ZULFIKAR : PEDANG MUHAMAD DAN ALI
http://www.ezsoftech.com/islamic/badr.asp
“Dari semua agama besar yg dimiliki umat manusia, hanya Islam yg lahir dlm pedang di tangan. Islam dari dulu menggantungkan diri pada pedang, dan selama 1300 tahun para mullah berkotbah Jumat di mesjid sambil mengenakan pedang, pun kalau terbuat dari kayu, sbg lambang kepercayaannya.” — Sir Valentine Chirol dlm majalah Foreign Affairs, vol. i. No. 3.
Dlm bab kesimpulan dari buku fenomenal Sir William Muir berjudul Life of Mahomet (Kehidupan Muhamad), ia mengatakan :
“pedang adalah hukuman tidak terelakkan bagi penolakan terhdp Islam” dan : “Pedang Muhamad dan Quran adalah musuh fatal, yang paling besar yg pernah dikenal dunia, bagi peradaban, kebebasan dan kebenaran.” 1
Ketika Khalid menang atas suku Bani Jazma, sebelah selatan Mekah, dan membantai tawanannya, ia mendapatkan julukan “Pedang Allah” (Saiful Allah) dari bibir Mohamad, walau ia tidak setuju 100% atas tindakannya. 3 Diantara kaum Arab kuno, pedang selalu menyandang sebuah karakter. Zaid ibn ‘Ali membanggakannya :
“The wielded sword-blade knows my hand, the spear obeys my lusty arm.” (“Pedang saya mengenali tangan saya, tombak saya mematuhi lengan kuat saya.” )
Sementara ‘Ali ibn Abi Talib, pahlawan terbesar Islam, memiliki syair2 utk memuja pedangnya, yg dikutip dimanapun di semenanjung Arab utk menunjukkan keperkasaannya dlm pertempuran :
“Our flowers are the sword and dagger,
Narcissus and myrtle are nought;
Our drink is the blood of our foemen,
Our goblet his skull when we’ve fought.” 4
(Bunga2 kami adalah pedang dan keris,
Bunga narsis dan pohon myrtle (?) hanya nol;
Minuman kami adalah darah musuh kami,
Cangkir kami adalah tengkorak musuh yg kami perangi.)
Mereka yg pernah tinggal dgn kaum Badui gurun pasir akan sering mendengar pernyataan2 khas ini, “Sejarah pedang adalah sejarah umat manusia,” dan ; “Tanpa adanya pedang, maka hukum Muhamad juga tidak akan eksis.”
Pelancong terakhir ke Yaman, Ameen Rihani, menulis: “Saya tidak melebih2kan kalau saya mengatakan bahwa perang terus menerus, dgn interval damai pendek, adalah kondisi yg ada di Al-Yaman. Selama rejim Turki, Saif-ul-Islam (Pedang Islam) tidak pernah menganggur.” 5
Kerajaan Ottoman: Bendera2 dgn pedang Zulfikar
http://www.crwflags.com/fotw/flags/tr-zulf.html
Bendera Selim I
Pedang berbentuk gunting diatas itu (sandjak merah) adalah milik sultan Ottoman, sultan Selim I, melambangkan pedang Zulfikar. Bendera ini dibawa ke Mesir oleh Selim I (1466-1520) dan kini bisa dilihat di Musum Topkapi, Istanbul. Selama abad2 XVI & XVII, bendera2 Zulfikar tersebar luas dlm angkatan bersenjata Ottoman dan bendera2 merah Zulfikar yg tertinggal dlm pertempuran2 di Eropa bisa dilihat dlm museum2. Bahkan di Doge Palace di Venesia, anda dapat melihat Zulfikar dlm bendera merah, segi tiga.
http://www.4dw.net/royalark/Yemen/yemen.htm
Lambang Yaman
Kamus2 bahasa Arab mencatat ribuan kata bagi pedang. Dan dinasti2 Arab dari abad pertama Islam sampai sekarang selalu jatuh bangun lewat pedang.
