KHADIJAH UMAR

Yang santai dan rileks. Gosip juga boleh.
Post Reply
User avatar
somad
Posts: 955
Joined: Tue Sep 20, 2005 11:25 pm
Location: Indo
Contact:

KHADIJAH UMAR

Post by somad »

Jilbab Teh Kokom oleh Khadijah Umar

Teh Kokom hanya lebih tua setahun dari usiaku, tapi karena adiknya
adalah teman sejawatku, maka aku biasa memanggilnya `teteh' yang
berarti mbak sebutan bagi wanita Sunda.

Ia berwajah cantik. Tubuhnya masih terawat dengan baik meskipun
sudah pernah melahirkan tiga anak. Keluarganya juga cukup harmonis
meskipun bagi sementara orang bisa dianggap kurang, karena
suaminya jarang pulang. Suaminya adalah pekerja lepas pantai.

Tapi Teh Kokom mempunyai komitmen yang mengagumkan dalam
hal menjaga kesetiaan. Ia tahu, sebagai wanita berwajah cantik yang
sering sendirian, tentu bisa banyak godaan. Maka ia memutuskan
memakai jilbab rapat setelah menikah 10 tahun yang lalu.

Padahal, ia mempunyai hobby berenang ketika mudanya.

Alasannya, tidak terlalu muluk seperti yang saya sering dengar dalam
obralan ayat, yaitu sederhana saja, ia tidak ingin mata laki-laki
menatapnya dan membuat mereka ingin mendekatinya. Ia ingin agar
hanya suaminya saja yang bisa `menikmati' tubuhnya.

Dari segi kesetiaan dan ketulusannya, aku sangat tersentuh. Tapi
sentuhan itu malah mengusikku. Aku seperti teringat pengalaman
pengalaman masa laluku dan beberapa teman yang pernah merasa
menderita percuma hanya demi `kesetiaan' itu.

Karena itu aku mencari alasan-alasan, mengapa makna kesetiaan tidak
dilandaskan pada konsep kesetaraan?. Kesetiaan itu, mestinya setara
seperti yang ada diantara dua sahabat ataukah kesetiaan menghamba
seperti seekor anjing kepada majikannya?.

Maka pada sore yang temaram itu, disebuah kolam renang pada sebuah
hotel, saya sempat merenung sambil merenangi air.

Teh Kokom bersama 2 anak perempuannya yang berumur 8 dan 6 tahun
bertemu denganku disebuah tepian kolam itu.

Anak-anaknya dengan ceria berkecipak di air dangkal. Suaranya riuh
dan teriakannya riang penuh kegembiraan. Teh Kokom hanya duduk
dengan rapih dibawah parasol teduh dengan jilbab rapatnya.
Ia hanya ditemani segelas orange yang dihisapnya sesedikit.
Mula-mula aku menemaninya sebentar. Tubuhku juga, masih berbungkus
mantel mandi. Tapi dengan pakaian renang warna menyala didalamnya.

"Teh, apa nggak rindu masa lalu berlarian seperti anak-anak dan bermain
di air seperti dulu?", tanyaku sambil mengamati jilbabnya yang indah
dengan bordir bunga emas mewah di pinggirannya.

"Mulai lagi niiih, ngritik jilbab teruuus", kelitnya sambil tertawa.

"Lho, kan sudah dari sononya saya suka ngritik!", kataku.

"Kenapa sih kamu selalu ingin memamerkan tubuhmu?, mentang mentang
merasa single lagi ya?". Serangan baliknya.

"Lho, kan dari sononya juga perempuan tidak pakai jilbab, lihat anak-anak
itu", kataku membuka front.

"Kan kamu sudah gede", tangkisnya enteng. "Lihat tuh bulu bulu mesum
pada keluar-keluar", katanya lagi sambil menunjuk pangkal pahaku.

Aku tertawa keras."Ini kan bagian yang nggak penting, kan cuma bulu",
aku ngakak lagi.

"Kalau nggak penting kenapa mata om om itu ngliatin kamu terus dari
tadi?, lihat tuh", katanya sambil menunjuk.

Aku mengerling dengan ekor mataku sambil menyanyikan lagu iklan Omo:
"Lek dicolek om om, aduh asyiknya, Lek dicolek om om aduh ha ha ha ...."

Kami tertawa tergelak-gelak melihat om om itu ikut senyum-senyum.

Matahari sudah mulai condong mengintip diantara dedaunan pohon kelapa.
Dengan malas aku menanggalkan mantel mandiku. Tubuhku bersepuh emas
ditimpa cahaya sore. Berjalan perlahan seperti berpameran body. Lalu
meloncat ke kedalaman. Menyelam sebentar. Aku merasa beruntung bisa
berenang. Tidak terlalu pintar, tapi cukup untuk sesaat bisa merasa menjadi
ikan.

Air yang hangat dan nyaman. Tetap tak bisa memberiku jawab: Mengapa
wanita muslim tak boleh menikmati dan membanggakan mempunyai tubuh
yang indah?. Kasihan Teh Kokom. Semoga suaminya juga mengerti arti
kesetiaan di kesepian lepas pantai sana.

