebas, dan demokratis dan yang jadinya sekarang melancarkan serangan terhadap Barat?
Spencer:
Tidak ada seorang pun yang dapat berbicara tentang Islam secara penuh. Apa yang dianggap sangat penting untuk Islam oleh seorang Muslim bisa dianggap sesat oleh yang lainnya. Dalang teroris yang tertangkap, Sheikh Omar Abdel Rahman, berkata: “Jihad dan pembunuhan adalah yang terutama dari Islam. Jika anda membuang hal ini, berarti anda memenggal kepala Islam.”
Sebelum dipenjara, Sheikh Omar berbicara di masjid-masjid New York atas undangan Imam Siraj Wahaj, anggota penasihat CAIR (Badan Hubungan Kerjasama Amerika-Islam). Saya kira Mr. Ayloush akan menolak pandangan tentang Islam tersebut. Namun pandangan ekstrim yang menyeramkan tersebut diperkuat oleh surah2 dari Quran dan sejarah serta tradisi Islam. Muslim militan mengacu kepada perbuatan-perbuatan Muhamad sebagaimana tertulis dalam hadis yang sahih ini: “Aku telah diperintahkan untuk memerangi umat bangsa, sampai mereka menyerah dan mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan percaya kepada diriku (bahwa) akulah rasul (dari Allah) dan kepada semua yang telah kubawa sertaku. Dan ketika mereka melaksanakan itu, barulah darah dan harta benda mereka akan terjamin perlindungannya. . . “
Jadi apakah militan-militan itu sesat? Mungkin, tapi mereka mewakili tradisi Islam yang usianya setua Islam itu sendiri dan sama sah-nya dengan Islam yang damai. - - jika tidak lebih dari itu.
AbuKhalil:
Spencer (yang bukunya sudah saya baca tapi tidak saya suka) tidak pernah berhenti mempertunjukkan ketololannya tentang Islam, dan lebih dari itu. Ia hanya mengutip pengetahuannya tentang Islam dari jurnalis-jurnalis Barat atau dari imam fanatik di penjara Amerika. Ini sama saja seperti menjadikan David Koresh atau Ted Bundy sebagai penanggungjawab agama Kristen.
Penting untuk menitikberatkan bahwa: tidak satu pun dari tiga agama ini (Islam, Kristen, Yahudi) yang benar-benar bersih berkaitan dengan perdamaian dan kesamaan derajat (tentu saja bukan persamaan derajat antar jenis kelamin). Agama yang sejarahnya paling berdarah (dalam kenyataan dan perbuatan dan dalam ajarannya) tidak bisa dipungkiri lagi adalah Kristen. Spencer tidak boleh mencela Islam tanpa mencela Kristen dengan memakai ukuran yang dia pakai sendiri.
Sebagai pertanyaan, manusia sama derajatnya di seluruh dunia: dan ada kaum fanatik di setiap agama, bahkan di antara humanis-humanis yang sekuler (saya bangga termasuk dalam kelompok ini). Inilah waktunya untuk mengakui bahwa dalam setiap golongan dan bangsa terdapat segolongan yang jahat, gila, dan terorist, dan fakta ini tidak dapat diangkat untuk mempersalahkan agamanya, bangsanya, atau budayanya.
Spencer:
Omar Abdel Rahman adalah seorang profesor di universitas ternama dan terkemuka Al-Azhar, Kairo. Saya tidak yakin bahwa David Koresh atau Ted Bundy bisa sampai begitu berpengaruh dibanding dgn Sheik Omar. Saya mengutip pengetahuan dari “Jurnalis-jurnalis Barat” ? Saya cuma bersandar pada sumber-sumber Islam seperti Ibn Khaldun, Ibn Taymiyya, Muhammad Muhsin Khan, S. K. Malik, dan Sa’id Raja’i-Khorassani.
Barangkali Bpk. AbuKhalil bisa menyebut nama-nama "jurnalis2 Barat" itu ? Menyerang kepribadian seseorang memang jalan yang termudah bagi mereka yang kehilangan akal. Marilah kita kembali ke permasalahan semula.
Memang seolah-olah benar jika kita membela Islam dengan cara menjelek-jelekan Kristen, dan mencaci Kristen dengan mempertanyakan tanggung jawabnya atas kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan rejim humanis sekular seperti Hitler (yang n.b. fascist) dan Stalin (yang n.b. atheis). Perbedaan yang sangat mendasar antara Islam dan Kristen adalah bahwa Islam memiliki tradisi dan doktrin/ajaran yang memang mendorong adanya perang terhadap non-Muslim. Hanya Islamlah yang memiliki keseluruhan ajaran perang dan kekerasan yang diramu dan disebarkan oleh ulama-ulamanya yang terbesar dan ahli-ahli tafsir hukumnya mulai dari Islam klasik sampai saat ini. Ahli tafsir Maliki, Ibn Abi Zayd al-Qayrawani berkata: “Jihad adalah prinsip Ilahi . . . . . [Non-Muslim] memiliki pilihan antara masuk Islam atau membayar pajak khusus (jizya), lain dari itu peranglah yang akan dilancarkan terhadap mereka.”
As’ad, tunjukkan saya apakah pernah doktrin ini dibantah oleh satu saja aliran Islam yang terkemuka, sedangkan umat Kristen dari seluruh aliran mereka telah menolak paham perang Salib. Tentu anda tidak mampu melakukannya, karena ini adalah bagian dari Islam sendiri.
AbuKhalil:
Spencer, lagi-lagi, ia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memperlihatkan ketotolannya tentang Islam. Ulama fanatik Abdul-Rahman bukanlah professor pada Al-Azhar: dia Cuma mengajar beberapa waktu lamanya pada sebuah cabang yang hanya menumpang nama Al-Azhar, dan segera setelah pandangan-pandangan ekstremnya terbuka, dia langsung diredam oleh pengawas agama yang berwenang.
Jadi sementara administrasi Al-Azhar yang berwenang tentang hal ini menyatakan bahwa Abdul-Rahman tidak mewakili Islam, Spencer, yang tidak mempunyai hak apa-apa dalam Islam, justru berkoar-koar dan ngotot bahwa ‘Abdul-Rahman mewakili seluruh Islam dan semua umat Muslim.' Tidak ada satu demonstrasi pun yang dilakukan umat Muslim untuk membela Abdul-Rahman. Spencerlah yang terobsesi dengan orang itu lebih dari kebanyakan Muslim untuk beberapa alasan. Stalin memang sekuler, tapi Hitler tidak. Hitler menganggap dirinya sebagai seorang Kristen meskipun dia tidak setuju dengan beberapa wadah gereja. Tapi yang lebih penting dari itu, Spencer mungking mengarah kepada suatu hal di sini: dia sekarang sedang mengatakan kepada kita bahwa Gereja Katholik, dan paus-paus masa Perang Salib, organisasi-organisasi anti-Semitism, penganiayaan terhadap kaum penyihir (yang menewaskan antara 3 sampai 9 juta jiwa), dan perang-perang dari theori Thomas Aquinas (bacalah Kristen) semuanya dipimpin oleh humanisme yang sekuler. Spencer saat ini sedang mengelabui kita atau memang dia itu benar-benar ****, tidak tahu apa-apa ketika dia menyiratkan bahwa Kristen tidak memiliki ajaran yang membenarkan perang terhadap para kaum kafir-nya. Pergilah sana, baca deh buku Thomas Aquinas lalu baru balik lagi ke mari kalau mau meneruskan debat ini.