Perang Badr
Kemungkinan Muhamad mendapatkan pedang pertamanya dari hasil jarahan Perang Badr. Ini distribusi hasil jarahan tsb, sbgm dijabarkan oleh Muir (hal. 113):
“… Hari berikutnya didekat Safra, barang jarahan dibagi2kan secrara adil kpd seluruh pasukan, setelah dikurangi dgn 1/5 yg diperuntukkan bagi nabi. … Mohamad mendapatkan onta terkenal milik Abu Jahl DAN SEBUAH PEDANG BERNAMA ZULFIKAR. Pedang ini dipilihnya sesuai dgn statusnya sbg nabi, menurut adat yg mengijinkannya memilih apapun yg disukainya dari barang jarahan sebelum dibagikan..” (Cf. Sahih Muslim, ed. Constantinople, 1329, Part IV, hal. 146.)
The sword of Holy Prophet Muhamad
http://islam.pakistanway.com/ShowPic.aspx
http://www.sunna.info/souwar/img13.htm
http://www.muskurahat.com/islam/historical.asp
Dlm hadis2 lain, pedang terkenal itu dikatakan diberikan kpd Muhamad oleh Jibril. Kemudian ia mewariskannya kpd menantunya, ‘Ali, yg membelah kepala Marhab, pejuang raksasa Yahudi di benteng Khaibar. 7 Bentuk anehnya itu nampaknya memang sesuai dgn tradisi, dan gambar pedang itu bisa ditemukan dimanapun didunia Islam dari Maroko ke Cina. Gambar pedang tsb dijadikan sbg lambang perisai pangeran2 Zaidit dari Yamn , dan juga bisa dilihat dari salah satu bendera pasukan Turki, sekitar 8 meter, yg direbut oleh Don Juan dari Austria dari Turki dlm pertempuran Lepanto. 8
Gambar depan kami adalah reproduksi Cina dari sebuah gambar ttg pedang Mohammed, diterbitkan di Beijing. 9 Disebelah kiri ada tulisan Cina yg singkatnya berisi :
(ali5196 : sorry, gambarnya tidak dimuat dlm artikel asli, jadi kami tidak dapat memasukkannya kesini)
“Ada seorang pemberontak bernama Abu Sufyan yg memimpin pasukan berjumlah 7000 tentara. Ia menginginkan jubah kekuasaan Medinah yg diterima Mohamad dari Allah. Sesuai dgn perintah Allah 3000 infanteri berdiri tegak dan melindungi Mohamad dlm pertempuran berdarah. Yg paling terpuji, ‘Ali, dikirim utk memimpin kaum beriman, namun pedangnya tiba2 patah, namun Allah dlm sebuah keputusan yg dikirim malaikat Jibril mengirimkan sebuah pedang magis bermata dua, Dhu’l-Faq ar (Zulfikar), dari langit, yang penuh hiasan. Ini ia turunkan kpd nabi, yg kemudian memberikannya kpd ‘Ali, yang paling terpuji. Jadi dgn pedang ini ia mampu membantu infanteri dan menghancurkan musuh, dan terlebih lagi, mengalahkan mereka secara total. Setelah itu ia berhasil menghentikan dan meng-eksterminaasi setiap pemberontakan dgn kekerasan dan membuka jalan bagi kebenaran …”
Huruf Cina dipinggir pedang berarti: “utk menghindari pengaruh yg tidak diinginkan,” yg berarti bahwa gambar pedang ini dimaksudkan utk dipakai sbg jimat. Pada permukaan ceper pedang yg berbentuk aneh ada kata2 “La fata mithl ‘Ali, wa la saif mithl Dhu’l-Faq ar,” yg berarti “Tidak ada pahlawan spt ‘Ali, dan tidak ada pedang spt Dhu’l-Faq ar.” Di bagian kiri pedang dlm gambar itu terdpt gambar tasbih nabi, dan disebelah kanan lambangnya.
