Sdr Jajang,
Pertanyaanku yg pertama:
Dari mana sumber Haekal itu? Haekal adalah seorang ulama Muslim yang hidup pada abad 20, mestinya dia mengutip dari tulisan sejarawan yang lebih awal hidupnya. Mohon Anda tunjukkan sumber yang dikutip oleh Muhammad Husein Haekal.
Pertanyaan kedua:
Gelar Al-Amin menurut Haekal adalah berasal dari kaum Quraisy Mekkah. Tapi dalam Sirat Rasul tidak tertulis demikian. Sebutan Al-Amin adalah pemberian Ibnu Ishaq kepada nabi tercinta. Yang jadi pertanyaan saya, bila benar gelar itu pemberian orang Quraisy, kenapa orang Quraisy tidak mempercayai Muhammad?
Untuk penyegaran, ini satu contoh kisah ketidakpercayaan orang Quraisy:
Sumber :
Sirah Ibnu Ishaq – Kitab Sejarah Nabi Tertua
Muhammad bin Yasar bin Ishaq
Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 1, halaman 196
… para pemimpin dari semua kelompok Quraish – Utbah bin Rabi'ah dan Sahiba ….. NADR BIN HARITS saudara dari bani Abdudar ….
Dikisahkan pemuka Quraish menawarkan uang, kemuliaan dan kedudukan jika itu memang yang diminta Muhammad SAW. Muhammad SAW menyatakan bukanlah itu yang dia inginkan melainkan pengakuan bahwa dia adalah Rasul yang diutus oleh Allah SWT.
Atas pernyataan tersebut, pemuka Quraish meminta bukti yaitu :
1. Menyingkirkan gunung-gunung
2. Mengalirkan ke tanah Arab sungai-sungai
3. Menghidupkan kembali nenek moyang mereka.
Atas permintaan pembuktian itu Muhammad SAW menyatakan ketidakmampuannya.
Akhirnya pertemuan berakhir tanpa kesepakatan apa-apa.
Sumber :
Ibid
Halaman 198 – 199 :
Abdullah bin abu Umayyah mendekati Rasulullah dan berkata, "Wahai Muhammad, MEREKA TELAH MEMBERIKAN TAWARAN YANG BAIK KEPADAMU YANG TERNYATA KAMU TOLAK. Pertama mereka meminta sesuatu darimu untuk mereka agar mereka mengetahu bahwa kedudukanmu disisi Tuhan adalah seperti apa yang kamu katakan sehingga mereka dapat mempercayaimu dan mengikutimu, DAN KAMU TIDAK MELAKUKAN APA-APA. Kemudian mereka memintamu untuk melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri, agar mereka tahu kelebihanmu atas mereka dan kedudukanmu disisi Tuhan, DAN KAMU TIDAK MAU MELAKUKANNYA. Kemudian mereka memintamu untuk mendatangkan hukuman atas mereka agar mereka menjadi takut, dan KAMU TIDAK MELAKUKANNYA ……..
Karena ketidakmampuan Muhammad SAW meyakinkan Quraish, maka pertentangan terhadap Muhammadpun berlanjut. Salah satunya dilakukan oleh Nadr bin al Harits
Sumber : Ibid
Halaman 200 – 201
Pada saat itu Nadr bin al Harits adalah salah satu setan dari Quraish. Dia selalu mencaci maki Rasulullah dan menunjukkan sikap bermusuhan. Dia pernah pergi ke al Hira dan belajar di sana tentang hikayat raja-raja Persia, hikayat tentang Rustum dan Isbandiyar. Ketika Rasullulah mengadakan pertemuan dimana dia mengingatkan mereka tentang Tuhan, dan mengingatkan umatnya tentang apa yang telah terjadi pada banyak generasi yang telah lalu akan pembalasan yang ditimpakan Tuhan atas kelaliman mereka, AL NADR MENGATAKAN KEPADA MEREKA, "AKU MEMILIKI KISAH DAN CERITA YANG LEBIH BAIK DAN LEBIH MENARIK DARI YANG DIA MILIKI, IKUTLAH AKU". Kemudian dia mulai menceritakan kepada mereka kisah tentang raja-raja Persia, Rustum dan Isbandiya, dan kemudian dia berkata, "Atas dasar apa kalian menganggap Muhammad adalah seorang penutur kisah yang lebih baik dari aku?"
