Mitos Abad2 Gelap/'Dark Ages' Eropa (BELUM SELESAI)
Re: BUKU ttg Mitos Abad2 Gelap/'Dark Ages' Eropa
salam kenal bro ali5196. terimakasih banget terjemahannya. ditunggu lanjutan nya. kalau sempat ketemu saya traktir deh, di kios starbruk atau di warung koh pie bin. :)
-
- Posts: 527
- Joined: Tue May 26, 2009 1:41 pm
Re: BUKU ttg Mitos Abad2 Gelap/'Dark Ages' Eropa
tag jg nih .mantaf
The Flowering of Learning in Christian Ireland and Britain/Berkembangnya Kehidupan Intelektual di Irlandia dan Inggris yg Kristen.
diterjemahkan kalangkilang, diperiksa ali5196
Efek positip kekristenan pada kemajuan pengetahuan sangat jelas terlihat pada kawasan Inggris dan Irlandia. Berikut ini adalah gambaran ragam masyarakat, beberapa kelompok di antara mereka tidak pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi (Irlandia dan Skotlandia) bahkan hingga waktu peradaban Romawi hampir punah akibat invasi bangsa barbar. Namun di seluruh kepulauan Inggris, Kekristenan mengakar kuat mulai abad ke 5 dan ke 6Masehi, yang menghasilkan kehidupan intelektual menakjubkan, sehingga dalam dua abad saja--pada abad ke7 dan ke 8M, kepulauan ini dijuluki sebagai “Land of Saints and Scholars/Tanah Orang Kudus dan Sarjana.”
Agama Kristen diperkenalkan kepada orang Irlandia oleh Santo Patrick, seorang penduduk pagan pribumi dari pulai berseberangan (persisnya dari Skotlandia), yang ditangkap oleh pedagang budak Irlandia ketika masih kanak-kanak, dan secara paksa dibawa ke Irlandia. Setelah melarikan diri dan mendapat pengajaran imamat, dia tidak menaruh dendam dan malah kembali ke Irlandia sebagai pekabar injil (misionaris), dimana ajaran Kristen menemukan tanah yang subur. Dalam kurun waktu yang sangat singkat, hampir seluruh negeri tersebut akhirnya memeluk agama kristen; menurut penuturan orang Romawi, Santo Patrick merupakan orang yang menciptakan tatanan kemasyarakatan pada bangsa Irlandia, yang juga membuat aturan hukum dan menyesuaikan bagian-bagian yang bertentangan dengan pengajaran Kristiani. Dia juga dirujuk sebagai orang yang memperkenalkan aksara Romawi (latin), yang pada akhirnya memungkinkan rahib-rahib asal Irlandia dapat melestarikan sastra lisan Celtik. Klaim historis ini masih merupakan subjek perdebatan dan belum ada bukti langsung terkait dengan Santo Patrick dengan prestasi literatur tsb.
Namun demikian, kemajuan tersebut muncul seiring dengan kehadiran ajaran Kristen di kawasan tersebut dan berdasarkan rujukan sejarah, sejak era St Patrick inilah, sarjana2 Irlandia mendapat keunggulan dalam hal bahasa Latin dan teologi kristen dengan munculnya biara-biara di kawasan tersebut. Sebagaimana kemajuan mereka dalam bahasa latin, bukti-bukti juga menunjukkan bahwa, bahasa dan ajaran2 penulis2 Yunani – termasuk penulis2 non
eklesiastik – juga diajarkan di kawasan tersebut. Pada akhir abad kelima, Irlandia masuk ke dalam wilayah (kekuasaan) Romawi. Pekerjaan yang gagal dilakukan oleh tentara Romawi, ternyata mampu dilakukan oleh rahib-rahib kristen dalam jangka satu atau dua dekade (Penj- Kok mirip banget dengan Tanah tapanuli yah?). Gereja dan katedral bermunculan di daratan tersebut; biara-biara menjadi miniatur dari universitas (Pusat pembelajaran dan pengajaran – Penj.)
Cendikiawan Irlandia melakukan perjalanan ke Roma dan wilayah sekitarnya untuk belajar dan mencari pengetahuan baru. Pengaruh Mesir, baik dalam bidang seni dan keagamaan, mulai menyebar ke pantai barat Samudera Atlantik. Dipengaruhi oleh kaum Anglo-Saxon yang telah menguasai daratan Inggris, seniman Irlandia mampu mengembangkan gaya baru dalam bidang kesenian, yang dikenal seperti Hiberno-Saxon, yang mengkombinasikan corak Celtic kuno berupa gambar-gambar hewan dan ular dengan pengaruh Anglo-Saxon yang datang dari Jerman (dibawah pengaruh kaum GOTH). Corak baru yang merupakan hasil perpaduan ini, menjadi karya seni menakjubkan yang pernah dibuat. Hiasan buku dan seni logam (metal artwork) dalam detail mikroskopis begitu mengagumkan sampai mengandung pertanyaan apakah seniman irlandia jaman baheula itu sudah menciptakan lensa pembesar. Asal bahan-bahan yang digunakan untuk membuat masterpiece/mahakarya seni macam itu, seperti bahan lapis lazuli dari Afghanistan (penghasil Ultramarine blue) meyakinkan kita bahwa baik Book of Kells dan Kitab Lindisfarne Gospel telah ada dan ditulis sebelum pertengahan abad ke 7M, abad dimana bangsa Arab mulai menutup laut Mediterania sebagai jalur perdagangan.
Gambar Lindisfarne Gospel
Gambar Book of Kells yang menakjubkan
Jangan lewatkan :
diterjemahkan kalangkilang, diperiksa ali5196
Efek positip kekristenan pada kemajuan pengetahuan sangat jelas terlihat pada kawasan Inggris dan Irlandia. Berikut ini adalah gambaran ragam masyarakat, beberapa kelompok di antara mereka tidak pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi (Irlandia dan Skotlandia) bahkan hingga waktu peradaban Romawi hampir punah akibat invasi bangsa barbar. Namun di seluruh kepulauan Inggris, Kekristenan mengakar kuat mulai abad ke 5 dan ke 6Masehi, yang menghasilkan kehidupan intelektual menakjubkan, sehingga dalam dua abad saja--pada abad ke7 dan ke 8M, kepulauan ini dijuluki sebagai “Land of Saints and Scholars/Tanah Orang Kudus dan Sarjana.”
Agama Kristen diperkenalkan kepada orang Irlandia oleh Santo Patrick, seorang penduduk pagan pribumi dari pulai berseberangan (persisnya dari Skotlandia), yang ditangkap oleh pedagang budak Irlandia ketika masih kanak-kanak, dan secara paksa dibawa ke Irlandia. Setelah melarikan diri dan mendapat pengajaran imamat, dia tidak menaruh dendam dan malah kembali ke Irlandia sebagai pekabar injil (misionaris), dimana ajaran Kristen menemukan tanah yang subur. Dalam kurun waktu yang sangat singkat, hampir seluruh negeri tersebut akhirnya memeluk agama kristen; menurut penuturan orang Romawi, Santo Patrick merupakan orang yang menciptakan tatanan kemasyarakatan pada bangsa Irlandia, yang juga membuat aturan hukum dan menyesuaikan bagian-bagian yang bertentangan dengan pengajaran Kristiani. Dia juga dirujuk sebagai orang yang memperkenalkan aksara Romawi (latin), yang pada akhirnya memungkinkan rahib-rahib asal Irlandia dapat melestarikan sastra lisan Celtik. Klaim historis ini masih merupakan subjek perdebatan dan belum ada bukti langsung terkait dengan Santo Patrick dengan prestasi literatur tsb.
Namun demikian, kemajuan tersebut muncul seiring dengan kehadiran ajaran Kristen di kawasan tersebut dan berdasarkan rujukan sejarah, sejak era St Patrick inilah, sarjana2 Irlandia mendapat keunggulan dalam hal bahasa Latin dan teologi kristen dengan munculnya biara-biara di kawasan tersebut. Sebagaimana kemajuan mereka dalam bahasa latin, bukti-bukti juga menunjukkan bahwa, bahasa dan ajaran2 penulis2 Yunani – termasuk penulis2 non
eklesiastik – juga diajarkan di kawasan tersebut. Pada akhir abad kelima, Irlandia masuk ke dalam wilayah (kekuasaan) Romawi. Pekerjaan yang gagal dilakukan oleh tentara Romawi, ternyata mampu dilakukan oleh rahib-rahib kristen dalam jangka satu atau dua dekade (Penj- Kok mirip banget dengan Tanah tapanuli yah?). Gereja dan katedral bermunculan di daratan tersebut; biara-biara menjadi miniatur dari universitas (Pusat pembelajaran dan pengajaran – Penj.)
Cendikiawan Irlandia melakukan perjalanan ke Roma dan wilayah sekitarnya untuk belajar dan mencari pengetahuan baru. Pengaruh Mesir, baik dalam bidang seni dan keagamaan, mulai menyebar ke pantai barat Samudera Atlantik. Dipengaruhi oleh kaum Anglo-Saxon yang telah menguasai daratan Inggris, seniman Irlandia mampu mengembangkan gaya baru dalam bidang kesenian, yang dikenal seperti Hiberno-Saxon, yang mengkombinasikan corak Celtic kuno berupa gambar-gambar hewan dan ular dengan pengaruh Anglo-Saxon yang datang dari Jerman (dibawah pengaruh kaum GOTH). Corak baru yang merupakan hasil perpaduan ini, menjadi karya seni menakjubkan yang pernah dibuat. Hiasan buku dan seni logam (metal artwork) dalam detail mikroskopis begitu mengagumkan sampai mengandung pertanyaan apakah seniman irlandia jaman baheula itu sudah menciptakan lensa pembesar. Asal bahan-bahan yang digunakan untuk membuat masterpiece/mahakarya seni macam itu, seperti bahan lapis lazuli dari Afghanistan (penghasil Ultramarine blue) meyakinkan kita bahwa baik Book of Kells dan Kitab Lindisfarne Gospel telah ada dan ditulis sebelum pertengahan abad ke 7M, abad dimana bangsa Arab mulai menutup laut Mediterania sebagai jalur perdagangan.
Gambar Lindisfarne Gospel
Gambar Book of Kells yang menakjubkan
Jangan lewatkan :
BAB 3 : SARACENS, VIKINGS AND HUNGARIANS
Definitive end of Classical Civilization/Akhir Definitif Peradaban Klasik
[…]
JADI, kembali kepada pertanyaan utama kita : apa yang menyebabkan jatuhnya peradaban Eropa setelah abad permulaan abad 6 ? Apakah jatuhnya peradaban ini secara gradual atau tiba-tiba ? Dan SIAPA penyebabnya ?
Setelah jaman Gregory of Tours, penjajah Muslim di Spanyol yang tiba di Semenanjung Iberia , TERPERANJAT melihat ukuran dan kemewahan kota-kota yang dibangun dinasti Visigoth. Ibn Adhari (dicuplik dari buku Louis Bertrand dan Sir Charles Petrie, The History of Spain, 2nd ed, London, 1945, p. 17), menyebut kota-kota Sevilla, Kordoba, Merida dan Toledo sebagai “keempat ibu kota Spanyol yang didirikan oleh Okteban [Octavian], sang Caesar … dari kesemua ibukota Spanyol, kota-kota itu adalah yang paling besar, paling penting dan paling hebat konstruksinya dan kaya akan monumen purbakala. Sebelum direbut oleh dinasti Goth, kota itu adalah residensi gubernur Romawi. Raja-raja Goth memilih Toledo sebagai residensi mereka; tapi Sevilla masih merupakan ibukota Romawi bagi sains yang suci maupun bid’ah, dan disitulah tempat tinggal aristokrasi dari keluarga yang sama.”
Visigothic Hispania and its regional divisions in 700, prior to the Muslim conquest http://en.wikipedia.org/wiki/Visigoths
NAH, jadi mana tanda-tanda kemunduran Spanyol ? Seorang penulis Arab lainnya, Merida, menyebut Sevilla sebagai jembatan besar penuh dengan “gereja-gereja dan istana-istana magnifik.” (Richard Fletcher, Moorish Spain (London, 1992) p. 18 153) Hasil arkeologi memang membuktikan ini, khususnya penemuan di Toledo, thn 1857, atas koleksi mahkota-mahkota emas bertatahkan permata milik dinasti Visigoth.
A votive crown belonging to Recceswinth (653–672), as found in the treasure of Guarrazar, Spain. (National Archaeological Museum of Spain) http://en.wikipedia.org/wiki/Visigoths
Jadi, sekali lagi, pada titik mana terjadi peristiwa patahnya peradaban Eropa ini dengan Romawi ? Henri Pirenne, yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mempelajari subyek ini, sampai pada sebuah kesimpulan dramatiknya dalam satu kata saja : MUHAMMAD. Persisnya, perubahan itu dibawah oleh pengikut-pengikut Muhammad yang menulis deskripsi diatas tersebut tentang Spanyol nan Gothic, “seratus tahun setelah kematian (kaisar) Justinian.”
Ini sama sekali bukan sebuah pernyataan kontroversial. Sudah diketahui lama bahwa pada pertengahan abad 7, SELURUH dunia KRISTEN di Barat maupun di Timur mengalami serangan bertubi-tubi yang hampir mengenyahkan peradaban Kristen dari peta.
Para penjajah Arab dan Berber kagum dengan indahnya dan femininnya budaya Visigoth Spanyol. Setelah Pertempuran Guadalete, mayat raja Visigoth, Roderick, tidak dapat ditemukan; hanya kudanya, dengan pelana yang dibordir secara mewah dan sandal emasnya yang dibordir dengan lambang kerajaan, burung garuda.
Dari semua bangsa yang mengancam peradaban Kristen, ISLAMlah yang paling fanatik yang tidak dapat ditandingi kaum barbar di abad 4, 5 dan 6.
Seluruh kawasan Turki dan Afrika Utara yang kini menjadi pusat pendudukan Islam, dulu adalah kawasan yang eksklusif Kristen, termasuk Mesopotamia, Syria/Palestina, Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair dan Maroko tidak dapat ditundukkan pada Islam secara damai oleh agamanya Mohammad, tapi diserang, dijajah dan ditundukkan oleh tentara-tentara Muslim, dan bangsa-bangsa ini dipaksa masuk islam, diperbudak, dintindas dan didiskriminasi sampai 14 abad lamanya (sampai sekarang). Akibatnya, areal luas Kristen lenyap ketangan Islam.
[…] Memang tidak hanya Islam saja yang menyerang peradaban Kristen pada jaman itu. Invasi-invasi kaum Avar dan Magyar di permulaan abad 7 muncul bersamaan dengan tampilnya kebuasan kaum Viking. Dalam kata-kata Trevor-Roper, “tahun-tahun dini abad 8 – tahun-tahun invasi Avar dan Lombard diikuti dengan invasi Arab, memang adalah abad gelap Eropa. 157
Dan seperti yang akan kita lihat nanti, invasi ArabLAH yang membawa kekuatan untuk mengakhiri peradaban Klasik; dan sumbangan Arab atas “kegelapan” Eropa ini tidak terbantahkan.
Signs of the Break/Tanda-Tanda Perpecahan (Budaya)
Apa yang membuat Pirenne yakin akulyakin bahwa IslamLAH dan bukan invasi-invasi Jermanik yang mengakhiri peradaban klasik ?
Dua faktor : Pertama, (lihat bab-bab sebelumnya) bahwa budaya Eropa Barat (sampai era raja Alaric) tidak berubah dalam dua abad setelah berakhrinya Kekaisaran Romawi. Kedua, kesemua hal yang membentuk budaya Romawi, HILANG SEKETIKA dalam abad ketujuh. Ini membuktikan bahwa “sesuatu hal” telah men-disrupsi dunia Mediterania, sesuatu yang mengakibatkan hubungan budaya dan dagang selama berabad-abad di timur dan barat Mediterania hilang sekejap. Dan apakah “sesuatu’ tersebut ??? Jelas bahwa “sesuatu’ itu adlaah Islam.
Dalam Bab 2 kita mempelajari masalah budaya dan agama. Pirenne memusatkan peratian pada ekonomi dan perdagangan.
Sampai abad 7, ia menulis, “kemewahan meja makan .. disuplai oleh Timur.” Gregory of Tours, misalnya dalam abad 6, menyebut tentang anggur-anggur dari Syria yang diekspor dari Gaza.159 Ia juga bercerita tentang seorang janda dari Lyons yang membawa dua gallon anggur Syria ke kuburan suaminya setiap hari (Liber in Gloria Confessorum, circa 64, ed. Krusch, p. 785).
A monk-cellarer tasting wine from a barrel while filling a jug. From Li Livres dou Santé by Aldobrandino of Siena (France, late 13th century) http://en.wikipedia.org/wiki/Illuminated_manuscript
Dan ada sejumlah referensi tentang anggur dari timur dalam dokumen-dokumen abad 6 & 7, yang dirujuk Pirenne. Bahan makanan juga diimpor dari Timur, katanya[…] Dan yang paling penting adalah perdagangan rempah-rempah. Pirenne mengutip Pliny the Elder, yang mencatat tentang jumlah uang yang ia habiskan untuk mengimpor rempah-rempah India, Cina, dan Arabia. Dan distribusi rempah-rempah ini tidak terhenti akibat invasi-invasi Jermanik.
PAPYRUS (foto atas) adalah impor yang paling vital dari Timur selama periode Romawi dan sesudahnya, pada abad 5 & 6. Dalam kata-kata Pirenne’s words: “[Papyrus] penting bagi kesinambungan kehdiupan sosial serta kebutuhan juridisial dan administratif negara. Para pedagang mempekerjakan bururh penulis atau mercenarii literati. Ribuan kilo papyrus diperlukan oleh para registrar keuangan, tribunal, korespondensi privat dan para biara/monastery […] Papyrus eksis di Eropa karena adanya impor papyrus yang aktif.”
NAH, hilangnya suplai papyrus mengakibatkan dampak yang sangat merugikan terhadap budaya Eropa. Raja, gereja maupun rakyat kebanyakan, terpaksa harus memakai alternatif yang sangat mahal, yaitu bahan kulit hewan (kambing/). Bahan kulit ini dipakai berulang kali sampai mengakibatkan tulisan-tulisan jaman sebelumnya dihapus dan ditindih tulisan baru. Ini mengakibatkan hilangnya teks kuno yang sangat berharga dari jaman sebelumnya. Ini berakibat menyedihkan bagi studi budaya kuno. Akibatnya, hilangnya berbagai karya tulisan masterpiece Yunani dan Latin dari Eropa Barat abad 11 adalah terutama karena Islam. Juga MINYAK, menurut Pirenne, diimpor ke Eropa dalam kuantitas besar sampai abad 7, khususnya dari Afrika Utara; sementara SUTERA juga sebuah produk penting. Nah, pada pertengahan abad 7, kesemua material ini lenyap dari Barat.
Pirenne menganggap kenyataan-kenyataan ini sangat penting, tapi sedihnya, tidak diperhatikan oleh sejarawan. Apa yang
mengakhiri perdagangan Mediterania ? Pirenne mengutip Ibn-Khaldun, yang berbangga dalam ucapannya “Kristen kini bahkan tidak lagi dapat mengapungkan papan di laut.”
Pirenne mengatakan bahwa ada sejumlah sejarawan yang tidak setuju dengan teorinya ini, bahwa Muslimlah yang mengakibatkan hilangnya secara mendadak akan arus impor ini. Sejarawan-sejarawan ini mengatakan bahwa lalu lintas Mediterania oleh para pehijrah (Kristen), artis dan akademisi masih juga berlangsung. Tapi, menurut Pirenne, ini hanyalah peristiwa-peristiwa terisolasi dan lalu lalangnya pehijrah dan akademisi sama sekali tidak membuktikan perbaikan hubungan dagang.
