http://bibleandquran.com/allahandelohim4.htm
http://bibleandquran.com/allahandelohim5.htm
dan seterusnya.
Keterangan:
Di terjemahan ini, kata “Allah” dalam Alkitab Indonesia diganti jadi Tuhan, karena dalam bahasa asli Alkitab(Ibrani dan Yunani) sebenarnya tidak terdapat kata “Allah” sama sekali. Jadi kata “Allah” yang disebut di buku terjemahan ini hanya berkenaan dengan tuhan dalam Qur’an atau tuhan agama Islam.
Bab I
Jangan ada padamu tuhan lain di hadapan-Ku.
Tuhan memberikan hukumNya, termasuk Sepuluh Perintah Tuhan pada Musa sebagai pembimbing bagi setiap manusia. Perintah pertama adalah, “Jangan ada padamu tuhan lain di hadapan-Ku.” (Keluaran 20:3)
Jika kau bertanya pada Muslim, mereka akan mengatakan bahwa mereka menyembah Tuhan yang sama yang disembah Abraham, Ishak, dan Yakub. Qur’an berkata:
Q S Al’Ankabut (Laba-laba) 29:46
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".
Mari kita bandingkan Allah dan Elohim dan kita telaah apakah mereka berdua adalah sama atau tidak.
Siapakah Allah?
Aku telah membaca sebuah artikel, “Siapakah Allah,” yang ditulis oleh Abu Iman ‘Abd ar-Rahman Robert Squires yang mengatakan:
Penulis itu mencoba menerangkan bahwa “Allah” adalah kata Arab untuk “tuhan” – dan hanya ada satu Tuhan. Jika kata “Allah” berarti “Tuhan,” dan hanya ada SATU Tuhan, apakah itu berarti Allah adalah Tuhan yang sama seperti yang di Alkitab? Apakah nama yang sama membuat dua orang jadi satu? Mari kutunjukkan sebuah contoh. Seorang bernama Jim mengira dalam benaknya bahwa dia adalah seekor SINGA. Dia pergi ke kebun binatang dan mengenakkan make up muka SINGA. Dia lalu mencoba berlari bagaikan SINGA, maka seperti SINGA, dan masuk kandang seperti SINGA. Dia letakkan papan besar di luar kandangnya yang bertuliskan dengan huruf2 tebal besar “SINGA, RAJA RIMBA.” Sudahlah jelas bagi para pengunjung kebun binatang, bahwa Jim hanya berpura-pura menjadi SINGA dan dia tetaplah manusia saja. Mengapa? Karena tiada kualitas atau wujud apapun dalam diri Jim yang menunjukkan dirinya sebagai SINGA. Jika Jim ingin jadi SINGA, maka dia pun harus punya kualitas sebagai SINGA. Mengurung diri dalam kandang dan mengenakkan make up SINGA saja tidak akan pernah membuatnya jadi SINGA.Banyak non-Muslim yang salah mengerti tentang Islam karena nama “Allah.” Karena berbagai alasan, banyak orang yang percaya bahwa Muslim menyembah Tuhan yang berbeda dengan Tuhan umat Kristen dan Yahudi. Ini adalah salah, karena “Allah” hanyalah kata Arab yang berarti “Tuhan” – dan hanya ada Satu Tuhan. Tidak disangkal bahwa Muslim menyembah Tuhan dari Nuh, Abraham, Musa, Daud dan Yesus – damai beserta mereka semua.”
Begitu juga dengan kualitas² Tuhan yang dinyatakan di Alkitab atau pesan² Elohim/Yahweh, Tuhan Alkitab, harus sesuai dengan kualitas Allah dan pesan Allah di Qur’an untuk menunjukkan bahwa keduanya adalah satu!
Akan tetapi para penulis Qur’an menulis hal yang bertentangan dengan apa yang diakuinya, dengan menunjukkan bahwa kualitas² Allah ternyata berbeda dengan kualitas yang dimiliki Tuhan Alkitab. Contohnya, Muslim menolak paham Trinitas dan Tuhan yang menitis jadi manusia. Penulis Qur’an mengajukan alasan berkilah dari kebenaran bahwa Allah adalah tuhan yang lain, dan lalu membenarkan dirinya dengan berkata, “Akan tetapi Islam mengajarkan bahwa agama², baik sedikit atau banya, telah diplintir dan disesatkan dari kepercayaan Tuhan yang benar dan sejati, dengan meninggalkan ajaran2Nya yang sejati dan mencampurkannya dengan ajaran² manusia.” Tapi di saat yang sama, penulis Qur’an itu tidak bisa mengajukan bukti apapun bagian ajaran Tuhan yang mana yang dicampurkan dengan ajaran² manusia.
