Menonton Papua dari Australia

Post Reply
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Menonton Papua dari Australia

Post by Adadeh »

http://www.tempointeraktif.com/hg/khusus/kolom/

Menonton Papua dari Australia
Minggu, 02 April 2006

TEMPO Interaktif, Jakarta: Menonton tayangan televisi dan tampilan media cetak Australia tentang Papua bukan sesuatu yang menyenangkan bagi warga Indonesia yang berdomisili di Australia, khususnya setelah Jakarta menarik Duta Besar T.M. Hamzah Thayeb dari Canberra. Media Australia tidak saja menampilkan "kemarahan" Jakarta atas pemberian visa tinggal sementara (temporary visa) kepada 42 dari 43 pencari suaka (asylum seekers) dari Papua, tapi juga menayangkan perilaku pemerintah Indonesia di Papua.

Terus terang, menyaksikan perilaku pemerintah Indonesia di Papua tidak saja mengurangi kebanggaan kita sebagai negara yang dikenal "berbudi luhur", tapi juga menunjukkan betapa bebalnya pemerintah Indonesia yang tidak pernah mau belajar dari sejarah panjang provinsi tercinta tapi bernasib malang itu.

Pemerintah Indonesia, khususnya TNI, polisi, dan pemerintah daerah Papua, seharusnya tidak lagi menunggu "diajari" Australia untuk menyelesaikan permasalahan Papua. Soalnya, mereka sebenarnya sudah tahu persis akar permasalahan Papua, tapi mereka enggan melakukan introspeksi dan memperbaiki tindakan serta kebijakan mereka yang salah selama 40 tahun terakhir ini.

Ketidakadilan dan seribu permasalahan lain, seperti pengerukan kekayaan alam Papua yang hasilnya hanya dinikmati oleh segelintir orang Jakarta dan petinggi-petinggi Papua serta keterlibatan aparat keamanan (TNI dan polisi) dalam kegiatan melanggar hukum, seperti pembalakan liar (illegal logging), perdagangan gelap kayu gaharu, bahkan pembunuhan dan penangkapan para aktivis Papua, hanya sebagian kecil dari rentetan derita panjang Papua.

Sekali lagi, ketidakadilan di atas bukan sesuatu yang baru karena pemerintah Indonesia telah melakukannya sejak dulu dan sistematis. Akibatnya, orang di belahan bumi lain pun tahu persis semua kejadian di Papua, termasuk pemerintah dan warga negara Australia. Karena itu, ketika 43 warga Papua mendarat di Cape York di Negara Bagian Queensland dan meminta suaka politik kepada pemerintah Australia, John Howard dan kabinetnya menilai permohonan tersebut sebagai sesuatu yang serius.

Indonesia di mata Australia

Tidak dapat dimungkiri bahwa kunjungan Susilo Bambang Yudhoyono ke Canberra tahun lalu berhasil mengubah sebagian pandangan negatif pemerintah dan masyarakat Australia atas Indonesia. Tapi sikap pemerintah dan sebagian besar masyarakat Australia atas isu-isu Papua masih belum berubah secara radikal. Mereka masih sangat sensitif dengan semua kejadian di Bumi Cenderawasih tersebut.

Pemerintah Indonesia juga harus sadar bahwa Howard tidak bekerja sendiri. Sebagai perdana menteri, dia juga dikontrol oleh parlemen, hukum nasional dan internasional, serta semua warga Australia. Karena itu, John Howard wajib memperhatikan opini publik Australia, termasuk dalam penentuan nasib 43 orang Papua yang mencari suaka di negaranya.

Pemerintah Indonesia dan DPR seharusnya tidak kaget dengan keputusan Department of Immigration and Multicultural Affairs (DIMIA) yang memberikan visa tinggal sementara kepada 42 orang Papua tersebut. Soalnya, di mata publik Australia, perilaku pemerintah Indonesia di Papua dianggap telah melampaui batas-batas kemanusiaan.

Indonesia bahkan telah dianggap gagal menciptakan keamanan, kesejahteraan, dan keadilan sosial di bumi yang subur dan seharusnya makmur itu.
Berbagai komentar negatif politikus Indonesia atas pemberian visa tinggal sementara kepada 42 warga Papua tersebut mungkin dapat dipahami karena mungkin saja klaim para pencari suaka itu tidak seratus persen benar. Tapi dampak kebijakan pemerintah pusat yang tidak memihak rakyat Papua sejak 40 tahun terakhir ini tidak bisa dilupakan begitu saja.

