Nama saya Budiman Bachtiar Harsa, 37 tahun, WNI asal Banten, karyawan di BUMN berkantor di Jakarta.
Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang "Tamu Negara" hingga kasusnya terexpose besar-besaran. Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia . BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga WISATAWAN.
Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2 anak, adik ipar), pertama kalinya kami "melancong" ke Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan imigrasi). Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke
Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia anak-anak gembira.
Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal. Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap. Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan
anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan, menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel. Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad
Singapore, toh kabarnya KL cukup aman. Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin Tower.
Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri. Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri, saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang "Polis", memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same language, saya dan istri bisa berbahasa inggris, negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa passport?). Salah satu "polis" ini bicara dengan HT, entah apa yg mereka katakan dengan logat melayunya,
sementara seorang rekannya tetap memaksa saya mengeluarkan identitas. Perliaku mereka mulai tak sopan dan Istri saya mulai etakutan. Saya buka dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya :"kerja ape kau disini?" saya melongo... kan turis, wisata. Ya jalan-jalan aja lah, gitu saya jawab. Pak polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya: KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?
Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap tenang, saya bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL untuk wisata. Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba memegang tas istri, dan bilang: "mana kunci Hotel?
"... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan ipar saya yg pulang duluan ke hotel.
Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi kami. Namun pak Polis malah makin marah, memegangi tangan saya, sambil bilang: Indon... dont lie to us. Saya kurung kalian...
Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka ke hotel Nikko, dan saya bilang akan tuntut mereka habis2an. sambil memegangi tangan saya, tuan polis meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama
saja...
Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo polisi, seorang polisi berseragam mendekat. Di dadanya tertulis nama: Rasheed.
Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang mulai menangis. Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka berbicara beritga, mirip berunding. Wah, apa polis malaysia juga sama aja, perlu mau nyari kesalahan orang ujung2nya merampok?
Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan
dirinya, sang preman marah dan mendekati saya, mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun dicegah polisi berseragam.
Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk membuktikan identitas diri. saya langsung setuju, namun keberatan bila harus menumpang mobil polisi. Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata: if those indon run, just shoot them... katanya sambil menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu, ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga yang sering kita banggakan sebagai "sesama melayu".
Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel. Saya minta resepsionis mencocokan identitas kami, dan saya menelpon adik ipar untuk membawakan kunci. Pihak Nikko melarang adik saya, dan mengatakan kepada sang Polis, bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang menyewa suites family, datang ke Malaysia dengan Business class pada Flight Malayasia Airlines. Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada.
Saya tak mau bicara apapun dan mengatakan bahwa saya sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus ini, dan "membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di malaysia" (padahal saya tak punya rekan bisnis di negeri sial ini).
Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin, berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum. Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP P9901 saya dan merekam wajah kedua polisi ini. Keduanya berusaha menutupi wajah, meminta saya untuk tidak merekam wajah mereka. Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan sayapun lelah. Kami tinggalkan melayu-melayu keparat ini, tanpa berjabat tangan.
Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan siang, saya tinggalkan Malaysia dengan perasaan dongkol, dan melanjutkan liburan di Singapore.
Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000 WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir dipukuli, bukan tak mungkin masih ada orang lain
mengalami hal yg sama.
Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia , sebaiknya pikir masak2. Jangankan turis, Rombongan atlet saja bisa dihajar polisi Malaysia.
Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan dihadapan anak kita. Tentu anak akan trauma, sekaligus sedih.
Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia , WNI diperlakukan seperti Kriminal.
Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA.
Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA.
Nama saya Budiman Bachtiar Harsa, 37 tahun,
WNI asal Banten, karyawan di BUMN berkantor di
Jakarta.
Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN
kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang
"Tamu Negara" hingga kasusnya terexpose besar-besaran.
Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia .
BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga
WISATAWAN.
Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2
anak, adik ipar), pertama kalinya kami "melancong" ke
Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke
negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan
imigrasi).
Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke
Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia
anak-anak gembira.
Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata
sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap.
Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan
anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan,
menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel.
Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara
malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad
Singapore, toh kabarnya KL cukup aman.
Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC
medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin
Tower.
Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton
berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri.
Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri,
saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang
"Polis", memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya
jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka
memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak
sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same
language, saya dan istri bisa berbahasa inggris,
negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa
passport?). Salah satu "polis" ini bicara dengan HT,
entah apa yg mereka katakan dengan logat melayunya,
sementara seorang rekannya tetap memaksa saya
mengeluarkan identitas. Perliaku mereka mulai tak
sopan dan Istri saya mulai ketakutan. Saya buka
dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya
:"kerja ape kau disini?" saya melongo... kan turis,
wisata. Ya jalan-jalan aja lah, gitu saya jawab. Pak
polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya:
KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?
Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap
tenang, saya bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL
untuk wisata. Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba
memegang tas istri, dan bilang: "mana kunci Hotel?
"... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan
ipar saya yg pulang duluan ke hotel.
Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi
kami. Namun pak Polis malah makin marah, memegangi
tangan saya, sambil bilang: Indon... dont lie to us.
Saya kurung kalian...
Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka
ke hotel Nikko, dan saya bilang akan tuntut mereka
habis2an. sambil memegangi tangan saya, tuan polis
meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama
saja...
Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo
polisi, seorang polisi berseragam mendekat. Di dadanya
tertulis nama: Rasheed.
Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang
mulai menangis. Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka
berbicara beritga, mirip berunding. Wah, apa polis
malaysia juga sama aja, perlu mau nyari kesalahan
orang ujung2nya merampok?
Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami
untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman
melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu
mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan
dirinya, sang preman marah dan mendekati saya,
mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun
dicegah polisi berseragam.
Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk
membuktikan identitas diri. saya langsung setuju,
namun keberatan bila harus menumpang mobil polisi.
Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko
Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh
menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi
preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
if those indon run, just shoot them... katanya sambil
menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu,
ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga
yang sering kita banggakan sebagai "sesama melayu".
Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel.
Saya minta resepsionis mencocokan identitas kami, dan
saya menelpon adik ipar untuk membawakan kunci. Pihak
Nikko melarang adik saya, dan mengatakan kepada sang
Polis, bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang
menyewa suites family, datang ke Malaysia dengan
Business class pada Flight Malayasia Airlines.
Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan
bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada.
Saya tak mau bicara apapun dan mengatakan bahwa saya
sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus ini, dan
"membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di
malaysia" (padahal saya tak punya rekan bisnis di
negeri sial ini).
Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin,
berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko
Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum.
Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP
P9901 saya dan merekam wajah kedua polisi ini.
Keduanya berusaha menutupi wajah, meminta saya untuk
tidak merekam wajah mereka.
Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan
sayapun lelah. Kami tinggalkan melayu-melayu keparat
ini, tanpa berjabat tangan.
Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami
membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent
agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan
siang, saya tinggalkan Malaysia dengan perasaan
dongkol, dan melanjutkan liburan di Singapore.
Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000
WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa
bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir
dipukuli, bukan tak mungkin masih ada orang lain
mengalami hal yg sama.
Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia , sebaiknya
pikir masak2. Jangankan turis, Rombongan atlet saja
bisa dihajar polisi Malaysia.
Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan
dihadapan anak kita. Tentu anak akan trauma, sekaligus
sedih.
Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia ,
WNI diperlakukan seperti Kriminal.
WNI asal Banten, karyawan di BUMN berkantor di
Jakarta.
Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN
kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang
"Tamu Negara" hingga kasusnya terexpose besar-besaran.
Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia .
BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga
WISATAWAN.
Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2
anak, adik ipar), pertama kalinya kami "melancong" ke
Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke
negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan
imigrasi).
Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke
Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia
anak-anak gembira.
Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata
sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap.
Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan
anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan,
menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel.
Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara
malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad
Singapore, toh kabarnya KL cukup aman.
Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC
medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin
Tower.
Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton
berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri.
Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri,
saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang
"Polis", memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya
jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka
memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak
sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same
language, saya dan istri bisa berbahasa inggris,
negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa
passport?). Salah satu "polis" ini bicara dengan HT,
entah apa yg mereka katakan dengan logat melayunya,
sementara seorang rekannya tetap memaksa saya
mengeluarkan identitas. Perliaku mereka mulai tak
sopan dan Istri saya mulai ketakutan. Saya buka
dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya
:"kerja ape kau disini?" saya melongo... kan turis,
wisata. Ya jalan-jalan aja lah, gitu saya jawab. Pak
polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya:
KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?
Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap
tenang, saya bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL
untuk wisata. Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba
memegang tas istri, dan bilang: "mana kunci Hotel?
"... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan
ipar saya yg pulang duluan ke hotel.
Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi
kami. Namun pak Polis malah makin marah, memegangi
tangan saya, sambil bilang: Indon... dont lie to us.
Saya kurung kalian...
Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka
ke hotel Nikko, dan saya bilang akan tuntut mereka
habis2an. sambil memegangi tangan saya, tuan polis
meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama
saja...
Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo
polisi, seorang polisi berseragam mendekat. Di dadanya
tertulis nama: Rasheed.
Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang
mulai menangis. Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka
berbicara beritga, mirip berunding. Wah, apa polis
malaysia juga sama aja, perlu mau nyari kesalahan
orang ujung2nya merampok?
Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami
untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman
melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu
mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan
dirinya, sang preman marah dan mendekati saya,
mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun
dicegah polisi berseragam.
Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk
membuktikan identitas diri. saya langsung setuju,
namun keberatan bila harus menumpang mobil polisi.
Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko
Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh
menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi
preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
if those indon run, just shoot them... katanya sambil
menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu,
ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga
yang sering kita banggakan sebagai "sesama melayu".
Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel.
Saya minta resepsionis mencocokan identitas kami, dan
saya menelpon adik ipar untuk membawakan kunci. Pihak
Nikko melarang adik saya, dan mengatakan kepada sang
Polis, bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang
menyewa suites family, datang ke Malaysia dengan
Business class pada Flight Malayasia Airlines.
Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan
bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada.
Saya tak mau bicara apapun dan mengatakan bahwa saya
sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus ini, dan
"membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di
malaysia" (padahal saya tak punya rekan bisnis di
negeri sial ini).
Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin,
berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko
Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum.
Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP
P9901 saya dan merekam wajah kedua polisi ini.
Keduanya berusaha menutupi wajah, meminta saya untuk
tidak merekam wajah mereka.
Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan
sayapun lelah. Kami tinggalkan melayu-melayu keparat
ini, tanpa berjabat tangan.
Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami
membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent
agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan
siang, saya tinggalkan Malaysia dengan perasaan
dongkol, dan melanjutkan liburan di Singapore.
Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000
WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa
bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir
dipukuli, bukan tak mungkin masih ada orang lain
mengalami hal yg sama.
Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia , sebaiknya
pikir masak2. Jangankan turis, Rombongan atlet saja
bisa dihajar polisi Malaysia.
Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan
dihadapan anak kita. Tentu anak akan trauma, sekaligus
sedih.
Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia ,
WNI diperlakukan seperti Kriminal.
Re: Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA.
Selain menjadi TKI/TKW, faktanya memang orang Indonesia itu juga ada yang berwisata ke objek wisata di Malaysia. Sekarang dibalik.
Tanya: "Nah, gantian kalo orang Malaysia yang ke Jakarta, ngapain aja?" (Selain mendidik jihadis suicide bomber)
Orang Malaysia di Jakarta itu Kriminal Tukang Hipnotis.
Konon katanya negara kaya, trus ngapain jauh2 ke seberang cari makan dengan mencari korban perempuan buat diperdaya?
Lagi2 kejahatan dg modus hipnotis.
Tanya: "Nah, gantian kalo orang Malaysia yang ke Jakarta, ngapain aja?" (Selain mendidik jihadis suicide bomber)
Orang Malaysia di Jakarta itu Kriminal Tukang Hipnotis.
