Perbudakan di ASIA TENGGARA gara2 Islam

Forum ini berisi artikel2 terjemahan dari Faithfreedom.org & situs2 lain. Artikel2 yg dibiarkan disini belum dapat dicakupkan kedalam Resource Centre ybs. Hanya penerjemah sukarelawan yang mempunyai akses penuh.
Post Reply
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Perbudakan di ASIA TENGGARA gara2 Islam

Post by ali5196 »

PERBUDAKAN ISLAMI DI Indonesia, Malaysia, Thailand Selatan, Filipina
Bagian L dari artikel 'Islam’s genocidal slavery' (Perbudakan Genosida Islam)
25 May 2010

Begitu Islam memiliki kekuatan di AsiaTengggara (sejak abad 13-14), PERDAGANGAN BUDAK BEREKSPANSI khususnya lewat ekspedisi jihad di Malaka dan sultanat2 lain atas non-Muslim. Budak2 Islam ini menjadi bagian dari jalur perbudakan Afrika, India dan Asia Tenggara.

Di AsTeng dibawah Islam, budak melakukan 'fungsi apa saja.' “Kebanyakan anggota kelas saudagar pemilik budak memiliki akar2 kuat dalam dunia Islam yang memiliki hukum jelas tentang budak sebagai harta benda.” (A Reid dikutip oleh Khan p 299; p 143)

Setelah Muslim memegang kekuasaan di abad 15, bangsa2 animis di gunung2 akhirnya PUNAH akibat perbudakan dan inkorporasi' mereka kedalam penduduk Muslim Malaya, Sumatra, Borneo dan Jawa lewat razzia2 dadakan, jizyah dan jual beli, khususnya anak2. PULAU JAWA adalah pengekspor budak paling besar di tahun 1500. Budak2 ditangkap dalam perang2 menentukan bagi Islamisasi. (Khan p 286, p 143). JIhad, perbudakan dan penyelundupan orang itu sampai sekarang masih berlangsung.

Masuknya Islam

Indonesia/Malaysia memiliki kontak dengan CIna dan India selama berabad2 dan menerapkan kepercayaan campuran animis, Hindu, Buddhis & Confucian. Jawa memiliki wihara2 Hindu dan Buddhis spt Borobudur yg didirikan thn 800M, yang dianggap sebagai wihara terbesar dan terindah didunia. Ketika Islam melancarkan jihad di abad 16, wihara2 itu menjadi puing2.(Enc. Brit v 9 p 467, 475, 479). Palembang (Sumatra) adalah pusat ajaran Buddha (Enc. Brit. P 478).

Muslim kemungkinan masuk ke Indonesia lewat Gujarat, India. Ada yg bilang bahwa Islam datang lewat perdagangan. Itu memang benar, tapi yang tidak disebut adalah bekas2 dan bukti2 nyata adanya jihad dgn kekerasan, perbudakan massal, pemerasan, penjarahan, pemaksaan penduduk non-Muslim lokal menjadi dhimmi dan pemaksaan Islam dari tulisan Muslim sendiri dll.

Islamisasi terhdp penduduk yang biasanya tinggi resistensinya secara tiba2 sejalan dengan kekerasan Islam, jihad, perbudakan dan pemerasan. Tidak ada bukti adanya aktivitas misionaris Muslim yg terorganisir dari abad 14-19 (Khan p 145). Jihad berlangsung sampai hari ini. INgat bahwa di abad 13-16 ketika Islam melebarkan sayapnya di Asia Tenggara, Islam membawa perdagangan budak besar2an dan kampanye2 jihad kekerasan di India, Afrika dan Eropa. Sufi2 jihadi sangat terlibat di India dalam perbudakan ini.

Tidak diperlukan pasukan2 Muslim yang besar. Yang diperlukan hanyalah sebuah pusat Islamiyah dan Islamisasi seorang pemimpin lokal yang akan memegang peran sbg kepala jihad utk memaksakan Islam pada penduduk.

Di abad 13-15, sebelum adanya Islam ada 3 kerajaan kuat :
1) Srivijaya (Malaysia);
2) Majapahit (Indonesian archipelago);
3) Siam (Thailand). Hinduism, Buddhism, dan Animisme dipraktekkan secara luas. (Khan p 135).

