Vivaldi, silakan Anda klik :
http://ccc.1asphost.com/assalamtafsir/A ... SuratKe=53
Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli,(QS. 53:6)
Allah SWT menerangkan lagi dalam ayat ini, bahwa Jibril itu mempunyai kecerdasan dan kekuatan yang luar biasa. Seperti dalam riwayat bahwa ia telah pernah membalikkan perkampungan Nabi Lut kemudian mereka diangkat ke langit lalu dijatuhkan ke bumi. Juga ia telah pernah menghembus kaum Samud hingga berterbanganlah mereka. Dan apabila ia turun ke bumi hanya dibutuhkan waktu sekejap mata. Lagi pula ia dapat berubah bentuk dengan berbagai rupa.
Dan kalau mau membandingkan Biblemu dengan peristiwa Gua Hira, merujuklah kepada ayat Quran yang benar.
1. demi bintang ketika terbenam.
2. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
3. dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
6. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli.
7. sedang Dia berada di ufuk yang tinggi.
8. kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.
9. Maka jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
10. lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
11. hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya[1429].
12. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
14. (yaitu) di Sidratil Muntaha[1430].
15. di dekatnya ada syurga tempat tinggal,
16. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
[1429] Ayat 4-11 menggambarkan Peristiwa turunnya wahyu yang pertama di gua Hira.
[1430] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi ketika mi'raj.
Menurut tafsir ayat 4-11 di atas, dapat dilihat bahwa Jibril yang "menampakkan diri dengan rupa yang asli", yang semula "berada di ufuk yang tinggi", kemudian makin "mendekat sampai lebih dekat lagi (dengan Muhammad)", lalu menyampaikan wahyu Allah.
Jadi, ketika sedang tenggelam dalam khalwatnya di Gua Hira, Rasulullah saw dikejutkan kemunculan Jibril yang makin mendekat ke hadapannya, kemudian berkata kepadanya, "Iqro", yang bisa berarti : "Bacalah“ atau "Nyatakanlah".
Keterkejutan Muhammad ini menjelaskan bahw fenomena wahyu bukanlah urusan pribadi yang bersumber dari inspirasi. Tetapi merupakan penerimaan terhadap haqiqah kharijyah (kebenaran yang bersumber dari luar dirinya) yang tidak ada kaintannya dengan inspirasi , pancaran jiwa, atau instuisi.
Muhammad yang sejak semula menjadi ketakutan karena tidak menduga akan hadirnya sosok ini, dalam keterkejutannya menjawab: "Saya tak dapat membaca!".
Dekapan Malaikat terhadapnya sampai tiga kali dimana setiap kali mengatakan "Iqro“ merupakan penegasan bahwa Muhammad tidak berkhayal, di samping merupakan penolakan terhadap setiap anggapan bahwa fenomena wahyu tidak lebih sekedar instuisi.
Pada yang ke-tiga kalinya, setelah Jibril membacakan QS Al Alaq 1-5. Barulah Muhammad mengerti apa yang harus dilakukannya hanyalah mengulangi diktean Jibril.
Segera setelah Jibril pergi, Muhammad bergegas menuruni Jabal Nur dan berlari ke rumahnya, masih dengan ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya. Beliau meminta istri tercintanya, Khadijah, untuk menyelimutinya. Beliau berbaring, dan istrinya memandanginya. Ketika telah tenang kembali, Muhammad menceritakan kepada istrinya apa yang telah dilihat dan didengar-nya. Khadijah meyakinkannya bahwa ia percaya kepada Muhammad dan bahwa Allah tidak akan membiarkan hal mengerikan terjadi kepada Muhammad, orang yang mempunyai sifat-sifat yang benar.
Timbulnya rasa takut dan cemas pada diri Nabi saw ketika melihat dan mendengar Jibril, sampai beliau memutuskan khalwatnya dan segera kembali pulang dengan hati gundah merupakan bukti nyata bagi orang yang berakal sehat bahwa Nabi saw tidak pernah sama sekali menyangka akan dibebankan risalahNya. Fenomena wahyu ini tidak pernah terlintas di dalam benaknya, karena itu ketika wahyu diturunkan kepadanya sungguh sangat mengejutkan dirinya yang tidak pernah membayangkan kejadian hal ini sebelumnya.
