Riwayat yg MANA..???motauaza wrote: atau bila usia Aisha itu 17 tahun juga ngga salah ( berdasarkan riwayat2 yg lain )
Jangan asal CUAP TERUS...
Riwayat yg MANA..???motauaza wrote: atau bila usia Aisha itu 17 tahun juga ngga salah ( berdasarkan riwayat2 yg lain )
kafir terjebak? hehehe dasar leledumbomotauaza wrote:kapir hanya terjebak dalam urusan umur nominal Aisya, entar udah ngotot ternyata salah kan rugi sendiri, entar kalo sampe ke neraka baru nyesel...yah kenapa dulu gw ngotot menentang masalah umur Aisha.
argumen isapan jempol tidak berdasar karena anda tidak punya argumen lain yang masuk akal untuk menunjukkan kebenaran dari sebuah kelainan pedofilia yang dimiliki Muhammad.motauaza wrote:padahal menikah itu kalo dipikir2 kan hanya masalah ikatan suci ukan sekedar masalah sexual. andai gw menikah dgn anak umur 6 tahun pun paling juga perlakuan gw akan beda dgn menikahi anak umur 17 tahun, menikah itu tidak harus diperlakukan seperti orang pacaran...itu andai bener umur Aisha 6 tahun.
ley, coba pakai nalarmu sedikit.....motauaza wrote:kalo Aisha itu belum dewasa tentunya aisha akan kaget bila diajak melakukan hubungan dgn Nabi dan tentu akan banyak riwayat2 Nabi dari Aisha yg menceritakan ttg kekagetannya atau ketakutannya selama berumah tangga dgn Nabi.
motauaza bin leledumbo wrote:tapi lihat faktanya aja ternyata riwayat2 dari Aisha itu menunjukkan bahwa Aisha adalah sosok yg sudah dewasa terlihat dari tutur katanya, apa ada yg menunjukkan tanda2 bahwa Aisha belum dewasa ? engga ada kan.
dari kutipan yang pertama, saya menyimpulkan bahwa anda mempercayai tutur kata Aisha.motauaza bin leledumbo wrote:udah itu dulu aja cukup daripada cuma ngeributin masalah nominal umur Aisha yg pasti ngga akan ada jawaban yg pasti....cukup dilihat aja fakta2 sejarahnya apakah ada problem with that ??? no problem at all
atas dasar apa anda bilang :kandi wrote:hadist itu penuturnya msh manusia,beda dg qur'an,yg sumbernya tuhan. ttg angka pasti usia,berdasarkan kebiasaan waktu itu,mmg kurang bisa dipegang jaminan akurasinya,yg sahih adalah pernikahannya dan masih perawannya,soal angka usia tepatnya msh byk kontradiksi. lagipula hadist ini adalah hadist kasuistik,sbgmn hadist ttg sanglah menyusui salim. soal phedofil atau bukan itu juga tergantung pd kesiapannya,bukan patokan angka usia ttt.
Dari mana, argumentasi yang saya beri warna tebal merah di atas? Ada data statistiknya??motauaza wrote: kalo menilai sesuatu itu dilihat faktor2nya, jangan langsung di judge ke zaman sekarang.
apalagi orang zaman dulu usia 9 tahun sudah jauh lebih dewasa dibanding anak sekarang, coba lihat aja 20 tahun ke belakang, kamu lihat anak usia 9 tahun itu jauh terlihat lebih tua ketimbang anak zaman sekarang, anak zaman sekarang biar udah baligh ( menstruasi ) tapi tetep aja masih kayak bocah padahal secara alami dia udah siap untuk dinikahi phisically.
Niy, saya scan buku Sirah Rasul, karya Al Mubarakfury, yang menjadi Juara 1 dalam lomba penulisah sirah dalam sebuah kesempatan. Sumber ini sangat Islami, karena ditulis oleh muslim. Tertulis pada halaman 112, edisi terbitan Abdika Press sbb:motauaza wrote:nih gw copasin beberapa riwayat, dari banyak riwayat yg sesuai logika malah loe ambil riwayat yg langsung nyebut nominal umur tanpa analisis, silahkan aja andai anda tetep pegang hadith bukhari yg lemah...