Senator Amanda Vanstone yang menjabat menteri imigrasi menjelaskan, "Australia was impartially meeting its obligations under domestic and international law." Selanjutnya, Herman Wainggai, pemimpin para pencari suaka tersebut, mengatakan, "We trust that the Indonesia will act with maturity and see that the situation in West Papua is very serious and one that must be dealt with peacefully" (Kami percaya Indonesia akan bersikap dewasa dan melihat keadaan di Papua dengan serius dan harus diselesaikan dengan damai) (Sydney Morning Herald, 23 Maret 2006).

Perlu pula dicatat bahwa penilaian pemerintah dan publik Australia atas pemberian visa tinggal sementara kepada para pencari suaka dari Papua tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kejadian dua minggu terakhir ini. Soalnya, layar televisi dan koran Australia juga diwarnai dengan maraknya tindak kekerasan di Papua. Pemimpin Partai Hijau (Green Party), Senator Bob Brown, bahkan secara terang-terangan mendukung kemerdekaan Papua dari Indonesia. Pendeknya, pandangan umum masyarakat Australia atas ketidakadilan di Papua tidak memihak pemerintah Indonesia.

Introspeksi

Melihat makin meningkatnya perhatian dunia internasional atas isu-isu Papua, pemerintah Indonesia sudah saatnya introspeksi agar peristiwa serupa tidak terulang di masa mendatang. Tindakan pemanggilan T.M. Hamzah Thayeb mungkin terlalu emosional karena hal itu tidak akan menghilangkan isu-isu Papua. Tindakan tersebut bahkan telah menjadikan isu Papua menjadi isu internasional yang lebih luas. President of the West Papua National Authority Edison Waromi bahkan mengakui bahwa para pencari suaka lainnya akan menyusul ke Australia dalam jumlah besar. Di samping itu, pemanggilan Hamzah Thayeb dianggap sesuatu yang tidak serius oleh Australia karena Menteri Luar Negeri Elexander Downer bahkan berani mengatakan, "I expected protests of one kind of another from Indonesia, but bilateral relations would settle down after a short period of time" (The Sydney Morning Herald, 25 Maret 2006).

Tindakan bijak yang perlu dilakukan Jakarta seharusnya hanya sebatas protes resmi atau pemanggilan Duta Besar Australia ke Pejambon. Tapi protes tersebut harus diikuti dengan komunikasi intensif dengan seluruh elemen pemerintah Australia. Di samping itu, Presiden dan anggota DPR seharusnya lebih mengkonsentrasikan diri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua dengan pembangunan nyata, dan bukan dengan janji-janji kosong lagi. Presiden dan DPR serta segelintir "tokoh masyarakat Papua" sudah saatnya menjauhkan diri dari praktek-praktek politicking yang mengatasnamakan rakyat Papua, karena sejarah mengajarkan bahwa tindakan-tindakan serupa hanya menambah derita mayoritas orang Papua.

Presiden, DPR, dan politikus daerah Papua harus berani mengakui kesalahan mereka bahwa kebijakan yang diterapkan pemerintah pusat selama 40 tahun terakhir ini telah gagal membangun Papua dan masyarakatnya. Tanpa tindakan jantan seperti itu, pemerintah dan para politikus hanya akan saling tuding dan lupa mengimplementasikan janji-janji pembangunan yang memihak rakyat Papua.

Ketidaksanggupan pemerintah pusat, DPR, dan pemerintah daerah menciptakan kesejahteraan, keamanan, dan iklim yang sehat bagi masyarakat Papua tidak saja akan menimbulkan ketidakpuasan masyarakat Papua, tapi juga berpotensi menyuburkan para pencari suaka di masa mendatang. Karena itu, suara-suara keras di DPR yang mendukung pemanggilan T.M. Hamzah Thayeb, bahkan meminta pemutusan hubungan diplomatik tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan memperburuk masalah Papua.

