Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Kehidupan, pengikut, kepercayaan, pikiran dan ucapan Muhammad.
User avatar
cupazz
Posts: 4
Joined: Mon Sep 20, 2010 1:17 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by cupazz »

Dear Om Dulatin dkk terimakasih atas pencerahannya... berkat IFF saya semakin kuat apa yang saya percayai..tentunya bukan Islam, yang mana didalamnya begitu banyak perkara...
Aku memang **** tapi tidak mudah untuk di bodohi Muhammad... tak sudi saya dibodohi sama Muhammad nabi Palsu..
Kanal Muh
Posts: 337
Joined: Mon Jul 26, 2010 4:23 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Kanal Muh »

Puasa sudah lama berlalu, tapi kenapa si Lincah belum mucul juga ya, apa masih mencari ya. Kalau lincah mah ga usah cari-cari kaleee!
Pengen tau aja bagaimana kelincahan si Lincah menghadapi Duladi aja gitu.
Saif.Bahar
Posts: 1548
Joined: Thu Jul 29, 2010 7:41 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Saif.Bahar »

Hehehe..viva mu'tazilah..

Berzinah kok di rajam...hak masing2 org utk brzinah..brzinah bklah prbuatan kriminal..trmasuk yg di lakukan muhamad adalah haknya..memang kurang krjaan merajam muhamad..

Lagi pula jaman gini przinahan biasa2 kok..yg penting sama2 suka..

Hehehe...bgga bgt jadi muslim mu'tazilah.
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by iamthewarlord »

Saif.Bahar wrote:Hehehe..viva mu'tazilah..

Berzinah kok di rajam...hak masing2 org utk brzinah..brzinah bklah prbuatan kriminal..trmasuk yg di lakukan muhamad adalah haknya..memang kurang krjaan merajam muhamad..

Lagi pula jaman gini przinahan biasa2 kok..yg penting sama2 suka..

Hehehe...bgga bgt jadi muslim mu'tazilah.

heheheeee.. muslim kacau balau..
Saif.Bahar
Posts: 1548
Joined: Thu Jul 29, 2010 7:41 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Saif.Bahar »

Hehehe..

Seandainya saya hidup di arabiyah jaman muhamad..trus punya budak cewek..cakep n sexy..trus ngesex sama dia bgmn kira2 anggapan org2 masa itu..

Trus saya jgkel n saya pukul budak saya itu gmn ya ?

Weleh2..
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Akukomkamu »

Saif.Bahar wrote:Hehehe..

Seandainya saya hidup di arabiyah jaman muhamad..trus punya budak cewek..cakep n sexy..trus ngesex sama dia bgmn kira2 anggapan org2 masa itu..

Trus saya jgkel n saya pukul budak saya itu gmn ya ?

Weleh2..
hehehe... :lol: kok nglantur ke jaman dulu , jaman sekarang pun Saif mau nglakukan itu ga apa2 kok asal jangan ketahuan aparat negara. Ini orang otaknya kok tambah menjadi2 ya...jahilliyanya , kapan km bisa pinter Saif ? km dah cukup banyak postingnya tp kok masih begitu saja daya pikir kamu ? sungguh menyedihkan ... :(



Piss... :heart:
User avatar
muslim_netral
Posts: 1705
Joined: Mon Jul 12, 2010 12:58 am

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by muslim_netral »

I LOVE U SILANCAH !!!
ALLAH BLESS YOU !
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Akukomkamu »

muslim_netral wrote:I LOVE U SILANCAH !!!
ALLAH BLESS YOU !
I :heart: U MUSLIM NETRAL
:heart: BLESS YOU


pisss... :heart:
User avatar
yohanes_metal
Posts: 2
Joined: Fri Jan 07, 2011 11:16 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by yohanes_metal »

Mawar Karo Bedil wrote:Knpa semua Muslim tabiatnya seragam semua ya? Histeris, frustasi, OOT, ngalor ngidul. Slim.. Slim.. Dungu..
anda terlalu berlebihan :finga:
User avatar
yohanes_metal
Posts: 2
Joined: Fri Jan 07, 2011 11:16 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by yohanes_metal »

Duladi wrote:Muhammad menerapkan hukuman rajam bagi sepasang Yahudi yang berzinah

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 531-533
  • Ibnu Ishaq berkata bahwa Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata kepadaku, ia mendengar seseorang dari Muzainah dari salah seorang ulama yang berbicara dengan Sa'id bin Al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata kepada mereka, bahwa rahib-rahib Yahudi berkumpul di Baitul Midras -ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah- dan sebelumnya salah seorang dari mereka telah berzina -setelah ia menikah- dengan seorang wanita Yahudi yang telah menikah.

    Mereka berkata, `Bawalah pria dan wanita ini kepada Muhammad, kemudian tanyakan kepadanya bagaimana hukum keduanya, dan beri dia hak untuk mengadili keduanya. Jika ia menjatuhkan hukuman cambuk kepadanya seperti kalian, dia seorang raja dan ikuti dia. Jika dia menjatuhkan hukuman rajam kepadanya, dia seorang nabi dan jagalah apa yang ada pada kalian jangan sampai dia merampasnya.'

    Mereka mendatangi Rasulullah SAW kemudian berkata, `Hai Muhammad. orang ini telah menikah kemudian berzina dengan wanita ini yang juga telah menikah. Adililah keduanya, karena kami telah memberi hak kepadamu untuk mengadili keduanya.'

    Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di rahib-rahib mereka di Baitul Midras. Beliau bersabda kepada mereka. `Hai orang-orang Yahudi, keluarkan untukku ulama kalian.'

