Duladi wrote:Ibnu Ishaq menyebut 9 "SIFAT PALING BAGUS" yang ada pada Muhammad.
Kesembilan pujian di atas, tidak dapat kita jadikan RUJUKAN FAKTA SEJARAH, karena itu hanyalah PUJIAN, bukan KISAH RIWAYAT HIDUP.
botak85 wrote:Ibnu Ishak adalah penulis sejarah Nabi yang paling tua, lahir di Madinah tahun 85 H, dan meninggal tahun 151 H.
Adakah lagi selain Ibnu Ishak, penulis sejarah Nabi yang dapat diambil sebagai rujukan?
Kalau perkataan Ibnu Ishak tidak kamu percayai, tunjukkan fakta sejarah lain yang mendukung pendapat kamu.
Saya tahu, mana perkataan Ibnu Ishaq yang layak dipercaya dan mana yang sekedar sebagai
PUJIAN KOSONG sehingga tidak layak dipakai rujukan.
Apakah kamu masih tidak mengerti juga, mana yang FAKTA dan mana yang PUJIAN?
Dapatkah sebuah pujian dianggap sebagai fakta, padahal tidak sesuai dengan kisah hidup sebenarnya?
Pernahkah kamu berpikir, kenapa seorang Ibnu Ishaq atau bahkan para penulis sejarah Islam pada umumnya, dapat menulis kisah hidup Muhammad secara jujur namun kemudian memberikan kesimpulan yang berbeda?
Kita beruntung, karena para sejarawan Islam tertua tidak ber-apologi sebagaimana para penulis sejarah Islam abad 20 semacam Haekal atau Mubarakfury berapologi.
Satu-satunya yang dapat dilakukan para sejarawan abad 8-9 M itu hanyalah MENUTUPI KEJELEKAN MUHAMMAD dengan MEMUJI-MUJI MUHAMMAD.
Sedangkan kisah-kisah hidup Muhammad yang mereka catat hampir bisa diyakini kebenarannya, seperti kisah perampokannya ataupun kisah-kisahnya yang lain.
Duladi wrote:Kalau kamu masih ngotot menjadikan puji-pujian Ibnu Ishaq di atas sebagai kebenaran (fakta),
Sekarang coba kamu temukan untuk saya, BUKTI DARI KISAH HIDUP MUHAMMAD yang menguatkan kesembilan KATA-KATA PUJIAN di atas dari Buku Sirah karangan Ibnu Ishaq/Ibnu Hisyam sendiri.
Botak wrote:untuk apa diambil data rujukan dari Ibnu Ishak dan Ibnu Hisyam ?
toh, kamu sudah tidak percaya dengan perkataan dan tulisan mereka, untuk apa lagi data lain dapat dipercaya?
Kamu masih tidak mengerti. Sebuah kalimat pujian saja tanpa disertai BUKTI DARI KISAH KEHIDUPANNYA, bagaimana dapat dipercaya?
Kalau antara KISAH HIDUP yang dipaparkan SELARAS dengan PUJIAN, maka saya akan menerima kedua hal itu sebagai kebenaran.
Tapi karena KISAH HIDUP dengan PUJIAN yang diberikan sang penulis tidak selaras, maka saya harus memilih salah satu: Mana yang benar, KISAH HIDUPNYA ataukah PUJIANNYA?
Tidak mungkin saya menganggap PUJIAN-PUJIAN itu suatu kebenaran, karena KISAH HIDUP yang dipaparkan bertolak belakang sama sekali.
Bagaimana kamu bisa memaksa saya menelan PUJIAN-PUJIAN itu sebagai kebenaran sementara KISAH HIDUPnya tidak mendukung?
Botak wrote:Seharusnya kamu yang menunjukkan dari sumber sirah yang lain, tunjukkan ketidak benaran apa yang ditulis Ibnu Ishak dan Ibnu Hisyam.
Seorang penulis yang jujur akan membuat KESIMPULAN sesuai dengan APA YANG DIA CERITAKAN.
Tetapi Ibnu Ishaq / Ibnu Hisyam membuat KESIMPULAN yang berbeda dengan APA YANG MEREKA CERITAKAN. Ibarat mereka menceritakan A tapi kesimpulannya B.
Duladi wrote:Saya menangkapnya, ada 2 maksud kenapa muslim kebanyakan gemar sekali mengumbar kata-kata SETINGGI LANGIT untuk Muhammad:
1) Untuk menyenangkan hati Muhammad agar kelak Muhammad memberi syafaat bagi keselamatan muslim di hari kiamat. Ini seperti orang Nasrani yang memuji-muji nabi Isa setinggi langit untuk menyenangkan hati nabi Isa. Namun perbedaannya, nabi Isa bisa mendengar pujian umatnya karena nabi Isa masih hidup hingga saat ini (beliau tidak mati, melainkan terangkat ke surga), sementara Muhammad tidak bisa mendengar apa-apa karena dia sudah mati.