Pemerintah Indonesia harus sadar bahwa sebagai negara yang meratifikasi The 1951 Convention Relating to the Status of Refugees and the 1967 Protocol, Australia berkewajiban untuk melindungi para pencari suaka kalau mereka yakin bahwa orang-orang tersebut dapat dikategorikan sebagai refugee (pengungsi). Perlu diketahui bahwa definisi refugee pada konvensi tersebut adalah well-founded fear of being persecuted for reasons of race, religion, nationality, membership of a particular social group or political opinion, is outside the country of his nationality and is unable, or owing to such fear, is unwilling to avail himself of the protection of that country (pasal 1 [2]). Definisi yang luas tersebut bisa memasukkan para pencari suaka dari Papua sebagai refugee. Karena itu, kita tidak perlu heran kalau Senator Amanda Vanstone mengatakan bahwa pemberian visa tinggal sementara kepada 42 warga Papua hanya merupakan pelaksanaan kewajiban hukum mereka.

Pendeknya, kegagalan menciptakan kesejahteraan dan keamanan di Papua sama saja mengundang dengan sengaja campur tangan pihak asing di Papua. Jika hal ini tidak diperhatikan dan ditangani dengan serius oleh Presiden dan seluruh jajarannya, tidak mustahil nasib Timor Timur akan berulang di bumi Papua tercinta. Semoga saja tidak terjadi agar anak-anak kita tidak kehilangan kesempatan menyanyikan lagu Dari Sabang Sampai Merauke.

Penulis adalah pengaja Hukum Internasional Universitas Hasanuddin Makassar dan kandidat doktor pada Faculty of Law, University of Sydney, Australia
Andromeda
Posts: 90
Joined: Mon Mar 27, 2006 1:44 am

Post by Andromeda »

ah australia... musang berstandar ganda...
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

HIDUP AUSTRALIA!!!!!

Gue seneng banget sama pernyataan Australia waktu bilang: Kalau elo mau hukum syariah di australia, silahkan tinggalkan Australia...hi..hi... :mrgreen:
Andromeda
Posts: 90
Joined: Mon Mar 27, 2006 1:44 am

Post by Andromeda »

apa hub nya dg hukum syariah? dasar biang OOT
angels
Banned
Posts: 98
Joined: Tue Feb 21, 2006 12:58 am

Post by angels »

Phoenix wrote:HIDUP AUSTRALIA!!!!!

Gue seneng banget sama pernyataan Australia waktu bilang: Kalau elo mau hukum syariah di australia, silahkan tinggalkan Australia...hi..hi... :mrgreen:
bangga amat sama bangsa pembantai aborigin :roll:
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

Andromeda wrote:apa hub nya dg hukum syariah? dasar biang OOT
Hubungannya ya Australia itu...hi..hi..

Eh..elo pade sebel sama Australi, elo bilangin tuh sama muslim-muslim yangd i Australi, supaya keluar dari Australi, karena Australi itu cuman musang berstandar ganda...he..he..

Kalau Australi musang bestandar ganda, kenpa masih banyak msulim-muslim arab pade ngungsi ke Australi yah???
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

angels wrote: bangga amat sama bangsa pembantai aborigin :roll:
EMangnya aborigin itu muslim?

Ape sekarang masih bantein aborigin tuh?

Yang gue banggain dari australi, karena Austral i kaga plintat-plintut model Tony Blair...
THE-KING
Posts: 11
Joined: Thu Feb 09, 2006 7:44 pm

Post by THE-KING »

Apakah papua milik indonesia?

sampai saat ini mungkin masih iya tapi itu tidak akan lama.

Kejadian beberapa hari ini mungkin akan membuka mata orang papua bahwa mereka memang tidak ada dalam mata orang-orang RAS MELAYU. salah satu yang paling dipermasalahkan adalah akan diberlakukannya RUU APP. Beberapa ormas yang mengaku front rembug betawi (FBR), front pembela islam (FPI), Majelis mujahidin indonesia (MMI) mereka dengan arogan mengatakan "INDONESIA BUKAN MILIK PAPUA DAN BALI YANG MANA MERUPAKAN PROPINSI DENGAN ORANG-ORANG BEJAT KARENA MEREKA BUKAN MUSLIM".

Sunguh kata-kata yang sangat menyakitkan dan mungkin tidak dipikir dengan otak waktu mereka mengatakan hal tersebut. tapi saya menyadari bahwa mereka sunguh mengatakan dengan otak mereka waktu mengeluarkan kata-kata tersebut. karena pada acara "DIALOG" di metroTV senin 2-mei-06 jam 23.00 diundang ketua FBR dan dengan arogan sekali dia mengatakan lagi "SEMUA SUKU BETAWI PASTI MUSLIM DAN TIDAK BEJAT".