Diseberang kolam, di bebatuan aku mengentas tubuhku yang berkerlip
basah. Mengerling kesekitar, pura-pura tak acuh seperti burung merpati.
Padahal aku menikmati pandangan lapar para laki-laki menjilati silhuette
tubuhku.

'Berpalinglah kelain arah, nanti dihanyut dosa kalau berdenyut
syahwatmu!', umpatku dalam hati. `Berani colek gue kepret lo!'.

Tapi dikejauhan sana, kutangkap pandangan tulus The Kokom seperti
mengasihani: Ah, Khadijah masih sesat saja....

Perjuangan wanita Islam, musti dimulai dari The Kokom yang berbahagia
dan merasa puas diri dengan jilbabnya, ataukah harus dimulai dari Kartini
yang menunggu hukuman mati hanya karena diam-diam hamil sendirian?.

Aku juga tak tahu jawabnya. Aku benar-benar tak tahu.

Khadijah
Padepokan Silat Langkah Suci
Ciganjur


Disadur dari Milis apakabar {INDONESIA L}
Last edited by somad on Thu Nov 24, 2005 8:02 pm, edited 1 time in total.
User avatar
somad
Posts: 955
Joined: Tue Sep 20, 2005 11:25 pm
Location: Indo
Contact:

Post by somad »

Apa itu Jilbab

REF: http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1 ... /0067.html

Keharusan untuk memakai jilbab bagi wanita Islam itu suatu pengingkaran
terhadap kesetaraan gender.
Asal mulanya munculnya pengharusan itu, disebabkan oleh adanya supremasi
gender, dimana laki-laki lebih berkuasa dari pada perempuan. Ketika itu,
ratusan tahun yang lalu, yang disebut sebagai manusia hanyalah laki-laki.
Sedangkan perempuan hanya semacam ladang cangkulan bagi laki-laki tempat
menanam benih, semacam tanaman berbuah dada atau paling pol hanyalah separuh
dari kemanusiaan laki-laki.

Implikasinya menyatakan jelas hal itu. Sebagai saksi hukum misalnya, perlu
dua wanita sedangkan kalau laki-laki cukup satu sajalah.

Kentara sekali bahwa yang menjadi subyek selalu laki-laki. Ketika
masalah-masalah sosial timbul, misalnya ada laki-laki yang begitu tergiur
oleh ‘tanaman’ itu, maka yang perlu ditutupi bukan mata laki-laki itu,
melainkan ‘tanaman’ menggiurkan itu. Itu katanya untuk mencegah pemerkosaan.
Hukumnya lalu berkembang menjadi represi terhadap umat manusia Islam.
Femininitas manusia perempuan tidak boleh dilihat oleh manusia laki-laki
dengan konsekwensi dianggap melanggar perintah allah.

Karena perempuan dianggap bukan manusia penuh, maka tidak ada lagi diskursus
tentang HAM. HAM tentang wanita dibicarakan hanya dengan dasar keyakinan
akan kesetaraan gender. Selama wanita tersubordinasi dibawah kepentingan
laki-laki, maka yang disebut HAM selalu berkisar antara laki-laki satu
dengan laki-laki lain. Perempuan tidak ikutan.

Membenahi Islam adalah berarti juga membenahi ketimpangan sosial dan ketidak
adilan terhadap perempuan. Bila perempuan bisa demikian merangsang di mata
manusia laki-laki dan perlu ditutupi, maka karena perempuan juga harus
diakui mempunyai sepasang mata dan sebuah perasaan yang bisa terangsang oleh
seksualitas laki-laki, jadi laki-laki juga harus menutupi seksualitasnya
serta maskulinitasnya.

Maka saya juga bisa melarang laki-laki memakai jeans ketat yang sedikit
banyak memperlihatkan besarnya ukuran kemaluannya, dengan alasan saya
terangsang dan menjadi ingin diperkosa. Saya yakin para laki-laki Indonesia
tidak mau diharuskan berpakaian jubah-kafiyeh seperti pakaian jaman nabi
dulu hanya karena mencegah perempuan merasa ingin diperkosa.

Persoalannya bukan siapa mau pakai jilbab silakan, siapa tidak pakai jilbab
juga boleh. Kalau itu, jelas siapapun, apapun boleh.
Persoalannya justru Islam harus aktual, berkembang, dinamis dan dengan tegas
mengatakan bahwa mewajibkan pemakaian bungkus kepompong yang disebut jilbab
itu MELANGGAR hukum Islam.
Kalau Islam sudah berubah menjadi begitu humanis, maka yang saya sebut
dengan ‘Islam yang sesungguhnya’ sudah sangat dekat.

Polisi wanita yang diharuskan memakai jilbab (kasus Aceh), itu jelas
dilanggar HAM nya.
Polisi wanita yang dilarang pakai jilbab, itu tergantung dari berapa
menggaggu jilbab bagi profesionalitas polisi. Menurut saya itu mengganggu,
tapi itu lebih baik diserahkan kepada urusan lembaga kepolisian. Ada
kriteria profesionalitas dalam setiap institusi.

