Page 2 of 6

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Wed Dec 15, 2010 5:36 pm
by DHS
Adadeh wrote: Nabinya b0doh, maka ajarannya pun bod0h pula. Mana ada orang cerdas cebok pake batu?
Pengikutnya juga b0doh karena membeo saja dan tidak bersikap kritis.

Ikut duduk tenang lipat tangan sambil menyimak kelanjutan ceritanya. O:)

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Wed Dec 15, 2010 9:59 pm
by I Want You
nabi **** , pengikut **** , hmm ... :-k tapi banyak lho pengikutnya yang punya gelar Prof. Dr. dr. SH , dll ... kayaknya mereka pinter2 deh , kok bisa ya ??
begitu hebatnya racun islam , sehingga bisa begitu ... :-k

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Thu Dec 16, 2010 2:52 pm
by Adadeh
Kes bin Saideh, seorang pendongeng Arab yang sering dikunjungi Muhammad sebelum dia mengaku sebagai Nabi, mengatakan bahwa Alexander hidup selama 2000 tahun. [34] Karena orang² Arab menggunakan diameter bumi begitu besar, maka orang harus menempuh perjalanan 500 tahun untuk mencapai ujung bumi; hanya Alexander saja, yang hidup 2000 tahun yang lalu, yang bisa mencapai ujung² bumi barat dan timur. Seperti yang tertera dalam Qur’an, Muhammad juga mengatakan bahwa Alexander melihat matahari terbit dari kolam lumpur. Muhammad juga mengaku mengendarai Bouraq, yakni unta bersayap, dan pergi ke timur, ke tempat matahari terbut. Di sana dia mengaku melihat Gog dan Magog dipenjara di bendungan metal. Dia juga mengaku mendengar suara matahari terbit dari kolam air di timur, dan ketika terbenam di kolam lumpur di barat. [35] Di jaman Muhammad, orang² Arab memang percaya bahwa matahari menimbulkan suara ketika tenggelam dalam kolam lumpur. [36]
[34] Halabieh I, hal. 321
[35] Tarikh al-Tabari, I, hal. 48 and 49
[36] Halabieh 2:104


Muhammad yakin bahwa tak seorang pun akan membantahnya atau tak percaya pada penjelasannya tentang matahari, atau tentang Gog dan Magog, karena dia mengira tak seorang pun punya cukup umur untuk mencapai ujung bumi yang sangat jauh. Tapi hanya orang² yang percaya buta saja yang bisa menerima dongeng² Muhammad di jaman modern. Qur’an mengatakan bendungan metal tetap ada sampai akhir jaman. Jika benar demikian, semua orang tentunya bisa melihat bendungan tersebut. Mengapa Muslim tidak pergi ke ujung Timur untuk memeriksa sendiri kebenaran kisah ini?

Dalam Q 18:96-99, Muhammad berkata bahwa Zulkarnain membangun sebuah dinding besi diantara dua gunung:
berilah aku potongan-potongan besi" Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu".

Muhammad berkata bahwa dinding besi itu masih ada sampai saat ini dan Allâh akan menghancurkannya di Hari Kiamat.
Q 18:98,99
Zulkarnain berkata: "Ini (dinding besi) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar".
Kami biarkan mereka di hari itu (Hari Kiamat) bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.


Tapi di manakah dinding besi tersebut saat ini? Sejarah umat manusia tidak pernah menerangkan adanya dinding besi besar diantara dua gunung apapun di dunia.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah peperangan Alexander Agung. Banyak dari pembantu Alexander yang menjadi saksi peperangan dan mereka menulis dengan penuh detail peperangan tersebut. Salah satu saksi mata adalah Callisthenes, yang menulis sekitar tahun 330 SM. Yang lain adalah: Oneskritus, ketua sais; Nearkhus, komandan angkatan laut; dan Khares, bendara bagi Alexander. Nearkhus menulis beberapa tahun setelah kematian Alexander. Semua penulis ini adalah saksi mata. Ptolemius, salah seorang dari empat jendral utama Alexander, dan yang mendirikan dinasti Ptolemius di Mesir, juga menulis tentang peperangan Alexander. Sejarawan lain yang menulis tentang kehidupan dan kegiatan militer Alexander adalah Aristobulus, dan dia adalah insinyur bagi Alexander. Dia pun adalah saksi mata apa yang ditulisnya. Banyak penulis kuno bergantung pada informasi para saksi mata ini yang menulis secara rinci peperangan Alexander Agung di Asia. Tiada seorang pun dari mereka yang menceritakan tentang bendungan metal. Jika memang benar Alexander membangun bendungan itu, maka tentunya mereka menulis akan hal itu.
Meskipun dongeng² Zoroastria begitu tak masuk akal, tetapi Muhammad membuatnya lebih ngawur lagi. Bahkan anak kecil sekalipun akan bertanya-tanya bagaimana mungkin suatu masyarakat bisa dipenjara dengan bendungan diantara dua gunung. Mengapa Gog dan Magog tidak membuat lubang pada bendungan tersebut? Mengapa tidak memanjat saja tembok bendungan? Mengapa tidak memanjat gunung saja, dan lari ke berbagai arah agar bebas dari penjara?


Legenda Tujuh Penidur dari Efesus

Muhammad memasukkan legenda Syria “Tujuh Penidur dari Efesus” ke dalam Qur’an-nya. Legenda ini mengisahkan tujuh orang Kristen yang tidur dalam gua selama 150-200 tahun. Hal ini terjadi di tahun 250 M, di jaman Decius, kaisar Romawi yang suka menindas umat Kristen. Decius, menurut legenda, datang ke Efesus dan menindas umat Kristen. Dia bertemu dengan tujuh pemuda Kristen nan alim dan mengadili mereka di pengadilan. Dia lalu memberi mereka waktu untuk meninggalkan iman Kristen mereka, tapi mereka lalu menyerahkan semua harta mereka pada orang² miskin, kecuali beberapa keping logam yang dibawa mereka. Mereka tidak meninggalkan iman mereka. Mereka bersembunyi di sebuah gua di Gunung Anchilos untuk bersiap mati di sana. Ketika Decisu kembali ke Efesus, dia mencari ketujuh orang itu, dan para prajuritnya mendapatkan mereka tertidur dalam sebuah gua. Decius memerintahkan para prajuritnya menutup pintu gua dengan batu² besar agar mereka terkurung dalam gua sampai mati.

Pada waktu Kaisar kristen berkuasa – antara Theodosius Agung (379-395 M) atau Theodosius Muda (408-450 M) – terdengar berita tentang kebangkitan kemblai yang banyak disangkal orang. Ketika pemilik tanah membuka pintu gua untuk menggunakannya sebagai kandang ternak, para pemuda Kristen itu bangun dari tidurnya dan mengira bahwa mereka hanya tidur semalam saja. Maka seseorang dari ketujuh pemuda itu disuruh membeli makanan. Orang ini membawa keping uang logam bergambar Decius yang disimpannya saat mereka dikurung dalam gua. Dia kaget melihat banyak lambang salib di berbagai gereja dan nama Yesus disebut dengan bebas oleh masyarakat. Orang² juga takjub melihat pemuda ini memiliki uang logam Decius. Mereka mengira dia menemukan harta karun di gua. Pemuda Kristen ini menceritakan bagaimana dia dan kawan²nya tertidur dalam gua. Kaisar Theodosius pergi ke gua itu untuk menemui ketujuh pemuda, dan melihat pengalaman ini sebagai tanda bahwa tubuh manusia memang bisa dibangkitkan kembali. Ketika ketujuh pemudai itu akhirnya wafat, sang Kaisar membangun kuburan bersalut emas bagi mereka, tapi para pemuda ini muncul dalam mimpi sang Kaisar dan memintanya untuk mengubur mereka di gua biasa saja.

Kisah ini mengandung unsur dongeng pagan sebelum jaman Kristen. Filsuf Yunani Aristoteles menyampaikan kisah yang serupa tentang para penidur dari kota Sardis. [37] kota yang terletak di daerah sama dengan kota Efesus di Asia Minor atau Turki di jaman sekarang. Kerena Aristoteles hidup di tahun 384 – 322 SM, maka versi Syria bergantung pada versi pagan kuno tapi mengganti Sardis dengan Efesus. Koch, seorang sejarawan, menunjukkan bahwa ada beberapa versi pagan dari kisah ini, termasuk versi India, Yahudi, dan China. [38] Di jaman sekarang, kisah ini dianggap dongeng pagan, yang sudah lama dikenal sebelum jaman Kristen.
[37] (Phys., IV, xi); dikutip oleh the Adrian Fortescue, The Catholic Encyclopedia, Volume V
[38] Koch, Die Siebenschlafereigende, ihr Ursprung u. ihre Verbreitung (Leipzig, 1883), hal. 24-40, Dikutip oleh Adrian Fortescue, The Catholic Encyclopedia, Volume V


Legenda ini diubah jadi bernafas Kristen oleh orang² Kristen Syria, kemungkinan besar diterjemahkan oleh mereka dari masyarakat pagan Yunani karena orang² Syria terkenal suka menerjemahkan buku² filsuf Yunani, seperti buku² Aristoteles. Kisah ini juga disebut dalam berbagai literatur Syria sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa² lain, dan ini membuktikan bahwa kisah ini diterjemahkan dari literatur Yunani. Kisah ini juga muncul di buku Homily karangan Yakub dari Saruq atau Sarugh. Dia adalah pendeta Nonfisit, penyair dan penulis Syria yang hidup di kota Syria bernama Edessa, di bagian utara Iraq. Dia belajar di sekolah Syria bernama Raha. Di tahun 519 M, dia menjadi uskup di Batnan dan wafat di tahun 521 M. Dia dikenal masyarakat Arab sebagai Yakub al-Saruji, dan dia punya hubungan dengan umat Kristen kota Najran yang terletak diantara Yemen dan Mekah. Dari abad 3 M sampai jaman Muhammad, Najran merupakan tempat tinggal banyak umat Kristen. Yakub dari Sarugh pernah menulis surat pada umat Kristen di Najran. [39] Meluasnya legenda² Syria di Najran, dan lalu Mekah, kemungkinan adalah karena literatur Syria yang ditulis Yakub dari Sarugh dan versinya tentang dongeng Tujuh Penidur dari Efesus.
[39] Wright, A Short History of Syriac Literature (London, 1894); Duval, La Literature Syriaque, 3rd ed. (Paris, 1907), hal. 351-854; Assemani, Bibliotheca Orieritalis, I, c. XXVII; H. Hyvernat, penjelasan ditulis oleh Joseph P. Thomas, The Catholic Encyclopedia, Volume VIII


Legenda Tujuh Penidur Terus Berkembang

Kisah Tujuh Penidur itu hanya dikenal di kalangan Syria saja sampai kisah ini diterjemahkan ke bahasa Latin di awal abad ke 6 M oleh Gregory dari Tours, dan setelah itu menjadi legenda masyarakat. Legenda ini juga tercantum dalam bab 95 dari buku Gregory yang berjudul De Gloria Martyrum, yang berarti The Glory of the Martyrs (Keagungan Para Martirdom). Gergary mengatakan bahwa dia mendengar legenda ini dari “orang Syria.” Gregory mencatat kisah ini sebagai legenda, karena telah dikenal lama di kalangan masyarakat pagan, sebelum jaman Kristen.

Sebelum Gregory menerjemahkan kisah itu ke dalam bahasa Latin dan membuatnya terkenal, kisah ini tidak pernah disebut di dalam literatur Efesia, meskipun menurut orang² Syria kota Efesus adalah kota di mana kisah ini terjadi. Ini merupakan kriteria penting untuk mengetahui sejarah asal kisah. Setelah kisah ini terkenal gara² terjemahan Gregory, sebuah gereja dibangun di atas kuburan di kota Efesus, dan kuburan ini disebut sebagai kuburan Ketujuh Penidur dari Efesus. Tiada keterangan sejarah apapun dalam literatur Efesia yang mendukung fakta legenda ini. Di lain pihak, jika kita hanya punya sedikit sejarah hidup Yesus dari Palestina, tanah di mana Yesus hidup dulu, maka kita punya alasan bahwa mungkin Yesus tidak pernah hidup. Tapi kebanyakan penulis Perjanjian Baru adalah murid² Yesus, orang² yang menemaninya, dan mempelajari pekerjaaan dan ajarannya. Kita juga punya bukti muzizat dan kematian Yesus dari Josephus Flavius, penulis Yahudi yang hidup di Yerusalem. Selain itu ada keterangan dari Talmud pula. Tapi tidak begitu dengan legenda Penidur dari Efesus, meskipun kota Efesus penuh dengan berbagai filsuf dan sejarawan selama abad 4 dan 5 M. Tiada satu pun laporan sejarah Efesus yang menyampaikan kisah para penidur ini. Catatan² Romawi akan Kaisar Theodosius Agung atau Theodosius Muda juga tidak menyebut sama sekali tentang Tujuh Penidur Efesus, padahal legenda itu menyebut mereka bertemu dengan sang Kaisar dan Kaisar lalu membangun kuburan bagi mereka.


Nadhr, Saudara Muhammad, Menguji Muhammad tentang Asal-Usul Dongengnya

Muhammad mencontek legenda Tujuh Penidur Efesus, meskipun tiada fakta sejarah apapun, dan dia menyelipkan legenda itu ke dalam Qur’an, Sura al-Kahf (Gua) (18). Beberapa tokoh Qurays berkumpul, termasuk Nadhr bin al-Harith. Mereka meminta saran pada Rabi Yahudi pertanyaan apakah yang harus diajukan kepada Muhammad untuk menguji pengetahuannya. Para Rabi Yahudi mengusulkan untuk mengajukan tiga pertanyaan pada Muhammad, yakni (1) kisah para penidur; (2) kisah pengelana agung; (3) keterangan tentang Roh. Nadhr memang sering mempertanyakan pengetahuan sejarah Muhammad. Hal ini ditulis Ibh Hisham sebagai berikut: [40]
[40] Ibn Hisham, I, hal. 240

Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di satu tempat untuk mengajak kaumnya ingat kepada Allah, mengingatkan mereka tentang hukuman Allah yang diterima orang-orang sebelum mereka, dan beliau beranjak dari tempat tersebut, maka An-Nadhr bin Al-Harits duduk di tempat yang sama, kemudian berkata, 'Demi Allah, wahai orang-orang Quraisy, ucapanku lebih bagus daripada Muhammad. Kisahnya hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu. Dia menulisnya sebagaimana aku menulisnya.'
[41] Ibn Hisham, I, hal. 282

Nadhr dapat mengatakan hal ini karena dia mempelajari sejarah dan mithology di kota Hira, yang dipimpin oleh orang² Lakhmids, suku Arab yang mengikuti budaya Persia. [42]
[42] Ibn Hisham, I, hal. 239 dan 282

Nadhr menanyakan pada Muhammad tentang legenda Penidur Efesus. Orang Yahudi dan para terpelajar di Mekah tahu bahwa kisah itu hanyalah dongeng yang jadi populer gara² terjemahan Gregory. Para tokoh Quraysh sudah memperkirakan bahwa Muhammad akan memasukkan dongeng itu ke dalam Qur’an, dan menyatakannya sebagai fakta sejarah. Nadhr dan teman²nya juga mempertanyakan pengetahuan sejarah Muhammad berkenaan dengan Alexander Agung yang disebut sebagai Zulkarnaen (“orang bertanduk dua”). Hal ini sebenarnya merupakan pengetahuan umum yang diketahui orang awam di jaman Muhammad. Pendidikan Byzantium Yunani tersebar luas di Timur Tengah, terutama Mekah, di mana penduduknya adalah para pedagang yang senantiasa berhubungan dengan Kekaisaran Byzantium di Syria dan Palestina.

Para tokoh Quraysh sengaja memilih figur sejarah terkenal seperti Alexander untuk mengungkapkan bahwa Muhammad tidak memiliki pengetahuan umum sejarah. Jawaban² Muhammad menunjukkan bahwa dia mengambil keterangan dari dongeng² masa lalu. Dengan demikian memang tepat pendapat para terpelajar Mekah dan Rabi Yahudi akan diri Muhammad.

Umat Muslim sebaiknya menelaah dengan cermat Muhammad dan fakta sejarah, dan tidak terbelenggu dengan ikatan iman yang membutakan nalar mereka. Ujian yang diterapkan Nadhr dan tokoh² Mekah menunjukkan bahwa Muhammad memang suka mengumpulkan dongeng² dari berbagai sumber primitif untuk menunjukkan seakan-akan dia itu penuh pengetahuan, karena katanya dongeng² itu dikirim oleh Allah.

Qur’an Tak Mengandung Pengertian Rohani. Muhammad Terbukti Tidak Mampu Menjawab Pertanyaan Rohani yang Paling Sederhana.

Pertanyaan ketiga pada Muhammad adalah, “Apakah roh itu?” Ini adalah pertanyaan sederhana yang bisa dijawab setiap orang Yahudi atau Kristen dengan mengutip keterangan Alkitab. Tuhan menciptakan manusia dengan tubuh, jiwa, dan roh. Roh adalah wujud manusia yang berhubungan dengan Tuhan dan membuat manusia mampu mengenal Tuhan.

Para Rabi Yahudi mengajukan pertanyaan ketiga ketika mereka mengetahui bahwa ayat² dalam Qur’an yang dikarang Muhammad tidak mengandung keterangan tentang Roh, dan hanya fokus pada hal² duniawi saja. Contohnya, Muhammad mengatakan bahwa dia memiliki hak khusus untuk boleh menikahi setiap wanita, termasuk Muslimah² yang menawarkan diri padanya. Hal ini tercantum dalam Qur’an, Sura al-Ahzab (33), ayat 50:

Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kata Arab yang dipakai untuk “kawin” dalam ayat ini adalah “Nakaha” yang berasal dari kata “Nikah” (ngesex). Aisyah, istri Nabi yang termuda, menerangkan bahwa salah satu penerapan nikah adalah wanita menawarkan diri pada lelaki untuk batas waktu tertentu, misalnya beberapa bulan, untuk tujuan bersuka-ria ngesex saja. [43] Kita dapat melihat bahwa dari ayat ini Muhammad memiliki hak khusus. Sebagai akibatnya, banyak wanita yang meninggalkan suaminya dan menawarkan diri mereka kepada Muhammad.
[43] Sahih al-Bukhari, 6, page 132; Halabieh 1, hal. 69

Sebagian besar Qur’an berkisar pada peperangan Muhammad dan bagaimana umatnya harus menuruti panggilannya untuk melakukan Jihad. Dia menetapkan seperlima bagian dari jarahan perang adalah baginya.
Dalam menanggapi pertanyaan ketiga tentang Roh, Muhammad berjanji akan menjawab keesokan harinya. Akan tetapi dia tidak memberikan jawaban selama dua minggu. Sudah jelas bahwa dia berusaha mencari bantuan selama itu. Setelah itu dia menjawab seperti yang tercantum dalam Qur’an, Sura Isra’ (17), ayat 85: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". Muhammad enggan berdiskusi akan perihal Roh karena dia memang tidak tahu apapun tentang hal itu.


Muhammad Salah Mendengar Keterangan tentang Tujuh Penidur Efesus

Ketika menghadapi pertanyaan tentang para penidur yang tertidur selama berabad-abad, Muhammad rupanya mengunjungi teman² Kristen Bizantiumnya, termasuk diantaranya adalah Jabir. Kita baca di Sira dari Ibn Hisham tentang hal ini:
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam seringkali duduk di Marwa, tepatnya di tempat dagang anak muda Kristen yang bernama Jabir. Ia budak milik Ibnu Al-Hadhrami. Orang-orang Quraisy berkata, 'Demi Allah, Muhammad tidak diajari banyak hal yang ia bawa kecuali oleh Jabr, budak milik Ibnu Al-Hadhrami.' [44]
[44] Ibn Hisham 2, hal. 26

Pernyataan orang² itu bukannya tak beralasan. Mengapa Muhammad duduk dengan budak miskin itu sepanjang hari, padahal dia benci budak²? Dia mengatakan bahwa seorang budak tidak bisa bersaksi di pengadilan kecuali dia dipukuli. [45] Jika seorang umatnya ingin memerdekakan seorang budak, Muhammad melarang dan menganjurkan umatnya untuk menjual budak itu dan bukannya memerdekakan. [46] Tapi sekarang ada seorang budak Kristen yang tak pernah jadi Muslim, dan Muhammad meluangkan waktu untuk menjenguknya setiap hari. Muhammad-lah yang mendatangi Jabir dan bukan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa Jabir merupakan sumber keterangan yang penting bagi Muhammad tentang Alkitab, doktrin Kristen, dan dongeng² Kristen di jaman Byzantium. Hadis juga mengatakan bahwa Jabir mengumpulkan buku². Hadis² mengatakan bahwa al-Hadhrami punya dua budak, Jabir dan Yaser, dan ketika mereka membaca Alkitab, Muhammad mendatangi mereka dan mendengarkan apa yang mereka baca.
[45] Sahih al-Bukhari, 3, hal. 150
[46] Sahih al-Bukhari, 3, hal. 86; 3, hal. 135


Muhammad juga berhubungan dengan budak Kristen Byzantium bernama Balaam, atau nama lainnya adalah Yaish atau Adaas. [47] Balaam adalah budak milik Huitab bin Abd al-Uzai. Masyarakat Mekah seringkali melihat Muhammad menemui Balaam, dan mereka mengatakan Balaam mengajari Muhammad. [48] Tampaknya Jabir dan Balaam adalah orang² yang gemar takhayul, tidak seperti orang Kristen berpendidikan di jaman mereka yang mengetahui perbedaan antara legenda dan fakta sejarah.
[47] Tafsir al-Tabari, 18, page 137
[48] al-Allusi, Ruh' al-Maani, 14: 233; Tafsir al-Tabari 14:119



Versi Qur’an tentang Tujuh Penidur menunjukkan bahwa Muhammad tidak mengerti makna legenda itu.
Di Qur’an, Surah al-Kahf (18) atau Gua, kita temukan jawaban Muhammad tentang para penidur. Meskipun dia menampilkan dongeng sebagai kisah nyata, tapi variasi kisahnya menunjukkan bahwa dia tidak tahu akan kisah aslinya. Di ayat ke 17 Muhammad mengatakan:
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.

Ayat ini mengatakan sinar matahari menghindar masuk ke dalam gua. Hal ini bertentangan dengan legenda aslinya yang mengatakan mulut gua ditutup dengan tumpukan batu sehingga sinar matahari tidak bisa masuk gua.

Di ayat 18 kita baca variasi lain:
… sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.

Qur’an mengatakan si anjing menjaga para penidur selama ratusan tahun. Menurut Muhammad, setiap orang yang datang mendekati gua akan lari ketakutan karena anjing penjaga di muka pintu gua.

Selanjutnya Muhammad mencantumkan bagian asli legenda yang mengatakan para pemuda ini bangun dari tidurnya, mengirim salah seorang dengan uang untuk membeli makanan, dan mengira mereka hanya tidur sehari saja. Qur’an mengatakan bahwa orang² tahu tentang kisah tujuh penidur, tapi tidak suka pada mereka dan ingin mendirikan bangunan di atas gua agar para pemuda itu tersekap dalam gua. Muhammad mengira para pemuda bangun saat masyarakat masih membenci mereka, tapi legenda aslinya tidak begitu. Muhammad tidak mengerti pesan Kristiani dari legenda ini, yang menunjukkan bahwa ketujuh pemuda itu dilindungi meskipun Kaisar Romawi menindas umat Kristen, dan mereka dibangunkan kala kekaisaran Romawi sudah menerima agama Kristen. Berdasarkan legenda aslinya, para penidur dianggap sebagai orang² suci.

Ketika Gereja Bizantium membangun kuburan di kota Efesus, mereka ingin menggunakan legenda ini untuk meyakinkan para atheis tentang kebangkitan kembali, dan mencari untung dengan cara membuat tempat itu jadi tempat suci. Karena itulah mereka membangun gereja di atas kuburan. Tapi Muhammad mengira gereja dibangun oleh orang² yang ingin menyekap para penidur di dalam gua.

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Fri Dec 17, 2010 2:03 pm
by I Want You
wkwkwkwkwkwk , makin di baca , makin ketahuan kebodohan muhammad saw ! :green: :lol: :rofl: :rolling:

jaman sekarang orang akan makin malu kalau punya panutan atau idolanya buta huruf , karena jelas2 orang buta huruf pengetahuannya terbatas .
hanya muslim yang bangga , akan panutannya buta huruf . :rolling: :green: :lol:

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Sat Dec 25, 2010 1:55 am
by Adadeh
Muhammad tahu bahwa pengetahuannya tentang legenda para penidur tidak setaraf dengan pengetahuan mereka yang mengujinya, maka dia mengajukan sanggahan bahwa Allah melarangnya untuk membicarakan legenda ini. Muhammad tidak mampu menyebut dengan pasti jumlah para penidur dalam legenda Efesus. Terdapat dua versi dari cerita aslinya. Yang pertama mengatakan tujuh pemuda, dan yang satu lagi menyebut delapan. Tapi rupanya para teman Muhammad menyebut jumlah yang berbeda-beda sehingga dia tidak berani mengajukan angka yang pasti karena takut diejek oleh para pengujinya. Karena itulah dia menyebut hanya Allah saja yang tahu jumlah tepatnya. Selain itu, dia pun mengatakan bahwa Allah melarangnya membicarakan jumlah para pemuda tersebut. Lihat nih ayat 22:
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda² itu) kepada seorang pun di antara mereka.

Sekarang perhatikan: jika hanya beberapa orang saja yang tahu persisnya jumlah para penidur, seperti yang dikatakan ayat itu, mengapa Muhammad tidak termasuk diantara mereka? Jika dia kontak dengan tuhan yang katanya Maha Tahu, mengapa tuhan tidak memberitahu Muhammad berapa tepatnya jumlah para pemuda tersebut? Sudah jelas bahwa Muhammad tidak berani menyatakan jumlah yang pasti karena takut diejek, dan dia menutup kesalahannya dengan mengatakan Allah melarangnya membicarakan hal itu.

Muhammad mengarang bahwa para penidur bangun setelah lebih dari 300 tahun setelah para pengarang yang menambahkan nafas Kristen pada legenda itu mati.

Dalam Sura yang sama (18), ayat 25 tertulis:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).

Berdasarkan keterangan itu, para penidur bangun di sekitar tahun 559M, setelah para penulis Syria menerjemahkan legenda itu ke dalam bahasa Yunani telah wafat semua. Bahkan Yakub dari Sarugh juga telah mati di tahun 521 M. Muhammad merasa bebas untuk menentukan tahun² ini, karena mengira tiada seorang pun yang bisa membantahnya. Lalu dia membela lamanya para pemuda itu tertidur dengan mengatakan ayat ke 26:
Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".