Sunguh sebuah kata-kata yang sangat menampar martabat saudara-saudara NKRI kita yang tingan di papua dan bali karena bisa diartikan "Semua orang indonesia yang bukan BETAWI pasti bejat entah anda muslim atau non-muslim" pendapat saya orang ini tidak menghargai suku dan ras orang lain selain sukunya sendiri. mereka bahkan tidak memandang orang-orang yang ada di papua. mereka bahkan juga tidak peduli kalau orang2 di papua tersebut banyak yang kelaparan, tertingal bahkan tidak didengar sama sekali. dan kalau anda memang sunguh orang bermoral dan memiliki nurani maka tidak usah membela mati2an agar propinsi PAPUA tetap menjadi bagian dari negara ini. tidak usah mendukung operasi militer yang dilakukan TNI disana !! dukunglah kemerdekaan buat propinsi PAPUA sehingga mereka bisa menentukan nasib mereka sendiri. PAPUA sudah menyumbang sangat banyak bagi pembangunan NKRI. pajak yang dibayarkan oleh freeport saja senilai 1 Miliar USD/Tahun selama 30 tahun kepada DKI JAKARTA (kote BETAWI) sudah sangat banyak sekali dan mereka tetap dipandang ras monyet oleh orang-orang betawi yang AROGAN ini.



yang saya katakan diatas hanya contoh sangat kecil dari kearoganan RAS melayu ini. mereka sangat sombong, tidak peduli dengan orang lain. mereka tidak sadar bahwa INDONESIA ini dibangun dengan uang yang bukan berasal dari RAS mereka. akan saya jabarkan disini.

Siapa pembayar pajak terbesar di indonesia ? tidak diragukan lagi pembayar pajak terbesar di indonesia ada orang-orang RAS Chinese. sekaya apapun orang betawi itu coba tanya ke dia apa dia punya NPWP? apa dia bayar pajak yang benar-benar pajak? siapa yang berani tagih pajak ke kampung betawi? saya yakin tukang pajak yang masuk kampung betawi bisa masuk tapi keluarnya udah jadi mayat !!!

Siapa Propinsi dengan PAD terbesar di indonesia ? tidak diragukan lagi juga Propinsi si mini BALI.(sebenarnya DKI JAKARTA masuk peringkat pertama karena banyak industri dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang yang bukan dari RAS MELAYU. ekonomi jakarta hidup karena orang-orang chinese dan kafir karena itu jakarta tidak dihitung sebagai pemenang) propinsi BALI ini menyumbang paling banyak APBD negara kesatuan NKRI. apakah propinsi banten menyumbang ada 10% yang disumbangkan oleh bali ? dimata saya sebagai orang yang adil maka seharusnya kita lebih mendengarkan aspirasi masyarakat bali tentang indonesia bukan betawi yang KERE tapi SOMBONG ini.

Siapa propinsi dengan kekayaaan terbesar di indonesia? propinsi papua(seluruh papua) dan kalimantan(seluruh kalimantan). sulawesi,sumatra dan jawa tidak ada apa-apanya dibanding harta karun yang tersimpan dengan baik di bumi papua dan kalimantan. apakah orang2 papua dan kalimantan muslim? mayoritas bukan karena itu mereka tidak pernah didengar oleh pemerintah NKRI yang rata-rata isinya putra Betawi (suku melayu paling sombong dan arogan)

inilah kenyataannya. dan saya ingin melihat apabila Indonesia kehilangan Propinsi PAPUA,KALIMANTAN,BALI dan ORANG-ORANG chinese jadi apakah indonesia ini?
indonesia pernah kehilangan faktor terakhir pada kerusuhan mei 98 dimana harga beras tiba-tiba melambung jadi Rp 20.000/ kilogram. chaos dimana-mana, akses ke kebutuhan kesehatan, perdagangan nyaris lumpuh padahal yang kena cuman orang-orang chinese di jawa doang. bagaimana kalo skenarionya ditambah indonesia kehilangan propinsi papua dan bali? mungkin indonesia betul-betul cacat dan menjadi bulan-bulanan empuk negara-negara kuat seperti amerika dan kawan-kawan. karena benteng sosial dan ekonomi mereka benar-benar sudah colaps.