Mendirikan pusat2 Islami yang dikuasai orang2 asing, yi Arab2 Muslim, Turki, Persia dan Mughal

Image
Pelabuhan Malaka 1831

Dari abad 10-12, Muslim muncul di pelabuhan2 di Sumatra milik Sriwijaya yang HIndu. Saudagar2 Islami dari India ini menetap di Malaka dan kawasan2 di Aceh, Sumut (akhir abad 13), menikahi wanita2 setempat dan mendirikan komunitas2 Muslim. Tidak ada bukti akan adanya Islamisasi besar2an atas komunitas yg toleran tetapi begitu terbentuknya kerajaan2 Muslim, jihadi brutal atas penduduk setempat mulai tampak. Di thn 1290, hanya ada dua kerajaan kecil Muslim di Sumut; Samudra-Pasai dan Perlak. Kekuatan ekonomi dan politik Pasai seluruhnya tergantung pada Muslim2 asing (Enc. Brit V9 p 482).


Image
Perjalanan Marco Polo

Marco Polo dari Venezia, kembali dari Cina th 1292, berhenti di Sumatra dan melihat bahwa Perlak adalah Muslim tapi kota2 didekatnya tidak. (Wikipedia re Aceh)

Pelancong Marokko, Ibn Battutah (Battuta, Batoutah) dalam perjalanan ke Cina, mengunjungi Samudra (kawasan Aceh) thn 1345-6 dan melihat bahwa penguasanya seorang Muslim yang melakukan kewajiban agamanya dengan sangat taat. Ia berasal dari mazhab imam Shafi.’ Banyak adat yg mengingatkannya pada adat yg dilihatnya di India (Widjojoatmodjo 1942 mengutip dari ‘Perjalanan Ibn Batutah’ terbit 1874-79 di Paris; Khan p 140; Wikipedia re Aceh).

Hukum Shafi dipraktekkan di India Selatan dan di AsTeng, kaum polytheis diberikan dua pilihan: MATI atau ISLAM. Hukum Shafi’i dan Hanbali mengijinkan 4 bulan bagi kafir untuk masuk Islam (berdasarkan Quran surat 9.2 yang memberi Mushrikun [polytheists, pagan, pemuja berhala, non-Muslim] ... 4 bulan perjalanan bebas ‘tapi ketahuilah bahwa kau tidak dapat lari dari hukuman allah’..). Hukum Hanafi dipraktekkan di bagian2 India yang mempraktekkan status ‘dhimmi’ bagi non-Muslim.

Ibn Battutah melihat bahwa Sultan al-Malik az-Zahir adalah 'penguasa yg paling menarik dan ringan tangan' karena “terus menerus terlibat dalam perang demi agama (jihad melawan kafir) dan melakukan serangan2 ... pengikutnya memiliki kesenangan dalam perang demi agama ini dan seara suka rela mengikutinya dalam ekspedisi2nya. Mereka memiliki kekuasaan penuh atas kafir manapun didekat mereka, yang membayar mereka jizyah untuk menjamin keamanan.”(Khan p 136)

Budak dan harta jarahan menjadi obyek dalam serangan2 jihadi ini. Ibn Battutah menunjukkan bahwa begitu Muslim memiliki kekuatan politik, jihad BRUTAL akan menyusul, sesuai dgn hukum Shafi dengan menawarkan MATI atau ISLAM kpd para musyrikun, yiHindus, Buddhists, animis –dan disinilah terjadinya Islamisasi yang berarti !! Hal yang masih berlangsung sampai sekarang ini.

Observasi Ibn Battutah atas sadisme Islamiyah terhdp umat Hindu (yi memasukkan tongkat lewat dubur lelaki dan ditembus sampai keluar dari mulutnya dan membantai wanita dan anak2 di India) serta penggambarannya atas DEPOPULASI, DESTRUKSI, KEHANCURAN EKONOMI DAN SOSIAL, bersama dengan PERBUDAKAN MASSAL dan PELECEHAN SEKSUAL di Asia Minor dibawah Muslim Turki (Bostom 2005 p 644, p 468) sudah sering dikutip dalam artikel2 ttg perbudakan genosida Islam.

Pada akhir abad 14, Islam menguasai kantong2 terisolasi, khususnya pelabuhan2 Sumatra, tapi tidak menembus ke pedalaman. Raja Parameswara dari Srivijaya yang menjadi penguasa Malaka (Malaysia) thn 1410, masuk Islam dan mengakibatkan penjalaran Islam lewat penjajahan 100 tahun kemudian, sementara Malaka menjadi pusat Islam di Asia Tenggara (Khan p 139).

