Muslim wajib kompensasi korban2 Jihad selama 1400thn

Informasi tentang masa pra-Islam dan perkembangan Jihad di seluruh dunia
Post Reply
User avatar
pod-rock
Posts: 829
Joined: Tue Nov 28, 2006 1:25 pm

Muslim wajib kompensasi korban2 Jihad selama 1400thn

Post by pod-rock »

http://europenews.dk/en/node/13861

Menuntut ganti Rugi (Kompensasi) dari Muslim?
Reparations From Muslims?
oleh: Fjordman

Awal September 2008, muncul tuntutan agar Perancis membayar ganti rugi karena tindakan kolonialnya dimasa lalu di Aljazair. Tuntutan ini diikuti penandatanganan persetujuan antara Italia dan Libya berupa investasi sebesar US$5 Milyar utk mengakhiri perselisihan ttg hal ini. Perjanjian selama 25 tahun ini termasuk pembangunan jalan raya antara Mesir dan Tunisia serta dikembalikannya Patung Marmer Kuno tak ternilai ke Libya yang dibawa ke Roma dijaman kolonial.

Penyelesaian ini adalah sebuah “pengakuan moral akan kerusakan yang ditimbulkan di Libya oleh Italia selama perioda kolonial,” kata Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi. “Italia mengakui kesalahan sejarah di Libya dan pemerintah Italia yang meminta maaf telah bertindak positif,” kata Sekretaris Partai FLN (Partai Pembebasan National), Al-Said Abu Haja pada harian El-Khaibar.

FLN memimpin perang kemerdekaan dari Perancis antara tahun 1954 dan 1962. “Kami harap Uni Eropa mampu menekan bekas kekuatan2 kolonial seperti Perancis dan membuat mereka membayar atas apa yang telah mereka lakukan di Aljazair,” tambah Haja. “Aljazair meminta Perancis minta maaf jauh sebelum Libya meminta Italia melakukan hal yg sama. Perancis menduduki daerah kita selama 130 tahun.”

Saya bukan ahli dalam sejarah kolonial Perancis, tapi seingat saya, Perancis adalah negara yang paling tidak bermotivasi utk menjejakkan pengaruhnya di Aljazair selama masa Pembajakan Laut Barbary, yang terus melakukan kegiatan2 jahat mereka diabad 19. Perioda dimana Kolonialisme Perancis berkuasa merupakan satu2nya periode dimana Aljazair merasakan peradaban sejak dikuasai kekaisaran Romawi.

T
A
P
I

Muslim telah menjarah Eropa, khususnya daerah selatan dan bahkan sampai masuk ke-utara hingga pengunungan Alpen, terus menerus sejak abad ke-7. Malah, satu-satunya perioda selama lebih dari 1300 tahun ketika mereka tidak melakukan penyerangan ini adalah pada masa Kolonialisme Eropa.

Jadi itulah yang sekarang mereka keluhkan?? Kompensasi atas hilangnya potensi Jizyah dari kafir ??? Apalagi sekarang malah lebih banyak orang Afrika Utara menetap dan menjadi lintah darat di Perancis dibandingkan dgn jumlah orang Perancis di Afrika Utara. Jika orang non-Eropa tidak tahan akan kolonisasi dan mengusir orang asing, kenapa orang2 Eropa tidak boleh melakukan yg sama?

Saya bahkan tidak akan menyebutkan tentang Spanyol dan Portugis yang berada dibawah kuasa kolonial ISLAM lebih lama daripada Aljazair. Seperti Ibn Warraq katakan dalam bukunya “Defending the West”:

“Saat kehadiran Perancis berakhir empat tahun lebih cepat sebelum mereka secara memalukan diusir oleh Inggris dan Turki, kerajaan Ottoman akan menjadi Tuan di Mesir sejak tahun 1517, total selama 280 tahun. Meski jika kita menghitung protektorat Perancis dan Inggris belakangan, Mesir masih dibawah kontrol barat selama 67 tahun, Syria selama 21 tahun dan Irak hanya 15 tahun – dan tentu saja, Saudi Arabia tidak pernah ada dibawah kontrol Barat.

