Page 3 of 7

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 10:57 am
by kutukupret
akukom wrote:Jadi kesimpulannya Mohamad itu PEDOPHILE
CRESCENT-STAR wrote: saya sudah katakan YA !! itu kesimpulan kamu yang banyak salah membaca Quran dan hadits. yang tanpa ilmu dlm berbicara hanya bermodal tendensius.
silakan kamu bebas memiliki kesimpulan itu, tapi jangan berharap itu adalah sebuah KEBENARAN.
silakan kamu meyakini demikian, menyimpulkan demikian ... simpan saja.
saran saya sebelum menilai dan ingin penilaiannya dihargai orang, maka HARGAI dulu diri kamu sendiri dgn ILMU dan Kejujuran hati serta motivasi yg bersih dan lurus.
Berarti Hadis 2 ini adalah HADIS2 PEDOPHILE dong.

Hadist Sohih Muslim (International Islamic University)

Sahih Muslim Book 008, Number 3310:
http://www.iiu.edu.my/deed/hadith/musli ... l#008_3310
'A'isha (Allah be pleased with her) reported: Allah's Apostle (may peace be upon him) married me when I was six years old, and I was admitted to his house when I was nine years old.

Sahih Muslim Book 008, Number 3311
http://www.iiu.edu.my/deed/hadith/musli ... l#008_3310
'A'isha (Allah be pleased with her) reported that Allah's Apostle (may peace be upon him) married her when she was seven years old, and he was taken to his house as a bride when she was nine, and her dolls were with her; and when he (the Holy Prophet) died she was eighteen years old.

Hadist Sohih Bukhari (International Islamic University)

Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 64
http://www.iiu.edu.my/deed/hadith/bukha ... 07.062.064
Narrated 'Aisha:
that the Prophet married her when she was six years old and he consummated his marriage when she was nine years old, and then she remained with him for nine years (i.e., till his death).

Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 65
http://www.iiu.edu.my/deed/hadith/bukha ... 07.062.065
Narrated 'Aisha:
that the Prophet married her when she was six years old and he consummated his marriage when she was nine years old. Hisham said: I have been informed that 'Aisha remained with the Prophet for nine years (i.e. till his death)." what you know of the Quran (by heart)'

Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 88
http://www.iiu.edu.my/deed/hadith/bukha ... 07.062.088
Narrated 'Ursa:
The Prophet wrote the (marriage contract) with 'Aisha while she was six years old and consummated his marriage with her while she was nine years old and she remained with him for nine years (i.e. till his death).

Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 236.
http://www.iiu.edu.my/deed/hadith/bukha ... 05.058.236
Narrated Hisham's father:
Khadija died three years before the Prophet departed to Medina. He stayed there for two years or so and then he married 'Aisha when she was a girl of six years of age, and he consumed that marriage when she was nine years old.

Sahih Bukhari Volume 5, Book 58, Number 234
http://www.iiu.edu.my/deed/hadith/bukha ... 05.058.234
Narrated Aisha:
The Prophet engaged me when I was a girl of six (years). We went to Medina and stayed at the home of Bani-al-Harith bin Khazraj. Then I got ill and my hair fell down. Later on my hair grew (again) and my mother, Um Ruman, came to me while I was playing in a swing with some of my girl friends. She called me, and I went to her, not knowing what she wanted to do to me. She caught me by the hand and made me stand at the door of the house. I was breathless then, and when my breathing became Allright, she took some water and rubbed my face and head with it. Then she took me into the house. There in the house I saw some Ansari women who said, "Best wishes and Allah's Blessing and a good luck." Then she entrusted me to them and they prepared me (for the marriage). Unexpectedly Allah's Apostle came to me in the forenoon and my mother handed me over to him, and at that time I was a girl of nine years of age.

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:26 pm
by Duladi
CRESCENT-STAR wrote:kemenangan2 Nabi saw thd musuh2nya adalah melalui TEROR yg Allah tanamkan dalam hati para musuh nabi saw.
Bukan awloh, tapi Muhammad sendiri yang menanamkan TEROR (rasa ketakutan) itu. Untuk membuat orang-orang kafir itu takut, dia memberi contoh siksaan dan hukuman yang brutal. Lalu dia mengklaim: "Inilah AZAB AWLOH di dunia, nanti di akhirat ada lagi siksa neraka."

Orang berhati jahat seperti ini, bagaimana bisa kamu ikuti? Muhammad melakukan itu semua bukan karena DIA DI POSISI YANG BENAR, justru dia berada di posisi yang salah. Muhammad adalah PENJAHATNYA. Dia menyerang, merampok, memperkosa dan memperbudak tawanan. Dia paksa semua orang tunduk kepadanya. Muhammad hanyalah seorang kepala gengster belaka, bukan UTUSAN ILAHI. Dia membuat semua orang yang mengikuti ajaran-ajarannya menjadi jahat sama sekali. Dia hendak membuat semua orang masuk ke neraka.

Saya akan beri 1 contoh kisah, bagaimana sikap bengis itu menjadi suatu hal yang lumrah dilakukan oleh para pengikutnya:
  • Ibnu Abbas telah meriwayatkan sebuah hadits yang berbunyi, bahwa ada seorang laki-laki buta yang istrinya senantiasa mencela dan menjelek-jelekkan Nabi Muhammad saw. Lelaki itu berusaha melarang dan memperingatkan agar istrinya tidak melakukannya. Sampai pada suatu malam (seperti biasanya) istrinya itu mulai lagi mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. Merasa tidak tahan lagi, lelaki itu lalu mengambil kapak kemudian dia tebaskan ke perut istrinya dan ia hunjamkan dalam-dalam sampai istrinya itu mati. Keesokan harinya, turun pemberitahuan dari Allah SWT kepada Rasulullah saw yang menjelaskan kejadian tersebut. Pada hari itu juga, beliau mengumpulkan kaum Muslimin dan bersabda:

    “Dengan menyebut asma Allah, aku minta orang yang melakukannya, yang sesungguhnya tindakan itu adalah hakku; mohon ia berdiri.

    Kemudian (kulihat) lelaki buta itu berdiri dan berjalan dengan meraba-raba sampai dia turun di hadapan Rasulullah saw, kemudian ia duduk seraya berkata:

    ”Akulah suami yang melakukan hal tersebut ya Rasulullah saw. Kulakukan hal tersebut karena ia senantiasa mencela dan menjelek-jelekkan dirimu. Aku telah berusaha melarang dan selalu mengingatkannya, tetapi ia tetap melakukannya. Dari wanita itu, aku mendapatkan dua orang anak (yang cantik) seperti mutiara. Istriku itu sayang padaku. Tetapi kemarin ketika ia (kembali) mencela dan menjelek-jelekkan dirimu, lantas aku mengambil kapak, kemudian menebaskannya ke perut istriku dan menghujamkan kuat-kuat ke perut istriku dan menghujamkan kuat-kuat sampai ia mati.

    Kemudia Rasululah saw. bersabda:

    “Saksikanlah bahwa darahnya (wanita itu) halal." (HR. Abu Dawud dan An Nasa’i)
Bagaimana dirimu masih saja menganggap Muhammad ini BAIK, padahal SANGAT JAHAT hatinya?

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:28 pm
by CRESCENT-STAR
mana ada hadits2 itu yg mengatakan PEDOPHILE ?
jika semua di ukur dgn ukuran membabi buta spt itu, kenapa tdk ada yg berani menyebut ayah angkat yesus sbg seorang pedophile karena menikah dgn perempuan usia 12-13 tahun ?
sudah saya bilang semua hal2 negatif yg kalian katakan adalah hasil ONANI kalian, asumsi semata dan bukan Fakta.
kalo ada hadits yang jelas2 mengatakan Nabi bernafsu dgn anak gadis kecil mungil, saya yakin saya tdk akan memilih Islam sedari dulu. pernikahan yg nabi lakukan bukan berorientasi NAFSU SEX. sebab selain menikahi Aisha yang secara hormonal belum matang betul nabi juga menikahi wanita gemuk dan tua lantas apanya yg merangsang ? juga menikahi wanita2 lainnya yg seusia dgn beliau, dimana biasanya wanita seusia di usia 50 sudah tdk menarik lagi secara hormonal apalagi wanita gurun yg miskin dan dalam masa revolusi. walaupun ada juga istri beliau yang ideal, yakni cantik dan muda, tapi rata2 mereka anak kepala suku yg dilumpuhkan dalam peperangan, sbg tradisi perang suku dimana menikahi anak tetua suku merupakan upaya meredam kesedihan akibat kekalahan mereka.

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:33 pm
by CRESCENT-STAR
kutukupret wrote:baca hadisnya Tong..... siapa yang menanamkan Teror dalam hadis Tsb ??? Muhammad atau Auwloh swt ???
ya tentu saja Allah.