Spencer:
Saya sekarang akan mengutip kata-kata mantan pelajar dan profesor Al-Azhar yang sekarang menjadi orang Kristen dan tinggal bersembunyi dan memakai nama samaran (MARK GABRIEL) demi menghindari hukuman mati dari Islam karena murtad: “Sheikh Omar Abdel Rahman mengajarkan saya tentang topik ‘Komentar Quran’ di Universitas Al-Azhar. Ia telah meninggalkan pekerjaanya di universitas untuk memimpin dua organisasi; ‘Jihad’ dan ‘Jemaah al-Islamiyah’.
Cuma pembaca yang kurang perhatian saja yang membuat seseorang berkata bahwa “al-Rahman mewakili seluruh Islam dan seluruh umat Muslim.” Saya hanya mengatakan bahwa ia mewakili sebuah tradisi yang luas dalam Islam, sebagaimana juga yang dilakukan oleh Syaikh Agung Al-Azhar saat ini, Muhamad Sayyid Tantawi, yang menyatakan bahwa sebuah serangan bom bunuh diri yang menewaskan banyak pelalu-lalang adalah “tindakan yang sah menurut hukum agama, dan itu adalah perintah Islam”. Apakah ini sebuah pandangan ekstrem yang dasarnya ditolak seluruh umat Islam? Bagus sekali, As’ad! Saat rekrutment untuk pembom bunuh diri diadakan belakangan ini di Universitas Aleksandria di Mesir, yagn mendaftar : 2,000 pelajar !
Saya tidak akan ambil pusing dengan urusan nonsense seputar Gereja Katholik, yang sangat dibesar-besarkan oleh As’ad. Cuma seorang **** atau pendusta yang akan berpikir bahwa sayalah yang menyatakan humanisme sekuler bertanggung jawab atas dosa-dosa Gereja, atau bahwa ideologi Hitler yang jelas2 memuja berhala itu dianggap sebagai Kekristenan.
Mencoba membela Islam dengan menjelekkan Kristen memang mudah. Inilah perbedaan antara ektremisme Kristen dan Islam: Jerry Falwell, pendeta US itu, menamakan Muhamad seorang teroris. Falwell TIDAK PERNAH menyuruh siapa pun untuk membunuh apalagi terlibat pembunuhan. Sebagai tanggapan atas ucapan Falwell, delapan orang terbunuh dan 90 luka-luka dalam kerusuhan di India, dan pejabat Iran memerintahkan pembunuhan Falwell. Semua yang terlibat ini memanggil nama Islam.
Seperti demikianlah perbedaan antara Osama dan Hitler atau Karadzic, bahwa Nazisme adalah nyata-nyata anti-Kristen; Nazisme tidak pernah (dan tidak mampu) mengutip Injil untuk membenarkan perbuatannya. Karadzic adalah seorang nasionalis; dia mengincar orang-orang Kristen Kroasia, bukan saja Muslim Bosnia. Tapi lihatlah bagaimana kontras-nya, teroris-teroris Muslim mengutip Quran dan Hadis dan membenarkan diri mereka dengan mengacu kepada ajaran aqidah Islam.
Ketika seseorang terkemuka seperti mantan Dubes Iran untuk PBB, Sa’id Raja’i-Khorassani, mengatakan bahwa konsep hak asasi manusia adalah “bikinan Kristen-Yahudi” dan asing bagi Islam, kita tidak bisa begitu saja mengacuhkannya sebagai pendapat minoritas. Mengapa pandangan-pandangan “ekstrem” seperti ini berkuasa tidak hanya di Iran, tapi juga di seluruh dunia Islam? Muslim moderat harus memperlihatkan secara gamblang mengapa Islam “ekstrem” ini tidak sah – jangan cuma mengutuk Barat. Apalagi mengingat sesama Muslim yang menjadi korban dari “ekstremisme” skala besar ini.
Ayloush:
Saya kira pentinglah untuk kita katakan, saat ini, bahwa menjelekkan agama orang lain adalah berlawanan dengan ajaran Islam. Semua ekstremis memanipulasi agama untuk memenuhi kepentingan agenda kebencian mereka. Dan ya, bahkan Hitler meng-klaim sumber Kristen untuk pandangannya. Dalam sebuah pidato (Ref.: Oxford University Press), Hitler berkata: “Perasaan-perasaan saya sebagai seorang Kristen adalah bahwa Tuhan dan Juruselamat saya menunjuk saya sebagai seorang pejuang. Saya melihat seorang lelaki yang kesepian, dikelilingi segelintir pengikut, untuk mengenali siapa sebenarnya Yahudi-yahudi itu dan memanggil semua orang untuk berperang melawan mereka…”
Sebagai Muslimin, saya tahu bahwa tidak mungkin hal ini mewakili ajaran-ajaran nabi Isa. Namun ini membuktikan bahwa kita tidak boleh menghakimi satu agama berdasarkan sebagian kecil perbuatan sesat pengikutnya.
Islam, Kristen dan semua agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai, saat penganut-penganutnya berhenti membenarkan sebagian kecil pembenci di antara mereka. Tidak ada alasan untuk menghilangkan kebaikan dalam diri orang-orang yang berbeda dari kita. Saya orang Islam yang mempelajari Islam. Saya juga mempelajari Kristen dan Judaisme dari saat masih jadi pelajar muda di sekolah swasta Protestan dan dari banyak teman-teman dan anggota keluarga Kristen. Dan saya belajar bahwa lebih banyak kemiripan di antara kita daripada yang diajarkan Bin Laden atau Spencer!
Sekarang, tentang terrorisme, menurut saya lebih penting untuk mengenali bahwa ancaman in berkembang bukan hanya bagi kepentingan-kepentingan Barat saja – namun bagi seluruh dunia. Ancaman ini adalah tumbuhnya ekstremisme religius. Ekstrem Hindu di India, ekstrem Islam di Afghanistan, Pakistan, Timur Tengah, ekstrem Yahudi di Israel, ekstrem Kristen di Serbia dan bahkan di AS.
Ekstremisme tidaklah unik hanya untuk satu agama tertentu. Desember, 1999, PBB mengeluarkan sebuah laporan yang menyatakan kenaikan signifikan dari ekstremisme agama dan intoleransi di seluruh dunia. “Tidak ada agama yang bebas dari ekstremisme” adalah pernyataan laporan 23-halaman itu. Ditambahkan bahwa intoleransi beragama haruslah dipandang dari sudut yang lebih besar yakni secara kondisi ekonomis, sosial, politik yang menumbuhkembangkannya. Studi itu menunjuk bahwa “penting untuk membedakan di antara ekstremis-ekstrimis yang menggunakan Islam untuk tujuan-tujuan politiknya, yang secara fakta adalah minoritas, dengan mayoritas Muslim yang melaksanakan Islam sesuai dengan prinsip toleransi dan non-diskriminasi”.
Islam tidak bertanggung jawab atas perbuatan para ekstremis lebih dari Kristen bertanggung jawab atas Holocaust atau pembunuhan massal di Bosnia dan Kosovo. Kedua perbuatan tersebut membawa konotasi beragama dan didukung dan disoraki oleh jutaan umat Kristen.