    Mereka mengeluarkan Abdullah bin Shuriya kepada Rasulullah ShallallahuAlaihi wa Sallam.
    Ibnu Ishaq berkata bahwa sebagian orang dari Bani Quraidzah berkata kepadaku, selain mengeluarkan Abdullah bin Shuriya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka juga mengeluarkan Abu Yasir bin Akhthab dan Wahb bin Yahudza. Rahib-rahib Yahudi berkata, `Orang-orang inilah ulama kami.'

    Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada rahib-rahib Yahudi tentang masing-masing ulama mereka tersebut hingga akhirnya mereka berkata tentang Abdullah bin Shuriya, `Orang ini lebih pandai tentang Taurat daripada ulama-ulama kami lainnya.'

    Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk berduaan dengan Abdullah bin Shuriya. Abdullah bin Shuriya adalah orang termuda di antara ulama-ulama Yahudi. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mencecar Abdullah bin Shuriya dengan pertanyaan-pertanyaan, dan bertanya kepada Abdullah bin Shuriya, `Hai anak Shuriya, aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, dan dengan hari-hari Allah yang ada di Bani Israel, tidakkah engkau tahu bahwa Allah memutuskan hukuman rajam bagi muhshan (orang yang telah menikah) yang berzina dalam Taurat.'

    Abdullah bin Shuriya berkata. `Ya, demi Allah! Demi Allah, wahai Abu Al-Qasim, sesungguhnya orang-orang Yahudi telah mengetahui bahwa engkau nabi yang diutus, namun mereka merasa iri kepadamu.'

    Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar dan memerintahkan kedua orang tersebut dirajam di depan pintu masjid beliau di Bani Ghanm bin Malik bin An-Najjar. Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Shuriya kafir dan tidak mengakui kenabian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

    Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang orang-orang Yahudi tersebut,
    • Hai Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera kepada kekafiran, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka, Kami telah benman, ' padahal hati mereka belum beriman, dan di antara orang-orang Yahudi yang amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan perkataan orang lain yang belum pemah datang kepadamu; mereka mengubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, Jika diberikan ini kepada kalian, maka terimalah, dan jika kalian diberi yang bukan ini, maka hati hatilah. Barangsiapa Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka memperoleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.' (Al-Maidah: 41)
    Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Thalhah bin Yazid bin Rukanah berkata kepadaku dari Ismail bin Ibrahim dari Ibnu Abbas yang berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan pelaksanaan hukuman rajam kepada kedua pelaku zina tersebut, kemudian keduanya dirajam di depan masjid beliau. Ketika laki-laki Yahudi tersebut mulai mendapatkan lemparan batu, ia berdiri menuju sahabat wanitanya, kemudian menelungkupinya guna melindungi dari lemparan batu hingga akhirnya keduanya mati. Itulah salah satu yang diperbuat Allah bagi Rasul-Nya dalam melaksanakan eksekusi zina terhadap kedua orang tersebut."
Muhammad dan para pengikutnya juga berzinah, tapi tidak dihukum rajam

Tabaqat Ibn Sa’d, Vol 8, hal. 195
  • Ibnu Sa’d menulis: “Abu Bkr menceritakan bahwa Rasul SAW melakukan persetubuhan dg Mariyah di rumah Hafsa. Ketika rasul keluar rumah, Hafsa duduk digerbang (di belakang pintu yg terkunci). Dia bilang pada nabi, O rasul, apa anda melakukan ini di rumahku dan ketika giliranku? Nabi berkata, kendalikan dirimu dan biarkan aku pergi karena aku telah membuatnya (Mariyah) haram bagiku. Hafsa berkata, "Aku tidak terima kecuali kamu bersumpah bagiku." Hazrat (yg mulia) itu berkata, "Demi Allah aku tidak akan menyentuhnya lagi.”


Tidak lama berselang, dia bukannya taubat karena telah berzinah dg Mariyah, malah dia mengarang ayat untuk membatalkan sumpahnya itu supaya dia boleh meniduri Mariyah kembali:

Q 66:1-2
  • Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.


Muhammad terus melakukan zinah dengan Mariyah, dan status Mariyah tetap budak (bukan istri) sampai dia melahirkan anak haram.

http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muh ... ahim1.html
  • Akan tetapi tidak lama ia mengalami kesedihan itu, dengan melalui Maria orang Koptiik, Tuhan telah memberi karunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim, nama yang diambil dari Ibrahim leluhur para nabi, para hunif yang patuh kepada Tuhan. Sejak Maria diberikan oleh Muqauqis kepada Nabi sampai pada waktu itu masih berstatus hamba sahaja. Oleh karena itu tempatnya tidak di samping mesjid seperti isteri-isteri Nabi Umm'l-Mukminin yang lain. Oleh Muhammad ia ditempatkan di 'Alia, di bagian luar kota Medinah, di tempat yang sekarang diberi nama Masyraba Umm Ibrahim, dalam sebuah rumah di tengah-tengah kebun anggur.
Sumber-sumber Islam tertua lainnya membenarkan riwayat di atas:

Buku Asbabun Nuzul Imam Suyuti, Halaman 585: Sebab-sebab turunnya surat At-Tahrim
  • Diriwayatkan oleh Anas: Suatu hari Rasulullah menggauli seorang budak wanita miliknya. Aisyah dan Hafshah lantas terus-menerus memperbincangkan kejadian tersebut sampai akhirnya Rasulullah menjadikan budaknya itu haram bagi diri beliau (tidak akan digauli lagi). Allah lalu menurunkan At-Tahrim ayat 1: "Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Buku Asbabun Nuzul Imam Suyuti, Halaman 586: Sebab-sebab turunnya surat At-Tahrim
  • Suatu ketika, Rasulullah menggauli Maria, seorang budak wanitanya, di rumah Hafsah. Tiba-tiba Hafsah muncul dan mendapati Maria tengah bersama Rasulullah. Hafsah lalu berkata, "Wahai Rasulullah, kenapa harus di rumah saya, tidak di rumah istri-istri engkau yang lain?" Rasulullah lalu berkata, "Wahai Hafsah, mulai saat ini haram bagi saya untuk menyentuhnya kembali. Rahasiakanlah ucapan saya ini dari siapapun." Akan tetapi ketika Hafsah keluar dan bertemu dengan Aisyah, ia lantas membocorkannya. Allah lalu menurunkan ayat 1, "Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu demi menyenangkan hati istri-istrimu...."
Tafsir Maududi Q33:50 (http://www.quranenglish.com/tafheem_quran/033-2.htm" onclick="window.open(this.href);return false;)
  • Dari empat budak ini (yaitu Raihanah, Juwairiyah, Safiyyah, dan Mariyah), Muhammad membebaskan 3 orang dan menikahinya, sedangkan dengan Mariyah dia memiliki “hubungan suami istri” atas dasar dia adalah budaknya. Dalam kasus Mariyah ini, tidak ada bukti bahwa Muhammad membebaskan dan menikahinya.
Dalam Alquran yang diterbitkan Entesharat-e Elmiyyeh Eslami Tehran 1377 H, Tafseer dan terjemahan ke dalam bahasa Farsi oleh Mohammad Kazem Mo’refi, dijelaskan secara gamblang latar belakang dikarangnya ayat-ayat at-Tahrim tersebut:
  • Juga dilaporkan bahwa nabi telah membagi hari2nya diantara istri2nya. Dan ketika tiba giliran Hafsa, disuruhnya Hafsa pergi ke rumah ayahnya Omar Khattab, dengan alasan ayahnya memanggilnya. Ketika Hafsa pergi, nabi memanggil budak wanita Mariyah, orang Coptik yang (belakangan) melahirkan anaknya Ibrahim dan Mariyah adalah hadiah dari Najashi, lalu melakukan hubungan seks dengannya. Ketika Hafsa kembali, dia dapatkan pintu terkunci dari dalam. Dia duduk di depan pintu tsb sampai sang nabi selesai dengan ‘bisnis’nya dan keluar rumah dengan keringat bercucuran di wajahnya. Ketika Hafsa melihat dia dalam kondisi demikian dia menegurnya dan berkata kau tidak menghargai kehormatanku, kau kirim aku keluar rumah dengan alasan agar kau bisa meniduri budak wanita itu. Dan pada hari giliranku ini kau berhubungan seks dengan orang lain. Lalu nabi berkata, 'diamlah meski dia itu budakku dan oleh karenanya halal bagiku, utk menyenangkanmu, Aku, saat ini, membuatnya jadi haram bagiku. Tapi Hafsa tidak menerima ini dan meminta nabi bersumpah demi Allah, nabi melakukannya. Ketika nabi keluar rumah Hafsah ketuk dinding yang memisahkan kamarnya dengan Aisha dan menceritakan semuanya.
Dan ini juga sama, kelakuan para pengikutnya, MEMPERKOSA PARA WANITA TAWANAN:

Sahih Bukhari: Volume 5, Book 59, Number 459:
  • Dikisahkan oleh Ibn Muhairiz:
    Aku masuk ke dalam mesjid dan melihat Abu Khudri dan lalu duduk di sebelahnya dan bertanya padanya tentang coitus interruptus (Al-Azl). Abu berkata, “Kami pergi bersama Rasul Allah untuk Ghazwa (penyerangan terhadap) Banu Mustaliq dan kami menerima tawanan2 perang diantara para tawanan perang dan kami berhasrat terhadap para wanita itu dan sukar untuk tidak melakukan hubungan seksual dan kami suka melakukan coitus interruptus (=membuang sperma di luar vagina). Maka ketika kami bermaksud melakukan azl/coitus interruptus kami berkata: “Bagaimana kami dapat melakukan coitus interruptus tanpa menanyakan Rasul Allah yang ada diantara kita?” Kami bertanya padanya tentang hal ini dan dia berkata: “Lebih baik kalian tidak melakukan itu, karena jika jiwa (dalam hal ini jiwa bayi) manapun (sampai hari Kebangkitan) memang ditentukan untuk menjadi ada, maka jiwa itu pun akan ada.’”
Sahih Bukhari: Volume 9, Book 93, Number 506:
  • Dikisahkan oleh Abu Said Al-Khudri:
    Ketika dalam peperangan dengan Bani Al-Mustaliq, mereka (tentara Muslim) menangkap tawanan2 wanita dan ingin menyetubuhi wanita2 itu tanpa membuat mereka hamil. Maka mereka (tentara Muslim) tanya pada Nabi tentang azl/coitus interruptus …
Memperkosa para tawanan dengan teknik azl memang sudah menjadi kebiasaan Muhammad dan pengikutnya:

Al-Waqidi vol.i, p.413
  • Seorang Yahudi berkata padaku, "Abu Said, tidak heran mengapa kau mau menjual dia (tawanan wanita) karena apa yang dikandungnya dalam perutnya adalah bayi dari kamu.” Aku berkata, “Tidak, aku melakukan ‘azl.” Mendengar ini dia menjawab (dengan kasar), “Itu hampir sama dengan pembunuhan anak!” Ketika aku sampaikan kisah ini kepada sang Nabi, dia berkata, “Orang2 Yahudi itu bohong. Orang2 Yahudi itu bohong.”
Malah, Muhammad juga mengijinkan pengikutnya menzinahi wanita tawanan di depan suaminya:

Hadist Sunan Abu Dawud Nomor 2150
  • Rasul allah mengutus ekspedisi militer ke Awtas pada saat perang Hunain. Mereka bertemu dengan musuh dan bertempur dengan mereka. Mereka mengalahkan musuh dan mengambil mereka sebagai tawanan. Beberapa teman rasul allah enggan berhubungan seks dengan wanita tawanan di depan suami mereka yang kafir. Maka allah mengirimkan ayat quran sura 4:24. "Dan (diharamkan) bagimu kecuali mereka (tawanan) yang kamu miliki."
Demi keadilan, apa hukuman buat Muhammad dan para pengikutnya????????
Dia menerapkan rajam bagi pelaku zinah Yahudi, tapi kenapa dia sendiri yang berzinah kebal dari hukum???
weleh,.udah nulis panjang lebar,. ternyata HOAX beritamu :rock:
User avatar
Al-Kafirun_Mukmin
Posts: 1135
Joined: Sat Jan 22, 2011 7:13 am

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Al-Kafirun_Mukmin »

Yg mananya HOAX?.. Bisa d kutip?..
Firman
Posts: 11
Joined: Sat Jan 29, 2011 7:16 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Firman »

Baru terjun ikut arus FFI... lama2 seram juga yah! Awal2nya masih ragu apakah hanya perang opini. Ternyata banyak saling memaparkan referensi2 yang tajam dan langsung! Malah justru dari sumber karikatur Islam sendiri. Begitu seramkah kebenaran yang menyangkut 1,3m lebih nasib manusia keakherat dijaman ini?? Atau 180jt nasib muslim di Indonesia (75%-2009 red).
Mengenai perbudakan, perselingkuhan dan perzinahan yang dibenarkan oleh Quran, krn Allah SWT tidak berdaya terhadap Muhammad, amat tragis... terlebih mengenai ejakulasi di luar rahim, amat menjijikan! :axe:

Syukurlah, walau mamah saya betawie, beliau meninggalkan Islam yang menjadi darah dan budaya sukunya! Dan syukurlah ayahanda kami tidak mengalah untuk kami anak2nya (7 lelaki) dididik dg dogma Islam walau kami tinggal jelas dilingkungan betawie dan sarapan hari2 anak2 kafir dari mulut2 keluarga besar!

Salam...
(sys masih malu2 mau ikut2... baca2 dulu dech!)
User avatar
Al-Kafirun_Mukmin
Posts: 1135
Joined: Sat Jan 22, 2011 7:13 am

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Al-Kafirun_Mukmin »

Firman wrote:Baru terjun ikut arus FFI... lama2 seram juga yah! Awal2nya masih ragu apakah hanya perang opini. Ternyata banyak saling memaparkan referensi2 yang tajam dan langsung! Malah justru dari sumber karikatur Islam sendiri. Begitu seramkah kebenaran yang menyangkut 1,3m lebih nasib manusia keakherat dijaman ini?? Atau 180jt nasib muslim di Indonesia (75%-2009 red).
Mengenai perbudakan, perselingkuhan dan perzinahan yang dibenarkan oleh Quran, krn Allah SWT tidak berdaya terhadap Muhammad, amat tragis... terlebih mengenai ejakulasi di luar rahim, amat menjijikan! :axe:

Syukurlah, walau mamah saya betawie, beliau meninggalkan Islam yang menjadi darah dan budaya sukunya! Dan syukurlah ayahanda kami tidak mengalah untuk kami anak2nya (7 lelaki) dididik dg dogma Islam walau kami tinggal jelas dilingkungan betawie dan sarapan hari2 anak2 kafir dari mulut2 keluarga besar!

Salam...
(sys masih malu2 mau ikut2... baca2 dulu dech!)
kok karikatur??..
munaro-murtad
Posts: 55
Joined: Mon Feb 28, 2011 8:45 am

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by munaro-murtad »

si mamad berzinah kan di suruh ama auwo wts jd ada ayatnya... :rofl:
aya_mizuhara
Posts: 7
Joined: Tue Mar 08, 2011 8:31 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by aya_mizuhara »

munaro-murtad wrote:si mamad berzinah kan di suruh ama auwo wts jd ada ayatnya... :rofl:
Ada orang gila lagi sok ngurusin agama laen =D> =D> =D>
User avatar
Al-Kafirun_Mukmin
Posts: 1135
Joined: Sat Jan 22, 2011 7:13 am

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by Al-Kafirun_Mukmin »

Jd? Jd? Mana sanggahan untuk postingan Duladi yg d quote Yohanes Metal?..
son moslem
Posts: 3
Joined: Wed Mar 30, 2011 10:14 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by son moslem »

munaro-murtad wrote:si mamad berzinah kan di suruh ama auwo wts jd ada ayatnya... :rofl:
hadeww
islamjewel
Posts: 49
Joined: Sat Jul 02, 2011 10:55 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by islamjewel »

semua itu hoax. yang benar adalah penjelasan dibawah ini:

http://muslims-says.blogspot.com/2012/0 ... ammad.html
Dan ini adalah bukti bahwa kristen ajaran penipu Sebab surat ini tidak ada sangkut paut dengan zina atau bersetubuh, Pada hal ayat ini Allah SWT menegur Nabi SAW. karena dia bersumpah tidak akan meminum lagi madu, padahal madu itu adalah minuman halal. Sebabnya hanyalah karena menghendaki kesenangan hati istri-istrinya.