Parameswara berpusat di Palembang (Sumatra) tapi kerajaan Sriwijaya sedang mengalami kehancuran. AKibat pertempuran2 dgn kerajaan2 Majapahit & Siam, Parameswara pindah ke Temasek Island (Singapore) lalu ke Muar dan akhirnya Malaka thn 1402. Malaka adalah tempat saudara Muslim yang memasuki tentara dan istana Parameswara. Ia dijanjikan pasukan tentara Muslim dan budak wanita cantik, blasteran Arab dan Indonesia, JIKA ia masuk Islam. Tadinya ia menolak, tapi karena ia merasa terdesak, perlu tentara, hubungan dagang, dan tidak memiliki putera mahkota. Iapun menikahi budak wanita Muslim itu (yang hanya boleh menikahi Muslim), masuk Islam thn 1410 dan menjadi Sultan Iskandar Shah! (Khan p 136)

Image
Sebuah batu dari abad 15 dari Sultanat Malaka Sultanate. Perhatikan lambang bulan dan bintang sabit (jauh sebelum jatuhnya Konstantinopel yang, menurut ilmuwan Muslim, adalah sumber lambang ini).

Menurut Wikipedia, Parameswara (1344-1414) masuk Islam tidak jelas kapan tapi tetapi mereka mencatat namanya sebagai Iskandar Shah dan ia ditulis sbg mendirikan Kesultanan Malaka sekitar thn 1402! Bahkan ada yg mengatakan ia menjadi Muslim karena menikah 'puteri kebangsaan' dari Pasai (kota-kerajaan Muslim di Sumatra). Padahal ia cuma kepincut budak!

Ma Haun, seorang Muslim Cina, mengunjungi Sultan Isklandar Shah (Mohammad Sekander Shah) th 1414 sebagai Sekretaris Kaisar Cina, Yung Lo. Ia mendapatkan sang sultan dan rakyatnya sudah Muslim dan ‘sangat ketat dalam agama’ (Widjojoatmodgo 1942; Khan p 137). Sultan Iskandar Shah (Parameswara) [dan keturunannya] memanfaatkan Cina karena memberinya perlindungan dari Siam dan Majapahit.

Ma Haun mengatakan bahwa di Jawa ada ‘koloni2 Muslim asing’ sementara penduduk asli adalah Hindu –Jawa. Orang Jawa pergi ke Malaka dan kembali sbg
Muslim dan membentuk keluarga2 Muslim, dibawah penguasa Muslim dan menjadi negara Muslim yang terlibat jihad (Islamic apartheid). (Widjojoatmodjo 1942).

Setelah matinya Iskandar Shah di thn 1414, puteranya menguasai Malaka (1414-1424) sbg Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka
dan kpd rakyatnya sbg Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Shah atau Sultan Megat Iskandar Shah. (Wikipedia re Parameswara ).

Orang Malay menyebut penguasa ketiga Malaka ini sebagai Raja Tengah (atau Radin Tengah) tapi menurut Sejarah Melayu, ia memeluk Islam dan mengambil nama Muhammad Shah dan kemungkinan menikahi Muslim Tamil. Setelah wafat, ia diganti oleh Raja Ibrahim yang mengambil julukan tradisional Hindu, Sri Parameswara Dewa Shah. Akibatnya, setelah berkuasa selama kurang dair 17 bulan, Raja Ibrahim ditikam sampai mati. Kakak tirinya, Raja Kasim, yang lahir dari wanita Tamil Muslim, menggantikannya dan mengambil julukan Islamiyah, Sultan Mudzafar Shah. Ini adalah permulaan ‘jaman emas’ bagi Sultanat Malaka (Wikipedia re Parameswara).

Kami tahu sekarang, apa yang emas bagi Islam adalah KEMATIAN, KEHANCURAN, PERBUDAKAN, REPRESI DAN PEMERASAN bagi NON-MUSLIM. Malaka adalah sebuah tempat dagang strategis antara Cina, India, Eropa, Africa dan Timur Tengah. Kekuatan dagang, militer dan nafsu untuk menyebarkan Islam berjalan berbarengan.

Th 1459, Sultan Mansur Shah dari Malacca mengirim Tun Perak untuk menyerang Kedah (dekat Thailand) dan Pahang (central-east Malaysia). Pahang menjadi bagian kesultanan Islam Malaka lewat pedang Islam (Wikipedia re Parameswara).