Warraq:
Untuk Bpk. Ayloush, semua ekstremisme beragama memiliki sifat yang sama dan didorong oleh kondisi ekonomi dan politik. Hindu, Yahudi, dan fundamentalis Kristen bertanggung jawab atas aksi-aksi kekerasan namun demikian mereka hanya terisolasi di negara-negara tertentu saja. Fundamentalisme Islam memiliki aspirasi global: yakni seluruh bumi harus tunduk kepada Sharia, Hukum Islam. Kaum Hindu dan Yahudi tidak menargetkan seluruh dunia untuk jadi pengikut mereka. Kristen memang melakukan penyebaran agama namun demikian tidak dengan menggunakan terorisme internasional untuk mencapai tujuan mereka.
Ya, agama-agama monotheist memang bertanggung jawab atas banyaknya aksi kekerasan dibandingkan secara kontras dengan agama Budha. Namun Islam belum pernah dijadikan subjek introspeksi yang setara dengan yang sudah dilalui Kristen. Kedua, nilai kekerasan itu mendarah daging sifatnya dalam Islam, ini direfleksikan oleh kampanye-kampanye berdarah dan pembantaian-pembantaian yang dilakukan oleh Nabi Muhamad dan semuanya terabadikan di dalam ayat-ayat Pedang di dalam Quran. (Ada 149 surah jihad dalam Quran)
Ketika kaum Muslim melakukan aksi-aksi kekerasan, mereka melakukannya sesuai dengan aturan main mereka, karena Quran dan Hadis, berikut tafsir-tafsir mereka memang memerintahkannya demikian. Tidak ada perbedaan antara Islam dan Fundamentalisme Islam. Ketika orang Kristen bertindak memakai kekerasan mereka melakukan itu jelas sebagai pelanggaran terhadap ajaran-ajaran Yesus yang jelas-jelas mengkotbahkan toleransi, perdamaian, dan bahkan supaya merelakan pipi yang lain jika pipi yang satu ditampar.
Apa hubungan terbunuhnya 150,000 orang di tangan para Islamis di Aljazair sejak 1992 dengan kebijakan luar negeri AS ? Bukannya para ekstremis menggunakan Islam untuk tujuan-tujuan politis? Tidak ada pembedaan seperti politik dan non-politik dalam Islam, yang mengambil alih dan menghakimi secara penuh kehidupan seorang individual.
AbuKhalil:
Pertama sekali, sebagai tanggapan atas Mr. Warraq, saya merasa sangat geli untuk menjawab seseorang yang memakai nama palsu seperti itu di AS, jika kita tahu di negara ini seharusnya kita bebas dari penganiayaan beragama. Namun biarlah demikian: sekali lagi, tidak ada sebuah agama pun yang bersih prakteknya, dan saya akan benar-benar bahagia jika kita bisa menghapus saja seluruh agama yang ada. Seluruhnya, bukan hanya satu.
Kami, kaum humanis dan anti-theis, tidak menyetujui agama beralaskan dasar-dasar filsafat; namun jika memprotes terhdp satu agama saja dan membiarkan yang lain sama saja seperti fanatisme religius atau kedengkian, atau kedua-duanya. Saya heran melihat mereka yang sekuler atau liberal tapi pilih kasih: mereka repot terganggu oleh agama sebuah golongan, namun mendiamkan yang lain. Sebagai rekor kejelekan Kristen: jutaan yang mati pada abad lalu adalah mereka yang terbunuh oleh pemerintahan dan rakyat yang tidak Islam, melainkan dari dunia Barat yang Kristen. Sekarang saya ngomong tentang pesan damai-nya Kristen: Saya ingatkan kalian bahwa banyak kalangan dalam pemerintahan AS akan tidak setuju, dan Jerry Falwell belum lagi membunuh siapapun (meski dia mungkin telah mengilhami mereka yang menyerang klinik-klinik aborsi, tidak secara damai), tapi orang-orang Kristen lainnya telah membunuh.
Warraq:
Bpk. AbuKhalil silakan baca buku saya, Mengapa Saya Bukan Muslim, untuk melihat bahwa saya kritis terhadap SEMUA agama, khususnya yang monotheistik. Kenyataannya, inilah yang membuat buku saya tidak jadi best-seller, tidak seperti buku-buku anti-Islam yang ditulis orang Kristen.
Juga jelas dari semua tulisan saya bahwa saya seorang humanis sekuler yang menganjurkan pemisahan yang jelas antara urusan gereja dan negara. Orang Kristen memang ada yang membunuh namun seperti yang saya sampaikan sebelumnya, itu mereka lakukan di luar (bertentangan dengan) ajaran-ajaran Kristus mereka, sedangkan kaum Muslimin melancarkan Jihad dan membunuh dalam nama Allah dengan LEBIH DARI CUKUP pembenaran/dukungan dari Qur’an, Hadis, dan Sunnah.
Saya juga ingin menyampaikan bahwa saya merasa nada Bpk. AbuKhalil agresif dan kasar, dengan kecenderungan memperciut setiap argumen menjadi ajang penghinaan pribadi. Lebih dari itu, SEMUA anggota dekat keluarga saya masih Muslim, dan saya mengatakan ini dalam pembukaan buku saya. Kakak saya adalah orang yang paling lemah lembut yang saya tahu, dia bahkan tidak akan menyakiti seekor lalatpun. Jadi saya tidak percaya bahwa semua Muslim adalah maniak pembunuh. Pernyataan yang saya tulis setelah 9/11 (see http://www.secularism.org/) bahwa tidak semua Muslim adalah teroris, dan bahwa perlindungan kaum Muslim harus lebih ditingkatkan. Namun saya juga menunjuk secara khusus bahwa walau Muslim sering moderat, ISLAM sendiri tidaklah moderat; yang ada hanyalah perbedaan tingkatan antara Islam dan fundamentalisme Islam.
Spencer:
THn 1990 di Arizona, seorang Muslim fanatik membunuh Muslim ‘sesat’ Rashad Khalifa. Ibn Warraq tahu persis apa yang ia lawan.
Pengertian bahwa fanatisme dalam semua agama adalah sama rata itu tidak masuk akal. Lihat saja bagaimana anda harus berpayah-payah menghubung-hubungkan Falwell dengan pembunuhan; sayangnya jauh lebih mudah untuk menghubungkan “ekstremis” Muslim dengan pembantaian. Ini karena kaum "radikal" bekerja berdasarkan ajaran-ajaran Islam tradisional yang mengajarkan perang dan kekerasan.
Pandangan “umum” tentang jihad secara historis diutarakan oleh hakim agung Hanbali Ibn Taymiyyah. Dia ini sejalan dengan hukum-hukum aliran Sunni lainnya:
“Dikarenakan perang yang diridhoi pada dasarnya adalah jihad dan tujuannya yaitu supaya seluruh umat manusia hanya memiliki satu agama Allah saja (Islam) dan firman Allah-lah yang paling utama, karena itu mereka yang menghalang-halangi tujuan ini haruslah diperangi. Dan bagi mereka (muslim) yang tidak menghalangi atau tidak mampu memerangi … mereka tidak akan dibinasakan kecuali jika
mereka melancarkan perang lewat kata-kata (mis. Melalui propaganda) dan perbuatan (mis. Mata-mata atau membantu lainnya yang berperang)”.