Dlm seni Persia, tidak ada tokoh yg lebih terkenal selain ‘Ali dgn pedangnya yg tidak kalah kemasyurannya, Dhu’l-Faq ar. Sebuah reproduksi pedang itu, diambil dari sebuah kotak kaca Persia, bisa dilihat dlm Encyclopædia of Islam (vol. i. p. 961). Dlm ensiklopedi itu, ada artikel yg ditulis E. Mittwoch yg mengatakan bahwa, menurut tradisi, pedang itu adalah bekas milik seorang kafir bernama Munabbih b. al-Hajjaj. Nama pedang itu berhubungan dgn ekspresi Saif Mufaqqar, “sword with the notch.” Ini disebut dlm sejumlah hadis yg dikumpulkan, misalnya oleh Ibn Saad, ii. 2 diantara Shama’il dlm seksi fi Suyuf al-Nabi. Menurut tradisi, pedang ini diukir tulisan merujuk pada uang darah (diyah), yg berakhir dgn kata2 “la yuqtal muslim bi kafir” (“Tiada Muslim yg akan dibunuh bagi kafir”).
nice ...
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Sword_of_the_Prophet
…
Menurut tradisi umum, pedang ini termasuk kepemilikan nabi yg paling berharga. Dan tiada orang yg lebih berhak utk mewarisi pedang tsb kecuali ‘Ali. Ia saudara sepupu dan menantu nabi, ia menjadi Kalif keempat setelah kematian Muhamad. Ia menerima 16 luka di Ohod, dan mengangkat bendera pada hari kemenangan atas Khaibar. Ia menghancurkan patung2, gambar2 dan MERATAKAN KUBURAN di Medinah. 12 Ia menghukum kafir dgn kematian lewat api. 13 Dan dari legenda2 ttg dirinya ia digambarkan sbg pejuang berani dan orang suci. (????)
http://www.hf.uib.no/religion/popularik ... hib02.html
Dlm gambar ini, spt kebanyakan ilustrasi ttg Ali, ia memegang salah satu ciri khasnya : pedang bermata dua, Zulfikar.
Dlm pertempuran Siff ia dikatakan telah membunuh 523 lelaki dlm satu hari dgn pedangnya ini. Banyak lagi cerita2 fantastis ttg dirinya : bgm ia memisahkan kepala dari tubuh musuh dan membelah tubuh2 musuh dgn pedang kesayangannya, Dhu’l-Faq ar. 14
…
Terlepas dari cerita2 fantastis dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya, fakta menunjukkan bahwa sejak jaman dahulu kala, para khotib di mesjid berkotbah sambil memegang sebuah pedang atau tongkat. Ini dicatat dlm komentar ttg buku doa Al-Ghazali oleh Al Murtada, 17. Ini karena pedang menunjukkan bahwa kota itu telah direbut lewat pedang, contoh : Damascus. “Jadi, jika kau memalingkan diri dari Islam, (pedang ini) masih berada dlm tangan Muslim utk berperang melawanmu sampai kau kembali kpd Islam.”