Contoh ekstrim, perenang perempuan tentu saja terganggu profesionalitasnya
kalau harus pakai jilbab: - )

Contoh yang kurang ekstrim, atlit volley, marathon, bulutangkis, silat,
jelas masih terganggu kalau harus pakai jilbab. Kita bisa membahas tentang
keterbatasan pandangan, hambatan angin dsb dalam hal ini.

Atlit catur perempuan, jelas tidak terganggu, jadi melarangnya memakai
jilbab adalah melanggar HAM. Tapi mengharuskannya memakai, juga melanggar
HAM.

Saya pikir, kalau camping di gunung yang tinggi, lalu pakai jilbab, bagus
juga, karena bisa lebih hangat. Saya sarankan laki-laki juga pakai jilbab
kalau kedinginan. Tapi pakai selimut juga boleh :-)

Jilbab yang ‘membungkus’ itu, telah menyiksa beratus tahun. Rambut jadi bau
keringat, mesti keramas pagi sore. Jilbab jadi belenggu. Sifatnya mirip
keharusan di Cina feodal, perempuan dari kecil harus memakai sepatu kayu
kecil sampai pertumbuhan kaki terdeformasi, seperti kerupuk, bau busuk luar
biasa.
Mirip juga seperti jaman ratu Victoria, wanita harus pakai celana dalam dari
baja berkunci untuk mencegah pemerkosaan atau perselingkuhan. Untung jaman
itu tidak berlangsung lama.

Apa yang terbayang ketika kita berjalan jalan-jalan ke supermarket, dep
store, ketika melihat anak perempuan kecil dan lucu dibiasakan memakai
‘bungkusan’ itu? Ah, suatu pelanggaran HAM kepada anak-anak yang disebabkan
oleh pemahaman agama yang kaku kering, dan dilestarikan oleh kebodohan
manusia dan budaya ‘mengikuti’ yang mengeliminasi sikap kritis.

Dan ini terjadi di Indonesia, kota kota besar, seperti Jakarta, Surabaya
dll. Bukan di Arab !.

Bukan Qur’annya yang salah. Cara membacanyalah.
Maksudku, bukan cara membacakannya (melagukannya). Melainkan cara
mengartikannyalah.
Perlu hati nurani yang lebih berpihak kepada kemanusiaan daripada kepada
susunan huruf Arab yang tertulis dibuku cetakan untuk mengartikannya sesuai
dengan hakikat Islam yang sesungguhnya.

Khadijah - memanusiawikan Islam
Padepokan Silat Langkah Suci
Ciganjur

[INDONESIA-L] KHADIJAH (71) - Apa Itu Jilbab
User avatar
somad
Posts: 955
Joined: Tue Sep 20, 2005 11:25 pm
Location: Indo
Contact:

Post by somad »

Islam radikal, biang penderitaan umat Islam.

REF: http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1 ... /0023.html

From: khadijah umar <[email protected]>
To: [email protected]
Subject: Islam radikal, biang penderitaan umat Islam.
Date: Fri, 18 Jun 1999 13:25:12 JAVT

Bila dihitung secara sederhana, jumlah umat Islam di Indonesia adalah 80%
dari keseluruhan rakyat yang 200 juta, maka berarti terdapat 160 juta umat
Islam di Indonesia ini.

Bila jumlah orang yang penghasilannya tidak mencukupi untuk hidup layak di
negri ini, Islam maupun non Islam, adalah 50% (akibat phk, kenaikan harga
dsb), maka jumlah orang Islamnya adalah 80 juta orang.

Jumlah 80 juta orang Islam melarat itu tersebar diseluruh negri ini yang
merupakan faktor potensial untuk :

1. Punya potensi besar terprovokasi melakukan tindak kriminal, karena orang
melarat memang lebih mudah berbuat melanggar hukum demi sesuap nasi.
2. Punya potensi besar untuk DITUDUH sebagai pelaku tindak kriminal, justru
karena keyakinan bahwa orang melarat memang lebih mudah berbuat melanggar
hukum demi sesuap nasi.

Jadi karena melarat dan karena mayoritas, mudah sekali mereka itu menjadi
SASARAN para pelaku politik untuk dimanfaatkan posisinya sebagai kambing
hitam.
Bila butuh kerusuhan disuatu tempat, entah itu dengan tema anti Cina, atau
anti Megawati sang calon presiden perempuan, atau anti suatu partai tertentu
yang sedang naik daun, mudah sekali kelompok Islam melarat ini diajak, atau
DITUDUH melakukan kerusuhan tersebut.
Karena motif tipikalnya sudah jelas: Orang melarat butuh makan, gampang
dibeli, kurang berpendidikan dan paling tidak, MASUK AKAL kalau dituduh
begitu.

Yang memanfaatkan posisi jelek para Islam melarat itu tidak selalu dari
kelompok status quo dan tidak mesti selalu berarti golongan non Islam
ataupun Cina. Dari kalangan Islam sendiri SERING KALI memanfaatkannya dengan
sangat kentara. Bahkan dalam banyak kesempatan, sering terjadi provokasi
sistematis, waktu Jum’atan, acara fajar di radio, kuliah , sampai ngobrol
ngobrol di warung.

