Menggeledah Partai Islam

Post Reply
daniel-ntl
Posts: 1640
Joined: Mon Mar 31, 2008 2:03 pm

Menggeledah Partai Islam

Post by daniel-ntl »

Categorized | Investigasi

Menggeledah Partai Islam

Posted on 28 March 2009
Image
Tidak cukup dari visi dan misi, parpol Islam mesti dilihat pula pada perilaku politiknya.

Karakteristik par-*** Islam (Monshi-puri, 1998; Roy, 1993), biasanya dilihat dari asas dan basis massa. PPP, PBB, PKS, PMB, PKNU, PBR, disebut partai Islam karena asasnya Islam. Pun PKB dan PAN, karena meski berideologi pluralis mereka mengandalkan basis massa Muslim (NU dan Muhammadiyah).

Tapi, menurut kedua penu-lis, partai Islam tak homogen. PKS, PPP, dan PBB termasuk ”Islamis”. Ketiganya memosisikan Islam bukan semata-mata konstruksi teologis, tapi juga menyediakan perangkat sosial politik yang tak memisahkan agama dan negara. Maka, ketiga partai pro-Piagam Jakarta dan Perda Syariat.

Sebaliknya, PAN dan PKB tidak ”Islamis” karena lebih menitikberatkan pada nilai-nilai universal dan tak pro-Piagam Jakarta.

Lain lagi menurut Pengamat Politik Djadja Saifullah. Bagi dia, partai politik Islam bukan hanya yang mencantumkan asas Islam. ”Visi, program dan perilaku orang-orangnya harus islami, baru dikatakan partai Islam,” katanya seperti dikutip Al Wa’ie.
Tidak Islami

Pada Pemilu 1955, memang beda benar antara Partai Islam dan bukan Islam. Tapi kini, dengan parameter tadi, tidak ada yang disebut partai Islam. ”Kalau asas-nya Islam, iya,” kata Djadja sembari menandaskan, karakter Islam bukan hanya tampak pada lembaganya, tapi juga pada perilaku politisinya.

Menurutnya, perilaku politik tidak Islami, jika parpol Islam berkoalisi dengan partai non-Islam hanya untuk merebut kursi kekuasaan. Ia menandaskan, partai Islam harus punya visi menegakkan Islam di Indonesia secara paripurna. Jangan mengatakan kâffah, tapi sejatinya hanya parsial. Untuk itu, Djadja berpesan pada umat, kalau mau memilih atau tidak dalam pemilu, hendaknya dengan disertai kesadaran politik yang benar. “Jangan hanya menuruti emosi.”

Kenyataannya sulit mencari parpol Islam yang benar-benar memperjuangkan syariat Islam saat ini. Ada parpol yang meng-klaim Islam tetapi nyaris tidak terdengar suara tuntutan pene-gakan syariat Islam di parlemen. Beberapa elite partai politik Islam malah mengeluarkan pernyataan yang kontraproduktif bagi pene-gakan syariat Islam dengan menyatakan masalah ideologi sudah selesai, perjuangan syariah Islam dan negara Islam sudah tidak penting lagi dan itu merupakan persoalan masa lalu. Ada juga partai Islam yang lebih semangat bicara syariat Islam tapi lemah dari sisi konsepsi praktis syariat Islam.

Yang lebih menyedihkan beberapa partai Islam terjebak pada sikap kompromi dan prag-matisme untuk sekadar meraih kekuasaan. Koalisi partai Islam dan partai sekuler yang plat-formnya jelas-jelas bertentangan dalam beberapa pilkada semakin sering terjadi. Hal ini membuat partai Islam cenderung kompromi dan melunak prinsipnya dalam beberapa isu-isu ideologis seperti penerapan syariat Islam dan haramnya pemimpin wanita.
Kontra Produktif

Sikap kompromi juga tam-pak dari upaya memunculkan citra bahwa partai Islam meru-pakan partai yang terbuka. Bahkan ada di antaranya yang menjadikan orang kafir sebagai anggota partai bahkan caleg. Juga dalam kampanyenya mereka menayangkan iklan-iklan yang tidak Islami. Untuk sekadar memperoleh popularitas, ada manuver partai Islam yang menyerempet bahaya seperti menjadikan Soeharto sebagai guru bangsa disandingkan dengan KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari dan M Natsir.

Beberapa oknum partai Islam secara menyedihkan ter-tangkap basah menjadi tersangka korupsi. Money politic pun muncul sebagai isu panas Pilkada di beberapa daerah yang melibatkan parpol Islam. Tidak kalah menyedihkan adalah cenderung diamnya partai Islam atau malah mendukung secara diam-diam atau terbuka terhadap kebijakan-kebijakan pro liberal yang menyengsarakan rakyat, seperti UU Migas, UU Sumber Daya Air, UU Penanaman Modal dan kebijakan privatisasi. Mereka juga mendukung kenaikan harga BBM termasuk bercokolnya ExxonMobil di Blok Cepu.

Kesan tidak selektif tampak dari rekrutmen anggotanya. Beberapa aktivis liberal dan sosialis yang getol menolak UU atau perda yang dianggap berbau syariah, masuk menjadi caleg parpol tersebut. Itu semua malah menjadikan parpol Islam dan basis massa Muslim kontra produktif dengan perjuangan penegakan syariat Islam secara kaffah![] taqiyuddin albaghdady/www.mediaumat.com
Post Reply