Konon katanya negara kaya, trus ngapain jauh2 ke seberang cari makan dengan mencari korban perempuan buat diperdaya?
Lagi2 kejahatan dg modus hipnotis.
- Tiba-tiba disana sudah ada seorang laki-laki kira-kira 45 tahun ke atas, agak gemuk, kulit putih, rambut cepak, mirip2 orang palembang, berlogat melayu seperti orang malaysia.
- Salah satu ceritanya, pada awal Agustus lalu seorang lelaki mendatangi Riri (41), ibu rumah tangga yang sedang menunggu angkutan umum di Cikupa, Kabupaten Tangerang.
Empat lelaki yang saat berbicara berlogat melayu itu bertanya di mana bisa menukar dollar Singapura-nya ke rupiah. Entah apa yang terjadi, Riri malah mengajak para lelaki ke rumahnya untuk mengambil buku tabungan berikut fotokopi kartu tanda penduduk agar bisa mengambil uangnya yang tersimpan di tabungan.
Last edited by Al Cohol on Tue Sep 04, 2007 10:24 pm, edited 1 time in total.
-
- Posts: 243
- Joined: Fri Aug 24, 2007 1:43 pm
Re: Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA.
celupar wrote: Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton
berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri.
Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri,
saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang
"Polis", memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya
jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka
memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak
sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same
language, saya dan istri bisa berbahasa inggris,
negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa
passport?)
Mas celupar.....
pasport itu kan memang identitas kita jika kita berada di luar negeri mas... kalau penduduk setempat pasti ada ID card (KTP), atau kalau warga negara asing yang legal tinggal disana pasti akan mempunyai kartu identitas sendiri (tergantung tujuannya tinggal di negara tersebut). Jadi menurut saya memang pantas apabila petugas meminta pasport mas tanpa terkecuali di negara mana mas berada (karna mas tidak mempunyai kartu identitas lain yg menunjukan bahwa mas merupakan penduduk negara itu). Memang perlakuan kasar dari para petugas tersebut tentu tidak dapat dibenarkan.....
sekedar bagi2 pengalaman... bagi yang ingin berpergian ke luar negeri.. untuk menghindari hal2 yg tidak diinginkan, selalu siapkan photocopy pasport di tas anda jadi anda tidak harus membawa2 pasport asli.... kan lebih baik kita mengantisipasi terlebih dahulu......
terima kasih
Re: Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA.
Betul..nggak salah kalau ada petugas minta pasport. Tapi petugas tsb tetap aja salah:Angel_Innocent wrote:
Mas celupar.....
pasport itu kan memang identitas kita jika kita berada di luar negeri mas... kalau penduduk setempat pasti ada ID card (KTP), atau kalau warga negara asing yang legal tinggal disana pasti akan mempunyai kartu identitas sendiri (tergantung tujuannya tinggal di negara tersebut). Jadi menurut saya memang pantas apabila petugas meminta pasport mas tanpa terkecuali di negara mana mas berada (karna mas tidak mempunyai kartu identitas lain yg menunjukan bahwa mas merupakan penduduk negara itu). Memang perlakuan kasar dari para petugas tersebut tentu tidak dapat dibenarkan.....
sekedar bagi2 pengalaman... bagi yang ingin berpergian ke luar negeri.. untuk menghindari hal2 yg tidak diinginkan, selalu siapkan photocopy pasport di tas anda jadi anda tidak harus membawa2 pasport asli.... kan lebih baik kita mengantisipasi terlebih dahulu......
terima kasih
1. Karena bisa dibilang petugas tsb berpakaian preman. Seharusnya memperlihatkan tanda pengenal polisi
2. Tidak mengeluarkan kata2 yg bersifat kasar dan racist. Smeuanya tetep harus diberlakukan manusiawi.
Memang kalau keluar negeri harus ada pasport waku tidak perlu visa ke Malaysia.
Kecuali kamu dari tempat gue ke Denmark atau Schengen..kaga perlu bawa pasport..cukup id card.
Membaca tulisan di atas, .... benar-benar gue tidak bisa ngomong! dan sangat sedih
Berani benar itu polisi-polisi memberlakukan turis seperti maling!!