Kerajaan Hindu Sriwijaya menjadi bagian dari kesultanan Malaka dimana status para sultan turunan juga menyandang sbg pelindung Islam dan mempraktekkan jihad (termasuk perbudakan), bukan asimilasi kedalam budaya lebih luas. Jihad kecil2an di Samudra menjadi jihad dlm skala besar melawan kesultanan Malaka. Dibawah semangat jihad untuk menjadi ghazi atau martyr, akhirnya kerajaan menjadi kuat dan sampai sekarang masih mencakup semenanjung Malaysia, Singapora dan kawasan timur Sumatra dan Borneo. Borneo kemudian menjadi kesultanan independen (Khan p 136). Pangeran2 Melayu Malaka dgn semangat jihadi tinggi membangun provinsi2 bawahan di pantai timur Sumatra di abad 15 (Enc. Brit. V9 p 482).

Selama beberapa waktu, Malaka adalah pusat islam di Asia Tenggara yagn mencakup Malaysia, Aceh, Riau, Palembang dan Sulawesi. (Khan 136). Suplai BUDAK membludak.

Hwang Chung, pelancong Cina, melaporkan di thn 1537 bahwa rakyat Malaka “mengatakan lebih baik memiliki bukak daripada tanah, karena budak adalah perlindungan bagi tuan mereka.” (Khan p 143)

Penulis Portugis, Joao de Barros, menulis thn 1563 tentang orang Melayu, ‘semua pekerjaan mereka dilakukan oleh budak.” (Khan p 143)

[...]

Di JAWA, ‘suasana militan Islam di pinggir pantai nampak dalam penerapan islam di Jawa Barat, Palembang dan Sumatra Selatan.” (Enc. Brit. V9 p 483).

Pertempuran sengit terjadi antara rakyat pedalaman dan pangeran2 Muslim di abad 16&17. ‘Kemajuan’ Islam membawa kemenangan materi bagi Muslim, sementara perdagangan dgn Timur Tengah semakin menderas. Bedanya mereka dgn para pedagang Portugis, yg juga sempat mendarat di kepulauan Indonesia, adlah bahwa Portugis hanyalah terdiri dari bisnismen privat yg tprioritas utamanya bukan agama. (Enc. Brit. V9 p 483).

Jihadi2 Muslim menggilas JAWA (abad 16) dan MENGHANCURKAN KERAJAAN MAJAPAHIT. Thailand Selatan juga disergap. Para invader Muslim menyerang ibukota Thai, Ayuthaya, dan menghancurkan Thailand karena kapal2 Protugis tiba di Selat Malaka. (Khan p 137). Pedagan Eropa mencoba mem-bypass Muslim dan berdagang lada dan lain2nya secara langsung.

Image
Sultan Iskandar Muda (berkuasa 1607-36) dari Aceh (Sumatra, Indonesia) membawa RIBUAN BUDAK ke ibukotanya dari serangan2nya di Malaka. (Khan p 286). Thn 1618-1624, Malaka kehilangan kebanyakan penduduknya akibat kampanye perbudakan penguasa Muslim Aceh (Prof Anthony Reid cited in Khan p 142).

Dibawah kekuasaan biadab Sultan Iskandar Muda, pengaruh Aceh atas Sumatra dan Semenanjung Melayu semakin kuat (Wikipedia re Aceh). Aceh bersekutu dengan Ottoman (Enc. Brit. V 9 p 482). Pertempuran2 dengan Portugis mengurangi kekuatan Aceh, khususnya setelah hancyrnya armada Aceh thn 1629.

Bukti menunjukkan bahwa Islamisasi selalu berasal dari ketakutan, kekerasan, perbudakan, degradasi, eksploitasi dan kontrol politik, militer dan ekonomi Islam. Legenda2 tidak berdasar tentang adanya orang2 Sufi yagn mengIslamisasi secara damai sering beredardan bahkan Syed Naguib al-Attas yang sering mengumandangkant eori tsb mengakui bahwa “Tidak ada bukti langsung untuk mendukung teori ini.” (Khan p 139).

Jendral Belanda, Cohen--1615-- mengutip orang yang mengatakan bahwa “Pangeran Banten (Jawa) tidak takut pada Portugis, Spanyol, Belanda atau Inggris. Hanya pada raja (Muslim) Mataram (P Lombok). Dari dia .. tidak ada yang bisa lari ...” (Khan p 145)

Sultan Agung dari Mataram (Lombok), ‘raja Muslim AsTeng besar’ menyerang Surabaya (Jawa) dan kota2 sekitarnya dgn 80.000 tentaranya selama 5 tahun (1620-25) –-menghancurkan panen beras shg mengakibatkan kelaparan, meracuni sumber air minum dan menghentikan aliran air ke kota itu dng membendung sungai. Hanya 500 dari ke 50.000-60.000 penduduk tinggal disana ---sisanya tewas atau hengkang (Reid cited in Khan p 142).