Jadi kesalahan Nadr bin Al Harits adalah karena dia berani menyaingi Muhammad SAW dalam menceritakan kisah-kisah umat terdahulu. NADR BERANI MELAYANI TANTANGAN UNTUK MEMBUAT AYAT-AYAT YANG SERUPA AL-QUR'AN, DAN AKIBATNYA ADALAH HUKUMAN MATI.
Sumber :Ibid
jilid 2, halaman 122
… Ketika Rasulullah sedang berada di al Safira, NADR DIBUNUH OLEH ALI, sebagaimana yang diceritakan oleh seorang penduduk dari Mekah kepada saya.
Sungguh ironis, Muhammad SAW sendiri yang menantang orang-orang untuk mendatangkan ayat-ayat serupa Al-Qur'an, dan SAAT ADA YANG MELADENI TERNYATA TIDAK BISA DITERIMA OLEH MUHAMMAD SAW. Dan akibatnya adalah hukuman mati.
Saya ulangi kembali pertanyaan: Bila gelar Amin adalah pemberian orang Quraisy, kenapa pemberi gelar itu malah tidak percaya?
Ini ibarat saya mengatakan JAJANG adalah "orang yang sangat jujur", tapi di saat yang sama saya tidak menganggap Anda orang yang jujur sehingga saya tidak mempercayai Anda. Tapi orang-orang pengikut Anda 1400 tahun yang akan datang, menjadikan kata-kata saya itu sebagai rujukan iman bahwa JAJANG benar-benar orang yang sangat jujur. Bagaimana bisa mereka memakai kata-kata saya untuk rujukan iman, sedangkan saya sendiri sebagai pemberi julukan itu tidak mempercayai Anda?
Pertanyaan ketiga:
Ini yang seharusnya diperdebatkan dulu, siapa pemberi gelar AMIN itu? Ibnu Ishaq atau orang-orang Quraisy?
Kalau pemberi gelar itu adalah Ibnu Ishaq, maka tidak aneh karena Ibnu Ishaq memang gemar memuji-muji Muhammad setinggi langit walau realita adalah sebaliknya.
Tetapi kalau pemberi gelar itu orang-orang Quraisy, kenapa orang-orang Quraisy selaku pemberi gelar itu malah tidak mempercayai Muhammad? Bukankah ini aneh? Bukankah lebih tepat bila saya katakan gelar Amin untuk Muhammad itu hanyalah BULSHIT ulama-ulama Arab untuk menutupi kebotolan iman mereka kepada bualan-bualan Muhammad yang katanya dikte malaikat namun tanpa saksi itu?
Jajang wrote:Ada fenomena menarik dari penganugerahan gelar Al-Amin ini. Pertama, gelar Al-Amin lahir dari mulut orang-orang Quraisy. Padahal, sejarah mencatat bahwa peradaban Quraisy saat itu dan jazirah Arab umumnya berada di tengah peradaban Jahiliyyah. Sebuah peradaban yang sudah tidak bisa lagi membedakan antara yang hak dan batil, antara yang halal dan haram. Sebuah peradaban yang sudah sangat rusak dan bobrok.
Tepat. Justru karena peradaban Arab ketika itu adalah benar-benar BOTOL & BUTA SECARA ROHANI, tak bisa bedakan baik dan salah, maka mereka dengan asal-asalan memberi gelar kepada orang yang tidak jelas kenabiannya. Namun sesudah itu mereka menyesal dan tidak mempercayainya lagi. Bukankah benar demikian?
Terbukti gelar itu sama sekali tidak berguna untuk Muhammad. Herannya, kenapa Anda yang hidup 1400 tahun kemudian, malah mempercayai gelar itu sebagai ketetapan ilahi?
Bila orang-orang sekampung memberimu gelar AMIN, apakah itu membuatmu menjadi lebih jujur dari saya? Apakah gelar itu membuatmu tidak mampu berbohong? Apakah gelar itu semacam chip komputer yang tertanam dalam otakmu, yang segera akan bereaksi bila si pemakainya berbohong? Walaupun Jajang diberi gelar 1000 AMIN, saya tidak menjamin dirimu benar-benar JUJUR 100%. Apalah artinya sebuah gelar, Jajang yang manis?
Jajang wrote:Namun, kejujuran Muhammad bin Abdullah tidak luntur oleh peradaban di sekelilingnya. Justru orang-orang yang hidup di peradaban Jahiliyah itu (Quraisy) secara sukarela memberikan penghargaan kepada kejujuran Muhammad dengan menggelarinya Al-Amin.