Ini sebaliknya dengan Spanyol Selatan, yg berada dibawah kuasa Muslim selama 781 tahun, Yunani selama 381 tahun dan Byzantium – Ibukota orang Kristen yang mengalahkan Roma – yang masih ditangan Muslim. Tapi tidak ada tuntutan kompensasi dari Spanyol ataupun Yunani dari Muslim.”


Dari Semenanjung Iberia, Muslim merampok daerah Mediterania selama berabad-abad. Dibawah ini penjelasan Timothy Gregory mengenai Sejarah Byzantium:

“Ditahun 826 Pulau Kreta direbut oleh Arab dari Spanyol dan tahun 827 Orang Arab di Spanyol mampu menginjakkan kaki mereka di Sisilia. Kehadiran orang Arab didua pulau itu punya akibat serius bagi Byzantium. Kreta menjadi markas “Perampok” Arab yang menjadikan daerah Aegean dan garis pantainya tidak aman bagi orang2 Byzantin dan juga mengganggu perdagangan didaerah tsb.

Markas Arab di Sisilia menjadi awal dari gangguan arab bagi Byzantin dan kontrol Arab akan Italia selatan dan Sisilia yang termasuk juga wilayah kePausan dan, akhirnya, kekuatan lain dari Eropa Barat. Orang2 Arab juga memakai Sisilia sebagai markas utk merampok Italia dan Kepulauan Balkan.”


Alasan kenapa Vatikan menjadi “Kota didalam Kota” di Roma dengan Pertahanan tersendiri adalah karena serangan berulang-ulang dari Muslim Saracen. Berikut adalah beberapa kutipan dari Buku: Rome: Art and Architecture, yang diedit oleh Marco Bussagli:

“Proyek utama pembangunan yg diperintahkan Paus Leo IV umumnya adalah pendirian benteng diarea Vatikan. Setelah kerusakan yang ditimbulkan oleh Muslim Saracen di Basilika St. Peter, yang sangat mengejutkan dunia, diputuskan untuk membentengi area disekitar St. Peter. Paus Leo III sudah memutuskan hal ini pula, tapi pengerjaannya masih sedikit karena banyaknya kehilangan material2 utk pembangunan ini. Paus Leo IV, yang sudah memperbaiki dinding Aurelian, Gerbang2 dan Menara2, mengorganisir pekerjaan ini sedemikian sehingga dalam waktu empat tahun semuanya selesai.

Tgl 27 Juni 852 upacara pemberkatan dinding/benteng ini dilakukan, dilakukan oleh Paus sendiri dan petinggi2 Gereja Katolik, yang bertelanjang kaki dan kepala mereka digosoki oleh abu, mengelilingi benteng pelindung tersebut dan memberkatinya dengan air suci, pada setiap gerbang mereka berdoa minta perlindungan terhadap musuh yang mengancam keberadaan mereka. Area tertutup ini lalu mengambil status “Kota dalam Kota”, yang membuatnya terpisah dan berbeda dari kota Roma lainnya.”

“Meski mengalami kekalahan tahun 849 dan 916 dipantai2 Napoli, Geta dan Amalfi, muslim Saracen terus menyerang dan merampoki dusun2 dan menjarah pinggiran kota Roma, menyebabkan kondisi kehidupan disana yang sebelumnya memang tidak baik menjadi semakin parah. Menghadapi hal demikian ini, bukan hanya Vatikan saja yang dibentengi, tapi gereja San Sebastiano di Appian Way, St. Agnese di Via Nomentana, dan San Lorenzo di Via Tiburtina juga diperkuat pertahanannya.”