Ini adalah rumusan dari kata-kata Muhamad sendiri dalam Hadis yang sahih dari Muslim, Bukhari, dan Abu Dawud: “Aku telah diperintahkan untuk memerangi bangsa-bangsa, sampai mereka mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah, dan percaya kepada diriku bahwa akulah sang rasul (dari Allah)… Dan pada saat mereka melakukan itu, darah dan harta benda mereka terjamin keamanannya oleh diriku…”
Tidak ada satu doktrin atau ajaran agama lain apa pun yang mirip apalagi bisa menyamai yang satu ini, Islam.
Ayloush:
Islam bukanlah agama pengalah. Islam memang memerintakan pengikutnya untuk mempertahankan diri mereka dan semua umat manusia melawan penindasan, tidak pandang bulu siapapun penyerang mereka. Namun demikian “perang yang adil” ini diatur dengan aturan-aturan yang ketat.
Al Quran berkata:
“Berperanglah di jalan Allah terhadap semua yang memerangi engkau, namun janganlah menyerang lebih dahulu, karena Allah tidak mencintai orang-orang yang menyerang”. (2:190)
“Hai orang-orang beriman, tabah dan berdirilah untuk Allah, saksi-saksi dalam keadilan, dan janganlah membiarkan kebencian sebuah bangsa menghalangimu untuk menjadi adil. Bersikaplah adil; itulah yang lebih dekat dengan kebenaran. Dan takutlah akan Allah; sesungguhnya Allah mengetahui segala perkara yang kau lakukan” (5: )
Sebagai halnya untuk kaum Yahudi dan Kristen, Islam menganugerahkan mereka status khusus dan menamakan mereka Umat Kitab (Ahl’ul Kitab) sebab kami percaya bahwa kami menyembah tuhan yang sama, Tuhannya Abraham. Kami juga percaya sejalan dengan para nabi dan kitab-kitab suci. Setelah lebih dari 14 abad pemerintahan Muslim di Timur Tengah, jutaan umat Nasrani masih berdampingan dalam kota-kota dan desa yang sama dengan saudara-saudara Muslim mereka dalam persaudaraan dan rasa saling menghormati. Pengecualian-pengecualian yang jarang terjadi mempengaruhi seluruh komunitas beragama, secara sama rata. Nabi Muhamad saw yang juga pernah mengawini seorang Nasrani dan Yahudi, berkata: “Siapapun yang menyakiti seorang Nasrani atau seorang Yahudi, itu adalah sama seperti menyakiti diriku”.
AbuKhalil:
Lihatlah Spencer bergantung kepada pemikiran Orientalisme Klassik yang tidak dapat dipercaya: dia mengutip Ibn Taymiyyah dan bukan pandangan mainstream Muslim untuk menjelaskan Muslim abad ke-21. Apakah umat Nasrani saat ini menaruh perhatian pada apa yang dikatakan St. Augustine tentang orang-orang kafir yang akan memerintah politik luar negeri mereka?
Masa lalu Islam menghantui Spencer lebih dari kebanyakan Muslim masa kini. Sedangkan untuk arti Jihad itu sendiri: Saya memiliki seluruh bagian lengkap dalam buku saya yang paling akhir (“Bin Laden, Islam, dan Perang Baru Amerika melawan Terorisme”) yang di dalamnya saya perlihatkan bahwa konsep jihad memiliki banyak arti, bukan hanya sekadar pertempuran militer dan bahwa hanya kaum fanatik seperti Bin Laden dan suara-suara anti-Muslim (seperti Spencer) yang ngotot berkata bahwa Jihad hanya berarti “Perang Suci”. Dan buku itu telah diterbitkan dalam bahasa Arab dan saya tidak terbunuh oleh Muslim fanatik karena pandangan-pandangan sekuler saya.
Saya pikir saya masih hidup, meskipun Spencer mungkin mengkutip ulama Muslim abad ke-10 untuk membuktikan bahwa sesungguhnya saya ini sudah mati. Itulah cara yang dia pakai.
Dan untuk Warraq, apakah dia ingin saya menganugerahinya penghargaan karena kebaikannya yang sudah mengakui bahwa memang tidak semua Muslim adalah teroris ? Ini mirip dengan anti-Semit yang menyatakan bahwa dia tidak anti semua Yahudi. Persis seperti yang dikatakan menlu Hitler, Von Ribbentrop, saat diadili di Nuremberg.
Spencer:
Saya mampu mengutip lusinan ayat dari sumber yang berwenang yang menganjurkan jihad, mulai dari awalnya Islam sampai saat ini. Dan AbuKhalil tentunya akan mencantol pada salah satu saja yang saya pilih untuk mengatakan bahwa saya ini tidak memaparkan pandangan yang menyeluruh. Sebenarnya As’ad, masih ada orang Kristen yang membaca St. Augustine, seperti juga masih ada Muslim yang membaca Ibn Taymiyya dan sumber-sumber lainnya yang membela jihad kekerasan.
Buku S. K. Malik yang berargumentasi bahwa Quran mengajarkan Muslim untuk memerangi kaum kaffir diterbitkan di Pakistan tahun 1979. Presiden Pakistan Zia-ul-Haqberkata bahwa itu menjelaskan “SATU-SATUNYA pola perang” yang harus dianut sebuah negara Muslim.
Yah, yah, saya tahu: pandangan marginal. Dia cuma seorang presiden saja, begitu khan ??
Anda benar, tentu saja, bahwa jihad memiliki banyak arti disamping perang melulu. Namun jika anda berpikir bahwa jihad tidak pernah, baik dulu maupun sekarang memiliki arti yang berkaitan dengan darah dan kekerasan, anda sesat, atau anda memang sedang mencoba untuk menyesatkan rakyat Amerika, inilah elemen yang sangat besar dari sejarah Islam dan kenyataan masa kini.
Ayloush:
Agama tidak boleh dinilai oleh segelintir dari bacaan kitabnya. Dan dalam kitab apapun, ekstremis bisa mencari pembenaran atas perbuatan mereka. Lihat, nih, bagaimana ayat-ayat Alkitab berikut dipakai untuk membenarkan Perang Salib dan pembunuhan ratusan ribu umat Nasrani Timur dan Muslim, Inquisition, perbudakan dan penganiayaan orang-orang kulit hitam Afrika, pemberkatan untuk tentara Nazi Jerman, Apartheid di Afrika Selatan, lingkaran pembunuhan Katholik-Protestan di Eropa, dan pemboman klinik-klinik aborsi. Semuanya di dalam nama palsu Yesus atau Tuhan.
Dalam Matius 10:34 Yesus berkata: “Janganlah berpikir bahwa aku datang membawa damai untuk dunia… tapi sebuah pedang”.