Mboooo... kok jadi lari ke Maria???motauaza wrote:buktinya kamu rasain aja sendiri, gw paling bisa kasi contoh aja
bukannya maria menikah pada usia kurang dari 12 th ? dan bukannya seusia itu maria sudah dibilang bunda ?
artinya usia sekitar 12 tahun pada masa lalu itu udah seperti ibu2...tul ngga
kemudian perhatikan bagaimana caranya LinduA mencoba mengelak dari kebenaran argumen saya:miki wrote:apa gunanya dunia muslim menetapkan hadist2 mana yang sahih dan hadist2 mana yang tidak sahih?
dunia muslim sudah menetapkan hadist2 mana saja yang sahih dan tidak sahih
yang menetapkan adalah muslim sendiri
jika sampai hari ini, kesahihan hadist2 yang telah dinyatakan sahih itu masih pula dipertentangkan disana sini,
jadi, untuk apa penetapan yang telah ditentukan itu?
LinduA wrote:Bukan dunia muslim yang menetapkan hadis mana2 yang sahih dan tidak sahih, karena sebagian Dunia Muslim juga mengakui bahwa Hadis yang dikatakan sahih belum tentu sahih.
Saya juga tidak tahu siapa yang menetapkan kesahihan Hadis2 tersebut.
Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih, hasan, da'if dan maudu':miki wrote:jadi yang menetapkan hadist2 sahih itu bukan muslim ya?
siapa? kafir?
jelas yang menetapkan kesahihan hadist adalah muslim sendiri:
Adapun pendiwanan Al Hadits dilaksanakan dengan penelitian sanad dan rawi-rawinya. Ulama terkenal yang mempelopori usaha ini adalah :
Ishaq bin Rahawaih bin Mukhlad Al Handhali At Tamimi Al Marwazi (161-238 H / 780-855 M)
Ia adalah salah satu guru Ahmad bin Hambal, Bukhari, Muslim, At Tirmidzi, An Nasai.
Usaha Ishaq ini selain dilanjutkan juga ditingkatkan oleh Bukhari, kemudian diteruskan oleh muridnya yaitu Muslim. Akhirnya ulama-ulama sesudahnya meneruskan usaha tersebut sehingga pendiwanan kitab Al Hadits terwujud dalam kitab Al Jami'ush Shahih Bukhari, Al Jamush Shahih Muslim As Sunan Ibnu Majah dan seterusnya sebagaimana terdapat dalam daftar kitab masa abad 3 hijriyah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hadits
motauaza wrote:buktinya kamu rasain aja sendiri, gw paling bisa kasi contoh aja
bukannya maria menikah pada usia kurang dari 12 th ? dan bukannya seusia itu maria sudah dibilang bunda ?
artinya usia sekitar 12 tahun pada masa lalu itu udah seperti ibu2...tul ngga
Horeeeeeeeeee.....kalo gitu kita bisa ngangkat syekh puji jadi nabiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiNyampah wrote:lho apanya yang salah, ngaku2 mah bebas, kalo bisa ada pendukungnya, kalo ngaku2 sendiri kan malu. muhammad kan punya pemuja.
anak kecil atau tidak kan kita nggak tau, bisa aja aisha itu dewasa sebelum umurnya. dan kita kan ngga tau pendapat aisha gmn? kalo aishanya juga mupeng, nah lo,, kan klop, satu visi dan misi
Itu sumbernya hadith sahih..? Heheheee... Sirah Rasul, kok dilawan?motauaza wrote: buktinya kamu rasain aja sendiri, gw paling bisa kasi contoh aja
bukannya maria menikah pada usia kurang dari 12 th ? dan bukannya seusia itu maria sudah dibilang bunda ?
artinya usia sekitar 12 tahun pada masa lalu itu udah seperti ibu2...tul ngga
motauaza wrote:kalo menurut dugaanku begini....jadi para ahli hadith itu "terlalu hati-hati" dalam menyusun hadith2, hadith2 yg lemahpun tidak dibuang karena prinsip terlalu hati2 tsb, jadi semua hadith diambil tanpa memilah-milah.