PERBUDAKAN OLEH MUSLIM SERING MENIHILISASI SELURUH PENDUDUK. Thomas Ivye melaporkan bahwa di thn 1634 sebuah tim Inggris selama dua hari mencari kota Inderagiri, Sumatera, yang terkenal dengan ladanya. Tidak ada satupun sisa kota itu ditemukan. SELURUH PENDUDUK DIBOYONG OLEH INVASI ACEH MUSLIM 6 TAHUN SEBELUMNYA kesebuah tempat yang berjarak 3 hari dari sana. Rakyat yang diperbudak tadinya Hindu, Buddhis,
Animis –tapi kini mungkin dipaksakan kedalam Islam spt yang biasanya terjadi dgn budak2 Islam (Khan p 144, 285,).

Hikayat Banjar, kronikel Banjarmasin abad 17 mencatat : ‘Islamisasi Banjarmasin secara efektif ditentukan jika ada dua perebut tahta yang
bertempur untuk menghindari perang saudara’..... begitu ada yang menang, pengislaman massal menjadi kewajiban, bukan pilihan.
(MC Ricklefs in Khan p 142)

Orang Portugis yang tiba di AsTeng kesulitan untuk mencari pekerja gajian karena hampir semua orang dimiliki oleh pemilik budak. Kaum ARAB prominen sebagai kelas pemilik budak. (Khan p 142, 285). Kronikler Persia, Muhammad ibn Ibrahim, menulis di thn 1688 bahwa orang Portugis perlu menyewa budak- “Memang adatnya menyew budak. Merkea membayar budak itu sejumlah uang, yang ia berikan kpd tuannya, dan mereka kemudian memanfaatkan budak itu bagi hari itu atau untuk pekerjaan apapun yang mereka inginkan.” (Khan p 143)

Sultanat2 kecil spt Sulu, Buton, Tidore, sangat beruntung dari perdagangan budak. Mereka menyerang Indonesia TImur, Filipina dan menjual korban2 manusia di kota2 atau kepada tuan2 tanah pemilik ladang lada di Kalimantan Selatan. (Khan p 143-44) Sekitar 2.3 juta non-Muslim Filipina diperbudak oleh Muslim Sulu/Moro antara thn 1665-1870 (Khan p 286) Tomé Pires (1465 - 1540)

Sebuah persekutuan abad 17, antara Siam, Portugis dan Belanda emnghadang ancaman Muslim terhadap Siam. Pengaruh Belanda dan kekuatannya menyebar secara bertahap dari abad 17, merebut Malaka dari Portugis dan mengembangkan pengaruhnya di Jawa dan SUmatera di abad 19 (Enc. Brit v 9 p 484)

Memang, orang Belanda, Portugis dan INggris berdagang budak. DI abad 17 dan 18, Belanda dagang budak untuk dipekerjakan di perkebunan2, perumahan dan kantor2 pejabat2 kolonial. Namun jumlah budak mereka tidak ada bandingannya dengan jumlah budak dlm perdagangan budak Islam. Belanda hanya membeli budak lelaki dan tidak memiliki insitusi jihad untuk memaksakan agama atau perbudakan atas orang lain, mereka juga tidak memiliki harem penuh dgn lelaki2 dan gadis2 muda dan wanita2 harem untuk melahirkan bayi2 seperti yang dilakukan Muslim.

Ketika tiba di abad 16, Belanda mengambil alih dan berinteraksi dengan sistim perbudakan dan ketergantungan yang sudah lama berlaku berdasarkan hukum Islam. (Vink 2003).

“Thn 1669, misalnya, Pangeran Dipati dari Jambi, kota pelabuhan di Sumatra Timur, membenarkan serangan terhadap Ujang Salangh di Semenanjung
Malaka dengan mengatakan bahwa penduduk disitu "tidak beragama dan oleh karena itu penyerangan tidak dapat dianggap sebagai ketidak-adilan." (Vink 2003)

Keterlibatan Belanda dlm perbudakan sangat kecil. ‘Di abad 18 misalnya, volume perdagangan budak Belanda lebih besar dari abad 17, tapi budak tetap hanya merupakan 0.5% dari nilai total perdagangan perusahaan mereka.’ (Vink 2003)

[...]

