Sudah saya bilang, tauhid itu cuma dipakai sebagai alasan saja oleh Muhammad, bilamana orang kafir menolak mengakuinya rasul.Muslim wrote:berarti sudah jelas bahwa tauhid dalam islam,suka maupun tidak suka tidak ada sama skali unsur PAKSAAN...
Sebenarnya YG TERPENTING adalah DIRINYAS SENDIRI. Lihat riwayat Abu Sufyan sewaktu dipaksa mengakui Muhammad. Walau dia sudah mengakui ALLOH ITU TAUHID, tetap saja dia akan dipenggal karena dia tak mau mengakui Muhammad sebagai utusannya Alloh. Jelas bahwa Muhammad hanya mencatut nama ALLOH tersebut untuk kepentingan pribadinya, agar dirinya bisa BERKUASA sebagai WAKIL ALLOH di bumi.
Saya sudah beri analoginya di awal thread, ibarat anda ingin menguasai ORANG-ORANG DESA yang ****, pertama-tama anda mengajak mereka untuk mengakui bahwa SBY adalah ORANG PALING DITAKUTI NOMOR SATU di Indonesia, dan setelah mereka mengakui itu, barulah kemudian anda menyodorkan diri anda sendiri selaku WAKIL atau UTUSAN dari SOSOK YG PALING DITAKUTI tersebut. Tujuannya jelas, yaitu agar ANDA bisa menguasai mereka, agar mereka tunduk kepada anda karena memandang anda sebagai utusannya SOSOK NOMOR SATU tersebut.
Saya kutip sekali lagi analoginya:
- Slamet: "Hai Sarah, apakah anda tahu bahwa SBY adalah Presiden kita saat ini?"
Sarah: "Iya, saya tahu itu."
Slamet: "Bersyahadatlah, bahwa SBY adalah presidenmu."
Sarah: "Aku bersaksi, bahwa SBY adalah presidenku."
Slamet: "Nah sekarang, saatnya bagimu untuk mengakui bahwa aku adalah UTUSANNYA SBY."
Sarah: "Wah, kalau itu sih, saya ragu Pak Slamet."
Slamet: "Kenapa anda ragu?"
Sarah: "Mana surat kuasa dari Presiden SBY?"
Slamet: "Ini: Surat Kadal ayat 1: Aku SBY menetapkan Slamet sebagai Utusanku. Kepada barangsiapa yang tidak mempercayainya, akan diperangi dan dihukum pancung."
Sarah: "Hahahaha..... itu khan kata-katamu sendiri? Mana buktinya Presiden SBY mengatakan itu kepadamu?"
Slamet: "Kurang ajar kamu, Sarah! Hayo, bersyahadatlah, bahwa aku adalah UTUSANNYA SBY, bila kamu tidak ingin kupenggal."
Analogi di atas saya ambil berdasarkan KISAH SEJARAH. Baca Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 halaman 374:
Al-Abbas bin Abdul Muththalib berkata, "Aku membawa pergi Abu Sufyan bin Harb ke tempat istirahatku dan ia menginap di tempatku. Esok paginya, aku membawa Abu Sufyan bin Harb ke tempat Rasulullah SAW. Ketika beliau melihat Abu Sufyan bin Harb, beliau bersabda, "Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah?"
Abu Sufyan menjawab: "Aku percaya akan hal itu."
Muhammad lalu berkata kepadanya: "Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, bukankah ini saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa aku adalah Rasul Allah?"
Abu Sufyan menjawab: "Demi Allah, wahai Muhammad, hatiku ragu akan hal ini."
Al-Abbas bin Abdul Muththalib berkata kepada Abu Sufyan bin Harb: "Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, masuk Islamlah! Bersaksilah bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah sebelum lehermu dipenggal dengan pedang."
Abu Sufyan pun ketakutan dan akhirnya bersyahadat untuk Muhammad.