Dengan demikian, dia menyatakan 309 tahun tertidur sebagai hal yang tak bisa dibantah lagi, karena Allah sendiri yang mengatakannya. Tapi bagaimana mungkin pernyataan Muhammad ini sesuai dengan fakta? Pertama-tama, seluruh kisah itu hanyalah dongeng belaka. Kedua, legenda Kristen itu telah lama dikenal dalam literatur Syria lebih dari seabad sebelum tanggal yang ditetapkan Muhammad.

Dengan semua kesalahan sejarahnya yang mencengangkan ini, Muhammad sudah tentu bukanlah sumber sejarah kuno yang bisa dipercaya. Kita pun tak bisa mempercayai para penulis Islam setelah Muhammad yang suka mengarang-ngarang cerita tanpa dukungan bukti ilmiah apapun.
Kesimpulan yang kuajukan tentang kesalahan² sejarah dalam Qur’an membenarkan dugaan bahwa Muhammad memang tak berpendidikan tentang fakta sejarah. Muslim tidak bisa menggantungkan nasibnya pada Muhammad untuk mendapatkan kebenaran. Apa yang Muhammad katakan tentang tokoh² sejarah dan negara² ternyata salah, sehingga keterangannya tidak bisa dipakai untuk mendukung laporan sejarah ilmiah. Dengan begitu, bagaimana kita bisa percaya keterangannya bahwa Mekah itu adalah kota kuno? Atau bahwa kuil Ka’bah dibangun oleh Abraham dan Ishmael yang saat itu katanya hidup di Mekah?

Kita telah tahu bahwa tak ada laporan sejarah manapun yang membenarkan pernyataan Muhammad tentang Mekah, Abraham dan Ishmael. Sebaliknya, fakta sejarah menunjukkan hal yang bertentangan dengan pernyataan Muhammad. Jika kita tidak bisa mempercayai perkataan Muhammad tentang hal² tersebut, bagaimana mungkin kita bisa mempercayainya akan hal lain?

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Sat Dec 25, 2010 1:57 am
by Adadeh
2. MEREKA YANG MENULIS ULANG SEJARAH BAGI MUSLIM

Muhammad mengatakan di Sura al-Baqarah (2; Sura Sapi), ayat 127, bahwa Abraham dan Ishmael membangun kuil. Keterangan ini didukung oleh hadis atau “tradisi Islam.” Tapi hadis² lahir puluhan tahun setelah Muhammad mati. Para penulis hadis tidak pernah menulis catatan apapun yang lebih awal daripada jaman Muhammad, dan mereka juga tak pernah mengutip dokumen apapun sebelum jaman Islam yang mendukung pernyataan mereka. Mereka sebenarnya hanyalah mengarang cerita saja, sama persis seperti orang mengarang dongeng. Lebih parah lagi, penulis² selanjutnya malahan bergantung pada hadis² tersebut, dan menganggap tulisan itu benar. Ini membuktikan bahwa penulis² hadis generasi berikut yang bergantung pada penulis pertama (yang mengarang dongeng²) tidak pula menemukan keterangan sejarah apapun yang mendukung keterangan hadis, sehingga mereka mengutip dongeng² itu begitu saja, seakan-akan dongeng itu adalah laporan sejarah ilmiah, dan lalu mereka pun menambahkan kisah karangan mereka sendiri ke dalam dongeng² itu. Akhirnya yang terbentuk adalah hadis² yang rancu dan menyesatkan.


Para Pencipta Hadis Ternyata Juga Buta Sejarah Umum

Penulisan Qur’an tidak hanya mengandung kesalahan fakta sejarah saja, tapi juga melibatkan berbagai tipuan oleh para penulis pertama Hadis. Orang² berpendidikan tidak menganggap tulisan hadis sebagai tulisan yang bisa dipercayai, karena kisah²nya lahir pada generasi² di mana hadis² itu ditulis, dan tidak ada keterangan sejarah apapun yang membenarkannya. Jika orang menulis fiksi, sudah jelas bahwa orang ini tidak berhak menyelipkan tulisannya ke dalam laporan sejarah kejadian 3000 tahun yang lalu dan menyebutnya sebagai fakta. Tapi para pionir hadis menulis kisah² yang mereka karang di abad ke 7 dan 8 M, dan menyelipkan karangannya di jaman Abraham, sekitar 2.900 tahun sebelumnya.

bersambung...

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Sat Dec 25, 2010 9:13 am
by angky
Ikutan Menyimak. =D>

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Sat Dec 25, 2010 1:40 pm
by I Want You
numpang nandain ya ! makin ngk sabar bacanya. :green:

Ibn Ishak

Posted: Sat Dec 25, 2010 2:08 pm
by Adadeh
IBN ISHAK
Ibn Ishak and Pemutar-Balikkan Sejarah dan Ketidaktahuan akan Sejarah Umum

Ibn Ishak adalah orang pertama yang menyebutkan nama² suku yang hidup di Mekah dan mengarang sejarah Quraysh, suku Muhammad. Akan tetapi Ibn Ishak lahir di Medina sekitar tahun 725 M, 85 tahun setelah Muhammad hijrah ke Medina, dan wafat sekitar 150-153 tahun setelah hijrah.

Ibn Ishak, dan penulis lainnya yang bergantung pada tulisannya, berpikir bahwa ini adalah satu²ny jalan untuk membenarkan keterangan dalam Qur’an. Dengan tujuan untuk membantah catatan sejarah dan kejadian² di Alkitab, dia menulis ulang sejarah baru yang disesuaikan dengan narasi Qur’an. Dia mencoba memberitahu dunia bahwa tulisannya adalah benar, padahal isinya tak lain hanyalah fiksi belaka. Para ahli Islam di jamannya juga sudah tahu akan hal itu. Mereka tahu bahwa tulisan Ibn Ishak adalah dongeng sejarah saja, tanpa dukungan keterangan dari sejarawan dan geografer terdahulu. Para penulis Islam di jamannya menuduhnya mengarang kisah palsu, menipu, dan menciptakan silsilah keturunan yang ngawur. Dia pun terkenal sebagai pria yang mata keranjang, sehingga Kalifah Islam mengritiknya dan mencela sikapnya. [49]
[49] Komentar² tentang Ibn Hisham I, hal. L

Untuk menentukan kredibilitas suatu keterangan, kita harus menelaah asal-usul keterangan itu. Para Muslim di jaman modern mempercayakan nasib dan hidupnya pada keterangan² sejarah Islam kuno. Mereka seharusnya tidak bersikap begitu pada tulisan sejarah abad ke 7 dan 8M yang sarat dengan berbagai dongeng primitif yang dianggap sebagai fakta sejarah.


Tulisan² Ibn Ishak yang Tak Bisa Dipertanggungjawabkan dan Para Penulis Muslim Lain yang Mendukung Keterangannya Tentang Muhammad

Orang yang disebut-sebut sebagai pelopor penulis Hadis mengarang sejarah, memisahkan Muslim dari catatan sejarah yang sebenarnya, dan mencegah mereka untuk membaca Alkitab.

Seperti yang kusebut sebelumnya, Ibn Ishak dianggap sebagai penulis Sira utama tentang Muhammad dan Islam. Penulis Sira Halabiyah, yakni tentang riwayat hidup Muhammad, melaporkan bahwa Ibn Ishak mencatat sebagian hadis tanpa sumber narator apapun. Penulis Halabiyah mengatakan bahwa ahli Islam terkemuka seperti Ibn al-Madani dan Ibn Main, mengatakan bahwa keterangan Ibn Ishak tak dapat dipercaya, dan Malik bin Uns menuduhnya berbohong dan mengarang cerita saja. Malik berkata:

Ibn Ishak adalah salah seorang pendusta yang paling parah. Karenanya, kami mengusirnya dari Medina, kota tempat tinggal Ibn Ishak. [50]
[50] Halabiyah I, hal. 93

Ilmuwan Islam lainnya juga berkomentar tentang Ibn Ishak. Penulis komentar tentang Ibn Hisham menulis:

Kami menemukan sumber² hadis yang bisa dipercaya, seperti Malik bin Uns dan Hisham bin Urua bin al-Zubeir, semuanya menyingkirkan Ibn Ishak dari daftar pelapor hadis yang bisa dipercaya. Mereka tak pernah ragu menuduhnya berbohong, memalsu, menipu, mengutip dari narator yang tak bisa dipercaya, mengarang puisi yang lalu diselipkannya ke dalam bukunya, dan menciptakan berbagai silsilah keturunan yang salah. [51]
[51] Pendahuluan Ibn Hisham, hal. mim

Yang menarik adalah, beberapa para penuduh Ibn Ishak adalah pelapor utama hadis. Mereka mempertanyakan puisi² yang ditulis Ibn Ishak dan disisipkannya ke dalam buku sejarahnya. Dia menulis puisi² dengan bahasa Arab jamannya, tapi dia menyebut puisi² itu ditulis di abad 21 SM, di mana belum muncul bahasa Arab apapun. Bahasa Arab baru muncul di abad ke 10 SM. Bahasa Arab sebelum jaman Kristen sangatlah berbeda dengan bahasa Arab dalam Qur’an, yang merupakan bahasa yang digunakan suku Quraysh, suku asal Muhammad. Bahasa Arab ini berkembang setelah suku Quraysh datang dari Yemen ke Mekah beberapa abad di jaman awal Kristen.

Tuduhan lain terhadap Ibn Ishak adalah memalsu silsilah keturunan. Silsilah keturunan karangannya inilah yang menjadi pengetahuan resmi yang diikuti Muslim di jaman modern. Silsilah Ibn Ishak mengatakan bahwa Muhammad adalah keturunan Ishmael. Pernyataan ini sangat tak berdasar.
Para penulis komentar Sira mengutip tulisan² ahli Islam dahulu tentang Ibn Ishak. “Meki bin Ibrahim tidak menanggapi hadis yang dilaporkan Ibn Ishak. Yazid bin Harun melaporkan bahwa Ibn Ishak mengatakan pada masyarakat Medina tentang suatu suku, tapi mereka menentang keterangannya. Rupanya mereka lebih mengetahui tentang suku itu daripada Ibn Ishak, dan mereka bisa melihat kepalsuan keterangannya. Ibn Numeri berkata bahwa Ibn Ishak melaporkan hal yang salah tentang masyarakat yang tak dikenal.” [52] Ibn Numeir mengritik Ibn Ishak karena mengarang suku yang tidak pernah ada. Ibn Ishak menulis berbagai rincian tentang masyarakat Alkitab, padahal Alkitab sendiri tidak pernah menyatakan demikian. Contohnya, Ibn Ishak mengarang keterangan siapa menikah dengan siapa. Dia juga menciptakan nama² Arab bagi tokoh² Alkitab dengan menggunakan nama² orang di jamannya, dan memberi nama istri² Arab pada mereka, meskipun mereka tinggal di tanah Kanaan.
[52] Pendahuluan Ibn Hisham, hal. nun

Salah satu dusta Ibn Ishak yang paling serius adalah karangannya tentang berbagai kisah dan rincian keterangan untuk membenarkan berbagai keterangan ngawur Qur’an. Contohnya adalah tentang musibah banjir. Qur’an menyatakan Tuhan mengirim banjir ke Mesir sebagai salah satu hukuman bagi Firaun. Ibn Ishak mengatakan banjir menutupi seluruh Mesir, dan dia menulis dengan detail tentang hal itu, seakan-akan apa yang dikatakan Qur’an adalah benar. [53] Kita tahu bahwa keterangan Muhammad di Qur’an tentang banjir adalah adalah salah berdasarkan catatan sejarah. Mesir tidak pernah kebanjiran – tidak di jaman firaun, atau jaman apapun setelah bencana air bah Nabi Nuh.
[53] Tarikh al-Tabari vol. I, hal. 247

Ibn Ishak banyak menulis tentang asal-usul berbagai negara. Contohnya, dia mengatakan asal-usul bangsa Romawi. Dari keterangan Alkitab, dia mengetahui bahwa Esau, putra Ishak, putra Abraham, menikah dengan Basmath, putri Ishmael. Tapi dia juga mengatakan bahwa Basmath melahirkan Rum, yang lalu menurut dia, merupakan kakek moyang bangsa Romawi. [54] Ibn Ishak mengarang berbagai silsilah keturunan para tokoh Alkitab, memberi mereka dan kakek moyang mereka nama² Arab. Contohnya dia memberi nama² Arab bagi putri² Adam. [55] Tiada seorang pun, selain Ibn Ishak, yang memberi nama putri² Adam. Dengan melakukan hal ini, Ibn Ishak membuat dirinya lebih hebat daripada Nabi Musa, yang menulis kitab Kejadian di Taurat, dan menyebut nama putra² Adam dan keturunannya. Ibn Ishak juga menulis kisah tentang keturunan Adam dan Nuh. Silsilah karangannya menghubungkan suku² Arab dengan Nabi Nuh dan putranya Shem. Salah satu dari suku² tersebut adalah Thamud. Dia mengatakan bahwa suku Thamud ini adalah keturunan generasi ketiga setelah Shem. [56] Dia melakukan semua ini untuk menunjang dusta Muhammad di Qur’an yang menyatakan bahwa Thamud adalah generasi ketiga setelah Nuh, tapi suku Thamud sendiri baru muncul dalam sejarah manusia di abad ke 8 SM. Ibn Ishak juga menciptakan silsilah keturunan bagi tokoh² Alkitab Perjanjian Baru. Contohnya adalah kakek moyang Yohanes Pembaptis. Untuk membuat Yohanes jadi Muslim, maka dikarangnya Yohanes sebagai putra Adi, putra Muslim, putra Saduk. [57]
[54] Tarikh al-Tabari, I, hal. 190
[55] Tarikh al-Tabari, I, hal. 102
[56] Ibn Hisham 1:8;Tabari, I, hal. 133-138
[57] Tarikh al-Tabari, I, hal. 348


Ibn Ishak-lah yang pertama-tama menulis Abraham menunggang bouraq, atau unta bersayap, untuk terbang dari Damaskus ke Mekah setiap kali dia ingin mengunjungi Ishmael, [58] yang dikatakan Muhammad membangun kuil Ka’bah di Mekah dan hidup di sana. Kita tahu bahwa kisah ini sebenarnya berasal dari dongeng Persia yang tertulis dalam buku Dinkard. Kai-Khusrois, nabi dalam dongeng, merubah Vae, dewa air, menjadi unta. Lalu Kai-Khusrois naik unta itu dan pergi ke tempat tinggal orang² Persia yang hidup abadi. [59]
[58] Tarikh al-Tabari, I, hal. 165
[59] Dinkard-Book IX, Bab XVIII, 2-7, Pahlavi Texts, Bagian IV, Diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, diterbitkan oleh Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 224-225


Ibn Ishak mengatakan bahwa putra yang diletakkan Abraham di mezbah persembahan untuk dikorbankan adalah Ishmael, [60] dan bukan Ishak, meskipun para sejarawan Islam sebelum dia mengatakan Ishak-lah yang hendak dikorbankan. [61] Sungguh ironis bahwasanya khayalan Ibn Ishak ini malah diterima seluruh dunia Islam sehingga bagi Muslim Ishmael jadi lebih penting daripada Ishak.
[60] Tarikh al-Tabari, I, hal. 165
[61] Tarikh al-Tabari, I, page 164


Ibn Ishak mengatakan bahwa keturunan Shem diubah menjadi guenon [62] (monyet kecil dengan ekor panjang) untuk membenarkan keterangan Qur’an bahwa masyarakat Israel di Ilat di Teluk Aqaba diubah jadi monyet. Hal ini juga mendukung hadis yang mengatakan salah satu dari 12 suku² Israel diubah jadi tikus. [63]
[62] Tarikh al-Tabari, I, page 125
[63] Sahih al-Bukhari, 4, hal. 98


Ibn Ishak, menggunakan sumber dari Wahab bin Munabbih, mengatakan bahwa di Antiokhia terdapat seorang firaun yang bernama Antikos, putra Antikos, putra Antikos. Firaun ini menyembah berhala. Ibn Ishak mengatakan Allah mengirim tiga utusan ke Antiokhia untuk menemui Firaun; nama² mereka adalah S’adik, S’aduk, dan Shalum. Pertama-tama, Allah mengirim dua utusan, tapi penduduk Antiokhia tidak mempercayai mereka, lalu Allah menguatkan kesaksian mereka dengan mengirim utusan ketiga. Ketiga utusan ini katanya adalah murid Kristus. Ketika Firaun dan masyarakat Antiokhia ingin membunuh ketiga utusan tersebut, Allah menengahi dan membunuh Firaun dan seluruh masyarakatnya, sampai tiada satu pun yang selamat.

Dongeng² para tokoh awal Islam ini diperkuat dengan pengakuan penyampai hadis seperti Khutadeh dan Abdullah ibn Abbas, [64] keduanya adalah penyumbang hadis dan kisah Muhammad. Ibn Abbas adalah saudara sepupu Muhammad. Hadis² yang mereka karang bertujuan untuk membenarkan keterangan Muhammad, tapi tak ditunjang oleh fakta sejarah. Dongeng² hadis menunjukkan kenaifan orang² Muslim yang percaya saja pada keterangan tersebut.
[64] Tarikh al-Tabari, Volume I, hal. 379 and 380

Keturunan Firaun sudah lenyap berabad-abad sebelum jaman Kristen. Kota Antiokhia dibangun di tahun 300 SM oleh Selecus Nicator, satu dari empat pemimpin yang menggantikan Alexander Agung. Dengan demikian para Firaun sudah lenyap berabad-abad sebelum kota Antiokhia dibangun. Terlebih lagi, ibukota Firaun dan masyarakatnya terletak di Mesir, dan bukan di perbatasan Syria utara dan Asia Minor di mana Antiokhia terletak. Nama yang diberikan pada Firaun sebagai raja Antiokhia dalam hadis adalah: “Antiokhia, putra Antiokhia, putra Antiokhia.” Ini sebenarnya adalah gelar² raja dari dinasti Yunani Selecus, yang menguasai Syria setelah Alexander wafat.

Hal ini menunjukkan kebodohan dan ketidaktahuan para penyampai hadis utama akan pengetahuan sejarah umum. Mereka sama sekali buta akan sejarah tapi berusaha menulis ulang sejarah demi membenarkan keterangan Qur’an. Mereka mencampur adukkan dongeng² kuno dengan dongeng² jaman mereka. Mereka mengganti Firaun – tokoh penting sejarah – di kota² atau negara² yang bahkan tidak ada di jaman Firaun. Kesalahan fatal seperti ini dengan cepat bisa diketahui oleh kaum terdidik dari negara² yang beradab. Akan tetapi, Muslim jaman sekarang masih saja bergantung pada hadis untuk mencari “bukti” kebenaran sejarah dalam Qur’an.

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Sun Dec 26, 2010 6:06 pm
by shaman
Tandain juga ah.. bagus buat baca2 menjelang tidur...

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Mon Dec 27, 2010 10:33 am
by I Want You
setelah di baca , makin ketahuan kacaunya agama islam ? ngk hanya muhammad yang tukang ngarang2 dan ngawur , rupanya pengikutnya sama spt junjungannya ? :axe: :axe:

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Tue Dec 28, 2010 2:14 pm
by hersus
Beettuuuullll klo nabinya aja kelakuannya kaya setan udah bisa dipastikan ajarannya ya kaya setan!!!! mangkanya indonesia ini nggak bisa aman habisnya otaknya disumpelin sama ajaran momed!!! gitu ngakunya berasal dari sorga !!!! uih mana isinya ngesek sama bidadari 72 terus menerus kaya lokalisasi dolly aja !!!!! trus bro ugkap kebusukan agama buatan si momed yang ngakunya utusan owoh !!!! biar dicelikkan mata hati slimmers bhw panutan mereka adalah setan yang menjelma dalam tubuh nabi momed

:rofl: :rofl: :rofl: :prayer: :prayer: :prayer: :toimonster: :toimonster: :toimonster:

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Wed Dec 29, 2010 7:51 pm
by OnLine
:heart:

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Thu Jan 27, 2011 3:15 am
by Adadeh
Selain Ibn Ishak, Penyampai Hadis Lain juga Mengarang Sejarah Islam

Ibn Ishak tidak dapat dipercaya ketika dia menulis sejarah peradaban kuno. Keterangan sejarahnya tidak pernah berdasarkan bukti penemuan arkeologi atau naskah² sejarah kuno. Dia mengarang saja keterangannya. Meksipun dia mengutip tulisan para narator yang menyampaikan kisah² sebelum jamannya, tapi orang² yang jadi sumber informasi Ibn Ishaq ini adalah para Muslim yang hidup setelah Muhammad mati. Mereka bukan ahli sejarah, dan tak punya pengetahuan sejarah umum peradaban manusia, sehingga mereka bukanlah sumber terpercaya sejarah kuno. Ibn Ishaq dan para penulis Muslim berikutnya (satu atau dua generasi kemudian), menulis ulang sejarah Islam agar sesuai dengan apa yang ditulis Muhammad dalam Qur’an. Aku akan membahas hal ini sekilas dan memberi komentar tentang sebagian para pencipta tulisan yang disebut sebagai ‘sejarah Islam.’



AL-SHAABI

Al-Shaabi, sumber utama keterangan Ibn Ishak, menyatakan bahwa suku Quraysh telah mulai mencatat sejarah hanya beberapa tahun setelah tahun gajah, yakni 570 M, dan dia menasehati para pembacanya untuk menelaah sejarah bangsa Yahudi untuk mendapatkan fakta.

Ibn Ishaq seringkali menyebut hal² yang didengarnya dari al-Shaabi. Kadangkala Ibn Ishaq bertanya pada al-Shaabi [65], dan al-Shaabi menjawab:
[65]Tarikh al-Tabari, I, hal. 171

Sejarah Muslim harus sesuai dengan sejarah Yahudi – maksudnya adalah apa yang tertulis di Alkitab Perjanjian Lama – karena kaum Muslim tidak pernah mencatat sejarah sebelum Muhammad hijrah ke al-Medina. Mereka tidak pernah mencatat apapun sebelum itu. Kaum Quraysh baru mulai menulis sejarah mereka di tahun gajah. [66]
[66] Tarikh al-Tabari, I, hal. 120

Tahun gajah adalah tahun di mana Abraha dari Ethiopia menguasai Mekah, dengan menggunakan gajahny untuk memenangkan peperangan. Hal ini terjadi kira² tahun 570 M, di tahun yang sama Muhammad lahir. Mari kita lihat semua bukti yang ada. Pertama-tama, al-Shaabi, sumber utama sejarah Ibn Ishaq, mengaku bahwa umat Muslim harus mengikuti sejarah kaum Yahudi. Kedua, umat Muslim baru menulis sejarah sekitar tahun 622 M, saat Muhammad hijrah ke Medina. Ketiga, suku Quraysh, yang hidup di Mekah, baru menulis sejarah mereka pada tahun 570 M, yakni tahun gajah. Dengan begitu, bagaimana mungkin para Muslim bisa menulis sejarah kuno Islam sebelum masa hijrah? Hak apakah yang dimiliki Ibn Ishaq dan penulis Muslim lainnya untuk menyusun sejarah Mekah 2.600 tahun sebelum tahun gajah?

Untuk membenarkan tulisan mereka, penulis Muslim malah menuduh Alkitab telah dikorupsi; dan karena itulah isi keterangan Alkitab berbeda dengan Qur’an. Tetapi jika kita membandingkan kebenaran Alkitab dengan Qur’an, maka tampaklah perbedaan yang sangat besar. Salinan² kitab² dari Alkitab sudah tersedia dan beredar sejak abad ke 2 SM, seperti naskah² Laut Mati yang ditemukan di gua di Qumran dekat Yerikho. Bagian Perjanjian Lama Alkitab diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani oleh Ptolemius II Philadelphus, Raja Mesir di tahun 287 M. Ptolemius II mendirikan sebuah perpustakaan Alexandria dan dia memasukkan Alkitab ke dalam koleksi buku perpustakaan. Ptolemius mengundang 70 ilmuwan Yahudi ke Alexandria untuk menerjemahkan Alkitab ke bahasa Yunani, dan terjemahan ini dikenal sebagai Septuagint. Banyak salinan Septuagint kuno yang masih utuh sampai saat ini. Bahkan Yesus dan para Rasul juga mengutip dari naskah² Septuagint. Selain itu, banyak terjemahan Alkitab yang ditulis di berbagai waktu dalam berbagai bahasa. Terjemahan² kuno itu masih ada sampai hari ini dan tak ada yang meragukan keasliannya.

Image
Contoh Sepguagint.

Bahkan al-Shaabi, salah satu sumber keterangan utama Ibn Ishaq, dan juga penulis² Muslim di jamannya, juga mengatakan untuk kembali ke “sejarah Yahudi” dalam Alkitab, dan riset agama harus sesuai dengan fakta sejarah. Kesimpulannya adalah kita tidak bisa mempercayai tulisan sejarah bangsa Quraysh sebelum tahun 570 M, tahun gajah. Kita pun tak bisa mempercayai tulisan² sejarah Islam yang ditulis Muslim, sebelum Muhammad hijrah di tahun 622 M.


AL-SUDI’

Al-Sudi’ adalah pencipta berbagai kisah untuk membenarkan dosa Muhammad.