Anehnya, Qur’an sendiri menegaskan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang tak pernah berubah:
Qur’an, Sura Al-Baqara (Sapi Betina) (2), ayat 101:
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan (kitab) apa yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab melemparkan Kitab Allah ke belakangnya seolah-olah mereka tidak mengetahui.
Qur’an, Sura An-Nisa (Wanita) (4), ayat 47:
Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merubah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.
Qur’an, Sura Al-Imran (Keluarga Imran) (3), ayat 84:
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."
Jika tidak ada perbedaan dan pertentangan akan firman yang diterima para nabi Alkitab, maka mengapa umat Muslim mengatakan Alkitab telah dirubah? Alkitab tidak berubah dari jaman Muhammad sampai detik ini. Terlebih lagi, dikatakan:
Qur’an, Sura Al-Baqara (Sapi Betina) (2), ayat 97:
Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
Qur’an, Sura Al-Ma’idah (Meja Terhampar) (5), ayat 48:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
Qur’an sendiri menegaskan kebenaran Taurat (lima buku pertama Alkitab Perjanjian Lama), Injil, dan Zabur (Mazmur) dengan mengatakan, “Bagi kalian Kami kirim kitab kebenaran, membenarkan kitab² yang datang sebelumnya, menjaganya dengan keamanan.” Dengan begitu, Qur’an mengumumkan bahwa Taurat, Zabur, dan Injil difirmankan oleh Tuhan, dan kitab² ini tidak berubah karena dijaga keutuhannya oleh Tuhan. Tidak hanya itu saja, sampai sekarang kita pun masih memiliki banyak peninggalan arkeologi, sejarah, dan bukti² lainnya bahwa Alkitab yang kita baca sekarang adalah sama seperti yang dibaca di masa lalu.
Siapakah Elohim?
Di sepanjang Perjanjian Lama, kita temukan nama² Tuhan, yakni “Elohim” atau “Yahweh.” Nama² tersebut adalah nama² pribadi Tuhan. Kita baca di kitab Kejadian tentang keperkasaan Tuhan yang menciptakan apapun hanya dengan cara berujar saja. Dia berkata, “Terjadilah …” dan hal itu lalu terjadi. Dia bicara dan bumi lalu tercipta. Dari situlah kita mengetahui bahwa Dia adalah pencipta segalanya.
Kejadian 1:1
Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi.
Kata Tuhan dalam bahasa Ibrani adalah ‘elohim’ אֱלהִים yang berarti tuhan dalam jumlah jamak, tapi tergabung dalam satu kesatuan. Nama Elohim ini digunakan di kitab suci untuk menekankan keperkasaan Tuhan, kemampuan kreatifnya dalam mencipta, dan sifatnya yang adil dan membimbing. Seluruh Alkitab mengandung prinsip SATU Tuhan dan itulah sebabnya banyak terdapat pasal seperti berikut:
Ulangan 6:4
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
Zakharia 14:9
Maka TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya.
Umat Muslim seringkali salah mengerti tentang keberadaan tiga Sosok dalam satu Tuhan sebagai tiga Tuhan yang berbeda satu sama lain. Tapi Alkitab tidak pernah menyatakan adalah berbagai tuhan yang atau lebih dari satu Tuhan. Alkitab menjelaskan satu Tuhan yang terdiri dari tiga sosok: Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Ketiga sosok Tuhan ini memiliki fungsi yang berbeda walaupun ketiganya merupakan kesatuan dan Tuhan yang sama² sederajat, sama² abadi, berdikari, dan ada: satu Tuhan yang sejati dan hidup, yang sama di masa lampau, sekarang dan masa datang.
Nama “Allah”
Aku mengambil kutipan dari III&E Brohcure Series, no. 2 (diterbitkan oleh The Institute of Islamic Information and Education (III&E):
Jika Allah adalah nama pribadi “Satu Tuhan yang Sejati,” maka pertanyaan yang timbul adalah:Allah adalah nama pribadi dari Satu Tuhan yang Sejati. Tiada makhluk lain yang bisa disebut sebagai Allah. Kata ini tak memiliki bentuk plural atau jenis kelamin. Hal ini menunjukkan keunikannya jika dibandingkan dengan kata tuhan yang bisa berubah jadi bentuk plural, seperti tuhan², atau bentuk feminin seperti dewi (goddess).