Inilah posisi yang memprihatinkan yang terjadi pada Islam melarat yang
jumlahnya memang cukup banyak karena mayoritas itu.
Bila para Islam melarat itu tidak terpancingpun, misalnya mereka imannya
cukup kuatpun dan tidak mau dibayar untuk membakar toko, misalnya, tidak
masalah. Bakar saja toko itu dan timpakan kesalahan pada umat Islam melarat
itu. Toh hasilnya logis. Mirip. Namanya orang melarat gampang diprovokasi.
Jadi klop!.

Inilah kenyataan. Tidak pernah terpecahkan dengan tuntas semua masalah
karena hal ini selalu ada.

Jadi ada 3 hal pokok yang memungkinkan suatu kelompok melakukan atau dituduh
melakukan suatu kerusuhan, yaitu kelompok itu harus kelompok Islam, dalam
keadaan melarat dan ada yang memprovokasinya.

Kita tidak bisa menyuruh kelompok itu berhenti menjadi orang Islam, karena
memeluk agama adalah hak azasi manusia.
Kita juga tidak bisa membuat mereka tidak melarat dalam waktu singkat,
karena butuh waktu yang relatif lama di bawah sistem pemerintahan yang baik.
Yang kita bisa lakukan adalah ‘meghilangkan’ provokatornya.

Jumlah orang Islam yang punya potensi memprovokasi itu memang tidak banyak.
Tapi masalahnya mereka menduduki posisi yang relatif lebih berpengaruh
daripada 80 juta yang punya potensi diprovokasi.

Siapa dan berapa jumlah mereka, tentu tidak bisa segera diberi jawaban
disini. Kita hanya bisa memberi ‘label’, atau menyebutnya dengan istilah
ISLAM RADIKAL.

Sebenarnya, kata radikal, dari kata radix=akar, adalah baik, berarti
senantiasa mencari ‘akar’ dari semua perbuatan dan pandangannya, dalam hal
ini Al Qur’an. Tapi dalam perjalanan sejarah, yang radikal ini MENAFSIRKAN
kitab sucinya SECARA ****, sehingga yang tampil ke permukaan adalah
pandangan pandangan ekstrim dan luar biasa piciknya, seperti:

PRESIDEN TIDAK BOLEH PEREMPUAN. Bagaimana kalau Presiden Direktur
perusahaan, Gubernur, Lurah, RW, RT, Kepala sekolah, Hakim, Ketua MPR-DPR,
Kepala Polisi, Komandan peleton, Kepala regu baris berbaris, Rektor, Ketua
ASEAN, Sekjen PBB dll ? PADA BATAS MANA boleh perempuan sebagai pemimpin?.
Batasnya tidak pernah suatu garis tegas, melainkan abu abu. Batas tegas itu
TIDAK ADA di Al Qur’an.

LAKI DAN PEREMPUAN TIDAK BOLEH BERSENTUHAN kecuali, bla bla bla dst
PEREMPUAN HARUS HARUS MENUTUP AURAT, maksud aurat adalah, bla bla dst
LAKI BOLEH BERISTRI 4 asal, bla bla bla dst
Dengan banyak ayat yang diambil secara tidak arif itu membuat banyak
kesempatan bagi perempuan tersia siakan. Padahal jumlah pemilih yang
berkelamin perempuan , konon meliputi 60% lebih ( 62%?, 67%?).
Berarti lebih dari separuh potensi anak bangsa dibuang begitu saja.

Dan masih banyak lagi.

Dari beberapa contoh itu, terlihat, bahwa selain merugikan nama Islam
keseluruhan, Islam radikal itu juga telah berdosa besar terhadap para
perempuan Islam dengan menafsirkan Qur’an secara begitu berat sebelah.

Bila Islam Radikal masih begitu besar pengaruhnya dibumi pertiwi ini, tidak
heran bila kita, terutama kaum wanita , masih lama lagi harus menderita
HANYA karena harus menyandang predikat Islam.
Juga masih akan lama masyarakat Islam Indonesia terkungkung dalam kebodohan,
kemelaratan, kepicikan, jadi kambing hitam, jadi bulan bulanan tuduhan,
untuk suatu tujuan sekelompok kecil Islam radikal itu.

Apakah harus begitu berat menyandang predikat Islam di Indonesia ini?
Sebagai masyarakat melarat saja sudah berat, apalagi sebagai wanitanya.
Bila kita ingin membersihkan Islam dari ‘kotoran kotoran’ ini, sudah saatnya
sekarang bersikap sebagai ISLAM MODERAT.

Kita kosongkan jiwa kita dari tafsiran tafsiran yang picik, kita duduk
bersimpuh dan membuka Qur'an, menafsirkannya (bukan cuma 'melagukannya')
dengan akal sehat dan hati yang bersih. Sambil mengucap Bismillah !.

Khadijah - Anti Islam radikal
Padepokan Silat Langkah Suci
Ciganjur
User avatar
somad
Posts: 955
Joined: Tue Sep 20, 2005 11:25 pm
Location: Indo
Contact:

Post by somad »

Re: Orang Islam *****

REF: http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1 ... /0032.html

From: khadijah umar <[email protected]>
To: [email protected]
Subject: Re: Orang Islam *****
Date: Thu, 08 Jul 1999 10:01:31 JAVT

Ini adalah omong omong adem saya dengan Mas Jusfiq Hadjar di Apakabar.