PERANG DAN EKSPEDISI SERANGAN BERTUBI2 MENGHASILKAN SUPLAI BUDAK TERATUR DARI ASIA TENGGARA

‘MAKASSAR MENJADI TEMPAT TRANSIT UTAMA BAGI BUDAK2 dari Kalimantan, Sulawesi, Buton dan kepulauan2 utara lainnya, serta Lombok, Sumbawa, Bima, Manggarai and Solor.’ Ke 10.000 budak Indonesia yang dibawa ke Batavia oleh perahu2 Asia antara 1653 dan 1682, datang dari Sulawesi Selatan, Bali, Buton, Kepulauan Tenggara dan Maluku (Ambon dan Banda).(Vink 2003)

“Kelompok2 ini saling memperbudak sesama dalam skala rendah, konflik interkomunal yang terus menerus atau diperbudak oleh negara2 tetangga (Muslim), seperti kesultanan Ternate dan Tidore; Magindanao di Pulau Mindanao; Makassar (Goa) dan Bone di Sulawesi; Aceh, Jambi dan Palembang; dan Johor ddi Semenanjung Malaysia.” (Vink 2003)

[...]

Kita sering mendengar bahwa setelah Islamisasi Jawa (abad 16) perbudakan berhenti (Vink 2003), tapi ini menutupi fakta bahwa begitu Islam mengambil kekuasaan, mereka yang melawan tetap diperbudak dan disebarkan sehingga bahwa Muslim yang paling miskinpun memiliki budak. Mereka yang masuk Islam sebelum mereka ditangkap dan diperbudak, secara teori tidak boleh diperbudak. INi terjadi di INDIA dimana perbudakan berlanjut walau semakin jarang diekspor begitu Islam memiliki kontrol komplit. Budak digunakan untuk melakukan fungsi apapun, termasuk SEX, bagi pemilik (Muslim) mereka.

[...]

Terlepas dari upaya Barat, pada akhir abad 19, perbudakan masih ekstensif di Semenanjung Melayu dan kepulauan Indonesia :
6% penduduk Sultanat Perak adalah budak di thn 1879,
1/3 adalah budak di kawasan timur SumBar di thn 1860an;
30% di kawasan Muslim Sulawesi Utara;
2/3 atau lebih adalah budak di bagian2 Borneo Utara di thn 1880an. (Khan p 144 citing various sources).

Thn 1906, C. Snouck Hurgronje melaporkan aksi2 pembajakan jihadi terhadap populasi non-Muslim dan saudagar2 Barat oleh Muslim2 Aceh :
“Dari Mohammadisme (yang selama berabad2 Aceh diketahui telah menerima ajarannya), ia (Aceh) hanya belajar sejumlah besar dogma sehubungan dengan KEBENCIAN TERHADAP KAFIR ... ; sehingga orang Aceh secara teratur melakukan pembajakan dan PEMBURUAN ORANG terhadap pulau dan negeri tetangga yang non-Muslim, dan menganggap sah setiap fitnah atau kekerasan terhadap saudagar Eropa dan kemudian Amerika yang datang mencari lada, produksi utama negeri itu. Keluhan atas perampokan dan pembuuhan di kapal2 dagang di bagian2 Aceh menjadi kronis. (quoting C. Snouck Hurgronje in Bostom 2005 p 42-43)
Image
Thn 1916 Hurgronje mencatat bagaimana jihad dan penaklukan dunia masih merupakan sebuah kekuatan potensial bagi massa Muslim bahkan 13 abad setelah Muhammad. (Bostom p 99)

Jepang menjajah kawasan itu dalam PD2. Pemeirntah Belanda mentransfer kekuasaan kpd penguasa Indonesia di thn 1949, menggabungkan Aceh dengan provinsi berdekatan, tapi Muslim Aceh (yg terdiri dari Muslim Arab, Turki dan India- Wikipedia re Aceh) tidak suka digabungkan dengan Kristen Batak. Pemberontakan dan tuntutan bagi sebuah negara Islam dimulai thn 1953. Sejak thn 1959, Aceh diberikan status istimewa, otonomi dan hukum syariat (2003).

Image
http://www.kabibi.com/lates-news/latest ... hotos.html

Berlanjut ...
Last edited by ali5196 on Sat Dec 25, 2010 8:08 am, edited 8 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Lihat juga terjemahan buku MA KHAN, IMPERIALISME ARAB-ISLAM di :
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ra-t31240/


Tentang operasi2 jihadi pencari budak di Asia Tenggara]
HALAMAN 143

Berbagai ekspedisi jihadi di Malaka dan kesultanan2 di Asia Tenggara bagi perluasan wilayah juga menghasilkan BUDAK dlm jumlah besar, yg juga diwajibkan memeluk Islam. Perbudakan selalu terjadi secara ekstensif di kawasan itu begitu Muslim merebut kekuasaan. Ketika Portugis datang ke Asia Tenggara yg sudah di-Islamisasi, mereka kesulitan mencari pekerja bayaran karena kebanyakan merupakan budak milik tuan ini atau tuan itu.