Sekarang para muslim mengeluh karena mereka ingin ‘jaman keemasan penuh dengan jizyah’ itu kembali. Ini yang dikatakan mantan muslim Ali Sina dalam bukunya “Mengenal Muhammad”:

“Chauvinisme, kefanatikan, kesombongan, arogansi, megalomania, kebodohan, sikap bangga berlebihan, kerakusan, birahi, meremehkan hidup dan karakter2 tercela lainnya yang menjadi sifat Muhammad terpatri pada setiap individu muslim, hingga mereka berhasrat utk mengikuti ‘teladan’ snabi mereka.

Mulai dari Raja hingga jongos, dari Presiden hingga pesuruh, muslim menganggap diri mereka lebih baik dari manusia lainnya. Mereka yakin suatu hari Islam akan mendominasi dunia, umat manusia akan tunduk pada mereka, dan mereka akan menjadi TUANnya Dunia. Perasaan Kepentingan Diri berlebihan ini diungkapkan dengan baiknya oleh Dr. Mahatir Muhammad, Bekas PM Malaysia dalam pertemuan puncak Konferensi Organisasi Islam Dunia tahun 2003.

Dia mengakui bahwa muslim2 awal memang membangun ‘peradaban’ mereka dengan mempelajari karya2 Yunani dan akademisi2 lainnya sebelum islam, lalu Mahathir berbangga diri dengan menambahkan bahwa “Orang2 Eropa harus berlutut dikaki akademisi muslim agar bisa mengakses warisan pusaka akademis mereka sendiri.” Dalam pidatonya dia mengundang para muslim utk menyiapkan ‘senjata dan roket2, bom2 dan pesawat perang, tank2 dan kapal perang’ untuk menaklukan para non-muslim pencela dan utk sekali lagi menguasai mereka.”


Yang terkena paling parah adalah populasi di Balkan. Orang2 Balkan, karena kedekatannya dengan Byzantium, adalah daerah yang paling canggih di Eropa abad Pertengahan, sampai Turki Ottoman menghancurkan daerah ini. Salah satu hal yg paling mengerikan yg dilakukan oleh penguasa Ottoman adalah dikumpulkannya anak2 lelaki dari minoritas Kristen yg lalu dipaksa masuk islam dan dijadikan Janissary (pasukan khusus) serta diajarkan utk membenci kerabat mereka sendiri.

Dr. Andrew G. Bostom, penulis buku “The Legacy of Islamic Antisemitism and The Legacy of Jihad”, mengutip karya akademisi Vasiliki Papoulia, yg menjelaskan perjuangan putus asa yg terus menerus dilakukan oleh populasi Kristen melawan pajak tinggi Ottoman (jizyah) yang dipaksakan pada mereka:

“Jelas2 populasi tsb menolak keras… standar pajak sebesar ini hanya bisa diterapkan secara paksa. Mereka yang menolak harus menyerahkan anak lelakinya – yg paling sehat, tampan dan terpandai – utk kemudian digantung ditengah-tengah kota. Meski demikian tetap saja ada kelompok2 yang berani melawan. Tahun 1565 sebuah pemberontakan terjadi di Epirus dan Albania.

Mereka membunuh perwira2 perekrut dan pemberontakan ini bisa dipadamkan hanya setelah sang Sultan mengirim 500 pasukan sebagai bantuan terhadap pasukan lokal. Kita bisa tahu lebih banyak lagi dari arsip2 Sejarah Yerroia tentang pemberontakan di Naousa tahun 1705 dimana penduduk membunuh Pemimpin Silahdar, Ahmed Celebi, dan asisten2nya lalu melarikan diri ke gunung dan jadi pemberontak. Belakangan sebagian dari mereka tertangkap dan dihukum mati.”