Mas Jusfiq,

Sebentar, jangan ‘ngamuk’ dulu, saya setuju kok sama banyak hal yang anda
katakan. Sssst.... tapi jangan keras keras, sifat manusia itu tidak bisa
menerima kenyataan terlalu banyak.:- )

Betul, kita, minimal anda dan saya setuju terhadap pemisahan antara urusan
vertikal dan horisontal. Dan seperti tulisan anda tentang Islam itu
sebenarnya sekuler, saya juga setuju sekali. Memang agama (apapun), kalau
dipahami dengan benar, akan sangat logis untuk memahami kebenaran, yaitu
memisahakan urusan negara dengan urusan berdoa (sekuler).
Dalam hal ini, seperti agama, Pancasilapun hanya sarana. Kalau tidak cocok
boleh dirubah.


>dan bila nyatanya Nabi Muhammad itu memang bandot dan bandit, lalu
>apakah kita akan berbohong kepada diri kita dan berbohong kepada
>peserta mailing list ini bahwa bahwa Nabi Muhammad itu bukan bandot
>dan bukan bandit? saya katakan bahwa Nabi Muhamamd itu bandot dan saya
>sertai
>omongan saya itu dengan bukti. berapa istrinya? Berapa selirnya? Lalu mari
>kita ingat cerita Zainab! Ketika Nabi Muhammad melihat tubuh Zainab, istri
>anak angkatnya itu
>- menggairahkannya maka apa yang terjadi? Istri anak angkatnya dikawininya!
>Apakah ini bukan perbuatan bandot?


Betul, poligami sebagai pola tingkah laku jelek yang terus dipelihara sampai
sekarang itu tidak bagus. Perbandotan karena berarti ketidak adilan itu juga
tidak bagus. Meniru kesalahan manusiawi Nabi Muhammad, bagaimanapun hebatnya
dia sebagai pemimpin, adalah tidak bagus.
Menghilangkan perendahan terhadap perempuan juga salah satu intensi
perjuangan saya untuk memperbaiki Islam. Lho saya setuju kan, Mas Jusfiq?


>Dan Nabi Muhamam itu bandit. Anda tahu bahwa Nabi Muhammad beserta beberapa
>pengikutnya hijrah
>dari Makkah ke Madinah. Di Makkah mereka tidak punya kebun korma atau tanah
>untuk ditanami. Lalu hidupnya bagaimana?
>Anda kira Nbi Muhamamd digaji oleh Malaikat Jibrail? Enggak! Disamping
>memeras orang Yahudi di Yahtrib Nabi Muhammad itu hidup
>dari ngerampok oasis disekeliling Madinah an Nabi?! Lalu akankah saya
>katakan di mailing list ini bahwa Nabi Muhamamd
>itu adalah petani korma yang jujur? Yang anda hargai itu apa, kejujuran
>atau dusta?


Setuju, pada jaman itu kekerasan masih begitu membudaya, bahkan memerangi
kekerasan memakai kekerasan lagi dianggap biasa. Karena sudah terbiasa itu,
sampai sampai nabi memakai cara kekerasan untuk ‘mengutip sesuatu’ dari
masyrakatnya.
Itu kesalahan beliau. Dan itu bukan nilai-nilai Islam. Maka dari itu saya
selalu mengutamakan nilai nilai daripada person person. Dalam pengertian
membangun kwalitas manusia sepanjang zaman, Muhammad adalah hanya sarana. Al
Quran juga sarana. Hadith dan ijtihad juga. Tulisan tulisan, sebagai kata
kata dan susunan huruf huruf, kharisma persona, itu semua adalah bungkus
untuk suatu isi yang namanya nilai nilai itu.
Dalam pengertian yang sama (menurut saya), Jesusnya orang Kristen juga
semacam bungkus pula, untuk sebuah isi yang merupakan esensinya, yaitu cinta
kasih. Sering kita dengar,kan ajaran mereka. Apalagi anda disana, tentu
lebih sering mendengarnya. Baik, tapi saya tidak mau banyak bicara tentang
agama lain diluar agama saya sendiri. Kuatir menjadi dangkal dan banyak
salahnya.


>Caci maki itu adalah bahagian dari hak untuk menyatakan pendapat!
>Mahkamah HAM Eropa di Strassburg telah menetapkan bahwa omongan yang
>menggoncangkan, menggelisahkan dan tidak menyenangkan adalah
>bahagian dari hak untuk menyatakan pendapat. (Cf. referensinya di salah
>satu posting saya di arsip apakabar). Dalam berdiskusi, saya ulangi untuk
>keseratus kalinya: yang penting
>itu adalah kesahihan fakta yang disampaikan dan logika yang dipakai
>untuk mendasari argumen. Ledakan kemarahan adalah bahagian dari diskusi!


Lho, saya kan tidak menolak substansi dari apa yang anda kemukakan.
Islam sebagai nilai memang belum dianut secara baik. Masih banyak orang yang
mengkultuskan Muhammad sampai merasa sah beristri empat. Masih banyak orang
Islam yang mau ‘membungkus’ separuh dari pengikutnya yang bergender
perempuan itu, sampai hanya kelihatan sebagian wajahnya, dan masih banyak
lagi.
Seperti yang saya katakan, masalahnya adalah pada cara menghayatinya, bukan
pada siapa person person yang menjadi tokoh dimasa silam.