Di setiap kota yg diambil secara damai, contoh : Kairo dan distrik2nya, tongkat kayu yg digunakan. “Namun para pakar berbeda pendapat dan mengatakan bahwa setengahnya Kairo direbut secara paksa dan setengah lainnya direbut secara damai, oleh karena itu prakteknya adalah membawa pedang kayu utk menyatukan kedua kenyataan ini..” 18
Karena kebiasaan membawa pedang atau tongkat kedlm mesjid pada setiap Jumat siang, kami memberikan pengamatan mendetil Lane ttg Mesir. 19 Katanya, begitu suara azan selesai, pengikut berdiri dan lalu “pembantu mesjid yg disebut dgn ‘Murakkee,’ membuka pintu lipat di bagian bawah tangga mimbar, mengambil dari belakangnya sebuah pedang kayu lurus dan, berdiri disebelah kanan pintu masuk dgn bagian kanannya menghadap kpd qiblat, ia menggenggam pedangnya di tangan kanan dng ujungnya menghadap tanah. Dlm posisi ini ia mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah dan malaikat2nya memberi rahmat kpd nabi. …’ lalu seseorang atau lebih yg disebut ‘Muballigh,’ yg berposisi di dikkeh, melafalkan : ‘Ya Allah, berikan rahmatmu dan selamatkan yang paling tersuci diantara para Arab dan ‘Agam (orang asing), Imam Mekah dan El-Medinah ….’dst dst . . . sang khotib berdiri dan memegang pedang kayu spt cara Murakkee, menyampaikan doa yg disebut dgn khutbet el-wa‘az.”
Orientalis Jerman, C. H. Becker, dlm pengamatannya juga menjelaskan pentingnya adat yg digambarkan oleh Lane diatas. 20 “Sang pengkotbah naik ke mimbar dgn sebuah tongkat atau pedang atau tombak atau panah di tangan kanannya.”
Penyelidikannya menyimpulkan bahwa mimbar ini dulunya tempat duduk nabi saat berperan sbg hakim. Ia memulai adat ini sekitar 7M. Pedang atau tongkat dan mimbar dari dulu merupakan lambang kekuasaan. Mereka disebut al-‘ud ani, yi kedua barang dari kayu dan dijelaskan bahwa dulunya merupakan sebuah “mimbar an-nabi wa- ‘asahu,” yi mimbar dan tongkat nabi. Kata Becker: “Sebuah tongkat oleh bangsa2 primitif dianggap sbg lambang superioritas atas mereka yg tidak memilikinya. Barang siapa memiliki tongkat sbg senjata bisa menyerang, bisa menghukum. Sang tongkat kemudian menjadi lambang kekuasaan di tangah Allah atau ketiga wakilnya (nabi, imam atau raja). . . . Kemudian, tongkat itu menjadi pedang.”
Solat Jumat tidak pernah komplet tanpa pedang atau tongkat ditangan khatib saat ia berkotbah. Adat ini adalah universal dan bisa ditelusuri pada contoh Muhamad sendiri di mimbar mesjid di Medinah . Kemudian para kalif sering menegaskan hak mereka utk menaiki mimbar dgn pedang atau tongkat. 21
Charles M. Doughty: “Pedang adalah kunci dari surga dlm bayangan mereka. Orang2 Arab yg nampak tidak suka perang namun senewen ini, berlarian spt serigala yg siap mencabik2 negara2 diperbatasan. . . . Agama pedang Arabia harus dipuaskan dgn pedang ….” 22
Mari kita melihat Quran.
Kata pedang (saif) tidak ada dlm Quran, kecuali sebuah ayat yg dikenal sbg Ayat Pedang (9:5) atau Ayatu’s-Saif. 23
[9.5] Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dlm bukunya ‘the Historical Development of the Quran,’ Canon E. Sell mengatakan:
“Dikatakan bahwa ayat terkenal ini atau Ayatu’s-Saif, atau ‘ayat pedang,’ mengabrogasi (membatalkan) restriksi yg tidak mengijinkan Muslim utk memulai perang.
“Terlebih lagi, ayat ini juga mengabrogasi 25 ayat2 bersifat damai selama periode Mekah :
‘Dispute not unless in kindly sort with the people of the Book.’ Suratu’l-Anakabut (xxix) 45. . . .”
Ayat Pedang ini menjadi dogma Islam yg begitu penting sampai mengabrogasi bukan hanya satu atau dua ayat, namun ratusan ayat2 dlm Quran yg mengajarkan pengampunan dan kebakan terhdp kafir. Memang, tidak ada satupun ayat yg paling penting dlm seluruh Quran spt prinsip2 abrogasi (nullification) dari ajaran2 sebelumnya.