Pengarang sejarah Islam lainnya adalah al-Sudi’. Seperti banyak narator Islam lainnya, al-Sudi’ juga berusaha membenarkan perbuatan² tercela Muhammad. Contohnya, al-Sudi’ mencontek kisah tentang angin yang mengangkat baju yang Zipora, anak perempuan Jehtro sang pendeta Midian (mertua Musa), ketika gadis itu berjalan bersama sang ayah untuk pulang ke rumah ayahnya. [67]
[67] Tarikh al-Tabari, I, hal. 236

Al-Sudi mendapatkan gagasan mengarang cerita ini dari suatu kejadian dalam hidup Muhammad. Ketika Muhammad mengunjungi putra angkatnya, Zayd bin Harithah, yang disebut sebagai Zayd bin Muhammad atau “putra Muhammad,” Zayd sedang tidak berada di rumah. Istrinya, yakni Zainab, membuka pintu bagi Muhammad. Angin bertiup mengangkat baju Zainab di hadapan Muhammad, sehingga Muhammad berahi terhadapnya dan menyatakan gairahnya dengan jelas kepada Zainab. Ketika Zayd pulang ke rumah, istrinya menyampaikan tentang birahi sang Nabi pada sang istri. Zayd, yang tahu bahwa wanita manapun yang diminati Muhammad harus diserahkan padanya, pergi mengunjungi Muhammad dan mengatakan bahwa dia akan menyerahkan istrinya pada Muhammad. [68] Keesokan harinya, Muhammad mewahyukan Qur’an, sura 33 (al-Ahzab), ayat 37, yang menyatakan bahwa Allah memberikan istri Zayd padanya. Dia juga memerintahkan umat Muslim untuk menikahi menantu wanita mereka jika putra² angkat mereka menceraikan istri² mereka. Semua ini dilakukan Muhammad demi membenarkan berahinya terhadap menantunya. Ayat² lain yang berkenaan dengan hal ini juga mencela perbuatan mengangkat anak. Dia menyuruh Muslim untuk berhenti melakukan adopsi dan memerintahkan mereka untuk memanggil anak² angkat dengan nama² ayah kandung mereka, dan bukan dengan nama orangtua yang mengadopsi mereka (Surah 33:5).
[68] Halabiyah, 2, hal. 484

Seperti yang telah kusebut sebelumnya, Zayd adalah putra angkat Muhammad. Zayd diculik sewaktu masih kecil di Syria, dan dijual sebagai budak, dan akhirnya jatuh ke tangan Khadijah, istri pertama Muhammad. Karena suka padanya, Muhammad lalu mengadopsi Zayd. Bertahun-tahun kemudian, ayah Zayd menemukan Zayd di Mekah. Dia ingin membeli kemerdekaan putranya, tapi Muhammad menolaknya. Karena itulah ayah Zayd lalu menulis puisi sedih tentang putranya. [69]
[69] Ibn Hisham, I, hal. 200

Al-Sudi’ berusaha membuat kisah Muhammad dan istri Zayd, Zainab, tidak begitu memalukan dengan menyatakan angin meniup baju Zainab di hadapan orang banyak dan bukan di hadapan Muhammad. Al-Sudi’ mengatakan bahwa angin juga mengangkat baju Zipora yang lalu dinikahi Musa. Dapat dari manakah al-Sudi’ tentang keterangan itu? Literatur Yahudi atau literatur manapun tak ada yang mengatakan hal seperti itu. Usaha memperkecil nista Muhammad dengan mengarang dongeng tentang Musa hanya bisa mengelabui orang **** saja.

Contoh lain adalah al-Sudi mengarang bahwa Balaa, putra Beor, adalah orang Israel. [70] Alkitab menyatakan bahwa Balaam bukanlah orang Israel, tapi dia adalah “putra² dari Timur.” Al-Sudi juga mengatakan bahwa keledai Balaam berkata padanya, “Kau ngesex denganku di malam hari dan menunggangiku di siang hari.” [71] Alkitab tidak menyebut keterangan itu sama sekali.
[70]Tabari, I, hal. 259
[71]Tarikh al-Tabari, I, hal. 260


Banyak kisah² yang ditulis para penulis Muslim yang seperti itu. Mereka menambah-nambahkan berbagai dongeng yang aneh, untuk menipu orang² yang tak berpengetahuan akan Akitab. Bagaimana mungkin Muslim bisa menemukan kebenaran jika mereka mempercayai dongeng² khayalan tersebut?


WAHAB BIN MUNABBIH

Wahab Bin Munabbih, salah seorang penulis utama yang mengarang sejarah Islam bagi umat Muslim.

Wahab Bin Munabbih adalah orang Yaman keturunan Persia yang memeluk Islam, dan dia adalah salah seorang dari para penulis utama sejarah Islam. Ibn Ishaq juga seringkali mengutip keterangannya. Wahab menulis tentang penyerangan² militer yang dilakukan Muhammad. Dia mati sekitar 114 tahun setelah Muhammad hijrah ke Medina, [72] dan Ibn Ishaq mati sekitar 40 tahun setelah Wahab mati.
[72] Tarikh al-Tabari, I, hal. 496

Sama seperti yang telah dilakukan Ibn Ishaq, Wahab juga mengarang banyak cerita yang belum pernah ditulis sebelumnya, atau pernah dibaca dari sumber sejarah lainnya. Semua sejarahnya hanyalah dongeng yang dibesar-besarkan belaka. Wahab tidak mengerti kejadian² sejarah dan kronologi Alkitab. Dia mengatakan bahwa Yehezkiel memimpin Israel seketika setelah kematian Yoshua, [73] tangan kanan Musa yang memimpin Israel ke Tanah Perjanjian Kanaan. Wahab rupanya tidak tahu bahwa terdapat senjang 1000 tahun antara jaman Yoshua dan jaman Nabi Yehezkiel, dan bahwa Yehezkiel itu adalah seorang Nabi yang tak pernah jadi pemimpin militer Israel.
[73] Tarikh al-Tabari, I, hal. 272

Wahab mengatakan bahwa Yehezkiel membangkitkan kembali pasukan bersenjata Israel dari kematian. Di Qur’an, Sura 2:243, dinyatakan kejadian ini tanpa menyebut nama Yehezkiel. Wahab, sama seperti si Mamad SAW, tidak mengerti keterangan kitab Yehezkiel (Akitab Perjanjian Lama, buku 37), di mana Tuhan menunjukkan penglihatan pada Yehezkiel akan tulang belulang yang berserakan di sebuah lembah. Tuhan menunjukkan pada Yehezkiel bahwa daging dan pembuluh darah mulai keluar menutupi tulang belulang. Roh Tuhan berada bersama mereka, dan dalam penglihatan Yehezkiel, tulang belulang berubah menjadi sekumpulan pasukan besar. Penglihatan yang ditunjukkan Tuhan pada Yehezkiel ini merupakan ramalan simbolis masa depan yang akan digenapi di masa Perjanjian baru. Tuhan berjanji membangkitkan kembali orang² yang mati dalam dosa, sama seperti Dia membangkitkan kembali tulang-belulang yang mati. Setelah menyelamatkan mereka melalui penebusan Kristus di kayu salib, Tuhan berjanji mengirimkan Roh Kudus dalam diri mereka. Bagi Muhammad tak mengerti pesan penglihatan yang ditunjukkan Tuhan pada Yehezkiel, sehingga dia mengira Yehezkiel-lah yang membangkitkan tentara Israel dari tulang-belulang kering. Tiada nabi manapun selain Yehezkiel yang melihat penglihatan ini, dan tak ada kitab Yudaisme mana pun yang menyatakan bahwa kejadian ini benar² terjadi di dunia nyata, dan bukan sekedar penglihatan saja. Jika hal ini benar² terjadi di dunia, maka ini tentunya termasuk sebagai salah satu muzizat terbesar di Perjanjian Lama, setara dengan laut Merah terbelah di jaman Musa.

Ibn Ishaq juga mengutip dongeng dari Wahab bin Muhabbih ketika dia menulis keterangan tentang Tabut Perjanjian di Perjanjian Lama:

Di dalam tabut itu terdapat kemuliaan “Shakinah” dan bentuknya berupa kepala mayat kucing. Tatkala kepala kucing mati itu mengeluarkan suara keras dari dalam Tabut, umat Israel mendapat jaminan kemenangan dan tahu bahwa mereka akan menguasai tanah² milik bangsa lain. [74]
[74] Tarikh al-Tabari, I, hal. 274

Kita tahu tak ada mayat kucing dalam Tabut. Dongeng kacau ini tidak pernah disebut dalam Alkitab karena memang tak pernah terjadi.

Image
Replika Tabut Perjanjian

Ibn Ishaq mengutip keterangan Wahab Bin Muhabbih tentang kisah lain yang juga sama ngawurnya. Dia mengatakan bahwa Ratu Sheba datang menemui Raja Salomo dengan pasukan yang terdiri dari 12000 raja² Yemen. Di bawah setiap raja, terdapat 12000 prajurit. [75] Ini berarti Yemen memiliki 12000 raja dan sekitar 50 juta prajurit di jaman itu, ketika penduduk seluruh dunia saja tidak mencapai jumlah sebesar itu. Kita mengetahui (dari keterangan sejarah Romawi tentang Sheba) bahwa tentara Shabaia berjumlah kecil dibandingkan tentara Ethiopia atau Mesir. Ibn Ishaq, yang mencontek keterangan Wahab begitu saja, mengatakan bahwa Raja Salomo menyebabkan Ratu Sheba menikah dengan “Tubb’a, Raja Hamdan,” dan bahwa Tubb’a menjadi Raja Yemen melalui pernikahan. [76] Tulisan ini menunjukkan betapa butanya Wahab akan sejarah Yemen, negara asalnya sendiri. Gelar Tubb’a hanya diberikan kepada Raja² Yemen dinasti Himyarit yang muncul di sekitar tahun 115 SM dan menguasai Sheba di sekitar tahun 275 M. Dengan begitu, gelar “Tubb’a” merupakan gelar raja² Himyarit di Yemen di jaman 275 M, tapi Raja Salomo hidup di abad ke 10 SM. Ini berarti pernyataan Wahab bahwa Tubb’a menikahi Ratu Sheba, dan jadi Raja Yemen di jaman Salomo, hanya menunjukkan bahwa Wahab dan Ishaq tidak tahu akan data dan kronologi sejarah.
[75]Tarikh al-Tabari, I, hal. 292
[76]Tarikh al-Tabari, I, hal. 292


Wahab mengatakan bahwa Raseh dari Ethiopia yang berperang melawan Asa, Raja Yudea, adalah Raja dari India. Dia juga mengatakan bahwa dalam peperangan ini dibantu oleh masyarakat Gog dan Magog. [77]
[77] Tarikh al-Tabari, I, hal. 308

Masih mengutip dari Wahab, Ibn Ishaq juga mengatakan bahwa Ayub adalah warga Romawi dan dia (Ibn Ishaq) menciptakan silsilah keturunan baginya yang menghubungkannya dengan Ishak, putra Abraham. [78] Wahab mengatakan bahwa Samson berasal dari dusun Romawi, dan dia adalah Muslim. [79] Tapi kita tahu bahwa Samson adalah Hakim Israel yang lahir di abad ke 13 SM, jauh sebelum kota Romawi didirikan di tahun 753-748 SM. Wahab, sama seperti pengarang Muslim lainnya, ingin mendukung pernyataan Muhammad di Qur’an. Wahab berusaha membuat agama Muhammad, yakni Islam, tampak berakar dari peradaban kuno. Dalam Qur’an, Muhammad mengatakan bahwa Islam merupakan agama kuno yang dianut berbagai figur penting sejarah, seperti Alexander Agung dan Ratu Syeba yang mengunjungi Raja Salomo. Dia juga menyebut bahwa para tukang sihir yang menentang Musa, Firaun dan istrinya Assia, sebagai Muslim. Dia juga mengatakan bahwa Allah akan menikahkannya dengan Assia dan Maria ibu Yesus di surga. [80]
[78]Tarikh al-Tabari, I, hal. 194
[79] Tarikh al-Tabari, I, hal. 381
[80] Halabiyah, hal. 106.


Wahab bin Munabbih dengan ngawurnya menulis sejarah guna membenarkan kesalahan sejarah di Qur’an. Dia juga ingin mendukung keterangan Qur’an bahwa Maria ibu Yesus melahirkan Yesus di bawah pohon kurma. Sayangnya, tak ada pohon kurma di Betlehem karena pohon kurma hanya tumbuh di daerah yang sangat panas. Tapi Wahab tak menggubris fakta itu dan menulis: Yesus lahir di perbatasan Mesir “dekat sebuah pohon kurma.” [81]
[78]Tarikh al-Tabari, I, hal. 194
[79]Tarikh al-Tabari, I, hal. 381
[80] Halabiyah, hal. 106
[81] Tarikh al-Tabari, I, hal. 350



HISHAM BIN MOHAMMED

Hisham bin Mohammed juga melanjutkan kekacauan sejarah dalam literatur Islam.

Sama seperti Wahab, Hisham bin Mohammed juga mengarang sejarah Islam untuk mendukung keterangan sejarah Muhammad yang ngawur. Hisham mengatakan bahwa putra² Tubb’a, Raja Yemen, pernah menguasai China. Salah seorang putra tersebut menaklukkan Konstantinopel dan lalu mengepung kota Roma. Setelah gagal menaklukkan Roma, dia lalu pergi ke Samarkhind dan lalu mengalahkan tentara Turki dan menguasai daerah itu. Dia lalu menuju China dan bertemu dengan saudara lakinya yang menduduki China sejak tiga tahun sebelumnya. Keduanya lalu tinggal di China sampai mati, begitu kata Hisham. [82] Semua keterangan sejarah Hisham tersebut hanyalah isapan jempol belaka.
[82] Tarikh al-Tabari, I, hal. 420, 421

Hisham juga mengarang sejarah dengan mengatakan bahwa Nebukhadnezzar adalah orang Persia. Para panglimanya adalah Darius, Cyrus, dan Ahasuereus, yang semuanya menjadi Raja Babel setelah Nebukhadnezzar wafat. [83] Sejarah menunjukkan bahwa Nebukhadnezzar bukanlah orang Persia, tapi orang Khaldea. Darius, Cyrus, dan Ahasuereus yang disebut Hisham sebagai panglima perang Nebukhadnezzar sebenarnya adalah para Raja Persia terkenal yang muncul berabad-abad setelah Nebukhadnezzar wafat. Tampaknya Hisham dipengaruhi oleh keterangan hadis yang mengatakan bahwa Nebukhadnezzar, Salomo dan Alexander Agung menjadi penguasa dunia, di jaman Muhammad. [84]
[83]Tarikh al-Tabari, I, hal. 317, 318
[84]Tarikh al-Tabari, I, hal. 142, 143


Sama seperti Nabinya, Hisham pun tidak memiliki pengetahuan sejarah umum. Kesalahan² sejarah Qur’an malah didukungnya dengan tulisan sejarahnya yang ngawur. Sialnya para Muslim berpendidikan di jaman sekarang malah terus bergantung pada keterangan sejarah murahan tersebut.

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Fri Feb 18, 2011 4:01 am
by Adadeh
IBN ABBAS

Ibn Abbas, ahli Islam dan penafsir Qur’an terkenal adalah narator yang doyan takhayul dan tak paham kronologi sejarah.

Salah satu sumber keterangan ahadis yang paling utama adalah Abdullah ibn Abbas. Dia adalah putra Abbas, paman Muhammad. Dia berusia 13 tahun saat Muhammad mati. Dia disebut sebagai "Heber al-Ummah حبر الامة, yang berarti “sang ahli negara Islam.” Ibn Abbas mengisahkan bahwa hadis Muhammad, dan merupakan salah satu penafsir Qur’an terkemuka di dunia Islam. Dia mati di tahun 690 M.

Keterangan² dari Ibn Abbas tidak dianggap sebagai sejarah ketika dia berusaha mendukung keterangan² Muhammad. Contohnya, dia mengatakan semua anak cucu Adam, sampai di jaman Nuh, adalah Muslim. [85] Dia mengatakan bahwa masyarakat Babylon adalah Muslim. [86] Sama seperti Muhammad, yang mengatakan berbagai tokoh sejarah kuno adalah Muslim, Ibn Abbas pun percaya akan keterangan Muhammad tanpa memeriksanya terlebih dahulu dengan fakta sejarah. Rupanya Ibn Abbas hidup di lingkungan yang tak memiliki pendidikan sejarah umum.
[85] Tarikh al-Tabari, I, hal. 118
[86] Tarikh al-Tabari, I, hal. 125


Ibn Abbas juga menciptakan berbagai kisah sejarah palsu tentang tokoh² Alkitab. Contohnya, dia mengarang kisah tentang tongkat Musa. Ibn Abbas mengatakan bahwa tongkat itu diberikan seorang malaikat kepada Musa saat sedang berada di Midian. Pendeta Midian, yang lalu jadi mertuanya, berdebat dengannya tentang siapakah yang lebih berhak memiliki tongkat itu, sampai akhirnya seorang malaikat datang dan memutuskan bahwa tongkat itu milik Musa. [87]
[87] Tarikh al-Tabari, I, hal. 237

Dongeng² karangan Ibn Abbas sarat dengan berbagai nama tokoh Alkitab Perjanjian Lama. Contohnya: Ibn Ishaq (yang mengutip dongeng Ibn Abbas) menulis banyak kisah tentang Og. Og adalah Raja Bashan, daerah di Trans-Yordania yang dikalahkan Musa dan bani Israel sebelum masuk ke tanah Kanaan. Kita bisa baca kisahnya di Ulangan 21. Ibn Abbas mengatakan bahwa Og tingginya adalah 800 ell. Karena satu ell adalah 3 kaki, maka tinggi Og adalah 2.400 kaki atau 800 yard, atau delapan kali panjang lapangan sepakbola. Ibn Abbas juga mengatakan bahwa Musa setinggi 10 ell, atau 30 kaki. Tapi meskipun tinggi Musa hanya mencapai tinggi tumit Og, Musa tetap mampu membinasakannya. Og begitu besar sehingga tubuhnya menjadi jembatan sungai Nil di Mesir. Meskipun tiada seorang pun di Alkitab ynag hidup lebih dari 969 tahun, Ibn Abbas mengatakan Og hidup selama 3000 tahun. [88]
[88] Tarikh al-Tabari, I, hal. 254

Sama seperti Muhammad, Ibn Abbas tetapi dipercayai Muslim karena pembaca Muslim juga buta sejarah. Mereka itu suka dongeng² takhayul yang membesar-besarkan figur sejarah atau pahlawan, seperti yang banyak ditemukan di berbagai dongeng Persia dan Arabia.


Ibn Abbas Buta Kronologi Sejarah

Sama seperti Muhammad, Ibn Abbas juga tak tahu kronologi sejarah. Dia mengatakan berbagai kisah tokoh² Alkitab tanpa mengetahui kapan mereka hidup. Hal ini terjadi terus-menerus dalam tulisannya. Contohnya, Ibn Abbas mengatakan terdapat jangka waktu 179 tahun antara jaman Musa dan Daud hidup. [89] Kita tahu dari Alkitab bahwa Musa lahir sekitar 1525 SM, dan Daud menjadi raja di sekitar tahun 1004 SM, atau setidaknya 500 tahun kemudian.
[89] Tarikh al-Tabari, I, hal. 496

Darimana Ibn Abbas mendapatkan keterangan jumlah tahun yang ngawur ini? Sebagian kisah²nya berasal dari para sahabat Muhammad. Ada kemungkinan mereka mendengarnya dari Muhammad sendiri. Ibn Abbas mengatakan kisah tentang orang di Israel yang bermimpi bahwa kehancuran Yerusalem terletak di tangan bocah miskin, putra seorang janda. Bocah ini bernama Nebukadnezzar. Maka orang Israel ini pergi ke Babel untuk mencari Nebukadnezzar. Ia menemui ibunya dan mendapatkan Nebukadnezzar sedang mengumpulkan kayu. Di pundaknya terdapat kumpulan kayu yang terikat. Orang Israel itu membeli kayu² tersebut seharga 3 denarii (mata uang Romawi), yang sebenarnya belum ada di jaman itu, dan meminta anak laki itu untuk membelikan makanan. Nebukadnezzar membeli roti, daging, anggur dengan uang tersebut, dan mereka pun memakan apa yang dibelinya. Di hari kedua dan ketiga, orang Israel itu tetap melakukan hal yang sama. Lalu dia berkata pada Nebukadnezzar, “Jika suatu hari kau menjadi Raja, apakah kau akan memberiku keamanan?” Nebukadnezzar menjawab, “Apakah kau mengejekku?” Orang Israel itu menjawab, “Tidak, tapi beri aku tanda bahwa kau tak akan membunuhku.” Ibu Nebukadnezzar berkata pada putranya, “Kau tak akan rugi apapun, jadi tulis saja surat keamanan baginya.”

Dongeng Ibn Abbas ini menghibur para Arab yang buta sejarah. Ibn Abbas pun tampak bagaikan ahli sejarah di mata mereka, karena dia begitu sering melaporkan perkataan Muhammad dan para sahabatnya, lengkap dengan latar belakang sejarahnya. Tapi orang² terpelajar jaman sekarang bisa melihat bahwa kisah² ini adalah dongeng Arab semata untuk menghibur orang saja. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Nebukadnezzar adalah putra Nabopolassar, Raja Babylon, yang membebaskan Babylon dari penjajahan Assyria, menghancurkan kekaisaran Assyria, dan meratakan ibukotanya yakni Niniwe.

Ibn Abbas juga mengatakan bahwa Raja Israel ingin menikahi putri dari istrinya (anak tirinya). Tapi Yahya Pembaptis berkata padanya, “Haram bagimu untuk menikahinya.” Ini tentunya kisah yang salah, karena Perjanjian Baru menjelaskan bahwa Raja Herodes adalah pembunuh Yahya Pembaptis, dan Herodes bukanlah Raja Israel, melainkan orang Edom yang diangkat penjajah Romawi untuk menjadi Raja. Israel ditaklukkan Romawi di tahun 721 SM. Raja Herodes menikahi istri abangnya, yakni Philip. Herodes memerintahkan pembunuhan Yahya Pembaptis karena Yahya berani mencela Herodes yang menikahi istri abangnya, dan bukan anak tirinya seperti keterangan Ibn Abbas.

Ibn Abbas mengatakan putri tiri Raja memberinya sebuah minuman. Ketika Raja ingin ngesex dengannya, putri ini meminta kepala Yahya Pembaptis dipenggal terlebih dahulu. Raja mengabulkan permintaannya. Tapi ketika kepala dibawa padanya, Ibn Abbas mengatakan bahwa kepala itu tak hentinya mengatakan, “Haram bagimu untuk menikahinya.” Lalu Raja memerintahkan kepala itu dikubur. Tapi setelah kepala dikubur, darah muncul dari permukaan tanah dan kepala itu terus saja menangis, sehingga orang² menimbuninya dengan tanah yang lebih banyak lagi untuk menutupi darah, sampai gundukan tanah mencapai tinggi tembok. Meskipun demikian, darah terus mengalir keluar. Ketika Nebukadnezzar mendengar kisah darah tersebut, dia membalas kematian Yohanes Pembaptis dengan menghancurkan kota itu bersama bantuan pasukan Romawi. [90]
[90] Tarikh al-Tabari, I, hal. 346, 347.

Alkitab Perjanjian Baru menyatakan kisah yang berbeda tentang bagaimana Yahya Pembaptis dipenggal. Ketika putri istri Herodes menari bagi Herodes, putri ini diperintahkan ibunya untuk meminta kepala Yahya Pembaptis di atas nampan. Tapi Ibn Abbas rupanya membubuhkan berbagai bumbu pada cerita. Nebukadnezzar sebenarnya tidak hidup di jaman Yahya Pembaptis. Nebukadnezzar menghancurkan Yerusalem di tahun 586 SM, dan tentara Romawi melakukan hal yang sama di tahun 70 M. Kedua kejadian ini tak ada hubungannya dengan pemenggalan Yahya Pembaptis yang terjadi di tahun 33 M.

Ini hanya sedikit dari begitu banyak contoh dongeng karangan Ibn Abbas, tokoh Islam yang dianggap terpelajar dan sangat dipercaya umat Muslim sedunia.


Ibn Abbas Membenarkan Aturan Free Sex buatan Muhammad

Sebagai sejarawan Muslim, Ibn Abbas membenarkan berbagai hukum yang ditetapkan Muhammad. Contohnya, Muhammad menetapkan sex bebas halal bagi Muslim yang berjihad. Mereka diperbolehkan free sex dengan para wanita milik para kafir yang mereka taklukkan. Contohnya, ketika Muhammad menaklukkan Mekah, dia memperbolehkan para Muslim ngesex bebas dengan para wanita Mekah. [91]
[91] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 187

Free sex adalah halal bagi Muslim di jaman Muhammad, tidak hanya di saat perang, tapi juga di saat damai. Menurut hadis Muslim sahih, di jaman Muhammad dan para Kalifah, para Muslim boleh ngesex dengan para wanita, selama mereka membayar para wanita itu dengan kurma dan tepung. [92] Hadis Muslim Sahih melaporkan bahwa free sex halal bagi Muslim dan banyak dipraktekkan di jaman Muhammad dan dua Kalifah pertama, yakni Abu Bakr dan Umar. [95] Muslim Sahih juga melaporkan kesaksian para sahabat Muhammad yang mengatakan mereka dulu bebas ngesex dengan para wanita selama beberapa hari, asalkan mereka membayar para wanita itu. [94]
[92] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 183
[93] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 183
[94] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 184, 185, dan 187


Ada banyak ayat Qur’an yang menyiratkan penghalalan free sex. Salah satunya adalah Qur'an, Sura 4, ayat 24:

dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Bagian pertama ayat ini, “dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami” melarang para Muslim untuk ngesex dengan Muslimah yang telah menikah. Ayat ini tidak membicarakan pernikahan, karena tak masuk akal untuk menikah dengan wanita yang telah menikah. Ayat ini menyatakan free sex dengan para wanita yang dimiliki Muslim melalui perang atau melalui pembelian budak sex dengan uang. Ayat ini juga menerangkan “lebih jauh lagi”, yakni ngesex dengan para wanita dengan membayar wanita itu ("tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu."). Hal ini tentunya adalah ngesex dengan pelacur atau kawin mut’ah (bayar dulu, upacara nikah, ngesex dalam jangka waktu yang telah disetujui, dan lalu pernikahan bubar). Banyak ahli Islam yang menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa Muhammad memperbolehkan Muslim melakukan kawin mut’ah untuk beberapa saat saja, dengan syarat membayar pihak wanita dengan uang. Mengapa Muhammad memperbolehkan umatnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan sex amoral seperti ini? Hal ini menjelaskan mengapa kedudukan wanita sedemikian rendah di masyarakat Muslim jaman sekarang.