Dan, sssst, jangan bilang siapa siapa, saya masih takut mengatakannya keras
keras.. Allah pun sebetulnya adalah semacam tokoh tersebut. Hanya karena
beliau tidak historis, maka tak terlihat salahnya seperti manusia Muhammad,
Jesus, dsb. Kalau kita mau memahami Allah, maka yang terbaik adalah
meletakkan beliau pada suatu tempat, yaitu di dalam hati kita. Beliau akan
berbicara sebagai suara hati nurani kita, bukan diluar kita (Pembicaraan ini
kalau diteruskan hanya cocok untuk milis-spiritual - John the Moderator
bilang).


>Saya tahu bahwa orang yang punya harga diri, orang yang mau berhenti
>tolol, orang yang mau berhenti dungu dan orang yang mau berhenti
>**** akan melihat esensi apa yang saya katakan.

>Orang *****, dungu dan ****: saya bilang Muhammad bandot dan
>bandit (dan saya sertai dengan bukti) kok orang Indonesia peseta
>mailing lisit ini yang terluka hatinya? Tolol! Dungu! *****!


Saya tidak tersinggung dikatakan Tolol Dungu *****. Itu kan memang gaya
bicara anda. :- )
Kayaknya kedengarannya ‘enak’ juga kok.
(Lagi pula John Apakabar yang Punya Kuasa kan baru bilang tidak suka kalau
orang bicara tentang gaya bahasa terus. Nanti tidak fokus pada substansi.
Saya setuju, John!)
Saya cuma merasa kurang strategis dan kurang taktis kalau cara mengajari
orang belajar nyetir mobil dengan cara dimaki maki. Takutnya nanti mereka
lantas bergeser kebangku penumpang dan tidak mau lagi belajar nyetir. Habis
instrukturnya galak sih :-).
Sabar dan pelan pelanlah, Mas Jusfiq, nanti kalau mereka sudah hampir bisa
nyetir, mau main ‘tempeleng tempelengan’ juga nggak apa apa.


>Ajaran Islam itu adalah agama semitik yagn paling biadab saat ini. Orang
>Islam kudu berani berkata: "Ya, Nabi kami adalah bandit dan
>bandot oleh karena itu kami juga ingin menghindarkan contoh buruk
>Nabi Muhamamd itu".
>>Ayat-ayat al-Quran itu - bila dibaca secara harafiah - isinya
>mengerikan karena biadab, oleh karena itu kami harus melakukan reading
>baru! Reading yang lebih manusiawi!


Ok lah, saya hanya mau menarik substansi dari kalimat kalimat anda diatas,
bahwa yang penting perlu diadakan pemahaman yang lebih manusiawi tentang
Islam. Reading baru, reading yang lebih manusiawi.
Untuk itu saya sangat setuju. Mari kita lakukan segera.

Saya juga sedang berusaha keras kearah itu. Tapi anda tahu, Mas Jusfiq, yang
harus terlibat bukan cuma kita berdua kan? :-). Perlu mengajak banyak orang
untuk menyerukan Kebangkitan Islam ini. Mungkin dari kalangan non Islam pun
punya sumbangan yang berarti. Sumbangan pemikiran maupun dana. Makin luas
lingkaran galian, makin dalam kita bisa menggali.

Sekarang ini kita mulai dari komputer pribadi, dari kantor atau rumah masing
masing, posting posting via internet. Tapi kalau mau efektif, musti kumpul
kumpul kan?
Dan pemerintah bisa berperan besar kan? (Mari kita lihat dulu, bagaimana
‘tampang’ pemerintah mendatang).

Dan gamitan (ajakan) perlu dengan senyum :-)
Rasanya itu lebih ‘cerdik’, meskipun anda bisa sebut ‘kurang jujur’.
Jangan dibentak bentak. Ih, serem ah, Mas Jusfiq !.


>Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo =

Khadijah Umar - simpatisan Jusfiq :- )
Padepokan Silat Langkah Suci
Ciganjur
User avatar
somad
Posts: 955
Joined: Tue Sep 20, 2005 11:25 pm
Location: Indo
Contact:

Post by somad »

REF: http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1 ... /0029.html
KhadijahUmar wrote:From: khadijah umar <[email protected]>
To: [email protected]
Subject: Pendekatan Islam terhadap Pornografi
Date: Fri, 02 Jul 1999 16:47:16 JAVT

Pendekatan Islam terhadap Pornografi
------------------------------------

Seorang pemuka Islam berbicara dengan lantang tentang demokrasi. Ia mengutip ngutip ayat. Mencupliknya juga dalam bahasa Arab. Islam itu mendukung demokrasi katanya, nah, buktinya ayat ayat itulah.

Dia juga bicara tentang Hak Asasi Manusia, kedudukan wanita dalam Islam (yang menurutnya sederajat dengan kaum lelaki), persaudaraan Islam, progresifnya Islam dll. Saya sungguh terkesan mendengar, bagaimana dia bisa hafal bahasa Arabnya setiap ayat, beserta artinya, sementara dia tidak bisa berbahasa Arab. Memang wajahnya kelihatan baik, tutur bahasanya lembut, ‘mengayun sukma’.

