Dr. Wahyono Raharjo:
Kami Dipaksa Munafik
24/07/2006
Ketua Umum Badan Perjuangan Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (BPKBB),
JIL: Menurut pengalaman Anda, kelompok mana saja yang biasanya menghalangi pengakuan penuh atas hak-hak sipil kaum penghayat Indonesia?
Saya tidak tahu apa yang ada dalam hati setiap orang beragama. Tapi dari pengalaman di setiap sidang MPR dulu, selalu ada demonstrasi yang menetang keras pengakuan hak-hak sipil kami. Dan kebetulan, orang atau kelompok Islam tertentulah yang paling keras menentang. Mereka minta pengakuan atas kami di dalam GBHN dihapus lagi. Ketika mengatakan orang Islam, saya tidak menyebut itu ulah semua orang Islam, karena banyak juga dukungan dari tokoh-tokoh Islam yang demokrat.
Namun di sisi lain, saya juga pernah membaca laporan Kompas bahwa sidang Keuskupan Katolik pernah mengusulkan agar perkawinan campur kaum penghayat dengan Katolik diizinkan lagi. Selain itu, pengalaman saya sebagai penganut kepercayaan Kapribaden membuktikan bahwa ribuan warga kami di Bali tidak pernah mendapat gangguan dari para tokoh Hindu.
JIL: Saya tidak tahu apakah Tuhan saya dengan Tuhan Anda sama, toh sama-sama belum pernah ketemu. Tapi bagaimana pandangan kalangan penghayat tentang konsep ketuhanan?
Sepengetahuan saya, karena manusia itu banyak salahnya, setiap hari kita harus memohon ampun Tuhan. Jadi, apa yang kami lakukan tiap harinya adalah berusaha makin mendekat, dan kalau bisa, bertemu dengan Tuhan. Sepengetahuan saya, agama dan kepercayaan apapun mengajarkan manusia untuk menjadi orang yang baik dan bermoral. Lalu tanggung jawab siapakah urusan internalisasi nilai-nilai kebajikan dan moralitas itu? Kalau di kepercayaan, itu tanggung jawab para sesepuh. Dalam agama-agama, itu tanggung jawab ulama-ulama.
selengkapnya...
http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1087