Al-Bukhari mengutip perkataan Umar bin Hasin, sahabat Muhammad:
Ayat yang memperbolehkan free sex datang dari buku Allah – yakni Qur’an – dan kami melakukan free sex di jaman Nabi Allah. Tiada satu pun ayat Qur’an yang melarangnya atau memperingatkannya sebelum Muhammad mati. [95]
[95] Hadis Bukhari Sahih, Vol. 5, hal. 158

Hal ini menunjukkan bahwa selama jaman Muhammad, umat Muslim, melalui pelafalan Qur’an, mempraktekkan free sex dengan para wanita. Ibn Abbas membenarkan praktek free sex ini karena Muhammad memperbolehkannya dan karena Qur’an sendiri menyatakan begitu. [96]
[96] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 190

Di jaman sekarang, Muslim Syiah masih melakukan nikah mut’ah, karena ayat Qur’an menyatakan begitu, dan karena Muhammad mengijinkan praktek mut’ah di masa hidupnya. [97]
[97] Alessandro Bausani, L’Islam, Garzanti Milano, 1980, hal. 117

Ibn al-Nadim, sejarawan Arab terkenal, menyatakan banyak penulis Islam yang menulis keterangan membela free sex berdasarkan contoh ijin dari Muhammad sewaktu hidupnya, dan juga di jaman para Kalifah yang menggantikannya. Salah satu dari para penulis ini adalah al-Safwani yang menulis buku “Free sex dan penghalalannya, dan bantahan terhadap orang² yang mengharamkannya.” [98]
[98] Ibn al-Nadim, al-Fahrisit, hal. 197

Aturan sex amoral Muhammad bagi umat Muslim, yang dibenarkan oleh Ibn Abbas ini, menjadi dilema perdebatan Muslim sepanjang sejarah Islam. Jamal Il-Banna’, penulis kontemporer Islam dari Mesir, membela Nikah mut’ah (nikah untuk senang² sex belaka) di bukunya yang diterbitkan di Mesir, dengan mengatakan bahwa kontrak nikah sex ini mencegah pria untuk melakukan perzinahan. [99] Orang² seperti Il-Banna mengikuti aturan Muhammad dalam menghalalkan perzinahan.
[99] Jamal Il-Banna', Masuliat Fashal al-Dalah al-Islamiah, quoted by al-Hayat, Arabic Magazine

Akibatnya, nikah mut’ah, nikah misyar, yang semuanya dilakukan demi kesenangan sex belaka, sangat membudaya dalam masyarakat Arab sampai jaman sekarang. Ammianus Marcellinus menulis di tahun 378 M tentang kebiasaan di berbagai suku Arab untuk melakukan nikah dengan tujuan mendapatkan kesenangan sex belaka. [100] Dengan demikian kita melihat Muhammad mewariskan aturan amoral sex Qur’an ke kebudayaan masyarakat Arab jaman sekarang.
[100] Ammianus Marcellinus, Historiae, XIV, 4, 4


Ibn Abbas Berperan Penting dalam Menerangkan Dongeng² Qur’an

Langit Tujuh Lapis

Ibn Abbas memiliki peranan penting dalam menjelaskan dongeng² Qur’an. Kadangkala dongeng² ini dijabarkan dalam bentuk kesimpulan singkat saja yang terdiri dari satu atau dua kalimat. Dongeng² ini sukar dimengerti tanpa penjabaran dari hadis Muhammad atau keterangan dari Ibn Abbas. Biasanya, keterangan Ibn Abbas mengandung banyak detail yang memudahkan kita untuk menelusurui asal-usul dongeng² yang dinyatakan Muhammad dalam Qur’an. Ibn Abbas hidup di lingkungan di mana Muhammad hidup, sehingga dia akrab sekali dengan latar belakang dongeng² Qur’an. Contohnya adalah tafsir Ibn Abbas tentang Sura al-Talaq (65), ayat 12. Berikut adala isi Q 65:12

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

Ayat ini menerangkan pengertian Muhammad bahwa langit terdiri dari tujuh lapis. Muslim yang mati akan masuk lapisan surga tertentu, tergantung dari amal perbuatannya. Menurut ayat ini dan Hadis Muhammad, terdapat tujuh lapis bumi yang saling bertumpuk satu sama lain. Malaikat Jibril terang naik turun diantara tujuh lapis langit dan bumi dengan membawa perintah Allah. Muhammad mencontek gagasan ini dari kepercayaan masyarakat Mandaia di mana dewa cahaya Pthahil menciptakan tujuh lapis langit. [101] Masyarakat Mandaia juga menyebut dewa Pthahil dengan nama Jibril. [102] Tujuh lapis bumi diciptakan oleh Hibil Ziwa, yang juga dikenal dengan nama Jibril oleh masyarakat Mandaia. [103]
[101] Ginza Rba, book 13, diterjemahkan oleh Yousef Matta Khuzi dan Sabih Madlul al-Suheiri, Bagdad, tahun 2001, hal. 220

[102] Diwan Masbuta d Hibil Ziwa, dari Haran Gawaita and the Baptism of Hibil Ziwa, Citta del Vaticano, Biblioteca Apostolica, hal. 34
[103] The Canonical Prayerbook of the Mandaeans, diterjemahkan oleh Drower, Leiden 1959, hal. 295


Ibn Abbas menjelaskan ayat Qur’an ini dengan mengatakan Jibril terbang naik turun membawa perintah Allah ke setiap lapis bumi. Ibn Abbas berkata:

Di setiap lapis bumi, terdapat makhluk² ciptaan yang sama seperti di bumi ini, bahkan juga Adam seperti Adam-mu, dan Abraham seperti Abraham-mu. [104]
[104] Ibn Kathir, al-Bidayah Wal Nihayah, I, hal. 20

Berdasarkan penjelasan Ibn Abbas, perintah Allah dibawa Jibril kepada para Nabi di setiap lapis bumi.


Dapur Pemanas Penyebab Air Bah

Dalam Qur’an, Muhammad mengatakan bahwa banjir Nabi Nuh disebabkan karena “dapur mendidih dan memancarkan air.” Ini merupakan dongeng Sumeria yang menerangkan adanya air kotor yang mendidih di bawah tanah, yang mengalir dari masa ke masa dan membanjiri Sungai Eufrat dan Tigris, sehingga menyebabkan tanah di daerah itu tak layak tanam. Terdapat naskah Sumeria yang mengatakan bahwa air dari dunia bawah tanah berasal dari tempat bernama “Kur,” yang mengganti air di sungai dan mematikan ladang² pertanian. [105]
[105] The Sumerians Their History, Culture, And Character, Samuel Noah Klemer, hal. 151

Dongeng Sumeria mengisahkan bahwa Ninurta, dewa badai angin selatan dan putra Enlil, dewa Sumeria atmosfir yang terkenal, menghambat datangnya air kotor dengan cara menumpukkan batu di suatu tempat di Mesopotamia. [106] Tumpukan batu ini bagaikan dapur panas yang membuat air mendidih, mencoba mengalir ke luar untuk membanjiri permukaan. Dongeng ini menjadi dasar kisah air bah Nabi Nuh dalam Qur’an, seperti yang bisa dibaca di Sura Hud (11), ayat 40:
[106] The Sumerians Their History, Culture, And Character, Samuel Noah Klemer, hal. 152

Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.

Kata Tannur di Q 11:40 (diterjemahkan Depag RI jadi “dapur”) dalam bahasa Arab berarti “tungku batu.” Dongeng Tannur ini menyebar diantara masyarakat Arab. Kebanyakan penulis Arab, termasuk al-Shaabi, menyatakan bahwa Tannur ini terletak di Kufa [107], tempat di mana Sumeria terletak, dan mencoba membenarkan dongeng Qur’an. Ibn Abbas mengatakan bahwa Tannur yang mengakibatkan banjir air bah di jaman Nabi Nuh ini terletak di India. [108] Ibn Abbas menjelaskan makna sebenarnya yang dimaksud Muhammad dengan kata “Tannur” dalam Qur’an. Dari penjelasan Abbas, kita tahu bahwa Muhammad mengira air bah itu muncul dari sebuah tungku ynag terletak di Babel selatan, tapi dia menetapkan tempatnya lebih jauh daripada itu. Meskipun kisah Ibn Abbas tidak setepat kisah Syabi, tapi cukup untuk menjelaskan dongeng Mesopotamia merupakan asal-usul ayat Qur’an.
[107] Ibn Kathir, al-Bidayah Wa Nihaiah, I, hal. 114
[108] Ibn Kathir, Al Bidayah Wa Nihayah, I, hal. 114


Masyarakat Sumeria telah pernah melihat air lumpur kotor meluap membanjiri tanah mereka dari waktu ke waktu. Mereka kira air berlumpur ini berasal dari dunia bawah tanah yang memusuhi mereka. Tapi sebenarnya air berlumpuru ini terjadi ketika sungai² Eufrat dan Tigris meluap, membawa air berlumpur yang berasal dari pegunungan Mesopotamia Utara dan Turki. Karena menyebabkan banyak kesengsaraan, air berlumpur ini dianggap musuh oleh masyarakat Mesopotamia. Dongeng Sumeria tentang banjir air lumpur ini diwariskan ke setiap generasi dan dianut oleh berbagai kepercayaan dan sekte yang ada di sekitar Mesopotamia. Diantara sekte² tersebut adalah sekte Mandaia yang juga dikenal sebagai sekte Sabi (Sabian). Dalam kitab² suci Sabi, kita temukan “makhluk² bercahaya” turun ke bawah bumi, yang merupakan bagian dari tujuh lapis bumi. Mereka membawa pesan dari “Raja Cahaya” bagi orang² yang hidup di berbagai lapis bumi. Di kitab suci Mandaia berjudul Ginza Rba, tercantum kisah tentang Mandadahi, yang merupakan salah satu “makhluk bercahaya.” Dia bersaksi bahwa, setelah kembali dari bawah bumi, dia melihat “air hitam bergolak dan mencoba memancar ke permukaan bumi.” [109]
[109] Ginza Rba, book 3, first Hymn, diterjemahkan oleh Yousef Matta Khuzi dan Sabih Madlul al-Suheiri, (Bagdad, tahun 2001), hal. 51

Image
Lho... kok pake acara baptis segala? Kayak Kristen nih.

Dari keterangan itulah kita mengetahui bahwa dunia bawah bumi dikenal sebagai tempat yang bermusuhan, hitam, gelap, penuh air kotor. Hal ini persis sama dengan penjabaran Tubb’a, pemimpin Yemen yang menjabarkan matahari tenggelam di air yang berlumpur, hitam, kotor. Anggapannya ini sesuai dengan anggapan orang kuno yang mengira matahari tenggelam ke dunia bawah tanah, untuk menyirani penghuni bawah tanah, sebelum terbit kembali dan terbang ke atas untuk menerangi lapisan² langit, atau berada di langit dan menyembah para dewa.

Masyarakat Babylon percaya bahwa matahari, yakni Samas atau Utu, masuk ke pintu gerbang surga dan terbit di pintu gerbang Timur. Ada pula dongeng lain yang dipercaya orang² Babylon yang menyatakan bahwa matahari tenggelam ke bawah tanah di malam hari untuk menerangi dunia bawah tanah. Orang² Mesir juga percaya bahwa matahari tenggelam ke bawah tanah untuk menerangi dunia bawah tanah.

Agatharchides dari Cnidus melaporkan kepercayaan orang² Yemen bahwa matahari tenggelam dalam lautan, [110] dan ini berarti matahari tenggelam masuk ke dalam air di malam hari guna menerangi dunia bawah tanah. Tubb’a, ketua Yemen yang menjajah Mekah, juga percaya bahwa matahari tenggelam di dalam air berlumpur. Muhammad memasukkan kepercayaan itu ke dalam Qur’an, dan menambahkan bahwa Alexander Agung (Dzul Zulkarnaen) melihat matahari tenggelam di dalam kolam lumpur.
[110] Dari buku kelima Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan dari Photius, Bibliotheca, dikutip oleh Burstein, hal. 171-fragment 107a ; dari buku kelima Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan dari Diodorus, Library of History, dikutip oleh Burstein, hal. 171, fragment 107b

Bagaimana mungkin buku yang sarat dengan dongeng omong kosong bisa dipegang untuk jadi panduan tentang kematian dan persiapan kehidupan abadi nantinya? Buku sarat dongeng ngawur ini justru menyesatkan pembacanya dari kebenaran.

bersambung...

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Sun Feb 20, 2011 9:01 am
by Adadeh
Ibn Abbas membantu kita untuk mengetahui bahwa kota Antiokhia-lah yang dikatakan Muhammad sebagai kota yang dikutuk dan lalu dihancurkan dengan jeritan keras di jaman awal Kristen. Keterangan ini tentu saja sangatlah ngawurnya.

Sebagaimana yang telah kita lihat sebelumnya dalam Qur’an Muhammad bicara tentang dua murid yang melalui sebuat kota di mana mereka akan bergabung dengan murid ketiga. Dari text Qur’an kita ketahui bahwa Muhammad mengacu pada missi Barnabas dan Paul ke kota Antiokhia. Kedatangan mereka diperkuat dengan kehadiran Silas, yang dikirim para Rasul di Yerusalem. Muhammad mengatakan masyarakat kota itu dibinasakan melalui jeritan yang keras. Ini sudah jelas adalah keterangan sejarah yang sangat salah. Ibn Abbas membenarkan bahwa kota yang dimaksud Muhammad adalah Antiokhia.

Literatur Islam kuno, yang sarat dengan mithologi (dongeng² kuno) dan keterangan sejarah yang salah diterima begitu saja oleh masyarakat Medina yang tak berpendidikan dan suka takhayul.

Ibn Abbas menyusun jembatan berguna antara dongeng² asli dan contekannya di Qur’an. Narasi dalam Qur’an menunjukkan bahwa Muhammad bingung akan fakta sejarah. Tapi baik Ibn Abbas maupun Muhammad, ataupun para tokoh utama Hadis, atau orang² yang mengutip perkataan mereka, semuanya bukanlah orang² yang terpelajar dan bukan sumber terpercaya akan sejarah Mekah, terutama sebelum 570 M, yakni Tahun Gajah. Mulai di tahun itulah masyarakat suku Quraysh, penghuni kota Mekah, mulai mencatat sejarah kotanya. Al-Shaabi, salah satu sumber keterangan terpenting bagi Ibn Ishaq, membenarkan hal itu.

Apa yang ditulis para sejarah awal Islam serupa dengan tulisan Muhammad dalam Qur’an dan hadis. Semuanya mengandung kesalahan serius dalam kronologi sejarah. Mereka mengambil berbagai dongeng (mithologi) Arabia, Persia, dan berbagai daerah Timur Tengah dan menyisipkan atau menggabungkan dengan berbagai figur dan tokoh Perjanjian Lama. Setiap orang yang menciptakan sejarah baru versinya sendiri, bisa pula membuat agama Arab baru seperti yang Muhammad lakukan.

Masa di mana orang² ini, termasuk Muhammad, hidup adalah sekitar abad ke 7 dan 8 M. Di jaman ini, Arabia dipengaruhi berbagai sekte dan agama, seperti Zorastria, Sabian – yang merupakan kombinasi agama Mandaia dan Harranisme – Manikheisme, Gnotikisme, dan dongeng² Yahudi, yang banyak tersebar di berbagai suku Arab. Agama Yudaisme yang asli disebarkan oleh suku² Yahudi. Agama Kristen tumbuh sewaktu umat Yahudi pindah agama dan memeluk Kristen, dan non-Yahudi pun melakukan hal yang sama. Agama² Arab, terutama agama Pemuja Bintang dan kepercayaan Jinn, semuanya merupakan bagian dari percampuran agama. Agama² dan sekte² ini saling mempengaruhi, terutama di daerah sekitar Mekah dan Medina. Dongeng² dari sekte² dan filosofinya kemudian dianut oleh kelompok² baru, dan jadi sumber materi yang dimuat Muhammad dan para sahabatnya dalam Qur’an.

Penduduk Medina tidak terpelajar seperti penduduk Mekah. Penduduk Mekah banyak berhubungan dengan Kekaisaran Byzantium melalui perdagangan. Dongeng² kuno dalam Qur’an diterima masyarakat Medina, sedangkan masyarakat Mekah mengenalnya sebagai “dongeng² orang jaman dulu” [111] dan keterangan ini juga tercantum dalam Qur’an.
[111] Qur’an 16:24; 27:68 ; 23:83 ; 25:5; 68:15

Suku² Aws dan Khazraj di Medina percaya sepenuhnya akan dongeng² yang dicantumkan Muhammad dalam Qur’an. Masyarakat Medina yang percaya takhayul menerima Muhammad sebagai Nabi besar, dan percaya akan keterangan sejarah ngawur yang diajukannya. Ibn Abbas terkenal sebagai ulama besar Islam, dan dia pun menyampaikan keterangan sejarah berdasarkan dongeng² Timur Tengah. Dia mendengar dongeng² ini dari ayahnya, yang merupakan paman Muhammad yang memeluk Islam. Ayahnya ini terus-menerus berada di samping Muhammad, dan mendengar dongeng² itu darinya. Ibn Ishaq, penulis sejarah Islam terkenal lainnya, tumbuh besar di Medina. Dia melebih-lebihkan bagian kisah dongeng yang tidak diterangkan Ibn Abbas. Ibn Ishaq menciptakan silsilah keturunan dan berbagai kisah dongeng dari Mekah, tapi masyarakat Medina tak percaya akan keterangannya.

Literatur primitif Islam (Qur’an) yang sarat mithologi dan kronologi sejarah ngawur diterima masyarakat Medina, dan lalu dipaksakan untuk diterima kepada masyarakat Arabia dan Timur Tengah dengan ancaman pedang. Qur’an ditampilkan sebagai sejarah dunia yang benar, dan kebenarannya tidak boleh dipertanyakan atau diragukan oleh siapapun. Karena Allah-lah yang menjadi sumber keterangan Muhammad, maka keterangan itu harus dibela Muslim, sampai² para Muslim harus menciptakan sejarah baru agar bisa menghubungkan dengan kejadian masa lalu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Umat Muslim mengikuti ajaran² Muhammad, meskipun tak ada satu pun dokumen sejarah kuno yang membenarkan sejarah karangan mereka. Tulisan² Ibn Ishaq dan Ibn Abbas, dan juga Wahab bin Munabbih, dianggap benar oleh umat Muslim. Sejarah karangan mereka menggantikan keterangan catatan sejarah sebenarnya karena umat Mulsim ingin mengisi kekosongan diantara klaim² Muhammad dan fakta² sejarah.

Karena tiada metoda penyimpanan arsip bersejarah dan teknologi cetak seperti jaman sekarang, maka biasanya keterangan dianggap benar jika tertulis selama empat abad oleh para penulis. Kita punya para sejarawan yang menulis tentang Arabia di abad² 7, 8, dan 9 M. Ini berarti kita punya keterangan akurat tentang Arabia selama empat abad, tapi apa yang mereka tulis sangatlah berbeda dengan apa yang ditulis oleh Ibn Ishaq, Ibn Abbas dan para Muslim lainnya yang lahir di Medina, yang menulis tentang Mekah dan Ka’bah-nya.

Dengan membandingkan tulisan sejarah kedua kelompok ini, kita bisa menarik kesimpulan tentang sejarah suku² Arab tertentu dan pola imigrasi mereka dari Yemen ke bagian Arab lainnya, termasuk bagian Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Meskipun begitu, kita tidak bisa mendapatkan keterangan yang kredibel sebelum abad ke 2 M, karena para penulis hidup di sekitar abad 8 dan 9 M. Akan tetapi, dari keterangan mereka kita bisa menyimpulkan bahwa pendiri utama kota Mekah adalah suku Khuzaa’h di abad ke 4 M, dan masyarakat Quraysh mulai menempati kota itu di abad ke 5 M. Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pendiri utama Ka’bah adalah orang Himyarite, yang adalah orang pagan dan pemimpin Yemen, yang bernama Asa’d Abu Karb. Dia juga dikenal sebagai Abu Karb Asa’d, dan dia berkuasa di Yemen tahun 410-435 M.

Dari catatan² sejarah, kita tahu bahwa Hajar Aswad (Batu Hitam) dibawa ke Mekah dari Yemen. Para penulis Islam mengajukan berbagai keterangan tak masuk akal tentang tiadanya batu hitam itu di Mekah sebelum Quraysh hidup di kota itu, karena mereka ingin mendukung keterangan Qur’an bahwa batu itu berasal dari surga, dan sudah ada sejak jaman Abraham.

Dari pengamatan catatan sejarah pula kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan di sekeliling Ka’bah, asal-usul ibadah haji di Mekah. Riset sejarah haruslah berdasarkan catatan sejarah yang benar. Kita punya banyak sumber seperti itu. Para sejarawan dan ahli geografi Yunani yang mengunjungi Arabia menulis berbagai buku tentang apa yang mereka lihat. Catatan² tentang negara² yang menjajah daerah itu memberi kita keterangan yang terpercaya. Keterangan lain bisa kita dapat dari penemuan² di Arabia dan negara² sekitarnya. Alkitab juga merupakan sumber terpercaya tetnang berapa banyak suku² Arab yang bermunculan di jaman kuno. Keterangan² Alkitab mengungkapkan jalur dagang yang dilalui masyarakat kuno dari Arab, dan daftar berbagai negera dan kota di sepanjang jalur tersebut.

Keterangan penting ini menolong kita untuk mengetahui kota mana saja yang telah ada di Arabia barat sebelum jaman Kristen. Semua sumber tidak menyebut keberadaan kota Mekah sebelum abad ke 4 M. Sumber² catatan sejarah juga menerangkan sejarah kaum Ishmael – di mana mereka hidup dan ke mana mereka pergi berimigrasi. Tak ada keterangan yang menyatakan kaum Ishmael hidup di Mekah, atau menjadi pewaris atau pendiri agama monotheisme, seperti yang dinyatakan Muslim.


Mengapa Umat Muslim Perlu Mempelajari Sejarah

Umat Muslim seharusnya mempelajari sejarah yang benar dan membandingkannya dengan tulisan² yang dibuat Ibn Ishaq, Ibn Abbas, dll di abad ke 8 dan 9 M untuk mendukung dusta Muhammad. Untuk menerangkan pentingnya mempelajari hal ini, marilah lihat sejarah Afrika. Kita tahu bahwa banyak suku Afrika yang percaya sihir dan meminta bantuan para dukun jika menghadapi masalah. Semua sikap **** ini berhenti mereka lakukan begitu mereka menyadari akan kebenaran.

Aku tahu banyak umat Muslim yang memandang literatur Medina sebagai keterangan suci yang tak terbantahkan, meskipun penulisnya buta kronologi dan fakta sejarah. Tulisan² mereka bahkan jauh lebih kacau balau daripada tulisan² dari sekte² pagan lainnya di Timur Tengah. Aku akan menampilkan keterangan sejarah Mekah, Ka’bah, dan kaum Ishmael. Penyelidikan ini penting untuk menolong umat Muslim menemukan sejarah yang benar, dan membandingkannya dengan keterangan sejarah yang ditulis Muslim di Medina pada abad 7 dan 8 M.

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Sun Feb 20, 2011 9:48 am
by duren
Aweullohhuakbar ... sungguh sebuah fitnah yang benar =D>

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Wed Feb 23, 2011 12:50 pm
by Adadeh
Bagian II
Sejarah Asli Mekah


Tujuan² Penyelidikan Ini

Mekah dikenal luas sebagai kota di mana umat Muslim menunaikan ibadah haji. Jika kita banyak mengetahui apa yang diajarkan pada Muslim tentang Mekah, maka kita pun akan semakin mengetahui Islam.

Penyelidikan ini bermakna penting bagi umat Kristen karena Islam adalah agama yang menyatakan diri berakar dari Perjanjian Lama, berhubungan dengan bapak segala iman, yakni Abraham. Islam juga menyatakan bahwa Abraham dan Ishmael mendirikan Ka’bah di Mekah. Penyelidikan ini akan membuktikan bahwa pernyataan ini salah, dan diharapkan bisa mencerahkan para Muslim.

Penyelidikan ini bertujuan agar orang bisa berdialog dengan umat Muslim secara lebih baik, karena mereka telah tertipu dengan mengira mereka adalah pewaris agama Abraham. Untuk bisa menjelaskan lebih baik pada Muslim, maka kita harus benar² mengerti klaim Islam dan belajar bagaimana untuk membuktikan hal itu tidak benar.

Penyelidikan ini penting bagi Muslim karena Muhammad mengganti Yerusalem, di mana Yesus disalib di Golgotha, dengan Mekah, kota pagan. Penggantian ini bertujuan untuk membatalkan tempat bersejarah di mana Yesus membayar dosa manusia di kayu salib, di mana Abraham diperintahkan untuk mempersembahkan anaknya Ishak, sebagai simbol Ayah mempersembahkan AnakNya 2000 tahun kemudian. Penggantian ini bertujuan untuk membatalkan warisan Alkitab yang berharga dengan segala nubuatnya tentan Yesus, dan mengalihkan perhatian Muslim kepada Mekah pagan, sehingga mereka tidak lagi dapat keterangan yang benar tentang Tuhan. Penyelidikan ini akan membantu Muslim untuk tidak menggantungkan nasibnya pada keterangan yang salah.


1. Apakah Hagar Pergi ke Mekah?

Hagar dan Ishmael hidup di padang Paran, tapi apakah kota Mekah berada di Paran seperti yang dikatakan Muslim?

Muslim mengatkaan bahwa Ka’bah dibangun Abraham dan Ishmael. Mereka juga mengatakan bahwa di jaman Abraham, Mekah terkenal sebagai pusat agama monotheistik Arab yang terus berlangsung sampai Muhammad lahir. Mari kita selidiki pernyataan ini.

Ketika Ishmael masih remaja, Abraham mengusir Ishmael dan ibunya, Hagar. Alkitab mengatakan bahwa Ishmael dan Hagar, budak Mesir, pergi ke padang belantara. Alkitab tidak mengatakan mereka pergi ke jantung Arabia. Inilah yang tertulis tentang Ishmael di kitab Kejadian 21:20:

Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.

Nama padang gurun ini dinyatakan di ayat berikutnya:
Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir.

Paran itu letaknya dekat perbatasan Mesir. Kitab Bilangan 10:12 menyinggung lokasi ini sewaktu menjelaskan perjalanan Musa dan bani Israel di padang belantara, setelah Tuhan memerdekakan mereka dari Mesir:

Lalu berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan keberangkatan mereka, kemudian diamlah awan itu di padang gurun Paran.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Paran merupakan bagian dari Sinai, dan padang gurun terdekat dengan Gunung Sinai. Ketika penulis Islam membaca Alkitab bahwa Ishmael hidup di padang gurun Paran, mereka mencoba meyakinkan umat Muslim bahwa Paran adalah Mekah. Tapi keterangan Alkitab adalah jelas: Paran adalah bagian dari Sinai, dekat Gunung Sinai.

Kitab Bilangan menjelaskan lokasi padang gurun Paran bukanlah di sebelah selatan Gunung Sinai, tapi di sebelah utaranya, dan sangat dekat dengan perbatasan Palestina selatan. Ketika Musa mengirim mata² ke Tanah Perjanjian (Kanaan), para mata² Israel berangkat dari padang gurun Paran, karena daerah ini merupakan daerah terdekat Sinai ke kota² Palestina. Silakan baca keterangannya di Bilangan 13:1-3 sebagai berikut:

TUHAN berfirman kepada Musa:
Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka haruslah kausuruh seorang, semuanya pemimpin-pemimpin di antara mereka.
Lalu Musa menyuruh mereka dari padang gurun Paran, sesuai dengan titah TUHAN; semua orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel.


Di ayat ke-22 di bab yang sama tertulis bahwa mata² tersebut masuk Hebron, kota utama di Kanaan Selatan. Hal ini menjelaskan dengan tepat bahwa Paran merupakan bagian dari Sinai, yang terletak di perbatasan selatan Kanaan. Tidak hanya di kitab Bilangan, tapi ayat² lain Alkitab juga menyatakan lokasi Paran yang sama. Lihat kitab Ulangan 1:1 sebagai berikut:

Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab.

Ayat ini menyatakan bahwa Paran terletak diantara sungai Yordan dan perbatasan selatan Kanaan. Daerah selatan Israel merupakan tempat berlindung bagi mereka yang ditindas raja² Israel. Karena Paran merupakan daerah perbatasan Israel yang dekat Hebron dan kota² selatan Israel, maka Daud pergi ke Paran tatkala Samuel wafat, seperti yang tercantum di 1 Samuel 25:1 sebagai berikut:

Dan matilah Samuel; seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama. Dan Daud berkemas, lalu pergi ke padang gurun Paran.

