lalu anda protes, dan mereka melihatnya sebagai anda menghalangi 'periuk nasinya',bocor wrote: Saya salut dengan usaha dan kerja kerasnya untuk mencari uang.
dikarenakan rendahnya pendidikan dan tidak pahamnya mereka akan golden rule.
artinya sudah ada 'bara bibit permusuhan' diantara anda dan dia, tinggal menunggu pemicunya sajabocor wrote: Namun ada satu hal yang membuat saya dengan tetangga saya ini tidak bertegor sapa lagi, yaitu masalah jam kerja.
untuk meledak sebagai kekerasan, karena kita tahu tempramen orang madura: untuk urusan sepele saja mereka
bersedia carok (bukan bermaksud menakuti anda ). ingat mulai ssaat ini, si madura akan memandang andalah biang kerok
dari semua problem yang akan datang padanya.
coba anda cari tahu tokoh yang disegani si madura, mungkin dari situ anda bisa mendapat penyelesaiannya.bocor wrote: Mereka kerja dari pagi hingga jam 3 pagi, suara mesin gergaji dan ketokan palunya sangat terasa kalau sudah larut malam.
semacam paguyuban dari orang-orang daerah yang berkumpul di domisili anda.
mungkin bisa dicoba metode tetesan air, anda yang melunakkan diri, bersikap manis kepada dia, ambil hatinya,bocor wrote: Pernah saya tegor baik-baik saya malah kena semprot. Sepertinya sangat sulit komunikasi dengan orang seperti ini.
lalu baru di todong dengan keluhan anda diatas ( tapi sayah tidak merekomendasikannya loh !1)
setahu sayah ya kasus sampit itu seperti yang bro duren bilang.bocor wrote: Ada yang punya pengalaman yang mirip dengan saya? saya tahu tidak semua Suku Madura seperti tetangga saya, namun saya ingin tahu dari netter disini, apakah punya pengalaman yang sama?
anda bisa bayangkan kemuakan orang dayak kepada si madura sampai segitunya.