“Mengapa di Alkitab Perjanjian Lama atau Baru nama pribadi Tuhan itu tak disebut sebagai “Allah”? Mengapa yang disebut berulang kali kok justru Elohim/Yahweh? Setiap nabi Alkitab tahu dan menyebut Tuhan dengan nama pribadinya yakni Elohim atau Yahweh. Aku akan bahas tentang Elohim di bab lain, tapi sekarang mari telaah tentang Allah.
Penulis Who is Allah (Siapakah Allah) yakni Abu Iman ‘Abd ar-Rahman Robert Squires berkata:
Tapi tunggu dulu nih dan mari kita lihat kata apa sih yang digunakan Yesus untuk menyebut Tuhan”Sungguh menarik untuk diperhatikan bahwa kata Aramaik “Alaha” yang berarti Tuhan dalam bahasa yang dipakai Yesus, terdengar lebih mirip dengan kata “Allah” daripada kata Inggris “God.” Hal ini juga berlaku bahwa variasi kata² Ibrani bagi Tuhan, seperti “El” dan “Elah” dan bentuk pluralnya yakni “Elohim” …
Dalam alfabat Arab, karena tak mengenal adanya huruf² besar, maka kata Tuhan (yakni Allah) dibentuk dengan menambahkan kata yang serupa dengan kata Inggris “the” (Al-) pada kata Arab bagi god/God (ilah). Jadi kata Arab “Allah” artinya sama persis seperti kata Inggris “The God” atau kata Indonesia “Sang Tuhan”. Kata “Al” dalam bahasa Arab berfungsi sama seperti huruf besar “G” untuk “God” dalam bahasa Inggris. Berdasarkan penjelasan ini, maka terjemahan yang paling akurat dari kata “Allah” ke bahasa Inggris adalah “Tuhan yang Satu dan Satu²nya Tuhan” atau “Satu Tuhan yang Sejati.”
Matius 27:46
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Tuhan-Ku, Tuhan-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Dari ayat di atas kita lihat bahwa Yesus menggunakan kata “Eli, Eli” dan tidak menggunakan kata “Alaha” atau “Al-ilah.”
Kamus Bahasa Yunani Strong Nomer 2241 tentang kata Eli {ay-lee'}ἠλί sebagai berikut:
Jika Allah adalah “Tuhan yang Satu dan Satu²nya Tuhan” atau “Satu Tuhan yang Sejati” dalam Alkitab, maka dia seharusnya mengatakan pada kita nama pribadinya adalah Elohim atau Yahweh dan bukannya memunculkan nama baru Al-ilah atau Allah. Ini semua merupakan usaha putus-asa untuk membuat Allah Islam tampak seperti Elohim atau Yahweh.1) Eli, Eli, lama sabachthani. Bentuk Ibrani, sama seperti Elio, Elio, dll., adalah bahasa Syro-Kaldea (bahasa umum yang digunakan bangsa Yahudi di jaman Yesus) yang merupakan kata² pertama dari mazmur duapuluh dua (Mazmur 22:1); yang berarti “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”
Nama Elohim
Mari kita bahas nama Tuhan Elohim/Yahweh, yang merupakan nama pribadi Tuhan dalam Alkitab.
Kamus Evangelis Theologia Alkitab dari Baker menjelaskan:
Yahweh adalah nama pribadi Tuhan, yang berarti “Dialah yang menyebabkan, Dialah yang membuat sesuatu ada.” Pengucapan Yahweh tidak sering dilakukan sebab Tuhan berkata pada bani Israel bahwa mereka dilarang menyebut nama Tuhan dengan sia², karena Tuhan akan menuntut pertanggungan jawab bagi yang melakukannya.” Ketika Musa bertanya apakah nama Tuhan, Dia menjawab di Keluaran 3:14 sebagai berikut: "AKU ADALAH AKU." Dan Dia berkata, Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Yesus menyebut dirinya sebegai AKU (ego eimi) di Perjanjian Baru secara berulang kali. Terdapat dua puluh empat kali Dia menyebut diriNya sebagai AKU di kitab Yohanes. Pernyataan AKU di sini menunjukkan kualitas yang sama seperti Tuhannya Abraham yang dijabarkan di Keluaran 3:14, dimana Yahweh Tuhan menyatakan namaNya sebagai "AKU ADALAH AKU." Yesus bahkan mengatakan bahwa Dia sudah ada sebelum Abraham ada, seperti yang tertera di Yohanes 8:58 sebagai berikut: Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Dengan begitu, Yesus adalah Tuhan, sang Yahweh di Perjanjian Lama.“Tuhan (Elohim [yihl\a], Eloah [H/l\a], El [lea]). Subyek dari kalimat pertama Alkitab adalah Tuhan (Kejadian 1:1), Elohim [yihl\a], El [lea], dan Eloah [H/l\a], berasal dari akar yang serupa. El [lea] (Tuhan) adalah sebutan umum Semit bagi ilahi. Dilihat dari penggunaan Kanaanit di Ras Shamr/Ugarit, kata ini menunjukkan tuhan yang tertinggi yang berperan sebagai figur ayah ilahi. Kata ini berarti tuhan pada pengertian yang paling luas. Etimologi kata el berarti ‘berkuasa’ sama seperti ‘Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu” (Kejadian 31:29, Nehemia 5:5). Di dalam kitab Ayub dan Mazmur terdapat kata El [lea] sebanyak 238 kali. El [lea] berhubungan dengan kualitas kejujuran (tidak berdusta) (Bilangan 23:19; Ulangan 32:4), cemburu (Ulangan 5:9), dan belas kasihan (Nehemia 9:31; Mazmur 86:15), tapi pengertian akar kata ‘perkasa’ tetap ada.”
