Dikisahkan Wan Abud seorang saudagar kaya pemilik jaringan Swalayan Syariah Barokah sedang gundah
gulana karena serbuan hypermarket Carrefour yg semakin lama semakin menggerus laju pendapatan
bisnisnya.
Jaringan bisnisnya yg selama ini telah tumbuh menggurita di Nusantara sebenarnya juga telah
berkembang dengan baik mengingat manajemen yg dikembangkan secara konvensial di mana dia seperti
halnya nabinya Muhammad juga mengawini perempuan-perempuan lokal dan menerapkan manajemen
tertutup di mana setiap cabangnya yg berdiri di seluruh kota-kota di Indonesia dikelola oleh para
istri-istrinya sendiri.
Namun karena pemasukan dari jaringan bisnisnya yg semakin lama semakin menciut, akhirnya membawa
dia untuk berkonsultasi dengan kyai setempat untuk bagaimana caranya mendongkrak laba usaha
supaya kembali meningkat seperti dulu.
"Kyai... mungkin ada masukan untuk saya bagaimana mengembangkan usaha sesuai dengan ajaran
Islam?" tanya Wan Abud pada Kyai Ababil yg terkenal dengan visinya yg revolusioner.
"Wan Abud anakku.. ketahuilah Nak, sistem manajemen yg engkau kembangkan di mana setiap cabang yg
dikelola oleh para istrimu itu sesungguhnya rawan dengan penyelewengan dana," nasihat Sang Kyai.
"Baik Pak Kyai, itu akan saya evaluasi. Ada lagi Pak Kyai?" tanya Wan Abud lagi.
"Nah... ini yg paling penting Nak, sistem offline yg tak terintegrasi sesungguhnya amat
menyulitkan untuk memantau perkembangan usahamu. Ada baiknya kamu menggunakan internet supaya
semuanya berjalan online dan efisien," papar Kyai Ababil dengan gaya sok intelek.
Dan demikian lah bisnis Wan Abud menggeliat berbenah diri dan mulai memperlihatkan hasilnya
sebulan-dua bulan kemudian. Namun sayang di bulan ketiga dan seterusnya mulai lunglai lagi karena
pendapatannya mulai menyusut kembali.
Selidik punya selidik dengar-dengar masukan dari para karyawannya ternyata para customer Wan
Abud yg notabene para muslim dan muslimah yg soleh dan solehah, kecewa setelah mengetahui
ternyata manajemen Wan Abud menggunakan teknologi kafir yg bernama internet.
Setelah mendengar keluhan ini Wan Abud pun kembali bertanya pada Kyai Ababil untuk menyiasati hal ini.
"Bagaimana ini Kyai... ternyata para pelanggan saya banyak yg kecewa," keluh Wan Abud di hadapan
Sang Kyai.
"Hmmm...," gumam Kyai Ababil berwibawa, "Tidak ada yg perlu dirisaukan.. ketahuilah Nak apa yg
mereka yakini sebagai teknologi kafir itu sebenarnya salah kaprah."
"Salah kaprah bagaimana Kyai.. bukannya memang sudah jelas bahwa internet itu memang teknologi
kafir?" sahut Wan Abud kebingungan.
"Kuasa Awloh sesungguhnya telah menunjukkan kebesaranNya bahwa muslim lah sesungguhnya pencipta
internet. Hanya hal ini memang sengaja dikodekan supaya para kafir itu tidak malu hati ketika
menggunakan internet," jelas Kyai Ababil.
"Maksudnya bagaimana Kyai?" tanya Wan Abud semakin kebingungan.
"Jelaskan pada para pelangganmu bahwa internet sesungguhnya adalah teknologi islam yg maha besar
yg telah dikodekan atas kebesaran islam melalui tiga huruf "W" (Awloh) atau "WWW" yg merupakan
singkatan dari "WASSALAMMUAILIKUM WARAMATULLAHI WABARAKATUH...."