Pertanyaan keempat untukmu:
Benarkah Muhammad tidak pernah bohong?
Orang yang jujur tidak akan mengajarkan taqqiya.
Itu pun juga dilakukan oleh Muhammad sendiri. Ia sering membohong dan memerintahkan pengikutnya utk melakukan yg sama. Alasannya adalah prospek sukses dlm missi menyebarkan Islam akan membatalkan larangan berbohong dari Allah. Sebuah contoh baik adalah pembunuhan Kaab Ibn al-Ashrf, penyair Yahudi dari suku Banu Nadir.
Dilaporkan bahwa Kaab menunjukkan dukungan bagi Quraish dalam perang mereka melawan Muhamad. Juga, Kaab dituduh menulis sajak2 menggiurkan ttg wanita Muslim. Ini membuat Muhamad marah.
Jadi apa yg dilakukan Muhammad ? IA MEMINTA SUKARELAWAN UTK MENGHABISI Kaab Ibn al-Ashraf. Spt dikatakannya sendiri, Kaab telah "Melukai Allah dan rasulNya." Pada saat itu Kaab Ibn al-Ashraf, dan sukunya masih kuat, jadi tidak mudah bagi orang asing utk menyusup dan membunuhnya. Seorang Muslim bernama Ibn Muslima, bersedia utk melakukan tugas ini dgn syarat Muhamad mengijinkannya utk berbohong. Dgn ijin Muhamad, Ibn Muslima, menemui Kaab dan berbohong padanya dgn mengaku tidak senang kpd Muhamad. Saat ia mendapatkan kepercayaan Kaab, suatu malam ia membujuknya agar keluar rumah dan membunuhnya di sebuah tempat terkucil.
Ini mirip dgn cerita pembunuhan Shaaban Ibn Khalid al-Hazly. Dikatakan bahwa Shaaban mengumpulkan tentara utk memerangi Muhamad. Muhamad membalas dgn memerintahkan Abdullah Ibn Anis utk membunuh Shaaban. Lagi2, calon pembunuh itu meminta ijin Muhamad agar dapat berbohong. Muhamad setuju dan lalu memerintahkan agar sang calon pembunuh berbohong dan mengaku dari suku Khazaa. Ketika Shaaban melihat datangnya Abdullah, ia bertanya asal kesukuannya. Abdullah menjawab, "Dari Khazaa." Ia lalu menambahkan, "saya dengar kau sedang mengumpulkan tentara utk memerangi Muhamad dan saya datang utk bergabung dgn mu." Abdullah mulai berjalan dgn Shaaban dan bercerita kpdnya bgm Muhamad datang kpd mereka dgn ajaran palsunya dan mengeluh bahwa Muhamad bergosip ttg para patriarch Arab dan menghancurkan harapan2 Arab. Mereka akhirnya sampai di tenda Shaaban. Saahbat2 Shaaban meninggalkannya dan Shaaban mengundang Abdullah utk masuk dan beristirahat dgnnya. Abdullah duduk disana sampai Shaaban tertidur. Apa yg dilakukannya kemudian ? Ia memenggal kepalanya dan membawanya ke Muhamad sbg trophy. Saat Muhamad melihat Abdullah, ia berteriak dgn girang, "Wajahmu penuh kemenangan (Aflaha al- wajho)." Abdullah membalas salam itu dgn mengatakan, "Wajahmu-lah, Rasulullah yang penuh kemenangan (Aflaha wajhoka, ye rasoul Allah)."
Kisah berbohong Muhammad yang lain ada pada kisah perzinahannya dengan Mariya di rumah Hafsah istrinya. Muhammad berbohong kepada Hafsah bahwa ayahnya memanggilnya. Maka setelah Hafsah pergi keluar menemui ayahnya, Muhammad pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu untuk menyetubuhi Mariya di ranjang Hafsah. Mariya adalah budak Hafsah.
Jadi bagaimana menurutmu, berfaedahkah gelar pemberian orang-orang Quraisy tersebut?
Jajang wrote:Hikmah pertama dari gelar ini, sepertinya Allah ingin memberikan pelajaran bahwa kejujuran adalah sebilah mata uang yang tidak saja akan senantiasa berlaku. Tetapi, juga akan selalu berharga di manapun dan kapan pun, sekalipun di tengah peradaban yang carut-marut. Kedua, gelar Al-Amin ini telah diberikan oleh orang-orang Quraisy jauh sebelum masa kerasulannya, kira-kira pada usia 15-20 tahun. Penganugerahan gelar Al-Amin yang sudah melekat jauh sebelum Muhammad diangkat sebagai Rasul ini mengandung pelajaran bahwa kejujuran adalah modal awal sekaligus modal sebaik-baiknya untuk menempuh kehidupan.
