Ini penjelasan dari pihak muslim tentang Sahih Muslim Book 003, Number 0614, gw pakai support dari ayat-ayat A-Quran:
Sudah merupakan fakta yang diakui bahwa reproduksi manusia berlangsung dalam suatu rangkaian proses yang dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia,* suatu sel telur yang telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan melalui siklus menstrual. Yang melakukan pembuahan tersebut adalah suatu sel yang berasal dari pria, yaitu spermatozoa, yang berpuluh-puluh juta spermatozoa terkandung dalam satu sentimeter kubik sperma. Meskipun demikian, yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya pembuahan adalah satu spermatozoa saja, atau dengan kata lain, sejumlah sangat kecil cairan sperma. Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh buah pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu sistem saluran dan tandon. Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari tempat penyimpanannya ke saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut yang, meskipun demikian, tidak mengandung unsur-unsur pembuah.
Keluaran-keluaran getah ini, meskipun demikian, akan memberikan suatu pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma untuk sampai ke tempat sel telur wanita dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu merupakan suatu campuran: ia mengandung cairan benih dan berbagai keluaran getah tambahan.
"(Tuhan) telah membentuk manusia dari sejumlah kecil mani." (QS 16:4)
Ungkapan ini terdapat sebelas kali dalam Al-Quran. Kata bahasa Arab yang diterjemahkan di sini sebagai sejumlah kecil (sperma) adalah nuthfah. Barangkali hal ini bukanlah penerjemahan yang paling ideal, tetapi tampaknya tak ada satu kata dalam bahasa Inggris pun yang bisa sepenuhnya menangkap makna penuhnya. Kata tersebut berasal dari kata kerja bahasa Arab yang berarti 'jatuh bertitik atau menetes.' Arti utamanya merujuk kepada jejak cairan yang tertinggal di dasar sesuatu ember setelah ember dikosongkan.
Dengan kata lain sejumlah sangat kecil cairan yang merupakan arti kedua kata tersebut yaitu setetes air. Dalam contoh khusus ini ia berarti sejumlah kecil sperma, karena kata tersebut dikaitkan dengan kata 'sperma' (mani di dalam bahasa Arab) dalam ayat berikut:
"Bukankah (manusia) dahulu merupakan setetes mani yang ditumpahkan." (QS 75:37)
Penting untuk disadari bahwa Al-Quran menyatakan secara jelas bahwa kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung pada volume cairan yang di-'semburkan.' Gagasan bahwa sejumlah sangat kecil cairan sebagai sepenuhnya bersifat efektif tidak segera tampak nyata. Orang-orang yang tak tahu fakta sebenarnya berkenaan dengan gejala ini pasti akan cenderung berpikir sebaliknya. Namun lebih dari seribu tahun sebelum kemaujudan spermatozoa ditemukan di awal abad 17 Al-Quran mengungkapkan gagasan-gagasan yang terbukti benar berdasarkan penemuan identitas unsur pembuah yang diukur dalam satuan-satuan perseribu milimeter. Adalah benar-benar spermatozoalah yang terdapat di dalam cairan benih yang mengandung pita DNA. Hal ini pada gilirannya membentuk kendaraan bagi gen-gen dari sang ayah yang bersatu dengan gen-gen dari ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon manusia.
Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi pria yang bergabung dengan gen-gen sel reproduksi wanita membentuk
faktor-faktor yang akan menentukan berbagai kekhasan calon manusia itu.
Begitu penyusutan kromatik berlangsung, maka spermatozoa itu membawa gen-gen yang mengandung faktor-faktor yang menentukan apakah calon manusia itu akan berjenis kelamin laki-laki (hemicromosom Y) atau wanita (hemicromosom X). Jika, di antara tak terhitung banyaknya spermatozoa yang berkumpul di sekitar tepi sel telur sebagai sel-sel pembuah yang mungkin, satu spermatozoa yang benar-benar berhasil membuahinya mengandung hemicromosom Y, maka calon anak tersebut akan menjadi anak laki-laki. Jika spermatozoa yang menembus sel telur mengandung hemicromosom X, maka anak tersebut akan menjadi seorang anak perempuan.
Oleh karena itu, jenis kelamin seseorang, secara genetik, ditentukan pada saat terjadi pembuahan oleh unsur pembuah,
dalam sejumlah sangat kecil, dan setelahnya kekhasan-kekhasan seksual anak tersebut terus terbentuk. Al-Quran mengandung pernyataan di bawah ini mengenai masalah di atas (ketika merujuk kepada manusia):
"Dari sejumlah kecil cairan, (Tuhan) membentuknya (dalam proporsi yang tepat) lalu menentukannya." (QS 80:19)
Kata khalaqa sesuai dengan arti yaitu 'membentuk dengan proporsi yang sesuai' atau 'membentuk' dan bukannya dengan kata kerja 'menciptakan.'