Lihat juga B. H. Slicher Van Bath, The Agrarian History of Western Europe, AD 500 dan 1850 (Edward Arnold, London, 1963) (Trans. from the Dutch, of De agrarische geschiedenis van West-Europa (500 – 1850) p. 31
[…]
Kesemuanya ini masih juga dibarengi dengan semakin langkanya EMAS yang impornya juga terhenti dari Timur. Salah satu indicator utama bagi transisi dari peradaban klasik kepada Abad PErtengahan adalah dari ekonomi (uang keping) emas ke ekonomi barter. Sejak abad 7, ekonomi uang mulai menghilang, berbarengan dengan karakteristik apa yang kita kini sebut peradaban klasik.
[…] Yang muncul kemudian adalah :
1. pemikiran Abad Pertengahan atau feodal. Pengritik utama Pirenne adalah Alfons Dopsch, yang mengatakan bahwa penampakan feodalisme, dengan organsiasi pembangunan istana dan villa-villa megah, hanya menghilang di abad ke 10, dan bukan abad 7 seperti dalam teori Pirenne. Kata Dopsch, abad pertengahan lebih disebabkan oleh Viking daripada Muslim. Memang Dopsch tidak seluruhnya salah (dan kita akan bahas ini dalam bab-bab berikut), tapi Dopsch tidak dapat membantah bahwa disrupsi massif Muslim terhadap perdagangan Mediterania dan dampak mendalam yang sangat negatif terhadap budaya Eropa.
2. Hanya SATU bentuk perdagangan yang menggantikan aktivitas ekonomi Mediteran pada pertengahan abad 7, yaitu PERDAGANGAN BUDAK !!
Definitive end of Classical Civilization/Akhir Definitif Peradaban Klasik
[…]
JADI, kembali kepada pertanyaan utama kita : apa yang menyebabkan jatuhnya peradaban Eropa setelah abad permulaan abad 6 ? Apakah jatuhnya peradaban ini secara gradual atau tiba-tiba ? Dan SIAPA penyebabnya ?
Setelah jaman Gregory of Tours, penjajah Muslim di Spanyol yang tiba di Semenanjung Iberia , TERPERANJAT melihat ukuran dan kemewahan kota-kota yang dibangun dinasti Visigoth. Ibn Adhari (dicuplik dari buku Louis Bertrand dan Sir Charles Petrie, The History of Spain, 2nd ed, London, 1945, p. 17), menyebut kota-kota Sevilla, Kordoba, Merida dan Toledo sebagai “keempat ibu kota Spanyol yang didirikan oleh Okteban [Octavian], sang Caesar … dari kesemua ibukota Spanyol, kota-kota itu adalah yang paling besar, paling penting dan paling hebat konstruksinya dan kaya akan monumen purbakala. Sebelum direbut oleh dinasti Goth, kota itu adalah residensi gubernur Romawi. Raja-raja Goth memilih Toledo sebagai residensi mereka; tapi Sevilla masih merupakan ibukota Romawi bagi sains yang suci maupun bid’ah, dan disitulah tempat tinggal aristokrasi dari keluarga yang sama.”
Visigothic Hispania and its regional divisions in 700, prior to the Muslim conquest http://en.wikipedia.org/wiki/Visigoths
NAH, jadi mana tanda-tanda kemunduran Spanyol ? Seorang penulis Arab lainnya, Merida, menyebut Sevilla sebagai jembatan besar penuh dengan “gereja-gereja dan istana-istana magnifik.” (Richard Fletcher, Moorish Spain (London, 1992) p. 18 153) Hasil arkeologi memang membuktikan ini, khususnya penemuan di Toledo, thn 1857, atas koleksi mahkota-mahkota emas bertatahkan permata milik dinasti Visigoth.
A votive crown belonging to Recceswinth (653–672), as found in the treasure of Guarrazar, Spain. (National Archaeological Museum of Spain) http://en.wikipedia.org/wiki/Visigoths
Jadi, sekali lagi, pada titik mana terjadi peristiwa patahnya peradaban Eropa ini dengan Romawi ? Henri Pirenne, yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mempelajari subyek ini, sampai pada sebuah kesimpulan dramatiknya dalam satu kata saja : MUHAMMAD. Persisnya, perubahan itu dibawah oleh pengikut-pengikut Muhammad yang menulis deskripsi diatas tersebut tentang Spanyol nan Gothic, “seratus tahun setelah kematian (kaisar) Justinian.”
Ini sama sekali bukan sebuah pernyataan kontroversial. Sudah diketahui lama bahwa pada pertengahan abad 7, SELURUH dunia KRISTEN di Barat maupun di Timur mengalami serangan bertubi-tubi yang hampir mengenyahkan peradaban Kristen dari peta.
Para penjajah Arab dan Berber kagum dengan indahnya dan femininnya budaya Visigoth Spanyol. Setelah Pertempuran Guadalete, mayat raja Visigoth, Roderick, tidak dapat ditemukan; hanya kudanya, dengan pelana yang dibordir secara mewah dan sandal emasnya yang dibordir dengan lambang kerajaan, burung garuda.
Dari semua bangsa yang mengancam peradaban Kristen, ISLAMlah yang paling fanatik yang tidak dapat ditandingi kaum barbar di abad 4, 5 dan 6.
Seluruh kawasan Turki dan Afrika Utara yang kini menjadi pusat pendudukan Islam, dulu adalah kawasan yang eksklusif Kristen, termasuk Mesopotamia, Syria/Palestina, Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair dan Maroko tidak dapat ditundukkan pada Islam secara damai oleh agamanya Mohammad, tapi diserang, dijajah dan ditundukkan oleh tentara-tentara Muslim, dan bangsa-bangsa ini dipaksa masuk islam, diperbudak, dintindas dan didiskriminasi sampai 14 abad lamanya (sampai sekarang). Akibatnya, areal luas Kristen lenyap ketangan Islam.
[…] Memang tidak hanya Islam saja yang menyerang peradaban Kristen pada jaman itu. Invasi-invasi kaum Avar dan Magyar di permulaan abad 7 muncul bersamaan dengan tampilnya kebuasan kaum Viking. Dalam kata-kata Trevor-Roper, “tahun-tahun dini abad 8 – tahun-tahun invasi Avar dan Lombard diikuti dengan invasi Arab, memang adalah abad gelap Eropa. 157
Dan seperti yang akan kita lihat nanti, invasi ArabLAH yang membawa kekuatan untuk mengakhiri peradaban Klasik; dan sumbangan Arab atas “kegelapan” Eropa ini tidak terbantahkan.
Signs of the Break/Tanda-Tanda Perpecahan (Budaya)
Apa yang membuat Pirenne yakin akulyakin bahwa IslamLAH dan bukan invasi-invasi Jermanik yang mengakhiri peradaban klasik ?
Dua faktor : Pertama, (lihat bab-bab sebelumnya) bahwa budaya Eropa Barat (sampai era raja Alaric) tidak berubah dalam dua abad setelah berakhrinya Kekaisaran Romawi. Kedua, kesemua hal yang membentuk budaya Romawi, HILANG SEKETIKA dalam abad ketujuh. Ini membuktikan bahwa “sesuatu hal” telah men-disrupsi dunia Mediterania, sesuatu yang mengakibatkan hubungan budaya dan dagang selama berabad-abad di timur dan barat Mediterania hilang sekejap. Dan apakah “sesuatu’ tersebut ??? Jelas bahwa “sesuatu’ itu adlaah Islam.
Dalam Bab 2 kita mempelajari masalah budaya dan agama. Pirenne memusatkan peratian pada ekonomi dan perdagangan.
Sampai abad 7, ia menulis, “kemewahan meja makan .. disuplai oleh Timur.” Gregory of Tours, misalnya dalam abad 6, menyebut tentang anggur-anggur dari Syria yang diekspor dari Gaza.159 Ia juga bercerita tentang seorang janda dari Lyons yang membawa dua gallon anggur Syria ke kuburan suaminya setiap hari (Liber in Gloria Confessorum, circa 64, ed. Krusch, p. 785).
A monk-cellarer tasting wine from a barrel while filling a jug. From Li Livres dou Santé by Aldobrandino of Siena (France, late 13th century) http://en.wikipedia.org/wiki/Illuminated_manuscript
Dan ada sejumlah referensi tentang anggur dari timur dalam dokumen-dokumen abad 6 & 7, yang dirujuk Pirenne. Bahan makanan juga diimpor dari Timur, katanya[…] Dan yang paling penting adalah perdagangan rempah-rempah. Pirenne mengutip Pliny the Elder, yang mencatat tentang jumlah uang yang ia habiskan untuk mengimpor rempah-rempah India, Cina, dan Arabia. Dan distribusi rempah-rempah ini tidak terhenti akibat invasi-invasi Jermanik.
PAPYRUS (foto atas) adalah impor yang paling vital dari Timur selama periode Romawi dan sesudahnya, pada abad 5 & 6. Dalam kata-kata Pirenne’s words: “[Papyrus] penting bagi kesinambungan kehdiupan sosial serta kebutuhan juridisial dan administratif negara. Para pedagang mempekerjakan bururh penulis atau mercenarii literati. Ribuan kilo papyrus diperlukan oleh para registrar keuangan, tribunal, korespondensi privat dan para biara/monastery […] Papyrus eksis di Eropa karena adanya impor papyrus yang aktif.”
NAH, hilangnya suplai papyrus mengakibatkan dampak yang sangat merugikan terhadap budaya Eropa. Raja, gereja maupun rakyat kebanyakan, terpaksa harus memakai alternatif yang sangat mahal, yaitu bahan kulit hewan (kambing/). Bahan kulit ini dipakai berulang kali sampai mengakibatkan tulisan-tulisan jaman sebelumnya dihapus dan ditindih tulisan baru. Ini mengakibatkan hilangnya teks kuno yang sangat berharga dari jaman sebelumnya. Ini berakibat menyedihkan bagi studi budaya kuno. Akibatnya, hilangnya berbagai karya tulisan masterpiece Yunani dan Latin dari Eropa Barat abad 11 adalah terutama karena Islam. Juga MINYAK, menurut Pirenne, diimpor ke Eropa dalam kuantitas besar sampai abad 7, khususnya dari Afrika Utara; sementara SUTERA juga sebuah produk penting. Nah, pada pertengahan abad 7, kesemua material ini lenyap dari Barat.
Pirenne menganggap kenyataan-kenyataan ini sangat penting, tapi sedihnya, tidak diperhatikan oleh sejarawan. Apa yang
mengakhiri perdagangan Mediterania ? Pirenne mengutip Ibn-Khaldun, yang berbangga dalam ucapannya “Kristen kini bahkan tidak lagi dapat mengapungkan papan di laut.”
Pirenne mengatakan bahwa ada sejumlah sejarawan yang tidak setuju dengan teorinya ini, bahwa Muslimlah yang mengakibatkan hilangnya secara mendadak akan arus impor ini. Sejarawan-sejarawan ini mengatakan bahwa lalu lintas Mediterania oleh para pehijrah (Kristen), artis dan akademisi masih juga berlangsung. Tapi, menurut Pirenne, ini hanyalah peristiwa-peristiwa terisolasi dan lalu lalangnya pehijrah dan akademisi sama sekali tidak membuktikan perbaikan hubungan dagang.
Lihat juga B. H. Slicher Van Bath, The Agrarian History of Western Europe, AD 500 dan 1850 (Edward Arnold, London, 1963) (Trans. from the Dutch, of De agrarische geschiedenis van West-Europa (500 – 1850) p. 31
[…]
Kesemuanya ini masih juga dibarengi dengan semakin langkanya EMAS yang impornya juga terhenti dari Timur. Salah satu indicator utama bagi transisi dari peradaban klasik kepada Abad PErtengahan adalah dari ekonomi (uang keping) emas ke ekonomi barter. Sejak abad 7, ekonomi uang mulai menghilang, berbarengan dengan karakteristik apa yang kita kini sebut peradaban klasik.
[…] Yang muncul kemudian adalah :
1. pemikiran Abad Pertengahan atau feodal. Pengritik utama Pirenne adalah Alfons Dopsch, yang mengatakan bahwa penampakan feodalisme, dengan organsiasi pembangunan istana dan villa-villa megah, hanya menghilang di abad ke 10, dan bukan abad 7 seperti dalam teori Pirenne. Kata Dopsch, abad pertengahan lebih disebabkan oleh Viking daripada Muslim. Memang Dopsch tidak seluruhnya salah (dan kita akan bahas ini dalam bab-bab berikut), tapi Dopsch tidak dapat membantah bahwa disrupsi massif Muslim terhadap perdagangan Mediterania dan dampak mendalam yang sangat negatif terhadap budaya Eropa.
2. Hanya SATU bentuk perdagangan yang menggantikan aktivitas ekonomi Mediteran pada pertengahan abad 7, yaitu PERDAGANGAN BUDAK !!
Last edited by ali5196 on Mon Apr 05, 2010 5:30 am, edited 3 times in total.
The Muslim Conquests/Perebutan-Perebutan Wilayah oleh Muslim
Meledaknya tentara Muslim dari Arabia sejak abad 7 adalah fakta sejarah yang sudah didokumentasi secara rapih TAPI yang tidak diakui dan sering dilewatkan adalah dampaknya yang benar-benar menghancurkan, padahal malapetaka Islamiyah bagi Eropa ini belum pernah terjadi dalam seluruh sejarah Eropa sebelumnya.
Setelah menyapu habis Syria, Mesir dan Afrika Utara, tentara-tentara Muslim, hampir tanpa pausa, memasuki Eropa. Tahun 711, pemimpin Berber, Tarik, memimpin invasi melewati Selat Jibraltar dan dalam waktu kurang dari 7 tahun, Spanyol dibawah Visigoth AMBLAAZZZ ditangan Muslim. Tahun 720, tentara Arab menyeberangi Pyrenees. Mereka menyerang Narbonne dan menjarah habis monasteri-monasteri penting Perancis Selatan dan melanjutkan operasi terror mereka ke utara, ke Poitiers. Kata Gibbon, dalam hanya 15 tahun saja mereka (Muslim) menjelajahi lebih 1.000 mil dari Jibraltar ke pantai-pantai Loire: “Ini sama dengan jarak Polandia sampai ke lembah-lembah Skotlandia; dan Sungai Rhine sama sulitnya dengan menyeberang Sungai Nil atau Efrates, dan perahu-perahu Arab bisa melayar tanpa perlawanan ke mulut Sungai Thames. Mungkin tafsiran Qur’an kini diajarkan di sekolah-sekolah di Oxford dan tempat-tempat kotbah yang menunjukkan kepada para pengikut yang disunat akan kebenaran wahyu yang disampaikan Mohammed.” (Ch. 49) “Dari malapetaka ini,” kata Gibbon, “dunia Kristen hanya diselamatkan oleh genius dan kehebatan SATU orang SAJA.” Orang itu tidak lain dari CHARLES MARTEL, penguasa kerajaan Frank yang, di Pertempuran Poitiers, mengalahkan Arab di titik sepak terjang mereka yang paling jauh.
JANGAN LEWATKAN : http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... 04/#p75733
Invasi Muslim terhadap Spanyol dan kemudian Perancis ini adalah satu dari sekian banyak serangan yang dialami Eropa dari selatan. Sejumlah serangan Arab terhadap Sicilia (Italia), tahun 652, 667 dan 720 gagal; Syracuse (Yunani) diinvasi untuk pertama kalinya pada tahun 708, namun sebuah invasi yang direncanakan tahun 740 gagal karena adanya pemberontakan Berber dari Maghreb (vs Muslim) yang berakhir sampai 771 dan perang-perang saudara di Afrika sampai tahun 799. Sardinia namun demikian sempat diIslamkan dalam beberapa tahun, yi 711, 720 dan 760. Pulau Italia, Pantelleria, dijajah Arab tahun 700, dan diserang lagi 100 tahun kemudian, dimana Arab menjual BIARAWAN-BIARAWAN SPANYOL yang mereka tangkap sebagai budak.
Di bagian timur, pusat Kristen atau Romawi kedua, KONSTANTINOPEL juga tidak imun. Tentara Muslim pimpinan Muawiyah I, menyerang Konstantinopel antara 674-678. Karena tidak berhasil menembus Tembok-Tembok buatan Kaisar Theodoric, Arab memblokir kota disepanjang Bosporus, tapi armada kapal mereka akhrinya berhasil dihancurkan oleh Api Yunani terkenal itu milik Kallinikos (Callinicus), orang Syria.
Teknologi Api Yunani yang sampai sekarang masih merupakan rahasia http://en.wikipedia.org/wiki/Greek_fire
Restored section of the Theodosian Walls at the Selymbria Gate. The Outer Wall and the wall of the moat are visible, with a tower of the Inner Wall in the background http://en.wikipedia.org/wiki/Walls_of_Constantinople
Walau kalah secara telak, 50 tahun kemudian, Arab kembali merongrong. Tahun 718, dengan tentara berkekuatan 80.000 orang dibawah pimpinan Maslama, kakak Kalif Suleiman dari Umayyad, menyeberang Bosporus dari Anatolia untuk mengepung Konstantinopel lewat darat dengan armada yang dipimpin oleh seorang Suleiman (beda dengan si Kalif), yang berjumlah 1.800 kapal, yang melayar ke Laut Marmara ke selatan kota. Setelah pertempuran yang gigih, serangan Muslim inpin bisa dihantam kafir Konstantinopel.
Inilah taktik Muslim, setelah kalah, mereka menunggu dan kembali lagi dan sekali lagi dan terus menerus.
Pada abad 8, perebutan bagi pulau Corsica berkobar secara sengit. Muslim merebut pulau tersebut, yang direbut kembali oleh Kristen, dan direbut kembali oleh Muslim dan penjarahan Muslim diteruskan ke Civita
Vecchia, Nice dan Sardinia …” Perang terus berkobar dan setelah 830, kota-kota Italia selatan dan tengah berada dibawah cengkraman dan ampunan Muslim. Brindisi dan Tarento diobrak-abrik (838), Bari hancur (840), dan kapal-kapal Byzantin dan Venesia remuk. Tahun 841, Muslim meratakan Ancona di pantai Dalmatia dan nampaknya Italia sebentar lagi akan dicaplok juga. Serangan terhadap Roma terjadi tahun 846. Ini gagal, tapi lalu tahun 876 dan 877 kaum Saracen haus darah kembali lagi, kali ini menjarah Campagna, dan Paus terpaksa membayar penjajah dengan pajak jizyah tahunan sebanyak 25.000 kepingan (mancus) perak. Tahun 883, Biara Monte Cassino dibakar habis dan Biara Farfa hancur lebur. Subiaco hancur lebur dan lembah-lembah Anio dan Tivoli dibabat tanpa ampun. Akibat operasi kekerasan dan kehancuran ini, Campagne (kawasan hijau) menjadi bak gurun pasir: reducta est terra in solitudinem.
Sekitar 890, bajak laut Muslim Moor dari Andalusia menancapkan kaki di Saint Tropez dan menggali lobang-lobang persembunyian di sebuah puncak pembah yang kini dikenal sebagai La Garde Freinet. Dari sana mereka melaju ke Marseilles, Wina (Austria) dan bahkan ke Biara Saint Gall di Swiss. Mereka hanya berhasil dipukul mundur di tahun 972.