Suatu kali ia berbicara disebuah kelompok kecil orang muda. Mereka bertanya tentang pornografi dalam Islam. Ia ditanya : Apakah Islam melarang pornografi?.
Jawabannya mengalir lancar sekali disertai kalimat berbumbu bumbu dan kutipan ayat ayat. Inti jawabannya adalah : Ya, pornografi dilarang dalam Islam !. (Seperti yang anda dan saya sudah duga).

Kemudian ada yang bertanya: Yang dimaksud dengan pornografi itu apa sih sebetulnya?, Kan di Al Quran tidak disebutkan ada istilah pornografi?. Bapak itu menjawab, yang dimaksud adalah apapun yang membuat orang tergerak syahwatnya.

Mereka , orang orang muda itu membuka sebuah majalah. Ditunjukkan kepadanya gambar Sofia Lacuba terbitan terakhir. Sepertinya tidak memakai busana, atau nampaknya posisi Sofia diatur sedemikian rupa sehingga menutupi payudara dan daerah kemaluannya yang ada ‘pakaiannya’."Syahwat bapak tergerak tidak melihat ini?", katanya.

Bapak itu terkekeh sungkan. Seperti ‘serba sulit’. Lalu seakan terpaksa ia
berkata: "Ah tidak!". (Mana mungkin dia bilang iya, norak banget kesannya, gambar gitu aja sudah napsu....)
"Berarti ini BUKAN pornografi ya?", kejar pemuda itu.
"Bukaaaan" jawabnya ogah.

"Bapak, jadi ukuran ponografi atau tidak, bukan tergantung dari berapa banyak bagian tubuh yang terlihat, tetapi tergantung dari apakah kita tergerak syhawatnya atau tidak, kan?"
Pertanyaan itu seakan mengambang, tapi juga seperti mengiyakan sesuatu. Begitulah saya simpulkan.

Memang, bila ukurannya adalah BERAPA BANYAK bagian tubuh yang terlihat, bisa lebih membuat kepastian hukum. Tapi olah raga renang akan dilarang diikuti wanita. Lukisan wanita Bali yang bertelanjang dada dilarang. Perempuan dipedalaman yang masih memakai pakaian minim dengan payudara terpampang berguncang guncangpun dilarang. Candi bisa ditutup karena bisa ada cerita sejenis Kamasutra disana. TV? wah Britney Spears itu tidak boleh tertayangkan. Melrose Place dan Baywatch nggak boleh.
Yang celaka adalah komputer bisa dilarang karena bisa merupakan jendela untuk melongok dunia internet yang penuh dengan gambar telanjang dan persetubuhan.

Sebaliknya bila ukurannya adalah BERAPA ‘PARAH’ syahwat tergerak,
persoalannya menjadi tidak tuntas. Bila bapak tadi tergerak berarti tidak
boleh. Bila Tutty Alamiah merasa terangsang, maka tidak boleh. Dan kalau begitu bukankah larangan itu baru berlaku bila ketelanjangan itu dilihat oleh yang berpikiran kotor?. Maka yang dipersoalkan adalah, siapa yang memutuskan, bukan?.
Kalau ia berpikiran kotor, baru melihat ujung kaki saja sementara bagian
tubuh yang lain tertutup, sudah ‘kelimpungan’, karena membayangkan yang tertutup itu akan terbuka.... dst.

Padahal kita harapkan orang yang menentukan porno atau tidak adalah orang ‘baik’ seperti bapak itu tadi. Bukankah begitu?.

Bagaimana menurut saya sendiri(saya muslim dan wanita lho)?...

Perkembangan jaman itu - seperti juga apapun - selalu mempunyai sisi baik dan buruk. Yang keduanya bersifat nisbi(relatif). Yang bersifat mutlak dan niscaya( tidak bisa tidak) adalah bahwa perkembangan itu ADA. Dan yang tidak bisa mengakomodasikan perkembangan tersebut, orang maupun barang, agama ataupun undang undang, akan kehilangan akarnya pada masyarakat. Lalu akan terisolasi dari umatnya. Perkembangan itu pada hakikatnya adalah milik umat yang merupakan bagian dari masyarakat. Perkembangan itu adalah BAGIAN dari kodrat manusia.

Mengarahkan? Bisa !. Tapi bukan dengan cara menutup, menolak, membreidel, menghukum, melarang terbit. Yang kau perlakukan demikian itu manusia, saudara saudara!.

Lantas bagaimana?. Dengan memahami !.
Bahwa memang ADA rasa ‘syur’ melihat ketelanjangan (itu sehat dan
manusiawi). Ada rasa suka melihat keindahan. Adalah tidak masuk akal melihat
ketelanjangan istri sendiri indah tapi melihat ketelanjangan Sofia Lacuba
menjadi tidak indah. Itu munafik.

Yang terasa indah akuilah. Kejujuran diperlukan.
Kejujuran juga dibutuhkan bahwa yang membedakan sah atau tidaknya kita mengeksplorasi mimpi seks kita hanyalah semata sebuah lembaga perkawinan.
Itupun tidak lantas membuat istri sendiri indah dan Sofia porno.