"(Tuhan) membentuk berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari sejumlah kecil (sperma) ketika sejumlah kecil (sperma) itu dipancarkan." (QS 53 :45-46)
Sebagaimana telah kita lihat di atas, Al-Quran menekankan fakta bahwa hanya sejumlah amat kecil cairan sperma yang
dibutuhkan untuk pembuahan.
Unsur pembuah pria, yaitu spermatozoa, mengandung hemicromosom yang akan menentukan jenis kelamin calon manusia itu. Saat-saat yang menentukan terjadi ketika spermatozoa menembus sel telur dan kemudian jenis kelamin tersebut tidak berubah. Ayat-ayat yang dikutip di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin manusia ditentukan oleh sejumlah kecil cairan pembuah. Cairan inilah yang membawa spermatozoa yang mengandung hemicromosom yang menentukan bentuk seksual manusia baru. Dalam konteks ini teks Al-Quran dan data embriologi modern secara sangat mencengangkan ternyata sama.
* pembuluh lembut yang menghubungkan rahim dengan daerah indung telur dalam sistem reproduksi wanita (manusia) dan betina
to Foxhound:
Kalimat pertama dalam hadits, itu adalah kalimat pendefinisi maksud dari Muhammad apa itu male substance dan apa itu female substance, tidak boleh diignore begitu saja.
Baik saya kutipkan lagi hadisnya :
He (the Holy Prophet) said: The reproductive substance
of man is white and that of
woman (i.e. ovum central portion) yellow, and when they have sexual intercourse and the
male's substance (chromosomes and genes) prevails upon the
female's substance
(chromosomes and genes), it is the male child that is created by Allah's Decree, and when the substance of the female prevails upon the substance contributed by the male, a female child is formed by the Decree of Allah. The Jew said: What you have said is true; verily you are an Apostle. He then returned and went away. The Messenger of Allah(may peace be upon him) said: He asked me about such and such things of which I have had no knowledge till Allah gave me that.
Anggap asumsi sederhana saya dibawah benar (karena saya belum cek hadisnya dalam bahasa Arab) dan saya tidak mengadakan riset mendalam soal ini.
Dalam kata-kata yang bercetak tebal terdapat kata:
man = rajal (arabic)
woman = imarat (arabic)
male = dzakar (arabic)
female = untsa (arabic)
substance = maddat
Maka dalam asumsi seperti ini "substance of man" dalam arabnya mungkin berarti (anggap susunannya seperti ini atau sudah benar) maddat rajal = sperma = nuftah
substance of woman = maddat imarat = ovum (
http://www.pbs.org/wgbh/amex/babies/peo ... _ovum.html )
male's substance = maddat dzakar (gen "Y") dari nuftah/sperma (sesuai penjelasan ayat Quran)
http://www.abc.net.au/science/news/stories/s884493.htm
female's substance = maddat untsa (gen "X") dari nuftah/sperma (sesuai penjelasan ayat Quran)
Untuk prevail terus terang saya belum cek arabicnya. Tapi sebagai acuan awal, saya memegang terjemahan awal yang kalau diindonesiakan dari bahasa Inggris adalah berarti "dominan/menang".
Yang jadi masalah bagi non-muslim atas keabsahan AlQuran justru adalah hal-hal seperti ini. Anda mengklaim bahwa AlQuran adalah keajaiban ilmu pengetahuan tapi anda menerangkan dengan cara membuang yang tidak sesuai, terkadang ada rekan anda yang mencoba membuangnya dengan menerjemahkan ulang. Dan kemudian menambahkan juga apa yang sesuai. Dengan cara seperti ini, bahkan apapun bisa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan. Kalau ini dilakukan pada kitab agama lain, anda akan menertawakannya.
Sebenarnya tidak membuang yang tidak sesuai dalam arti negatif, tapi karena dalam bahasa arab terkadang satu kata dapat memiliki beberapa arti maka seringkali penerjemah awal menggunakan kombinasi/susunan arti/terjemahan yang 'aman' (tidak beresiko) dan inipun sebenarnya tidak terlalu menyimpang artinya jika menggunakan terjemahan tertentu. Dan yang
"AJAIB" semua kombinasi arti kata dalam al-Quran selalu benar untuk beberapa pengertian yang lain.
Contoh:
"Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik
kebun (jannah), ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari." (QS. al-Qalam: 17)
"Hai Adam ! tinggallah engkau dan istrimu di
Jannah serta makanlah oleh kamu berdua apa-apa yang disukai, tetapi janganlah kamu mendekati Syajaratu, karena kamu akan termasuk golongan mereka yang zhalim". (QS. 7:19)
Dalam kata yang bercetak tebal Jannah berarti surga dan kebun. Para penerjemah memakai kata surga untuk surah 7:19 sebagai pengganti jannah. Akan tetapi suatu ketika studi kritis mengatakan bahwa tidak mungkin bahwa Iblis menggoda Adam didalam surga, sehingga seharusnya yang dimaksud adalah sebuah kebun yang terletak di suatu tempat bukan surga (bisa suatu planet).