lihatlah dosa-dosa orang-orang tidak tahu diri ini dan bagimana saudara serumpun mereka dimalaysia yang lebih bijak melakukannya :
1. Orang chinese di malaysia digunakan sebagai benteng ekonomi mereka tetapi di indonesia mereka dibantai apabila mereka sedang marah.
2. Wilayah kaya hutan di malaysia (malaysia timur) di lestarikan tapi di indonesia dieksploitasi besar-besaran.
3. Wilayah malaysia yang berpotensi sebagai pariwisata di kelola dengan baik tetapi di indonesia bali dianak tirikan bahkan sampai beberapa kelompok ada yang berani mengatakan "INDONESIA BUKAN MILIK BALI" wow sunguh bijaksana nian engkau...........!!!!!!
User avatar
wachdie.jr
Posts: 1675
Joined: Tue Sep 20, 2005 8:19 am

Post by wachdie.jr »

ana setuju ama The King...
Hidup Republik Bali..eh salah Hidup Indonesia bersatu!!!!
User avatar
reggie
Banned
Posts: 1336
Joined: Wed Dec 28, 2005 8:48 pm

Post by reggie »

biarkanlah orang irian yang pingin tinggal di australia, kalau mereka pingin tinggal di sana. di australia banyak orang inggris, orang arab, orang cina, orang melayu, dan orang aborigin.
pendeta michael
Posts: 67
Joined: Tue Feb 28, 2006 2:13 pm

Post by pendeta michael »

Pendeta maklum kalo papua aceh dll ingin berpisah dari nkri krn sejujur nya memang pemerintah indonesia gagal menyatukan mrk secara utuh . Yg pemerintah pusat lakukan hanyalah menyedot hasil bumi nya dan membiarkan warga lokal terlantar .
Jadi berhentilah dari sikap menolak fakta krn memang begitu lah ada nya.
Dang dari pendeta lahir sampai saat ini nga ada berita yg bikin pendeta bangga ( bukan niat menjelekan lo tapi fakta ) padahal menurut teori indonesia tidak mungkin bernasib begini mengingat berlimpah hasil bumi tapi ternyata jadi pengemis yg pemerintahan nya berisi bapak2 tua otak dengkul munafik yg nga becus melakukan pekerjaan nya selain omong kosong di depan wartawan
salam kasih kristus
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

Sebenarnya Papua itu bukan milik Indonesia kan? Yang masuk kewilayah indonesia itu hanya Irja? Tul nggak sih?
User avatar
curious
Posts: 3138
Joined: Wed Mar 22, 2006 5:08 am

Post by curious »

nix. irian jaya sudah dire-named jadi provinsi papua.
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

curious wrote:nix. irian jaya sudah dire-named jadi provinsi papua.
Oooo..gitu yah...hi..hi...kelamaan di luaran..makhlum dari jaman indo masih 27 propinsi..eh ada berapa propinsi sih di Indo sekarang?
User avatar
reggie
Banned
Posts: 1336
Joined: Wed Dec 28, 2005 8:48 pm

Post by reggie »

bagus juga tuh kalo papua masuk indonesia... setuju? ditambah papua mungkin indonesia jadi 36 propinsi. aku juga ga tau..., ketinggalan info, maklum kelamaan di laut!
Last edited by reggie on Sat May 13, 2006 7:42 pm, edited 1 time in total.
User avatar
KamenII
Posts: 97
Joined: Mon Dec 19, 2005 7:10 pm

Post by KamenII »

Phoenix wrote: Oooo..gitu yah...hi..hi...kelamaan di luaran..makhlum dari jaman indo masih 27 propinsi..eh ada berapa propinsi sih di Indo sekarang?
Ada 400-an Kabupaten/Kota :lol:
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

reggie wrote:bagus juga tuh kalo papua masuk indonesia... setuju? ditambah papua mungkin indonesia jadi 36 propinsi. aku juga ga tau..., ketinggalan info, maklum kelamaan di laut!
Reggie, kalau ketemu Nemo & Spongebob, salamin yak...


Under the sea...under the sea...(sambil nyanyi..nyanyi...)Image
Post Reply