Bro "motauaza"...motauaza wrote:nih gw copasin beberapa riwayat, dari banyak riwayat yg sesuai logika malah loe ambil riwayat yg langsung nyebut nominal umur tanpa analisis, silahkan aja andai anda tetep pegang hadith bukhari yg lemah...
Some people claim the Bukari and Muslim hadith reporting Hazrat Aisha’s age are “weak” (I won’t call them weak hadits, in reality they are attack on our prophet pbuh.)
There is material from both these hadith writers and earlier Islamic histories suggesting Aisha must have been older than nine when married.
According to hadith in Bukhari and Muslim, Aisha is said to have joined Muhammad on the raid that culminated in the Battle of Badr, in 624 CE. However, because no one below the age of fifteen was allowed to accompany raiding parties, Aisha should have been at least fifteen in 624 CE and thus at least thirteen when she was married following the Hijra in 622 CE.
Ibn Hisham’s recension of Ibn Ishaq’s Sirat Rashul Allah, the earliest surviving biography of Muhammad, records Aisha as having converted to Islam before Umar ibn al-Khattab, during the first few years of Islam around 610 CE. In order to accept Islam she must have been walking and talking, hence at least three years of age, which would make her at least fifteen in 622 CE.
Tabari reports that Abu Bakr wished to spare Aisha the discomforts of a journey to Ethiopia soon after 615 CE, and tried to bring forward her marriage to Mut`am’s son. Mut`am refused because Abu Bakr had converted to Islam, but if Aisha was already of marriageable age in 615 CE, she must have been older than nine in 622 CE.
Tabari also reports that Abu Bakr’s four children were all born during the Jahiliyyah, the pre Islamic period, which could be said to have ended in 610 CE, making Aisha at least twelve in 622 CE.
According to Ibn Hajar, Fatima was five years older than Aisha. Fatima is reported to have been born when Muhammad was thirty-five years old, meaning Aisha was born when he was forty years old, and thus twelve when Muhammad married at fifty-two.
Most of these narratives are reported only by Hisham ibn Urwa reporting on the authority of his father. All the narratives of this event have been reported through narrators from Iraq, where Hisham ibn Urwa is reported to have shifted after living in Madinah for seventy-one years. It is reported in one of the most well known books on the life and reliability of the narrators of the traditions ascribed to the Muhammad reports that Yaqub ibn Shaibah said, “narratives reported by Hisham are reliable except those that are reported through the people of Iraq”. It further states that Malik ibn Anas objected on those narratives of Hisham, which were reported through people of Iraq. Another book on the narrators of the traditions of the Muhammad reports that when he was old, Hisham’s memory suffered quite badly.
According to the generally accepted tradition, Aisha was born about eight years before Hijrah. However, according to another narrative in Bukhari (Kitaab al-Tafseer) Aisha is reported to have said that at the time Surah Al-Qamar, the 54th chapter of the Qur’an , was revealed, “I was a young girl”. The 54th Surah of the Qur’an was revealed nine years before Hijrah. According to this tradition, Aisha had not only been born before the revelation of the referred Surah, but was actually a young girl, not even only an infant at that time. So if this age is assumed to be 7 to 14 years then her age at the time of marriage would be 14 to 21.
According to almost all the historians, Asma the elder sister of Aisha, was ten years older than Aisha. It is reported in Taqreeb al-Tehzeeb as well as Al-Bidayah wa al-Nihayah that Asma died in the 73rd year after migration of Muhammad when she was 100 years old. Now, obviously if Asma was 100 years old in the 73rd year after Migration to Medina, she should have been 27 or 28 years old at the time of migration. If Asma was 27 or 28 years old at the time of hijrah, Aisha should have been 17 or 18 years old at that time. Thus, Aisha – if she got married in 1 AH (after Migration to Medina) or 2 AH – was between 18 to 20 years old at the time of her marriage.
According to many Ahadith in Bukhari, it is believed Aisha participated in the battle of Badr and Uhud.Also in Bukhari (Kitabu’l-maghazi) Ibn `Umar states that the Prophet did not permit me to participate in Uhud, as at that time, I was 14 years old. But on the day of Khandaq, when I was 15 years old, the Prophet permitted my participation. So if it was not allowed to participate in Uhud for people younger than 15, then Aisha would be atleast 15 in those battles, making her age at least 13 to 14 at the time of marriage.