Hezekiel 9:6 “bantailah baik yang tua maupun yang muda, baik gadis maupun anak-anak, dan perempuan”
Imamat 25:44-46: “Sedangkan untuk budak-budak lelaki maupun perempuan yang boleh kau miliki: engkau boleh membeli budak laki-laki dan perempuan dari antara bangsa-bangsa yang ada di sekitarmu” engkau boleh memberikan mereka kepada anak-anakmu sesudah engkau, supaya mewarisi sebagai kepunyaannya selamanya”
Tentu saja kami Muslim tidak menilai Kristen atau Judaisme dari perbuatan-perbuatan di atas, namun lebih berdasarkan keyakinan kami sendiri kepada keseluruhan pesan damai dari nabi-nabi terhormat Musa dan Isa. Dengan cara yang sama, Islam seharusnya dinilai berdasarkan pesan damai dan kesama-rata-an sebagaimana yang dianut oleh hampir 1.3 milyar pengikutnya. Saya mengundang anda para pembaca untuk pertama-tama membaca seluruh Quran, tanpa prasangka-prasangka dari para komentator yang Islamofobis.
Warraq:
Ketika hanya sebagian kecil fundamentalis Kristen yang mempercayai bahwa Alkitab adalah betul-betul firman Tuhan, SEMUA Muslim percaya bahwa Quran adalah seyakin-yakinnya firman Allah. Ketika kebanyakan kaum Kristen tidak memiliki masalah untuk menolak ayat-ayat barbar dari Alkitab mereka, orang Muslim tidak bisa dengan mudah menolak ayat-ayat biadab mereka, yang ratusan jumlahnya dalam Quran.
Lebih dari itu, Al Quran adalah salah satu sumber dasar Syariah, Hukum Islam, sehingga jadilah Quran sebagai sumber hukuman yang biadab (potong sana-sini, penyaliban, bui), status perempuan yang lebih rendah (warisan, suami yang boleh mencambuk mereka, dsb.), racun kebencian terhadap kaum-Yahudi (anti-Semitism), kedengkian terhadap non-Muslim, dan Jihad, dari segi militer (bunuhlah kaum kafir dimanapun kau temukan mereka).
Teori dan praktek Jihad, dari segi militer diturunkan oleh ulama-ulama Muslim klasik dari Al Qur’an; para pemikir Muslim terkemuka seperti Ibn Tamiyyah, Averroes, dan Ibnu Khaldun, dan bukanlah kelompok-kelompok kelas teri yang terus-menerus mengacu kepada Quran untuk membenarkan Jihad, Perang Suci (dan berdarah-darah). Walaupun memang ada TIGA ayat Quran yang mengajarkan toleransi, mereka itu
semuanya sudah DIBATALKAN/DIABROGASI/NASKH oleh ayat-ayat Pedang yang menganjurkan pembunuhan non-Muslim.
Akhirnya, dari membaca Quran itulah ketika saya masih Muslim yang akhirnya membuat saya sadar betapa biadabnya buku tersebut, dan membuat saya mengambil keputusan untuk murtad.
AbuKhalil:
Ya baguslah, kalau kamu sampai pada kesimpulan seperti yang kau mau itu. Saya ingin mengakui, bahwa kalian (dan saya telah membaca bukumu dan buku Spencer), kalian memperlakukan Muslim sama seperti anti-Yahudi memperlakukan Yahudi: Kalian berpikir bahwa Muslim membentuk sebuah group raksasa, dan tentu saja konyol untuk berargumen bahwa “semua Muslim” berpikir bahwa Quran sebagai firman Allah dan bertindak sesuai dengan itu.
Jika kalian berpikir sedemikian, pastilah kalian juga berpikir bahwa setiap Muslim saat ini sedang mencari orang kafir untuk dibunuh, atau bahwa setiap Muslim terlibat dalam penganiayaan istrinya (sesuai dengan Surat An-Nisa’). Kenyataannya, masyarakat (dari setiap agama) bereaksi terhadap kitab suci mereka, apakah itu firman Tuhan atau nabi, dengan lebih banyak kelonggaran. Adalah sebuah perintah dalam Quran yang mengizinkan Mut’ah (nikah sementara), walaupun kaum Sunni menghilangkan hal itu beberapa tahun setelah wafatnya Muhamad.
Unsur-unsur yang menggangu, tidak toleran, dan eksklusif dari ketiga agama suci ini hanya diimani dan diikuti oleh kaum militan fanatik, tapi yang terus-menerus dinyatakan oleh Spencer dan Warraq sebagai yang mewakili seluruh Muslim di dunia.
Spencer:
As’ad, saya menyarankan anda untuk mengambil kursus membaca. Saya tidak pernah menulis atau mengatakan bahwa militan fanatik adalah yang mewakili seluruh umat Muslim. Yang saya tegaskan adalah hal-hal yang mendasar: Quran, sebagaimana anda sendiri kelihatannya sudah mengakui, isinya penuh dengan hal-hal yang menjurus kepada fanatisme yang militan dan keji.
Pun jika Quran serta Sunnah di-evaluasi ulang secara besar-besaran, fanatisme kejam masih akan selalu menjadi bagian dari Islam, dan bukan bagian kecil Islam, namun bagian yang sangat besar. Jika anda mampu menghilangkan yang satu ini, saya akan sangat kagum. Tetapi saya rasa anda tidak akan mungkin mampu melakukannya.
Oleh karena itu, perbedaan antara “bunuhlah kafir di manapun kau temukan mereka"(Sura 9:5) dengan ayat-ayat Injil yang dia kutip di atas adalah bahwa dalam Islam, kekerasan bukan akibat salah mengartikan ayat2; tetapi karena kekerasan memang terabadikan di dalam tradisi dan aqidah Islam.
Dr. Muhamad Muhsin Khan, penerjemah kumpulan Hadis Sahih Bukhari, menjelaskan bahwa ayat-ayat keras Al-Quran sebenarnya lebih diutamakan daripada ayat-ayat damainya: “Pada awalnya ‘perang’ itu dilarang dan lalu diijinkan, dan setelah itu malah diwajibkan”.
S. K. Malik dalam Konsep Perang yang Qurani menjelaskan bahwa Allah memberikan kepada kaum Muslim “Perintah Ilahi yang menjadikan perang sebagai sebuah kewajiban agama bagi orang-orang yang beriman”.
Keempat badan hukum berwenang Muslim Sunni – Shafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali – mengajarkan doktrin lengkap dari jihad yang meridhoi pembunuhan atas nama Islam. Dikatakan oleh hakim agung, filsafat dan sejarawan besar Muslim Ibnu Khaldun (wafat 1406): “Di dalam komunitas Muslim, perang suci/syahid adalah sebuah kewajiban agama, karena tujuan/misi dan kewajiban umat Muslim yang universal yaitu untuk meng-Islam-kan semua jiwa baik lewat cara pembujukan maupun lewat cara paksaan. Kaum-kaum beragama lainnya tidak memiliki tujuan yang universal, dan perang suci bukanlah kewajiban agama mereka, kecuali untuk tujuan membela diri… Islam berkewajiban untuk menjadi penguasa seluruh bangsa-bangsa lain”.
Apakah semua Muslim diatas ini lalu “Islamofobis”? Islam mempunyai tradisi kuat dalam penafsiran Qurannya yang mengizinkan kaum Muslim modern berpikir bahwa mereka dibolehkan untuk melakukan aksi-aksi kekerasan demi agamanya. Kristen tidak memiliki tradisi yang sebanding dengan hal ini.