Ayat2 yg diabrogasi, spt yg dijelaskan oleh Anwar-ul-Haqq, adalah sbb:
26 2:133; 2:188; 2:214; 2:257 (“Tidak ada paksaan dlm agama”); 3:19 (“Kewajibanmu hanya berdakwah”); 4:66; 4:82; 4:92, 93; 4:86 and 90; 5:2; 5:99; 6:66; 6:91; 6:104; 6:106, 107, 108, 112, 136, 138; 6:159, 160; 7:179, 198 ("Make the best of things and withdraw from the ignorant”); 8:73; 9:7; 10:99 (“Betulkan kalian akan memaksa orang menjadi pengikut”); 10:102, 108; 10:42, 47; 11:15 (“Kau hanya memperingatkan”); 13:40; 15:3; 15:85, 89, 94; 16:84; 16:126, 128; 17:56; 17:110, 19:40; 19:76, 87; 20:130, 135; 22:48, 55, 67; 23:56, 98; 24:53; 25:64; 27:94; 28:55; 29:49; 30:60; dan 50 ayat lainnya yg dikatakan telah diabrogasi oleh Ayat Pedang ! Itu sekitar lebih dari 110 ajaran yg diabrogasi oleh Ayat Pedang — pedang Allah dan Mohamad.
Pada permulaan karirnya, Muhamad mengajarkan Islam dgn mengajar, berkotbah dan dgn argument. Tetapi begitu ia merebut kekuasaan, ia meridhoi penggunaan pedang. Oleh karena itu tidak aneh bahwa dlm Surat 9 yg mengandung Ayat Pedang ini, ia menggunakan kalimat menakjubkan : ‘Allah dan rasulnya’ tidak kurang dari 16 kali. .
Evolusi doktrin pedang ini ditelusuri oleh pakar Islam (Ibn ‘Abidin, vol. iii. p. 237, dikutip F. A. Klein, The Religion of Islam, p. 174) sbb:
“Ketahuilah bahwa perintah utk bertempur diwahyukan secara bertahap, karena nabi tadinya diperintahkan utk menyampaikan pesannya, lalu mendiskusikannya dan mencoba meyakinkan kafir lewat argumen2 ; lalu kaum beriman diijinkan utk berperang; tadinya mereka diperintahkan utk berperang kecuali di bulan2 suci, lalu kemudian, tanpa pembatasan apapun.”
Pendeta C. C. Adams, Ph.D. dlm tesisnya ttg The Modern Reform Movement in Egypt, menulis artikel yg muncul dlm Al-Urwah al-Wuthqah dari Tarikh Muhammad ‘Abduh (vol. ii. pp. 250 seq.) ttg ajaran masa kini:
“Adalah kewajiban semua Muslim utk mempertahankan otoritas Islam dan kekuasaan Islam atas negara2 yg dulu pernah Muslim dan mereka tidak diijinkan dlm keadaan apapun utk bersikap damai ataupun mencapai konsensus dgn siapapun yg ingin menguasai mereka, sampai mereka mendapatkan otoritas sepenuhnya tanpa membagikannya dgn siapapun.”
Dan oleh karena itulah sampai sekrarang, jihad adalah “kewajiban umum semua Muslim lelaki, bebas (bukan budak), dewasa, sehat dlm pemikiran dan memiliki kemampuan utk mencapai pasukan Muslim. . . . Dan ini harus dilanjutkan sampai seluruh dunia berada dibawah kekuasaan Islam . . . Islam harus dirubah secara keseluruhan kalau doktrin Jihad ingin dihilangkan.” 27
------------------------------------------------
Notes
1 Vol. iv. p. 322.
2 Heroes and Hero Worship , p. 56. Carlyle modified his ideal portrait of the Arabian Prophet in his lecture on the “Hero as Poet,” pp. 103-104.