Interior Katedral di Biara St Gall sekarang adalah monumen baroque yang paling penting di Swiss yang di abad 10 tidak luput dari jamahan Muslim
Perpustakaan gaya baroque Biara St Gall, perpustakaan tertua di Swiss http://simple.wikipedia.org/wiki/Abbey_ ... St._Gallen
[…] Singkatnya, perang Islam melawan Kristen tidak berkesudahan. Bahkan pada abad 10 & 11, perang bagi perebutan Spanyol masih juga berkobar diseluruh negeri. Di abad 10 saja, sebuah benteng seperti Toledo berkali-kali menjadi ajang perebutan Muslim, direbut kembali Kristen dan direbut Muslim lagi dan seterusnya. Tahun 980, Al-Mansur membakar habis Leon, Barcelona dan Santiago de Compostela, dan bahkan maju ke Pyrenees (perbatasan antara Perancis dan Spanyol). Aksi teror merebut wilayah ini berakhir sejenak saat ia wafat tahun 1002 dan dilanjutkan lagi sepanjang abad tersebut. Menurut Pirenne, laut Mediteran yang tadinya merupakan arus lalu lintas Kristen, kini menjadi perbatasan (frontier) yang sangat berbahaya. Disitulah tempat bertemunya dua peradaban yang sangat berbeda dan saling membenci. (John Julius Norwich, The Middle Sea: A History of the Mediterranean-Chatto and Windus, London, 2006 p. 94)
Kesatuan Mediteran hancur dan menurut Pirenne, “Ini adalah peristiwa sangat esensial dalam sejarah Eropa … sejak Perang-perang Punic. Ini merupakan AKHIR TRADISI KLASIK dan permulaan Abad Pertenggahan.” […]
Dampak kehancuran yang dibawa Islam ini adalah kemiskinan dan kebuta-hurufan di Barat maupun di Timur. Kota-kota mundur dan sains serta filosofi Yunani dan Romawi lenyap. Di Timur maupun di Barat, muncullah “ABAD GELAP.” […]
Cyril Mango mengatakan bahwa matinya kota-kota Byzantin setelah pertengahan abad 7 dan arkeologi tempat-tempat ini menunjukan adanya “kejadian dramatis dalam abad 7, kadang dalam bentuk kota ditinggalkan secara total.” Dengan matinya kota-kota tersebut dan matinya suplai papyrus dari Mesir, mati pula kelas intellektual, yang setelah abad 7 hanya mencakup segelintir orang saja. Buktinya, menurut Mango adalah ‘tidak terbantahkan.’ ‘Katastrofe’ abad 7 itu, katanya, ‘adalah peristiwa menentukan dalam sejarah Byzantin.”
Konstantinopel sendiri, ibukota megah Romawi Timur, hancur menjad puing-puing. Mango mengutip sebuah dokumen dari periode itu tentang “hilangnya penduduk dan puing-puing. Berbagai monumen seperti patung, istana dan tempat-tempat pemandian yang pernah berdiri dengan megah, dihancurkan.”
Inilah bukti dampak menghancurkan nafsu ekspansi Islam/Arab.
The Mediterranean in the Seventh and Eighth Centuries/Mediteran dalam Abad 7 & 8
“Mengingat jihad (Koran, 8: 40; 9: 124; 24: 56) … adalah sebuah keadaan perang permanen, tidak akan pernah ada perdamaian (dengan Islam) … kecuali perjanjian gencatan senjata sementara tergantung situasi politik.” Robert Irwin menulis bagaimana “hukum religius Muslim tidak akan pernah memfasilitasi perdamaian permanen dengan kafir.” (Robert Irwin, “Islam and the Crusades: 1096-1699,”, Jonathan Riley-Smith (ed.) The Oxford
History of the Crusades (Oxford, 1995) pp. 237) Dalam keadaan demikian, sudah jelas bahwa begitu pasukan Islam berada dalam posisi kuat, hampir semua kontak dengan dunia luar hanya dimotivasi oleh motivasi perang.
Dan yang dimaksudkan disini bukan perang antara dua kerajaan, kekaisaran atau dinasti: ini sebuah PERANG TOTAL yang tidak membedakan antara tentara atau bukan tentara, dan perang ini tidak akan pernah berakhir. Para jendral Islam melancarkan serangan demi serangan melawan pantai-pantai selatan Eropa selama abad 7 & 8; dan aksi-aksi “resmi” ii didukung oleh ratusan, bahkan ribuan, serangan yang lebih kecil oleh panglima-panglima Muslim dan bahkan individu-individu : karena bagi mereka kaum beriman SAH hidup dari dunia kafir. Apapun kekayaan yang bisa dijarah, ini semua disahkan oleh Allah.
Oleh karena itu munculnya Islam ditandai oleh badai bandit dan bajak laut di Mediterania yang wawassan dan kerusakannya belum pernah disaksikan sejak abad 2SM, ketika aktivitas-aktivitas macam itu bisa dihantam oleh kekuatan armada Romawi. Sejak abad 7, 8 dan berikutnya, dunia menyaksikan ratusan serangan terhadap Yunani, Italia, Perancis Selatan, Spanyol, Sicilia, Sardinia & Corsica, yang dilakukan oleh pembajak darn pedagang budak Muslim.
Pulau Kreta bahkan sempat menjadi pusat PERDAGANGAN BUDAK MEDITERANIA; sampai pulau itu direbut kembali oleh Kaisar Byzantin, Nicephorus II Phocas (gambar atas), tahun 956. Gereja dan monasteri tidak luput dari serangan rakus Muslim yang kemudian mengutuk para biarawan tidak bersenjata kedalam perbudakan. […] Perampokan, kekerasan dan perdagangan budak sejak abad 7 berakhir lama sampai abad 17 : SEPULUH ABAD!
Yang dibawa Islam, pada akhirnya, hanyalah kematian.
Islam membawa kematian : dari abad 7 sampai sekarang. Allahu akbar ... allahu akbar ...
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ai-t37818/
Meledaknya tentara Muslim dari Arabia sejak abad 7 adalah fakta sejarah yang sudah didokumentasi secara rapih TAPI yang tidak diakui dan sering dilewatkan adalah dampaknya yang benar-benar menghancurkan, padahal malapetaka Islamiyah bagi Eropa ini belum pernah terjadi dalam seluruh sejarah Eropa sebelumnya.
Setelah menyapu habis Syria, Mesir dan Afrika Utara, tentara-tentara Muslim, hampir tanpa pausa, memasuki Eropa. Tahun 711, pemimpin Berber, Tarik, memimpin invasi melewati Selat Jibraltar dan dalam waktu kurang dari 7 tahun, Spanyol dibawah Visigoth AMBLAAZZZ ditangan Muslim. Tahun 720, tentara Arab menyeberangi Pyrenees. Mereka menyerang Narbonne dan menjarah habis monasteri-monasteri penting Perancis Selatan dan melanjutkan operasi terror mereka ke utara, ke Poitiers. Kata Gibbon, dalam hanya 15 tahun saja mereka (Muslim) menjelajahi lebih 1.000 mil dari Jibraltar ke pantai-pantai Loire: “Ini sama dengan jarak Polandia sampai ke lembah-lembah Skotlandia; dan Sungai Rhine sama sulitnya dengan menyeberang Sungai Nil atau Efrates, dan perahu-perahu Arab bisa melayar tanpa perlawanan ke mulut Sungai Thames. Mungkin tafsiran Qur’an kini diajarkan di sekolah-sekolah di Oxford dan tempat-tempat kotbah yang menunjukkan kepada para pengikut yang disunat akan kebenaran wahyu yang disampaikan Mohammed.” (Ch. 49) “Dari malapetaka ini,” kata Gibbon, “dunia Kristen hanya diselamatkan oleh genius dan kehebatan SATU orang SAJA.” Orang itu tidak lain dari CHARLES MARTEL, penguasa kerajaan Frank yang, di Pertempuran Poitiers, mengalahkan Arab di titik sepak terjang mereka yang paling jauh.
JANGAN LEWATKAN : http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... 04/#p75733
Invasi Muslim terhadap Spanyol dan kemudian Perancis ini adalah satu dari sekian banyak serangan yang dialami Eropa dari selatan. Sejumlah serangan Arab terhadap Sicilia (Italia), tahun 652, 667 dan 720 gagal; Syracuse (Yunani) diinvasi untuk pertama kalinya pada tahun 708, namun sebuah invasi yang direncanakan tahun 740 gagal karena adanya pemberontakan Berber dari Maghreb (vs Muslim) yang berakhir sampai 771 dan perang-perang saudara di Afrika sampai tahun 799. Sardinia namun demikian sempat diIslamkan dalam beberapa tahun, yi 711, 720 dan 760. Pulau Italia, Pantelleria, dijajah Arab tahun 700, dan diserang lagi 100 tahun kemudian, dimana Arab menjual BIARAWAN-BIARAWAN SPANYOL yang mereka tangkap sebagai budak.
Di bagian timur, pusat Kristen atau Romawi kedua, KONSTANTINOPEL juga tidak imun. Tentara Muslim pimpinan Muawiyah I, menyerang Konstantinopel antara 674-678. Karena tidak berhasil menembus Tembok-Tembok buatan Kaisar Theodoric, Arab memblokir kota disepanjang Bosporus, tapi armada kapal mereka akhrinya berhasil dihancurkan oleh Api Yunani terkenal itu milik Kallinikos (Callinicus), orang Syria.
Teknologi Api Yunani yang sampai sekarang masih merupakan rahasia http://en.wikipedia.org/wiki/Greek_fire
Restored section of the Theodosian Walls at the Selymbria Gate. The Outer Wall and the wall of the moat are visible, with a tower of the Inner Wall in the background http://en.wikipedia.org/wiki/Walls_of_Constantinople
Walau kalah secara telak, 50 tahun kemudian, Arab kembali merongrong. Tahun 718, dengan tentara berkekuatan 80.000 orang dibawah pimpinan Maslama, kakak Kalif Suleiman dari Umayyad, menyeberang Bosporus dari Anatolia untuk mengepung Konstantinopel lewat darat dengan armada yang dipimpin oleh seorang Suleiman (beda dengan si Kalif), yang berjumlah 1.800 kapal, yang melayar ke Laut Marmara ke selatan kota. Setelah pertempuran yang gigih, serangan Muslim inpin bisa dihantam kafir Konstantinopel.
Inilah taktik Muslim, setelah kalah, mereka menunggu dan kembali lagi dan sekali lagi dan terus menerus.
Pada abad 8, perebutan bagi pulau Corsica berkobar secara sengit. Muslim merebut pulau tersebut, yang direbut kembali oleh Kristen, dan direbut kembali oleh Muslim dan penjarahan Muslim diteruskan ke Civita
Vecchia, Nice dan Sardinia …” Perang terus berkobar dan setelah 830, kota-kota Italia selatan dan tengah berada dibawah cengkraman dan ampunan Muslim. Brindisi dan Tarento diobrak-abrik (838), Bari hancur (840), dan kapal-kapal Byzantin dan Venesia remuk. Tahun 841, Muslim meratakan Ancona di pantai Dalmatia dan nampaknya Italia sebentar lagi akan dicaplok juga. Serangan terhadap Roma terjadi tahun 846. Ini gagal, tapi lalu tahun 876 dan 877 kaum Saracen haus darah kembali lagi, kali ini menjarah Campagna, dan Paus terpaksa membayar penjajah dengan pajak jizyah tahunan sebanyak 25.000 kepingan (mancus) perak. Tahun 883, Biara Monte Cassino dibakar habis dan Biara Farfa hancur lebur. Subiaco hancur lebur dan lembah-lembah Anio dan Tivoli dibabat tanpa ampun. Akibat operasi kekerasan dan kehancuran ini, Campagne (kawasan hijau) menjadi bak gurun pasir: reducta est terra in solitudinem.
Sekitar 890, bajak laut Muslim Moor dari Andalusia menancapkan kaki di Saint Tropez dan menggali lobang-lobang persembunyian di sebuah puncak pembah yang kini dikenal sebagai La Garde Freinet. Dari sana mereka melaju ke Marseilles, Wina (Austria) dan bahkan ke Biara Saint Gall di Swiss. Mereka hanya berhasil dipukul mundur di tahun 972.
Interior Katedral di Biara St Gall sekarang adalah monumen baroque yang paling penting di Swiss yang di abad 10 tidak luput dari jamahan Muslim
Perpustakaan gaya baroque Biara St Gall, perpustakaan tertua di Swiss http://simple.wikipedia.org/wiki/Abbey_ ... St._Gallen
[…] Singkatnya, perang Islam melawan Kristen tidak berkesudahan. Bahkan pada abad 10 & 11, perang bagi perebutan Spanyol masih juga berkobar diseluruh negeri. Di abad 10 saja, sebuah benteng seperti Toledo berkali-kali menjadi ajang perebutan Muslim, direbut kembali Kristen dan direbut Muslim lagi dan seterusnya. Tahun 980, Al-Mansur membakar habis Leon, Barcelona dan Santiago de Compostela, dan bahkan maju ke Pyrenees (perbatasan antara Perancis dan Spanyol). Aksi teror merebut wilayah ini berakhir sejenak saat ia wafat tahun 1002 dan dilanjutkan lagi sepanjang abad tersebut. Menurut Pirenne, laut Mediteran yang tadinya merupakan arus lalu lintas Kristen, kini menjadi perbatasan (frontier) yang sangat berbahaya. Disitulah tempat bertemunya dua peradaban yang sangat berbeda dan saling membenci. (John Julius Norwich, The Middle Sea: A History of the Mediterranean-Chatto and Windus, London, 2006 p. 94)
Kesatuan Mediteran hancur dan menurut Pirenne, “Ini adalah peristiwa sangat esensial dalam sejarah Eropa … sejak Perang-perang Punic. Ini merupakan AKHIR TRADISI KLASIK dan permulaan Abad Pertenggahan.” […]
Dampak kehancuran yang dibawa Islam ini adalah kemiskinan dan kebuta-hurufan di Barat maupun di Timur. Kota-kota mundur dan sains serta filosofi Yunani dan Romawi lenyap. Di Timur maupun di Barat, muncullah “ABAD GELAP.” […]
Cyril Mango mengatakan bahwa matinya kota-kota Byzantin setelah pertengahan abad 7 dan arkeologi tempat-tempat ini menunjukan adanya “kejadian dramatis dalam abad 7, kadang dalam bentuk kota ditinggalkan secara total.” Dengan matinya kota-kota tersebut dan matinya suplai papyrus dari Mesir, mati pula kelas intellektual, yang setelah abad 7 hanya mencakup segelintir orang saja. Buktinya, menurut Mango adalah ‘tidak terbantahkan.’ ‘Katastrofe’ abad 7 itu, katanya, ‘adalah peristiwa menentukan dalam sejarah Byzantin.”
Konstantinopel sendiri, ibukota megah Romawi Timur, hancur menjad puing-puing. Mango mengutip sebuah dokumen dari periode itu tentang “hilangnya penduduk dan puing-puing. Berbagai monumen seperti patung, istana dan tempat-tempat pemandian yang pernah berdiri dengan megah, dihancurkan.”
Inilah bukti dampak menghancurkan nafsu ekspansi Islam/Arab.
The Mediterranean in the Seventh and Eighth Centuries/Mediteran dalam Abad 7 & 8
“Mengingat jihad (Koran, 8: 40; 9: 124; 24: 56) … adalah sebuah keadaan perang permanen, tidak akan pernah ada perdamaian (dengan Islam) … kecuali perjanjian gencatan senjata sementara tergantung situasi politik.” Robert Irwin menulis bagaimana “hukum religius Muslim tidak akan pernah memfasilitasi perdamaian permanen dengan kafir.” (Robert Irwin, “Islam and the Crusades: 1096-1699,”, Jonathan Riley-Smith (ed.) The Oxford
History of the Crusades (Oxford, 1995) pp. 237) Dalam keadaan demikian, sudah jelas bahwa begitu pasukan Islam berada dalam posisi kuat, hampir semua kontak dengan dunia luar hanya dimotivasi oleh motivasi perang.
Dan yang dimaksudkan disini bukan perang antara dua kerajaan, kekaisaran atau dinasti: ini sebuah PERANG TOTAL yang tidak membedakan antara tentara atau bukan tentara, dan perang ini tidak akan pernah berakhir. Para jendral Islam melancarkan serangan demi serangan melawan pantai-pantai selatan Eropa selama abad 7 & 8; dan aksi-aksi “resmi” ii didukung oleh ratusan, bahkan ribuan, serangan yang lebih kecil oleh panglima-panglima Muslim dan bahkan individu-individu : karena bagi mereka kaum beriman SAH hidup dari dunia kafir. Apapun kekayaan yang bisa dijarah, ini semua disahkan oleh Allah.
Oleh karena itu munculnya Islam ditandai oleh badai bandit dan bajak laut di Mediterania yang wawassan dan kerusakannya belum pernah disaksikan sejak abad 2SM, ketika aktivitas-aktivitas macam itu bisa dihantam oleh kekuatan armada Romawi. Sejak abad 7, 8 dan berikutnya, dunia menyaksikan ratusan serangan terhadap Yunani, Italia, Perancis Selatan, Spanyol, Sicilia, Sardinia & Corsica, yang dilakukan oleh pembajak darn pedagang budak Muslim.
Pulau Kreta bahkan sempat menjadi pusat PERDAGANGAN BUDAK MEDITERANIA; sampai pulau itu direbut kembali oleh Kaisar Byzantin, Nicephorus II Phocas (gambar atas), tahun 956. Gereja dan monasteri tidak luput dari serangan rakus Muslim yang kemudian mengutuk para biarawan tidak bersenjata kedalam perbudakan. […] Perampokan, kekerasan dan perdagangan budak sejak abad 7 berakhir lama sampai abad 17 : SEPULUH ABAD!
Yang dibawa Islam, pada akhirnya, hanyalah kematian.
Islam membawa kematian : dari abad 7 sampai sekarang. Allahu akbar ... allahu akbar ...
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ai-t37818/
Last edited by ali5196 on Thu Sep 15, 2011 3:07 am, edited 9 times in total.
A Tidal Wave of Violence/Gelombang Kekerasan
PERAN VIKING
[…] Arus kedatangan kaum barbar Jerman terakhir ke Eropa datang dari Skandinavia, pada saat yang sama dengan kaum Hungaria. Mereka ini adalah kaum Viking, pembajak laut mahir yang terkenal dengan kebuasannya yang menghancurkan seluruh Eropa Utara dan bahkan menguasai England. […] Tampilnya Viking dari utara jatuh bersamaan dengan datangnya Muslim dari selatan.
Hugh Trevor-Roper bertanya : “Apakah yang mereka (Vikings) lakukan ? Kekuatan tiba-tiba apa yang mendorong pembajak laut dari utara ini merajah laut dan sungai-sungai Eropa, mengakibatkan kekacauan ?” Tidak lain dari kesempatan diluar negeri dan tekanan didalam negeri: dan kesempatan-kesempatan ini menyatukan serangan-serangan Vikings dengan nafsu territorial Muslim.
Viking expeditions (blue line): depicting the immense breadth of their voyages through most of Europe, the Mediterranean Sea, Northern Africa, Asia Minor, the Arctic and North America http://en.wikipedia.org/wiki/Viking_Age
Trevor-Roper menunjuk pada kekayaan luar biasa yang di-akumulasi kalifat Muslim dari hasil ekspansi di Asia dan Africa, dan bagaimana dengan ekkayaan ini, mereka bisa membeli apa yang mereka mau dari Eropa. Apa yang diinginkan Muslim adalah “jongos-jongos yang dikebiri dan budak.” Katanya: “Ini adalah salah satu fungsi Viking; untuk mensuplai barang-barang ini. Para pembajak laut ini doyan mengumpulkan fur dan menculik manusia, terutama bangsa Slav (yang non-Kristen) yang bisa mereka jual ke negara-negara Kristen yang tidak keberatan berdagang budak non-Kristen. Jadi, kaum Viking merupakan penyuplai BUDAK bagi, baik Byzantium maupun “peradaban kaya baru," Islam.
http://en.wikipedia.org/wiki/Slavic_peoples
[…] Konstantinopel yang dijajah Muslim, kata Trevor Roper, mendapat suplai budak-budak Russia dan bertindak sebagai tempat persinggahan yang membawa para lelaki yang dikebiri dari Russia ke Damaskus dan lalu ke pusat kalifat, Bagdad. Keping emas apapun yang masih tersedia di Byzantium di abad 10 & 11 datang dari pajak yang didapatkan Muslim dari perdagangan manusia yagn disuplai Viking di ibukota mantan peradaban besar itu. Emas yang didapatkan dikenal sebagai aurum arabicum, emas Arab, atau juga aurum infelix, emas yang tidak bahagia. Pada akhir abad 10, emas ini dalam jumlah besar diboyong ke Skandinavia.