AbuKhalil:
Spencer itu benar-benar ***** sekali ! Dia tidak mampu membedakan antara sumber yang sah dan sumber yang bahkan hampir semua Muslim tidak pernah mendengarnya. Saya akan membuat Spencer terkejut: hampir semua Muslim tidak menjadikan Quran dan Hadis sebagai pedoman hidup mereka sehari-hari; mereka tidak mencari-cari ayat setiap hari dan bertindak berdasarkannya.
Sama seperti halnya kaum Yahudi dan Kristen yang tidak membaca ayat-ayat Perjanjian Lama setiap hari untuk memulai hari mereka. Ayat-ayat yang Spencer kutip diatas itu tidak lebih menyeramkan atau mengerikan dari sejumlah bacaan dalam kitab Perjanjian Lama. Ayat-ayat tersebut hanya berlaku sejauh seseorang berminat mempelajarinya hanya di dalam konteks sejarah, meskipun orang aneh-sesat seperti Bin Laden (dan sayangnya orang-orang aneh/sesat ada di mana-mana) mungkin mengeksploitir ayat-ayat tersebut sampai habis. Untungnya, Bin Laden gagal meng-inspirasi orang kecuali segelintir fanatik yang masih dalam pelarian. Semua permohonannya kepada rakyat Arab dan semua demonstrasi Muslim yang mendukungnya tidak diacuhkan.
Spencer:
As’ad, saya kok kaget benar mendengar pengakuan anda bahwa Muslim tidak dibimbing oleh Quran dan Hadis. Namun, sebetulnya, saya sudah tahu, karena kebanyakan Muslim memang cuma ingin hidup wajar dan tidak ambil serius suruhan-suruhan untuk menumpahkan darah dan untuk membuat kekerasan yang ada dalam buku-buku tersebut. Tapi pertanyaan sekarang adalah “adakah sesuatu yang asli mendarah-daging di dalam Islam yang membuatnya tidak cocok berdampingan dengan masyarakat yang liberal, bebas, dan demokratis” ?
Saya sudah membuktikan bahwa memang ada, dan bukan cuma secuil ayat-ayat yang tersebar di sana-sini yang seenaknya bisa terkutip dari Quran, namun malah memang itu sebuah doktrin/ajaran dan tradisi yang sudah sangat lama, terpelihara dan dikotbahkan persis seperti aslinya yakni jihad kekerasan melawan non-Muslim.
Biarlah saya dikatakan ****, tapi sebodohnya saya tidak akan membiarkan anda mengibuli saya mengenai luasnya terorisme di dalam dunia Islam. Bin Laden mungkin memang seorang aneh-sesat yang belum bisa mengilhami setiap orang, tapi bagaimana dengan Jaffar Umar Thalib dan Laskar Jihad-nya di Indonesia, yang telah membunuh 10,000 orang Kristen? Bagaimana dengan Hamas, yang telah memproklamirkan “Jihad sampai menang atau sampai mati syahid” dan telah juga membunuh tidak terhitung jiwa? Bagaimana dengan Masjid Finsbury Park di Inggris , masjid-nya si teroris yang menyembunyikan bom dlm sepatunya dan ingin meledakkan pesawat AS dan tempat ditemukannya senjata-senjata, alat-alat perang kimia dan paspor palsu ?
Bagaimana dengan kelompok-kelompok teror di seantero dunia seperti organisasi Abu Nidal, kelompok Abu Sayyaf, Ahl-e-Hadees, Brigade Syahid Al-Aqsa, al-Jama’a al-Islamiyah, Al-Ittihad al-Islami, Armed Islamic Movement, ‘Asbat al-Ansar, Fighting Islamic Group, Harakat ul-Jihad-I-Islami, Hizbullah, Islamic Jihad, Jaisy-e-Muhammad, Muslim Brotherhood, dst dst ? Apa semuanya itu sekedar kelompok aneh-sesat? Semuanya mengabdi kepada Islam tapi hanya secara tragis saja menyalahartikannya? Ayolah, sadarlah. :oops: :oops:
AbuKhalil:
Kelompok-kelompok yang anda sebutkan itu terdaftar oleh pemerintah AS, yang notabene cuma menaruh perhatian pada kekerasan dan terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Muslim dan Arab. Jika kita bisa sependapat bahwa pembunuhan orang-orang tak berdosa adalah terorisme lalu Israel dan Hamas pastilah sudah masuk dalam kategori ini, walaupun Israel telah menewaskan jauh lebih banyak rakyat Palestina yang tak berdosa daripada sebaliknya. Tapi, tidak pernah pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap orang Palestina (yang tidak pernah kekurangan dukungan dari banyak kaum religius Yahudi di Israel, terlebih oleh partai-partai religius funtamentalis yang selalu ada di dalam setiap kabinet Israel) digambarkan sebagai “Terorisme Yahudi”. Juga sama seperti itu, apakah terorisme IRA yang menyeramkan itu disebut sebagai “Terorisme Katholik” atau cukup dianggap sekedar terorisme biasa tanpa ada embel-embel agama?
Spencer:
Silakan, As’ad ! Sebutlah itu terorisme Katholik. Sekarang carikan saya contoh yang lain di luar IRA. Yang akan kau dapat malah hanya Paus dan seluruh tradisi Katholik yang menentang IRA. Namun di sisi Islam, saya telah sebutkan untuk anda lusinan kelompok-kelompok yang melakukan aksi kekerasan di dalam nama Islam, dan bahkan saya mampu menyebutkan lusinan lainnya. Dan anda akan kehilangan suara ! Tidak ada satupun ---kecuali para Sufi yang dianggap menyimpang dan dianiaya oleh sesama Muslim di banyak negara--- yang mengutuk ajaran jihad yang mengilhami kekerasan Muslim ini sejak berdirinya Islam sampai hari ini. Saya sebelumnya sudah meminta anda untuk menyebutkan satu saja otoritas Muslim yang telah mengutuk perintah jihad kekerasan tapi anda tidak memberikannya, karena anda tidak mampu.
Jihad dalam pengertian perang melawan kaum kafir yang memberikan mereka pilihan untuk masuk Islam, dihukum mati, atau menjadi hamba/dhimmi adalah bagian dari aqidah Islam. Kenapa ? Karena Nabi Muhamad sendiri yang membuat aturan tentang tiga pilihan ini (Sahih Muslim 4294) dan kayaknya akan selamanya begitu.
AbuKhalil:
Saya akan berikan anda contoh-contoh di mana Muslim menolak Jihad: 1991 pada waktu Saddam mengumumkan Jihad melawan AS, semua orang (alim-ulama dan rakyat jelata) tidak mempedulikannya. Bin Laden dan kelompok sesatnya mengumumkan Jihad sedunia melawan AS setiap pekan, dan kelihatannya, mereka tidak-diindahkan. Sebuah pernyataan oleh tokoh-tokoh cendekiawan Muslim paling ternama di AS (fundamentalis dan yang kurang fundamental), para Mufti, Qadi, dan penulis-penulis dari dunia Arab yang dikeluarkan beberapa hari setelah Sep. 11 (dicetak di koran Al-Quds Al-‘Arabi dan seperti biasa tidak-dipedulikan oleh media AS sebab mereka tidak muncul di MSNBC atau Oprah) mengutuk argumen-argumen teologis Bin Laden.