Dan asal kamu tahu juga dalam satu surah seringkali mewakili banyak 'keajaiban Quran'.
Contohnya adalah surah An-nur 35 yang dalam satu ayat bisa menunjukkan lima keajaiban Al-Quran yaitu bercerita tentang bola lampu pijar, proses fotosintesis, 5 zona iklim di bumi, galaksi Quasar, dan daerah sekitar Arsy Allah. Jadi ayat-ayat yang sekarang ini insya Allah di masa depan akan melahirkan dan menambahkan lagi keajaiban-keajaiban baru dengan ayat-ayat yang sama.
Jadi memang ayat-ayat Quran tidak dibakukan oleh Allah SWT karena susunan bahasa Arab sendiri itu sendiri yang kaya akan arti, karena itu satu ayat atau satu surah seringkali mengandung banyak 'hikmah' yang berbeda-beda dan pengertian yang berlainan pula dan untuk aplikasi yang beragam bagi aneka kebutuhan umat manusia itu sendiri. Dan penerjemahan yang tepat akan muncul bersama berkembangnya jaman dan terurai dengan adanya penemuan ilmiah di lapangan.
Ada keterangan mengapa bahasa Arab sebagiannya dipakai sebagai bahasa Al-Quran:
Keistimewaan bahasa Arab itu antara lain ialah: 1. sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup, 2. bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan. 3. bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang amat luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian tak terdapat dalam bahasa lain. Dan salah satu alat untuk mentakwilkan makna ayat adalah mengenal ilmu nahwu (susunan pembentuk kalimat dalam bahasa Arab termasuk grammar, dsb).
Lagipula Al-Quran bukanlah sebuah diktat buku Fisika yang merinci keajaiban step by step dengan cukup jelas, Quran adalah buku
super Fisika yang keajaiban sesungguhnya 'disamarkan' oleh Allah SWT. Coba perhatikan ayat dibawah:
Surah 3, Ali Imran ayat 7 menyatakan bahwa AlQur'an terbagi atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat.
"Dia-lah yang menurunkan Kitab (AlQur'an) kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi AlQur'an, dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya. Katakanlah:"Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang mau memikirkan."(QS. 3:7 )
Yang Muhkamat adalah petunjuk hidup yang mudah dimengerti yang terdapat didalam AlQur'an, termasuk didalamnya masalah halal-haram, perintah dan larangan serta hal-hal lainnya dimana ayat-ayat tersebut dapat dipahami oleh siapa saja secara gamblang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran yang berat.
Sedangkan Mutasyabihat/kiasan/metafora/allegorical/majaz adalah hal-hal yang susah dimengerti karena berupa keterangan tentang petunjuk banyak hal yang mesti diteliti dan merangkaikan satu sama lain hingga dengan begitu terdapat pengertian khusus tentang hal yang dimaksudkan, termasuk didalamnya adalah dapat diungkapkan melalui kemajuan teknologi dan cara berpikir manusia.
Seandainya AlQur'an itu seluruhnya muhkamat, pastilah akan hilang hikmah yang berupa ujian sebagai pembenaran juga sebagai usaha untuk memunculkan maknanya dan tidak adanya tempat untuk merubahnya. Berpegang pada ayat mustasyabih saja dan mengabaikan ayat Muhkamat, hanya akan menimbulkan fitnah dikalangan umat.
Juga seandainya AlQur'an itu seluruhnya mutasyabihat pastilah hilang fungsinya sebagai pemberi keterangan dan petunjuk bagi umat manusia. Dan ayat ini tidak mungkin dapat diamalkan dan dijadikan sandaran bagi bangunan akidah yang benar.
Akan tetapi Allah Swt dengan kebijaksanaanNya telah menjadikan sebagian tasyabuh dan sisanya mustayabihat sebagai batu ujian bagi para hamba agar menjadi jelas siapa yang imannya benar dan siapa pula yang didalam hatinya condong pada kesesatan.
Allah SWT sendiri berfirman:
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (QS. 2:26 )
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya). (QS. 17:89 )
Artinya Al-Quran memang dibuat/dirancang sedemikian rupa oleh Allah SWT sehingga seperti berbentuk perumpamaan sebagai suatu ujian (uji iman). Orang-orang kafir akan tidak suka perumpamaan ini dan minta yang pasti-pasti saja dan mereka akan terkecoh, sementara orang beriman akan mengakui dan melihat bahwa dibalik semua perumpamaan tsb, Al-Quran telah menyajikan suatu rentetan data-data keajaiban yang pasti dan jelas...
Mudah-mudahan dapat memahami penjelasan saya, terutama alinea yang terakhir... :)
PS. Sebagai gambaran tentang dinamika proses mencari keilmiahan Al-Quran, saya sudah pernah berdebat di thread saya di:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/v ... php?t=7745