Dan yang jadi sumber mereka adalah hadis Dhoif yang diriwayatkan oleh Abdullah bin sabib, abdullah bin sabib dia adalah orang tidak diterima oleh ulama hadis karena dia adalah orang yg pelupa dan banyak bicara sehingga banyk tercampur riwayatnya, dan yang parah lagi kristen menambah-nambah kata-kata yang kasar dalam hadis ini sudah hadis dhoip dan dipelintirkan lagi oleh kristen, dan sekarang bandingkan dan liat penambahan kata oleh kristen terhadap hadis dhoip ini: Di riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah membawa Maria al-Qibthiyah ke rumah Hafshah, dan beristirahat di sana ketika Hafshah sedang tidak berada di rumahnya. Kemudian Hafshah menjumpai Rasulullah berada dalam rumahnya dengan Maria. Hafshah pun cemburu. Maka seketika itu pula Rasul pun mengharamkan Maria untuk diri beliau. Namun, riwayat ini lemah karena beberapa periwayatnya yaitu Abdullah bin Syabib seorang yang kurang kuat hafalannya. Dan Abu Said ar-Rib’iy seorang yang pandai tapi mudah lupa dan terlalu banyak bicara dan bercerita sehingga tercampur-campur riwayatnya. Sebagaimana ditegaskan Abu Ahmad al-Hakim dalam bukunya Mîzân al-`I’tidâl fi Naqdi ar-Rijâl (lihat vol. 4/118).

Adapun sebab turun ayat ini yang shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim juga Abu Dawud, Rasulullah dijumpai oleh Aisyah dan Hafshah sepulang dari rumah Zainab binti Jahsy dan mereka berdua menemukan tanda-tanda Rasulullah telah meminum madu dan jamuan yang istimewa di rumah Zaenab, mereka berdua pun cemburu. Untuk menyenangkan isteri-isterinya Rasul pun mengharamkan madu. Maka turunlah teguran Allah, “Hai Nabi, Mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (At-Tahrim: 1)

Kemudian tatkala beliau menjelaskan sebuah rahasia tertentu kepada Hafshah. Lalu Hafshah memberitahukannya kepada Aisyah dan mereka berdua sibuk membicarakannya. Turunlah teguran Allah berikutnya, “Dan ingatlah ketika nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: “Siapakah yang Telah memberitahukan hal Ini kepadamu?” nabi menjawab: “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, Maka Sesungguhnya hati kamu berdua Telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan nabi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (At-Tahrim: 3-5)

Adalah sebuah keistimewaan dan kebanggaan berada di dekat Rasulullah, berada di tengah-tengah kehidupan Rasulullah. Apalagi dengan setatus sebagai ahli baitnya. Menjadi orang pertama yang dekat dengan sumber turunnya hukum dari Allah. Namun, keistimewaan ini tak lantas membuat ahli bait Rasulullah kebal hukum dan bebas melakukan apa saja. Karena agama Islam, risalah yang dibawa Rasulullah tak mengenal kasta. Siapapun yang baik dihargai kebaikannya dan yang salah harus di hukum atau setidaknya ditegur.

Teguran pertama yang diperuntukkan Rasulullah adalah sebuah teguran yang tegas. Apakah demi menyenangkan para isteri, beliau bisa mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah. Sekaligus sebagai contoh untuk para umatnya, terutama dalam mengarungi kehidupan keluarga. Tak jarang demi menyenangkan hati isteri seorang suami melakukan sesuatu yang dibenci oleh Allah. Dalam ayat ini, Rasul tidaklah melakukan maksiat atau melanggar larangannya, tapi beliau menahan dari sesuatu yang dibolehkan. Itu saja sudah mendapat teguran. Apalagi jika seandainya yang dilakukan adalah maksiat. Maka yang perlu diambil pelajaran adalah penyikapan terhadap perilaku isteri yang kadang memiliki kecemburuan yang berlebihan, bahkan tak jarang sangat tidak beralasan. Penyelesaian yang baik bukanlah asal isteri senang. Namun, perlu diperhatikan apakah melanggar norma agama selain tentunya dicari akar permasalahan yang sesungguhnya. Dan kemudian dibicarakan dengan baik-baik dan kepala dingin. Bahwa permasalahan cemburu juga tak jauh berbeda dengan permasalahan salah paham antara pasangan suami istri dalam berkomunikasi. Kecuali jika memang benar suami telah benar-benar melanggar hak-hak istri. Bukan sekedar praduga atau prasangka, karena kita diminta untuk menjauhi keduanya.

Cerita dan pernik ini sebenarnya hanya sebuah mukaddimah dari sebuah pesan inti yang sangat penting yang akan disampaikan Allah pada ayat berikutnya, ” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6). Setiap kita diminta untuk menjaga diri dari terjerumus pada perbuatan yang bisa menyeret kita kepada neraka Allah yang penuh dengan adzab yang mengerikan. Tanggung jawab ini yang paling perta-ma ditujukan kepada setiap kepala rumah tangga. Seorang laki-laki sejak mengucapkan ijab qabul maka tanggung jawab terhadap perempuan yang dinikahinya tak lagi berada di bawah bapaknya. Namun, pindah kepada dirinya selaku suaminya. Dan kelak jika punya anak laki-laki sampai mereka mencapai usia baligh dan perempuan sampai kelak mendapatkan pasangan hidupnya.

Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini dengan mendidik orang-orang yang berada dalam tanggung jawab kita. Mendidik dengan mengenalkan mereka pada ajaran agama yang benar. Hal ini memang tidak ringan. Apalagi tanggung jawab dan kewajiban mencari nafkah juga dibebankan kepada laki-laki. Namun hal ini masih lebih baik baginya sebelum kelak ia menyesal sebagaimana orang-orang kafir menyesal di akhirat karena berbagai alasan mereka takkan pernah terampuni. Penyesalan yang demikian nantinya tidaklah berguna, “Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu Hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.” (at-Tahrim: 7)

Namun, kemuliaan Allah sangat luas. Kasih sayangnya selalu terbentang bagi hamba-hamba-Nya. Karena di setiap usaha manusia senantiasa ada kekhilafan dan kesalahan. Karena itulah Dia menyuruh para hamba-Nya untuk mengetuk pintu taubat-Nya yang selalu terbuka kapan saja. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.” (At-Tahrim: 8)

Surat yang cukup pendek ini ditutup dengan penuturan dua buah perumpamaan yang bertolak belakang. Yaitu perumpamaan perempuan yang buruk akhlaknya serta tak tau bersyukur pada Allah dan suaminya. Mereka yang mendurhakai suaminya serta memusuhuhinya.

Dan perumpamaan perempuan yang mulia serta sabar danberpegang teguh terhadap ajaran agama Allah meskipun badai fitnah menerpa mereka, bahkan sampai siksaan fisik.

Allah memulainya dengan menuturkan kisah isteri Nabi Nuh dan isteri Nabi Luth, “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.”(At-Tahrim: 10)

Tak ada jaminan berada di tengah-tengah orang baik untuk menjadi baik, bila tak disertai keinginan baik dan kesungguhan memelihara kebiasaan baik. Isteri Nabi Nuh dan Nabi Luth lah contohnya. Keberadaan mereka di tengah Nabi Allah tak menjadikan mereka berdua bersyukur dengan keadaan serta keistimewaan itu. Justru sebaliknya, mendustakan, mendurhakai bahkan memusuhi dakwah suami. Sekalipun suami mereka nabi takkan ada jaminan mereka bisa terbebas dan terlindungi dari siksa Allah yang maha pedih dan dahsyat.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Asiah istri Fir’aun yang hhidup di tengah kebengisan suaminya. Di tengah perilaku jahiliah kaumnya. Di tengah berbagai kebiasaan buruk suasana istana yang juga tempatnya berada. Namun, hal tersebut tak menjadikannya menyerah untuk mempertahankan iman. Bahkan menjadi sebuah motivasi yang kuat untuk membantu dakwah Nabi Musa as. Meskipun akhirnya harus berhadapan dengan kekejaman suaminya sendiri, Fir’aun; simbol dan icon thaghut yang terabadikan sepanjang masa. Beliau pun menemui Allah dalam keadaan syahid setelah disiksa Fir’aun. “Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim.” (at-Tahrim: 11). Sekalipun ia bersuamikan seorang yang sangat durhaka pada Allah, hal tersebut tak membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan syurga Allah.

Selanjutnya surat ini ditutup dengan sebuah perumpaan yang ideal bagi kaum beriman. Seorang perempuan yang lahir, hidup dan dewasa di tengah keluarga yang menjaga norma-norma agama, di tengah masyarakat yang sudah acuh dengan aturan dari Allah. Sehingga pada saat beliau menginjak dewasa siap dengan berbagai resiko berpegang teguh dengan ajaran Allah. Bahkan tatkala harus siap menghadapi cobaan yang berat menjadi seorang ibu tanpa seorang suami pun. Seorang ibu bagi orang yang ditunggu umatnya. Ibu bagi Isa al-Masih, utusan Allah untuk Bani Israel. Maryam yang suci dan senantiasa memelihara kesuciannya. Sepatutnyalah hal tersebut dicontoh dan ditiru oleh para perempuan sekarang. Juga bagi para ibu dan bapak dalam mendidik anak-anaknya terutama anak perempuan. Allah pun menegaskannya, “Dan (Ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.“(At-Tahrim: 12). Keteguhan menjalankan ajaran, kesabaran dalam memikul cobaan Allah, menerima cercaan dan fitnah kaumnya serta kelembutannya membesarkan dan mengasuh anak satu-satunya sekaligus memotivasinya untuk berdakwah. Hal tersebut membuat nama Maryam tersemat sebagai salah satu wanita pilihan terbaik. Allah menegaskanya, “Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah Telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).“(QS. Ali Imran: 42)

Setelah keluarga ayahnya disejajarkan dengan deretan nama nabi-nabi-Nya, “Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (QS. Ali Imran: 33)

Berbahagialah orang-orang pilihan itu. Berbahagialah keluarga-keluarga pilihan yang dijadikan sampel dan teladan bagi umat-umat yang datang setelahnya.

Setelah nasihat yang Allah berikan ini semoga kita semua bisa mengambil ibroh dan pelajaran dengan baik. Sehingga hari-hari kita ke depan semakin penuh dengan kebaikan dan kemanfaatan. Amin.
islamjewel
Posts: 49
Joined: Sat Jul 02, 2011 10:55 pm

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by islamjewel »

semua itu hoax. yang benar adalah penjelasan dibawah ini:

http://muslims-says.blogspot.com/2012/0 ... ammad.html
Dan ini adalah bukti bahwa kristen ajaran penipu Sebab surat ini tidak ada sangkut paut dengan zina atau bersetubuh, Pada hal ayat ini Allah SWT menegur Nabi SAW. karena dia bersumpah tidak akan meminum lagi madu, padahal madu itu adalah minuman halal. Sebabnya hanyalah karena menghendaki kesenangan hati istri-istrinya.