Pertanyaan kelima:
Siapakah yang membuat orang menjadi jujur? Diri sendiri atau orang lain?
Apakah bila saat ini saya memberimu gelar AL-AMIN, maka kamu akan menjadi manusia yang 100% tidak pernah dusta?
Apakah sifat-sifat manusia ditentukan dari gelar yang disandangnya?
Hanya karena orang-orang Quraisy diyakini telah memberi gelar Amin kepada Muhammad, lantas kamu pun percaya kepada Muhammad? Padahal orang-orang Quraisy sendiri selaku pemberi gelar itu malah tidak percaya kepadanya.
Apakah orang-orang Quraisy itu setaraf MALAIKAT, sehingga gelar yang mereka berikan ibarat sebuah STEMPEL CAP KERAJAAN yang berlaku abadi selamanya?
Bila orang-orang Quraisy itu memberimu gelar "TIDAK PERNAH BOHONG", maka untuk selamanya kamu tidak pernah bohong? Setinggi itukah ilmu jampi-jampi bani Quraisy Mekkah?
Jajang wrote:Baik dalam kedudukan Muhammad selaku hamba Allah maupun sebagai khalifah di muka bumi, tidak terkecuali dalam menjalankan amanah kepemimpinan di hadapan sesama umat manusia. Lawan dari kejujuran adalah perilaku dusta.
Terbukti Muhammad melakukan dusta. Bahkan dia pun tidak segan-segan melanggar sumpahnya sendiri di hadapan Awlohnya.
Jajang wrote:Mengenai hal ini Rasulullah berpesan, 'Hendaklah kamu sekalian menjaga diri dari berperilaku dusta. Sesungguhnya dusta akan selalu membawa kepada kejahatan, dan sesungguhnya setiap kejahatan akan menyeret pelakunya ke dalam neraka.'
Tolong Jajang tidak tersinggung bila saya katakan, "PREET!"
Jajang wrote:Dusta berpotensi membawa pelakunya untuk berbuat jahat. Seorang pencuri, ketika ia mencuri pada dasarnya ia sedang tidak jujur kepada dirinya sendiri, karena barang yang ia ambil bukan miliknya.
Jajang, Muhammad sendiri mengaku kalau dirinya pencuri dan pezinah. Ini hadistnya:
Sahih Bukhari Vol 9, Book 93. Hadith 579.
Diriwayatkan oleh Abu Dharr : Nabi berkata, Jibril datang padaku dan memberi aku kabar baik bahwa siapa saja yang mati tanpa menyembah apapun selain Allah akan masuk surga. Aku bertanya (pada Jibril), "Walaupun dia mencuri, walaupun dia berzinah?" Dia menjawab, " (Ya), "Walaupun dia mencuri, dan walaupun dia berzinah."
Mencuri adalah bentuk halus dari merampok. Kita tahu, Muhammad melakukan perampokan untuk mencari nafkah setelah dia hijrah.
Berzinah adalah bentuk halus dari pemerkosaan. Kita tahu, Muhammad menghalalkan perkosaan terhadap wanita-wanita yg ditawannya. Muhammad juga berzinah kepada sepupunya sendiri bernama Umi Hanni ketika di Mekkah sepeninggal Khadija.
Jajang wrote:Orang yang dengan sengaja meninggalkan shalat, zakat, dan berbagai syariat lainnya, pada dasarnya orang itu sedang tidak jujur pada dirinya sendiri. Ia telah mengingkari jati dirinya sebagai seorang khalifah maupun hamba Allah.
Orang yang tidak sholat, dosa.
Orang yang tidak zakat, dosa.
Orang yang melanggar syariat agama, dosa.
Tapi merampok, memperbudak, memperkosa, membunuh tidak dosa.
Ini ajaran yang sangat BOTOL, botolnya amit-amit.
Jajang wrote:karena selama ini, Kristen belum ada yang jujur tentang Muhammad!
Saya memang Kristen, tapi situs ini bukan situs Kristen. Saya sebagai pengritik Islam sudah jujur dalam menilai nabimu. Justru Andalah yang hidup dalam penyangkalan, membutakan diri terhadap kenyataan yang ada. Jadi Jajang-lah yang telah tidak jujur tentang Muhammad.