Rasa takut dan cemas tidak akan pernah dialami oleh orang yang telah merenung dan berpikir secara pelan-pelan sampai terbentuk di dalam benaknya suatu aqidah yang diyakini akan menjadi dakwahnya. Selain itu, masalah inspirasi, instuisi, bisikan batin atau perenungan ke alam atas, tidak mengundang timbulnya rasa takut dan cemas. Tidak ada korelasi antara perenungan dan perasaan takut dan terkejut. Jika tidak demikian, tentu semua pemikir dan orang yang melakukan kontemplasi akan selalu dirundung rasa takut dan cemas.
Jadi, apakah ini semua adalah pengakuan seorang penipu? Setiap kritikus yang jujur dapat melihat bahwa reaksi dan pengakuannya ini adalah dari seorang manusia Al Amin, yang tidak menduga bakal didatangi malaikat.
Pengalaman Muhammad di dalam gua Hira dan reaksinya terhadap wahyu pertama benar-benar memenuhi nubuatan Kitab Yesaya 29:12, "Dan apabila kitab itu diberi-kan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan, "Baiklah baca ini, Saya berdo'a untuk kamu". Dan ia akan menjawab, 'Aku tidak dapat membaca'. "
Peristiwa pewahyuan pertama itu juga menarik karena dengan jelas sekali memperlihatkan bahwa Nabi sama sekali tak pernah menduga bahwa dirinya akan menjadi seorang rasul dan nabi yang membawa "namus" (dari bahasa Yunani "nomos" yang berarti hukum yang membawa keteraturan) atau perjanjian sebagaimana pernah terjadi pada Nabi Musa sebelumnya. Dengan demikian fakta ini tepat untuk menolak teori sebagian kaum orientalis bahwa Muhammad sejak dini telah memiliki ambisi politik untuk mendirikan kekuasaan politik di jazirah Arab atau menjadi seorang Nabi. Jika Nabi memang memiliki ambisi semacam itu, sudah tentu ia tak akan kaget dan ketakutan setengah mati saat mendapatkan pengalaman pewahyuan. Jika ia seorang dengan instink politik tinggi, tentu pengalaman pewahyuan itu akan ia sambut gembira karena akan dapat ia manfaatkan untuk mencapai ambisi politiknya.
Kita tentu mengetahui bahwa perasaan takut, terkejut dan menggigilnya sekujur tubuh tidak mungkin dapat dibuat-buat. Sehingga jelas tidaklah dapat diterima jika ada orang yang mengandai-andaikankan Rasulullah saw melakukan hal tersebut.
Dari sini kita dapat memahami mengapa permulaan penurunan wahyu dilakukan Allah sedemikian rupa. Adalah mudah bagi Allah untuk menenangkan hati Rasul-Nya dengan menyatakan, misalnya bahwa yang mengajaknya berbicara tersebut adalah Jibril. Ia adalah Malaikat Allah yang datang mengabarkan bahwa Muhammad saw adalah Rasul Allah kepada manusia. Tetapi, hikmah Ilahiyah ingin menampakkan pemisahan total antara kepribadian Muhammad saw sebelum dan sesudah masa kerasulan, sekaligus menjelaskan bahwa prinsip aqidah Islam tidak pernah diolah dan dibayangkan sebelumnya di kepala Rasulullah saw.
Kemudian ilham Allah kepada Khadijah untuk membawa Nabi saw menemui Waraqwah bin Naufal menanyakan permasalahannya, merupakan penegasan lan bahwa apa yang mengejutkan itu adalah wahyu Ilahi yang pernah disampaikan kepada Nabi sebelumnya.