Kata Eloah [H/l\a] muncul 60 kali, dan terbanyak di kitab Ayub, etimologi kata ini berarti “kekuasaan.” Istilah ini merupakan istilah umum akan “tuhan,” dan meskipun pada umumnya berhubungan dengan Tuhan yang sejati, kata ini juga bisa dipakai untuk tuhan apa saja.
Elohim [yihl\a] (God = Tuhan), adalah bentuk majemuk dari Eloah [H/l\a], muncul lebih dari 2.250 kali, kadang² dengan tambahan keterangan seperti “Tuhannya Abraham/Israel,” tapi seringkali berdiri sendiri. Selain kata Lord (Yahweh), Elohim [yihl\a] adalah julukan paling utama untuk Tuhan. Elohim [yihl\a] bersifat umum, (sama seperti El [lea] dan Eloah [H/l\a] dan berhubungan dengan “ilah” tapi dimengerti sebagai nama asli dari Tuhan yang sejati. Ketiga nama ini dikenal dalam Septuaginta sebagai theos (“God” = “Tuhan”), yang merupakan istilah yang sama yang digunakan Perjanjian Baru bagi Tuhan. Elohim [yihl\a] menyarikan apa yang dimaksud sebagai “tuhan” atau ilahi.
Bentuk majemuk (meskipun dipakai bersama kata kerja dalam bentuk tunggal) biasanya adalah pengertian majemuk dalam makna keagungan atau kekuatan, dalam keilahian atau kekuatan yang maha dahsyat. Bentuk majemuk inilah yang dipakai dalam doktrin Trinitas. Dari kalimat pertama Alkitab tampak sifat kekuatan Tuhan ketika Tuhan (Elohim [yihl\a]) berfirman untuk menciptakan bumi (Kejadian 1:3,6,9). Perbuatannya menunjukkan kekuasaannya, memampukan wanita² mandul seperti Sarah dan Rebeka untuk mengandung (Kejadian 18:10,14; 25:1), membawa keluar umat Israel yang tertindas dari Mesir (Keluaran 20:2), dan dengan kekuatannya, membangkitkan Yesus dari kematian (Roma 1:1-4). “Umat yang percaya, tulis Petrus, yang dipelihara dalam kekuatan Tuhan” (1 Petrus 1:5). Dalam nama Elohim [yihl\a] terdapat kepenuhan kekuasaan ilahi.
Kita lihat bahwa Allah tidak punya kualitas yang sama seperti Tuhan dalam Alkitab. Jika Allah adalah Tuhan yang sama seperti yang di Alkitab, maka dia seharusnya punya kualitas yang sama pula dengan Tuhan Alkitab dan juga menyampaikan pesan yang sama seperti yang dikatakan berbagai nabi Alkitab. Tapi baik pesan maupun kualitas Allah tidak cocok dengan Elohim dan Yahweh. Malahan nama² pribadi Tuhan yakni “Elohim” dan “Yahweh” tidak disebut sama sekali dalam Qur’an. Bagaimana bisa Tuhan lupa pada nama pribadiNya sendiri?
Sifat² Allah dan Elohim
Setiap orang atau benda dikenal dengan sifat²nya yang unik, yang hanya dimiliki dirinya atau benda itu. Mari kita lihat sifat² Allah dan Elohim dan membandingkan keduanya untuk melihat apakah mereka berdua sama atau tidak. Aku akan bahas Qur’an terlebih dahulu dan membandingkannya dengan Alkitab sehingga kita bisa mengerti kedua kitab ini dengan baik.