Image
Peta Kanaan di jaman Perjanjian Lama. Jalur biru adalah jalur perjalanan Abraham di Kanaan, Kejadian 12-13. Jalur Ungu adalah jalur penyerangan Kedorlaomer melawan raja² Kanaan, Kejadian 14.
Ref. "Collins Atlas of the Bible', edited by James Pritchard, hal. 33.


Karena lokasi Paran, maka tak heran apabila Ishmael bisa bertemu Ishak lagi dengan mudah ketika ayah mereka, Abraham, wafat dan dikuburkan. Lihat keterangan di Kejadian 25: 9 sebagai berikut:

Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre,

Gua Makhpela itu terletak di Hebron, yakni sekitar 1000 mil jauhnya dari kota Mekah yang baru dibangun di abad ke-4 M. Jika Paran terletak di jantung Arabia, seperti yang dinyatakan Muslim, maka Ishmael harus melakukan perjalanan selama empat bulan dari Mekah ke Hebron. Hukum penguburan jenazah dan keadaan alam mengharuskan Abraham untuk segera dikubur di hari yang sama setelah dia wafat. Karena dia bisa tiba di upacara penguburan tepat waktu, Ishmael tentunya hidup di Paran dekat Heborn, yang adalah perbataan Kanaan.

Akan tetapi, Muslim mencari akal untuk menjelaskan masalah lama perjalanan ini. Karena mereka tahu adanya jarak yang jauh antara Mekah dan tempat Abraham hidup di Kanaan, hadis mengatakan Bouraq, unta bersayap, mengangkut Abraham dari Hebron ke Mekah. Kata mereka, Abraham mengunjungi Ishmael di Mekah. Bouraq itu adalah makhluk yang sering disebut di berbagai dongeng Timur Tengah, seperti Persia, jauh sebelum jaman Muhammad.

Perihal Bouraq atau unta bersayap tercantum di tulisan literatur Zoroastria, yakni tulisan Pahlavi dari kitab suci Dinkard, yang beisi keterangan tentang Avesta. Dinyatakan bahwa Nabi Kai-Khusrois mengubah Dewa Air Vae menjadi makhluk berbentuk unta. Dia lalu menunggangi unta itu dan pergi mengunjungi tempat di mana dewa² Persia berada. Menurut bab Dinkard, Kai-Khusrois akan kembali untuk membangkitkan kembali agama Zoroastria di seluruh dunia. [1] Buku ini menjelaskan bahwa unta bersayap merupakan kendaraan para Nabi Zoroastria, ketika melakukan perjalanan ke surga atau tempat lain yang tersembunyi di jagad raya. Nantinya, Muhammad menyatakan bahwa dia pun mengendarai Bouraq untuk pergi ke surga. Lalu Muslim pun mengarang di hadis bahwa Abraham naik Bouraq dari Kanaan untuk pergi ke Mekah. Banyak kejadian dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa Ishmael tetap hidup di Paran selama hidupnya.
[1] Dinkard-Book IX, Chapter XVIII, 2-7 , Pahlavi Texts, Part IV, diterjemahkan oleh E.W. West, The Sacred Books of the East, Volume 37, Published by Motilal Banarsidass, Delhi, 1969, hal. 224-225


Sumur yang ditunjukkan Tuhan pada Hagar di padang gurun Bersyeba bukanlah sumur Zamzam di Mekah.

Kita membaca di kitab Kejadian bahwa Ishmael hidup di bagian selatan Kanaan dekat keponakan lakinya Esau. Alkitab dengan terperinci menjelaskan hubungan keduanya, menunjukkan bahwa mereka sering saling mengunjungi. Ishmael tentunya hidup di sana selama bertahun-tahun, karena Esau menikahi anak perempuan Ishmael, begitu menurut kitab Kejadian 28:9. Pada saat itu, ketika Ishmael dan ibunya (Hagar) diusir dari rumah Abraham di Bersyeba, Palestina Selatan, mereka berdua tentunya tidak bisa jalan lebih daripada 50 sampai 100 mil saja sebelum air di kantung kulit Hagar habis. Begini keterangan di kitab Kejadian 21:14-21

Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.
Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,
dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: "Tidak tahan aku melihat anak itu mati." Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.
Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.

Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.
Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.
Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir.


Berdasarkan ayat² di atas, sumur yang ditunjukkan Tuhan pada Hagar terletak di Bersyeba, tak jauh dari tempat Abraham tinggal di Kanaan Selatan. Sumur itu tidak mungkin sumur Zamzam di Mekah, seperti yang diklaim Muslim, karena sumur Mekah itu terletak lebih dari 1000 mil dari Bersyeba. Sudah tentu Hagar tak mungkin membawa suplai air untuk berjalan sejauh 1000 mil. Bahkan seandainya dia punya bekal makan dan minum, dia tak mungkin bisa menempuh jarak jauh antara Hebron dan Mekah karena ini berarti dia harus melampaui gurun pasir yang tak berpenghuni, yang tak terlampaui di jamannya, tanpa ada kota atau desa baginya untuk istirahat. Dia butuh waktu lebih dari setahun untuk berjalan kaki dari Hebron ke Mekah, tanpa kafilah apapun, dan tanpa petunjuk arah perjalanan dari siapapun karena daerah itu tak terjelajahi.

Catatan sejarah pertama orang Mesir tentang Yemen ditulis di abad ke 14 SM, berabad-abad setelah jaman Hagar. Baru di abad ke 14 SM-lah orang Mesir mengetahui bahwa ada penduduk yang tinggal di Yemen. Sejarawan Mesir ini memberi keterangan pada kita tentang tanah tersebut. Catatan tertua tentang Arabia selatan ditulis di jaman Firaun, yakni Tuthmosis III, di tengah abad ke 14 SM. [2] Baru di abad ke 12 SM terbentuklah kerajaan pertama di Yemen, bernama Kerajaan Sabian, sekitar 9 abad setelah Abraham hidup. Jadi sebelum berdirinya kerajaan Sabaia, daerah gurun diantara Palestina dan Yemen belum pernah dilalui oleh kafilah apapun. Kota² yang dibangun di sepanjang jalur perjalanan kafilah baru muncul lama setelah itu, karena jalur itu tidak pernah dilalui masyarakat Yemen sampai waktu yang sangat lama. Menurut para sejarawan, jalur layar ditemukan sebelum jalur daratan, karena perjalanan laut lebih cepat dan tidak seberbahaya jalur daratan. Para ahli yakin bahwa jalur laut dipakai sebelum abad ke 12 SM, dan jalur daratan di sepanjang Laut Merah baru dibentuk sesudah abad ke 3 SM.

Dengan begitu, pernyataan bahwa Hagar dan Ishmael menyeberangi gurun pasir Mekah merupakan pernyataan yang sangat ngawur, dan hanya bisa diterima orang yang sama sekali tak mengerti sejarah Arabia. Di jaman Hagar, tiada hubungan apapun antara Palestina dan Yemen; tiada kerajaan apapun di Yemen; dan tak ada suku bangsa apapun yang ada di daerah Arabia Barat, di mana nantinya Mekah didirikan. Seperti yang kukatakan sebelumnya, jalur daratan dari Yemen ke Arabaria Utara dekat Laut Merah baru mulai dibentuk di abad ke-3 SM. Sejak itu, beberapa desa dibangun sebagai tempat peristirahatan para kafilah. Sebelum itu, kafilah² selalu menghindari gurun pasir berbahaya tersebut. Orang² Yemen dulu lebih memilih berlayar di Laut Merah untuk menghindari perjalanan gurun yang lama dan berbahaya, dan untuk mencapai pelabuhan² dekat Ilat, yang sekarang merupakan pelabuhan² di Israel dekat Aqaba, di Yordania. Beberapa kota di sepanjang Laut Merah baru didirikan setelah berbagai jalur perjalanan daratan mulai bermunculan di abad ke 1 M. Tapi bukan di Mekah.

Para geografer Yunani dan Roma melalui jalur perjalanan tersebut setelah dibentuk di abad ke 3 SM. Mereka menulis tentang berbagai desa dan kota yang telah berdiri di sepanjang Laut Merah, di mana nantinya Mekah didirikan. Mereka mencatata tentang desa² kecil dan tempat² istirahat kafilah. Mereka menulis tentang setiap kuil yang ada di bagian² Arabia Barat. Tak ada satu pun yang menyebut tentang kota Mekah, atau bahwa ada kuil Ka’bah di Mekah.

Para geografer juga menjabarkan adanya berbagai suku dan masyarakat yang hidup di Arabia Barat. Tapi, ketika menerangkan tentang daerah di mana Mekah nantinya dibangun, semuanya berkata bahwa daerah itu adalah daerah pasir yang tak berpenghuni, yang kadangkala saja dilalui masyarakat nomadus. Daerah itu tak memiliki tempat tinggal atau desa apapun. Kita punya penjelasan akan fakta ini sejak jaman Herodotus, sejarawan dan geografer Yunani terkenal yang hidup di abad ke 5 SM, dan juga di jaman setelah dia wafat sampai abad ke 4 M. Dari 5 SM sampai 4 M, beberapa sejarawan Yunani dan Romawi melalui jalur perjalanan tersebut dan menulis pengalaman mereka.

Image
Sejarawan dan geografer Yunani Herodotus.

Catatan sejarah mereka dengan jelas tidak menyinggung Mekah sama sekali sebelum jaman Kristen, atau beberapa abad pertama setelah Yesus hidup di bumi. Hal ini dengan tegas membantah klaim Islam bahwa Mekah sudah ada sejak jaman Abraham, dan juga membantah keterangan Qur’an bahwa kuil Ka’bah di Mekah dibangun oleh Ishmael dan Abraham. Dengan demikian, sejarah menunjukkan tiadanya hubungan antara kuil pagan dan agama monotheistik Alkitab dengan Abraham sebagai pendirinya.

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Wed Feb 23, 2011 1:00 pm
by Adadeh
Peta Timur Tengah di jaman Raja Salomo (971 - 931 SM). Mekah tak ada di peta Jazirah Arabia, karena memang belum ada.
TimTeng1.jpg
2. Keterangan² para penulis klasik menunjukkan bahwa Mekah tidak mungkin dibangun sebelum abad ke-4 M

Data akurat dari geografi Yunani juga tidak menunjukkan adanya Mekah sebelum abad ke 4 M.

Kami memiliki catatan² sejarah komplit dari para penulis Yunani dan Romawi, dan juga ahli geografi yang mengunjungi Arabia dari akhir abad ke 5 SM sampai abad ke-3 SM. Beberapa dari orang² tersebut menggambar peta Arabia dan menerangkan setiap kota, desa, gunung, dan kuil yang ada di daerah itu, tapi tak satu pun menyebut kota Mekah. Jika Mekah memang sudah ada sejak ribuan tahun sebelumnya, maka tentunya para ahli geografi dan penulis sejarah kuno menyebut keberadaannya.

Mari telaah beberapa tulisan kuno tersebut. Orang Yunani terkenal akan ketepatan mereka dalam bidang geografi. Begitu tepatnya, sehingga mereka tak mau menggunakan laporan dari para pedagang. Strabo adalah ahli geografi dan sejarawan Yunani yang hidup di abad ke-1 M. Dia menekankan pentingnya untuk tidak bergantung pada laporan para pedagang, tapi bergantung pada penemuan² resmi yang diperoleh dari ahli geografi dan sejarawan yang berkunjung sendiri ke tempat tersebut. [3] Karena itulah keterangan dari para ahli geografi dan sejarawan Yunani sangat berharga, terutama keterangan tentang kota² yang ada di Arabia Barat sejak akhir abad ke 5 SM sampai abad ke 4 M. Keterangan mereka sangat penting untuk mengetahui tahun berapa kota² tertentu muncul. Dari data mereka kita ketahui bahwa kota² dibangun dengan jarak waktu sekitar 20 tahun di Arabia Barat. [color=##990000]Tapi kota Mekah tidak ada dalam seluruh tahun² yang dicatat ahli geografi Yunani dan Romawi. Dengan demikian, pernyataan kota Mekah sudah berdiri sejak jaman Abraham bukan hanya tak akurat, tapi juga sangat bertentangan dengan catatan sejarah.[/color]
[3] Strabo, Geography, xv.1:4


Herodotus, Sejarawan Yunani Kuno, Mengunjungi Arabia

Image
Herodotus, sejarawan terkemuka Yunani, dikenal sebagai "Bapak Ilmu Sejarah."

Orang² Yunani telah lama tertarik untuk mengarungi Laut Merah dan daratan pantai Baratnya sejak abad ke-6 SM. [4] Salah satu survey geografi pertama yang sangat berharga karena menjelaskan daerah Arabia secara detail, dibuat oleh Herodotus, sejarawan Yunani terkenal di abad ke 5 SM. Dia hidup dari tahun 485 SM sampai 425 SM. Herodotus memang suka menjelajahi berbagai daerah di jaman dahulu. Karya utamanya yang berjudul Sejarah² (Histories), menjabarkan berbagai negara yang dikunjunginya. Dia datang ke Arabia pada pertengahan abad ke 5 SM, dan menulis tentang geografi Arabia. Dalam tulisannya, dia menulis nama kota² di Jazirah Arabia. Dia tidak menyebut kota Mekah.
[4] Stanley Burstein, Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, The Hakluyt Society London, 1989, hal. 1

Setiap kota pusat agama tentunya penting untuk dicatat, karena kota² ini sangat penting bagi kebudayaan di jaman itu. Yerusalem di Israel, dan berbagai kota agama lainnya disebut oleh para sejarawan dan ahli geografi Yunani dalam tulisan² mereka, baik di Eropa, Asia, Timur Tengah, dan sebagian Afrika. Karena kedudukannya yang penting, semestinya kota Mekah adalah kota pertama yang harus disebut dalam penyelidikan atau tulisan apapun tentang Arabia. Akan tetapi bahwa sejarawan terkenal seperti Herodotus tidak menyebut kota Mekah sama sekali, sedangkan banyak kota² Arabia lain yang disebutnya.


Para Ahli Geografi Alexander Agung dan Arabia

Penyelidikan yang dilakukan oleh dua ahli geografi yang diperintahkan Alexander Agung juga tak menyebut tentang keberadaan kota Mekah di abad ke 4 SM.

Di abad ke 4 SM, Raja Alexander Agung mengirim dua ahli geografi untuk menyelidiki daerah Arabia sebagai persiapan invasi yang sedang direncanakan Alexander. Meskipun kematiannya di tahun 323 SM menghentikan invasi, sejarawan dan ahli geografi tersebut berhasil menghasilkan keterangan terperinci Arabia pada orang² Yunani. Kedua orang itu adalah Batlimos bin Lagos dan Aristopolos. Penyelidikan mereka disalin ulang oleh penulis Yunani bernama Arianos, dan sejarawan terkenal Strabo. Dalam catatan mereka tercantum keterangan penuh detail tentang pantai Laut Merah dan daerah sekitarnya. Jika Mekah sudah ada di abad ke 4 SM, tentunya mereka tak akan luput mencatatnya. Tapi mereka tak menyebut keterangan apapun tentang Mekah.

Image
Strabo, geografer, sejarawan, dan filsuf terkenal Yunani.

Catatan kedua sejarawan utusan Alexander ini sangat penting, karena Alexander terkenal suka menyelidiki budaya, sejarah, dan aspek agama setiap negara sebelum diserangnya, agar dia tahu bagaimana harus berhubungan dengan para penduduknya. Jika Mekah telah ada di jaman Alexander, tentunya tempat ini akan menarik perhatian sejarawan dan ahli geografi Yunani yang dikirimnya.

Jika Muslim menyatakan bahwa Mekah, pusat agama monotheistik, telah ada sejak jaman Abraham, maka kota itu tentunya menarik banyak umat dari berbagai suku di Arabia, termasuk Yemen. Kota itu pasti akan jadi bahan pengamatan besar bagi kedua sejarawan utusan Alexander. Tentunya tiada kota lain yang lebih menarik perhatian Alexander dibandingkan kota Mekah, karena dia sangat suka mempelajari agama dan sejarahnya. Kedua sejarawan itu menyebut setiap sudut Arabia secara terperinci, tanpa menyebut Mekah sama sekali karena Mekah memang belum ada di abad ke 4 SM. Dengan begitu, klaim Qur’an dan umat Muslim tentang sejarah Mekah adalah salah.

Jika kita membandingkan pernyataan sejarah di Qur’an dan Alkitab, maka kita dapatkan pernyataan Alkitab selalu benar dan tepat keterangan sejarahnya. Aku tak menemukan satu pun sangkalan dari seluruh catatan sejarah bahwa Yerusalem memang benar² ada. Catatan² sejarah tentang Yerusalem dan agama monotheisnya telah tertulis sejak generasi pertama bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian di abad ke 15 SM. Catatan² dari Mesopotamia dan Mesir menulis lengkap tentang Yerusalem. Kita juga punya berbagai literatur Ibrani tentang Raja² yang berkuasa di kota Yerusalem. Catatan sejarah dari bangsa Israel dan non-Israel menyatakan tentang ibadah monotheistik yang dilakukan umat Yahudi di Bait Tuhan di Yerusalem.

Fakta² ini seharusnya cukup untuk meyakinkan rekan² Muslim kita untuk meninjau ulang kebenaran keterangan Islam tentang asal-usul Mekah dan Ka’bah yang sebenarnya.


Penelitian Theophrastos

Penelitian Theophrastos juga tidak menyebut tentang keberadaan Mekad di akhir abad ke 3 SM.

Image
Theophrastos

Sejarawan Yunani terkenal, Theophrastos, hidup di abad ke-4 SM. Dia menulis tentang masyarakat Sabia – perdagangannya, tanahnya, dan jalur pelayarannya. Dia menulis terperinci tentang agama Sabi, tapi tak menyebut apapun tentang Mekah. Hal ini penting adanya, karena Muslim menyatakan bahwa di masa lampau Mekah adalah pusat perdagangan dengan Yemen dan masyarakat Sabi. Fakta menunjukkan bahwa Theophrastos yang ahli dalam menjabarkan daerah dengan penuh detail – terutama tentang hubungan dan jalur dagang – tidak menyebut Mekah.

Setelah kematian Alexander Agung, banyak penulis dan sejarawan kuno menulis tentang sejarah dan geografi Arabia. Kebanyakan dari mereka hidup di Alexandria, yang merupakan ibukota Ptolemies. Universitas pertama di dunia didirikan di Alexandria, and memiliki perpustakaan terkenal yakni Perpustakaan Alexandria. Salah satu tokoh sejarah terkenal Alexandria adalah greografer terkemuka Eratosthenes. Dia hidup dari tahun 275 sampai 195 SM, dan dia banyak menulis tentang geografi Arabia. Eratosthenes mengumpulkan berbagai keterangan dari banyak sumber. Dia menyelidiki data yang ditulis orang² yang dikirim Alexander Agung, dan data penjelajahan geografi yang ditulis para penerus Alexander dari Ptolemaik. [5] Penelitian² Yunani ini terus dilakukan sampai ke abad ke-3 SM. [6]
[5] Stanley Burstein, Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, The Hakluyt Society London, 1989, hal. 30
[6] Stanley Burstein, Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, The Hakluyt Society London, 1989, hal. 3


Keterangan dari penyelidikan² Ptolemy II di tahun 278 SM mencakup daerah² selatan Laut Merah dan pantai Afrika. Keterangan ini digunakan untuk mengontrol jalur perdagangan rempah² yang datang dari India dan Yemen. Keterangan ini juga digunakan untuk berburu gajah. Gajah² digunakan dalam perang² Ptolemies melawan Seleucid, keluarga ningrat Yunani yang mendominasi Syria. Faktor² ini membuka pintu bagi pengumpulan data geografi pantai Afrika di Laut Merah dan pantai Arabia. Hasil kegiatan geografis ini ditulis adalah buku Eratosthenes, dan sebuah peta yang penting.
(keterangan: Ada laporan² Eratosthenes yang hilang, tapi banyak yang telah dikumpulkan dalam buku Agatharchides yang berjudul “On the Erythraean Sea” (Pada Laut Erythraea), Burnstein, hal. 12)

Eratosthenes mengukur panjangnya Laut Merah. Dia juga membuat penelitian lengkap akan jalur perjalanan daratan dan lautan yang menghubungan Arabia selatan dengan Aqaba, atau Ilat di sebelah utara, yang merupakan pelabuhan Israel di Laut Merah. Dia menjabarkan keterangan tentang berbagai masyarakat dan pusat budaya, tapi dia tak menyebut tentang Mekah, meskipun dia melalui jalur perjalanan di mana Mekah nantinya dibangun.


Ahli Geografi Kuno Menjabarkan Daerah Di Mana Mekah Nantinya Dibangun sebagai “Daerah Yang Tak Berpenghuni”

Image
Erathosthenes, geografer ternama dari Yunani.

Laporan Eratosthenes menerangkan tentang daerah Arabia yang berhubungan dengan pantai² Afrika sepanjang Laut Merah, yang disebut sebagai Troglodytic Land (Daerah Liar). [7] Daerah Liar ini merupakan daerah penting bagi penyelidikan kita karena merupakan padang pasir sangat luas yang berhadapan dengan pantai Arabia di Laut Merah. Hal ini diterangkan dengan jelas oleh para geografer kuno. Bagian selatan Daerah Liar merupakan daerah kering tanpa kota atau desa. Daerah ini berbahaya karena para nomadis liar kadangkala berkelana di sana untuk menyerang kafilah yang lewat. Para sejarawan kuno menyebut tempat ini tak berpenghuni, membagi daerah Arabia Utara dan Arabia Selatan. Tak ada apapun yang dibangun di situ sampai kota Mekah dibangun sekitar abad ke-4 M. Meskipun begitu, tempat itu dianggap sebagai jalur perjalanan yang berbahaya. Di abad ke-3 M, di sekitar jaman masyarakat Sabaia Yemen, mereka mulai menggunakan jalur dagang daratan untuk berdagang dengan Israel dan Syria. Jalur ini tetap dikenal sebagai jalur daratan yang paling berbahaya sampai jaman Kristen.
[7] The Geography of Strabo, Buku XVI .4:4
The Geography of Strabo, Volume VII, Harvard University Press, 1966, hal. 313


Para ahli geografi setelah jaman Eratosthenes menerangkan tentang daerah di sekitar Daerah Liar, sedangkan Eratosthenes tidak menyebutkannya. Ini menerangkan bahwa di jaman Eratosthenes masih hidup (275-195 SM), daerah sekitar Daerah Liar tidak berpenghuni, dan hanya bagian dari gurun pasir luas. Karena jalur daratan dekat Laut Merah dari Yemen ke Palestina jarang digunakan di jaman Eratosthenes, maka kita bisa menyimpulkan bahwa tak ada desa yang dibangung di jalur tersebut.

Jika Mekah di jaman itu sudah ada, maka tentunya Mekah menjadi tempat peristirahatan para kafilah dalam perjalanan. Kota Mekah tentunya akan terkenal di sepanjang Laut Merah. Kenyataan bahwa Eratosthenes dan ahli geografi lainnya tak menyebut kota Mekah dan Ka’bah atau desa² atau kota² apapun di sekitarnya membuktikan bahwa tempat itu memang kosong sama sekali. Karena daerah Mekah di abad ke-3 dan 4 SM merupakan daerah liar tak berpenghuni, maka tidak mungkin daerah itu menjadi pusat monotheisme di abad ke-21 SM, di jaman Abraham. Di jaman itu bahkan daerah Yemen yang terkenal dengan jalur dagangnya belum ada.

Suku Quraysh (suku asal Muhammad) datang ke daerah tak berpenghuni ini di abad ke-5 M. Setelah mengunjungi Yemen dan mengaku sebagai Nabi Allah, Muhammad ingin mengalihkan warisan Alkitab kepada sukunya di Mekah; tapi hal itu tetap tak bisa mengganti laporan sejarah tentang daerah gurun pasir tersebut.


Penelitian Agatharchides akan Arabia Barat sebagai Sumber Keterangan yang Dapat Dipercaya

Sekarang kita pelajari keterangan tentang Arabia di abad ke-2 SM. Tanpa diragukan lagi, sejarawan dan geographer paling terkemuka di jaman itu adalah Agatharchides dari Alexandria yang menulis dari tahun 145-132 SM. Dia diakui sebagai tokoh utama dalam mengumpulkan sejarah politik Mesir di akhir abad ke-2 SM. [8]
[8] Lihat C. Muller, Geographi Graeci Minores, Paris, 1855-1861, I,LIV-L,VIII; dikutip oleh Burstein, hal. 13

Image
Agatharchides, sejarawan dan geografer terkemuka Yunani di abad ke-2 SM.

