Page 1 of 1

Perkataan Abdullah bin Ubay ttg Muhammad & pengikutnya

Posted: Sun May 10, 2009 8:17 pm
by Duladi
Perkataan Abdullah bin Ubay ttg Muhammad & pengikutnya

Abdullah bin Ubay adalah tokoh masyarakat Medinah yang masuk Islam.
Abdullah bin Ubay adalah orang yang telah berjasa membantu pembebasan orang-orang Yahudi Qainuqa dari pembantaian massal Muhammad. Setelah pengepungan selama 15 hari terhadap bani Qainuqa, bani Qainuqa menyerah tanpa syarat kepada Muhammad, tetapi Abdullah bin Ubay meminta Muhammad mengampuni nyawa mereka dan Muhammad setuju atas saran Abdullah bin Ubay. Muhammad tidak membantai kaum Yahudi bani Qainuqa, tetapi mengusir mereka semua ke luar dari kampung halaman mereka jauh dari Medinah tanpa boleh membawa harta mereka sepeser pun. Dengan demikian, Muhammad memiliki semua harta kekayaan bani Qainuqa.

Setelah bani Qainuqa terusir dari Medinah, secara berturut-turut Muhammad melenyapkan satu demi satu 2 suku Yahudi Medinah lainnya yang masih tinggal. Yahudi Bani Nadhir diusir oleh Muhammad dengan membawa harta benda mereka ke Kaybar (namun di kemudian hari Muhammad menyerbu Kaybar karena Muhammad menginginkan harta kekayaan bani Nadhir), dan yang terakhir Yahudi bani Quraidha dihabisi dengan cara dipenggal kepalanya dan anak-anak serta wanita mereka dijadikan budak. Menurut catatan Ibnu Hisyam ada 900 orang pria dewasa (yang sudah berbulu kemaluan) yang dipenggal kepalanya oleh Muhammad dan para pengikutnya, dan pembantaian itu berlangsung selama 1 hari penuh.

Suku Yahudi yang tinggal di luar Medinah, bani Mustaliq, menjadi target penyerangan Muhammad berikutnya.

Setelah Muhammad menyerbu bani Mustaliq di mata air Al-Muraisi dan berhasil menjarah harta benda dan menawan wanita dan anak-anak bani Mustaliq, Abdullah bin Ubay yang ikut serta dalam penyerbuan itu mulai sadar bahwa ADA YANG TIDAK BERES dengan Muhammad dan agamanya.

Berikut ini adalah kutipan kata-kata Abdullah bin Ubay mengenai Muhammad dan para pengikutnya:

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 255
  • Abdullah bin Ubay bin Salul yang ketika itu bersama beberapa orang dari kaumnya naik pitam kemudian berkata, "Sungguh, mereka telah melakukannya. Mereka mengalahkan dan mengungguli kita di Madinah. Demi Allah, aku tidak mengibaratkan kita dengan orang-orang gembel Quraisy (maksudnya orang-orang Muhajirin) tersebut melainkan seperti dikatakan orang-orang tua dulu, 'Gemukkan anjingmu, niscaya ia memakanmu.' Demi Allah, jika kita tiba di Medinah, orang-orang mulia di dalamnya pasti akan mengusir orang-orang hina."

    Abdullah bin Ubay bin Salul menghadap kepada beberapa orang dari kaumnya yang ada di tempat tersebut, kemudian berkata kepada mereka, "Inilah yang kalian perbuat terhadap diri kalian. Kalian menempatkan mereka (Muhammad & pengikutnya) di negeri kalian dan membagi harta kalian dengan mereka. Demi Allah, jika kalian tidak memberikan kekayaan kalian kepada mereka, mereka pasti pindah ke selain negeri kalian."

Dengan demikian, Abdullah bin Ubay bin Salul menyatakan bahwa orang-orang muslim Muhajirin itu adalah "GEMBEL", "ANJING", "ORANG-ORANG HINA". Dan dia juga mengingatkan kepada kaumnya kalau PARA GEMBEL itu "RAKUS HARTA", sehingga dia membuat kalimat sindiran, "Jika kalian tidak memberikan kekayaan kalian kepada mereka, mereka pasti pindah ke selain negeri kalian."

Dan memang itulah yang dilakukan orang-orang Anshar Medinah, mereka telah berbaik hati kepada orang-orang muslim yang hijrah (kaum Muhajirin) dengan membagi harta mereka.