Hendaknya, pelarangan itu menjadi relevan bila menyangkut perkembangan jiwa anak kecil. Bila ketelanjangan tidak mengarah kepada rangsangan kepada anak-anak untuk mencoba melakukan ekseperiman seksual, ya biarlah. Toh yang merasakan indahnya adalah orang dewasa.

Kembali ke bapak diawal cerita tadi. Kita bisa memintanya untuk mencarikan, ayat mana yang memberi batas porno atau tidak untuk sebuah ketelanjangan.
Dia pasti bisa. Dia hafal luar kepala isi Quran. Jangan kuatir :-).

Maka daripada ini jaman, tersebutlah suatu kisah, dimana pada sebuah
masyarakat Islam, Al Quran hanya dipakai untuk mengesahkan perasaan perasaan.

Bagi yang menolak ada ayatnya
Bagi yang menyetujui ayatnyapun bisa dicari.

Apakah begini pendekatan yang anda kehendaki dalam menghayati agama kita, wahai saudara?.
Adakah terlihat nuansa perbedaannya dengan secara langsung mengatakan:
Suara hati umat Islam itulah suaranya Qur’an, karena didalam kemanusiaan tersirat ketuhanan?

Bila bisa mendekati setiap persoalan dengan cara demikian, tidak perduli
betapa rumitnya persoalan, Entah itu pornografi, presiden wanita, aborsi,
jilbab, istri empat dll, niscaya akan bisa diatasi dengan sangat humanistik.
Berarti Islam telah melangkah maju setapak lagi sebagai agama universal yang hijau teduh.

Khadijah - tidak langsung menolak ketelanjangan
Padepokan Silat Langkah Suci
Ciganjur
Wassallam.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Somad, kok link dibawah ini menunjukkan ERROR ?

Re: Orang Islam *****
REF: http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1 ... /0032.html

Boleh juga pernyataan si Justiq itu ! Kenapa kita nggak undang dia aja kesini ? Undang jug si Khadijah. Heran gua dgn si Khadijah yg tetap menganggap Muhamad sbg mahluk "rahmatan lil alamin", padahal ia juga setuju dgn Justiq bahwa Muhamad = bandit dan bandot.

Yah, Ingkar = karakteristik Muslim.
User avatar
somad
Posts: 955
Joined: Tue Sep 20, 2005 11:25 pm
Location: Indo
Contact:

Post by somad »

ali5196 wrote:Somad, kok link dibawah ini menunjukkan ERROR ?

Re: Orang Islam *****
REF: http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1 ... /0032.html
Mungkin Servernya sedang masalah
Boleh juga pernyataan si Justiq itu ! Kenapa kita nggak undang dia aja kesini ? Undang jug si Khadijah. Heran gua dgn si Khadijah yg tetap menganggap Muhamad sbg mahluk "rahmatan lil alamin", padahal ia juga setuju dgn Justiq bahwa Muhamad = bandit dan bandot.

Yah, Ingkar = karakteristik Muslim.
Sudah saya coba bang seperti tokoh tokoh Lainnya di [INDONESIA L ]Apakabar Al:
Hasan Basri alias Proletar
Yoshua Latupaty
IM
Bahkan tokoh Islam Acmadiyah Bpk Nadri di PakanBaru
Namun tidak mendapat respons sehingga terpaksa saya buat link ke gopher www.library.ohiou.edu/indopubs/search/search.html Apakabar ke penulis penulis tersebut dan bisa mendownload tulisan mereka.

Lam Le Kum
User avatar
Romo Manyun
Posts: 1
Joined: Sat Mar 25, 2006 2:36 pm

Post by Romo Manyun »

Shalom

Percayalah,Tuhan Yesus selalu bersama kita.Seandainya saja anda merasakan keberadaan Tuhan Yesus,anda tidak akan pernah membenci orang lain,walaupun orang tersebut sangat membenci anda.Karna Yesus selalu memancarkan sinar kasihnya kepada orang-orang yang merasakan keberadaannya.
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

Romo Manyun wrote:Shalom

Percayalah,Tuhan Yesus selalu bersama kita.Seandainya saja anda merasakan keberadaan Tuhan Yesus,anda tidak akan pernah membenci orang lain,walaupun orang tersebut sangat membenci anda.Karna Yesus selalu memancarkan sinar kasihnya kepada orang-orang yang merasakan keberadaannya.
Ya sudah toh mo...bilangin sama orang muslim yak..agar jangan mancungin anak kecil yang kesekolah gitu...ato bakarin gebung embassy cuman karena kartun, atao nyanderain anak-anak sekolah, ato bakarin gedung gereja..Indonesia udah panas...malah bakar-bakaran, jadinya tambah panas...

Makanya mo, jangan manyun terus, kayak orang udah kehilangan semangat idup...Karena kalau orang benar didlaam Kristus nggak pernah manyun atau bersedih hati koq...karena Yesus adalah Penghiburku..kalau romo masih manyun atao bete, baca firman Tuhan daripada duduk manyun..ntar kerasukan ama jin mo.
Post Reply