Karena dia sangat akrab dengan kalangan penguasa/dinasti Ptolemies dari Mesir, dia mendapat pengetahuan langsung dari mereka tentang berbagai penelitian yang diadakan di abad ke-2 dan 3 SM, terutama tentang daerah di sekitar Laut Merah, pantai2 Afrika, Arabia Barat dan Selatan. Dia memiliki akses ke berbagai sumber keterangan tertulis yang mencatat prestasi2 Ptolemies. Catatan2 ini terutama berisi tentang perjalanan para raja di awal abad ke-2 dan di abad ke-3 SM. [9] Agatharchides menyusun semua keterangan dengan pengamatan yang tajam. Dia mencatat nama2 para penjelajah yang mengunjungi berbagai daerah. Salah satu dari para geographer yang ditulis namanya adalah Ariston, yang diperintahkan Ptolemy di abad ke-3 SM untuk menjelajahi Arabia, terutama bagian2 Arabia Barat dekat Laut Merah di mana Mekah nantinya dibangun. [10]
[9] Fraser, P.M., Ptolemaic Alexandria, Oxford, 1972, I, 549; cf. Peremans, W., Diodore de Sicile et Agatharchide de Cnide', Historia xvi, 1967, hal. 443-4; dikutip oleh Burstein, hal. 30
[10] Dari Buku jilid 5 Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan oleh Photius, Bibliotheca, dikutip oleh Burstein, hal. 147-bagian 87


Agatharchides menyebut nama2 penjelajah lainnya seperti Simmias, yang diperintahkan Ptolemy III untuk menjelajahi Arabia. Agatharchides mencantumkan penjelasan Simmias tentang daerah tersebut, dan ini merupakan sumber keterangan penting bagi kita. [11]
[11] Dari buku jilid 5 Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan oleh Diodorus, Library of History, dikutip oleh Burstein, hal. 79-bagian 40b

Agatharchides juga mempelajari berbagai buku yang ditulis oleh geographer lainnya yang dikirim oleh Ptolemies. [12] Para ahli berpendapat dia banyak menggunakan keterangan dari perjalanan Anaxicrates ke Arabia Selatan dan Barat. [13] Terdapat tujuh sejarawan kuno yang mendatangi dan menulis tentang daerah Laut Merah di abad ke-3 SM. Mereka adalah: Pythagoras, [14] admiral Ptolemy II, Bailis, Dalion, Bion dari Soli, Simonides Muda, Aristocreon, dan Philon. Para ahli menegaskan bahwa Agatharchides mempelajari semua tulisan mereka. Buku2 mereka tercantum di Perpustakaan Alexandria yang terkenal. Dari narasi Strabo, kita ketahui bahwa Ertosthenes mengoleksi buku2 ini. [15] Agatharchides menyusun semua keterangan dari berbagai laporan dan buku para penjelajah dan geographer sebelum jamannya. Dia juga mencatat keterangan orang2 yang ditemuinya, yang disebutnya sebagai “saksi mata.” Diantara orang2 ini adalah para utusan raja – pedagang dan penjelajah yang mengunjungi daerah2 di sekitar Laut Merah.(i) Sayangnya, buku asli Agatharchides tentang Laut Erythraean sudah hilang, tapi seluruh buku telah disalin ulang oleh tiga penulis kuno lainnya yakni Strabo, Photius, dan Diodorus. Kesimpulan buku Agatharchides yang terpenting ditulis di buku Photius yang terkenal yakni Bibliotheca. (ii)
(i) Banyak halaman di buku On the Erythraean Sea yang dengan jelas menunjukkan fakta bahwa Agathachides bertanya pada para pedagang saksi mata dan orang² lainnya yang mengunjungi daerah tersebut.
(ii) Meskipun buku Agatharchides tidak ada lagi, tulisannya telah disaling ulang melalui sinopsis dari para penulis kuno Photius, Diodorus, dan Strabo. Kesimpulan tepat buku ke-5 Agatharchides terdapat dalam buku Diodorus yang berjudul Library of History, bab 12-48. Kesimpulan Photius di bukunya yang berjudul Bibliotheca, terutama Codex 250, adalah sangat penting.
[12] Peremans, W., Diodore de Sicile et Agatharchide de Cnide', hal.. 447-55, dikutip oleh Burstein, hal. 32
[13] Burstein, Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, The Hakluyt Society London, 1989, hal. 160
[14] Terdapat bagian² buku Pythagoras, disimpan oleh Aelian, NA 17.8-9 dan Athenaeus, Deipnosophists 4.183-4; dikutip oleh Burstein
[15]Strabo menulis: “Eratosthenes mengetahui bahwa semua keterangan ini berdasarkan keterangan saksi mata yang telah mengunjungi daerah itu, karena dai telah membaca banyak keterangan sejarah- dan dia punya akses ke perpustakaan yang disebut Hipparchus sangat besar – yakni Perpustakaan Alexandria, Strabo, Geography, buku 2.15


Ketepatan keterangannya diterima oleh berbagai ahli. Penjelajahan dan penemuan2 di abad ke 7 dan 8 M membenarkan ketepatan tulisan2 Agatharchides. Burstein, dalam bukunya yang berjudul Agatharchides of Cnidus, on the Erythrean Sea (Agatharchides dari Cnidus, dan Keterangan tentang Laut Erythrean), menjabarkan sebagai berikut “mereka telah membenarkan ketepatan keterangannya sehingga diakui oleh berbagai ahli sebagai salah satu sumber terpenting sejarah dan geografi manusia kuno Afrika baratdaya dan Arabia Barat.” [16]
[16] Burstein, Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, The Hakluyt Society London, 1989 , hal. 36

Contoh ketepatan yang disebut para ahli adalah bagaimana Agatharchides menjabarkan pantai2 dan air2 yang bercampur. Agatharchides menjelaskan bahwa warna air di hadapan Tanah Saba, Arabia Selatan, adalah putih, bagaikan air sungai. Fenomena ini masih terjadi sampai hari ini. [17] Elemen lain yang membuktikan ketepatan dan kualitas tulisannya adalah kesamaan deskripsinya tentang suku2 dan masyarakat daerah itu dengan deskripsi tentang masyarakat tersebut di laporan jaman kemudian. [18] Agatharchides mencantumkan berbagai ukuran dalam naskah2nya tentang pantai2 Laut Merah di Arabia Barat. Ini menunjukkan bahwa keterangannya berasal dari para ahli geografi yang memeriksa pantai dan daerah Arabia yang berhubungan.
[17] Dari buku ke-5 of Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan dari Photius, Bibliotheca, dikutip oleh Burstein, hal. 169- bagian 105a
[18]Lihat penyelidikan Burstein, catatan kaki, hal. 33


Ptolemies ingin memiliki data akurat tentang daerah Arabia untuk melindungi perdagangan mereka di Laut Merah, dan untuk mengetahui bagaimana menghadapi berbagai suku yang hidup di daerah sekitar Laut Merah. Mereka juga ingin tahu ukuran2 panjang yang tepat dari berbagai daerah di mana jalur dagang melampaui daerah2 yang tak berpenghuni, atau daerah yang dihuni suku2 buas atau Arab Baduy. Hal ini menjelaskan banyaknya penyelidikan akan Arabia yang sangat tinggi kualitasnya, penuh keterangan terperinci, panjang, dan tepat di sepanjang abad ke-2 dan 3 SM, di mana Ptolemeis mulai mengontrol jalur dagang di Laut Merah, dan berhadapan dengan perampok yang mengancam perdagangan dari daerah2 Arabia. Buku Agatharchides menunjukkan keberhasilan geographer Yunani dalam menyediakan keterangan geografi Arabia Barat yang tepat bagi Ptolemies.

Meskipun Agatharchides menulis lokasi2 di sepanjang Laut Merah, termasuk segala kuil dan jalur yang ada di daerah di mana Mekah nantinya dibangun, dia tidak pernah menyebut Mekah atau kuil Ka’bah.

Dalam penjabarannya tentang Arabia Barat, Agatharchides menulis tentang masyarakat yang hidup di abad ke-3 SM dan paruh pertama abad ke-2 SM, di daerah2 sekitar Laut Merah. Dia mulai dengan suku Nabasia, dengan ibukota mereka di Yordania selatan dan menembus ke Arabia utara, dan dia menjelaskan populasi, kota, pelabuhan, kuil, gunungnya, sampai mencapai Yemen. Inilah penjelasannya: Dia melalui daerah di mana kota Mekah nantinya dibangun, tapi dia tak pernah menyebut Mekah, atau kuil apapun di tempat itu, meskipun bangunan2 kuil merupakan pokok penyelidikannya yang utama. Dia menjelaskan asal-usul Kuil Poseidon, di sebelah baratdaya pantai Sinai. Dia mengatakan siapa pembangunnya dan untuk siapa kuil itu dibangun. Dia juga menjelaskan tentang kuil yang terletak di gurun Negev, dengan mengatakan:

Terdapat altar kuno yang terbuat dari batu keras dan mengandung tulisan kuno yang sulit dimengerti. Kuil suci ini dijaga oleh seorang pria dan wanita yang berdiam di situ seumur hidup. [19]
[19] Dari buku ke-5 Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan dari Photius, Bibliotheca, dikutip dari Burstein, hal. 148-bagian 87a

Kebiasaan Agatharchides menulis terperinci merupakan kebiasaan Yunani yang cenderung menaruh perhatian besar terhadap berbagai kuil yang ada di suatu daerah, terutama di daerah Sinai dan Arabia Barat, di mana jarang terdapat kuil. Orang Yunani memang ingin mengetahui asal-usul sebuah kuil. Di kuil Negev, orang2 Yunani berusaha mengerti tulisan kuno yang dipahat di altar batu. Mereka juga menjabarkan keterangan tentang para pendeta yang menjaga kuil tersebut.


Agatharchides menjabarkan kuil di Teluk Aqaba.

Agatharchides menerangkan tentang kuil lain dekat Ilat di daerah teluk Aqaba. Daerah ini merupakan tempat tinggal suku Batmizomaneis. Agatharchides menekankan bahwa kuil tersebut, dengan kata²nya sendiri, “dijunjung tinggi oleh semua orang Arab.” [20]
[20] Dari buku ke-5 Agatharchides dari Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan dari Photius, Bibliotheca, dikutip dari Burstein, hal. 53-bagian 92b

Banyak Muslim yang mengatakan bahwa kuil yang disebut Agatharchides adalah Ka’bah di Mekah. Untuk mengetahui letak kuil itu secara tepat, mari kita simak penjelasan Agatharchides, seperti yang dilaporkan oleh Photius dan Diodorus. Agatharchides menerangkan daerah utara kuil tersebut, termasuk Natasia di sekitar Teluk Aqaba, yang dulu dikenal sebagai Teluk Laeanites. Agatharchides berkata:

Di dekat Teluk Laeanites terdapat banyak desa milik masyarakat Arab Nabasia. Mereka menghuni sebagian besar daerah pantai dan bukan hanya daerah kecil saja, dan penduduk mereka sangat banyak, begitu pula ternak mereka yang jumlahnya sungguh luar biasa banyaknya. Di jaman kuno mereka hidup sederhana dan merasa puas dengan nafkah yang didapat dari ternak mereka, tapi kemudian, setelah raja² Alexandria membuat daerah teluk dapat dilayari untuk perdagangan, mereka menyerang para pelayar yang perahunya rusak. Mereka juga membangun perahu² bajak laut dan merampoki para pelaut, menyamai keganasan dan keliaran orang² Tauri di Pontus. Tapi kemudian mereka ditangkap oleh pasukan angkatan laut dan dihukum sesuai perbuatannya. Setelah itu daerah yang dikenal sebagai Teluk Laeanites, di mana masyarakat Arab hidup di sekitarnya, menjadi tanah orang² Bythemaneas.

Image
Peta yang menunjukkan tempat tinggal orang² Bythemaneas.

Perhatikan bahwa tanah Bythemaneas berhubungan ke selatan dengan daerah Nabasia, dekat Teluk Aqaba. Musil, seorang ilmuwan tenar Arabia, menyatakan bahwa tanah ini merupakan “bagian lebih rendah dari Wadi al-Abjaz, yang disebut Wadi al’efal (iii), yang merupakan sebuah dataran rendah selebar 50kmx20km sebelah timur Teluk Aqaba.” [21] Penjelasan Agatharchides berlanjut:
[21] Musil, hal. 303

Di sebelah bagian pantai ini adalah teluk yang menyentuh bagian dalam negeri ini sejauh tidak kurang dari lima ratus stade (kira² 91.44 km). Orang² yang menghuni daerah di dalam daerah teluk ini disebut sebagai orang² Batmizomani dan mereka adalah para pemburu binatang darat.

Satu stade atau stadia, menurut sistem Eratosthenes, adalah sekitar 1/10 mil (sistem Inggris), sehingga panjang tanah masyarakat Bythemania ini hanya sekitar 50 mil. Dia mengatakan tempat penduduk Batmizomani di dalam bagian teluk, seperti pernyataannya, “Orang² yang menghuni daerah di dalam daerah teluk ini disebut sebagai orang² Batmizomani.” Maksudnya adalah orang² yang hidup di dalam daerah teluk Laenites, yang merupakan nama lama Teluk Aqaba. Keterangan Diodorus ini sama dengan keterangan Photius karena keduanya mengutip dari buku ke-5 Agatharchides On the Erythraean Sea. Diodorus menulis:

Masyarakat yang hidup di negara di tepi teluk disebut sebagai orang² Banizomenes, yang mencari nafkah dari berburu dan makan daging binatang darat. Sebuah kuil suci didirikan di sana dan dianggap suci oleh seluruh masyarakat Arab.

Pothius dan Diodorus menyatakan masyarakat Banizomenes (atau Batmizomaneis) tinggal dekat Teluk Laenites atau Teluk Aqaba, yang jauhnya bermil-mil dari Mekah yang saat itu belum dibangun. Mekah adalah pusat Arabia barat, sangat dekat Yemen. Kedua penulis juga menulis tentang daearah selatan lainnya, yang merupakan daerah Thamud. Mereka mengatakan, “setelah daerah ini, terdapat daerah masyarakat Arab Thamoudeni.” [23] Dalam sejarah, suku Thamud tertulis menghuni bagian Arabia utara dekat Teluk Aqaba; dan mereka tak pernah mencapai daerah selatan dekat lokasi Mekah kemudian. Maka dari itu, kuil yang disebut Diodorus terletak di daerah Thamud dan kota Petra, di lokasi daerah Teluk Aqaba.
[23] Dari buku jilid ke- 5 Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, diambil dari Photius, Bibliotheca, dikutip oleh Burstein, hal. 150-155-bagian 90 a- 95a ; dari buku ke-5 Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, diambil dari Diodorus, Library of History, dikutip oleh Burstein, hal.150-155 –bagian 91b-93b

Setelah Potius menyebut daerah Thamud, dia menyebut daerah di sebelah selatan Thamud. [24] Para ahli menyebut daerah ini sebagai bagian dari pantai antara Ras karama (25 54 N, 36 39 E) dan Ras Abu Madd (24 50 N, 37 08 E). [25] Ras Abu Madd terletak 450 km (280 mil) utara Mekah. Penyelidikian yang terperinci ini menunjukkan dengan jelas bahwa kuil yang disebut Diodorus terletak di daerah Teluk Aqaba, sebelah utara daerah Thamud, dan tidak mungkin adalah kuil Ka’bah di Mekah.
[24] From book 5 of Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, diambil dari Photius, Bibliotheca, dikutip oleh Burstein, hal. 155-bagian 95a

Nonnosus, penulis klasik lainnya, tampaknya juga membicarakan kuil yang sama, di tempak yang samayang terletak dekat Petra. Kuil ini dibangun untuk menyembah para dewa Arab. Nonnosus berkata:

Kebanyakan masyarakat Sarasen, menganggap daerah pegunungan Phoinikon dan Taurenian sebagai tempat keramat yang dipersembahkan bagi dewa tertentu dan mereka berkumpul di sana dua kali setahun. [26]
[26] Nonnosus dikutip oleh Photius, Bibliotheca, 1,5

Masyarakat Sarasen disebut oleh Pliny dalam bukunya yang berjudul Natural History (Sejarah Alam), Buku V, bab 12, sebagai masyarakat yang hidup di Teluk Aqaba, tak jauh dari kota Petra. Crone mempelajari lokasi dan suku² yang mendirikan kuil ini. Crone menyatakan lokasi kuil di bagian utara Teluk Aqaba. Masyarakat Sarasen tinggal di sebelah utara Arabia. Karena pegunungan Taurenian adalah Jabal Tayyi’, maka tempat keramat itu terleka di bagian utara Teluk Aqaba. [27] Dengan begitu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Nonnosus berbicara tentang kuil yang sama seperti yang disebut oleh Diodorus.
[27] Crone, hal. 197

Diodorus mengatakan bahwa kuil ini dibangun untuk menghormati dewa² Arab. Keterangan sejarawan dan geografer Yunani tentang kuil ini sangatlah penting. Mereka mengatakan kuil ini dianggap suci oleh semua masyarakat Arab. Para peneliti Yunani memang terkenal sangat teliti dalam menjabarkan keberadaan kuil, di daerah manapun.

Dengan ketelitian seperti itu, tidaklah mungkin para peneliti Yunani ini bisa sampai teledor tidak menyebutkan tentang Ka’bah di Mekah jika memang kuil itu sudah ada di jaman tersebut, seperti klaim umat Muslim.

Para ahli sejarah jaman sekarang juga yakin bahkan masyarakat Quraysh (suku asal Muhammad) juga berziarah setiap tahun ke arah utara untuk mengunjungi kuil tersebut. Ada banyak bukti bahwa orang² Quraysh tidak menghiraukan kuil Ka’bah dan malahan melakukan ibadah haji ke utara. Wellhausen mengutip perkataan al-Kalbi, “orang² akan melakukan ibadah haji dan menyebar, meninggalkan Mekah sehingga jadi sepi.” [28] Dalam pemikiran mereka, kuil lain di utara lebih penting peranannya daripada Ka’bah di Mekah.
[28] Catatan oleh Wellhausen, Reste, hal. 92, dikutip oleh Crone, hal. 197

Ayat² Qur’an menjelaskan bahwa warga Mekah seringkali melakukan perjalanan jauh, tapi lalu Qur’an menghentikan kegiatan ini. Muhammad juga melarang orang untuk melakukan ibadah haji di luar Mekah, setelah dia menaklukkan Mekah. Orang² Quraysh sering berziarah ke Taif di musim panas. Hal ini dikatakan oleh Ibn Abbas, dan dikutip Tabari. [29] Tempat ziarah lainnya kemungkinan adalah kuil di sebelah utara.
[29] Ibn Abbas in Tabari, Jami', xxx,171, cited by Crone, page 205

Penyelidikan Agatharchides, dan juga penyelidikan² lainnya menunjukan fakta yang jelas bahwa Mekah dan Ka’bah belum dibangun di abad ke-3 dan 2 SM. Meskipun nantinya Ka’bah dibangun ratusan tahun kemudian di jaman Masehi, kuil ini merupakan kuil lokal saja. Suku Muhammad seringkali melakukan ziarah bersama suku² Arab lainnya ke kuil yang terletak di sebelah utara Arabia.

Dengan begitu tidaklah benar pernyataan umat Muslim bahwa Mekah dibangun oleh Abraham dan Ishmael sebagai pusat agama monotheistik di Arabia.


Nonnosus Melaporkan tentang Kuil di Teluk Aqaba

Kuil yang disebut Agatharchides di sebelah utara Arabia, di daerah Teluk Aqaba juga disebut oleh Nonnosus. Inilah pernyataan Nonnosus tentang kuil tersebut, seperti yang tercantum di buku Photius:

Kebanyakan masyarakat Sarasen, menganggap daerah pegunungan Phoinikon dan Taurenian sebagai tempat keramat yang dipersembahkan bagi dewa tertentu dan mereka berkumpul di sana dua kali setahun.
Pertemuan pertama berlangsung selama sebulan penuh, sampai pertengahan musim semi. Pertemuan kedua berlangsung selama dua bulan. Selama dalam perkumpulan, mereka hidup damai tidak hanya satu sama lain, tapi juga dengan seluruh orang yang hidup di negara mereka. Mereka menyatakan bahwa bahkan binatang buas juga hidup damai dengan manusia, dan juga antar sesama mereka.
[30]
[30] Nonnosus dikutip oleh Photius, Bibliotheque, 1,5

Hal ini menjelaskan pada kita bahwa kuil utara merupakan tempat di mana seluruh suku melakukan ziarah dua kali setahun. Selama ziarah, para suku berdamai satu sama lain. Jika salah satu ibadah ziarah Quraysh adalah kuil ini, maka sudah jelas Muhammad tentu melarang kegiatan ibadah tersebut. Dia ingin agar semua suku Arab berziarah hanya ke Mekah saja.

Dari tulisan Nonnosus, kita lihat beberapa kesamaan ibadah mereka dengan ibadah di Ka’bah dan kuil2 Arab lainnya. Ibadah ini termasuk Haji, dan dilarangnya pertikaian selama ibadah Haji. Ritual ibada di Ka’bah serupa dengan ritual ibadah pagan Arabia. Kuil Ka’bah dibangun di abad ke5 M oleh Tubb’a, ketua Himyarit dari Yemen. Akan tetapi, suku Quraysh, sama seperti suku2 Arab lainnya, terus melakukan ziarah dua kali setahun ke kuil utara. Kata “Hajj” berarti ziarah. Para ilmuwan berpendapat bahwa suku Quraysh tetap berziarah ke kuil Ta’if dan kuil di utara Arabia. Ziarah ibadah ini dilakukan lama sebelum Muhammad memaksakan ibadah di Ka’bah bagi semua Muslim dan melarang ziarah ke kuil2 lain Arabia.

Suku Quraysh menghuni Mekah setelah kota itu dibangun di abad ke-4 SM oleh suku lain yang bernama Khuzaa’h yang datang dari Yemen. Maka suku Quraysh tidak menemukan kuil apapun di kota Mekah. Bahkan setelah Ka’bah dibangun sekalipun, masyarakat Quraysh tetap saja berziarah ke kuil utara Arabia dekat Yordan dua kali setahun.

Qur’an, Sura Qarisi (106), ayat 1-3 melarang suku untuk melakukan “perjanjian” mereka dengan melakukan dua perjalanan. Kukira dua ziarah ini menuju ke kuil utara dan kuil Ta’if. Muhammad tidak suka akan kebiasaan ini dan menyuruh mereka menyembah Allah di kuil Ka’bah di Mekah saja.

Qur’an, Sura Qarisi (106), ayat 1-3
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah).


Hadis juga membenarkan bahwa masyarakat Quraysh dulu suka melakukan dua ziarah ke tempat² di utara Arabia.

Ka’bah di Mekah merupakan bagian dari sistem agama yang mengandung banyak Ka’bah² lain di Arabia, dan semuanya tergabung dalam satu Ibadah Bintang Arabia.

Di jaman pra-Islam (pra-Muhammad), nama “Ka’bah” diberikan kepada semua kuil “Agama Keluarga Bintang” Arabia. Ka’bah juga termasuk. Setiap Ka’bah memilki bentuk kotak yang sama, dengan struktur bagian dalam yang sama seperti Ka’bah di Mekah. Contohnya, setiap kuil punya sebuah sumur di mana persembahan diletakkan. Setiap kuil juga punya sumur berisi mata air yang menyediakan air untuk ibadah haji. Di Mekah, sumur ini dinamakan Zamzam.

Unsur utama semua kuil Ka’bah itu adalah batu² hitam. Batu² ini adalah batu² meteor yang ditemukan orang² Arab dan dianggap keramat. Jika batu² itu ditemukan, maka sebuah kuil akan dibangun di tempat itu. Dengan demikian setiap Ka’bah memiliki batu hitam yang dijunjung tinggi sebagai dewa yang mewakili keluarga bintang. Para peziarah datang ke berbagai Ka’bah untuk melakukan tatacara ibadah yang sama yang dilakukan umat Muslim di Mekah. Contohnya, para pria dan wanita memakai baju khusus dan bergerak melingkari batu hitam. Kuil² Ka’bah ini berasal dari Yemen dan dibangun untuk menyembah “Keluarga Bintang.” Hilal, dewa bulan, adalah sang ayah, dan Ellat, dewi matahari, adalah istrinya. Ka’bah² tersebar di seluruh Arabia setelah berbagai suku Yemen melakukan emigrasi ke arah utara. Suku Khuzaa’h datang dari Yemen di abad ke-2 M ke daerah di mana Mekah kemudian dibangun. Di abad ke-4 M, mereka membangun kota Mekah. Asa’d Abu Karb, pemimpin Yemen yang menguasai Mekah di jaman pemerintahannya di Yemen dari 410 sampai 435 M, membangun kuil Ka’bah dengan bentuk dan struktur yang sama persis seperti berbagai kuil yang ada di Yemen. Mereka memuja para putri Allah dan istrinya Ellat, sama seperti yang dilakukan di berbagai Ka’bah di Yemen dan daerah² Arabia utara.

Melalui laporan Agatharchides, kita tahu bahwa daerah Mekah di jamannya (abad ke-3-2SM) merupakan tempat tak berpenghuni.

Image
Daerah Arabia menurut Agatharchides di abad ke-2 SM. Dia tak menyebut Mekah sama sekali, sebab Mekah saat itu memang belum ada.

Kita kembali ke topik tulisan Agatharchides. Dia terkenal atas laporannya yang terperinci tentang berbagai daerah Arabia di sepanjang Laut Merah. Dia menjelaskan semua masyarakat yang hidup di seluruh pantai² Arabia sepanjang Laut Merah. Dia menulis keterangan geografi dari pantai Laut Merah sampai 100 mil ke daratan. Dia mengatakan kota Petra terletak 80 mil dari pantai. Ini adalah daerah yang dilalui kafilah² di abad ke-3 M sebagai jalur dagang sepanjang Laut Merah.

Para geografer Yunani dan Romawi tertarik meneliti pantai Laut Merah, dari Sinai ke Yemen, lalu masuk 100 mil dari pantai ke daerah daratan. Penelitian ini penting karena mencakup daerah di mana Mekah nantinya dibangun – sekitar 40 mil dari pantai. Meskipun seluruh daerah itu ditulis dengan mendetail, tak ada penjelasan apapun tentang Mekah dari para geografer Yunani dan Romawi yang datang dan menjelajahi daerah tersebut.

Ada daerah lain yang tercatat sebagai daerah penting dalam sejarah, yakni daerah yang terletak 150 sampai 200 mil dari Laut Merah di barat laut Arabia. Beberapa kota dibangun di dekat sebagian oasis di daerah itu pada abad ke-9 SM. Diantara kota² pertama yang dibangun adalah Dedan dan Qedar. Kota² lain dibangun kemudian, ketika terbentuk jalur dagang dari kota² oasis dan Yemen di abad ke-8 SM. Diantara kota² ini adalah Yathrib dan Khaybar, yang disebut di berbagai catatan para raja dan masyarakat yang tinggal di daerah baratlaut Arabia, atau disebut sebagai daerah Hijaz. Lokasi Mekah kelak juga terletak di Hijaz. Mekah tidak disebut dalam berbagai catatan para raja.

Salah satu raja yang berkuasa di baratlaut Arabia atau Hijaz adalah Nabonidus, raja Babylonia. Nabonidus mengirim penduduknya ke kota Teima di Arabia utara selama 10 tahun (550-540 SM). Dalam apa yang disebut sebagai “Ayat tentang Nabonidus” terbaca:

Nabonidus membunuh pangeran Teima dan mengambil kekuasaannya dan membangun di sana istananya yang sama seperti istananya di Babylonia. [31]
[31] Sidney Smith, Babylonian Historical Texts, London 1924, Bab III, hal. 27-97; Dougherty, Nab. And Bel., hal.105-11; dikutip oleh F.V.Winnett and W.L.Reed, Naskah Kuno dari Arabia Utara, University of Toronto Press, 1970, hal. 89

Image
Raja Nabonidus dari Babylonia, berkuasa di tahun 556-539 SM.

Dari prasasti yang ditinggalkan Nabonidus di kota asalnya Harran, kita mengetahui bahwa ketika dia berada di Teima, dia juga menguasai kota² di daerah Hijaz. Salah satu dari kota² tersebut adalah Yathrib (Medina) dan Khaybar, [32] tapi dia tak menyebut Mekah sama sekali (lihat peta nomer 4), karena kota itu memang belum ada di abad ke-6 SM. Jika Mekah sudah ada di saat itu, tentunya akan jadi jajahan raja kuat Babylonia ini.
[32] C.J.Gadd, The Harran Inscriptions of Nabonidus, ( Anatolian Studies, 8 (1958), hal. 59 ; dikutip oleh F.V.Winnett and W.L.Reed, Ancient Records from North Arabia, University of Toronto Press, 1970, hal. 91

Tanah yang berbatasan dengan Laut Merah memegang keterangan penting tentang Mekah. Berdasarkan keterangan sejarah, keterangan ini seringkali disebut dalam berbagai penelaahan ilmuwan Yunani dan Romawi. Berbagai kerajaan ingin mengontrol jalur dagang dari Yemen ke arah Palestina dan Syria. Salah satu dari kerajaan² ini adalah kerajaan Nabasia, yang terletak di perbatasan Arabia dan Yordan. Kerajaan lainnya adalah Kerajaan Utama Yemen. Mekah tak disebut sama sekali dalam semua catatan arkeologi mereka.