3 Muir’s Life of Mahomet, vol. iv. pp. 135, 193.
4 As-Saif wa’l khanjar ríh anuna,
‘Uffun ala’l narjis wa’l as
Shar abuna dam a‘ad auna,
Wa jumjumat ras al kas.
5 Arabian Peak and Desert , p. 109.
6 Margoliouth’s Mohammed, pp. 259, 269.
7 Richard Burton , The Book of the Sword ( London , 1884), p. 141.
8 Ibid., p. 142.
9 The translation of the Chinese is by Rev. Claude L. Pickens. It indicates that the Chinese-Moslems probably use it as an amulet. Islamic Magic gives this sword a place, as does Jewish Magic the sword of Moses (R. C. Thompson, Semitic Magic, p. xviii). I have seen pictures of it on walls of houses and mosques in Egypt , Persia and India .
10 Richard Burton, The Book of the Sword, p. 41. Cf. Schwarzlose, Die Waffen der Alte Arabieren .
11 Cf. on the booty of Badr, Kitab-al-Maghazi of Waqidi (Wellhausen), p. 83; on what those received who took part, Bukhari (Krehl), 64:12; and on Mohammed’s legacy at his death, the references in Wensinck Handbook of Early Mohammedan Tradition, p. 162. Also Sa hi h Bukhari with the Commentary of Qastalani, vol. v. p. 200, near the bottom.
12 Musnad, vol. i. pp. 87, 110, 128, 138.
13 Bukhari, 88:2.
14 Article on “‘Ali,” Encyclopædia of Islam, p. 284.
15 The Miracle Play of Hasan and Husain , vol. i. p. 51.
16 Ibid ., pp. 65, 67, 68.
17 Al-Murtada on the Ihya, vol. iii. p. 220.
18 Cf. E. E. Calverley, Worship in Islam ( Madras , 1925), p. 148. In the Futuh-al-Buldan of Baladhuri we read that Mohammed said: “All cities or districts were conquered by force, but Al Medina was conquered by the Koran” (Hitti’s translation, p. 21).
19 Lane’s Manners and Customs of the Modern Egyptians, pp. 86, 87.
20 Die Kanzel im Kultus des alten Islam (“ Islam Studien ,” Leipzig , 1924), pp. 451, 456, 457, 469. Cf. Ghazali, Ihya, 1, p. 130; Juynboll, Handleiding t. Moh. Wet . , pp. 80-81.
21 Ibid ., pp. 459, 461, 462. If the use of the sword in the pulpit were among the innovations it would have been mentioned as such in Kitab al-Mudkhal, which deals with all later developments of the Islamic cult.
22 Arabia Deserta , vol. ii. p. 379.
23 For the teaching of the Koran regarding Jihad, or holy war, see Dr. H. T. Obbink’s Die Heilige Oorlog (Leyden, 1901); the articles by W. R. W. Gardner, “Jihad” (Moslem World, vol. ii. p. 347), and S. V. R. Trowbridge “Mohammed’s View of Religious War” (Moslem World, vol. iii. p. 290); especially article on “Djihad” in Encyclopædia of Islam.
24 This order which restricted fighting to defensive warfare is, according to Husaini and Baidhawi, abrogated by the Ayatu’s-Saif.
25 Baidhawi, vol. ii. p. 98.
26 Abrogation in the Koran , Lucknow , 1925. His excellent monograph is based on the Koran commentary of Jalalain, and the standard work of Abu’l Qasim Hibatallah b. Salama of Baghdad (died 1019)—Al-Nasikh wa’l Mansukh. This book is one of the standard authorities and discusses 201 verses of the Koran that are abrogated on the basis of 95 different commentaries (Brockelmann, vol. i. p. 192). On the doctrine of abrogation see the commentaries on Surah 2:105 or As-Siyuti’s Itqan, vol. ii. pp. 20-27.
27 D. B. Macdonald, Article on “Djihad” in Encyclopædia of Islam