Terhentinya wahyu setelah itu selama enam bulan atau lebih, mengandung mu’jizat Ilahi yang mengagumkan untuk menolak sanggahan para orientalis yang menganggap wahyu sebagai produk perenungan panjang yang bersumber dari dalam diri Muhammad saw.
Sesuai dengan kehendak Ilahi, Malaikat ynag dilihatnya pertama kali di Gua Hira tidak muncul lagi sekian lama, sehingga menimbulkan kecemasan di hati Nabi saw. Kemudian kecemasan itu berubah menjadi rasa takut terhadap dirinya, karena khawatir dimurkai Allah, setelah dimuliakan-Nya dengan wahyu lantaran suatu tindakan yang dilakukannya. Sehingga dunia yang luas ini serasa sempit bagi Nabi saw.
Akhirnya pada suatu hari Malaikat yang pernah dilihatnya di Gua Hira terlihat di antara langit dan bumi seraya berkata ,“ Wahai Muhammad , kamu adalah utusan Allah kepada manusia.“ Dengan rasa takut dan cemas nabi saw sekali lagi kembali ke rumah, dimana kemudian diturunkan Firman Allah :
"Hai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Dan agungkan Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu." [QS Al Mudatsir : 1-2]
Dengan turunnya wahyu ini, maka jelaslah sudah apa yang harus beliau kerjakan dalam menyampaikan risalahnya, yaitu mengajak umat manusia menyembah Allah yang maha esa, yang tiada beranak dan tidak pula diperanakan serta tidak sekutu baginya.
Mungkin musuh-musuh Allah akan kembali bertanya :“Jika wahyu ini diturunkan kepada Muhammad saw. dengan perantaraan Jibril, mengapa para sahabat tidak ada yang melihat Malaikat tersebut?“
Jawabnya, bahwa untuk menyatakan keberadaan sesuatu tidak disyaratkan harus dapat dilihat. Sebab penglihatan manusia itu terbatas. Apakah setiap sesuatu yang jauh dari jangkauan penglihatan mata manusia itu bisa dikatakan tidak ada? Adalah mudah bagi Allah bila berkehendak tanpa adanya andil pihak lain untuk memberikan kekuatan penglihatan kepada siapa saja yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.
Hal ini dapat dibuktikan dengan contoh kasus buta warna, bahwa ada sebagian warna yang tidak dapat dilihat oleh sebagian mata. Sebab, ada mata yang kurang atau terlalu sensitif.
Mengenai wujud dari malaikat itu sendiri QS Faathir : 1 menjelaskan sebagai berikut :
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Makanya Allah sudah mewajibkan agar orang-orang yang beriman itu harus punya ilmu dan mau menggali agamanya secara lebih mendalam, segala sesuatu itu dikaji dengan akal dan pikiran yang wajar, jika tidak ya gampang dihasut oleh kebohongan.
Selama 23 tahun dalam hidup kenabiannya, Firman Allah disebarkan oleh Muhammad melalui mulutnya, tepat seperti dikatakan dalam nubuatan : "Dan Aku akan menaruh Firman-Ku dalam mulutnya." (Injil - Ulangan 18: 18). Tanpa pengajaran dari seorang manusia pun, ia membuat malu orang-orang yang berpengetahuan.
Bahkan Allah telah memberikan peringatan yang menakutkan dalam Ulangan 18:18 : "Dan, hal tersebut akan terjadi :
"Orang yang tidak mendengarkan segala FirmanKu yang akan diucapkan nabi itu demi namaKu, daripadanya akan Kutuntut pertanggungjawaban." Apakah hal ini tidak menakutkan? Tuhan Yang Maha Kuasa sedang mengancam! Nafas kita terengah-engah jika beberapa penjahat mengancam, tidakkah kamu takut pada peringatan Tuhan?
Benar-benar telah direncanakan dan ditakdirkan Allah, karena pada Ulangan 18:19 kita mendapatkan pemenuhan lebih jauh pada diri Muhammad! Perhatikan kata-kata, "... firman-Ku yang akan diucapkan Nabi itu dengan nama-Ku,"
Atas nama siapa Muhammad berbicara?