3: 151.
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:37 pm
by Akukomkamu
CRESCENT-STAR wrote:mana ada hadits2 itu yg mengatakan PEDOPHILE ?
jika semua di ukur dgn ukuran membabi buta spt itu, kenapa tdk ada yg berani menyebut ayah angkat yesus sbg seorang pedophile karena menikah dgn perempuan usia 12-13 tahun ?
sudah saya bilang semua hal2 negatif yg kalian katakan adalah hasil ONANI kalian, asumsi semata dan bukan Fakta.
kalo ada hadits yang jelas2 mengatakan Nabi bernafsu dgn anak gadis kecil mungil, saya yakin saya tdk akan memilih Islam sedari dulu. pernikahan yg nabi lakukan bukan berorientasi NAFSU SEX. sebab selain menikahi Aisha yang secara hormonal belum matang betul nabi juga menikahi wanita gemuk dan tua lantas apanya yg merangsang ? juga menikahi wanita2 lainnya yg seusia dgn beliau, dimana biasanya wanita seusia di usia 50 sudah tdk menarik lagi secara hormonal apalagi wanita gurun yg miskin dan dalam masa revolusi. walaupun ada juga istri beliau yang ideal, yakni cantik dan muda, tapi rata2 mereka anak kepala suku yg dilumpuhkan dalam peperangan, sbg tradisi perang suku dimana menikahi anak tetua suku merupakan upaya meredam kesedihan akibat kekalahan mereka.
Baca lagi tulisan dibawah ini :
Saksi2 sejarah TEMPOE DOLOE itu masih kurang mengetahui informasi istilahnya PRIMITIF , masa hal yg udah primitif lo mau ikutin aja...????
Emang mungkin jaman dulu kawin dengan anak basepta gak masalah skr jaman dah lain...

Dan ternyata...menurut informasi dr ilmu Psikologi ... orang yg berhasrat dengan anak kecil itu adalah orang yg mempunyai kelainan jiwa bhs ilmu pengetahuannya PEDOPHILE.

Jadi kesimpulannya Mohamad itu PEDOPHILE ... masih mau menutupi??? dengan alasan karena seorang NABI???
Dan memang di hadis gak ada pernyataan itu...pedophile itu bhs ilmiah setelah diketemukan oleh para ahli psikolog jaman sekarang.
Sungguh suatu ironi yg menyesatkan islam punya nabi sakit jiwa pedophile...masih tetap dipercaya sebagai nabi....waaaa...capeh deeeh!!!!!



Peace... :heart:

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:43 pm
by Duladi
CRESCENT-STAR wrote:mana ada hadits2 itu yg mengatakan PEDOPHILE ?
Ini pertanyaan **** gaya KOMPAS.
Crescent wrote:jika semua di ukur dgn ukuran membabi buta spt itu, kenapa tdk ada yg berani menyebut ayah angkat yesus sbg seorang pedophile karena menikah dgn perempuan usia 12-13 tahun ?
Tidak disebutkan dalam kitab sejarah mengenai berapa usia mereka.
Tetapi dalam hadist-hadist sahih dicatat:
Muhammad (53 tahun) menikahi Aisyah pada usia 6 tahun, dan mulai berhubungan seks pada usia 9 tahun.

Seorang kakek-kakek yang berhasrat pada anak ingusan umur 6 tahun adalah TIDAK WAJAR.
Sudah dipastikan orang seperti itu mengidap kelainan.

Crescent wrote:sudah saya bilang semua hal2 negatif yg kalian katakan adalah hasil ONANI kalian, asumsi semata dan bukan Fakta.
Fakta seperti apa darimu untuk menyangkal fakta-fakta dari sumber-sumber Islam sendiri bahwa Muhammad itu JAHAT & TIDAK BERMORAL?
Crescent wrote:Kalo ada hadits yang jelas2 mengatakan Nabi bernafsu dgn anak gadis kecil mungil, saya yakin saya tdk akan memilih Islam sedari dulu.
Muhammad tidak hanya melakukannya, tapi juga mengajarkan perilaku pedofil itu:

Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Wedlock, Marriage (Nikaah). Hadith 017.
Dinarasikan oleh Jabir bin 'Abdullah :
Ketika aku menikah, Rasulullah berkata kepadaku: "Anak perempuan yang bagaimanakah yang telah kau nikahi?" Aku menjawab, "Aku telah menikahi wanita tua." Rasulullah berkata, "Kenapa kamu tidak mencari gadis-gadis perawan agar kamu bisa menimang-nimang mereka?" Jabir juga berkata: Rasulullah berkata, "Kenapa kamu tidak mengawini anak-anak supaya kamu bisa bermain dengannya dan dia bermain denganmu?"
Crescent wrote:pernikahan yg nabi lakukan bukan berorientasi NAFSU SEX. sebab selain menikahi Aisha yang secara hormonal belum matang betul nabi juga menikahi wanita gemuk dan tua lantas apanya yg merangsang?
Ketika itu Muhammad miskin. Dia butuh TUMPANGAN HIDUP.
Tapi setelah Khadijah meninggal dunia, kamu lihat, nafsu seksnya menggebu dan ingin menikmati TARIDH-nya anak-anak, bahkan bayi-pun diincarnya:

Ishaq:311
Nabi melihat Ummu’l ketika dia masih seorang bayi yang merangkak di kakinya dan berkata, “Jika dia tumbuh dewasa, aku akan mengawininya.” Tetapi dia mati sebelum bisa melakukannya.

Ibn Ishaq: Suhayli, 2.79:
Dalam riwayat Yunus Ibn Ishaq dilaporkan bahwa nabi melihat bayi (Ummu’l-Fadl, ketika itu ia masih bayi dan bergeliat didepannya) dan mengatakan, “Jika ia besar nanti dan saya masih hidup, saya akan menikahinya.’ (ref.10, p. 311)

Muhammad melihat Um Habiba, puteri Abbas, saat ia masih fatim (masih menetek) dan ia mengatakan, "Jika ia besar nanti dan saya masih hidup, saya akan menikahinya." (Musnad Ahmad, Number 25636)
Crescent wrote:juga menikahi wanita2 lainnya yg seusia dgn beliau, dimana biasanya wanita seusia di usia 50 sudah tdk menarik lagi secara hormonal apalagi wanita gurun yg miskin dan dalam masa revolusi. walaupun ada juga istri beliau yang ideal, yakni cantik dan muda, tapi rata2 mereka anak kepala suku yg dilumpuhkan dalam peperangan, sbg tradisi perang suku dimana menikahi anak tetua suku merupakan upaya meredam kesedihan akibat kekalahan mereka.
Itu alasanmu sendiri yang kamu cari-cari, bukan alasan Muhammad.
Alasan Muhammad mengawini para tawanan wanita itu adalah karena ia melihat mereka "CANTIK".

Shafiyah dan Juwariyah adalah contoh paling gampang. Setelah suku mereka diserang dan dirampok, Muhammad memilih gadis tawanan tercantik untuk dijadikan "pelampias nafsu seksnya".

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:46 pm
by kutukupret
kutukupret wrote:baca hadisnya Tong..... siapa yang menanamkan Teror dalam hadis Tsb ??? Muhammad atau Auwloh swt ???
CRESCENT-STAR wrote: ya tentu saja Allah.

3: 151.
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.
Tong, ane bicara ttg hadis yang ane kutip. bukan Quran. ngerti apa kagak seh lu ? :green:

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:50 pm
by CRESCENT-STAR
akukom wrote:Saksi2 sejarah TEMPOE DOLOE itu masih kurang mengetahui informasi istilahnya PRIMITIF , masa hal yg udah primitif lo mau ikutin aja
nah inilah yg saya maksud. bagus sekali bung sudah memahami permasalahannya. ya ini menyangkut NORMA dalam masa tertentu yg mungkin saja tdk sama di masa sekarang. teruslah menggunakan metode ini, spt dalam masalah budak dan hukum budak wanita, masalah perluasan wilayah kekuasaaan dsb.
menikahi wanita muda masa dulu bukan sebuah pelanggaran norma, sbgmana bukan pelanggaran pula meluaskan wilayah kekuasaan. dan sebagamana bukan pelanggaran juga menyetubhi budak wanita sendiri oleh tuannya.
Quran sudah menjelaskan pernikahan nabi tidak boleh diikuti UMMAT secara universal. itu pengkhususan. banyak hal2 yg semata hanya bisa berlaku saat itu dan tidak boleh diikuti oleh ummat. sunnah itu tdk sesempit itu. sampai2 nabi naik unta pun harus diikuti dgn dalih sunnah ?? tidak bukan ?.

banyak wanita muda yg sudah dinikahkan saat itu, karena tidak ada pendidikan formal spt sekarang, atau karena pada usia itu digampang mampu berumah tangga karena di rumah pun sudah terlatih secara tradisional dalam tugas2 rumah tangga. Aisya pun sudah berencana menikah ketika sebelum nabi melamarkannya dilamaran pertama.

