Salam,
Islam itu mengajarkan Hakikat dan tidak terjebak ritus ... Allah menyebut orang yg sholat saja CELAKA !! jika Sholatnya tidak berefek perbaikan moral dalam dirinya, dan dia disebut Pendusta dalam beragama ...
Splendid, tepat, pas ! Tapi apa bener tuh ?
Apa bentuk Islam tanpa ritus ? Judaisme !
Kenapa ganjil ? karena belum digenapi oleh Suhuf Isa ! Itu yang saya maksud, bukan Kristen lho, Suhuf Isa
Puasa misalnya, syah atau tidaknya puasa tidak bergantung pada penghakiman orang lain, atau dengan kata lain, orang yang mengurusi urusan puasa orang lain adalah sama saja tidak berpuasa, itu genap nya ! Ganjilnya... terlalu banyak orang ngurusi urusan puasa orang lain !
Apa tujuan Puasa ? Jika kita perhatikan secara seksama Puasa sangat berhubungan dengan faset-faset kehidupan, manusia adalah organisme mental dan perilaklu yang berpindah dari satu lingkungan psikologis ke psikologis yang lainnya, ada suatu masa, suatu momentum dimana kita tahu bahwa kita berubah, bahwa tujuan kita yang dahulu sudah tercapai, dan di depan terbentang tujuan yang lebih besar, untuk merubah sistem lama ke yang baru itu, untuk mencapai tujuan baru itu kita perlu berpuasa untuk memodifikasi Standar Operating Procedures yang menghalangi kita mencapai tujuan baru itu.
Oleh sebab itu Hakikat Puasa jauh lebih penting dari Syariah nya, dari ritusnya, dan Puasa tidak berarti menahan lapar dan haus dari jam segini sampai jam segitu, dalam keadaan berpuasa misalnya, jika kita membutuhkan air agar sistem metabolisme tetap dapat berfungsi secara optimal sehingga kita produktif, kenapa tidak minum ? Tuhan lah yang menilainya bukan manusia lain, siapapun manusia itu ! Mereka yang takut terhadap kandungan Hakikat adalam mereka yang tidak mengenal Tuhan, bahwa Tuhan itu punya cara penghakiman yang sangat bijaksana, sangat individualistik dari manusia yang satu ke mansuia yang lain.
Puasa masa ini sudah palson kabeh, sudah boong isinya, batang kangkung bumbung bambu, oleh sebab itu melakukan nya tidak memberikan manfaat apa-apa, kecuali menyiksa diri dengan hati yang dipenuhi sumpah serapah tapi malu-malu menyatakannya dihadapan Tuhan, munafik, dan diakhiri oleh pesta pora model orang farisi dengan penyembelahan binatang secara membabi buta yang hanya berakhir di toilet.
So and so, Rasullulah Muhammad memahami konsep itu, kenapa, karena Beliau sebenarnya memahami Injil, belajar Injil dari Waraqah Bin Naufal, tetapi dalam usaha Beliau mendesiminasikan issues itu terbentur oleh adat istiadat orang Arab yang mengartikan Puasa sebagai Samadhi, dan dalam perjalanan sejarah justu Syiam Samadi inilah yang dikenali sebagai obat manjur untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih komperhensif dalam kehidupan.
Jika saja seorang muslim memahami atau mau sebentar saja mempelajari Suhuf Isa, maka mereka akan mudah mengerti bahwa Puasa baru terjadi ketika pengantin itu sudah tidak ada diantara kita, Puasa apa, Puasa terhadap Firman ! atau tidak ada lagi Kalimah baru yang menggantikan ketetapan final, bahwa Puasa itu Hakikat adanya, bukan festivitas syariah.
Apakah masyarakat akan bingung jika hal itu terjadi ? relative bisa saja, tetapi puasa sudah ditetapkan sebagai hubungan personal Tuhan dengan satu orang manusia per individu, kapan saatnya ? Masing2 orang punya faset kehidupan dan perpindahan tujuan hidup dari yang realtif sederhana kepada yang lebih kompleks, dan itu berarti jatuh tempo waktu berpuasa ditentukan secara individual, dan bagaimana melaksanakannya diserahkan pada kejujuran pribadi masing-masing sehingga puasa dapat dilakukan secara universal tidak bergantung matahari, iklim, kondisi geografis, karena puasa bukan ditujukan untuk menyembah berhala matahari !
Seorang pegawai yang hendak bertekad bulat keluar dari kantornya dan ingin berjualan semur jengkol demi mencapai tujuannya untuk mandiri dan menjadi pengusaha pasti akan berpuasa, karena dia dipaksa oleh suatu kondisi untuk mendapatkan efesiensi dalam pemanfaatan sumber daya finansial, caranya gimana ? Ya makan dua kali saja satu hari, satu porsi makan di simpan untuk akumulasi modal, berdiam di rumah apabila tidak ada aktivitas yang mendukung proses pencapaian tujuan, berdoa dan menetapkan diri untuk terus menerus membulatkan tekad untuk menjadi pengusaha semur jengkol. Hidup juga demikian, ada saat dimana tujuan hidup adalah mendapatkan apa yang ada setelah kematian dan itu juga adalah waktu kita berpuasa.
Sekali lagi, jika hanya soal nahan lapar dan haus, tentu saja ada masih bisa dikompensasi, tetapi jika tujuannya sudah ngawur, motivasinya keliru, maka yang terjadi adalah kerusakan ! Mobil bisa saja secara terpaksa pake minyak goreng campur sabun kalo kehabisan oli, tetapi tidak boleh digejek gas nya, tetapi jika pemakaian oli buatan darurat itu untuk mengurangi biaya harga oli ya rusak dong mobilnya.
Kang HF, ada marabahaya yang luar biasa on certain issues terbentang dihadapan umat muslim ! saya adalah bagian dari masyarakat itu, dan disitulah ada orang2 yang amat sayangi dan kasihi, mereka harus diberikan perkabaran tentang Suhuf Musa dan Isa dengan cara-cara yang sederhana, dan dibebaskan dari kekangan formulasi ngawur musyrikun yang tidak melepaskan diri dari adat istiadat yang berkaitan dengan penyembehan berhala.
Tugas ini tidak woro-woro, on the way, on the hard way, step by step, di tauziah kan dengan bahasa yang sederhana, tidak ada paksaan, kalau mereka tetap memilih cara lama ya itu urusan mereka, tetapi jika mereka mau mendengar cara baru yang sebenarnya adalah yang orisinil maka mereka akan dibebaskan dari rasa takut, dan akan mampu melihat cakrawala tujuan-tujuan yang lebih komperhensif dari sekedar ngurusi urusan sejengkal dibawah dan diatas pusar.
Mohon tanggapannya....
Salam...