Tauhid – Ketunggalan Allah
Qur’an, Sura Al-Baqarah (Sapi Betina) (2), ayat 133:
Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
Muslim ahli Islam yakni Abu Ameenah Bilal Philips dalam bukunya yang berjudul The Fundamentals of Tawheed (Islamic Monotheism) menyatakan:
Jadi makna Tauhid sendiri malah menyangkal “Ketunggalan Allah.” Allah ternyata bukan “Tunggal” atau “Satu” seperti yang diklaim Muslim, tapi dia adalah “Digabungkan” (dijadikan satu). Alkitab memberitahu kita dari kitab Kejadian sampai Wahyu bahwa Tuhan itu SATU bukan berbagai tuhan yang dijadikan SATU. Tuhan adalah Tuhan dan Dia adalah Satu – Echad.Secara harafiah Tauhid itu berarti “penggabungan” (membuat jadi satu) atau “menyatakan ketunggalan” dan kata ini berasal dari kata kerja Arab “wahhada” yang berarti untuk menyatukan, menggabungkan atau mengukuhkan. Akan tetapi, jika istilah Tauhid ini diterapkan pada Allah (yakni Tauhidullah2), maka ini berarti mengakui dan mempertahankan persatuan Allah dalam seluruh perbuatan manusia, yang secara langsung atau tak langsung berhubungan denganNya. Ini adalah keyakinan bahwa Allah adalah Satu, tanpa sekutu dalam kekuasaanNya dan perbuatanNya (Rububiyah), Satu tanpa perbandingan dalam keberadaan dan sifatNya (Asmaa wa Sifat), dan Satu tanpa saingan dalam keilahian dan ibadah (uluhiyah/ibadah). Ketiga aspek ini membentuk dasar kategori di mana pengetahuan Tauhid secara tradisional terbagi. Ketiganya tumpang tindih dan tak terpisahkan sehingga orang yang mengabaikan satu aspek saja berarti gagal memenuhi persyaratan Tauhid. Penghilangan salah satu aspek Tauhid di atas disebut sebagai syirik (harafiah: membagi); yang berarti menyekutukan Allah, dan dalam Islam ini berarti penyembahan berhala.”
Tiga kategori Tauhid secara umum dihubungkan dengan gelar² berikut:
1. Tauhid ar-Rububiyah (artinya: Mempertahankan Persatuan Ketuhanan)
2. Tauhid al-Asma was Sifat (artinya: Mempertahankan Persatuan Nama² dan Sifat² Allah)
3. Tauhid al-Ibadah (artinya: Mempertahankan Persatuan dalam Ibadah Allah)
Ahli Islam itu mengatakan pada kita bahwa, “Tauhid berarti mempertahankan persatuan Allah dalam seluruh perbuatan manusia, yang secara langsung atau tak langsung berhubungan denganNya.” Jika Allah itu SATU atau TUNGGAL, maka mengapa orang harus mempertahankan persatuan Allah? Mengapa orangharus mempertahankan persatuan keilahian Allah jika dia dari dulunya memang sudah “SATU”? Mengapa orang harus mempertahankan persatuan ibadah Allah? Bukankah itu malah jadi Syirik (mempersekutukan atau menghubungkah hal lain dengan Allah) menurut Qur’an? Mari baca:
Qur’an, Sura An Nisa (4), ayat 48:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Definisi Tauhid ternyata menimbulkan berbagai pertanyaan. Di satu pihak, Qur’an mengatakan bahwa Allah itu SATU, tapi di lain pihak, definisi Tauhid maah menyangkal “Ketunggalan Allah.”
Echad – Satu Tuhan yang Bersifat Tritunggal
Sekitar satu setengah tahun yang lalu, aku menemukan beberapa forum Islam di Internet. Sungguh tak kuduga bahwa Qur’an/Allah menunjuk kami umat Kristen sebagai kaum pagan dan mengartikan pengertian Trinitas kami sebagai mempersekutukan berbagai tuhan dengan Tuhan. Muslim menuduh umat Kristen menyembah tiga tuhan. Sebagian berkata, “Memangnya Tuhan punya tiga bagian, ya?” Sungguh menjengkelkan menghadapi tuduhan bahwa umat Kristen menyembah tiga tuhan. Tak lama setelah itu, aku menemukan dalam Qur’an bahwa Allah berulang kali berkata bahwa mempersekutukan diriNya merupakan dosa terbesar. Hal ini tertera di Qur’an, Sura An-Nisaa (4), ayat 48:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
.... udah ah, cape deee... Salut sama para penerjemah di sini yang sanggup marathon menerjemahkan berbulan-bulan. Ane gak kuwat nih...