Pihak Kristen mencoba melawan kekejian2 ini selama berabad-abad:

“Karena tidak ada kemungkinan lolos dari pajak jizyah tsb, penduduk sana mulai mencari-cari alasan. Ada yang lari dari dusunnya dan pindah ke kota2 tertentu yang tidak menetapkan hukum gantung terhadap anak2 mereka atau pindah ke daerah yang dikuasai oleh orang2 Venesia. Akibatnya adalah terjadi depopulasi daerah tsb. Ada juga yang segera menikahkan anak2 mereka meski belum cukup umur… Nicephorus Angelus .. menyatakan bahwa ada kalanya anak2 lari atas inisiatif mereka sendiri, tapi ketika mereka dengar orang tuanya ditangkapi dan disiksa sampai mati, mereka kembali dan menyerahkan diri.

La Giulletiere menceritakan sebuah kasus dimana seorang anak muda Athena yang kembali dari persembunyian utk menyelamatkan nyawa ayahnya lalu memilih mati daripada masuk islam. Menurut bukti2 dari sumber2 di Turki, ada orang tua yang sukses merebut kembali anak mereka setelah anak tersebut direkrut dan masuk islam. Cara paling sukses utk lolos dari perekrutan ini adalah lewat penyuapan. Praktek yang meluas ini terbukti dari banyaknya jumlah uang yang disita sang Sultan dari para pegawai korupnya.”


Lee Harris dalam bukunya “The Suicide of Reason” (Bunuh dirinya Akal Sehat) menjelaskan bagaimana praktek Devshirme ini terjadi dgn cara merekrut anak muda terbaik, terpandai dan tersehat, anak2 Alpha dari populasi non-muslim:

“Para tukang pukul Janissary punya tugas melindungi tuan mereka dari musuh dalam dan musuh luar,” tulis Vasiliki Papoulia. “Untuk melaksanakan tugas ini maka mereka dilatih secara hebat dan khusus, pendidikan para Janissary terkenal dimasyarakat Ottoman.

Training ini mungkin karena telah dilakukan transformasi spiritual dari anak2 kristen itu dan diubah menjadi manusia tempur bagi kejayaan Sultan dan agama baru mereka, islam.” Anak2 kristian ini harus diubah menjadi islam2 fanatik.

Mereka harus dicuci otak, seperti kita katakan sekarang, dan ini bisa dilakukan secara efektif kepada anak2 yang sepenuhnya terputus hubungan dengan orang tua dan keluarga mereka. Dengan menjauhkan anak2 itu dari rumahnya dan memindahkan mereka ke bagian ‘dunia’ lain, praktek devshirme ini meyakinkan bahwa tidak akan ada konflik kesetiaan antara keluarga dan tugas kewajiban bagi kerajaan. Semua kesetiaan akan difokuskan pada kerajaan dan sang Sultan.”


Praktek2 ini menguras kekuatan dari populasi kristen.

“Perekrutan (penculikan) dari anak2 alpha ini punya dua akibat, keduanya baik bagi kekaisaran Ottoman, tapi buruk bagi populasi kristen tsb. Dengan mengisi pos2 kritis di kekaisaran Ottoman dengan anak2 muda yang terpilih itu akan menciptakan sebuah Meritocracy (pemerintahan yang orang2nya terpilih berdasarkan merit/jasa belaka) – jika ada seorang anak muda yg kuat, berani, pandai dan setia secara fanatik, karirnya mampu naik hinnga jenjang cukup tinggi; dan kadang dia bisa masuk ke elite kekuasaan, meski tetap gelar formalnya adalah Budak sang Sultan.

Kekaisaran Ottoman dikuatkan lewat perekrutan anak2 alpha ini, dan sekaligus melemahkan populasi lawan mereka dengan mengambil anak2 terbaik dari beberapa generasi mereka. Berkat institusi dari Devshirme, semakin kuat anak2 kristen maka semakin kuat dia bisa dijadikan alat utk melawan kristen dan menjadi pejuang muslim fanatik yang dipakai utk mengatasi masalah apapun yang muncul.”