Perahu-perahu Viking (gambar atas) juga sering nampak berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Islam seperti Iberia, dan sebagai balasannya, Arab-Arab kaya juga terlihat berlabuh di Scandinavia.
Liutprand, Uskup Cremona, duta besar paus di abad 10, terperanjat dengan ritual tentara istana Byzantin dan mengatakan bahwa para pedagang Verdun yang karena keuntungan yang sangat besar dari perdagangan itu, mengebiri anak lelaki dan menjual mereka lewat Spanyol kepada dunia Islam yang kaya …
Perdagangan budak ini meninggalkan jejaknya dalam bahasa : Sclavi, ‘Slav’, menjadi kata tetap dalam setiap bahasa Eropa adalah kata bagi slaves (=BUDAK !); dan kata yang sama, Sakaliba, adalah kata Arab bagi jongos-jongos yang dikebiri.”
Ilustrasi pasar budak Abad Pertengahan : seorang Viking sedang memamerkan tawanannya kepada para tuan-tuan Arab untuk dijual sebagai budak. Lukisan oleh Sergei Ivanov. http://en.wikipedia.org/wiki/Slavery
PERAN VIKING
[…] Arus kedatangan kaum barbar Jerman terakhir ke Eropa datang dari Skandinavia, pada saat yang sama dengan kaum Hungaria. Mereka ini adalah kaum Viking, pembajak laut mahir yang terkenal dengan kebuasannya yang menghancurkan seluruh Eropa Utara dan bahkan menguasai England. […] Tampilnya Viking dari utara jatuh bersamaan dengan datangnya Muslim dari selatan.
Hugh Trevor-Roper bertanya : “Apakah yang mereka (Vikings) lakukan ? Kekuatan tiba-tiba apa yang mendorong pembajak laut dari utara ini merajah laut dan sungai-sungai Eropa, mengakibatkan kekacauan ?” Tidak lain dari kesempatan diluar negeri dan tekanan didalam negeri: dan kesempatan-kesempatan ini menyatukan serangan-serangan Vikings dengan nafsu territorial Muslim.
Viking expeditions (blue line): depicting the immense breadth of their voyages through most of Europe, the Mediterranean Sea, Northern Africa, Asia Minor, the Arctic and North America http://en.wikipedia.org/wiki/Viking_Age
Trevor-Roper menunjuk pada kekayaan luar biasa yang di-akumulasi kalifat Muslim dari hasil ekspansi di Asia dan Africa, dan bagaimana dengan ekkayaan ini, mereka bisa membeli apa yang mereka mau dari Eropa. Apa yang diinginkan Muslim adalah “jongos-jongos yang dikebiri dan budak.” Katanya: “Ini adalah salah satu fungsi Viking; untuk mensuplai barang-barang ini. Para pembajak laut ini doyan mengumpulkan fur dan menculik manusia, terutama bangsa Slav (yang non-Kristen) yang bisa mereka jual ke negara-negara Kristen yang tidak keberatan berdagang budak non-Kristen. Jadi, kaum Viking merupakan penyuplai BUDAK bagi, baik Byzantium maupun “peradaban kaya baru," Islam.
http://en.wikipedia.org/wiki/Slavic_peoples
[…] Konstantinopel yang dijajah Muslim, kata Trevor Roper, mendapat suplai budak-budak Russia dan bertindak sebagai tempat persinggahan yang membawa para lelaki yang dikebiri dari Russia ke Damaskus dan lalu ke pusat kalifat, Bagdad. Keping emas apapun yang masih tersedia di Byzantium di abad 10 & 11 datang dari pajak yang didapatkan Muslim dari perdagangan manusia yagn disuplai Viking di ibukota mantan peradaban besar itu. Emas yang didapatkan dikenal sebagai aurum arabicum, emas Arab, atau juga aurum infelix, emas yang tidak bahagia. Pada akhir abad 10, emas ini dalam jumlah besar diboyong ke Skandinavia.
Perahu-perahu Viking (gambar atas) juga sering nampak berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Islam seperti Iberia, dan sebagai balasannya, Arab-Arab kaya juga terlihat berlabuh di Scandinavia.
Trevor-Roper mengatakan, walau mayoritas budak Eropa pesanan Arab adalah bangsa Slav, ada juga yang datang dari Irlandia dan Inggris. Dublin, misalnya, menjadi pasar budak Viking yang paling besar bagi budak yang ditawan dari Irlandia dan Inggris. Dan banyak juga kota-kota Kristen yang tidak malu-malu membantu perdagangan ini. Venezia, misalnya menjadi tempat depot bagi koleksi dan penjualan budak yang ditawan dari pantai dalmatia (Kroatia sekarang). Marseilles juga aktif. Dalam kata-kata Trevor-Roper: “Kaum Viking adalah pionir, pangeran-pangeran Eropa, dan orang tengah (middlemen) dalam perdagangan budak baru ini. Mereka mengijinkannya, menarik keuntungan, tapi perdagangan langsung mereka serahkan kepada Yahudi, yang dengan mudah bergerak diantara perbatasan kedua masyarakat.wikipedia wrote:The medieval Iberian Peninsula was the scene of almost constant warfare between Muslims and Christians. Periodic raiding expeditions were sent from Al-Andalus to ravage the Christian Iberian kingdoms, bringing back booty and people. For example, in a raid on Lisbon in 1189 the Almohad caliph Yaqub al-Mansur took 3,000 female and
child captives, and his governor of Córdoba took 3,000 Christian slaves in a subsequent attack upon Silves in 1191.
TERJEMAHAN:
Peninsula Iberia pada abad pertengahan adalah tempat terjadinya perang tidak berkesudahan antara Muslim dan Kristne. Ekspedisi2 penjarahan periodik dikirim dari Al-ANdalus untuk menjarah kerajaan2 Iberia, membawa kembali barang rampasan dan manusia. Contohnya, dalam sebuah serangan di Lisbon tahn 1189, kalif Almohad, Yaqub al-Mansur mengambil 3000 tahanan wanita dan anak2 dan gubernurnya di Cordoba mengambil 3000 budak Kristen dalam sebuah serangan terhadap Silves thn 1191.
Liutprand, Uskup Cremona, duta besar paus di abad 10, terperanjat dengan ritual tentara istana Byzantin dan mengatakan bahwa para pedagang Verdun yang karena keuntungan yang sangat besar dari perdagangan itu, mengebiri anak lelaki dan menjual mereka lewat Spanyol kepada dunia Islam yang kaya …
Perdagangan budak ini meninggalkan jejaknya dalam bahasa : Sclavi, ‘Slav’, menjadi kata tetap dalam setiap bahasa Eropa adalah kata bagi slaves (=BUDAK !); dan kata yang sama, Sakaliba, adalah kata Arab bagi jongos-jongos yang dikebiri.”
wikipedia wrote:The etymology of the word slave comes from this period, the word sklabos meaning Slav
http://en.wikipedia.org/wiki/Slavery_in_medieval_Europe
Ilustrasi pasar budak Abad Pertengahan : seorang Viking sedang memamerkan tawanannya kepada para tuan-tuan Arab untuk dijual sebagai budak. Lukisan oleh Sergei Ivanov. http://en.wikipedia.org/wiki/Slavery
Last edited by ali5196 on Sat Apr 10, 2010 2:05 am, edited 1 time in total.
SELINGAN :
Viking raiders and Muslim Gold (Pembajak VIking dan Emas Muslim)
http://www.thenational.ae/article/20080 ... /976355727
For much of Europe, the Vikings were terrifying warriors bent on nothing but rape and pillage as they stormed ashore from their longships. Now new research reveals that the Norsemen were also familiar faces in the Islamic world, but as peaceful merchants and traders prepared to travel thousands of miles from the snow and ice of Scandinavia to the searing heat of Baghdad and beyond.
According to the historian Farhat Hussain, the Vikings were drawn to the region, like so many others past and present, by the lure of the dirham. In a new book to be published later this year, Dr Hussain contends that this previously little known trade relationship was based on the silver used to make the dirham, the currency which emerged in the Islamic world in the 7th century.
dst ...
Viking raiders and Muslim Gold (Pembajak VIking dan Emas Muslim)
http://www.thenational.ae/article/20080 ... /976355727
For much of Europe, the Vikings were terrifying warriors bent on nothing but rape and pillage as they stormed ashore from their longships. Now new research reveals that the Norsemen were also familiar faces in the Islamic world, but as peaceful merchants and traders prepared to travel thousands of miles from the snow and ice of Scandinavia to the searing heat of Baghdad and beyond.
According to the historian Farhat Hussain, the Vikings were drawn to the region, like so many others past and present, by the lure of the dirham. In a new book to be published later this year, Dr Hussain contends that this previously little known trade relationship was based on the silver used to make the dirham, the currency which emerged in the Islamic world in the 7th century.
dst ...
Re: BUKU ttg Mitos Abad2 Gelap/'Dark Ages' Eropa
nandain trit ....
Tenkyu, Li. Buku yang bagus. Ditunggu sampai rampung dan di scrib, baru nanti dipromosikan ... siiippp
Tenkyu, Li. Buku yang bagus. Ditunggu sampai rampung dan di scrib, baru nanti dipromosikan ... siiippp
Re: BUKU ttg Mitos Abad2 Gelap/'Dark Ages' Eropa
sep!DHS wrote: Ditunggu sampai rampung dan di scrib, baru nanti dipromosikan ... siiippp
Thx Bro Ali5196..
Memang, "terdamparnya" ane di FFI ini tahun 2006, adalah karunia Tuhan yg sungguh luarrr biiiaaaassssaaaa....!!!
Semangat2...
Re: BUKU ttg Mitos Abad2 Gelap/'Dark Ages' Eropa
Dasar keparat Viking!! Bukannya melawan penjajah Arab Muslim, tapi malahan membantu mereka suplai budak sex dan budak kebiri kulit putih. Ini sih pengkhianatan terhadap sesama masyarakat Eropa dalam proporsi mamoth bin brontosaurus!ali5196 wrote:“Apakah yang mereka (Vikings) lakukan ? Kekuatan tiba-tiba apa yang mendorong pembajak laut dari utara ini merajah laut dan sungai-sungai Eropa, mengakibatkan kekacauan ?” Tidak lain dari kesempatan diluar negeri dan tekanan didalam negeri: dan kesempatan-kesempatan ini menyatukan serangan-serangan Vikings dengan nafsu territorial Muslim.
HAL 114-116
Sulit bagi kita untuk membayangkan jarak waktu 1000 tahun yang lalu, bagaimana invasi Islam menghancurkan peradaban Eropa. Pirenne memfokuskan perhatiannya pada ekonomi. Contohnya, pencaplokan Mesir, "keranjang roti"nya Romawi, oleh Islam ; tanpa suplai roti, tidak ada kota besar yang bisa bertahan. Dan memang begitulah, abad 7 & 8 menyaksikan menurunya kehiudpan perkotaan di Eropa, baik di Barat maupun di Timur, dan muncullah ekonomi pedesaan.
Pada abad 10, Roma maupun Konstantinopel, walau masih merupakan pusat-pusat perkotaan besar Eropa, lebih menyerupai kota-kota provinsial kecil. Hubungan, baik ekonomi maupun kultural, yang membawa monastisime Mesir ke Irlandia Barat dan perak Byzantin ke pangeran-pangeran Anglo saxon di England Timur, kini habis sudah. Yang juga habis adalah suplai lapis-lazuli dari Afghanistan, yang bagi biarawan-biarawan Kristen merupakan sumber pigmen warna ultramarine untuk mendekorasi manuskrip-manuskrip terkenal. Dan seperti dikatkan sebelunya, suplai papyrus dari Mesir, memaksa orang Eropa menggunakan material yang lebih mahal sebagai alas tulis, yaitu kulit hewan. InNi berakibat negatif bagi kemampuan membaca dan menulis rakyat.
Effects on European Consciousness/AKIBAT ISLAM PADA PEMIKIRAN KRISTEN
[…] Akibatnya, Abad Pertengahan ini menyaksikan sebuah gerakan definitif yang menjauhi rasionalitas Yunani dan Romawi, menuju sebuah interpretasi literalis/harafiah, termasuk atas pembacaan Injil Lama maupun Baru. Kalau sebelumnya pembunuhan Hypatia oleh massa fanatik di Alexandria di abad 5 disesali penulis-penulis Kristen seperti Socrates Scholasticus, yang menulis segera sesudah peristiwa tersebut, pada abad 8, penulis Kristen Mesir, John of Nikiu, malah menggambarkan Hypatia sebagai seorang “pagan” yang membaktikan diri pada “dunia nujum” (magic) dan “merayu banyak orang dengan kekuatan Setan.” Jadi walau keduanya Kristen, Socrates Scholasticus (abad 5) mengutuk pembunuhannya, John of Nikiu (abad 8)malah menyetujuinya. […]
Kita harus ingat bahwa John of Nikiu adalah orang Mesir, menulis di Mesir sekitar ¾ abad setelah penjajahan Islam. Pendapatnya memang miliknya sendiri dan tidak merupakan pendapat Kristen Mesir abad 8 secara keseluruhan. TAPI pemikirannya jelas DIPENGARUHI ISLAM. Dalam Islam, manusia tidak berdaya karena sudah ditentukan/disetir oleh Allah maupun jin, sebuah sikap yang mengakibatkan kepercayaan pada nasib/fatalisme, juga bahwa Setan dan jin-jinnya ada dimana-mana. Bahwa Islam begitu mempengaruhi cara pikir Kristen tidak mengherankan karena kita memiliki banyak bukti di abad 8 mengenai kontroversi “ICONOCLASM” (penghancuran ikon) oleh para Kristen Byzantin yang mengadopsi kebencian Islam akan gambar dan patung mahluk hidup. Kristen-Kristen Byzantin ini menghancurkan seni figuratif dunia Kristen Timur. Iconoclasm dimulai sekitar 726 - 730 ketika Kaisar Leo III, “the Isaurian,” memerintahkan dipindahkannya sebuah gambar Kristus diatas gerbang Chalke di Konstantinopel. Ini membuka pintu bagi penghancuran massal gambar dan patung diseluruh Byzantin. Konsep yang datang langsung dari Islam ini sudah diketahui secara luas dan tidak ada akademisi yang menentangnya.
Byzantine Iconoclasm, Chludov Psalter, 9th century : muka-muka digambar tersebut dicoret/didesekrasi
Relief statues in the Cathedral of Saint Martin, Utrecht, attacked in Reformation iconoclasm in the 16th century
Jadi, sifat-sifat inilah; pemikiran primitif dan literalis akan Injil dan pandangan hidup, kepercayaan dalam magic, kekuatan Setan dan bahwa jin-jinnya ada dimana-mana membentuk Medievalism (Abad Pertengahan).
Dan dalam BAB IV, anda akan lihat jelas bahwa IslamLAH dan bukan Kristen yang menuntut abdikasi dan peninggalan nalar. Dalam Islam, kepercayaan dan nalar adalah sangat tidak kompatibel – sebuah sikap yang datang dari Allah sendiri dalam Qur’an. […] Eropa menjadi terbelakang, baik secara sains, teknologi maupun seni dan yang lebih parah lagi, dibidang humanitas. Karena perang yang diakibatkan Islam diseluruh Afrika Utara dan Spanyol mengakibatkan ajang pembantaian yang paling hebat yang mendegradasi otak para partisipan dikedua belah pihak dan yang akhirnya menghancurkan untuk selama-lamanya naluri humanitas Kristen dan kebudayaan Klasik.
Ketakutan, rasa tidak aman dan paranoia selama berabad-abad mengakibatkan hancurnya humanitas. Perang bertubi tubi, tanpa masa jedah, merebut Semenanjuang Iberia dan kawasan-kawasan lain di Eropa Selatan berlangsung selama berabad-abad. Tentara Muslim membawa perang itu ke utara, sampai ke jantung Perancis, sementara pelabuhan-pelabuhan Perancis di Mediteran secara terus menerus diserang Muslim yang berjihad bagi tanah dan budak. ItaliaPUN tidak selamat. Pulau-pulau Sicilia dan Sardinia juga bernasib naas seperti Spanyol. Dan jangan lupa bahwa sekali ancaman Muslim datang, mereka tidak akan pergi. Sejak titik itu, Eropa Mediteran tidak pernah lagi mengenal perdamaian : karena begitu satu ancaman berhasil ditebas, membaralah lagi perang-perang baru dalam dua abad kemudian, pertama melibatkan kaum Almoravid di Barat dan Turki Seljuk (dan kemudian Turki Ottoman) di Timur. [color=redDemikianlah selama seribu tahun, Islam menjerumuskan kawasan ini dalam keadaan perang abadi.[/color]
lihat juga : http://en.wikipedia.org/wiki/Muslim_conquests
[…] Musuh baru ini belum pernah dialami Kristen manapun sebelumnya. Inilah sebuah musuh yang tidak hanya bertekad untuk menjajah, menundukkan Kristen, mencaplok tanah dan memperbudak mereka; tapi juga untuk memusnahkan atau paling tidak merusak kepercayaan Kristen itu sendiri. Seperti yang akan kita lihat nanti, penjajahan Muslim atas Spanyol, bukannya menghasilkan Jaman Emas sains dan pendidikan, tapi sebuah pertumhahan darah dan perang balas dendam yang tidak ada habisnya. Kristen, setelah kehilangan seluruh Afrika Utara, kini berhadapan dengan musuh Muslim mereka di tanah tinggal mereka, Eropa.
http://en.wikipedia.org/wiki/Reconquista
Reconquista, pertempuran untuk merebut kembali Semenanjung Iberia, muncul segera setelah invasi pertama; dan disinilah, di Spanyol, dimulailah dibentuk Salibi (Crusaders) Pertama. Memang, dari musuh merekalah Kristen belajar tentang konsep Perang Suci, sebuah fakta yang bahkan diakui akademisi Bernard Lewis.
Pada saat yang sama, bandit-bandit Viking yang tergiur janji emas Islam, ikut membawa kehancuran di Eropa Utara. Penjarahan, pembunuhan masal, pemerkosaan dan penculikan yang mereka lancarkan di kepulauan Inggris seketika menghancurkan Jaman Emas Gereja Celtic.
The ruins of Lindisfarne Priory, by Thomas Girtin, 1798 http://en.wikipedia.org/wiki/Lindisfarne
Lindisfarne, biara tertua dan tersuci Inggris di abad 8. Lindisfarne malah disebut Holy Island. Gereja celtic inilah yang pertama dihancurkan kaum Viking bangsat bin maksiat itu. (maaf, emosi penerjemah)
Data kala itu mencatat bahwa :
"Never before has such terror appeared in Britain as we have now suffered from a pagan race. . . .The heathens poured out the blood of saints around the altar, and trampled on the bodies of saints in the temple of God, like dung in the streets."
