Saya yakin, sebagian besar manusia pada dasarnya menginginkan hidup yang damai dan tenang, jauh dari konflik, kekuatiran, kecemasan, dan rasa benci. Keinginan ingin merupakan naluri dasar manusia sebagai mahluk hidup yang dibekali akal dan nurani. Di sisi lain, dunia ini dihuni oleh manusia dengan beragam ras, etnis, kebudayaan, keyakinan, dlsb. Keberagaman ini sebenarnya merupakan daya tarik, karena dunia menjadi tempat yang kaya warna dan unik.
Interaksi antar manusia yang masing-masing unik dan berbeda juga berpotensi untuk menimbulkan konflik yang tajam, mengingat manusia juga dilengkapi dengan nafsu dan keinginan untuk mengungguli dan menguasai. Untunglah akal dan nurani bisa diandalkan untuk menuntun setiap pikiran, perkataan dan tindakan manusia, sehingga orang-orang bijak pada masa lalu kemudian merumuskan prinsip moral dasar yang mengatur pola interaksi antar manusia. Belakangan, prinsip tersebut disebut sebagai Golden Rule.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Golden_RuleThe Golden Rule or ethic of reciprocity is a maxim,[1] ethical code or morality[2] that essentially states either of the following:
(Positive form of Golden Rule): One should treat others as one would like others to treat oneself.[1]
(Negative form of Golden Rule): One should not treat others in ways that one would not like to be treated.
Prinsip ini sudah ada sejak lama. Keberadaanya, dalam bentuk dan pengungkapan yang berbeda-beda, bisa ditemukan di berbagai kebudayaan dan peradaban besar dunia, jauh sebelum agama-agama yang kita kenal sekarang tumbuh dan berkembang.
Prinsip ini kelihatannya sederhana, namun penerapannya ternyata tidak selalu mulus. Terbukti bahwa sejarah telah mencatat begitu banyak peristiwa dimana sekelompok manusia diperlakukan secara tidak adil, bahkan menjadi korban kekejaman dari sekelompok manusia lain. Hal ini terjadi dari jaman ke jaman, di berbagai peradaban, dan sedihnya masih berlangsung sampai hari ini.
Agar bisa meyakini dan kemudian menerapkan Golden Rule, manusia harus mau menerima dan menjalankan beberapa pedoman.
Pertama, setiap manusia harus mau menganggap manusia lain sebagai pihak yang setara dan sederajat, tak perduli seberapa besar dan banyak perbedaan yang ada.
Kedua, setiap manusia harus memiliki empati yang besar terhadap manusia lain. Empati bisa diartikan sebagai kemampuan untuk memproyeksikan tindakan yang ingin dilakukan terhadap orang lain ke diri sendiri. Jika kita berniat melakukan suatu tindakan (baik/jahat) terhadap orang lain, apakah kita sendiri sebagai pelaku merasa senang/tidak senang jika tindakan (baik/jahat) tersebut dilakukan terhadap kita? Jawaban atas pertanyaan tersebut menjadi alat kendali bagi setiap tindakan yang ingin dilakukan.
Ketiga, konsistensi dan komitmen. Manusia yang menerapkan Golden Rule harus memiliki konsistensi dan komitmen yang sangat kuat untuk tidak bergeser dari prinsip Golden Rule, meskipun sedang berinteraksi dengan pihak/kelompok lain yang tidak mau menggunakan prinsip yang sama.
Kelihatannya jadi mustahil ya? Dan membuat manusia2x yang menerapkan Golden Rule terkesan sebagai pihak yang lemah, pengecut, dan tidak berdaya.
Tapi sejarah telah membuktikan, bahwa perjuangan juga bisa berhasil tanpa perlu menggunakan kekerasan. Manusia-manusia hebat seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, dan Nelson Mandela bisa mewujudkan apa yang ingin dicapainya. Demikian juga dengan Corry Aquino, Lech Walesa, dan Mikhail Gorbachev, dalam bentuk dan dengan tujuan yang berbeda. Proses yang harus dilewati oleh masing-masing manusia hebat tersebut umumnya panjang, sulit, dan sengsara. Namun mereka akan terus diingat sebagai manusia besar yang memberikan sumbangan berarti bagi kemanusiaan dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Rasanya mimpi untuk membuat bumi ini menjadi tempat yang penuh dengan kedamaian, kebebasan, kesetaraan, dan kemajuan bukan merupakan mimpi segelintir manusia saja. Saya percaya, semua manusia yang mau mendengarkan nuraninya dan menggunakan akal sehatnya juga memimpikan hal yang sama.
Silahkan berpendapat dan berkomentar. Untuk thread ini, saya sangat berharap para netters, apapun latar belakangnya, mau berdikusi dengan hati yang dingin dan pikiran yang terbuka.
Koeksistensi dalam Kedamaian dan Kesetaraan
FFI Alternative
Faithfreedompedia