Sebagai orang Indonesia gue tersinggung berat, dengan banyaknya perlakuan semena-mena pemerintah Malaysia atas orang-orang Indonesia!
Pemerintah Malaysia telah mencuri ke Bhinneka Tunggala Ikaan Indonesia dengan mengatakan "Malaysia truly Asia!"
Dan sekarang mencuri dan menginjak-injak Nasionalitas Indonesia!! :twisted:
STOP berwisata ke Malaysia dan jangan beli produk Malaysia!!
Berani benar itu polisi-polisi memberlakukan turis seperti maling!!
Sebagai orang Indonesia gue tersinggung berat, dengan banyaknya perlakuan semena-mena pemerintah Malaysia atas orang-orang Indonesia!
Pemerintah Malaysia telah mencuri ke Bhinneka Tunggala Ikaan Indonesia dengan mengatakan "Malaysia truly Asia!"
Dan sekarang mencuri dan menginjak-injak Nasionalitas Indonesia!! :twisted:
STOP berwisata ke Malaysia dan jangan beli produk Malaysia!!
Renungkan ini:
http://www.topix.net/forum/world/indone ... 40HE9MMBN1
dan juga ini
http://www.imi.gov.my/bm/Aktiviti/jun/220604BH01.asp
http://www.topix.net/forum/world/indone ... 40HE9MMBN1
dan juga ini
http://www.imi.gov.my/bm/Aktiviti/jun/220604BH01.asp
Mohon maaf, Saya orang Malaysia.
Nama saya Admasyah toyib
Saya berkhidmat di Polis Diraja Malaysia.
Segalah hal itulah yang dicakapkan diforum ini, sepatutnya kita sabar kerana hidup itu cabaran.
Tidaklah patut kite menfitnah, macam mana muslim bersatu.
Tetap, lawatlah ke Malaysia, janganlah risau.
Id card tu penting. Ingat penting bagi diri awak sendiri, janganlah ada kemalangan apabila tiada Id car.
Lawatla ke Malaysia, kami menunggu.
Nama saya Admasyah toyib
Saya berkhidmat di Polis Diraja Malaysia.
Segalah hal itulah yang dicakapkan diforum ini, sepatutnya kita sabar kerana hidup itu cabaran.
Tidaklah patut kite menfitnah, macam mana muslim bersatu.
Tetap, lawatlah ke Malaysia, janganlah risau.
Id card tu penting. Ingat penting bagi diri awak sendiri, janganlah ada kemalangan apabila tiada Id car.
Lawatla ke Malaysia, kami menunggu.
Tiadalah seperti itu, Id card itu penting. Kami polis Malaysia haruslah menjamin segala keamanan, rasa aman. Macam mana penjenayah banyak sudah banyak di Malaysia, mereka penjenayah datang dari Philipine, Indon, Thailand etc, boleh sahaja orang tempatan adalah penjenayah. Maka itu segala siasat untuk Id card adalah standard. Berpusing tiada Id Card itulah CEROBOH.DianAZ wrote:Membaca tulisan di atas, .... benar-benar gue tidak bisa ngomong! dan sangat sedih
Berani benar itu polisi-polisi memberlakukan turis seperti maling!!
Sebagai orang Indonesia gue tersinggung berat, dengan banyaknya perlakuan semena-mena pemerintah Malaysia atas orang-orang Indonesia!
Pemerintah Malaysia telah mencuri ke Bhinneka Tunggala Ikaan Indonesia dengan mengatakan "Malaysia truly Asia!"
Dan sekarang mencuri dan menginjak-injak Nasionalitas Indonesia!! :twisted:
STOP berwisata ke Malaysia dan jangan beli produk Malaysia!!
Di Malaysia, orang tiada bawa Id Card, dengan seksyen yang ada boleh ditahan 7 hari.
Macam kes diatas, sepatutnya ia ditahan, tapi kami polis baik hati.
Suatu masa awak hendak lawat ke Malaysia, lupa Id Card atau hilang, lekaslah lapor ke Balai Polis, itu satu cara. Thanks.