TERJEMAHAN:
"Belum pernah teror macam itu tampil di Inggris seperti derita yang kita kini alami oleh perilaku sebuah bangsa pagan ... Orang-orang tidak beriman itu menumpahkan darah santo-santo kami disekitar altar dan menginjak-injak mayat-mayat santo-santo di kuil Tuhan, seperti menginjak-injak t a h i dijalan-jalan"
Dan saat Muslim mengobrak-abrik Perancis Selatan, Viking menginjak-injak bagian utara, termasuk Jerman Utara. Di Jerman mereka membungi-hanguskan Aachen, Trier, dan Cologne, sementara di Perancis mereka menjarah Rouen, membakar Nantes (membunuh sang uskup tidak bersenjata), dan mengosongkan lembah Garonne, dan bergerak maju ke selatan ke Spanyol dan menjarah Seville. Dalam waktu yang relatif singkat, Bordeaux, Tours, Blois, Orleans, Poitiers, dan Paris dijarah satu atau beberapa kali.201 Serangan Viking, seperti Islam, mengkonstitusi sebuah ancaman yang terus menerus dan seketika; dan pada puncak kehancuran Eropa Barat ini, satu lagi bangsa nomad muncul ke permukaan dengan tingkat ancaman seserius Muslim; Kaum Magyar (Hungaria), mendorong masuk ke bagian-bagian barat Jerman, menyeberang ke Gaul paling tidak satu kali dimana mereka berhasil maju sejauh Reims.202 Teror bertubi-tubi ini meninggalkan bekas yang sangat dalam bagi Eropa. Beberapa raja Barat yang kewalahan mengumpulkan dana untuk menahan serangan Viking dan Hungaria terpaksa juga terlibat dalam perdagangan budak. Perdagangan/pemfitnahan ini sudah jelas membawa efek pengkorupsian budaya. Perlu juga dipertimbangkan ikut sertanya peranan Yahudi dalam perdagangan budak ini dan akibatnya, meningkatnya kecurigaan terhadap Yahudi – termasuk bahwa mereka membantu Muslim menginvasi Spanyol. Kecurigaan-kecurigaan ini, kami akan lihat nanti, mengantar Eropa pada konsekwensi yang sangat jauh dan fatal: penetrasi konsep-konsep Islam kedalam nalar Eropa – konsep-konsep tentang perang dan yahudi.
200 The Reconquista is normally dated from the victory of Don Pelayo in Asturias, probably in 718 or 719. It is interesting that the Reconquista thus began almost immediately after the initial Muslim Conquest. This makes sense, and is a vital clue to the confused chronology of the period. As we shall see at the end of the present volume, a mistake of no less than three centuries is indicated.
201 Painter, op cit., p. 90
202 Ibid., p. 93
Satu lagi karakteristik Abad Pertengahan, yi mentalitas Feodalisme; sebuah sistim pemerintahan, atau lebih tepatnya fragmentasi kekuasaan pusat kedalam tangan jendral-jendral kuat. Inilah Feodalisme, sebuah sistim yang langsung berhubungan dengan tibanya Islam.
Bersambung ke FEODALISME----
Sulit bagi kita untuk membayangkan jarak waktu 1000 tahun yang lalu, bagaimana invasi Islam menghancurkan peradaban Eropa. Pirenne memfokuskan perhatiannya pada ekonomi. Contohnya, pencaplokan Mesir, "keranjang roti"nya Romawi, oleh Islam ; tanpa suplai roti, tidak ada kota besar yang bisa bertahan. Dan memang begitulah, abad 7 & 8 menyaksikan menurunya kehiudpan perkotaan di Eropa, baik di Barat maupun di Timur, dan muncullah ekonomi pedesaan.
Pada abad 10, Roma maupun Konstantinopel, walau masih merupakan pusat-pusat perkotaan besar Eropa, lebih menyerupai kota-kota provinsial kecil. Hubungan, baik ekonomi maupun kultural, yang membawa monastisime Mesir ke Irlandia Barat dan perak Byzantin ke pangeran-pangeran Anglo saxon di England Timur, kini habis sudah. Yang juga habis adalah suplai lapis-lazuli dari Afghanistan, yang bagi biarawan-biarawan Kristen merupakan sumber pigmen warna ultramarine untuk mendekorasi manuskrip-manuskrip terkenal. Dan seperti dikatkan sebelunya, suplai papyrus dari Mesir, memaksa orang Eropa menggunakan material yang lebih mahal sebagai alas tulis, yaitu kulit hewan. InNi berakibat negatif bagi kemampuan membaca dan menulis rakyat.
Effects on European Consciousness/AKIBAT ISLAM PADA PEMIKIRAN KRISTEN
[…] Akibatnya, Abad Pertengahan ini menyaksikan sebuah gerakan definitif yang menjauhi rasionalitas Yunani dan Romawi, menuju sebuah interpretasi literalis/harafiah, termasuk atas pembacaan Injil Lama maupun Baru. Kalau sebelumnya pembunuhan Hypatia oleh massa fanatik di Alexandria di abad 5 disesali penulis-penulis Kristen seperti Socrates Scholasticus, yang menulis segera sesudah peristiwa tersebut, pada abad 8, penulis Kristen Mesir, John of Nikiu, malah menggambarkan Hypatia sebagai seorang “pagan” yang membaktikan diri pada “dunia nujum” (magic) dan “merayu banyak orang dengan kekuatan Setan.” Jadi walau keduanya Kristen, Socrates Scholasticus (abad 5) mengutuk pembunuhannya, John of Nikiu (abad 8)malah menyetujuinya. […]
Kita harus ingat bahwa John of Nikiu adalah orang Mesir, menulis di Mesir sekitar ¾ abad setelah penjajahan Islam. Pendapatnya memang miliknya sendiri dan tidak merupakan pendapat Kristen Mesir abad 8 secara keseluruhan. TAPI pemikirannya jelas DIPENGARUHI ISLAM. Dalam Islam, manusia tidak berdaya karena sudah ditentukan/disetir oleh Allah maupun jin, sebuah sikap yang mengakibatkan kepercayaan pada nasib/fatalisme, juga bahwa Setan dan jin-jinnya ada dimana-mana. Bahwa Islam begitu mempengaruhi cara pikir Kristen tidak mengherankan karena kita memiliki banyak bukti di abad 8 mengenai kontroversi “ICONOCLASM” (penghancuran ikon) oleh para Kristen Byzantin yang mengadopsi kebencian Islam akan gambar dan patung mahluk hidup. Kristen-Kristen Byzantin ini menghancurkan seni figuratif dunia Kristen Timur. Iconoclasm dimulai sekitar 726 - 730 ketika Kaisar Leo III, “the Isaurian,” memerintahkan dipindahkannya sebuah gambar Kristus diatas gerbang Chalke di Konstantinopel. Ini membuka pintu bagi penghancuran massal gambar dan patung diseluruh Byzantin. Konsep yang datang langsung dari Islam ini sudah diketahui secara luas dan tidak ada akademisi yang menentangnya.
Byzantine Iconoclasm, Chludov Psalter, 9th century : muka-muka digambar tersebut dicoret/didesekrasi
wikipedia wrote: : http://en.wikipedia.org/wiki/Iconoclasm
... Islam probably had a bearing on the attitudes of both sides. Iconoclasm seems to have been supported by many from the East of the Empire, and refugees from the provinces taken over by the Muslims. It has been suggested that their strength in the army at the start of the period, and the growing influence of Balkan forces in the army (generally considered to lack strong iconoclast feelings) over the period may have been important factors in both beginning and ending imperial support for iconoclasm.
... The effect on iconoclast opinion is unknown, but the change certainly caused Caliph Abd al-Malik to break permanently with his previous adoption of Byzantine coin types to start a purely Islamic coinage with lettering only.
Relief statues in the Cathedral of Saint Martin, Utrecht, attacked in Reformation iconoclasm in the 16th century
Jadi, sifat-sifat inilah; pemikiran primitif dan literalis akan Injil dan pandangan hidup, kepercayaan dalam magic, kekuatan Setan dan bahwa jin-jinnya ada dimana-mana membentuk Medievalism (Abad Pertengahan).
Dan dalam BAB IV, anda akan lihat jelas bahwa IslamLAH dan bukan Kristen yang menuntut abdikasi dan peninggalan nalar. Dalam Islam, kepercayaan dan nalar adalah sangat tidak kompatibel – sebuah sikap yang datang dari Allah sendiri dalam Qur’an. […] Eropa menjadi terbelakang, baik secara sains, teknologi maupun seni dan yang lebih parah lagi, dibidang humanitas. Karena perang yang diakibatkan Islam diseluruh Afrika Utara dan Spanyol mengakibatkan ajang pembantaian yang paling hebat yang mendegradasi otak para partisipan dikedua belah pihak dan yang akhirnya menghancurkan untuk selama-lamanya naluri humanitas Kristen dan kebudayaan Klasik.
Ketakutan, rasa tidak aman dan paranoia selama berabad-abad mengakibatkan hancurnya humanitas. Perang bertubi tubi, tanpa masa jedah, merebut Semenanjuang Iberia dan kawasan-kawasan lain di Eropa Selatan berlangsung selama berabad-abad. Tentara Muslim membawa perang itu ke utara, sampai ke jantung Perancis, sementara pelabuhan-pelabuhan Perancis di Mediteran secara terus menerus diserang Muslim yang berjihad bagi tanah dan budak. ItaliaPUN tidak selamat. Pulau-pulau Sicilia dan Sardinia juga bernasib naas seperti Spanyol. Dan jangan lupa bahwa sekali ancaman Muslim datang, mereka tidak akan pergi. Sejak titik itu, Eropa Mediteran tidak pernah lagi mengenal perdamaian : karena begitu satu ancaman berhasil ditebas, membaralah lagi perang-perang baru dalam dua abad kemudian, pertama melibatkan kaum Almoravid di Barat dan Turki Seljuk (dan kemudian Turki Ottoman) di Timur. [color=redDemikianlah selama seribu tahun, Islam menjerumuskan kawasan ini dalam keadaan perang abadi.[/color]
lihat juga : http://en.wikipedia.org/wiki/Muslim_conquests
[…] Musuh baru ini belum pernah dialami Kristen manapun sebelumnya. Inilah sebuah musuh yang tidak hanya bertekad untuk menjajah, menundukkan Kristen, mencaplok tanah dan memperbudak mereka; tapi juga untuk memusnahkan atau paling tidak merusak kepercayaan Kristen itu sendiri. Seperti yang akan kita lihat nanti, penjajahan Muslim atas Spanyol, bukannya menghasilkan Jaman Emas sains dan pendidikan, tapi sebuah pertumhahan darah dan perang balas dendam yang tidak ada habisnya. Kristen, setelah kehilangan seluruh Afrika Utara, kini berhadapan dengan musuh Muslim mereka di tanah tinggal mereka, Eropa.
http://en.wikipedia.org/wiki/Reconquista
Reconquista, pertempuran untuk merebut kembali Semenanjung Iberia, muncul segera setelah invasi pertama; dan disinilah, di Spanyol, dimulailah dibentuk Salibi (Crusaders) Pertama. Memang, dari musuh merekalah Kristen belajar tentang konsep Perang Suci, sebuah fakta yang bahkan diakui akademisi Bernard Lewis.
Pada saat yang sama, bandit-bandit Viking yang tergiur janji emas Islam, ikut membawa kehancuran di Eropa Utara. Penjarahan, pembunuhan masal, pemerkosaan dan penculikan yang mereka lancarkan di kepulauan Inggris seketika menghancurkan Jaman Emas Gereja Celtic.
The ruins of Lindisfarne Priory, by Thomas Girtin, 1798 http://en.wikipedia.org/wiki/Lindisfarne
Lindisfarne, biara tertua dan tersuci Inggris di abad 8. Lindisfarne malah disebut Holy Island. Gereja celtic inilah yang pertama dihancurkan kaum Viking bangsat bin maksiat itu. (maaf, emosi penerjemah)
Data kala itu mencatat bahwa :
"Never before has such terror appeared in Britain as we have now suffered from a pagan race. . . .The heathens poured out the blood of saints around the altar, and trampled on the bodies of saints in the temple of God, like dung in the streets."
TERJEMAHAN:
"Belum pernah teror macam itu tampil di Inggris seperti derita yang kita kini alami oleh perilaku sebuah bangsa pagan ... Orang-orang tidak beriman itu menumpahkan darah santo-santo kami disekitar altar dan menginjak-injak mayat-mayat santo-santo di kuil Tuhan, seperti menginjak-injak t a h i dijalan-jalan"
Dan saat Muslim mengobrak-abrik Perancis Selatan, Viking menginjak-injak bagian utara, termasuk Jerman Utara. Di Jerman mereka membungi-hanguskan Aachen, Trier, dan Cologne, sementara di Perancis mereka menjarah Rouen, membakar Nantes (membunuh sang uskup tidak bersenjata), dan mengosongkan lembah Garonne, dan bergerak maju ke selatan ke Spanyol dan menjarah Seville. Dalam waktu yang relatif singkat, Bordeaux, Tours, Blois, Orleans, Poitiers, dan Paris dijarah satu atau beberapa kali.201 Serangan Viking, seperti Islam, mengkonstitusi sebuah ancaman yang terus menerus dan seketika; dan pada puncak kehancuran Eropa Barat ini, satu lagi bangsa nomad muncul ke permukaan dengan tingkat ancaman seserius Muslim; Kaum Magyar (Hungaria), mendorong masuk ke bagian-bagian barat Jerman, menyeberang ke Gaul paling tidak satu kali dimana mereka berhasil maju sejauh Reims.202 Teror bertubi-tubi ini meninggalkan bekas yang sangat dalam bagi Eropa. Beberapa raja Barat yang kewalahan mengumpulkan dana untuk menahan serangan Viking dan Hungaria terpaksa juga terlibat dalam perdagangan budak. Perdagangan/pemfitnahan ini sudah jelas membawa efek pengkorupsian budaya. Perlu juga dipertimbangkan ikut sertanya peranan Yahudi dalam perdagangan budak ini dan akibatnya, meningkatnya kecurigaan terhadap Yahudi – termasuk bahwa mereka membantu Muslim menginvasi Spanyol. Kecurigaan-kecurigaan ini, kami akan lihat nanti, mengantar Eropa pada konsekwensi yang sangat jauh dan fatal: penetrasi konsep-konsep Islam kedalam nalar Eropa – konsep-konsep tentang perang dan yahudi.
200 The Reconquista is normally dated from the victory of Don Pelayo in Asturias, probably in 718 or 719. It is interesting that the Reconquista thus began almost immediately after the initial Muslim Conquest. This makes sense, and is a vital clue to the confused chronology of the period. As we shall see at the end of the present volume, a mistake of no less than three centuries is indicated.
201 Painter, op cit., p. 90
202 Ibid., p. 93
Satu lagi karakteristik Abad Pertengahan, yi mentalitas Feodalisme; sebuah sistim pemerintahan, atau lebih tepatnya fragmentasi kekuasaan pusat kedalam tangan jendral-jendral kuat. Inilah Feodalisme, sebuah sistim yang langsung berhubungan dengan tibanya Islam.
Bersambung ke FEODALISME----
Salam hangat juga nak, bagian mana dari terjemahan ane diatas yang tidak masuk akal dan tidak logis ? tolong dijabarkan dengan jelas.ahlisyurga wrote:@ ali5196 :
apakah anda benar-benar yakin tentang postingan anda di atas ?
apa buktinya ?
bukti yang logis dan bisa di terima oleh akal manusia !!!
bukan akal hewan lho ya............!!
Salam Hangat
ahlisyurga
Bersambung.........
BAB 4: KONDISI DIBAWAH ISLAM
Propaganda dan Sejarah
Benua Eropa dan Aristotle menjadi bahan pujaan cendekiawan Islam seperti Averroes (Ibnu Rushdi) (gambar atas) dan Moses Maimonides yang muncul belakangan, khususnya tulisannya yang dipengaruhi Aristotle; Guide to the Perplexed.
Kita sering dengar bahwa cendekiawan-cendekiawan Muslim ini menyimpan dan menerjemahkan karya-karya penulis jaman Klasik seperti Aristotle, yang---konon kata para Islamophiles---hilang di Eropa setelah munculnya invasi-invasi kaum Barbar, dan bahwa ini diberlakukan kembali di Eropa lewat terjemahan-terjemahan Arab ini selama abad 11 & 12. Kita juga terus dicekoki berkali–kali tentang sumbangan Arab pada matematika dan sains dan ‘hebatnya’ seni dan arsitektur Islam yang dikontras dengan--–apa yang disebutkan---ketrampilan rendah atau malah non-eksistensi ketrampilan di Eropa dijaman itu.
Selain hebatnya sains dan seni Islam, para Islamophile juga memuji hebatnya TOLERANSI agama Arab. Dan berkali-kali kami diajarkan tentang bagaimana para penjajah dari Syria, Mesir, Afrika Utara dan Spanyol mengijinkan baik Kristen maupun Yahudi untuk mempraktekkan agama mereka tanpa gangguan; dan karena sebuah pajak khusus, Kristen dan Yahudi menikmati hak yang sama dengan Muslim. “Toleransi” Muslim ini dibandingkan dengan "Kristen bengis yang tidak toleran, yang menekan kaum non-Kristen dan kaum Kristen bid’ah serta menghancurkan tempat-tempat ibadah mereka dan memberlakukan denda tinggi bagi mereka yang melanggar aturan."
Dan thanks to Islam, konon kata mereka, Eropa bangun dari keadaan barbar dan terbelakang dan membangun Renaissance di abad 15 yang fondasinya diletakkan Islam. Amin. Betulkah ?
TIDAK ! INI JELAS SEBUAH PANDANGAN YANG JAUH DARI KENYATAAN !!
Ini sebuah MITOS yang dibuktikan oleh temuan arkeologi dan sejarah tertulis. Ini bahkan sebuah MITOS yang diakui oleh para kronikler Arab sediri yang memuji hebatnya kekayaan dan pendidikan tinggi di kota-kota Spanyol yang direbut tentara Muslim. Dan sejarawan Islamophile seperti David Lewis seharusnya malu bahwa ia sama sekali tidak menggubris fakta-fakta ini.
Kekerasan Muslim di Mediteran yang membawa kehancuran pada Eropa di abad 7 & 8 juga sama sekali tidak diperhatikan sejarawan jaman kita ini. Ya, kata para sejarawan Islamophile ini, toh semua tentara mengakibatkan kehancuran, tapi setelahnya kedamaian bisa dipuilhan kembali dan begitu Kristen Afrika Utara dan Spanyol tunduk pada Islam, datanglah kedamaian dan toleransi beragama .... eng ... ing ... engg .... Begitu argumen Lewis. Memang, katanya, cara Islam bisa saja berdarah, tapi didalamnya ini sebuah agama yang ‘damai dan oh, begitu penuh penerangan (enlightening).’
Betulkah ini ? Jelas pandangan Pirenne disatu pihak dan pandangan para Islamophiles dipihak lain tidak bisa betul kedua-duanya. Tapi siapa yang benar ?
Islamic Tolerance?
[…] Dalam bukunya, Moorish Spain, Richard Fletcher menyatakan bahwa :
“Spanyol dibawah bangsa Moor (Arab) BUKAN sebuah masyarakat toleran dan terang (enlightened), bahkan di jamannya yang paling berbudaya sekalipun.”
Dalam essay “Andalusian Myth, Eurabian Reality”, Bat Ye’or dan Andrew G.Bostom mempelajari mitos “toleransi” yang dinikmati Kristen dan Yahudi di Semenanjung Iberia ini:
“Mereka disegregasi dalam kawasan-kawasan khusus, mereka harus mengenakan busana diskriminatif. Mereka harus membayar pajak berat, kaum petani Kristen menjadi kelas budak diwilayah Arab; kebanyakan meninggalkan tanah mereka dan lari ke kota-kota. Pembalasan keras dengan MUTILASI DAN PENYALIBAN menunggu kaum Mozarab (dhimmi-dhimmi Kristen) yang meminta bantuan pada raja-raja Kristen. Lebih-lebih lagi, jika seorang dhimmi melukai seorang Muslim, maka seluruh komunitas Kristen akan kehilangan status perlindungannya dan mereka bisa jadi obyek penjarahan, perbudakan dan pembunuhan ditempat.