Tabaqat ibn Sa’d, 8:58; Ansab al-Ashraf, 1:410. Opinions are in disagreement concerning her marriage with Muhammad. Their marriage seems to have taken place either two of five years after the Migration (Usd al-ghaba, 5:501).
Ini MUSCLAIMER sukanya OOT. Di thread sebelah juga dia tidak mampu lagi menjawab BEDAT dengan saya bedat bahasanya netter muslim ngamuk. Ini dia saya bongkar tipikal muslim kepojok cloningan ALAY TUKANG SATE:motauaza wrote:@betdaniel
buktinya kamu rasain aja sendiri, gw paling bisa kasi contoh aja
bukannya maria menikah pada usia kurang dari 12 th ? dan bukannya seusia itu maria sudah dibilang bunda ?
artinya usia sekitar 12 tahun pada masa lalu itu udah seperti ibu2...tul ngga
SUMBER: Gue murtad!motauaza wrote:emang kamu ngga nyadar ya bahwa dulu gereja2 pada ngerampok buku2 sciences muslim ? lihat aja nih tayangan TV di jerman yg mengungkap sejarahnya
http://www.youtube.com/watch?v=AJnc6lB6pts
malah dibilang itu perampokan terbesar dalam sejarah, parahnya lagi pengarang muslimnya dihilangkan....hih jahat banget tuh orang gereja.
orientalis2 jahat itu ngga akan terima kalo penemu2 itu ternyata muslim, biarin aja klaim tanpa bukti juga akan musnah sendiri dgn waktu.
HAHAHAHAHAHAHAHAHA...motauaza wrote:kalo menurut dugaanku begini....jadi para ahli hadith itu "terlalu hati-hati" dalam menyusun hadith2, hadith2 yg lemahpun tidak dibuang karena prinsip terlalu hati2 tsb, jadi semua hadith diambil tanpa memilah-milah.
ITU BARU SI BUKHARI SAJA, BELUM ULAMA AHLI HADIS YG LAINNYA...!!!Penelitian Hadits
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hafal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat/pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahil yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya seperti Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim.
Lalu..motauaza wrote:istilah pedophil itu kan untuk orang yg cenderung sukanya sama yg anak kecil aja, dan pedophil itu tanpa nikah, mereka mencari korban anak kecil kemudian dipaksa dan diperkosa. yah itu istilah yg dibikin2 sama psikiater, suka maling aja diberi istilah kliptomania
kalo Nabi kan menikahi Aisha, ada persetujuan dari semua pihak, tidak ada paksaan, ada misi dari pernikahan itu karena setauku Aisha pandai menghafal AlQuran, juga kabarnya untuk melindungi Aisha dari calonnya yg masih kafir. apalagi saat menikahi Aisha setelah melewati masa tunggu selama 3 tahun berarti Nabi telah memberikan contoh ke orang2 Arab saat itu untuk mempertimbangkan umur calon istri yg tadinya tanpa batas umur.
Lagi..motauaza wrote:tapi lihat faktanya aja ternyata riwayat2 dari Aisha itu menunjukkan bahwa Aisha adalah sosok yg sudah dewasa terlihat dari tutur katanya, apa ada yg menunjukkan tanda2 bahwa Aisha belum dewasa ? engga ada kan.
Dan akhirnya..motauaza wrote:udah itu dulu aja cukup daripada cuma ngeributin masalah nominal umur Aisha yg pasti ngga akan ada jawaban yg pasti....cukup dilihat aja fakta2 sejarahnya apakah ada problem with that ??? no problem at all
Akhirnya gua benar-benar ketawa guling-gulingmotauaza wrote:kalo menurut dugaanku begini....jadi para ahli hadith itu "terlalu hati-hati" dalam menyusun hadith2, hadith2 yg lemahpun tidak dibuang karena prinsip terlalu hati2 tsb, jadi semua hadith diambil tanpa memilah-milah.