Hadist Sahih Bukhari, Volumn 003, Book 034, Hadith Number 265.
Diriwayatkan oleh Anas: Ketika Abdurrahman bin Auf tiba di Medina, Sang Nabi mengikat tali persaudaraan antara dirinya dengan Sad bin Ar-Rabi al-Ansari. Sad adalah seorang pria yang kaya, maka dia berkata kepada Abdurrahman, "Aku akan memberimu separuh dari harta kekayaanku dan akan membantu pernikahanmu." Abdurrahman berkata kepadanya, "Semoga awloh memberkatimu lewat keluargamu dan kekayaanmu. Antarkan aku ke pasar." Kemudian Abdurrahman tidak kembali dari pasar sampai dia membeli beberapa makanan dan minuman.


Abdullah bin Ubay telah melihat segala sepak terjang Muhammad di Medinah apa yang telah dilakukannya kepada orang-orang Qainuqa, An-Nadhir dan Quraidha, juga perampokan-perompakannya terhadap karavan Quraisy. Dia mulai menyadari bahwa Muhammad tak lebih hanyalah seorang KEPALA GENGSTER PERAMPOK yang selalu akan haus harta jarahan. Abdullah menyebut Muhammad sebagai "GEMBEL QURAISY", "ORANG HINA" dan "ANJING". Gembel = gelandangan = pengemis, memiliki ciri malas bekerja, tapi menginginkan harta orang lain. Itulah Muhammad. Abdullah pun menyadari Muhammad adalah orang yang berbahaya, sehingga Abdullah bin Ubay mengutip peribahasa, "Gemukkan anjingmu, dia akan memakanmu."


Siapa yang tidak setuju dengan perkataan Abdullah bin Ubay bin Salul?

Saya sangat setuju karena apa yang dikatakannya BENAR & SANGAT TEPAT!

Re: Perkataan Abdullah bin Ubay ttg Muhammad & pengikutnya

Posted: Sun May 10, 2009 9:01 pm
by Duladi
Apa tindakan Muhammad setelah mendengar laporan dari pengikutnya bahwa Abdullah bin Ubay berani menyebutnya Anjing, Gembel dan Orang Hina?

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 255
  • Ibnu Ishaq berkata, "Zaid bin Arqam mendengar dengan jelas ucapan Abdullah bin Ubai bin Salul, kemudian dia pergi ke tempat Rasulullah. Itu terjadi setelah Rasulullah berhasil mengatasi musuhnya. Zaid bin Arqam melaporkan ucapan Abdullah bin Ubai kepada Rasulullah SAW yang ketika itu ditemani Umar bin Khattab. Zaid bin Arqam berkata kepada Rasulullah SAW, "Kirimlah Abbad bin Bisyr untuk membunuhnya." Rasulullah SAW berkata kepada Zaid bin Arqam, "Bagaimana pendapatmu hai Umar, jika manusia membicarakan Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya. Tidak, namun umumkan agar semua orang pulang." Rasulullah SAW tidak pulang ke Medinah, sedang para sahabat pulang.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 256
  • Ibnu Ishaq berkata, dalam perjalanan pulang ke Medinah, Rasulullah SAW bertemu Usaid bin Hudhair. Ia mengucapkan salam kepada beliau, dan berkata kepada beliau, "Wahai nabi Allah, demi Allah, sungguh engkau pulang di waktu yang tidak mengenakkan. Engkau tidak pernah pulang pada waktu seperti sekarang sebelum ini." Rasulullah SAW bersabda, "Apakah engkau telah mendengar apa yang dikatakan sahabat kalian?"

    Usaid bin Hudhair berkata, "Sahabat kami yang mana, wahai Rasulullah?"

    Rasulullah SAW bersabda, "Abdullah bin Ubai bin Salul".

    Usaid bin Hudhair berkata, "Apa yang ia katakan?"

    Rasulullah SAW bersabda, "Ia menyangka bahwa jika ia tiba di Medinah, orang mulia di dalamnya akan mengusir orang hina."

    Usaid bin Hudhair berkata, "Wahai Rasulullah, engkaulah yang akan mengusirnya dari Medinah jika engkau mau. Demi Allah, ia hina sedang engkau mulia."