Status menghina terhadap dhimmi ini dan penyitaan tanah-tanah mereka oleh Arab mencetuskan sekian banyak pemberontakan yang akhirnya dihukum dengan pembantaian massal :
TOLEDO, yang pertama kali jatuh ketangan Arab tahun 711 atau 712, memberontak tahun 713. Kota itu dibalas dengan penjarahan besar-besaran dan semua pemimpin DIGOROK LEHER MEREKA. Tahun 730, kawasan Cerdagne (di Septimania, dekat Barcelona) juga diratakan habis dan SEORANG USKUP DIBAKAR HIDUP-HIDUP.
Pemberontakan di TOLEDO terulang lagi ahun 761, 784-86, 797 & 806.
PEMBANTAIAN MASSAL terjadi di SARAGOSSA tahun 781 & 881, KORDOBA (805, 818), MERIDA (805-813, 828, 829 dan 868), dan lagi-lagi di TOLEDO (811- 819). Kebanyakan para pemimpin pemberontakan ini diSALIB, sesuai dengan instruksi Qur’an (5:33)
http://en.wikipedia.org/wiki/Crucifixion
Pemberontakan di Kordoba 818 dibalas dengan TIGA HARI pembantaian massal, penjarahan dengan penyaliban 300 petinggi rakyat dan diusirnya 20.000 keluarga. Permusuhan menjalar di kota-kota Andalusia, antara berbagai sektor penduduk : para penjajah Arab dan Berber, para mualaf (Muwalladun) dan para dhimmi Kristen (Mozarab). Jarang ada periode
damai dalam Emirat Kordoba (756-912) ataupun sesudahnya. Al-Andalus adalah ladang jihad par excellence. Setiap tahun, bahkan kadang dua tahun sekali, ekspedisi-ekspedisi penjarahan dikirm untuk mengobrak-abrik kerajaan-kerajaan Kristen Spanyol di Utara, di kawasan-kawasan Basque, atau di Perancis dan Lembah Rhone, membawa kembali anfal (barang jarahan) dan budak.
http://www.haremgirlreview.com/pages/chapter19.htm
Muslim Andalusia menyerang dan menginvasi disepanjang pantai-pantai Sicilia dan Italia, bahkan sejauh kepulauan Aegean, meninggakan bekas jarahan dan lautan api. DI ANDALUSIA, RIBUAN KRISTEN DIJADIKAN BUDAK, dimana sang kalif menyimpan puluhan ribu budak Kristen yang dibawa dari semua bagian Eropa Kristen (Saqaliba), dan sebuah harem yang penuh dengan wanita-wanita tawanan Kristen.
Di GRANADA, lebih dari 5.000 Yahudi TEWAS dalam sebuah pogrom oleh Muslim di tahun 1066.
http://en.wikipedia.org/wiki/1066_Granada_massacre
Menurut sejarawan Bernard Lewis, pembantaian itu biasanya akibat "reaksi penduduk Muslim atas seorang wakil kalif/vizier Yahudi yang" ---dalam kata-kata Lewis--- "suka bermewahan dan sangat kuat."
Lewis menulis :
Perasaan bermusuhan ini dicerminkan dan diprovokasi oleh sebuah sajak anti-Semitik oleh Abu Ishaq, yang mengandung kata-kata ini:
"Put them back where they belong and reduce them to the lowest of the low..turn your eyes to other [Muslim] countries and you will find the Jews there are outcast dogs...Do not consider it a breach of faith to kill them, the breach of faith would be to let them carry on.
They have violated our covenant with them, so how can you be held guilty against the violators?
How can they have any pact when we are obscure and they are prominent?
Now we are humble, beside them, as if we were wrong and they were right!"
TERJEMAHAN:
"Singkirkan mereka ke tempat mereka semula, ke tempat yang paling rendah dari yang terendah... pandanglah negara-
negara [Muslim] lainnya dan anda akan melihat bahwa disana Yahudi adalah anjing buangan ... Jangan anggap ini sebuah pelanggaran kepercayaan untuk membunuh mereka, pelanggaran kepercayaan adalah kalau kita membiarkan mereka.
Mereka melanggar perjanjian kami dengan mereka, jadi siapa yang bersalah terhadap para pelanggar ?
Bagaimana mereka bisa melakukan perjanjian kalau kami tidak nampak dan mereka prominen ?
Kini kami tunduk, disebelah mereka, seakan kami salah dan mereka benar!"
(tambahan dari http://blog.bearstrong.net/archive/weblog/001485.html)
Kaum Berber Almohad di Spanyol dan Afrika Utara (1130-1232) mengakibatkan kehancuran yang luar biasa atas penduduk Yahudi dan Kristen. Karena mencurigai ketulusan para mualaf, para INQUISITOR MUSLIM (yang menjadi preseden bagi inquisisi Kristen tiga abad sesudahnya) mereka memisahkan anak-anak para mualaf dan menitipkan mereka untuk dibesarkan keluarga-keluarga Muslim.
Seorang yuris terkemuka Andalusia, Ibn Hazm dari Cordoba (w. 1064), menulis bahwa “Allah menjadikan harta benda kafir sebagai bahan jarahan bagi Muslim.”
-----
Nah, silahkan anda tentukan sendiri apakah sikap Muslim ini memang toleran dan berasal dari sebuah kepercayaan yang damai dan membawa terang.
Muslim juga sangat tidak mentolerir eksistensi gereja-gereja Kristen dikawasan mereka. Sebagai kaum Ahlul Kitab, Kristen dan Yahudi berhak atas status dhimmi, atau orang yang “dilindungi.” Jika mereka membayar sebuah pajak khusus, JIZYAH, populasi-populasi Kristen dan Yahudi memang dibiarkan hidup dan beribadat TAPI kita perlu tekankan bahwa status dhimmi tidak seenak yang dibayangkan orang-orang Barat yang naif.
Malah keadaan bagi para dhimmi ini begitu buruk, sampai dalam beberapa abad, jumlah mereka sampai berkurang sampai titik hilang di Turki dan Afrika Utara. Sang dhimmi, tidak memiliki hak hukum apapun. Eksistensinya ditolerir, tapi seperti dijelaskan Bat Ye’or, toleransi itu bisa dicabut setiap saat oleh para tuan Muslim.
Selain dibatasi oleh sejumlah peraturan yang menghina, termasuk mengenakan jubah berwarna kuning menor untuk membedakan mereka dari Muslim, sang dhimmi bisa diserang, dihina ataupun dibantai ramai-ramai dijalan disiang bolong, tanpa bisa meuntut siapapun ke pengadilan. Kalau ada Yahudi atau Kristen yang berani mengeluh ke pihak berwenang, si penyerang Muslim dengan mudahnnya dapat menuduhnya menghina Qur’an atau Muhammad. (Catatan : hal ini masih berlangsung sampai sekarang di negara-negara islam, khususnya di Pakistan. UU Anti-Penghujadan/Blasphemy Law Pakistan pasal 295C)
Dua saksi Muslim diperlukan untuk menegaskan tuduhannya, dan mana ada Muslim yang rela bersaksi melawan Muslim lain ? Dengan kata lain, kesaksian seorang dhimmi Kristen atau Yahudi tidak berarti apa-apa didepan seorang Muslim, dan hasilnya selalu membawa pada eksekusi si dhimmi.
[…] Perlu juga dicatat bahwa Muslim tidak bermaksud memualafkan semua Kristen dan yahudi. Mengapa ? Karena ini berarti mereka akan kehilangan pemasukan dari pajak jizyah. Mualafnya Kristen berarti hilangnya pemasukan. Bat Ye’or menulis:
“Baladhuri mencatat bahwa saat Iraq jatuh pada penjajah Arab, para tentara ingin membagi kawasan Sawad diatnara mereka. Kalif Umar b. al-Khattab menjanjikan mereka untuk membagi barang jarahan, tapi mendekritkan bahwa tanah dan onta-onta harus dibiarkan bagi para petani setempat sehingga menjadi sumber makanan Muslim. Dan Ali, menantu sang nabi mengatakan bahwa para petani non-Muslim Sawad, ‘Dibiarkan agar menjadi sumber keuntungan dan bantuan bagi Muslim.’”
Inlah satu-satunya alasan mengapa Islam menerima eksistensi Yahudi dan Kristen; hanya sebagai kelas budak yang harus melayani kelas elit yang berkuasa; Muslim, yang eksistensinya sebagai parasit berlaku sepanjang jaman.
Jadi inilah kebijakan Muslim Arab: pajak tinggi yang sewaktu-waktu dibarengi dengan hukuman biadab terhadap Kristen. Mesir, contohnya, masih predominan Kristen sampai abad 13, ketika sebuah kampanye REPRESI DAN PEMBANTAIAN BESAR-BESARAN oleh kalifat Fatimid mewajibkan mayoritas memeluk Islam. Akibat kebijakan itu, adalah menciutnya jumlah Kristen dan meningkatnya jumlah Muslim.
BERSAMBUNG ...
Propaganda dan Sejarah
Benua Eropa dan Aristotle menjadi bahan pujaan cendekiawan Islam seperti Averroes (Ibnu Rushdi) (gambar atas) dan Moses Maimonides yang muncul belakangan, khususnya tulisannya yang dipengaruhi Aristotle; Guide to the Perplexed.
Kita sering dengar bahwa cendekiawan-cendekiawan Muslim ini menyimpan dan menerjemahkan karya-karya penulis jaman Klasik seperti Aristotle, yang---konon kata para Islamophiles---hilang di Eropa setelah munculnya invasi-invasi kaum Barbar, dan bahwa ini diberlakukan kembali di Eropa lewat terjemahan-terjemahan Arab ini selama abad 11 & 12. Kita juga terus dicekoki berkali–kali tentang sumbangan Arab pada matematika dan sains dan ‘hebatnya’ seni dan arsitektur Islam yang dikontras dengan--–apa yang disebutkan---ketrampilan rendah atau malah non-eksistensi ketrampilan di Eropa dijaman itu.
Selain hebatnya sains dan seni Islam, para Islamophile juga memuji hebatnya TOLERANSI agama Arab. Dan berkali-kali kami diajarkan tentang bagaimana para penjajah dari Syria, Mesir, Afrika Utara dan Spanyol mengijinkan baik Kristen maupun Yahudi untuk mempraktekkan agama mereka tanpa gangguan; dan karena sebuah pajak khusus, Kristen dan Yahudi menikmati hak yang sama dengan Muslim. “Toleransi” Muslim ini dibandingkan dengan "Kristen bengis yang tidak toleran, yang menekan kaum non-Kristen dan kaum Kristen bid’ah serta menghancurkan tempat-tempat ibadah mereka dan memberlakukan denda tinggi bagi mereka yang melanggar aturan."
Dan thanks to Islam, konon kata mereka, Eropa bangun dari keadaan barbar dan terbelakang dan membangun Renaissance di abad 15 yang fondasinya diletakkan Islam. Amin. Betulkah ?
TIDAK ! INI JELAS SEBUAH PANDANGAN YANG JAUH DARI KENYATAAN !!
Ini sebuah MITOS yang dibuktikan oleh temuan arkeologi dan sejarah tertulis. Ini bahkan sebuah MITOS yang diakui oleh para kronikler Arab sediri yang memuji hebatnya kekayaan dan pendidikan tinggi di kota-kota Spanyol yang direbut tentara Muslim. Dan sejarawan Islamophile seperti David Lewis seharusnya malu bahwa ia sama sekali tidak menggubris fakta-fakta ini.
Kekerasan Muslim di Mediteran yang membawa kehancuran pada Eropa di abad 7 & 8 juga sama sekali tidak diperhatikan sejarawan jaman kita ini. Ya, kata para sejarawan Islamophile ini, toh semua tentara mengakibatkan kehancuran, tapi setelahnya kedamaian bisa dipuilhan kembali dan begitu Kristen Afrika Utara dan Spanyol tunduk pada Islam, datanglah kedamaian dan toleransi beragama .... eng ... ing ... engg .... Begitu argumen Lewis. Memang, katanya, cara Islam bisa saja berdarah, tapi didalamnya ini sebuah agama yang ‘damai dan oh, begitu penuh penerangan (enlightening).’
Betulkah ini ? Jelas pandangan Pirenne disatu pihak dan pandangan para Islamophiles dipihak lain tidak bisa betul kedua-duanya. Tapi siapa yang benar ?
Islamic Tolerance?
[…] Dalam bukunya, Moorish Spain, Richard Fletcher menyatakan bahwa :
“Spanyol dibawah bangsa Moor (Arab) BUKAN sebuah masyarakat toleran dan terang (enlightened), bahkan di jamannya yang paling berbudaya sekalipun.”
Dalam essay “Andalusian Myth, Eurabian Reality”, Bat Ye’or dan Andrew G.Bostom mempelajari mitos “toleransi” yang dinikmati Kristen dan Yahudi di Semenanjung Iberia ini:
“Mereka disegregasi dalam kawasan-kawasan khusus, mereka harus mengenakan busana diskriminatif. Mereka harus membayar pajak berat, kaum petani Kristen menjadi kelas budak diwilayah Arab; kebanyakan meninggalkan tanah mereka dan lari ke kota-kota. Pembalasan keras dengan MUTILASI DAN PENYALIBAN menunggu kaum Mozarab (dhimmi-dhimmi Kristen) yang meminta bantuan pada raja-raja Kristen. Lebih-lebih lagi, jika seorang dhimmi melukai seorang Muslim, maka seluruh komunitas Kristen akan kehilangan status perlindungannya dan mereka bisa jadi obyek penjarahan, perbudakan dan pembunuhan ditempat.
Status menghina terhadap dhimmi ini dan penyitaan tanah-tanah mereka oleh Arab mencetuskan sekian banyak pemberontakan yang akhirnya dihukum dengan pembantaian massal :
TOLEDO, yang pertama kali jatuh ketangan Arab tahun 711 atau 712, memberontak tahun 713. Kota itu dibalas dengan penjarahan besar-besaran dan semua pemimpin DIGOROK LEHER MEREKA. Tahun 730, kawasan Cerdagne (di Septimania, dekat Barcelona) juga diratakan habis dan SEORANG USKUP DIBAKAR HIDUP-HIDUP.
Pemberontakan di TOLEDO terulang lagi ahun 761, 784-86, 797 & 806.
PEMBANTAIAN MASSAL terjadi di SARAGOSSA tahun 781 & 881, KORDOBA (805, 818), MERIDA (805-813, 828, 829 dan 868), dan lagi-lagi di TOLEDO (811- 819). Kebanyakan para pemimpin pemberontakan ini diSALIB, sesuai dengan instruksi Qur’an (5:33)
http://en.wikipedia.org/wiki/Crucifixion
Pemberontakan di Kordoba 818 dibalas dengan TIGA HARI pembantaian massal, penjarahan dengan penyaliban 300 petinggi rakyat dan diusirnya 20.000 keluarga. Permusuhan menjalar di kota-kota Andalusia, antara berbagai sektor penduduk : para penjajah Arab dan Berber, para mualaf (Muwalladun) dan para dhimmi Kristen (Mozarab). Jarang ada periode
damai dalam Emirat Kordoba (756-912) ataupun sesudahnya. Al-Andalus adalah ladang jihad par excellence. Setiap tahun, bahkan kadang dua tahun sekali, ekspedisi-ekspedisi penjarahan dikirm untuk mengobrak-abrik kerajaan-kerajaan Kristen Spanyol di Utara, di kawasan-kawasan Basque, atau di Perancis dan Lembah Rhone, membawa kembali anfal (barang jarahan) dan budak.
http://www.haremgirlreview.com/pages/chapter19.htm
Muslim Andalusia menyerang dan menginvasi disepanjang pantai-pantai Sicilia dan Italia, bahkan sejauh kepulauan Aegean, meninggakan bekas jarahan dan lautan api. DI ANDALUSIA, RIBUAN KRISTEN DIJADIKAN BUDAK, dimana sang kalif menyimpan puluhan ribu budak Kristen yang dibawa dari semua bagian Eropa Kristen (Saqaliba), dan sebuah harem yang penuh dengan wanita-wanita tawanan Kristen.
Di GRANADA, lebih dari 5.000 Yahudi TEWAS dalam sebuah pogrom oleh Muslim di tahun 1066.
http://en.wikipedia.org/wiki/1066_Granada_massacre
Menurut sejarawan Bernard Lewis, pembantaian itu biasanya akibat "reaksi penduduk Muslim atas seorang wakil kalif/vizier Yahudi yang" ---dalam kata-kata Lewis--- "suka bermewahan dan sangat kuat."
Lewis menulis :
Perasaan bermusuhan ini dicerminkan dan diprovokasi oleh sebuah sajak anti-Semitik oleh Abu Ishaq, yang mengandung kata-kata ini:
"Put them back where they belong and reduce them to the lowest of the low..turn your eyes to other [Muslim] countries and you will find the Jews there are outcast dogs...Do not consider it a breach of faith to kill them, the breach of faith would be to let them carry on.
They have violated our covenant with them, so how can you be held guilty against the violators?
How can they have any pact when we are obscure and they are prominent?
Now we are humble, beside them, as if we were wrong and they were right!"
TERJEMAHAN:
"Singkirkan mereka ke tempat mereka semula, ke tempat yang paling rendah dari yang terendah... pandanglah negara-
negara [Muslim] lainnya dan anda akan melihat bahwa disana Yahudi adalah anjing buangan ... Jangan anggap ini sebuah pelanggaran kepercayaan untuk membunuh mereka, pelanggaran kepercayaan adalah kalau kita membiarkan mereka.
Mereka melanggar perjanjian kami dengan mereka, jadi siapa yang bersalah terhadap para pelanggar ?
Bagaimana mereka bisa melakukan perjanjian kalau kami tidak nampak dan mereka prominen ?
Kini kami tunduk, disebelah mereka, seakan kami salah dan mereka benar!"
(tambahan dari http://blog.bearstrong.net/archive/weblog/001485.html)
Kaum Berber Almohad di Spanyol dan Afrika Utara (1130-1232) mengakibatkan kehancuran yang luar biasa atas penduduk Yahudi dan Kristen. Karena mencurigai ketulusan para mualaf, para INQUISITOR MUSLIM (yang menjadi preseden bagi inquisisi Kristen tiga abad sesudahnya) mereka memisahkan anak-anak para mualaf dan menitipkan mereka untuk dibesarkan keluarga-keluarga Muslim.
Seorang yuris terkemuka Andalusia, Ibn Hazm dari Cordoba (w. 1064), menulis bahwa “Allah menjadikan harta benda kafir sebagai bahan jarahan bagi Muslim.”
-----
Nah, silahkan anda tentukan sendiri apakah sikap Muslim ini memang toleran dan berasal dari sebuah kepercayaan yang damai dan membawa terang.
Muslim juga sangat tidak mentolerir eksistensi gereja-gereja Kristen dikawasan mereka. Sebagai kaum Ahlul Kitab, Kristen dan Yahudi berhak atas status dhimmi, atau orang yang “dilindungi.” Jika mereka membayar sebuah pajak khusus, JIZYAH, populasi-populasi Kristen dan Yahudi memang dibiarkan hidup dan beribadat TAPI kita perlu tekankan bahwa status dhimmi tidak seenak yang dibayangkan orang-orang Barat yang naif.