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:51 pm
by kutukupret
CRESCENT-STAR wrote:mana ada hadits2 itu yg mengatakan PEDOPHILE ?
jika semua di ukur dgn ukuran membabi buta spt itu, kenapa tdk ada yg berani menyebut ayah angkat yesus sbg seorang pedophile karena menikah dgn perempuan usia 12-13 tahun ?
sudah saya bilang semua hal2 negatif yg kalian katakan adalah hasil ONANI kalian, asumsi semata dan bukan Fakta.
kalo ada hadits yang jelas2 mengatakan Nabi bernafsu dgn anak gadis kecil mungil, saya yakin saya tdk akan memilih Islam sedari dulu. pernikahan yg nabi lakukan bukan berorientasi NAFSU SEX. sebab selain menikahi Aisha yang secara hormonal belum matang betul nabi juga menikahi wanita gemuk dan tua lantas apanya yg merangsang ? juga menikahi wanita2 lainnya yg seusia dgn beliau, dimana biasanya wanita seusia di usia 50 sudah tdk menarik lagi secara hormonal apalagi wanita gurun yg miskin dan dalam masa revolusi. walaupun ada juga istri beliau yang ideal, yakni cantik dan muda, tapi rata2 mereka anak kepala suku yg dilumpuhkan dalam peperangan, sbg tradisi perang suku dimana menikahi anak tetua suku merupakan upaya meredam kesedihan akibat kekalahan mereka.
Bwakakaak.........Apakah Muhammad menikahi wanita2 lainnya yg seusia dgn beliau ???

bisa di cerahkan......siapa Istri Muhammad yang umurnya sebaya dgn dia ???

Hayoooo.........ente pakai dalil NGASAL ya ???

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:54 pm
by Duladi
CRESCENT-STAR wrote:nah inilah yg saya maksud. bagus sekali bung sudah memahami permasalahannya. ya ini menyangkut NORMA dalam masa tertentu yg mungkin saja tdk sama di masa sekarang. ....sbgmana bukan pelanggaran pula meluaskan wilayah kekuasaan. dan sebagamana bukan pelanggaran juga menyetubhi budak wanita sendiri oleh tuannya.
Jadi pada intinya, kamu mengakui kalau Muhammad sebenarnya TIDAK MENGUBAH APA-APA, dan perilakunya tidak ada beda dengan orang-orang jahiliyah?

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 3:57 pm
by kutukupret
CRESCENT-STAR wrote:nah inilah yg saya maksud. bagus sekali bung sudah memahami permasalahannya. ya ini menyangkut NORMA dalam masa tertentu yg mungkin saja tdk sama di masa sekarang. ....sbgmana bukan pelanggaran pula meluaskan wilayah kekuasaan. dan sebagamana bukan pelanggaran juga menyetubhi budak wanita sendiri oleh tuannya.
Sebuah per-ZINAH-an halal yang di akui oleh umatnya yang ber-Nickname CS. :green:

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 4:07 pm
by Akukomkamu
akukom wrote:Saksi2 sejarah TEMPOE DOLOE itu masih kurang mengetahui informasi istilahnya PRIMITIF , masa hal yg udah primitif lo mau ikutin aja
C-S:
nah inilah yg saya maksud. bagus sekali bung sudah memahami permasalahannya. ya ini menyangkut NORMA dalam masa tertentu yg mungkin saja tdk sama di masa sekarang. teruslah menggunakan metode ini, spt dalam masalah budak dan hukum budak wanita, masalah perluasan wilayah kekuasaaan dsb.
menikahi wanita muda masa dulu bukan sebuah pelanggaran norma, sbgmana bukan pelanggaran pula meluaskan wilayah kekuasaan. dan sebagamana bukan pelanggaran juga menyetubhi budak wanita sendiri oleh tuannya.
Quran sudah menjelaskan pernikahan nabi tidak boleh diikuti UMMAT secara universal. itu pengkhususan. banyak hal2 yg semata hanya bisa berlaku saat itu dan tidak boleh diikuti oleh ummat. sunnah itu tdk sesempit itu. sampai2 nabi naik unta pun harus diikuti dgn dalih sunnah ?? tidak bukan ?.

banyak wanita muda yg sudah dinikahkan saat itu, karena tidak ada pendidikan formal spt sekarang, atau karena pada usia itu digampang mampu berumah tangga karena di rumah pun sudah terlatih secara tradisional dalam tugas2 rumah tangga. Aisya pun sudah berencana menikah ketika sebelum nabi melamarkannya dilamaran pertama.
Hahaha... :lol: :lol: :lol: itu bukan suatu permasalahan tapi masalah besar ternyata islam nabinya seorang yg sakit JIWA!!!
Masa Tuhan yg sebenarnya salah memilih nabi??????? Lucu bangeeet...

kalo orang sakit jiwa ngaku2 jadi nabi dan terus dipercaya oleh banyak orang apa namanya orang2 yg percaya itu???

ISLAM iiii sekali !!!! hehehe.... :lol: :lol: :lol:



Peace... :lol:

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 4:20 pm
by Duladi
Sebenarnya PESAN yang hendak saya sampaikan di topik ini simpel:

Nabi-nabi Tuhan sesudah era Musa mengajak kita untuk TAMPIL BEDA DARI ORANG-ORANG JAHAT.
Sementara Muhammad mengajak kita untuk TAMPIL SERUPA DENGAN ORANG-ORANG JAHAT.

Nabi-nabi Tuhan berusaha menerangi mata rohani kita supaya kita sadar bahwa jahat itu menjijikkan dan kita harus bertobat agar tidak turut celaka pada waktu hari penghakiman nanti.
Muhammad sebaliknya, dia berusaha membutakan mata rohani kita supaya kita tidak jijik dengan kejahatan, justru dia membuat kita mabuk dalam kejahatan.

Nabi-nabi Tuhan berusaha untuk membuat kita selamat dan kelak pada waktu dunia ini berakhir, kita beroleh HIDUP KEKAL & MULIA.
Muhammad sebaliknya, dia berusaha menggiring kita ke NERAKA.

Siapa dari antara kita yang masih beranggapan Muhammad membawa terang?

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 8:15 pm
by kompas
Duladi wrote:Sebenarnya PESAN yang hendak saya sampaikan di topik ini simpel:

Nabi-nabi Tuhan sesudah era Musa mengajak kita untuk TAMPIL BEDA DARI ORANG-ORANG JAHAT.
Sementara Muhammad mengajak kita untuk TAMPIL SERUPA DENGAN ORANG-ORANG JAHAT.

Nabi-nabi Tuhan berusaha menerangi mata rohani kita supaya kita sadar bahwa jahat itu menjijikkan dan kita harus bertobat agar tidak turut celaka pada waktu hari penghakiman nanti.
Muhammad sebaliknya, dia berusaha membutakan mata rohani kita supaya kita tidak jijik dengan kejahatan, justru dia membuat kita mabuk dalam kejahatan.

Nabi-nabi Tuhan berusaha untuk membuat kita selamat dan kelak pada waktu dunia ini berakhir, kita beroleh HIDUP KEKAL & MULIA.
Muhammad sebaliknya, dia berusaha menggiring kita ke NERAKA.

Siapa dari antara kita yang masih beranggapan Muhammad membawa terang?
yang gw ketahui, Nabi Muhammad mengajarkan kebaikan untuk kehidupan didunia dan kehidupan diakhirat kelak.
hanya orang yang buta mata hatinya tidak melihat semuanya ini.

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 10:48 pm
by AIR
Salam,
kompas wrote:yang gw ketahui, Nabi Muhammad mengajarkan kebaikan untuk kehidupan didunia dan kehidupan diakhirat kelak.
hanya orang yang buta mata hatinya tidak melihat semuanya ini.
Itu yang anda ketahui kom. Yang anda belum ketahui telah di tulis oleh bung Duladi di atas sebelumnya dan di thread-thread bung Duladi.
CS itu MonCe kan? Ngaku Mon..


AIR

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 11:01 pm
by mikimos
kompas wrote:yang gw ketahui, Nabi Muhammad mengajarkan kebaikan untuk kehidupan didunia dan kehidupan diakhirat kelak.
hanya orang yang buta mata hatinya tidak melihat semuanya ini.
AIR wrote:Salam,

Itu yang anda ketahui kom. Yang anda belum ketahui telah di tulis oleh bung Duladi di atas sebelumnya dan di thread-thread bung Duladi.
CS itu MonCe kan? Ngaku Mon..


AIR
kompas, itu kan yang anda ketahui...
tapi di FFI ini sudah terbukti bahwa anda itu TIDAK MAU TAU dengan segala pembuktian bahwa Muhammad itu membawa penyesatan.

hm.... memang beda tipis sih kom antara "sungguh2 tau" dan "tidak mau tau"
tapi pembaca FFI ini bisa menilai bagaimana pola pikir seorang muslim kok.


miki

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Fri Jan 29, 2010 11:12 pm
by JANGAN GITU AH
@atas

Masalahnya apa yang tidak diketahui dan tidak disadari Kompas jauh lebih banyak ketimbang yang diketahuinya. Ibarat setetes air ditengah samudera raya... :green:

Pengertian kompas cuma didasarkan secara literal saja.