Penyelidikan Agathachides menjelaskan secara terperinci tentang daerah di sepanjang Laut Merah di mana Mekah kelak dibangun. Dia mulai secara sistematis dengan masyarakat Nabasia dan daerah berair yang disebut sebagai Teluk Laenites. Ini membuktikan pengaruh kerajaan Lihyan di daerah Teluk Aqaba. Pengaruh ini berlangsung dari abad ke-4 SM sampai abad ke-2 SM.

Agatharchides juga menjelaskan tentang tanah yang dihuni masyarakat Batmizomaines, dekat Petra, sekitar 700 mil dari daerah di mana Mekah kelak dibangun. Setelah itu Agatharchides menyebut daerah Thamud yang dihuni masyarakat Arab Thamundeni, yang muncul sekitar abad 8 SM dan terus ada sampai abad ke 5 M. Keberadaan masyarakat Thamud ini juga tertulis dalam keterangan prasasti batu Assyria, yang membuktikan bahwa orang² Thamud tersebar sepanjang Arabia utara, termasuk jalur pantai Laut Merah.

Daerah pantai berikut adalah Ras Karkama, dan Ras Abu Madd yang terletak sekitar 450 km (280 mil) dari Mekah. Setelah itu tampaknya Agathachides melalui daerah yang tak berpenghuni, yakni lokasi di mana Mekah kelak dibangun. Hal ini sesuai dengan fakta² geografi oleh para ilmuwan yang mencatat daerah antara Ras Karkama dan Ras Abu Madd, dan kedua kota ini masih ada sampai sekarang di peta Arabia. Agatharchides menjelaskan tentang daerah tersebut:

Bagian berikut pantai didominasi oleh lembah² tanpa batas panjang dan lebarnya, dan warnanya hitam.

Daerah ini dikenal para ahli sebagai daerah vulkanik hitam Harat Shama yang letaknya diantara Jeddah dan danau al-Sharifa. [35] Sekarang Jeddah termasuk pelabuhan udara Mekah – sekitar 40 mil dari Mekah. Al-Sharifa dijabarkan di buku² geografi sebagai daerah yang panjang, sejajar dengan pantai yang langsung berhubungan dengan baratlaut al-Lith, dan dibatasi oleh pulau sempit panjang Jezirat Qishran. [36] (lihat Peta nomer 3)
[35] H.Von Wissmann, Zaabram', Pauly's Realencyclopadie der Klassischen Altertumswissenschaft ( Stuttgart, 1894-1980) supp., XI (1968) col.1310 ; dikutip oleh Stanley Burstein, Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, The Hakluyt Society London, 1989 , hal. 155
[36] Western Arabia and the Red Sea, 1946, Naval Intelligence Division, hal. 585.


Image
Peta nomer tiga

Setelah daerah di mana Jeddah dan Mekah nantinya dibangun, Agathachides menjabarkan daerah lain yang tak berpenghuni di jamannya, yang panjangnya mencapai 86 mil ke sebelah selatan. Dari penjabarannya, kita lihat jalur panjang dari Ras Abu Madd sampai separuh jarak antara Jeddas dan danau al-Sharifa, yang tak berpenghuni di jaman Agatharchides. Di jalur inilah nantinya Mekah dibangun. Panjang jalur ini kira² 460 mil. Mekah dibangun pada abad ke-4 M, di tengah² jalur yang membagi Arabia baratlaut (terutama tempat di mana orang² Thamud tinggal sepanjang Laut Merah) dari jalur² yang menghubungkan Arabia barat tengah dan selatan. Terdapat perbatasan geografis yang sangat besar antara Arabia baratlaut dan baratdaya, dan tak ada seorang pun hidup di sana di jaman Agatahchides, yang menulis keterangan ini pada abad ke-3 SM sampai pertengahan abad ke-2 SM.

Penelitian Agatharchides tentang jalur yang terletak di Arabia barat tengah adalah benar, karena suku² yang menghuni Arabia utara di sepanjang Laut Merah umumnya adalah suku² Lihyanit dan Thamud, dan juga suku Nabasia yang menghuni sampai Arabia baratlaut. Tiada catatan sejarah yang menyebut suku² ini pernah hidup di pusat barat Arabia (di mana Mekah nantinya dibangun). Semua ini menunjukkan bahwa lebih mudah bagi orang Alaska untuk mengklaim bahwa Abraham pergi ke kutub utara dan membangun kuil agama monotheis, daripada Muhammad mengklaim Abraham membangun sebuah kota di dekat Laut Merah sebelah barat tengah Arabia – tiada seorang pun yang tertarik tinggal di daerah itu, bahkan tidak pula suku² Arabia utara terdekat. Tiada satu pun suku atau negara yang mau menghuni daerah Arabia barat tengah.


PENYELIDIKAN ARTEMIDORUS

Penyelidikan Artemidorus menunjukkan bahwa jalur di barat tengah Arabia, di mana nantinya Mekah dibangun, tetap tak berpenghuni di akhir tahun 103 SM.

Sejarawan dan geografer Yunani lainnya, Artemidorus dari Efesus, menulis sebelas buku geografi. Dia hidup di tahun 103 SM dan tulisannya dikutip sejarawan Strabo. Meskpun Artemidorus mengikutsertakan keterangan Agathachides dalam buku² geografinya, [37] dia juga mencantumkan keterangan tambahan dari orang² di jamannya, dan juga dari pengalamannya mengunjungi daerah itu. [38] Sama seperti Agathachides, Artemidorus juga menjabarkan daerah pantai sepanjang Laut Merah dan masyarakat yang tinggal di sana. Ketika dia tiba di daerah barat tengah Arabia di mana Mekah kelak dibangun, dia tidak menerangkan adanya orang yang hidup di sana, sehingga sudah jelas bahwa di tahun 103 SM daerah itu tetap belum berpenghuni. [39] Dia juga berjalan jauh ke arah selatan daerah ini untuk mencapai tempat terminal kecil. Tempat ini dihuni oleh orang² “Debae”. Ada sebagian orang² Baduy yang berkelana di daerah itu dan sebagian kecil petani, tapi tak ada kota di situ. Artemidorus harus menempuh perjalanan panjang ke selatan dekat perbatasan Yemen sehingga akhirnya dia berkata menemukan orang² yang “lebih beradab.” [40] Dengan kata lain, jalur di Arabia barat tengah di mana Mekah nantinya dibangun, belum dihuni sampai tahun 103 SM. Jalur ini dibagi dari Yemen oleh dearah kosong yang hanya dihuni suku² Baduy tak beradab.
[37] Lihat Stanley Burstein dalam Kata Pengantar di buku “Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea,” The Hakluyt Society, London, 1989, hal. 13
[38] Leopoldi, Helmuthus, De Agatharchide Cnidio (Diss.Rostow, 1892) pp.13-17 ; dikutip oleh Burstein, hal. 39.
[39] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.18
The Geography of Strabo, Volume VII, Harvard University Press, (London, 1966), hal. 343
[40] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.18
The Geography of Strabo, Volume VII, Harvard University Press, ( London, 1966), hal. 345

Re: Rafat Amari: Islam, Ditinjau dari Pengamatan Sejarah

Posted: Wed Feb 23, 2011 1:01 pm
by Adadeh
Serangan Tentara Romawi ke Arabia Barat dan Selatan (tahun 30 SM)

Penjelajahan Tentara Romawi ke daerah Arabia barat dan selatan mencatat dengan tepat berbagai kota² yang dibangun di barat tengah Arabia, tapi tak menyebut kota Mekah sama sekali.

Catatan sejarah kita terus berlanjut. Di tahun 30 SM, Mesir menjadi propinsi Romawi. Pemerintah Roma ingin mengontrol daerah Arabia sepanjang Laut Merah, terutama daerah kota selatan Leuce Kome di pantai Laut Merah Arabia. Dari situ sampai pantai barat tengah terdapat suku² buas yang suka membajaka dan mengancam pelayaran laut. Pemerintah Roma juga ingin mengontrol Yemen untuk menguasai jalur dagang rempah² dari India melalui Yemen.

Pemerintah Roma menugaskaan Aelius Gallus, gubernur Mesir, untuk memimpin tugas militer ini. Dia tidak berhasil, tapi perjalanannya menghasilkan catatan sejarah tepat yang sangat berguna bagi kita. Gallus berangkat dari pantai Mesir Laut Merah dengan 10.000 tentara Romawi, 1.000 tentara Nabasia, dan sebagian sekutur Romawi di daerah itu. Orang² Nabasia dikuasai Romawi di saat itu, sehingga mereka harus membantu Romawi dengan pasukan tentara dan penunjuk jalan. Orang² Nabasia merupakan penunjuk jalan yang tepat karena mereka tinggal di daerah Arabia utara sepanjang Laut Merah. Strabo, ahli geografi dan sejarawan terkenal, ikut dalam perjalanan ini dan menulis keterangannya dalam bukunya yang ke-16. Keterangannya sungguh berharga dari segi geografi, karena merupakan catatan lengkap perjalanan, dan bukan fiktif.

Serangan militer ini bertujuan untuk mengontrol semua desa dan kota yang bisa mengancam perdagangan Romawi di sepanjang Laut Merah. Pasukan Romawi terkenal sangat menyeluruh dan tidak melewatkan satu kota pun, dan masuk sejauh 100 mil dari pantai ke daratan. Mereka ingin menaklukkan semua desa dan kota karena berlangsungnya serangan bajak laut terus-menerus dari Arabia barat tengah. Dengan demikian, tak ada satu pun desa atau kota yang terlampaui dalam penjelajahan militer ini.

Tentara Romawi tiba di Leuce Come, yang berarti “desa putih.” Desa ini merupakan bagian dari daerah Nabasia. Strabo mencatat jalur daratan dari Petra ke desa ini, ke Mesir dan Syria. Desa ini masih ada di peta Arabia modern, di El Haura, 25 7 N., 37 13 E. [41] Leuce Come terletak 280 mil dari tempat di mana Mekah nantinya dibangun. Di sebelah selatan desa ini terdapat bagian barat tengah Arabia dekat Laut Merah, yang dulu tak berpenghuni sama sekali di tahun 103 SM. Tapi sekarang, karena daerah sepanjang daratan Laut Merah mulai berkembang, maka terdapat beberapa desa sejak 103 SM yang dikuasai Gallus. Desa² ini disebut dalam catatan Strabo, yang adalah saksi mata dalam perjalanan penting ini.
[41]Komentar Wilfred Schoff akan The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd. ( New Delhi, 1995), page 101

Setelah Leuce Come, Gallus bergerak ke selatan, melalui daerah yang dikontrol Nabasia. Strabo menjabarkan keadaan alam daerah itu:
Gallus memimpin tentaranya bergerak dari Leuce Come dan berbaris sepanjang daerah di mana air harus diangkut oleh unta².

Gallus bergerak sampai dia mencapai padang pasir yang di bawah pengawasan Aretas, sanak keluarganya, dan diperintah oleh Raja Obodas dari Nabasia. Dapat diduga bahwa Gallus hendak bergerak menuju desa Egra sekitar 1.100 stadia Yunani dari Leuce Come (sekitar 137 mil). Strabo mencatat daerah ini sebagai berikut:
Yang dihasilkan hanyalah zea, sejenis gandum kasar, beberapa pohon palem, mentega dan bukan minyak. [42]
[42]The Geography of Strabo, Book XVI. 4 . 24

Keterangan ini menjelaskan tentang jalur yang tak banyak dipakai dengan sedikit tempat perhentian bagi rute kafilah yang datang dari selatan. Tempat² perhentian ini dikuasai Nabisia untuk melindungi dan mengontrol jalur dagang di daerah itu.

Lalu Strabo menulis tentang daerah berikut di barat tengah Arabia:
Negara selanjutnya yang dikunjungi Gallus dikuasai para nomadis dan kebanyakan hanyalah gurun pasir saja; yang disebut Ararene, dan dia menghabiskan waktu 50 hari untuk mencapati kota Negrani.

Kota yang dimaksud adalah kota Najran yang terletak di perbatasan Yemen, sekitar 385 mil selatan Mekah, dan sekitar 125 mil dari pantai Laut Merah. Dari penjelasan Strabo kita ketahui daerah barat tengah Arabia sepanjang Laut Merah mengalami sedikit perubahan dari abad ke-3 dan 2 SM. Daerah ini dulu dijabarkan para geografer sebelumnya sebagai daerah kosong di sebelah utara, dan hanya berpenghuni sedikit (suku² Baduy) di daerah selatan, sampai ke perbatasan Yemen di mana terdapat masyarakat yang lebih beradab. Sekarang terdapat tiga tempat perhentian yang dibangun orang² Nabasia dan menjadi desa² kecil, seperti yang disebut dalam perjalanan ini. Keadaan selebihnya masih serupa dengan keadaan abad ke 3 dan 2 SM.

Gallus ingin menaklukkan daerah ini untuk melindungi perdagangan dari pembajakan yang berasal dari daerah ini. Rencananya adalah menguasai semua kota, tapi dia tak menemukan kota apapun sampai mencapai Najran. Ini menunjukkan bahwa Mekah memang belum dibangun saat itu – yakni sekitar tahun 23 SM. Gallus menguasai Najran, lalu Asca (di daerah Yemen). Ke selatan, dia menguasai kota Athrula, lalu Marsiaba (mungkin Ma’rib, ibukota Saba). Dia menyerang kota ini dalam waktu enam hari, tapi berhenti karena kekurangan air. Dia hanya kehilangan tujuh prajurit dalam berperang melawan orang Arab di Najran dan pertempuran di sebelah selatan kota itu. Kebanyakan prajuritnya mati karena kekurangan air, makanan, dan penyakit.

Jika Mekah sudah ada di jaman Gallus, maka sudah tentu tentara Romawi yang lelah tidak akan melewatkannya untuk beristirahat dan menambah persediaan makanan dan minuman.

Kesukaran yang dialami tentara Gallus disebabkan jarak² antar desa yang sangat jauh di bagian tengah Arabia di mana Mekah nantinya dibangun. Para tentara menderita kekurangan makanan dan minuman. Mereka menuduh Syllaenus tidak menolong mereka sebagai pemandu karena dia memilih jalur antar kota/desa yang tampaknya lebih jauh daripada rencana awal.

Hal ini tidak berpengaruh pada rencana mereka mengunjungi semua desa yang ada di daerah itu, karena semua desa dan kota sudah diketahui oleh para pemandu Arab mereka, dari awal perjalanan sampai Najran dan kota² Yemen lainnya. Karena menaklukkan daerah barat tengah Arabia merupakan tujuan penting dari perjalanan ini, maka Gallus tentunya tidak akan luput mengunjungi Mekah, jika kota itu telah ada. Ketika Gallus gagal menaklukkan kota Yemen Marsiaba, dia mengganti Syllaeus sebagai pemandu, dan meminta bantuan penduduk setempat untuk kembali ke Negrana dan lalu ke desa Nabasia yakni Leuce Come.

Dengan begitu, dia menempuh perjalanan pulang lebih cepat, melalui beberapa desa sepanjang jalur kafilah di daerah di mana Mekah kelak dibangun. Strabo menyebut nama desa² tersebut, tapi tak menyebut Mekah. [v] Akhirnya Gallus menghentikan penyerangan. Jarak antar desa yang sangat jauh di Arabia tengah mengakibatkan kesukaran logistik bagi pasukan tentara sebesar 11.000 orang. Gallus kehilangan ribuan tentaranya karena kekurangan air dan makanan.
[v] Tentang penyerangan Gallus; Dia kembali ke Negrana (Najran) dalam waktu 9 hari, tapi gagal menaklukkan Marsiaba di Saba.

Sejarawan Romawi, Dio Cassius, menjelaskan kegagalan serangan ini dalam bukunya, The History of Rome (Sejarah Romawi). Inilah yang ditulisnya:
Awalnya Aelius Gallus tidak menghadapi siapapun, tapi bukan berarti dia tak menghadapi masalah; padang pasir, matahari, dan air mengakibatkan tentaranya menderita, sehingga sebagian besar tentaranya mati. [43]
[43] Dio Cassius: History of Rome, Buku LIII. xxix.3-8.

Keterangan ini memperkuat penjelasanku. Jika Mekah sudah ada, maka Gallus tentu akan berusaha mengontrolnya. Tiada kota lain yang disebut para sejarawan, kecuali desa² yang kusebut dibangun oleh para kafilah. Jika Mekah sudah ada, maka tempat itu akan jadi tempat penting bagi tentara Romawi untuk beristirahat, menambah bekal, dan menambah tenaga tentaranya untuk melanjutkan perjalanan ke Najran dan kota² Yemen lainnya. Tidak mungkin pasukan tentara besar menyerang gurun pasir tanpa menduduki kota utamanya. Tapi di gurun pasir itu memang belum ada kota seperti Mekah, sehingga para tentara kesulitan karena kekurangan perbekalan.

Dengan begitu, klaim Muslim bahwa Mekah merupakan kota peradaban di jaman Abraham sudah jelas salah. Semua tulisan sejarawan di jaman itu menunjukkan bahwa Mekah belum ada, bahkan sampai abad ke-4 M, apalagi di jaman Abraham. Jika Islam sudah sangat salah tentang hal utama sepenting ini, mengapa kita harus mempercayai keterangan Islam lainnya?


Mekah Tak Ada dalam Catatan Sejarah Perjalanan Strabo

Sejarawan Strabo menunjukkan pada kita dengan jelas bahwa kota Mekah tidak mungkin ada di jaman Kristus, sehingga pernyataan umat Muslim tentang usia kota Mekah adalah salah.

Image

Strabo, sang sejarawan dan geografer Yunani, hidup di tahun 64 SM sampai 23 M. Dalam tulisan geografinya, Strabo merangkum tulisan² terpenting dari para geografer terdahulu, seperti Artemidorus, Eratosthenes and Agatharcides. [44] Tulisan² mereka sudah dibahas di bab² sebelumnya.
[44] The Geography of Strabo, Book XVI .4.20
The Geography of Strabo, Volume VII, Harvard University Press (London, 1966), hal. 349

Athenodorus adalah geografer yang menemani Strabo dalam beberapa perjalanannya. Strabo berkata, bahwa dia adalah “filsuf dan temanku yang bersamaku di kota Petraneans.” [45] Yang dimaksud dengan kota Petraneans adalah kota Petra, dan dia juga mengutip sebagian tulisan Athenodorus tentang kota itu dan Pemerintahannya. Tulisan perjalanan Strabo ke Arabia menjelaskan keadaan Arabia di masa hidupnya. Dia mengunjungi daerah itu bersama sejarawan, filsuf, dan geografer Yunani lainnya, dan menulis keterangan melalui pengamatan langsung di daerah itu. Dalam perjalanannya bersama Gallus dan tentara Romawi, Strabo menulis tujuan perjalanan tersebut:
[45] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.2

Banyak keadaan khusus Arabia terungkap dengan jelas dengan perjalanan militer Romawi baru² ini terhadap Arabia, yang dilakukan di jamanku sendiri di bawah pimpinan Aelius Gallus sebagai komandan tentara. Dia dikirim oleh Kaisar Agustus untuk menyelidiki berbagai suku dan tempat. [46]
[46] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.22

Jadi kita bisa lihat bahwa salah satu tujuan tugas militer ini adalah untuk menyelidiki "berbagai suku dan tempat" di Arabia. Strabo menyebut ketertarikan khusus Kaisar Agustus terhadap daerah barat Arabia ketika dia menulis:

Kaisar melihat negara primitif/terasing, yang menghubungkan Mesir, tetangga² daerah Arabia, dan dia juga melihat bahwa Teluk Arabia, yang memisahkan masyarakat Arabia dari daerah terasing, hanyalah berjarak dekat saja. Dengan demikian, dia ingin menguasai masyarakat Arabia atau menaklukkan mereka. [47]
[47] The Geography of Strabo, Buku XVI .4.22

Dari penjelasan ini bisa dilihat bahwa tujuan utama pasukan Romawi adalah menaklukkan daeran Arabia utara dan pusat, yang terletak berseberangan dengan daerah terasing di pantai Laut Merah dan bagian sekelilingnya. Di sinilah letak Mekah nantinya dibangun. Menguasai daerah ini adalah penting untuk keamanan jalur perdagangan, yang mulai berkembang sejak jaman Kristen awal. Kaisar Augustus juga harus melindungi rute pelayaran dari serangan bajak laut yang datang dari daerah² Arabia di Laut Merah.

Penelitian Strabo sangat penting untuk menunjang keteranganku bahwa Mekah memang belum ada sampai lama sekali setelah jaman Abraham. Meskipun Strabo menulis dengan cermat perjalanannya ke Arabia barat tengah, dia tak menyebut Mekah sama sekali. Semua geografer yang mengutip tulisannya juga tak pernah menyebut nama Mekah. Tiada satu pun suku² dari tradisi Islam yang disebut dalam catatan mereka.

Alasan mengapa Strabo tak menyebut Mekah dan Ka’bah karena keduanya memang belum ada di jaman itu. Seorang turis asing mungkin saja bisa keliru atau luput menemukan tempat ziarah penting. Tapi tidak demikian dengan para geografer ternama yang ditunjuk langsung oleh Pemerintahan besar seperti Romawi. Semuanya ini menyimpulkan bahwa Mekah memang belum ada di tahun 23 SM ketika Strabo menulis penyelidikannya.


Buku Penjelajahan Laut Erythraea (The Periplus of the Erythraean Sea)

Buku "Penjelajahan Laut Erythraea" menegaskan bahwa Mekah belum ada di akhir abad ke-1 Masehi.

Image
Buku The Periplus of the Erythraean Sea.

Aku telah menyebut Artemidorus, Eratosthenes and Agatharcides, dan juga Strabo – tak ada satu pun dari mereka yang mengakui keberadaan Mekah di jaman mereka, dan semuanya di jaman sebelum Yesus lahir. Sekarang aku bahas sumber lain, yakni buku yang ditulis sekitar tahun 58-62 M [48] oleh penulis tak bernama dan judulnya adalah The Periplus of the Erythraean Sea (Penjelajahan Laut Erythraea). Buku ini ditulis oleh warga kota Berenice, di seberang Arabia tengah, sekitar 200-220 mil dari tempat di mana Mekah kelak dibangun.
[48] Wilfred Schoff dalam Kata Pengantar untuk The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd.(New Delhi, 1995), hal. 14,15

Tahun buku ini penting bagi penyelidikan kita, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan tahun penanggalan itu. Contohnya, Pliny mengutip keterangan² Periplus ke dalam bukunya, Natural History, yang ditulis sekitar tahun 72-76 M, sehingga kita bisa menyimpulkan Periplus ditulis tersebut sebelum tahun² itu. Salah satu hal penting lain yang menetapkan tahun penulisan Periplus adalah bahwa penulis, di Bab 57, menyebut tentang penemuan musim tahunan di Samudra India, yang juga ditulis Hippalus sekitar tahun 47 M. Hippalus tahu keadaan cuaca tahunan, sehingga dia berhasil berlayar ke India di waktu yang tepat, sehingga bisa mencapai India dalam waktu yang lebih singkat dari biasa. Penemuan jalur pelayarannya ini membuat jalur laut perdagangan ke India berkembang pesat. Hal ini juga berarti bahwa buku Periplus ditulis setelah 47 M. Bukti² lain yang lebih akurat menunjukkan bahwa buku itu ditulis sekitar tahun 60-62 M.

Sudah jelas bahwa penulis Periplus adalah pedagang Yunani, dan dia berkelana ke daerah² Arabia dan India. Kemungkinan dia hidup di kota Berenice di Laut Merah, berhadapan dengan pelabuhan² laut Arabia Leuce Come, dan bukan kota kota besar Alexandria. Bagaimana kita bisa tahu hal ini? Karena penulis tidak menjabarkan pelayaran umum seperti dari Coptos di bagian dalam Mesir, sepanjang sungai Nil, dan melampaui padang pasir Mesir. Strabo dan Pliny menjabarkan jalur pelayaran ini sedemikian detail sedangkan buku Periplus tidak menyebut hal ini sama sekali. Dengan demikian para ahli menyimpulkan penulis Periplus tinggal di Berenice.

Kota Berenice terletak di pantai Laut Merah, berhadapan dengan pelabuhan² laut Arabia Leuce Come dan Egra. Egra terletak sekitar 137 mil dari Leuce Come, dan hanya 62 mil dari desa Malathan, yang merupakan desa terdekat ke tempat di mana Mekah kelak dibangun. Karena penulis tahu jalur Arabia tengah di mana Mekah kelak dibangun, di menulis tentang lingkungan sekitar itu, sehingga bukunya merupakan dokumen yang sangat penting. Buku Periplus menunjukkan bahwa penulis tidak hanya telah berkunjung dan tinggal di daerah itu, tapi dia juga sangat mengenal kota² dan desa² sekitarnya.

Jarak antara kota di mana penulis Periplus hidup dan tempat Mekah kelak dibangun adalah sekitar 200-250 mil. Penjelasannya tentang Mekah, yang saat itu belum ada, sama seperti penjelasan warga kota Paris yang mengenal kota Roma. Jika Mekah telah dibangun, penulis tentunya akan sangat tahu akan kota itu. Ketepatan penjelasan Periplus sama seperti bukti² geografi dan sejarah yang tertulis. Penjelasan buku Periplus sesuai dengan buku yang ditulis Pliny tentang pantai² Arabia.