Malah keadaan bagi para dhimmi ini begitu buruk, sampai dalam beberapa abad, jumlah mereka sampai berkurang sampai titik hilang di Turki dan Afrika Utara. Sang dhimmi, tidak memiliki hak hukum apapun. Eksistensinya ditolerir, tapi seperti dijelaskan Bat Ye’or, toleransi itu bisa dicabut setiap saat oleh para tuan Muslim.
Selain dibatasi oleh sejumlah peraturan yang menghina, termasuk mengenakan jubah berwarna kuning menor untuk membedakan mereka dari Muslim, sang dhimmi bisa diserang, dihina ataupun dibantai ramai-ramai dijalan disiang bolong, tanpa bisa meuntut siapapun ke pengadilan. Kalau ada Yahudi atau Kristen yang berani mengeluh ke pihak berwenang, si penyerang Muslim dengan mudahnnya dapat menuduhnya menghina Qur’an atau Muhammad. (Catatan : hal ini masih berlangsung sampai sekarang di negara-negara islam, khususnya di Pakistan. UU Anti-Penghujadan/Blasphemy Law Pakistan pasal 295C)
Dua saksi Muslim diperlukan untuk menegaskan tuduhannya, dan mana ada Muslim yang rela bersaksi melawan Muslim lain ? Dengan kata lain, kesaksian seorang dhimmi Kristen atau Yahudi tidak berarti apa-apa didepan seorang Muslim, dan hasilnya selalu membawa pada eksekusi si dhimmi.
[…] Perlu juga dicatat bahwa Muslim tidak bermaksud memualafkan semua Kristen dan yahudi. Mengapa ? Karena ini berarti mereka akan kehilangan pemasukan dari pajak jizyah. Mualafnya Kristen berarti hilangnya pemasukan. Bat Ye’or menulis:
“Baladhuri mencatat bahwa saat Iraq jatuh pada penjajah Arab, para tentara ingin membagi kawasan Sawad diatnara mereka. Kalif Umar b. al-Khattab menjanjikan mereka untuk membagi barang jarahan, tapi mendekritkan bahwa tanah dan onta-onta harus dibiarkan bagi para petani setempat sehingga menjadi sumber makanan Muslim. Dan Ali, menantu sang nabi mengatakan bahwa para petani non-Muslim Sawad, ‘Dibiarkan agar menjadi sumber keuntungan dan bantuan bagi Muslim.’”
Inlah satu-satunya alasan mengapa Islam menerima eksistensi Yahudi dan Kristen; hanya sebagai kelas budak yang harus melayani kelas elit yang berkuasa; Muslim, yang eksistensinya sebagai parasit berlaku sepanjang jaman.
Jadi inilah kebijakan Muslim Arab: pajak tinggi yang sewaktu-waktu dibarengi dengan hukuman biadab terhadap Kristen. Mesir, contohnya, masih predominan Kristen sampai abad 13, ketika sebuah kampanye REPRESI DAN PEMBANTAIAN BESAR-BESARAN oleh kalifat Fatimid mewajibkan mayoritas memeluk Islam. Akibat kebijakan itu, adalah menciutnya jumlah Kristen dan meningkatnya jumlah Muslim.
BERSAMBUNG ...
Last edited by ali5196 on Sat Apr 10, 2010 2:42 am, edited 7 times in total.
-
- Posts: 236
- Joined: Mon Nov 23, 2009 9:10 pm
Re: BUKU ttg Mitos Abad2 Gelap/'Dark Ages' Eropa
Buset dah, gw baru tahu kalo separah gini, FFI benar-benar harus dipromosikan sampai ke seluruh tanah air, kalau perlu pasang iklan di channel-channel TV se-Indonesia, seluruh siaran radio, kalo perlu pasang spanduk gede di jalan-jalan dengan masa dipajang seumur hidup.
Masalah scrib, insyallah saya bantu bikinkan...
Masalah upah, bismillah Allah SWT akan memberikan kepada anda 72 houri, amin...
Wah... Kalau ada yang dilewatin, sayang dong li...ali5196 wrote:[...] berarti : ada bagian yang dilewatin, biasanya karena kepanjangan.
Masalah scrib, insyallah saya bantu bikinkan...
Masalah upah, bismillah Allah SWT akan memberikan kepada anda 72 houri, amin...
Islamic Learning: the Myth/ Mitos Kecendekiaan Islami
Lihat saja apa yang dicatat dalam Wikipedia (Islamic science) dengan ratusan bahan rujukan dan buku-buku referensi lainnya :
Islam mengalami Jaman Emas (Golden Age) di abad 7, 8 & 9. Selama periode ini, cendekiawan Muslim memikirkan misteri alam semesta; membuat peta bumi dan bintang-bintang, menemui sistim matematika baru, menulis buku-buku berpikiran maji tentang topik-topik bervariasi seperti medisin dan filosofi dan mereka mendirikan karya-karya arsitektur, isntana dan tempat-tempat ibadat menawan yang tidak ada pendahlunya di Eropa buas jaman itu.
Kebangkitan sains dan seni ini adalah sang kalif legendaris, Harun al-Rashid (yang menjadi tokoh cerita Seribu Satu Malam oleh Scheherazade) di Bagdad yagn besar dan luar biasa kaya, dan berpenduduk 1 juta jiwa. Kordoba, ibukota Al-Andalus, dikatakan setingkat dengan Bagdad dalam hal kekayaan dan berpenduduk setengah juta. Tidak ada kota di Eropa Kristen, konon dikatakan, memiliki lebih dari 50.000 penduduk. Memang, Islam dan dunia islam-LAH, kata mereka, yang membantu rakyat terbelakang Eropa untuk kembali membangun peradaban mereka : jadi, para cendekiawan IslamLAH yang menunjukkan respek bagi pendidikan yang sama sekali ABSEN dari Eropa, dan menyimpan karya-karya besar dunia Klasik dan lalu mentransmisinya kembali ke Eropa, begitu penduduk Eropa siap menghargainya kembali.
Bladibladibalaaaaa … begitu ceritanya.
Jadi kesimpulan wikipedia dkk Islam adalah SUPERIOR secara budaya dan materi dibandingkan Eropa yang dihancurkan kaum barbar Eropa (kaum Salibi) dan kaum barbar Asia Pusat, yaitu kaum Mongol.
Sebelum munculnya buku Henri Pirenne ke permukaan, pemikiran romantis akan Islam ini berlangsung tanpa tantangan, terutama oleh penulis Islamophile seperti Robert Briffault. Katanya, Spanyol dan bukan Italia yang merupakan cikal bakal kelahiran Eropa. Kota-kota Islamiah seperti Bagdad, Kairo, Kordoda, Toledo, adalah “pusat-pusat perkembangan aktivitas peradaban dan intelektual.” Dan, yang paling parah, ia menyimpulkan; “Sangat dimungkinkan bahwa tanpa Arab, peradaban Eropa tidak akan pernah timbul …” [??????]
Untuk mendukung statementnya, Briffault merujuk kepada penemuan dan inovasi Arab; astronomer Al-Zarkyal dan Al-Farani, yang menemukan bahwa orbit planet adalah eliptik dan bukan bundar seperti yang dipercaya Ptolemy. Ia menulis bagaimana Ibn Sina (Avicenna) menggunakan termometer udara dan Ibn Yunis menggunakan sebuah pendulum bagi penentuan waktu. Ia menunjuk kepada karya Al-Byruny, yang berkelana selama 40 tahun untuk mengumpulkan spesimen mineral, dan Ibn Baitar, yagn mengkoleksi spesimen botanik dari seluruh dunia Muslim, dan yang membandingkan flora India dan Persia dengan flora Yunani dan Spanyol.
Ia memuji prestasi Arab yang memberlakukan angka 0 kedalam matematika (padahal ini datang dari INDIA!) dan menunjuk kepada penemuan aljebra oleh Aran yang merevolusi matematika. Seakan ini masih belum cukup, ia menegaskan bahwa ARABLAH yang menciptakan metode pemikiran empiris yang merjadi dasar sains modern, dan menuju kepada prestasi para ahli kimia Arab, atau alchemists, yang “organized passion for research … led them to the invention of distillation, sublimation, filtration, to the discovery of alcohol, or nitric acid and sulphuric acids (the only acid known to the ancients was vinegar), of the alkalis, of the salts of mercury, of antimony and bismuth, and laid the basis of all subsequent chemistry and physical research.”
Islamic Learning: the Reality
Memang ada kebenaran dalam beberapa pernyataan diatas. Tidak dipungkiri bahwa dunia Arab memang luar biasa kaya. Bagaimana tidak ? Dalam waktu yang sangat singkat mereka merebut dan menduduki semua pusat budaya dan penduduk maju kawasan Turki. Pada tahun 650, tentara-tentara Islam menundukkan semua kawasan dari Mesir dan Libya di barat ke Persia dan Afghanistan di timur.
Kekayaan dan pendidikan tinggi penduduk kawasan-kawasan itu, termasuk pusat-pusat pendudukan mereka yang besar dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya, kini menjadi milik Muslim. Selain hasil dari jarahan, Muslim juga masih mendapat pemasukan dari pajak tinggi yang membangkrutkan penduduk yang menolak masuk islam, sementara kekayaan gereja-gereja tua dicongkel habis. Jangan salah, semua ini dianggap Muslim sebagai sebuah kewajiban agama, termasuk melelehkan patung-patung gereja berlapis emas.
Di Mesir, bahkan kuburan-kuburan dari jaman para firaun dijarah habis. Selain itu mereka juga menemukan sumber-sumber baru bagi emas dan perak. Di Khorasan, Persia Timur, dan di Transoxiana –kawasan diantara Kashmir dan Laut Aral Sea, ditemukan TAMBANG-TAMBANG PERAK DALAM JUMLAH BESAR, sementara penjajahan Arab atas Nubia, Mesir Selatan, mereka juga menemukan tambang-tambang emas. Jelas kekayaan dalam jumlah tidak terhingga menghasilkan sebuah era kemakmuran.
Untuk sementara waktu, Muslim menjadi rektor universitas-universitas ternama. Memang dihasilkan karya-karya sains dan filosofi, dan Arab memiliki teks-teks klasik yang tidak tersedia secara umum di Eropa. Orang-orang ini memang membawa sumbangan besar dibidan saions dan pendidikan.
Sebagai tambahan, penguasa Arab di kawasan Turki (mayoritas populasi kawasan tersebut tetap berbahasa non-Arab dan beragama non-Muslim selama beberapa abad setelah penjajahan Isam), mempelajari rahasia pembuatan kertas, percetakan, kompas dan teknologi-teknologi penting dari Cina antara abad 8 & 11 yang akhirnya mereka sebarkan ke Eropa.
Tapi bagaimana dengan argumen bahwa ISLAMlah yang mendorong majunya sains dan seni? Nah, disini para Islamophiles agak kewalahan. Kaum Arab yang muncul dari Arabia dengan kalif Umar kebanyakan nomad buta huruf yang tidak mengenal sains sedikitpun. Seperti semua orang barbar, mereka sangat tercengang dengan kemajuan yang dicapai budaya-budaya yang mereka jajah. Mesir, Babylonia dan Persia adalah peradaban-peradaban kuno dengan ciri-ciri unik. Masing-masing memiliki universitas, perpustakaan dan tradisi pendidikan yang sangat tinggi. Nah, negara-negara ini, Persia khususnya, merupakan sumber arus ide dan teknik yang mereka pelajari dari budaya-budaya yang sama tingginya : INDIA dan CINA.
Malah, sebagian besar dari teknologi dan metode baru yang didapatkan orang Eropa di Abad Pertengaan dari Arab, BUKAN Arab, tapi Cina dan India.
Eropa menggunakan nama-nama Arab bagi hal-hal ini seperti 0, “zero”, dari kata Arab zirr, karena mereka mempelajarinya dari sumber arab TAPI hal-hal itu sama sekali bukan Arab ataupun dari Timur Tengah.
Contohnya, claim bahwa Arab menemukan distilasi alkohol, yang diyakini Briffault, jelas salah ! Alkohol didistilasi di Babylonia sebelum penjajahan Arab. Dibawah Arab, teknik distilasi diperbaiki, ; tapi mereka tidak menciptakan distilasi. Lihat Charles Simmonds (1919), Alcohol: With Chapters on Methyl Alcohol, Fusel Oil, and Spirituous Beverages. (Macmillan, 1919). p. 6ff.
Al-Khwarizmi tidak menciptakan aljebra; ahli matematika Yunani, Diophantes-LAH, yang meminjam pengetahuan Babylon, adalah yang pertama yang memaparkan prinsip-prinsip ini (dalam tulisannya “Arithmetica”) adalah sumber aljebra. Al-Khwarizmi menciptakan beberapa inovasi penting seperti quadratic equation dan sistim penghitungan (decenary numerical system) dari India, tapi karyanya tidak semaju Diophantes. Lagipula, ia berhutang banyak kepada ahli matematika dan astronomer India abad 5, Aryabhata, yang tulisan berisi 121 ayatnya, Aryabhatiya, menjabarkan tentang astronomi,
arithmetic, geometry, algebra, trigonometry, metode penentuan gerakan planet dan deskripsi gerekan-gerakan mereka, seeprti juga metode memnghitung gerakan matahari, bulan dan meramalkan eklips mereka. Aryabhata jugalah sumber ide-ide astronomi Al-Zarkyal and Al-Farani, yang begitu dipuja Briffault. See eg. Carl B. Boyer, A History of Mathematics, Second Edition (Wiley, 1991) p. 228
Sangat penting diingat bahwa mereka ini, walau menggunakan nama dan tulisan Arab, MAYORITAS DARI MEREKA BUKAN ARAB ATAUPUN MUSLIM tapi Kristen dan Yahudi yang bekerja dibawah rejim-rejim Arab.
Pada permulaan, kaum Arab/Muslim sama sekali tidak menunjukkan interes dalam sains ataupun pendidikan tinggi. Karya Aristotle dalam bahasa Arab pada permulaan tidak diterjemahkan oleh Muslim sama sekali, tapi oleh KRISTEN di abad 5, oleh pendeta Probus dari Antioch (Turki) yang memperkenalkan Aristotle pada dunai berbahasa Arab. Malah selama abad 8 & 9, “seluruh corpus sains dan filosofi Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab, oleh Kristen-Kristen Nestorian.” (James Thompson and Edgar Johnson, Introduction to Medieval Europe, 300-1500, p. 175)
Iluminure form the Hunayn ibn-Ishaq al-'Ibadi manuscript of the Isagoge
Kami tahu bahwa "Sekolah-sekolah yang sering dikepalai Kristen ... didirikan dalam koneksi dengan mesjid-mesjid" (Thompson and Johnson, p. 176). Tokoh utama pendidikan di Baghdad adalah seoragn Kristen, Huneyn ibn Ishaq (809-873), yang menerjemahkan karya-karya Aristotle, Galen, Plato dan Hippocrates kedalam bahasa Syriac. Puteranya lalu menerjemahkannya kedalam bahasa Arab. Orang Kristen Syria, Yahya ibn ‘Adi (893-974) juga menerjemahkan karya-karya filosofi kedalam bahasa Arab dan menulis karyanya sendiri, The Reformation of Morals.
DISELURUH DUNIA MUSLIM, KRISTEN DAN YAHUDILAH (khususnya Yahudi) yang melakukan hampir semua riset sains dan penyidikan. Dan terdapat cukup bukti bawha majikan Muslim mereka sangat mencurigai cara pemikiran mereka. BUKAN Muslim yang memberi kafir motivasi untuk belajar, ataupun meriset, yang begitu dibanggakan Muslim dan rekan-rekan mereka di akademia Barat.
Bahkan jumlah cendekiawan "Arab" yang terbatas itu juga BUKAN ARAB. Al-Kindi dikatakan sebagai “salah satu dari segelintir orang Arab murni yang meraih prestasi intelektual” (Thompson and Johnson, p. 178). Lebih sering, mereka adalah orang PERSIA. Contohnya, Al-Khwarizmi dan Avicenna.
[...] Bahkan Briffault sendiri mengakui bahwa Arab-Arab jaman itu, sama sekali tidak interes pada budaya atau sejarah budaya-budaya tinggi yang mereka jajah/jarah/nikmati. Kenyataannya adalah bahwa pada abad 8, para penulis Arab SAMA SEKALI TIDAK MENGERTI BAGAIMANA MEMBANGUN PIRAMIDA atau monumen megah manapun di Mesir !!!
Great Pyramid of Giza from a 19th century stereopticon card photo
Padahal pengetahuan ini sudah tersedia secara luas dalam tulisan penulis-penulis Jaman Klasik seperti Herodotus dan Diodorus, yang karya-karyanya diseimpan dalam perpustakaan besar Mesir dan Babylonia. http://en.wikipedia.org/wiki/Egyptian_p ... us_Siculus
Perhatikan saja komentar Ibn Jubayr, yang bekerja sebagai sekretaris gubernur Muslim Granada dan mengunjungi Kairo thn 1182. Ia mengomentari “piramida-piramida kuno, dengan konstruksi gaib/menakjubkan dan indah dilihat …” Ia malah menyangka bahwa ini kuburan-kuburan nabi-nabi yang disebut dalam Qur'an tapi pada akhirnya ia hanya bisa menggerutu "Wallahualam ..." (Andrew Beattie, Cairo: A Cultural History, Oxford University Press, 2005, p. 50).
Ketidaktahuan total Arab dalam hal ini jelas membuktikan bahwa mereka memang menghancurkan literatur Klasik atau paling tidak buku-buku yang dianggap tidak memiliki kegunaan praktis. Bahkan di Persia saja, mualaf-mualaf baru dengan cepat kehilangan warisan budaya mereka sendiri. Pada saat tampilnya penyair dan ahli matematika Omar Khayyam (abad 11–12), bangsa aslinya sudah MELUPAKAN SEMUA sejarah kaya mereka.
Jadi kota purbakala Persepolis, ibukota raja-raja Achaemenid, Darius I dan Xerxes, oleh Ibn Jubayr disangka telah didirikan oleh raja Muslim, Jamshid, dan jin-jin yang sama yang katanya, juga mendirikan piramida-piramida Mesir. Bahkan penulis-penulis Muslim di Mesir lainnya masing-masing memiliki tokoh2 mitos ataupun jin yang mereka anggap sebagai pendiri piramida !!! Sebegitu pedulinya mereka pada literatur abad Klasik dan metoda kritis !
Dan lebih parah lagi, para penguasa Muslim SECARA SISTIMATIK MEMBONGKAR DAN MENJARAH MONUMEN-MONUMEN PURBAKALA DAN BERHARGA MESIR. Malah dari permulaan eksisnya Ilsam dinegeri tersebut, sang penguasa menciptakan sebuah departemen khusus untuk melokasi dan mendesekrasi kuburan-kuburan para firaun. Monumen-monumen yang lebih besar dijarah bagi batu bangunan merek. SALADIN, PAHLAWAN yang begitu dipuja-puja dunia Muslim dan diabadikan dalam berbagai bentuk seni, MEMULAI EKSPLIOTASI MONUMEN-MONUMEN GIZA. Dari batu-batuan yang dicongkelnya itu, ia mendirikan sebuah citadel Kairo (antara 1193 dan 1198) yang bernama Citadel Saladin http://famouswonders.com/citadel-of-saladin/. [Bahkan para pemandu turis di Citadel Saladin sekarang tidak akan menyebut bahwa citadel itu dibangun dari hasil vandalisasi piramida---penerjemah] Putera dan penerusnya, Al-Aziz Uthman, malah lebih parah lagi dan bersikeras untuk MENGANCURKAN PIRAMIDA MENKAURE (Andrew Beattie, Cairo: A Cultural History, p. 50 & http://en.wikipedia.org/wiki/Pyramid_of_Menkaure).