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Mon Feb 01, 2010 12:50 am
by CRESCENT-STAR
CRESCENT-STAR wrote:nah inilah yg saya maksud. bagus sekali bung sudah memahami permasalahannya. ya ini menyangkut NORMA dalam masa tertentu yg mungkin saja tdk sama di masa sekarang. ....sbgmana bukan pelanggaran pula meluaskan wilayah kekuasaan. dan sebagamana bukan pelanggaran juga menyetubhi budak wanita sendiri oleh tuannya.
Duladi wrote:Jadi pada intinya, kamu mengakui kalau Muhammad sebenarnya TIDAK MENGUBAH APA-APA, dan perilakunya tidak ada beda dengan orang-orang jahiliyah?
oh tentunya saja nabi melakukan perubahan, namun secara pelan-pelan. sulit loh bung merubah budaya berurat berakar dalam sekejap. contoh kecil saja usaha perubahan yg dilakukan secara bertahap adalah MABUK-MABUKAN. sbgmana kita maklum masih ada sahabat yg meminum dahulu arak sebelum berperang sbg tradisi/budaya saat itu. sewaktu di perang badr misalnya. budaya yang kompleks misalnya perbudakan.
perbudakan bukan masalah sepele, kerusakan pada sistem ini bisa berdampak sistemik pada seluruh struktur kehidupan masyarakat kala itu. orang untuk memiliki budak hingga ratusan tidak gratis, dia membeli dgn harta yg banyak, tdk mungkin dilepas begitu saja.
dan mengenai perluasan wilayah, selama tidak ada konsensus spt zaman sekarang tdk mungkin MUhammad melakukan aturan sendiri dan konyol sendiri.
dan mengenai pernikahan Quran sdh menggariskan norma baru bahwa seorang wanita harus sudah cukup umur untuk dinikahi. sedangkan pernikahan ala nabi dgn AISHA adalah HARAM dalam Islam yakni menikahi wanita dibawah umur dan bercampur ketika wanita tsb dewasa, dan selama belum dewasa sang wanita hidup bersama orang tuanya.
tidak ada pernikahan spt ini dalam Islam kecuali sebuah pengkhususan bagi nabi yang terikat situasi dan kondisi zaman dimana nabi hidup.

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Mon Feb 01, 2010 8:45 am
by kutukupret
CRESCENT-STAR wrote:dan mengenai pernikahan Quran sdh menggariskan norma baru bahwa seorang wanita harus sudah cukup umur untuk dinikahi. sedangkan pernikahan ala nabi dgn AISHA adalah HARAM dalam Islam yakni menikahi wanita dibawah umur dan bercampur ketika wanita tsb dewasa, dan selama belum dewasa sang wanita hidup bersama orang tuanya.
tidak ada pernikahan spt ini dalam Islam kecuali sebuah pengkhususan bagi nabi yang terikat situasi dan kondisi zaman dimana nabi hidup.
curious wrote:Buat muslim2x yang deman copy paste sampah dari minaret, yang telah berulang kali dibantah, ini gua terjemahan bantahannya.
Baca baik-baik, yang membantah adalah juga seorang cendekiawan Islam sendiri, Dr Shaykh Gibril Fouad Haddad, dari situs Islam SunniPath.com
http://qa.sunnipath.com/issue_view.asp? ... 604&CATE=1

Silahkan berdebat dengan beliau jika anda masih mau berkeras membela nabi bejad muhammad. Ingat, debat dengan muslim sendiri. Selesaikan internal problem anda dulu sebelum menuduh kafir membohong, memplintir hadist, salah kutip, salah tafsit, tak mengerti bahasa arab dsb dsb.

Bantahan Terhadap Tulisan T.O. Shanavas

Pembukaan
Pembela-pembela Islam modern mencoba menutup-nutupi kenyataan bahwa Muhammad adalah seorang pedophil dengan menciptakan keraguan atas usia Aisha ketika dia menikah dan disetubuhi oleh Muhammad, walupun telah ada banyak hadist-hadist sahih di mana jelas-jelas dinyatakan bahwa Aisha berusia sembilan tahun ketika itu.

Jelas sekali mereka merasa malu bahwa nabi mereka ternyata adalah seorang pedophil dan menyetubuhi seorang anak kecil berusia sembilan tahun. Mereka mencoba menutup-nutupi dengan menjelaskan bahwa Aisha sebenarnya tidak berusia sembilan tahun seperti yang diakui Aisha sendiri dalam hadist-hadist sahih, tetapi bahwa usianya adalah lebih tua berdasarkan sumber-sumber tak langsung, menggunakan teknik yang kabur dan penipuan.

Note: Walaupun demikian, ada juga sumber-sumber Islam yang mengakui secara langsung Aisha memang masih seorang anak kecil berumur enam tahun ketika bertunangan dengan Muhammad dan hanya berumur sembilan tahun ketika disetubuhi Muhammad. Misalnya dalam buku karangan Dr Ali Syariati berjudul Women in the Eyes and Heart of Muhammad, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Mengapa Nabi SAW berpoligami. Baca lebih lanjut di http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... highlight=


Alasan-alasan yang paling sering dipakai adalah berdasarkan tulisan Habib ur Rahman Kandhalwi berjudul “"Tehqiq e umar e Siddiqah e Ka'inat", yang telah dipakai orang lain seperti TO Shanavas yang tulisannya banyak dicopy paste dan diterjemahkan dalam forum-forum Islam, seperti yang berikut:

http://www.understanding-islam.com/rela ... ion&did=89
http://www.understanding-islam.com/ri/mi-004.htm
http://www.muslim.org/islam/aisha-age.php

Tulisan TO Shanavas ini tampil dalam website berikut:

http://www.irfi.org/articles/articles_1 ... prover.htm

Polemik TO Shanavas hanyalah sampah belaka. Tampaknya orang-orang yang menerima argumen TO Shanavas tidak pernah berpikir, mengapa dia bersusah-payah mencari dan menggunakan sumber-sumber menunjukkan usia Aisha saat dia disetubuhi Muhammad yang berbeda-beda?

Jika kita pelajari secara mendalam tulisan Shanavas, akan terlihat bagaimana argumen-argumen nya berkontradiksi satu sama lain. Bukti #2 mengatakan Aisha berumur 14 tahun, namun bukti #3 mengatakan sebenarnya dia berumur 12 tahun, bukti #4 umur 17 atau 18 tahun, bukti #5 umur 15 tahun, dan bukti #6 lebih tak jelas lagi, umur antara 14-21 tahun.

Dengan kata lain, bukti-buktinya salah berkontradiksi dan menyalahkan satu sama lainnya. Jadi mana “bukti” yang benar? Tidak mungkins emuanya benar. Tampaknya Shanavas sendiri tidak tahu jawabannya.

Jawaban yang paling sederhana adalah bahwa Shanavas telah menggunakan data-data yang diragukan kebenarannya dan menggunakan pengumpamaan (pengandaian) dalam perhitungannya. Dia tidak menggunakan hadist-hadist sahih, malah menggunakan bahan-bahan yang tidak sahih. Dia tidak menggunakan testimoni yang jelas-jelas menyatakan umur Aisha, malahan menggunakan kejadian-kejadian yang tidak bisa dipastikan tanggalnya secara tepat. Shanavas memilih menggunakan pernyataan-pernyataan dan kutipan-kutipan yang tak berdasar, yang tidak bisa dijadikan fondasi untuk menentukan usia Aisha ketika dia pertama kali disetubuhi Muhammad. Tidak heranlah jika Shanavas tidak mampu memberi jawaban yang konsisten atas pertanyaan mengenai usia Aisha. Tampaknya dia berusaha berkeras bahwa karena dia sendiri menggunakan data-data yang salah dan tak berdasar, yang menghasilkan berbagai usia yang salah berkontradiksi,kita semua mesti tak mengacuhkan apa yang telah kita ketahui tentang usia Aisha pada saat kejadian. Bahkan sebenarnya Shanavas berkata bahwa hanya karena dia menggunakan data-data sampah, kita harus membuang hadist-hadist sahih.

Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang (sumber-sumber) berikut, terutama Shaykh Haddad, yang pengetahuannya tentang Literatur Islam sangat berharga bagi analisa berikut”

* Dr Shaykh Gibril Fouad Haddad, guru Fiqh at Sunnipath.com dan Livingislam.org ( http://qa.sunnipath.com/issue_view.asp? ... 604&CATE=1 )
* Dr Ali Sina ( http://www.faithfreedom.org/Articles/si ... ha_age.htm )
* Situs Muslimhope ( http://www.muslimhope.com/AishaNine.htm )


Analisa
Shanavas menulis:

BUKTI #1: PENGUJIAN THD SUMBER

A. Sebagaian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari Bapaknya, yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga.

B. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini.

C. Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, dimana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua. Tehzibu'l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : " Hisham sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq " (Tehzi'bu'l-tehzi'b, Ibn Hajar Al- `asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50). Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibn Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq: " Saya pernah dikasih tahu bahwa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq" (Tehzi'b u'l-tehzi'b, IbnHajar Al- `asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, p. 50).

D. Mizanu'l-ai`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup pada periwayat hadist Nabi saw mencatat: "Ketika masa tua, ingatan Hisham mengalami kemunduran yang mencolok" (Mizanu'l-ai`tidal, Al-Zahbi, Al-Maktabatu'l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, p. 301).