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." Ini adalah ayat yang pertama diucapkan jika hendak membaca Surotul Qur'an. Setiap surat dalam Al-Qur'an kecuali surat ke 9 (At-Taubah) dimulai dengan formula: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.". Umat Islam memulai setiap kegiatan yang sah menurut hukum dengan formula suci tersebut. Tetapi umat Kristen memulai: "Dengan nama Bapak, Anak dan Roh Kudus."
Di antara dosa yang besar, yang ditunjukkan dan diperintahkan Allah agar kita segera bertaubat darinya adalah: dosa menyembunyikan kebenaran serta tidak menjelaskannya kepada manusia. Ini adalah dosa para ahli ilmu pengetahuan yang mempunyai kewajiban utnuk menyampaikan risalah-risalah Allah SWT, dan menjelaskan hukum Allah SWT kepada mereka serta mengatakan kebenaran, serta tidak menyembunyikannya, tidak seperti tindakan ahli kitab yang mendapatkan kecaman dari Allah SWT dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima." (QS. Ali Imran: 187).
Mereka menyembunyikan berita gembira akan datangnya Muhammad yang terdapat dalam kitab-kitab mereka, malah mereka merubah dan menggantinya, disebabkan kedengkian mereka karena nabi yang terbesar yang dijanjikan Allah ternyata muncul dari jazirah arab dan bukan dari keturunan Bani Israil
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!." (QS. al Baqarah: 174-175)
"Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?." (QS. Al Baqarah 140)
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. al Baqarah: 159-160)
Taubat mereka tidak sah hanya dengan sekadar menyesal. Namun mereka harus memperbaiki dan menjelaskannya kepada orang banyak. Karena mereka telah banyak merusak akal banyak manusia dan menyesatkannya. Mereka harus melenyapkan atau menarik peredaran faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan itu, baik berupa buku, kaset, atau film dengan segala cara. Dan jika mereka tidak mampu maka mereka harus menjelaskan kepada khalayak melalui koran atau media lainnya. Dan mereka harus menjelaskan dengan gamblang sikap mereka yang baru dan kembalinya dia dari sikap dan tindakannya sebelumnya, dengan berani dan yakin (Seperti yang dilakukan oleh Dr. Mushthafa Mahmud, Khalid Muhammad Khalid, dan yang lainnya yang diberikan petunjuk oleh Allah SWT ).
Jadi, cerita tentang Jibril mencekik Muhammad adalah cerita Israiliyat yang timbul dari kedengkian mereka sendiri terhadap Jibril yang turun kepada Muhammad, bukan kepada kalangan Bani Israil.. Jibril hanya menjalankan kewajibannya menyampaikan wahyu dan tidak diwajibkan melakukan apa-apa yang tidak diperintahkan oleh Allah, termasuk mencekik Muhammad. Allah telah menegaskan bahwa malaikat itu patuh hanya kepada Allah.
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). [An Nahl : 49-50]
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At Tahrim : 6]
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud [Al A'raf : 206]
Mereka yang telah memfitnah bahwa Jibril melakukan terror ataupun cerita-cerita bohong lainnya mengenai tindakan Jibril terhadap Muhammad sama saja artinya telah menjadikan Jibril sebagai musuh mereka.
98. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. 99. dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. 100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman. 101. dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). [Al Baqoroh]
Sedangkan bagi orientalis yang telah menghasut dan mencekoki pengikutnya dengan kebohongan, sungguh telah dikabarkan berita gaib tentang mereka kelak.
47. dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Sesungguhnya Kami adalah pengikut-pengikutmu, Maka dapatkah kamu menghindarkan dari Kami sebahagian azab api neraka?" 48. orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena Sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)". 49. dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahannam: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari Kami barang sehari". 50. penjaga Jahannam berkata: "Dan Apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?" mereka menjawab: "Benar, sudah datang". penjaga-penjaga Jahannam berkata: "Berdoalah kamu". dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka. 51. Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). [Al Mu'min]