Buku Periplus menjabarkan fakta² historis, contohnya, di Bab 19 diterangkan bahwa Malichas adalah Raja Nabasia. Josephus, sejarawan Romawi Yahudi, menyebut tentang raja bernama Malchus di beberapa tempat. Josephus, sejarawan Romawi, menyebut tentang raja Malchus ini beberapa kali. [49] Penulis buku Periplus menyebut Eleazus sebagai gelar raja negara Frankincense, yakni Hadramout. [50] Dia juga menyebut Charibael sebagai raja dua suku Yemen, yakni suku Himyarit dan Sabaia. [51] Keterangan ini terbukti benar berdasarkan laporan sejarah Arabia selatan yang dilakukan oleh arkeologis Glaser. [52]
[49] Josephus menyebut tentang Malchus dalam buku The Wars of the Jews, Buku 1, bab 14 and The Antiquities of the Jews, Buku 14, Bab 14.
[50] The Periplus of the Erythraean Sea, bagian 27
[51] The Periplus of the Erythraean Sea, bagian 23
[52] Prasasti no. 1619 oleh Glaser, dikutip oleh Wilfred Schoff, hal. 11


Penulis menyebut berbagai kota di sepanjang pantai Laut Merah. Contohnya, dia menyebut kota Coloe, yang ditulisnya “berjarak tiga hari perjalanan” dari Adulis, kota di pantai Selatan. [53] Penulis menyebut banyak kota lainnya yang berjarak sama ke Laut Merah. Dengan demikian, tiadanya keterangan tentang Mekah, yang hanya berjarak 30-40 mil dari Laut Merah, merupakan hal yang penting. Penulis menyebut banyak kota di daerah yang tak begitu penting, dan jaraknya dua atau tiga kali lebih jauh dari pantai dibandingkan Mekah, tapi penulis tetap tak menyebut kota Mekah sama sekali. Coba renungkan hal ini. Penulis buku Periplus menjabarkan bagian yang berdekatan dengan Laut Merah dan Samudra India, yakni daerah² barat dan selatan Arabia. Dia menyebut nama berbagai raja, ketua suku, kota yang tak jauh dari pantai, tapi dia tak menyebut Mekah sama sekali. Keterangannya sangat penting karena dia adalah warga kota Berenice, yang bersebelahan dengan Arabia tengah, berjarak 200-220 mil dari tempat di mana Mekah kelak dibangun. Buku Periklus menunjukkan bahwa penulis adalah ahli geografi dan pedagang, sehingga dia mengenal kota² yang berdekatan dengan tempat tinggalnya, sebagaimana yang dijabarkannya tentang daerah pantai Laut Merah. Malah dia juga menerangkan tentang berbagai kota, suku, dan perdagangan di India. Dengan begitu, tidaklah mungkin bahwa dia luput menyebut kota pusat ibadah seperti Mekah, yang jaraknya hanya sekitar 200-220 mil dari rumahnya. Alasan mengapa dia tidak menyebut Mekah adalah karena kota Mekah belum ada pada jamannya.
[53] The Periplus of the Erythraean Sea, bagian 4


Penelitian Pliny

Penelitian Pliny mencakup seluruh daerah Arabia, menyebut semua kota, desa, dan suku Arabia, tapi dia tak pernah menyebut Mekah, atau suku apapun yang disebut hadis sebagai penghuni Mekah sejak jaman kuno.

Image
Gaius Plinius Secundus (23 AD – August 25, 79 AD) atau Pliny the Elder, ilmuwan ternama dan juga komandan pasukan berkuda dan angkatan laut Romawi.

Sebelumnya, kita telah menelaah laporan pasukan Romawi di jaman Kaisar Augustus. Sejarawan dan geografer Romawi yakni Strabo menulis tentang perjalanan militer ini, tapi tak menyebut Mekah sama sekali. Hal ini menyimpulkan bahwa Mekah belum dibangun di jaman dia hidup, yakni 64-23 SM.

Sekarang kita bahas penelitian penulis Romawi lainyang sama pentingnya, yakni Pliny, the Elder (atau Abang Pliny). Pliny lahir di Como, Italia Utara, tahun 23 M. Dia jadi komandan squadron pasukan berkuda, mempelajari ilmu hukum, dan jadi manajer keuangan di Spanyol, lalu kembali ke Roma dan menjadi bagian kalangan orang² penting yang berhubungan dengan Kaisar Romawi. [54] Karena itu dia bisa membaca berbagai dokumen penting Romawi, terutama perjalanan ke Arabia di bawah Gallus, yang disebut Pliny dalam bukunya. Dia lalu menerima tugas melakukan perjalanan laut. Dia mati di tahun 79 M.
[54] H.Rackham, Introduction to Pliny, Natural History, Cambridge, Massachusetts, Harvard University Press, William Heinemann Ltd. (London, 1979), hal. vii

Image
Buku ensiklopedia Pliny yang sangat terkenal, "Natural History."

Pliny menyelesaikan bukunya yang berjudul Natural History (Sejarah Alam) di tahun 77 M. Buku ini merupakan sumbangannya yang terpenting bagi kita tentang kehidupan dan masa Romawi. Buku ini merupakan ensiklopedia yang mencakup banyak hal, termasuk: geografi, astronomi, botani, zoologi, meteorologi, dan mineralogi. Pada kata pendahuluan di buku ini, Pliny menulis bahwa dia harus menyelidiki 20.000 masalah yang diseleksi dari 100 penulis. Salah satu penulis yang dikutip Pliny adalah Juba, raja Mauritania, yang mengadakan perjalanan ke Arabia dan menulis berbagai lokasi dan suku Arabia.

Dalam buku Natural History, Jilid Lima, Bab 12, Pliny menjelaskan tentang “pantai² Arabia yang terletak di laut Mesir.” Lalu di Jilid Enam, Bab 32 dan 33, dia menjelaskan secara detail tentang Arabia. Buku Pliny dianggap sebagai ensiklopedia seutuhnya. Dia menyebut kurang lebih 92 negara dan suku Arabia. Meskipun dia menyebut suku2 terutama dan terkecil Arabia yang hidup di jamannya, dia tidak menyebut suku apapun yang tertulis dalam hadis Islam yang katanya hidup di Mekah di abad pertama M. Meskipun dia menyebut 69 kota dan desa Arabia di jamannya, termasuk desa² kecil yang dihuni suku² kecil, dia tak menyebut Mekah sama sekali. Buku Plinyl dan berbagai literatur sejarah lain membuktikan bahwa klaim Islam tentang Mekah adalah tidak benar dan tak terbukti.

Penyelidikan Plinyl sangatlah penting, karena mencakup seluruh daerah Arabia. Survey yang dilakukannya bermula dari ujung utara, menuju ke bagian teluk timur, lalu masuk ke selatan sampai mencapai ujung tenggara Arabia. Dia pergi ke sebelah barat ke Laut Merah, lalu utara ke Teluk Aqaba, dan akhirnya kembali ke arah selatan, dan secara keseluruhan menjabarkan dataran Arabia. Surveynya mencakup semua daerah yang dihuni orang pada saat itu. Pliny begitu detail sehingga dia menyebut suku² yang tinggal di gurun pasir An-Nafud, seperti misalnya suku Agraei. Akan tetapi dia tidak menyebut Mekah atau suku apapun yang hidup di daerah di mana Mekah kelak dibangun.

Karena riset Plinyl mencakup seluruh daerah Arabia, maka penting untuk diamati bahwa dia tidak menyebut suku apapun yang disebut hadis atau Qur’an telah ada di jaman kuno Arabia. Aku yakin tiadanya keterangan suku² membuktikan bahwa hadis Islam hanya berusaha mendukung keterangan salah Qur’an tentang Mekah. Umat Muslim menciptakan nama2 suku yang salah, dan sejarah yang salah yang tak sesuai dengan catatan sejarah para sejarawan terkemuka seperti Pliny, Artemidorus, Agatharchides dan Strabo. Salah satu suku Arabia yang dikarang Muslim adalah suku Jurhum. Muslim mengatakan bahwa masyarakat Jurhum telah ada di Mekah sejak jaman Abraham dan mereka mendominasi Arabia untuk beberapa saat. Jika pernyataan ini benar, suku Jurhum tentunya disebut dengan jelas dalam catatan sejarah negara² Arabia, seperti negara Saba. Akan tetapi catatan sejarah dan arkheologi Romawi dan Yunani tidak pernah menyebut adanya suku Jurhum, meskipun keterangannya mencakup berbagai negara dan suku yang hidup di daerah utara dan selatan sampai ke tempat Mekah kelak dibangun sejak berbagai abad SM sampai abad Masehi. Kemungkinan suku Jurhum adalah suku kecil yang muncul setelah jaman Kristen.

Penyelidikan Pliny juga membantah keterangan hadis Islam tentang suku Quraysh, suku asal Muhammad. Islam menyatakan suku Quraish merupakan suku tua yang hidup di Mekah dan daerah sekitarnya. Hadis Islam juga menyebut suku Quraysh memegang peranan penting atas berbagai suku Arabia. Pliny, dan juga ahli Yunani sebelumnya, menunjukkan dengan jelas bahwa sejarah Islam Mekah sangatlah tidak benar dan tak berdasarkan fakta sejarah. Baru di abad ke-8 M saja penulis² Islam mulai menulis sejarah Mekah dan kedudukannya yang penting. Akan tetapi tulisan Pliny dan para ahli Yunani menunjukkan bahwa sejarah karangan umat Muslim tentang Mekah adalah tidak benar.

Terlebih lagi, penyelidikan² kuno pertama menyangkal pernyataan bahwa suku Quraysh adalah suku kuno yang punya kedudukan agama penting diantara suku² Arabia. Jika dibandingkan dengan catatan sejarah lengkap Yunani dan Romawi, pernyataan Muslim jelas tanpa dasar fakta atau bukti apapun. Sebaliknya, penyelidikan Pliny dan berbagai sejarawan Yunani dan Romawi membenarkan fakta bahwa suku² Quraysh, Khuzaa’h, suku yang pertama kali membangun Mekah, dan suku² lain yang menghuni Mekah belum ada di abad pertama Masehi di daerah di mana Mekah kelak dibangun. Hal ini karena suku² tersebut baru muncul dan beremigrasi dari Yemen ratusan tahun kemudian, dan membangun Mekah setelah mereka meninggalkan Yemen.


Ibnu Ishaq Mengarang Sejarah Palsu, dan Menunjukkan Kebodohannya.

Sebelumnya, aku telah menyebut bahwa orang yang pertama kali berusaha mengarang nama² suku yang hidup di Mekah dan menciptakan sejarah Quraysh adalah Ibn Ishaq. Dia hidup di abad ke-8 M.

Aku juga telah menyebutkan kebodohan Ibn Ishaq, pengetahuan sejarahnya yang terbatas, dan kebingungannya akan kronologi sejarah. Meskipun demikian, umat Muslim mempercayai tulisannya sampai hari ini. Ibn Ishaq menulis tentang kehidupan Muhammad, dan Ibn Hisyam lalu mengedit tulisannya. Dengan demikian biografi Muhammad yang ditulis oleh Ibn Ishaq dinamai sebagai Ibn Hisyam. Ini tulisan tertua dan terutama tentang kehidupan Muhammad. Tulisan² Ibn Ishaq, ditambah ucapan² Wahab bin Muhabbih, al-Shaabi, dan Ibn Abbas yang menulis di abad ke-8 dan 9 M, jadi fondasi sejarawan Muslim tentang sejarah Islam.

Tulisan Ibn Ishaq sarat dengan kesalahan sejarah. Contohnya, dia mengatakan Raja Salomo, putra Daud, menguasai seluruh dunia, sebelum Alexander Agung berhasil melakukan itu. [55] Kita tahu bahwa hal ini tidak benar.
Menurut Ibn Ishaq, agama Kristen berasal dari Roma melalui Kaisar Romawi yang beralih memeluk Kristen karena bertemu duabelas murid Yesus. Ibn Ishaq mengira bahwa Kaisar Konstantin yang hidup di abad ke-4 M, juga hidup di jaman Yesus. [56] Tentu hal ini sangat salah. Ibn Ishaq mengatakan bahwa salah seorang dari para pemimpin Yemen, yakni Tubb’a Asa’d Abu Kareb, yang berkuasa di Yemen tahun 410-425 M, menguasai China. [57] Sejarah tidak pernah menyebut keterangan tentang China seperti itu. Jika benar² terjadi maka tentunya catatan sejarah akan ramai menuliskan hal itu, akan tetapi tak ada bukti apapun yang menyatakan hal itu.
[55] Tarikh al-Tabari, vol. I, Dar al-Kutub al-Ilmiyeh (Beirut –Lebanon 1991), hal. 142
[56] Tarikh al-Tabari, vol. I, hal. 355
[57] Tarikh al-Tabari, I, 421


Image
Kaisar Kristen pertama Romawi, Constantine I. Ibn Ishaq mengira Kaisar Constantine hidup di jaman Yesus. Masyaawlooo... begonya si Ishaq.

Tulisan² Ibn Ishaq begitu sarat dengan kesalahan besar. Bagaimana mungkin dia bisa dianggap sebagai sejarawan yang terpercaya oleh Muslim sedangkan tulisannya sangat bertentangan dengan fakta literatur sejarah? Yang cukup dilakukannya untuk meyakinkan umat Muslim hanyalah menulis bahwa Ishmael hidup di Mekah dan membangun Ka’bah dengan bantuan Abraham! Sungguh ironis bahwasanya pendusta seperti Ibn Ishaq menjadi bapak sejarah palsu Islam.

Sudah waktunya Muslim melakukan penelaahan sendiri, mengatasi semua dusta, dan mempertanyakan kembali apa yang telah mereka percayai selama ini. Begitu mereka menyadari sejarah Islam yang sebenarnya, mereka akan mendapatkan kebenaran yang sejati.


Penyelidikan Ptolemius dan Lokasi Macoraba

Geografer Yunani, Claudius Ptolemius dari Alexandria, Mesir, lahir di tahun 90 M dan wafat di tahun 168 M. Dia menulis buku Almonagest, sebuah karya astronomi yang gemilang, dan juga buku tentang astrologi berjudul Tetrabilos. Di sekitar tahun 150 M, dia membaktikan dirinya untuk menyelidiki geografi bumi – khususnya pemetaan bumi. Dia terinspirasi oleh karya beberapa geografer yang hidup sebelum jamannya, termasuk Marinus, yang hidup di tahun 70-130 M. Para geografer ini merupakan pelopor penggunaan konsep garis² latitude dan longitude untuk pemetaan dunia. Ptolemius mengembangkan konsep ini dengan cara mengurangi jumlah latitude dan longitude yang digunakan Marinus sebelumnya. [58] Ptolemius menuliskan karya geografinya dan memberi judul Geografi, koordinasi latitude dan longitude, yang juga disebut garis² meridian, untuk menetapkan lokasi penting dalam peta di jamannya. Kebanyakan para ahli meragukan bahwa peta² yang menggunakan koordinatnya dibuatnya sendiri. Tapi mereka yakni bahwa geografer lain menggunakan konsep koordinatnya untuk membuat peta² mereka. [59]
[58] Josephi Fischer S.J., Commentatio de CL. Ptolemaci vita, operibus, influxu sacculari, pages 65-79 (dalam pendahuluannya atas publikasi Vatican akan buku Ptolemius: Claudii Ptolemaci Geographiac Urbinas Codex graccus 82 phototypice depictus); hal yang sama dinyatakan oleh Josephi Fischer dalam pendahuluannya akan Claudius Ptolemy The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications, INC, (New York, 1991, hal. 7
[59] Josephi Fischer dalam kata pengantarnya bagi buku Claudius Ptolemy, The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications, INC, (New York, 1991), hal. 5


Geografi Ptoleny menyebabkan orang bisa menetapkan tempat dengan tepat di jamannya, tapi kita juga harus mempertimbangkan beberapa penolakan yang dia sebut dalam karyanya. Dalam bukunya yang kedua, Ptolemius menyatakan lokasi² tempat atau kota yang telah dicatat terlebih dahulu dibandingkan jamannya, dan ternyata keterangan tersebut lebih akurat. [60] Jika dibandingkan sistem latitude dan longitude (lat & lon) yang kita pakai di jaman modern, sistem lat & lon Ptolemius tampak sederhana dan kurang tepat. Akan tetapi, sistemnya masih tetap berguna untuk mengetahui tempat² yang kemudian ditemukan, yang sebelumnya tak ada di penyelidikan² geografi terdahulu. Kita bisa menemukan letak kota² yang lebih baru dengan membandingkan letak kota² yang lebih tua. Keterangannya berguna untuk mengetahui letak kota² baru di sebelah selatan, utara, barat, timur dari kota tua.
[60] Claudius Ptolemy, The Geography, Book II, Claudius Ptolemy, The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications , New York, 1991, hal. 47

Dari sudut pandang penggunaan praktis, kriteria yang digunakan Ptolemius terbukti berguna untuk mencari kota² Timur Tengah dan Mesir yang disebutnya. Berdasarkan fakta² tersebut, karyanya berguna untuk mencari lokasi beberapa kota, misalnya kota Macoraba, yang ada di jamannya.

Di bukunya Geography jilid tujuh, Ptolemius mencatat koordinat lat & lon beberapa tempat² penting di Arabia. [61] Dengan mempelajari lat & lon ini, kita tahu bahwa kota Mekah tak pernah ada di jaman Ptolemius. Malah Ptolemius tidak menyebutkan kota apapun di jalur jalan daerah di mana Mekah kelak dibangun.
[61] Claudius Ptolemy, The Geography, buku VI bab VI, Claudius Ptolemy, The Geography, diterjemahkan oleh Edward Luther Stevenson, Dover Publications , New York, 1991, hal. 137-138
PtolemyMacoraba.jpg
Macoraba adalah kota di bagian tengah Arabia yang disebut oleh Ptolemius. Sebagian orang ingin meyakinkan bahwa Macoraba sebenarnya adalah Mekah. Macoraba adalah kota baru, di jaman Ptolemius. Perkiraan itu menghasilkan kesimpulan bahwa Mekah dibangun di pertengahan abad ke-2 M. Kalaupun pendapat ini benar, tetap saja tak mendukung pernyataan Muslim bahwa Mekah adalah kota lama yang telah lama ada sejak jaman Abraham. Setelah mempelajari fakta² sejarah yang bersangkutan dengan Macoraba, kita bisa menyimpulkan dengan pasti bahwa Macoraba sudah jelas bukanlah Mekah, dan kita bisa membuktikan kesalahan anggapan bahwa Mekah didirikan di abad ke-2 M. Karena nama Macoraba tidak kedengaran sama dengan nama Mekah, ilmuwan Crone beranggapan bahwa Maqarib, dekat Yathrib, sebenarnya adalah Macoraba. Maqarib disebut oleh Yaqut al-Hamawi, geografer Arab yang hidup di tahun 1179-1229 M, dalam kamus geografinya yang berjudul Mujam al-Buldan. [62] Lokasi ini lebih bisa diterima daripada Mekah karena nama Maqarib lebih mirip dengan nama Macoraba daripada Mekah. Alasan lain adalah karena berdasarkan lat & lon dari Ptolemius, letak Maqarib lebih dekat dengan letak Macoraba yang sebenarnya daripada letak Mekah ke Macoraba.
[62] Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, iv, 587; dikutip oleh Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, hal. 136

Untuk menentukan dengan tepat lokasi Macoraba, para ahli menelaah kota Lathrippa yang disebut Ptolemius terletak pada longitude 71. Lathrippa diakui para ilmuwan pada umumnya sebagai kota Yathrib, kota yang telah banyak dicatat dalam berbagai sejarah. Ptolemius menulis bahwa kota Macoraba terletak pada 73 20 longitude, yang berarti sekitar tiga dan sepertiga derajat ke arah timur dari Yathrib, sedangkan Mekah terletak sebelah barat Yathrib. Dengan begitu, Macoraba sudah pasti bukanlah Mekah, atau kota manapun yang terletak di daerah sama di mana Mekah kelak dibangun. Macoraba seharusnya terletak di bagian lebih tengah Arabia, atau ke arah pantai timur Arabia.

Sekarang mari telaah latitude Macoraba. Dari latitude Macoraba kita bisa temukan data lebih banyak tentang lokasi historis Macoraba. Ptolemius menyatakan bahwa Macoraba bukanlah kota berikut di sebelah selatan Lathrippa / Yathrib, tapi kota keenam sebelah selatan. Kota Carna merupakan kota pertama di sebelah selatan Lathrippa, dan Macoraba adalah kota keenam. Carna adalah kota Yaman yang terkenal, milik kerajaan Minean yang disebut Strabo. Hal ini penting, karena Strabo menerangkan suku² utama Arabia selatan sebagai berikut:

Daerah ekstrim negara ini dihuni oleh empat suku terbesar; suku Minean … dengan kota terbesar mereka Carna; setelah itu suku Sabian, yang ibukotanya adalah Mariaba; ketiga adalah suku Cattabanian, yang rajanya disebut Tamna; dan sebelah paling timur adalah suku Chatramotitae, yang berarti Hadramout, dengan ibukotanya Sabata. [63]
[63] The Geogrophy of Strabo, Book 16, bab iv, 2 (The Geogrophy of Strabo, volume vii, diterjemahkan oleh Horace L. Jones , 1966, hal. 311)

Di masa lampau, kota Carna merupakan kota terpenting dan terbesar di kerajaan Yaman Ma’in. Carna adalah kota penting Arabia sehingga Ptolemius memperhatikannya. Karena Macoraba tertulis sebagai kota kelima sebelah selatan Carna, maka kita mengerti bahwa Ptolemius menggunakan Carna sebagai patokan bagi lima kota sebelah selatan Carna, termasuk Macoraba. Kita tak bisa menggunakan Lathrippa sebagai patokan untuk menetapkan Macoraba, karena Lathrippa terletak jauh di utara Macoraba, tapi lokasi Macoraba adalah sebelah selatan kota Minean terkenal yakni Carna. Ptolemius menulis longitude Macoraba terletak lebih dekat ke kota Carna. Dengan begitu, Macoraba tentunya terletak di Yaman, dekat Carna.

Seharusnya kita juga menengok daerah timur kota Yathrib untuk menetapkan kota Macoraba yang disebut Ptolemius. Pliny menulis tentang kota bernama Mochorba, dan dia mengatakan kota ini merupakan pelabuhan Oman di pantai Haramout di Arabia Selatan. Ada kemungkinan bahwa nama Macoraba itu berasal dari nama Mochorba. [64]
[64] Natural History of Pliny; Buku VI, bab 32

Karena Macoraba tidak pernah muncul di literatur sejarah manapun selain dari laporan Ptolemius, tentunya Macoraba adalah desa kecil di abad ke-2 M yang kemudian hilang. Kemungkinan suku kecil Oman berimigrasi dari pelabuhan Mochorba ke utara Yaman, dekat Carna, dan mendirikan desa kecil yang mereka namai mirip dengan nama kota asal mereka. Suku ini mungkin pergi ke daerah lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik, dan ini memang sering terjadi di Arabia. Kenyataan bahwa Macoraba tidak pernah disebut dalam berbagai laporan sejarah kuno menunjukkan bahwa tempat itu merupakan tempat yang ditinggali suku kecil saja, dan bukanlah kota besar yang penting.

Jika masalah nama Macoraba dibahas, maka nama ini perlu dikaitkan dengan nama kota Mochorba, dan bukannya dengan nama kota Mekah. Ini sama dengan kota New London di Amerika Serikat yang dinamai berdasarkan kota asli London di Inggris. Kita tidak bisa membahas asal-usul nama kota Amerika tanpa menghubungkannya dengan nama kota di Inggris, yang merupakan asal nama kota tersebut.

If a case for the name of Machorba should be opened, it should be seen in relation to the southern Arabian city of Mochorba, and not to Mecca. In the same manner, we see the city of New London in the United States as being named after the original city of London. We can’t open a case for the origin of the name of the American city apart from the English city after which it was named.


Mekah Tak Disebut di Literatur Ethiopia, Syria, Aramaik, dan Koptik

Tiadanya kota Mekah dalam literatur Ethiopia, Syria, Aramaik, dan Koptik merupakan bukti nyata bahwa Mekah belum dibangun di abad ke-3 M.

Mari telaah literatur Ethiopia. Bangsa Ethiopia mencatat kota² Arabia di sebelah pantai Laut Merah, terutama di daerah di mana Mekah kelak dibangun. Ternyata tak ada keterangan tentang Mekah dalam literatur mereka di abad ke-2, 3, dan 4 M. Ini menunjukkan bahwa Mekah tidak ada di jaman Ptolemius.

Bahwasanya Mekah belum dibangun sebelum abad ke-2 M merupakan fakta tak terbantahkan. Pertanyaannya sekarang adalah apakah Mekah dibangun di abad ke-3 atau 4 M? Tiadanya literatur Syria, Aramaik, dan Koptik tentang Mekah menunjukkan bahwa Mekah baru ada setelah abad ke-3 M. Ilmuwan Crone melakukan penyelidikan akan literatur Koptik dan Syrian tentang Arabia, tapi tak satu pun menyebut tentang kota Mekah. [65]
[65] Patricia Crone, Meccan Trade, Princeton University Press, 1987, hal. 134,135

Literatur para penginjil dan misionaris Kristen yang aktif di Arabia di abad ke-4 M juga tak menyebut tentang Mekah sama sekali.

Kita tahu orang² Kristen di bawah Kekaisaran Byzantium mencoba memperkenalkan agama Kristen di Arabia. Kaisar Byzantium terutama menargetkan kota² utama Arabia dan mengirim para misionari untuk menginjili dan mendirikan gereja. Penginjilan ini begitu berhasil sehingga seorang bishop Arab ikut berpartisipasi di Pertemuan Nicea tahun 320 M. [66] Di tahun 354 M, Kaisar Konstantin II mengirim Theophilus Indus ke Arabia untuk menginjili. Dia mendirikan gereja² di Eden, Thafar dan Hermez. Bangsa Ethiopia mengirim para misionaris ke Arabia untuk menginjili kota² sepanjang Laut Merah. Orang² Nestoria mengirim para misionaris ke Hijaz; masuk ke Arabia utara dan barat tengah di mana Mekah kelak dibangun. Gereja Hira di Iraq Utara juga mengirim para misionaris ke Arabia.
[66] Nallino Carlo Alfonso, Raccolta di Scritti editti E ineditti, Roma, Istituto per l'Oriente, 1939-48 , Vol.III, hal. 122 ; Caetani, Annali Dell' Islam, I, (1907), hal. 125

Tak ada keterangan tentang Mekah sama sekali di seluruh catatan sejarah Kristen di jaman tersebut. Ini membuktikan bahwa Mekah memang belum ada di abad ke-3 M, atau awal abad ke-4 M. Karena Mekah itu dihuni banyak suku, dan dibangun oleh suku besar Khuzaa’h, maka Mekah tentunya bukanlah desa kecil saja sehingga tidak menarik perhatian para misionaris dan gereja² Kristen Mesopotamia, Ethiopia, dan Byzantium.

Sekali lagi, literatur sejarah membuktikan bahwa Mekah dibangun ribuan tahun setelah jaman yang dinyatakan Muslim.

=========================
AYAT QUR'AN YANG SANGAT SALAH dan BERTENTANGAN DENGAN SELURUH FAKTA SEJARAH:
Qur'an, Sura Al-Baqarah (2), ayat 127
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah/Ka'bah bersama Ismail: "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Ayat yang maha ngaco, maha ngawur na'audzibileee. Abraham itu hidup di abad ke-21 SM, sedangkan Mekah dan Ka'bah belon ada di gurun pasir Arabia sampai di abad ke-4 M! Jaman Abraham dan berdirinya Mekah terpisah sekitar 2.400 tahun!
================================