KESIMPULAN: berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham sangatlah jelek dan riwayatnya setelah pindha ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.

BANTAHAN:

Pelecehan terhadap Shaykh al-Islam Hisham ibn Urwah, cucu keponakan (grand nephew) Aisha sendiri, telah dibantah oleh Shaykh Gibril Haddad.

Berikut ini adalah bantahan Shayk Gibril Hadda:
A. Ada lebih dari sebelas otoritas di antara para Tabi’in yang melaporkan secara langsung dari Aisha. Itu masih tidak termasuk para Sahaba yang melaporkan hal yang sama dan juga penerus-penerus utama (major Successors) yang melaporkannya dari sumber selain Aisha.

B. Not so. Al-Zuhri also reports it from `Urwa, from `A'isha; so does `Abd Allah ibn Dhakwan, both major Madanis. So is the Tabi`i Yahya al-Lakhmi who reports it from her in the Musnad and in Ibn Sa`d's Tabaqat. So is Abu Ishaq Sa`d ibn Ibrahim who reports it from Imam al-Qasim ibn Muhammad, one of the Seven Imams of Madina, from `A'isha. All the narratives of this event have been reported.

C. Bukan begitu. Selain keempat perawi Tabi’in Medina di atas, Sufyan ibn `Uyayna dari Khurasan dan`Abd Allah ibn Muhammad ibn Yahya dari Tabarayya di Palestine juga melaporkannya. Bahkan hadist tersebut bukan hanya dilaporkan oleh `Urwa, tetapi juga oleh `Abd al-Malik ibn `Umayr, al-Aswad, Ibn Abi Mulayka, Abu Salama ibn `Abd al-Rahman ibn `Awf, Yahya ibn `Abd al-Rahman ibn Hatib, Abu `Ubayda (`Amir ibn `Abd Allah ibn Mas`ud) dan Imam-Imam Tabi’I lainnya langsung dari Aisha.

Dengan demikian, hal ini telah dilaporkan secara masaal (mutawatir) dari Aisha oleh lebih dari sebelas otoritas di antara kaum Tabi’in, belum lagi yang dilaporkan oleh para Sahaba seperti Ibn Mas`ud dan Penerus Utama seperti Qatada!

D. Sebenarnya, Ya`qub berkata: "Dapat dipercaya, dapat diandalkan sama sekali (thiqa thabt), tidak tercela kecuali setelah dia pergi ke Iraq, pada waktu mana dia meriwayatkan dari ayahnya dan dicela karena itu.” Perhatikanlah bahwa Ya’qub sebenarnya tidak membenarkan kritisi (pencelaan) itu.

Malik sendiri melaporkan lebih dari 100 hadist dari Hisham seperti yang dibuktikan dalam kedua (koleksi hadist) Sahih dan Sunan hingga al-Dhahabi menanyakan kepantasan / otentisitas pernyataan bahwa dia mencela Hisham.

Bahkan sebenarnya, tidak ada satupun ahli hadist yang membenarkan meragukan hadist-hadist tersebut karena hanyalah didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa tuanya Hisma (dia berumur 71 tahun pada saat kunjungan terakhirnya ke Iraq) suka menyingkat perkataan, dan akan berkata, “Ayahku, dari Aisha” (abi `an `A'isha)" dan tidak lagi mengatakan, “diriwayatkan padaku (haddathani)".

Al-Mizzi in Tahdhib al-Kamal (30:238) menjelaskan bahwa orang-orang Iraq sudah tidak ragu lagi bahwa Hisham tidak pernah meriwayatkan sesuatu apapun dari ayhnya kecuali yang dia dengar langsung sendiri darinya.

Ibn Hajar juga tidak setuju dengan celaan terhadap Hisham ibn `Urwa dan berkata dalam Tahdhib al-Tahdhib (11:45): "Jelaslah sudah bagi orang-orang Iraq bahwa dia tidak meriwayatkan apapun dari ayahnya selain yang didengarnya secara langsung darinya."

Bahkan sebenarnya, mengatakan bahwa “kisah-kisah yang diriwayatkan oleh Hisham ibn `Urwa dapat diandalkan kecuali yang dilaporkan lewat orang-orang Iraq” adalah omong kosong besar karena itu akan menghapuskan semua riwayat oleh Ayyub al-Sakhtyani darinya karena Ayyub adalah seorang Iraq Basran, dan riwayat-riwayat oleh Abu `Umar al-Nakha`i yang berasal dari Kufa, dan riwayat-riwayat oleh Hammad ibn Abi Sulayman dari Kufa (Shaykh dari Abu Hanifa), dan riwayat-riwayat oleh Hammad ibn Salama dan Hammad ibn Zayd yang kedua-duanya berasal dari Basra, dan riwayat-riwayat oleh Sufyan al-Thawri dari Basra, dan juga riwayat-riwayat oleh Shu`ba di Basra, yang semuanya berasal dari Hisham!

E. Bohong! Malah sebaliknya al-Dhahabi dalam Mizan al-I`tidal (4:301 #9233) berkata: "Hisham ibn `Urwa, salah seorang yang terhormat, suatu bukti dalam dirinya sendiri, dan seorang Imam. Namun dalam usia tuanya daya ingatnya menurun, tetapi dia tidak pernah menjadi bingung. Dan jangan pernah peduli apa yang dikatakan Abu al-Hasan ibn al-Qattan tentang dia dan Suhayl ibn Ali Salib mnjadi bingung atau berubah-ubah. Memang benar, orangnya berubah sedikit dan daya ingatnya tidak sama seperti di masa mudanya, dan dia lupa beberapa dari yang dihafalkannya. Memangnya kenapa? Apakah dia mesti luput dari kelupaan?
[p. 302] Dan ketika dia tiba di Iraq pada akhir hidupnya dia meriwayatkan sangat banyak pengetahuan, beberapa di antaranya tidak begitu bagus, dan hal yang sama terjadi pula pada Malik, Shu`ba, dan Waki`, dan beberapa ahli terpecaya lainnya. Jadi tak usahlah bingung-bingung, dan tak usah mengacaukan Imam-Imam terpercaya dengan perawi-perawi lemah dan kacau. Hisham adalah seorang Shaykh al-Islam. Tapi biarlah Allah menghibur kami tentang engkau, O Ibn al-Qattan, dan sama juga halnya dengan pernyataan `Abd al-Rahman ibn Khirash's dari Malik"


Terima kasih, Shaykh Gibril Haddad. Tampaknya Shavanas telah salah mengutip atau mengemukakan referensinya sendiri. Maka tampaknya fitnaham terhadap Hisham ibn Urwa tidak berdasar dan tidak didukung oleh teks-teks Islam. Lagipula syarat yang dikemukan Shanavas bahwa hadist-hadist mengenai usia Aisha mesti diriwayatkan melalui banyak perawi dan melalui orang-orang yang bukan dari Medina adalah omong kosong belaka. Tidak ada syarat seperti itu di dalam Islam Sunni. Ini hanyalah standar yang diciptakan Shanavas sendiri untuk mendukung argumennya sendiri.


BUKTI #2: MEMINANG

Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun. Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: "Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya " (Tarikhu'l-umam wa'l-mamlu'k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara'l-fikr, Beirut, 1979).

Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623M atau tahun 2H (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan Al- Tabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613M, Yaitu 3 tahun sesudah masa jahiliyah usai (610 M). Tabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat jahiliyah. Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikah. Tetapi intinya Tabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.

KESIMPULAN: Al-Tabari tak reliable mengenai umur Aisyah ketika menikah.

BANTAHAN

Shaykh Gibril Haddad berkata bahwa bukti yang diberikan Shanavas adalah salah.

Al-Tabari tidak melaporkan dimanapun bahwa keempat anak Abu Bakr’s semuanya dilahirkan pada masa Jahiliyya. Dia hanya mengatakan bahwa Abu Bakr menikahi ibu-ibu mereka di jaman Jahiliyya; yaitu Qutayla bint Sa’d dan Umm Ruman yang memberinya empat orang anak, masing-masih dua anak dan Aisha adalah anak perempuan Umm Ruman.
Jadi Tabari bukannya tidak dapat diandalkan. Kontradiksi yang dituduhkan pada Tabari adalah hasil dari salah kutip.


BUKTI # 3: Umur Aisyah jika dihubungkan dengan umur Fatimah

Menurut Ibn Hajar, "Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun... Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah " (Al-isabah fi tamyizi'l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu'l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978). Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.

KESIMPULAN: Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.

BANTAHAN:
Menggunakan usia Fatima untuk menentukan usia Aisha dengan tujuan untuk membantah hadist-hadist sahih adalah kesalahan logika (logical fallacy) karena riwayat hidup Fatima sendiri simpang siur. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan Fatima dilahirkan (ketika ayahnya masih tidak terkenal dan bukan siapa-siapa), dan walaupun kematiannya tercatat baik usianya pada saat kematiannya pun tidak pasti.