Kronikler Persia, Muhammad ibn Ibrahim, menulis di thn 1688 bahwa, "Adalah adat mereka utk menyewa budak. Mereka membayar si budak sejumlah uang, yg diberikannya kpd tuannya dan lalu mereka menggunakan budak itu utk hari itu utk melakukan pekerjaan apapun."

Penulis Portugis Joao de Barros menulis di thn 1563; "Kau tidak akan menemukan satupun pribumi Melayu, semiskin apapun, yg menggotong di punggungnya barang miliknya sendiri ataupun orang lain, berapapun uang yg ditawarkan padanya. Semua pekerjaan dilakukan oleh budak2."clxxxix

Hwang CHung, pelancung Cina, melaporkan di thn 1537 bahwa rakyat Malaka "mengatakan adalah[i] lebih baik utk memiliki budak daripada memiliki tanah, karena budak adalah perlindungan bagi tuan2 mereka."[/i]cxc

Menurut Reid, 'Banyak anggota kelas saudagar, pemilik budak, memiliki akar2 kuat dlm dunia Islam, yg memiliki badan hukum jelas ttg budak sbg harta benda.' cxci Ini membuktikan bahwa saudagar2 MuslimLAH yg mempromosikan perbudakan dgn begitu ekstensif di Asia Tenggara yg Muslim.

Ketika Ibn Battutah mengunjungi Samudra Pasai, sultan mempersembahkannya dua budak wanita dan dua budak lelaki.cxcii Battutah juga menyebut budak2 yg dimiliki penguasa kafir Mul-Jawa, yg menghibur Battutah selama 3 hari; salah satu budaknya mengorbankan dirinya (bunuh diri) dgn tangannya sendiri, kata Battutah, 'demi cintanya bagi sang penguasa.' cxciii Ini berarti bahwa perbudakan jelas eksis di jaman pra-Islam Asia Tenggara.

Penduduk kerajaan Thailand harus bekerja bagi raja mereka, kata Reid.cxciv Ini juga semacam perbudakan. Di jaman pra-Islam Asia Tenggara, budak kemungkinan dimiliki oleh para penguasa dan pejabat tinggi, tidak oleh saudagar2 kebanyakan; ini meluas setelah Islamisasi. DAN yg paling penting, budak2 yg dimiliki Islam harus masuk Islam, sementara di jaman pra-Islam budak tidak perlu memeluk agama sang tuan.

Serangan2 atas teritori non-Muslim menjadi fenomena terus menerus setelah bercokolnya kekuasaan Muslim di Asia Tenggara. Ini merupakan 'periode sejarah Jawa yg dikarakterisasi oleh perang2 tidak berkesudahan,' kata Ricklefs.cxcv 'Sejumlah besar penduduk, mereka yg disebut orang2 primitif, hidup di gunung2. Selama 5 abad kekuasaan Muslim di abad 15, penduduk2 animis di pegunungan PUNAH secara total sbg hasil perbudakan, inkorporasi kedalam penduduk Malaya, Sumatera dan Borneo serta oleh campuran serangan, pajak jizyah dan pembelian, khususnya terhadap anak2.' cxcvi

'Sejumlah kesultanan kecil, khususnya Sulu, Buton dan Tidore, mulai mengadakan bisnis serangan secara menguntungkan utk mencari budak2 di Indonesia Timur atau Filipina dan memasarkan korban2 kpd kota2 kaya -- atau kepada perkebunan2 lada di abad 17 yg semakin meluas di Borneo Selatan,' tambah Reid. cxcvii Dlm perang2 Muslim di Asia Tenggara, misalnya, perbudakan sering komplit : SELURUH PENDUDUK diboyong pergi dan diperbudak. Contoh, Thomas Ivye melaporkan pd thn 1643 bahwa sebuah rombongan Inggris selama dua hari tanpa sukses mencari kota Inderagiri, kota Sumatera yg pernah makmur, utk beli lada. Tidak ada satupun sisa dari kota itu yang nampak.

Akibat invasi Muslim Aceh 6 tahun lalu utk mencari budak, SELURUH PENDUDUKNYA DIBOYONG kesebuah lokasi yg memakan waktu 3 hari lewat sungai utk mencapainya. cxcviii Orang2 yg diperbudak ini---Hindu, Buddhis dan Animis-- sudah jelas tidak mungkin dibiarkan memeluk agama mereka oleh majikan2 Muslim mereka dari aliran Syafi'i.