Raphael Israeli dalam bukunya tahun 2008 “The Islamic Challenge in Europe” melacak islamisasi dibeberapa negara Eropa, dari Swiss hingga Inggris dan menjelaskan usaha2 utk menciptakan kembali Kekaisaran Ottoman dan memakai Balkan sebagai titik luncur bagi Jihad:

“Setelah kejatuhan komunisme di rejim2 baru yang kita kenal tahun 1991, Republik Kosovo dan pemimpinnya, Ibrahim Rugova, membuka kantor di Tirana. Perpecahan Yugoslavia sebagai kebutuhan yang dibangunkan oleh mimpi lama akan Albania yang lebih besar lagi, yang sekarang mengincar tidak hanya Kosovo, tapi juga sebagian besar dari Macedonia, Yunani, Serbia dan Montenegro dimana populasi orang2 Albania telah menetap bertahun-tahun. Bangkitnya kesadaran muslim di Balkan, setelah kejadian Bosnia, sekarang berlaku sebagai katalis utk menyatukan seluruh populasi Albania didaerah tsb dibawah panji2 Albania Besar dan Islam.

Ditahun 1992 mereka bergabung dalam negara2 Konferensi Islam, dan telah bekerja utk menarik dukungan dari negara islam lain akan rencana Albania Besar ini, malah mereka menamakan diri mereka sebagai “Perisai Islam” di Balkan. Sementara ledakan populasi Albania di Kosovo, yang membuat mereka mampu mendominasi dan menuntut pemisahan diri, sebenarnya tidaklah terjadi didalam Albania itu sendiri, mungkin sebuah pertanda, seperti di Palestina dan Bosnia, bahwa “Perang Populasi lewat Kelahiran” yang diusung oleh para fundamentalis dan nasionalis muslim bukanlah sekedar pertumbuhan alami tapi termotivasi secara politis, mereka memang diperintahkan utk mempunyai anak banyak."


Sekarang selagi seluruh dunia Barat menghadapi serangan2 Jihad Islami, akan baik sekali jika kita mendengarkan mereka yang tahu garis depan, seperti Serge Trifkovic dalam bukunya “Defeating Jihad” :

"Peperangan di Balkan sampai abad 21 adalah akibat langsung warisan dari kebrutalan Muslim2 Turki. Jadi kenapa tidak ada satu negarapun, satu orangpun yang menuntut PERMINTAAN MAAF DARI PEMERINTAH TURKI karena pembantaian2 yg mereka lakukan ? Muslim seharusnya membayar ganti rugi akan tindakan2 mereka di masa lalu, dimulai dengan ganti rugi kpd orang2 Armenia yang menderita akibat Jihad paling ringan se-abad yang lalu, lalu berlanjut ke orang2 Serbia, Bulgaria, Yunani, Kroasia dan negara2 lain yang menderita selama ratusan tahun penganiayaan dan eksploitasi ditangan muslim."

Kita bisa meneruskan kenegara2 Eropa lainnya yang juga menderita serangan dan pendudukan serta perbudakan oleh pembajak2 Barbary Afrika Utara selama lebih dari seribu tahun. NEGARA2 INI HARUSNYA MENUNTUT PERMINTAAN MAAF DAN GANTI RUGI FINANSIAL DARI ORANG2 ARAB DAN TURKI.

Jika negara2 tsb tidak punya uang utk membayar, kita harus menuntut DUNIA ISLAM KESELURUHAN secara kolektif utk bertanggung jawab dan menuntut kompensasi dari anggota2 Organisasi Konferensi Islam yang kaya seperti Saudi Arabia. Sambil melakukan itu, kenapa tidak menuntut juga kompensasi bagi semua korban2 Jihad, orang Yahudi yang terusir dari Mekah-Medinah dan Timur Tengah hingga ke orang India, yang puluhan juta meninggal selama ribuan tahun dikangkangi islam?
Post Reply