Menurut cerita (tradisi) dia dilahirkan pada hari Jumat, hari ke 20 jumada ` th-thaaniyah
Pada tahun kelima setelah pernyataan kenabian (615 M), yang berarti dia seumur Aisha.
http://www.hadith.net/english/prophet/fatimah.htm
http://www.ummah.net/khoei/fatima.htm


Dan di http://home.swipnet.se/islam/A_Personal ... a(a.s).htm dikatakan

Pandangan paling umum dalam tradisi adalah bahwa Fatimah az-Zahra dilahirkan di Mekka, pada hari ke duapuluh Jumada 'l-Akhirah, dalam tahun kelima kenabian. Juga dikatakan bahwa ketika nabi meninggal, Fatima berumur delapan belas tahun tujuh bulan.

Dilaporkan dalam otoritas Jabir ibn Yazid bahwa (Imam kelima) al-Baqir ditanyai: "Berapa lama Fatimah hidup setelah Rasul Allah?" Dia menjawab: "Empat bulan; dia meninggal pada usia dua puluh tiga." Pandangan ini dekat dengan yang dilaporkan oleh tradisi mayoritas Sunni. Mereka telah mengatakan bahwa dia lahir pada tahun ke empat puluh satu kehidupan Rasul Allah. Ini berarti dia dilahirkan satu tahun setelah nabi ditunjuk oleh Allah. Cendekiawan Abu Sa'id al-Hafiz mengatakan dalam bukunya Sharafu' n-Nabiyy bahwa semua anak Rasul Allah dilahirkan sebelum Islam, kecuali Fatima dan Ibrahim yang lahir dalam Islam.

Reference: Abu Ali al-Fadl ibn al-Hasan ibn al-Fadl at-Tabrisi (c. 468/1076 - 548/1154)

Ada lagi yang mengatakan dia lahir sepuluh tahun sebelum Aisha. Orang-orang yang percaya hal ini percaya bahwa Fatima berumur 29 tahun ketika dia meninggal, bukan 18 tahun seperti yang dipercayai kaum tradisional.

Muslimhope (http://www.muslimhope.com/AishaNine.htm ) menulis:
Sunan Nasa’i vol.1 #29 p.115-116 sebenarnya berkata bahwa Fatima berumur 29 tahun ketika dia meninggal (enam bulan setelah Muhammad), yang membuatnya sepuluh tahun lebih tua daripada Aisha. Orang-orang lupa tanggalnya. Hadist-hadist otoritas Sunan Nasa’I umumnya lebih dipercayai dibandingkan hadist Ibn Hajar. Bagaimanapun, Aisha tetap lebih muda.

Ali Sina telah membantah ketepatan informasi Shanavas:
“Tentu saja informasi ini tidak dapat dianggap benar. Jika Aisha lima tahun lebih tua daripada Fatimah, dan Fatimah dilahirkan ketika nabi berumur 35 tahun, maka Aisha hanya 30 tahun lebih muda daripada nabi. Jadi pada saat pernikahannya ketika nabi berumur 54 tahun, Aisha mestinya berumur 24 tahun. Ini tentu saja tidak benar berdasarkan alasan-alasan yang telah dijelaskan di atas dan juga karena berkontradiksi dengan hadist yang dikutip para pembela Islam mengenai umur Asma, saudara perempuan Aisha, yang menurut hadist itu 10 tahun lebih tua daripada Aisha dan meninggal pada tahun 73H (pada usia 100 thn). Jadi pada saat Hijra Asma mestinya berumur 100-73 = 27 tahun, tetapi menurut hadist itu dia berumur 34 tahun.”

Shaykh Gibril Haddad menunjukkan bhwa Ibn Hajar hanyalah melaporkan apa yang dilaporkan para perawi, bukan kesimpulannya sendiri. Dan Shanavas memilih narasi yang salah dan secara salah mengatakan itu kesimpulan Ibn Hajar, yang sebenarnya hanyalah seorang yang melaporkan.

Gibril Hadda menulis:
“Ibn Hajar menyebutkan dua versi: (1) riwayat al-Waqidi bahwa Fatima dilahirkan ketika nabi berumur 35 tahun; dan (2) riwayat Ibn ‘Abd al-Barr bahwa dia dilahirkan ketika nabi berumur 41 tahun, kira-kira satu tahun sebelum masa kenabian, dan sekitar lima tahun sebelum Aisha dilahirkan. Versi terakhir ini cocok dengan tanggal-tanggal yang telah ditentukan.”

Bahkan sebenarnya kita tahu bahwa Ibn Hajar percaya bahwa Aisha berumur sembilan tahun ketika Muhammad menikahi dan menyetubuhinya; dan karena itu dia tidak bisa percaya pada riwayat yang bertentangan oleh al-Waqidi.

Muslimhope (http://www.muslimhope.com/AishaNine.htm ) menulis:
Ibn Hajar’s Isabah IV, p.359-360 mendukung bahwa dia sudah menikah pada usia 9 tahun.

Kesimpulannya adalah, tanggal lahir Fatima tidak dapat dipastikan. Walaupun begitu, Shanavas menggunakan perhitungan kira-kira yang tidak tradisional untuk menimbulkan keraguan atas usia Aisha, walaupun telah ada kisah-kisah tradisi yang sesuai dengan fakta. Perhatikanlah bagaimana Shanavas menghilangkan kisah-kisah tradisi dari referensi Ibn Hajar yang digunakannya, dan malah sebaliknya memilih referensi yang jelas-jelas salah. Ini bisa dipandang sebagai kesengajaan untuk tidak jujur.

BUKTI #4: Umur Aisyah dihitung dari umur Asma'

Menurut Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd: "Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah (Siyar A`la'ma'l-nubala', Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu'assasatu'l-risalah, Beirut, 1992).
Menurut Ibn Kathir: "Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]" (Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).

Menurut Ibn Kathir: "Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut riwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau beberapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun" (Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933)

Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: "Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 or 74 H." (Taqribu'l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi'l-nisa', al-harfu'l-alif, Lucknow).

Menurut sebagaian besar ahli sejarah, Asma, Saudara tertua dari Aisyah berselisih usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun dia tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (622M). (Usia Asma (100) - 73 = usia Asma pada saat Hijrah (27 atau 28)

Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada tahun dimana Aisyah berumah tangga.

Berdasarkan Hajar, Ibn Katir, and Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun. Dalam bukti # 3, Ibn Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti #4 Ibn Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar ? 12 atau 18..?

kesimpulan: Ibn Hajar tidak valid dalam periwayatan usia Aisyah.


BANTAHAN:
Satu lagi omong kosong. Usia Aisha ketika dia menikah dan disetubuhi Muhammad biasanya ditentukan dari hadist-hadist Sahih Bukhari, Sahih Muslim dan Sunan Abu Dawud.

Ali Sina telah membantah ketepatan informasi Shanavas:
“Tentu saja informasi ini tidak dapat dianggap benar. Jika Aisha lima tahun lebih tua daripada Fatimah, dan Fatimah dilahirkan ketika nabi berumur 35 tahun, maka Aisha hanya 30 tahun lebih muda daripada nabi. Jadi pada saat pernikahannya ketika nabi berumur 54 tahun, Aisha mestinya berumur 24 tahun. Ini tentu saja tidak benar berdasarkan alasan-alasan yang telah dijelaskan di atas dan juga karena berkontradiksi dengan hadist yang dikutip para pembela Islam mengenai umur Asma, saudara perempuan Aisha, yang menurut hadist itu 10 tahun lebih tua daripada Aisha dan meninggal pada tahun 73H (pada usia 100 thn). Jadi pada saat Hijra Asma mestinya berumur 100-73 = 27 tahun, tetapi menurut hadist itu dia berumur 34 tahun.”

Shaykh Haddad juga menyanggah ketepatan informasi ini:
“Ibn Kathir mendasarkan pendapatnya pada pernyataan Ibn Abi al-Zinad bahwa dia (Asma) sepuluh tahun lebih tua daripada Aisha. Namun al-Dhahabi dalam Siyar A`lam al-Nubala' berkata bahwa jarak lebih besar daripada 10 tahun di antara mereka berdua, hingga 19 tahun, adan dia lebih dapat dipercaya dalam hal ini. Ibn Hajar melaporkan dalam al-Isaba dari Hisham ibn `Urwa, dari ayahnya, bahwa “Asma hidup hingga umur 100 tahun, dan dari Abu Nu`aym al-Asbahani bahwa Asma' bint Abi Bakr dillahirkan 27 tahun sebelum Hijra dan dia hidup hingga awal tahun 74H.” Tidak ada apapun dalam riwayat-riwayat ini yang menjadi bukti umur Aisha.

Dengan menggunakan data-data yang salah, Shanavas mencemarkan nama baik Ibn Hajar. Dia mengandaikan Asma adalah 10 tahun lebih tua daripada Aisha, ketika ada sumber lain yang lebih dapat dipercayai yang mengatakan bahwa perbedaan usia itu bisa sampai 19 tahun. Dengan menggunakan informasi yang lebih dapat dipercayai ini, umur Aisha diperhitungkan sekitar sembilan tahun, sesuai dengan hadsit-hadist sahih di mana Aisha sendiri mengatakan dia berumur sembilan tahun.