    Usaid bin Hudhair berkata lagi, "Wahai Rasulullah, bersikaplah lembut kepadanya. Demi Allah, pada saat engkau datang kepada kami, ketika itu kaumnya meminta pertimbangan kepadanya dalam kapasitasnya sebagai raja dan sekarang ia menganggapmu telah merampas kerajaannya."
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 Halaman 257
  • Ibnu Ishaq berkata, "Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Abdullah bin Abdullah bin Ubai bin Salul (putra Abdullah bin Ubai) menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, aku dengar engkau hendak membunuh Abdullah bin Ubai bin Salul karena mendengar ucapannya. Jika engkau memang ingin membunuhnya, perintahkan aku saja yang membunuhnya, niscaya aku bawa kepalanya kepadamu. Demi Allah, orang-orang Kazraj tahu betul bahwa di kalangan mereka tidak ada anak yang lebih berbakti kepada orangtuanya daripada aku. Aku khawatir engkau menyuruh orang lain untuk membunuhnya. Jangan biarkan diriku melihat pembunuh ayahku berjalan di tengah-tengah manusia kemudian aku membunuhnya. Jika itu terjadi, berarti aku membunuh orang muslim yang telah membunuh orang kafir. Karenanya, aku masuk neraka."

    Rasulullah SAW bersabda, "Kita akan bersikap lembut dan bersahabat baik dengannya selagi ia bersama kita."

    Setelah itu, jika Abdullah bin Ubai bin Salul mengerjakan kesalahan, Rasulullah SAW memerintahkan kaumnya sendiri yang mengecam, menindak dan memarahinya.

    Rasulullah SAW bersabda kepada Umar bin Khattab ketika mendengar sikap kaum Abdullah bin Ubai bin Salul seperti itu, "Bagaimana pendapatmu hai Umar, demi Allah, jika aku membunuhnya pada hari engkau memerintahkanku membunuhnya, pasti semua hidung dibuat gemetar karenanya. Jika sekarang engkau menyuruhku membunuhnya, aku pasti membunuhnya." Umar bin Khattab berkata, "Demi Allah, aku tahu bahwa perintah Rasulullah SAW itu lebih besar keberkahannya daripada perintahku."

Pendapat Dr Ali Sina mengenai kisah ini:

Abdullah ibn Ubayy adalah orang besar bagi masyarakatnya, dan orang2 Medina menghormatinya. Ini adalah keadaan yang sulit. Memerintahkan seorang anak laki untuk membunuh ayah sendiri, yang orang penting seperti ibn Ubbay, dapat mengakibatkan keadaan yang tidak merugikan bagi Muhammad. Bagaimana jika anak itu hanya ingin menguji kebenaran berita Muhammad ingin membunuh bapaknya dan mengakibatkan anak ini melawan Muhammad untuk membela bapaknya? Muhammad dengan cerdiknya menolak tawaran dan membiarkan pertikaian itu berlalu. Akan tetapi, perkataan anak laki itu dipuji-puji sejarawan Muslim sebagai contoh iman yang sejati. Ini adalah tingkat pengaruh yang dituntuk Muhammad dari pengikutnya. Dia membuat orang2 saling memata-matai dan menciptakan suasana penuh ketakutan di mana segala benih penentangan bisa dicabut dari akarnya.

Kejadian menarik bisa dilihat pada saat Abdullah ibn Ubayy meninggal. Putra Abdullah ibn Ubayy memohon Muhammad untuk berdoa di pemakaman ayahnya. Karena pentingnya posisi ibn Ubayy, Muhammad merasa harus memenuhi permintaan putra ibn Ubayy. Ketika dia berdiri untuk berdoa bagi almarhum ibn Ubayy, Omar ingat Muhammad tidak mau berdoa di kuburan ibunya sendiri. Dia memegang baju Muhammad dan berkata: “Rasul Allâh, akankah kau berdoa bagi orang ini, sedangkan Allâh melarangmu berdoa bagi yang tidak beriman?” Dia menjawab: “Allâh telah memberikan pilihan sewaktu dia berkata: Mintalah ampun bagi mereka, atau jangan mintakan ampun bagi mereka; jika kau minta ampun bagi mereka sebanyak tujuh puluh kali, maka tuhan tidak akan mengampuni mereka (Q.9:80) dan aku akan memberi tambahan pada tujuh puluh kali minta ampun.” Sungguh ironis bahwa Muhammad memanggil ibn Ubayy “munafik” padahal julukan itu paling cocok bagi dirinya sendiri.