Dan yang jadi sumber mereka adalah hadis Dhoif yang diriwayatkan oleh Abdullah bin sabib, abdullah bin sabib dia adalah orang tidak diterima oleh ulama hadis karena dia adalah orang yg pelupa dan banyak bicara sehingga banyk tercampur riwayatnya, dan yang parah lagi kristen menambah-nambah kata-kata yang kasar dalam hadis ini sudah hadis dhoip dan dipelintirkan lagi oleh kristen, dan sekarang bandingkan dan liat penambahan kata oleh kristen terhadap hadis dhoip ini: Di riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah membawa Maria al-Qibthiyah ke rumah Hafshah, dan beristirahat di sana ketika Hafshah sedang tidak berada di rumahnya. Kemudian Hafshah menjumpai Rasulullah berada dalam rumahnya dengan Maria. Hafshah pun cemburu. Maka seketika itu pula Rasul pun mengharamkan Maria untuk diri beliau. Namun, riwayat ini lemah karena beberapa periwayatnya yaitu Abdullah bin Syabib seorang yang kurang kuat hafalannya. Dan Abu Said ar-Rib’iy seorang yang pandai tapi mudah lupa dan terlalu banyak bicara dan bercerita sehingga tercampur-campur riwayatnya. Sebagaimana ditegaskan Abu Ahmad al-Hakim dalam bukunya Mîzân al-`I’tidâl fi Naqdi ar-Rijâl (lihat vol. 4/118).

Adapun sebab turun ayat ini yang shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim juga Abu Dawud, Rasulullah dijumpai oleh Aisyah dan Hafshah sepulang dari rumah Zainab binti Jahsy dan mereka berdua menemukan tanda-tanda Rasulullah telah meminum madu dan jamuan yang istimewa di rumah Zaenab, mereka berdua pun cemburu. Untuk menyenangkan isteri-isterinya Rasul pun mengharamkan madu. Maka turunlah teguran Allah, “Hai Nabi, Mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (At-Tahrim: 1)

Kemudian tatkala beliau menjelaskan sebuah rahasia tertentu kepada Hafshah. Lalu Hafshah memberitahukannya kepada Aisyah dan mereka berdua sibuk membicarakannya. Turunlah teguran Allah berikutnya, “Dan ingatlah ketika nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: “Siapakah yang Telah memberitahukan hal Ini kepadamu?” nabi menjawab: “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, Maka Sesungguhnya hati kamu berdua Telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan nabi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (At-Tahrim: 3-5)

Adalah sebuah keistimewaan dan kebanggaan berada di dekat Rasulullah, berada di tengah-tengah kehidupan Rasulullah. Apalagi dengan setatus sebagai ahli baitnya. Menjadi orang pertama yang dekat dengan sumber turunnya hukum dari Allah. Namun, keistimewaan ini tak lantas membuat ahli bait Rasulullah kebal hukum dan bebas melakukan apa saja. Karena agama Islam, risalah yang dibawa Rasulullah tak mengenal kasta. Siapapun yang baik dihargai kebaikannya dan yang salah harus di hukum atau setidaknya ditegur.

Teguran pertama yang diperuntukkan Rasulullah adalah sebuah teguran yang tegas. Apakah demi menyenangkan para isteri, beliau bisa mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah. Sekaligus sebagai contoh untuk para umatnya, terutama dalam mengarungi kehidupan keluarga. Tak jarang demi menyenangkan hati isteri seorang suami melakukan sesuatu yang dibenci oleh Allah. Dalam ayat ini, Rasul tidaklah melakukan maksiat atau melanggar larangannya, tapi beliau menahan dari sesuatu yang dibolehkan. Itu saja sudah mendapat teguran. Apalagi jika seandainya yang dilakukan adalah maksiat. Maka yang perlu diambil pelajaran adalah penyikapan terhadap perilaku isteri yang kadang memiliki kecemburuan yang berlebihan, bahkan tak jarang sangat tidak beralasan. Penyelesaian yang baik bukanlah asal isteri senang. Namun, perlu diperhatikan apakah melanggar norma agama selain tentunya dicari akar permasalahan yang sesungguhnya. Dan kemudian dibicarakan dengan baik-baik dan kepala dingin. Bahwa permasalahan cemburu juga tak jauh berbeda dengan permasalahan salah paham antara pasangan suami istri dalam berkomunikasi. Kecuali jika memang benar suami telah benar-benar melanggar hak-hak istri. Bukan sekedar praduga atau prasangka, karena kita diminta untuk menjauhi keduanya.

Cerita dan pernik ini sebenarnya hanya sebuah mukaddimah dari sebuah pesan inti yang sangat penting yang akan disampaikan Allah pada ayat berikutnya, ” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6). Setiap kita diminta untuk menjaga diri dari terjerumus pada perbuatan yang bisa menyeret kita kepada neraka Allah yang penuh dengan adzab yang mengerikan. Tanggung jawab ini yang paling perta-ma ditujukan kepada setiap kepala rumah tangga. Seorang laki-laki sejak mengucapkan ijab qabul maka tanggung jawab terhadap perempuan yang dinikahinya tak lagi berada di bawah bapaknya. Namun, pindah kepada dirinya selaku suaminya. Dan kelak jika punya anak laki-laki sampai mereka mencapai usia baligh dan perempuan sampai kelak mendapatkan pasangan hidupnya.

Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini dengan mendidik orang-orang yang berada dalam tanggung jawab kita. Mendidik dengan mengenalkan mereka pada ajaran agama yang benar. Hal ini memang tidak ringan. Apalagi tanggung jawab dan kewajiban mencari nafkah juga dibebankan kepada laki-laki. Namun hal ini masih lebih baik baginya sebelum kelak ia menyesal sebagaimana orang-orang kafir menyesal di akhirat karena berbagai alasan mereka takkan pernah terampuni. Penyesalan yang demikian nantinya tidaklah berguna, “Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu Hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.” (at-Tahrim: 7)

Namun, kemuliaan Allah sangat luas. Kasih sayangnya selalu terbentang bagi hamba-hamba-Nya. Karena di setiap usaha manusia senantiasa ada kekhilafan dan kesalahan. Karena itulah Dia menyuruh para hamba-Nya untuk mengetuk pintu taubat-Nya yang selalu terbuka kapan saja. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.” (At-Tahrim: 8)

Surat yang cukup pendek ini ditutup dengan penuturan dua buah perumpamaan yang bertolak belakang. Yaitu perumpamaan perempuan yang buruk akhlaknya serta tak tau bersyukur pada Allah dan suaminya. Mereka yang mendurhakai suaminya serta memusuhuhinya.

Dan perumpamaan perempuan yang mulia serta sabar danberpegang teguh terhadap ajaran agama Allah meskipun badai fitnah menerpa mereka, bahkan sampai siksaan fisik.

Allah memulainya dengan menuturkan kisah isteri Nabi Nuh dan isteri Nabi Luth, “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.”(At-Tahrim: 10)

Tak ada jaminan berada di tengah-tengah orang baik untuk menjadi baik, bila tak disertai keinginan baik dan kesungguhan memelihara kebiasaan baik. Isteri Nabi Nuh dan Nabi Luth lah contohnya. Keberadaan mereka di tengah Nabi Allah tak menjadikan mereka berdua bersyukur dengan keadaan serta keistimewaan itu. Justru sebaliknya, mendustakan, mendurhakai bahkan memusuhi dakwah suami. Sekalipun suami mereka nabi takkan ada jaminan mereka bisa terbebas dan terlindungi dari siksa Allah yang maha pedih dan dahsyat.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Asiah istri Fir’aun yang hhidup di tengah kebengisan suaminya. Di tengah perilaku jahiliah kaumnya. Di tengah berbagai kebiasaan buruk suasana istana yang juga tempatnya berada. Namun, hal tersebut tak menjadikannya menyerah untuk mempertahankan iman. Bahkan menjadi sebuah motivasi yang kuat untuk membantu dakwah Nabi Musa as. Meskipun akhirnya harus berhadapan dengan kekejaman suaminya sendiri, Fir’aun; simbol dan icon thaghut yang terabadikan sepanjang masa. Beliau pun menemui Allah dalam keadaan syahid setelah disiksa Fir’aun. “Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah Aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah Aku dari kaum yang zhalim.” (at-Tahrim: 11). Sekalipun ia bersuamikan seorang yang sangat durhaka pada Allah, hal tersebut tak membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan syurga Allah.

Selanjutnya surat ini ditutup dengan sebuah perumpaan yang ideal bagi kaum beriman. Seorang perempuan yang lahir, hidup dan dewasa di tengah keluarga yang menjaga norma-norma agama, di tengah masyarakat yang sudah acuh dengan aturan dari Allah. Sehingga pada saat beliau menginjak dewasa siap dengan berbagai resiko berpegang teguh dengan ajaran Allah. Bahkan tatkala harus siap menghadapi cobaan yang berat menjadi seorang ibu tanpa seorang suami pun. Seorang ibu bagi orang yang ditunggu umatnya. Ibu bagi Isa al-Masih, utusan Allah untuk Bani Israel. Maryam yang suci dan senantiasa memelihara kesuciannya. Sepatutnyalah hal tersebut dicontoh dan ditiru oleh para perempuan sekarang. Juga bagi para ibu dan bapak dalam mendidik anak-anaknya terutama anak perempuan. Allah pun menegaskannya, “Dan (Ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.“(At-Tahrim: 12). Keteguhan menjalankan ajaran, kesabaran dalam memikul cobaan Allah, menerima cercaan dan fitnah kaumnya serta kelembutannya membesarkan dan mengasuh anak satu-satunya sekaligus memotivasinya untuk berdakwah. Hal tersebut membuat nama Maryam tersemat sebagai salah satu wanita pilihan terbaik. Allah menegaskanya, “Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah Telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).“(QS. Ali Imran: 42)

Setelah keluarga ayahnya disejajarkan dengan deretan nama nabi-nabi-Nya, “Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (QS. Ali Imran: 33)

Berbahagialah orang-orang pilihan itu. Berbahagialah keluarga-keluarga pilihan yang dijadikan sampel dan teladan bagi umat-umat yang datang setelahnya.

Setelah nasihat yang Allah berikan ini semoga kita semua bisa mengambil ibroh dan pelajaran dengan baik. Sehingga hari-hari kita ke depan semakin penuh dengan kebaikan dan kemanfaatan. Amin.
User avatar
kdonk
Posts: 128
Joined: Thu Dec 22, 2011 7:09 am

Re: Muhammad berzinah, kenapa tidak dirajam?

Post by kdonk »

@ atas

apa hubungannya ama muhammad berzinah atau ga??
Post Reply