BUKTI #5: Perang BADAR dan UHUD

Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Babkarahiyati'l-isti`anah fi'l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: "ketika kita mencapai Shajarah". Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar.

Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' waqitalihinnama`a'lrijal): "Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikitpakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb]." Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud and Badr.

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza'b): "Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb."
Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 years akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud

KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

BANTAHAN:
Ali Sina membantah argumen ini sebagai berikut:
Ini adalah alasan yang lemah. Ketika perang Badr dan Uhud terjadi, Aisha berumur sekitar 10 atau 11 tahun. Dia tidak ikut berperang sebagai prajurit, seperti halnya anak laki-laki. Dia pergi untuk menghangatkan tubuh Muhammad di malam hari. Anak lelaki yang belum mencapai usia 15 tahun dikirim pulang, tetapi ketentuan ini tidak berlaku baginya.

Perempuan dan anak-anak kecil pergi ke medan perang untuk melakukan tugas-tugas lainnya, seperti yang ditulis dalam situs muslimhope:
“Wanita dan anak-anak pergi ke medan perang setelah perkelahian selesai dan memberi air kepada Muslim-muslim yang terluka dan menghabiskan musuh yang terluka. . al-Tabari vol.12 p.127,146. Pada hari-hari peperangan, wanita-wanita dan anak-anak berada di sana untuk menggali kuburan bagi yang mati al-Tabari vol.12 p.107.

Maka jelaslah bahwa batas usia lima belas tahun itu hanya berlaku bagi anak laki-laki, dan argumen Shanavas jelas-jelas salah.

Shayk Hadda juga menunjukkan bahwa Shanavas menggunakan informasi yang salah atau tidak lengkap.
“ Pertama-tama, larangan itu hanya berlaku bagi yang ikut bertempur, tidak berlaku bagi anak-anak lelaki yang tidak bertempur, anak-anak perempuan yang tidak bertempur dan kaum wanita. Kedua, Aisha sama sekali tidak ikut bertempur dalam perang Badr, tapi hanya mengucapkan selamat jalan pada orang-orang yang bertempur ketika mereka melewati Medina, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dalam hadist sahihnya. Pada saat perang Uhud (tahun 3H), Anas yang pada waktu itu hanya berumur 12 atau 13 tahun melaporkan melihat Aisha yang berumur 11 tahun bersama ibunya Umm Sulaym mengikat baju mereka dan membawa kantong kulit berisi air pulang pergi kepada orang-orang yang bertempur, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Jadi, Aisha sama sekali tidak berpartisipasi dalam perang Badr. Sangat menarik melihat bagaimana Shanava mengutip separuh-separuh hadist Uhud untuk memberi kesan palsu bahwa Aisha ikut berperang dalam perang Uhud ketika hadist-hadistnya telah jelas mengatakan dia hanya membawa kantung air kepada orang-orang yang bertempur. Bagian terakhir dari hadist juga dihapuskan, secara sengaja atau tidak sengaja, yang bisa dianggap tindakan tidak jujur.

Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 131:
Diriwayatkan oleh Anas: Pada saat perang Uhad ketika beberapa orang mundur menarik diri dan meninggalkan nabi, aku melihat Aisha bint Abu Bakr dan Um Sulaim, dengan baju mereka ditarik ke atas sehingga kalung-kalung di mata kaki merek terlihat jelas, tergesa0gasa dengan kantung air mereka (dalam riwayat lain dikatakan,” membawa kantung kulit air di punggung mereka”). Mereka lalu menuangkan air di mulut orang-orang, dan kembali lagi mengisi kantung air dan kembali lagi menuangkan air di mulut orang-orang.

BUKTI #6: Surat al-Qamar (Bulan)

Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: "Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)" ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, kitabu'l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa'l-sa`atu adha'wa amarr).

Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah(The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih suka bermain (Lane's Arabic English Lexicon). Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukansibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karean itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.

Kesimpulan: riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.

BANTAHAN:
Kapan tepatnya Surah al-Qamar diturunkan tidaklah jelas. Ibn Hajar, Maududi, and tradisionalis lainnya berkata bahwa surat itu diturunkan lima tahun sebelum Hijrah (lihat situs muslimhope). Zahid Aziz mengklaim bahwa surat itu diturunkan 6 sebelum Hijrah, Kathib mengatakan 8 tahun sebelum hijrah. Amjad tidak menyebutkan nama sumbernya yang mengatakan ayat itu diturunkan pada tahun 9 sebelum hijrah. Point nya adalah bahwa kapan persisnya Surat al-Qamar diturunkan tidak diketahui, dan menggunakan tanggal yang tak pasti itu untuk menentukan usia Aisha bukan hanya menggelikan, tapi juga sangat ****. Namun jika memang suatu perkiraan mesti digunakan, mengapa tidak memakai perkiraan Ibn Hajar yang lebih otoritatif dan diterima dibanding Ibn Khatib?

Shaykh Haadad juga berpendapat demikian. Dia juga membuktikan bahwai perkiraan tradisional tentang turunnya Surat al-Qamar konsisten dengan usia Aisha adalah sembilan tahun. Tulisnya:
“Tidak benar. Ahli-ahli hadist, sejarahwan riwayat hidup Muhammad dan komentator (tafsir) Quran setuju bahwa pembelaan bulan terjadi sekitar lima tahun sebelum hijrah ke Medina. Maka dapat dikonfirmasikan bahwa Aisha lahir sekitar tujuh atau delapan tahun sebelum hijrah, dan perkataan bahwa dia seorang jariya atau gadis kecil lima tahun sebelum hijrah cocok dengan fakta bahwa umurnya pada saat Surat al-Qamar diturunkan adalah sekitar 2 atau 3 tahun.

Jadi usaha Shanavas untuk menyebarkan keraguan atas usia Aisha dengan menggunakan perkiraan non-tradisional (salah) tentang tanggal turunnya surat al-Qamar dengan mudanya telah dibantah.


BUKTI #7: Terminologi bahasa Arab

Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepada nya ttg pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: "Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)". Ketika Nabi bertanya ttg identitas gadis tsb (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah.

Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun. Kata yang tepat untuk gadis belia yangmasih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaiaman kita pahami dalam bahasa Inggris "virgin". Oleh karean itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah "wanita" (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut).

Kesimpulan: Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah "wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan." Oleh karean itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.

BANTAHAN:
Ali Sina telah membantah argumen ini:
“Penjelasan ini sama sekali tidak benar. Bikr berarti perawan dan, sama seperti dalam bahasa Inggris, tidak terpengaruhi usia. Bahkan sebenarnya Aisha adalah istri kedua Muhammad (setelah Khadijah), tetapi Muhammad tidak menyetubuhinya selama tiga tahun karena dia masih terlalu muda. Oleh karena itu dia memuaskan diri dengan Umma Salamah, hingga Ayesha lebih dewasa sedikit. Sama sekali tidak masuk akal menikahi seorang wanita cantik seperti Aisha dan menunggu tiga tahun untuk membawanya pulang ke rumah.

Shaykh Haddad juga setuju dan mengkonfirmasikan:
“Ini omong kosong orang yang tak tahu apa-apa. Bikr berarti seorang gadis perawan, seorang gadis yang belum pernah kawin, biarpun usianya 0 tahun, tidak ada penjelasan umur sama sekali.


BUKTI #8. Text Qur'an

Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur'an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun?
Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat , yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur'an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid doaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri. Ayat tsb mengatakan : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurnaakalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Qs. 4:5) Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memeliharaharta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. ?? (Qs. 4:6)

Dalam hal seorang anak yang ditingal orang tuanya, Seorang muslim diperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan "sampai usiamenikah" sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.

Disini, ayat Qur'an menyatakan ttg butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka.

Dalam ayat yang sangat jelas diatas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun. Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, Gadis tsb secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah. Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untukbermain dengan mainannya daripada mengambi tugas sebagai isteri. Oleh karean itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa AbuBakar,seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun.. Sama sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.

Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan," berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?" Jawabannya adalah Nol besar. Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?

AbuBakr merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur'an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau akan menolak dengan tegas karean itu menentang hukum-hukum Quran.

Kesimpulan: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karean itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.

BANTAHAN:
Argumen ini sama sekali tidak benar. Quran mengizinkan lelaki Muslim menikahi gadis-gadis yang belum akil balig. Buktinya adalah sebagai berikut:

1. Surat 65:4 secara gamblang mengatakan lelaki Muslim boleh menceraikan gadis-gadis yang belum akil balig.

[65:4] Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.

2. Bukti yang mendukung dari tafsir oleh Ibn Kathir:

Masa Iddah bagi yang sudah menopause dan yang tidak haid.
Allah menjelaskan masa tunggu wanita dalam menopause. Dan itu adalah orang yang haidnya telah berhenti karena usia tuanya. Masa Iddah nya adalah tiga bulan dan bukan tiga siklus haid bulanan seperti halnya bagi yang haid, yang berdasarkan ayat dalam Surat al-Baqaah (lihat ayat 2:228). Sama halnya bagi yang muda, yang belum mencapai masa haid. Iddah mereka adalah tiga bulan seperti halnya mereka yang menopause.