Botak wrote:Ternyata pengetahuan kamu tentang HIDUP dan MATI sangat dangkal.
Yang mati hanyalah JASAD JASMANI, sedangkan RUH tetap hidup sampai hari kiamat.
ternyata……. DULADI yang dibanggakan kafir dalam forum ini hanyalah TONG KOSONG.
Orang yang mempercayai ORANG MATI bisa mendengar, berarti ia telah melakukan DOSA SYIRIK.
Kecuali kamu memang seorang penganut ANIMISME, maka saya tidak akan berkomentar.
Duladi wrote:2) Untuk menipu pikiran sendiri, agar tidak menilai perbuatan jahat/buruk Muhammad secara obyektif, karena pikiran sudah disumpal dengan JORGAN-JORGAN KATA SANJUNGAN yang bermakna sebaliknya. Ibaratnya ada seorang maling sehabis mencuri, dia berkata dalam hatinya kuat-kuat: "Aku tidak mencuri, aku tidak mencuri". Jadi timbul keyakinan palsu dalam benaknya bahwa dia bukan maling walau sebenarnya memang maling. Seorang muslim agar tidak menilai buruk Muhammad, maka muslim "DIPAKSA" menanamkan hal yang sebaliknya ke dalam pikiran mereka. Jadi yang diyakini oleh umat muslim sebenarnya bukan fakta, melainkan sebuah kayalan atau imajinasi hasil menghipnotis diri sendiri (=self-hipnotis).
Botak wrote:yang saya lihat, adalah cara fikir kamu, yang sudah terpatri dengan sangat kuat dalam benak kamu, MUHAMMAD JAHAT, MUHAMMAD PEMBOHONG, MUHAMMAD PERAMPOK, sehingga kamu tidak melihat semua kebaikan yang ada pada pribadi Muhammad.
Dapatkah KE-9 KATA-KATA PUJIAN Ibnu Ishaq di atas dianggap sebagai BUKTI KEBAIKAN PRIBADI MUHAMMAD, sedangkan semuanya BERTENTANGAN dengan KENYATAAN?
Botak wrote:Seorang dermawan yang kaya raya, dengan tulus membantu si miskin, dalam penilaian kamu..HALAH…. DIA HANYA PAMER KEKAYAAN.
Ada peribahasa: Setitik nila merusak susu sebelanga.
Kita tidak bisa mengatakan Muhammad itu MAKHLUK PALING BERAKHLAK, MAKHLUK PALING SEMPURNA, bila kita jumpai hal-hal jelek pada diri Muhammad.
Hitler pun, mungkin juga suka membantu si miskin. Tapi apakah lantas hal itu melenyapkan image dirinya sebagai seorang PEMBANTAI SADIS dan menempatkan dia sebagai MAKHLUK MULIA?
Sekalipun Muhammad suka membantu orang miskin, apa gunanya kalau dia seorang perampok dan tukang perkosa?
Apakah dosanya sebagai perampok dan tukang perkosa akan dianggap lenyap karena dia membantu orang miskin?
Botak wrote:karena sebenarnya dalam hati kamu ada penyakit, sehingga kamu tidak dapat lagi melihat kebaikan, yang terlihat oleh mata hati kamu kebalikannya.
Kalau kamu pintar, semestinya kamu bisa menilai bahwa sebenarnya yang hatinya ada penyakit adalah MUHAMMAD.
Karena Muhammad suka memaki manusia sebagai "SETAN".
Ini satu masukan buat kamu yang belum tahu. Di dalam kitab suci agama-agama lain yang pernah saya baca, sebutan "SETAN" adalah sebutan bagi RUH atau KUASA KEGELAPAN. Jadi, sebutan itu memang sebutan untuk SETAN yang sesungguhnya.
Namun, di dalam agama kita, sebutan "SETAN" ternyata lebih banyak ditujukan kepada "musuh Muhammad", yaitu orang-orang yang dibenci oleh Muhammad.
Jadi, sebutan itu bukan untuk SETAN yang sesungguhnya, melainkan
SEBUAH MAKIAN.
Semisal kamu benci kepada saudaramu, lalu kamu berkata: "SETAN kamu!!!"
Seperti itulah Muhammad memaknai SETAN, bukan untuk SETAN yang sesungguhnya, melainkan sebuah MAKIAN atau UNGKAPAN KEBENCIAN terhadap manusia lain.
Itulah bedanya, SETAN dalam ISLAM dengan SETAN dalam agama lain.
Dalam agama lain, musuh manusia adalah SETAN dalam arti sebenarnya, yaitu RUH KEGELAPAN.
Sedangkan dalam agama kita, musuh MUSLIM adalah MANUSIA yang dimaki sebagai "setan".
Baca di sini penjelasan saya:
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ya-t29735/