Walau Spanyol menjajah Filipina dan terus menekan kawasan2 yg dikuasai Muslim di selatan, penyerang2 Muslim Moro melanjutkan Jihad mereka dgn melakukan penyusupan2 ke kawasan2 yg dijajah Spanyol guna menawan pribumi utk dijadikan budak. Kata Uskup Besar Manila di thn 1637, mereka memperbudak rata2 10.000 orang2 Filipina Katolik per tahun selama 30 tahun sebelumnya. Diperkirakan bahwa jihadi2 Moro memperbudak sekitar DUA JUTA NON-MUSLIM selama dua abad penjajahan Spanyol di Filipina mulai thn 1665.

Setelah itu, kapal2 patroli Portugis dan Spanyol semakin sukses dalam menahan serangan2 jihadi2 Moro. Namun demikian, Muslim2 di Filipina Selatan, menurut perkiraan konservatif, tetap berhasil membawa 200.000-300.000 budak ke Kesultanan Sulu antara thn 1770-1870.cc

Di akhir abad 19, perbudakan di Semenanjung Malaya dan Indonesia sangat ekstensif; sekitar 6% penduduk Kesultanan Perak adalah budak di thn 1879, sekitar 1/3 di kawasan2 timur Sumatera Barat di thn 1860an, 30% di kawasan Muslim di Sulawesi Utara dan sebanyak lebih dari 2/3 di bagian2 Borneo Utara di thn 1880an.cci Perlu diingat bahwa di thn 1815, Eropa sudah MELARANG perbudakan dan menekan penguasa2 Muslim utk mengikuti contoh ini dan mengadakan intervensi dlm perdagangan budak secara paksa dimanapun dimungkinkan.

Contoh2 perbudakan dlm skala besar ini mudah2an akan memberikan pembaca gambaran jelas ttg bgm Asia Tenggara di-Islamisasi.

Penguasa2 Muslim melancarkan perang semata2 utk tujuan penyebaran Islam secara paksa. Lebih2 lagi, serangan2 Muslim terus menerus, degradasi sosial mengenaskan atas warga kafir dan pemberlakuan syariah serta beban berbagai macam pajak Islami ---kharaj, jizyah dll---jelas memaksa mereka utk masuk islam. Besarnya teror Islami yg disebarkan penguasa2 Muslim di Asia Tenggara bisa dilihat dari kesaksian Jendral Belanda, Cohen (1615). Orang mengatakan kepadanya bahwa "Pangeran Banten tidak takut Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris, KECUALI (raja Muslim) Mataram. Di Mataram, tidak ada yg bisa meloloskan diri, katanya, tapi menghadapi yg lain (Belanda dkk), gunung2 cukup bagi kami, mereka tidak dapat mengejar kami dgn kapal2 mereka."ccii Dlm situasi mengenaskan ini, para ustadz, ulama dan kaum Sufi turut serta dlm menyebarkan Islam terhdp pribumi2 yg diteror, ditindas, dihina & direbut segala kekayaannya.

Saat Muslim datang dan menetap di Asia Tenggara, mereka dgn bebas menyebarkan membaur dgn penduduk asli dan menyebarkan agama mereka. Kafir2 pribumi tidak pernah menekan/menindas Muslim ataupun menghukum para murtadin Hindu-Buddhis-Animis yg masuk Islam. Dalam lingkungan yg begitu mendukung bagi Islam ini, kalau pesan Islam memang begitu menarik, ajaran2 persuasif Sufi sudah pasti akan sukses menarik pengikut. Tapi fakta bahwa kotbah tidak membawa sukses besar, akhirnya kekuatan pedang menjadi alat utama penyebaran Islam.

Hal yang sama juga terjadi di India. Catatan Al-Masudi jelas membuktikan bahwa, sebelum tibanya jihadi2 Muslim, ekspansi populasi Muslim hanya dilakukan lewat tingkat kelahiran yg tinggi di sebuah budaya yg sangat mentolerir mereka. Al-Masudi ; diterimanya Islam, kecuali lewat perkawinan, sangat jarang. TAPI setelah masuknya jihadi2 Muslim yg membawa pedang Islam ke India dlm 3 gelombang :
1) di abad 8 oleh Muhammad bin Qasim,
2) di abad 11 oleh Sultan Mahmud dan 3) di abad 12 oleh Sultan Ghauri, jumlah penduduk Muslim melonjak drastis, thanks to serangan2 brutal, perbudakan secara massal dan bentuk2 penindasan lainnya.

:shock: :shock: :shock:
Post Reply