3. Bukti yang mendukung dari Sahih Bukhari

Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 63
Diriwayatkan oleh Sahl bin Sad; Ketika kami duduk-duduk bersama nabi, seorang wanita datang padanya dan menyerahkan diri (untuk kawin) padanya. Nabi menatapnya, matanya naik turun, tetapi tidak memberi jawaban. Salah seorang sahaba berkata, “Kawinkan dia padaku O Rasul Allah!” Nabi bertanya padanya, “Apa yang kamu punya?” Dia menjawab, “Aku tidak punya apa-apa.” Nabi berkata, “ Cincin besi pun tidak?” Dia berkata, “Bahkan cincin besi pun tidak punya, tapi aku akan merobek pakaianku menjadi dua dan memberi dia separuhnya dan menyimpan separuhnya.” Nabi berkata, “Jangan. Kamu hafal beberapa bagian Quran?” Dia menjawab, “Ya.” Nabi berkata, “Pergilah, aku telah setujuh menikahkan kamu dengan dia dengan apa yang kau tahu tentang Quran sebagai mas kawinnya.” ‘Dan bagi mereka yang tidak haid (yaitu mereka yang belum dewasa) (65.4) dan iddah bagi gadis yang belum akil balig adalah tiga bulan (di dalam ayat di atas).


Jadi bukannya melarang perkawinan dengan anak perempuan yang belum akil balig, sebaliknya Quran sesungguhnya menyetujuinya.

BUKTI #9: Ijin dalam pernikahan

Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan.

Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan.
Adalah tidak terbayangkan bahwa AbuBakr, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan mananggapi secara keras ttg persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.

Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadith dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.

kesimpulan: Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami ttg klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karean itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.


BANTAHAN:
Tampaknya Shanavas tidak tahu tentang hadist sahih Bukhari yang mengatakan seorang gadis perawan memberi izin dengan berdiam diri. Karena Aisha adalah seorang perawan, izinnya adalah berdiam dirinya dia.

Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 67:
Diriwayatkan oleh Abu Huraira: Nabi berkata, “Seorang wanita dewasa (yang pernah kawin) tidak boleh dikawinkan kecuali setelah dibincangkan dengannya, dan seorang perawan tidak boleh dikawinkan kecuali setelah izinnya diberikan. Orang-orang bertanya, “O Rasul allah! Bagaimana kita tahu dia mengizinkan?” Dia berkata, “Berdiam dirinya dia (adalah tanda izinnya)."


KESIMPULAN
Dapat dilihat dari analisa di atas bahwa TO Shanavas memberikan bukti-bukti yang tidak masuk akal (illogical) dan saling berkontradiksi berdasarkan data-data yang tidak benar untuk mendukung pendapatnya bahwa Aisha bukan berusia sembilan tahun ketika menikah dan disetubuhi Muhammad.

Karena “bukti-bukti” yang diberikannya memberi usia Aisha yang berbeda-beda dan karena dia menggunakan materi yang tidak sahih untuk membantah hadist-hadist sahih, dan karena dia menerima penggunaan fitnah yang tak didukung fakta, jelaslah bahwa dia belum dapat mendukung pendapatnya. Tidak ada satupun dari “bukti-bukti” yang diajukannya yang lulus ujian. Dalam banyak kasus malah kelihaatan dia mengutip secara salah dan menyalahartikan apa yang sesungguhnya telah terjadi. Dalam hal lain, kelihatan dia memilih menggunakan sumber yang kurang dipercaya (tidak otoritatif) walaupun telah ada sumber yang lebih dapat dipercaya yang mendukung pandangan tradisional.

Shanavas juga telah mencemarkan nama baik (memfitnah) cendekiawan Ibn Hajar dan Tabari dengan mengatakan mereka berkontradiksi. Shaykh Gibril Haddad menunjukkan bahwa tuduhan terhadap Ibn Hajar dan Tabari ini sama sekali tidak berdasar.

Jadi Shanavas telah dibantah dan fakta yang tetap ada adalah bahwa Aisha berumur sembilan tahun ketika dia menikah dan disetubuhi oleh Muhammad, seperti yang dibuktikan oleh hadist-hadist sahih.


Sumber : viewtopic.php?p=125641#p125641

Re: Muhammad membawa terang atau kegelapan?

Posted: Mon Feb 01, 2010 10:31 am
by Duladi
CRESCENT-STAR wrote:oh tentunya saja nabi melakukan perubahan, namun secara pelan-pelan. sulit loh bung merubah budaya berurat berakar dalam sekejap.
Betapa sulitnya membuat perubahan itu sampai-sampai Muhammad sendiri turut terlibat dalam perbuatan jahiliyah tersebut?

Bagaimana ia bisa dianggap sebagai TOKOH TERANG, kalau dirinya menjadi bagian dalam KEGELAPAN?

Muhammad merampok, alasanmu, karena pada zaman itu merampok adalah halal.
Muhammad menyetubuhi budak/pelayan, alasanmu, karena pada zaman itu menyetubuhi budak adalah halal.
Muhammad menganjurkan perbudakan, karena pada zaman itu perbudakan adalah halal.

Jadi, Muhammad sebenarnya bagian dari KEGELAPAN itu sendiri, dan bukan sebagai PEMBAWA TERANG.

Masihkah kamu menyangkalnya?
Crescent wrote:dan mengenai perluasan wilayah, selama tidak ada konsensus spt zaman sekarang tdk mungkin MUhammad melakukan aturan sendiri dan konyol sendiri.
Justru hal inilah yang membedakannya dari NABI-NABI TUHAN.
Muhammad hanyalah "JENGHIZ KHAN" yang ngaku-ngaku nabi.

Kamu tidak usah mencoba membenarkan perbuatan jahat Muhammad dengan membawa-bawa kisah Musa di sini. Karena sekali lagi, kita tidak lagi hidup di zaman Musa, melainkan hidup di zaman di mana SURGA & NERAKA sudah dijanjikan. Tentu kita harus tunduk pada aturan yang sudah ditetapkan Nabi-nabi: "PERILAKU JAHAT akan membuahkan NERAKA". Merebut wilayah orang dan kemudian memperbudak penduduknya adalah suatu kejahatan.

Muhammad hidup sesudah era Yesus. Kenapa Muhammad tidak mengetahui aturan ini?
Crescent wrote:dan mengenai pernikahan Quran sdh menggariskan norma baru bahwa seorang wanita harus sudah cukup umur untuk dinikahi. sedangkan pernikahan ala nabi dgn AISHA adalah HARAM dalam Islam yakni menikahi wanita dibawah umur dan bercampur ketika wanita tsb dewasa, dan selama belum dewasa sang wanita hidup bersama orang tuanya.
Sebenarnya Muhammad ingin menggenjot Aisyah pada umur 6 tahun, kalau saja Abu Bakar tidak mencegahnya dan menyuruh Muhammad menunggu 3 tahun lagi. Moral Muhammad itu sungguh rendah, bahkan lebih rendah dari moral Abu Bakar yang bukan nabi.

Sewaktu Muhammad mengatakan niatnya untuk menikahi Aisyah, Abu Bakar terkejut. Dia mencoba menolaknya dengan halus, dengan berkata “tapi kita ini masih saudara.” Muhammad meyakinkan dia bahwa mereka hanya saudara dalam iman dan bahwa pernikahannya dengan anak kecil itu tidaklah haram.

Hadist Sahih Bukhari 7.62.18
Diceritakan 'Ursa: Nabi meminta Abu Bakr utk menikahkan Aisyah dengannya. Abu Bakr berkata “Tapi aku saudaramu.” Nabi berkata, “Kau saudara hanya dalam agama Allah dan Kitabnya, tapi dia (Aisyah) berhak bagiku utk dinikahi.”

Muhammad yang bejat itu mengatakan pada Abu Bakar bahwa Aisyah telah ditunjukkan padanya dua kali dalam mimpi; di mana dia melihat seorang malaikat membawa Aisyah kecil yang dibungkus kain. “Aku bilang (pada diriku sendiri), ‘Jika ini dari Allah, maka ini harus terjadi.’” (Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 140)

Waktu itu usia Muhammad 53 tahun. Secara nalar, seorang kakek-kakek berumur 53 tahun tertarik secara seksual dengan anak kecil berarti ada kelainan pada diri orang itu.
Crescent wrote:tidak ada pernikahan spt ini dalam Islam kecuali sebuah pengkhususan bagi nabi yang terikat situasi dan kondisi zaman dimana nabi hidup.
Aneh, nabi kok malah diperbolehkan melakukan hal-hal menyimpang? Di manakah KEPINTARAN-mu sehingga kamu bisa dibodohi oleh orang Arab pembohong dari abad 7?

Kalau saya yang jadi nabi, saya pun bisa mengarang pengkhususan bagi diri saya sendiri, hanya saya saja yang boleh berbuat apa saja, orang lain tidak boleh. Saya rasa, kamu bukan anak kecil. Islam telah membuatmu tampak ****.