Dan sebagai dukungan Kristen terhadap perang, Billy Graham belum pernah melewatkan sebuah perang AS tanpa memberikan berkatnya.
B Graham sendiri anti-Semit seperti kita ketahui lewat rekaman-rekaman Gedung Putih Nixon, dan jika Ibn Al Warraq memang peduli dengan anti-Semitisme--karena dia melupakan anti-Islamisme--dia seharusnya sudah mengutuk Graham. Sekitar 63% publik AS (banyak diantaranya orang Kristen) mendukung perang yang sebentar lagi dilancarkan terhadap Iraq, dan di Israel banyak tokoh religius Yahudi yang mengambil bagian dalam teriakan “Mampuslah Arab”, yang adalah juga hampir menjadi sebuah lagu populer di dalam politik Israel.
Spencer:
Sekali lagi, As’ad, anda menolak untuk menghadapi masalah yang ada bersama kita sekarang. Saya tidak minta anda untuk memberikan contoh orang Muslim yang menolak sebuah panggilan jihad tertentu saja. Mereka mungkin saja menolak panggilan Bin Laden karena percaya ia
tidak memiliki kewenangan yang sah untuk mengumumkan jihad jika tanpa seorang kalifah, atau bisa juga karena mereka menganggap situasi yang ada saat ini belum cocok untuk melancarkan jihad. Tetapi penolakan mereka terhadap Osama tidak membuktikan apa yang saya minta anda untuk buktikan: bahwa mereka menolak prinsip2 jihad kekerasan. Bahwa mereka menolak kekerasan sebagai bagian dari Islam. Bahwa mereka tidak percaya bahwa memang bagian dari misi Islam adalah untuk meng-Islamkan, membunuh, atau memperhambakan kaum non-Islam, sebagaimana yang telah diperintahkan Nabi Muhamad.
Anda masih belum, dan tidak akan, memberikan sebuah contoh dari pemimpin Muslim yang mampu melakukan itu.
Anda tidak akan memberikannya karena anda tidak akan bisa. Anda bisa saja menemukan beberapa orang yang bisa mengemukakan alasan pembelaan diri dan yang menghalang-halangi (jihad) dengan berbagai cara, namun kenyataan tidak dapat dipungkiri : jihad berakar kuat dalam Quran dan Hadis dan anda tidak akan mampu untuk menemukan sebuah tradisi Muslim terkemuka--di luar kaum Sufi yang teraniaya-- yang bisa meolak total faham ini.
Sekarang tentang Billy Graham dan dukungannya untuk perang; tidak sedikitpun itu bukti bahwa ada sesuatu yang mendarah-daging dalam Kristen yang membuat perang melawan non-Kristen menjadi bagian dari kewajiban agama Kristen. Berbeda dgn Islam. Syukurlah bahwa banyak Muslim yang tidak memperdulikan ini secara serius, sebagai yang anda tunjukan berulang-ulang dengan mati-matian. Tetapi kaum non-Muslim tidak akan pernah tenang hidupnya sampai doktrin ini benar-benar dihapus dari Islam.
Ayloush:
Usaha Spencer untuk menggambarkan Islam sebagai yang tengah melakukan misi pembantaian atau pengislaman terhadap non-Muslim mencerminkan kegoblokan dan keputusasaannya, atau yang lebih sedih lagi, Islamofobia-nya (ketakutan terhadap Islam) yang tidak kunjung hilang. Taktik kesukaanya tidak lebih dari pengkutipan diluar konteks dari kalimat-kalimat di kitab Islam.
Hubungan Islam dengan non-Muslim telah diatur oleh ayat-ayat Quran seperti:
“Tidak ada paksaan dalam agama” (2:256)
“Allah tidak melarang engkau, terhadap mereka yang tidak memerangi agamamu dan yang tidak mengusirmu keluar dari rumahmu, untuk berlaku baik dan adil terhadap mereka: karena Allah mencintai orang-orang yang adil”. (60: )
Yang lebih penting lagi, sejarah panjang toleransi Islam bersaksi untuk dirinya sendiri. Jika tujuan Islam itu untuk membantai atau meng-Islamkan kaum non-Muslim lalu mengapa setelah lebih 700 tahun kekuasaan Muslim, India masih 80% Hindu? Atau mengapa orang-orang Yahudi melarikan diri dari penganiayaan orang Eropa dari banyak abad untuk lalu tinggal di bawah kekuasaan Muslim di Spanyol yang mana mereka gambarkan sebagai “Zaman Emasnya Judaisme”? Atau mengapa kebanyakan umat Nasrani Timur memilih untuk berperang di pihak saudara-saudara Muslim mereka melawan Pasukan Salib yang menyerang? Atau mengapa puluhan juta umat Nasrani masih bisa tinggal dengan aman-damai di wilayah Muslim setelah lebih dari 1400 tahun kekuasaan Muslim?
Sedangkan kolonis-kolonis Eropa yang memerlukan beberapa dekade untuk menyapu bersih kaum pribumi di Amerika; mengapa Muslim tidak bisa melakukan saja itu selama 1400 tahun? Jawabannya adalah karena tujuan Islam itu adalah untuk membebaskan manusia dari penindasan dan memberikan mereka hak pemberian-Tuhan untuk menjalankan agamanya masing-masing secara bebas dan hidup dengan harga-diri sebagai umat manusia, tidak pandang ras, agama, atau status ekonominya.
Bpk. Spencer, inilah Islam yang mayoritas Muslim mengerti dan menjalankannya.
Spencer:
Apakah “di luar konteks” adalah pembelaan yang terbaik yang bisa anda lakukan? Ini ada beberapa konteks untuk anda: Kaum berwenang Muslim sepanjang sejarah telah bertahan bahwa jihad kekerasan itu adalah bagian dari tanggung jawab komunitas Muslim. Mereka menjelaskannya seperti berikut:
Sura 9:29 berkata: “Perangilah mereka yang tidak percaya kepada Allah maupun Hari Kiamat, yang tidak menganggap haram apa yang dianggap haram oleh Allah dan Rasul-nya, yang tidak menghormati agama Kebenaran, (bahkan jika mereka) termasuk Umat-Kitab [Kristen dan Yahudi] sampai mereka membayar Jizyah [pajak khusus bagi non-Muslim] dengan merendahkan diri mereka, dan merasakan bahwa diri mereka sudah ditundukkan”.
Inilah tiga pilihan itu: masuk Islam, dihukum mati, atau menjadi hamba/dhimmi (warga kelas dua). Ayat ini diambil dari Surah At-Tawba, surah terakhir yang diturunkan. Jika ada suatu ayat berlawanan arti dengannya, Sura 9:29 harus dianggap yang lebih utama sebab surah darimana ayat tersebut berasal adalah kata terakhir Qur’an berkenaan dengan topik ini. Bahkan jika ayat-ayat yang mencerminkan tenggang rasa tidak dibatalkan menurut prinsip pembatalan Muslim (naskh), ayat-ayat toleransi seperti yang anda kutip di atas sebelumnya haruslah diartikan sesuai pertimbangan Surah 9.
Saya tidak mengarang-ngarang penafsiran ini. Ini datang dari sumber autoritas Islam sendiri yang mereka hormati: Ibn Kathir, Ibn Juzayy, Tafsir al-Jalalayn dan tidak terhitung lagi penjelasan-penjelasan Quran klasik lainnya yang diakui dan disegani. Dan mereka beranjak dari penitikberatan Muhamad tentang tiga pilihan bagi non-Muslim ini – pindah agama, mati, atau tunduk – dalam sebuah Hadis yang keras di dalam Sahih Muslim (4294).
Anda bilang, “Jika memang tujuan Islam adalah untuk membantai atau mengislamkan non-Muslim…” Anda lupa menyebutkan pilihan ketiga yaitu: tunduk (jadi hamba). Dengan demikian terjawab sudah pertanyaan anda yang lain. Ketika berhadapan dengan populasi yang sangat besar seperti umat Hindu, secara historis Muslim menempuh rute ini (penghambaan). Catatan-rekor sejarah Muslim di India adalah salah satu dari penindasan dan penzaliman yang masih berlangsung terhadap umat Hindu; inilah sebab ketegangan yang berjalan terus di antara kedua komunitas itu sampai sekarang. Dan untuk para Yahudi dan Nasrani yang hidup ‘aman-damai’ di alam Muslim, mereka pun telah merasakan apa arti dari pilihan ketiga itu, penghambaan.
Bpk. Ayloush, anda sangat paham betul bahwa Syariah (selaras dengan tiga pilihan yang dibuat Muhammad) mengajarkan bahwa kaum Yahudi dan Kristen tidak dapat dan tidak boleh diperlakukan sama dengan kaum Muslim di manapun di dalam dunia Muslim.
Bpk. Ayloush, terangkan kami mengenai konsep rasis dalam hukum Islam yang menggolongkan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai kaum dhimmi dan memaksakan mereka tunduk kepada aturan-aturan yang bersifat mempermalukan mereka dan kepada ancaman penganiayaan jika mereka berani keluar dari jalur ini. Umat Yahudi dan Kristen tidak pernah sekali dan tidak akan pernah selamanya diperbolehkan untuk berdiri sejajar dengan Muslim di bawah payung hukum Syariah.
Jika tujuan Islam adalah untuk “membebaskan manusia dari penindasan”, mengapa tidak anda sebutkan saja bahwa komunitas-komunitas Nasrani kuno berkembang subur di Asia Minor (Turki) dan Afrika Utara? Ooops – mereka sudah tersapu bersih. Mengapa orang-orang Kristen sekarang melarikan diri dari tanah-air nenek-moyang mereka di Timur Tengah secepat yang mereka bisa? Saya senang bahwa, seperti yang anda katakan, kebanyakan Muslim telah menolak semua ini, namun saya ingin melihat beberapa sumber Muslim yang sah dan berwenang melakukan ini di dalam rekaman, dan dalam rekaman mengutuk dan meminta maaf atas jihad dan pen-dhimmi-an.
Ayolah, Bapak Ayloush, marilah kita melakukan tindak nyata atas isu-isu ini. Mengejek-ejek saya tidak akan menjawab hal-hal ini.
Ayloush:
Ya, Bpk. Spencer, konteks sejarah memang sangat penting. Kenyataannya, mereka yang berpengetahuan tentang Islam dapat menjelaskan kepada anda bahwa ada ilmu pengetahuan menyeluruh dalam Islam yang dinamakan konteks penyataan (Asbab An-Nuzul) yang di dalamnya sejarah, waktu, dan kondisi dari masing-masing ayat dijelaskan. Tanpa pengetahuan ini, tidak ada seorang ahli pun yang akan mampu menafsirkan Qur’an dengan benar. Masing-masing dari 6000 ayat di dalam Quran mewakili sebuah penyataan dari Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhamad. Semasa 23 tahun, penyataan itu berkaitan dengan beragam topik mulai dari pendirian system kepercayaan yang monotheistik, sampai nilai-nilai moral, sampai kepada penentangan budaya yang tidak adil masa itu, sampai pemberian pelajaran tentang nabi-nabi dan bangsa terdahulu, dan sampai pada penyediaan bimbingan dan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh Muslim di kala terjadinya perubahan lingkungan politik dan sosial.
Sebagai contoh, ketika tawhid pertama kali dikotbahkan oleh Muhamad, para penyembah berhala Arab hanya menjalankan tekanan psikologis. Jadi ayat-ayat Quran (penyataan Allah) memerintahkan Muslim supaya tabah dan tetap tinggal di Mekkah. Kemudian, manakala tekanan itu berubah menjadi kekerasan, ayat-ayat memerintahkan Muslim untuk hijrah ke Madinah. Ketika suku-suku Yahudi di Madinah membuat persekutuan dengan Muslim, ayat-ayat baru dinyatakan yang memerintahkan Muslim untuk memegang teguh perjanjian mereka dan memperlakukan Yahudi dengan hormat dan adil.
Waktu salah satu dari suku Yahudi ingkar dari perjanjian dan membantu musuh, ayat-ayat baru memerintahkan Muslim untuk berlaku adil dan menghukum hanya suku Yahudi yang bersalah dan bukan semua suku Yahudi yang lain. Dan sesuai dengan itu juga, Muslim diperintahkan untuk memegang perjanjian-perjanjian mereka dengan kaum kafir sampai kaum kafir mengingkarinya dengan menyerang Muslim yang tak berdosa.
Lalu penyataan-penyataan baru pun datang dari Allah yang memberikan ridhoi bagi Muslim untuk membalas, dst.
Semua situasi yang khusus memerlukan tanggapan yang khusus pula. Adalah sangat menggelikan apabila sebuah ayat mengenai perlawanan dalam membela diri melawan penyerang disalahartikan dan dipakai di dalam situasi damai melawan orang-orang lain yang tidak bersalah. Cuma ekstremis semacam Bpk. Spencer dan pengikut Al-Qaeda yang akan menganjurkan penyelewengan seperti itu. Hubungan Muslim dan non-Muslim yang normal diatur oleh ayat-ayat yang saya katakan sebelumnya ditambah:
“Hai umat manusia! Lihatlah! Kami telah ciptakan kau laki-laki dan perempuan, dan telah membuat engkau menjadi bangsa-bangsa dan suku-suku supaya kalian dapat mengenal satu sama lain. Lihatlah! Yang termulia di antaramu, di mata Allah, adalah yang terbaik ahlaknya”. (49:13)
Spencer:
Anda mengkuliahi saya tentang konteks, tapi pada komentar saya sebelumnya saya juga sudah selesai menjelaskan kepada anda sejumlah konteks dari para penafsir Muslim yang sah, yang tidak sedikitpun anda indahkan. Mengapa, anda tidak bisa ? Tapi yah baiklah, pembaca yang punya perhatian akan melihat hal ini.
MODERATOR: Bapak-bapak, maafkan saya, kita sudah kehabisan waktu untuk bagian pertama dialog Islam ini. Saya ingin masuk ke dalam isu-isu yang lebih spesifik, berkaitan dengan wanita dalam dunia Muslim, apakah demokrasi mungkin, dst., dalam Bagian II, dalam isu Frontpagemag.com berikutnya.
Jadi kita akan berjumpa lagi segera, Ibn Warraq, Hussam Ayloush, Robert Spencer, dan As`ad AbuKhalil.
TAMAT BAGIAN I