Ia berhasil menghancurkan lapisan luar yang penuh dengan inskripsi-inskripsi kuno yang berharga, tapi proyek itu harus dibatalkan setelah 8 bulan karena terlalu mahal. Tapi kerusakan sudah terjadi. Lihat foto piramida diatas dengan lobang lonjong ditengah. Itulah kerusakan yang diakibatkan putera Saladin.
Sikap terbelakang Muslim macam itulah yang juga dihadapi oleh kedua cendekiawan terbesar dijaman Muslim Spanyol, Averroes dan Maimonides. Walau Averroes seorang hakim syariah, buku-bukunya tetap dibakar dan ia malah diusir, memaksanya beremigrasi ke Maroko (thn 1195) dimana ia wafat tahun 1198. Maimonides juga harus melarikan diri dari penindasan Almohad. Ia mengatakan :
“Arab menindas kami [YAHUDI] dengan sangat keji dan meloloskan undang-undang yang menjijikkan dan diskriminatoris terhadap kita … Belum pernah ada bangsa yang menghina, melecehkan, merendahkan
dan membenci kami seperti mereka.”
Yahudi boleh mengajarkan hukum Yahudi ke Kristen tapi Muslim, katanya, akan menafsirkannya "sesuai dengan prinsio-prinsip rancu mereka dan mereka akan menindas kami, dan oleh karena itu mereka BENCI SEMUA [NON-Muslim] YANG HIDUP DIANTARA MEREKA.” Tapi Kristen “mengakui bahwa teks Taurat, seperti yang kita punya ini, sebagai asli."
Kesemuanya ini membuat kita bertanya apakah, “sains Arab” tidak lebih dari sisa-sisa pengetahuan Yunani dan
Persia/Babylon, sebuah pengetahuan YANG DIHANCURKAN SECARA SISTIMATIS OLEH ARAB BEGITU MEREKA MENAMPAKKAN KAKI DIWILAYAH NON-MUSLIM TERSEBUT.
[...] Memang banyak sejarawan yang mengakui bahwa Jaman Emas Islam — ketiga abad kejayaan yang konon katanya,
menandai kalifat-kalifat Umayyad dan Abbasid (750–1258), memang ada. Tapi ketiga abad yang menandai Abad Pertengahan --abad 7-10-- sama sekali tidak memiliki bukti arkeologis. Jadi, Bagdadnya Harun al-Rashid yang gilang gemilang dengan penduduk satu juta jiwanya, sama sekali tidak didukung oleh satupun batu ataupun inskripsi. Begitu juga dengan Kordoba.
TIdak adanya bukti-bukti arkeologis dari Islamic Golden Age ini menunjukkan bahwa dampak budaya Arab terhadap Eropa hanya dimulai pada pertengahan kedua abad 10 dan permulaan abad 11. Apakah arti semuanya ini ? Jawabannya akan anda temukan dalam aritkel-artikel dimasa depan.
Lihat saja apa yang dicatat dalam Wikipedia (Islamic science) dengan ratusan bahan rujukan dan buku-buku referensi lainnya :
Islam mengalami Jaman Emas (Golden Age) di abad 7, 8 & 9. Selama periode ini, cendekiawan Muslim memikirkan misteri alam semesta; membuat peta bumi dan bintang-bintang, menemui sistim matematika baru, menulis buku-buku berpikiran maji tentang topik-topik bervariasi seperti medisin dan filosofi dan mereka mendirikan karya-karya arsitektur, isntana dan tempat-tempat ibadat menawan yang tidak ada pendahlunya di Eropa buas jaman itu.
Kebangkitan sains dan seni ini adalah sang kalif legendaris, Harun al-Rashid (yang menjadi tokoh cerita Seribu Satu Malam oleh Scheherazade) di Bagdad yagn besar dan luar biasa kaya, dan berpenduduk 1 juta jiwa. Kordoba, ibukota Al-Andalus, dikatakan setingkat dengan Bagdad dalam hal kekayaan dan berpenduduk setengah juta. Tidak ada kota di Eropa Kristen, konon dikatakan, memiliki lebih dari 50.000 penduduk. Memang, Islam dan dunia islam-LAH, kata mereka, yang membantu rakyat terbelakang Eropa untuk kembali membangun peradaban mereka : jadi, para cendekiawan IslamLAH yang menunjukkan respek bagi pendidikan yang sama sekali ABSEN dari Eropa, dan menyimpan karya-karya besar dunia Klasik dan lalu mentransmisinya kembali ke Eropa, begitu penduduk Eropa siap menghargainya kembali.
Bladibladibalaaaaa … begitu ceritanya.
Jadi kesimpulan wikipedia dkk Islam adalah SUPERIOR secara budaya dan materi dibandingkan Eropa yang dihancurkan kaum barbar Eropa (kaum Salibi) dan kaum barbar Asia Pusat, yaitu kaum Mongol.
Sebelum munculnya buku Henri Pirenne ke permukaan, pemikiran romantis akan Islam ini berlangsung tanpa tantangan, terutama oleh penulis Islamophile seperti Robert Briffault. Katanya, Spanyol dan bukan Italia yang merupakan cikal bakal kelahiran Eropa. Kota-kota Islamiah seperti Bagdad, Kairo, Kordoda, Toledo, adalah “pusat-pusat perkembangan aktivitas peradaban dan intelektual.” Dan, yang paling parah, ia menyimpulkan; “Sangat dimungkinkan bahwa tanpa Arab, peradaban Eropa tidak akan pernah timbul …” [??????]
Untuk mendukung statementnya, Briffault merujuk kepada penemuan dan inovasi Arab; astronomer Al-Zarkyal dan Al-Farani, yang menemukan bahwa orbit planet adalah eliptik dan bukan bundar seperti yang dipercaya Ptolemy. Ia menulis bagaimana Ibn Sina (Avicenna) menggunakan termometer udara dan Ibn Yunis menggunakan sebuah pendulum bagi penentuan waktu. Ia menunjuk kepada karya Al-Byruny, yang berkelana selama 40 tahun untuk mengumpulkan spesimen mineral, dan Ibn Baitar, yagn mengkoleksi spesimen botanik dari seluruh dunia Muslim, dan yang membandingkan flora India dan Persia dengan flora Yunani dan Spanyol.
Ia memuji prestasi Arab yang memberlakukan angka 0 kedalam matematika (padahal ini datang dari INDIA!) dan menunjuk kepada penemuan aljebra oleh Aran yang merevolusi matematika. Seakan ini masih belum cukup, ia menegaskan bahwa ARABLAH yang menciptakan metode pemikiran empiris yang merjadi dasar sains modern, dan menuju kepada prestasi para ahli kimia Arab, atau alchemists, yang “organized passion for research … led them to the invention of distillation, sublimation, filtration, to the discovery of alcohol, or nitric acid and sulphuric acids (the only acid known to the ancients was vinegar), of the alkalis, of the salts of mercury, of antimony and bismuth, and laid the basis of all subsequent chemistry and physical research.”
Islamic Learning: the Reality
Memang ada kebenaran dalam beberapa pernyataan diatas. Tidak dipungkiri bahwa dunia Arab memang luar biasa kaya. Bagaimana tidak ? Dalam waktu yang sangat singkat mereka merebut dan menduduki semua pusat budaya dan penduduk maju kawasan Turki. Pada tahun 650, tentara-tentara Islam menundukkan semua kawasan dari Mesir dan Libya di barat ke Persia dan Afghanistan di timur.
Kekayaan dan pendidikan tinggi penduduk kawasan-kawasan itu, termasuk pusat-pusat pendudukan mereka yang besar dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya, kini menjadi milik Muslim. Selain hasil dari jarahan, Muslim juga masih mendapat pemasukan dari pajak tinggi yang membangkrutkan penduduk yang menolak masuk islam, sementara kekayaan gereja-gereja tua dicongkel habis. Jangan salah, semua ini dianggap Muslim sebagai sebuah kewajiban agama, termasuk melelehkan patung-patung gereja berlapis emas.
Di Mesir, bahkan kuburan-kuburan dari jaman para firaun dijarah habis. Selain itu mereka juga menemukan sumber-sumber baru bagi emas dan perak. Di Khorasan, Persia Timur, dan di Transoxiana –kawasan diantara Kashmir dan Laut Aral Sea, ditemukan TAMBANG-TAMBANG PERAK DALAM JUMLAH BESAR, sementara penjajahan Arab atas Nubia, Mesir Selatan, mereka juga menemukan tambang-tambang emas. Jelas kekayaan dalam jumlah tidak terhingga menghasilkan sebuah era kemakmuran.
Untuk sementara waktu, Muslim menjadi rektor universitas-universitas ternama. Memang dihasilkan karya-karya sains dan filosofi, dan Arab memiliki teks-teks klasik yang tidak tersedia secara umum di Eropa. Orang-orang ini memang membawa sumbangan besar dibidan saions dan pendidikan.
Sebagai tambahan, penguasa Arab di kawasan Turki (mayoritas populasi kawasan tersebut tetap berbahasa non-Arab dan beragama non-Muslim selama beberapa abad setelah penjajahan Isam), mempelajari rahasia pembuatan kertas, percetakan, kompas dan teknologi-teknologi penting dari Cina antara abad 8 & 11 yang akhirnya mereka sebarkan ke Eropa.
Tapi bagaimana dengan argumen bahwa ISLAMlah yang mendorong majunya sains dan seni? Nah, disini para Islamophiles agak kewalahan. Kaum Arab yang muncul dari Arabia dengan kalif Umar kebanyakan nomad buta huruf yang tidak mengenal sains sedikitpun. Seperti semua orang barbar, mereka sangat tercengang dengan kemajuan yang dicapai budaya-budaya yang mereka jajah. Mesir, Babylonia dan Persia adalah peradaban-peradaban kuno dengan ciri-ciri unik. Masing-masing memiliki universitas, perpustakaan dan tradisi pendidikan yang sangat tinggi. Nah, negara-negara ini, Persia khususnya, merupakan sumber arus ide dan teknik yang mereka pelajari dari budaya-budaya yang sama tingginya : INDIA dan CINA.
Malah, sebagian besar dari teknologi dan metode baru yang didapatkan orang Eropa di Abad Pertengaan dari Arab, BUKAN Arab, tapi Cina dan India.
Eropa menggunakan nama-nama Arab bagi hal-hal ini seperti 0, “zero”, dari kata Arab zirr, karena mereka mempelajarinya dari sumber arab TAPI hal-hal itu sama sekali bukan Arab ataupun dari Timur Tengah.
Contohnya, claim bahwa Arab menemukan distilasi alkohol, yang diyakini Briffault, jelas salah ! Alkohol didistilasi di Babylonia sebelum penjajahan Arab. Dibawah Arab, teknik distilasi diperbaiki, ; tapi mereka tidak menciptakan distilasi. Lihat Charles Simmonds (1919), Alcohol: With Chapters on Methyl Alcohol, Fusel Oil, and Spirituous Beverages. (Macmillan, 1919). p. 6ff.
Al-Khwarizmi tidak menciptakan aljebra; ahli matematika Yunani, Diophantes-LAH, yang meminjam pengetahuan Babylon, adalah yang pertama yang memaparkan prinsip-prinsip ini (dalam tulisannya “Arithmetica”) adalah sumber aljebra. Al-Khwarizmi menciptakan beberapa inovasi penting seperti quadratic equation dan sistim penghitungan (decenary numerical system) dari India, tapi karyanya tidak semaju Diophantes. Lagipula, ia berhutang banyak kepada ahli matematika dan astronomer India abad 5, Aryabhata, yang tulisan berisi 121 ayatnya, Aryabhatiya, menjabarkan tentang astronomi,
arithmetic, geometry, algebra, trigonometry, metode penentuan gerakan planet dan deskripsi gerekan-gerakan mereka, seeprti juga metode memnghitung gerakan matahari, bulan dan meramalkan eklips mereka. Aryabhata jugalah sumber ide-ide astronomi Al-Zarkyal and Al-Farani, yang begitu dipuja Briffault. See eg. Carl B. Boyer, A History of Mathematics, Second Edition (Wiley, 1991) p. 228
Sangat penting diingat bahwa mereka ini, walau menggunakan nama dan tulisan Arab, MAYORITAS DARI MEREKA BUKAN ARAB ATAUPUN MUSLIM tapi Kristen dan Yahudi yang bekerja dibawah rejim-rejim Arab.
Pada permulaan, kaum Arab/Muslim sama sekali tidak menunjukkan interes dalam sains ataupun pendidikan tinggi. Karya Aristotle dalam bahasa Arab pada permulaan tidak diterjemahkan oleh Muslim sama sekali, tapi oleh KRISTEN di abad 5, oleh pendeta Probus dari Antioch (Turki) yang memperkenalkan Aristotle pada dunai berbahasa Arab. Malah selama abad 8 & 9, “seluruh corpus sains dan filosofi Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab, oleh Kristen-Kristen Nestorian.” (James Thompson and Edgar Johnson, Introduction to Medieval Europe, 300-1500, p. 175)
Iluminure form the Hunayn ibn-Ishaq al-'Ibadi manuscript of the Isagoge
Kami tahu bahwa "Sekolah-sekolah yang sering dikepalai Kristen ... didirikan dalam koneksi dengan mesjid-mesjid" (Thompson and Johnson, p. 176). Tokoh utama pendidikan di Baghdad adalah seoragn Kristen, Huneyn ibn Ishaq (809-873), yang menerjemahkan karya-karya Aristotle, Galen, Plato dan Hippocrates kedalam bahasa Syriac. Puteranya lalu menerjemahkannya kedalam bahasa Arab. Orang Kristen Syria, Yahya ibn ‘Adi (893-974) juga menerjemahkan karya-karya filosofi kedalam bahasa Arab dan menulis karyanya sendiri, The Reformation of Morals.
DISELURUH DUNIA MUSLIM, KRISTEN DAN YAHUDILAH (khususnya Yahudi) yang melakukan hampir semua riset sains dan penyidikan. Dan terdapat cukup bukti bawha majikan Muslim mereka sangat mencurigai cara pemikiran mereka. BUKAN Muslim yang memberi kafir motivasi untuk belajar, ataupun meriset, yang begitu dibanggakan Muslim dan rekan-rekan mereka di akademia Barat.
Bahkan jumlah cendekiawan "Arab" yang terbatas itu juga BUKAN ARAB. Al-Kindi dikatakan sebagai “salah satu dari segelintir orang Arab murni yang meraih prestasi intelektual” (Thompson and Johnson, p. 178). Lebih sering, mereka adalah orang PERSIA. Contohnya, Al-Khwarizmi dan Avicenna.
[...] Bahkan Briffault sendiri mengakui bahwa Arab-Arab jaman itu, sama sekali tidak interes pada budaya atau sejarah budaya-budaya tinggi yang mereka jajah/jarah/nikmati. Kenyataannya adalah bahwa pada abad 8, para penulis Arab SAMA SEKALI TIDAK MENGERTI BAGAIMANA MEMBANGUN PIRAMIDA atau monumen megah manapun di Mesir !!!
Great Pyramid of Giza from a 19th century stereopticon card photo
Padahal pengetahuan ini sudah tersedia secara luas dalam tulisan penulis-penulis Jaman Klasik seperti Herodotus dan Diodorus, yang karya-karyanya diseimpan dalam perpustakaan besar Mesir dan Babylonia. http://en.wikipedia.org/wiki/Egyptian_p ... us_Siculus
Perhatikan saja komentar Ibn Jubayr, yang bekerja sebagai sekretaris gubernur Muslim Granada dan mengunjungi Kairo thn 1182. Ia mengomentari “piramida-piramida kuno, dengan konstruksi gaib/menakjubkan dan indah dilihat …” Ia malah menyangka bahwa ini kuburan-kuburan nabi-nabi yang disebut dalam Qur'an tapi pada akhirnya ia hanya bisa menggerutu "Wallahualam ..." (Andrew Beattie, Cairo: A Cultural History, Oxford University Press, 2005, p. 50).
Ketidaktahuan total Arab dalam hal ini jelas membuktikan bahwa mereka memang menghancurkan literatur Klasik atau paling tidak buku-buku yang dianggap tidak memiliki kegunaan praktis. Bahkan di Persia saja, mualaf-mualaf baru dengan cepat kehilangan warisan budaya mereka sendiri. Pada saat tampilnya penyair dan ahli matematika Omar Khayyam (abad 11–12), bangsa aslinya sudah MELUPAKAN SEMUA sejarah kaya mereka.
Jadi kota purbakala Persepolis, ibukota raja-raja Achaemenid, Darius I dan Xerxes, oleh Ibn Jubayr disangka telah didirikan oleh raja Muslim, Jamshid, dan jin-jin yang sama yang katanya, juga mendirikan piramida-piramida Mesir. Bahkan penulis-penulis Muslim di Mesir lainnya masing-masing memiliki tokoh2 mitos ataupun jin yang mereka anggap sebagai pendiri piramida !!! Sebegitu pedulinya mereka pada literatur abad Klasik dan metoda kritis !
Dan lebih parah lagi, para penguasa Muslim SECARA SISTIMATIK MEMBONGKAR DAN MENJARAH MONUMEN-MONUMEN PURBAKALA DAN BERHARGA MESIR. Malah dari permulaan eksisnya Ilsam dinegeri tersebut, sang penguasa menciptakan sebuah departemen khusus untuk melokasi dan mendesekrasi kuburan-kuburan para firaun. Monumen-monumen yang lebih besar dijarah bagi batu bangunan merek. SALADIN, PAHLAWAN yang begitu dipuja-puja dunia Muslim dan diabadikan dalam berbagai bentuk seni, MEMULAI EKSPLIOTASI MONUMEN-MONUMEN GIZA. Dari batu-batuan yang dicongkelnya itu, ia mendirikan sebuah citadel Kairo (antara 1193 dan 1198) yang bernama Citadel Saladin http://famouswonders.com/citadel-of-saladin/. [Bahkan para pemandu turis di Citadel Saladin sekarang tidak akan menyebut bahwa citadel itu dibangun dari hasil vandalisasi piramida---penerjemah] Putera dan penerusnya, Al-Aziz Uthman, malah lebih parah lagi dan bersikeras untuk MENGANCURKAN PIRAMIDA MENKAURE (Andrew Beattie, Cairo: A Cultural History, p. 50 & http://en.wikipedia.org/wiki/Pyramid_of_Menkaure).
Ia berhasil menghancurkan lapisan luar yang penuh dengan inskripsi-inskripsi kuno yang berharga, tapi proyek itu harus dibatalkan setelah 8 bulan karena terlalu mahal. Tapi kerusakan sudah terjadi. Lihat foto piramida diatas dengan lobang lonjong ditengah. Itulah kerusakan yang diakibatkan putera Saladin.
Sikap terbelakang Muslim macam itulah yang juga dihadapi oleh kedua cendekiawan terbesar dijaman Muslim Spanyol, Averroes dan Maimonides. Walau Averroes seorang hakim syariah, buku-bukunya tetap dibakar dan ia malah diusir, memaksanya beremigrasi ke Maroko (thn 1195) dimana ia wafat tahun 1198. Maimonides juga harus melarikan diri dari penindasan Almohad. Ia mengatakan :
“Arab menindas kami [YAHUDI] dengan sangat keji dan meloloskan undang-undang yang menjijikkan dan diskriminatoris terhadap kita … Belum pernah ada bangsa yang menghina, melecehkan, merendahkan
dan membenci kami seperti mereka.”
Yahudi boleh mengajarkan hukum Yahudi ke Kristen tapi Muslim, katanya, akan menafsirkannya "sesuai dengan prinsio-prinsip rancu mereka dan mereka akan menindas kami, dan oleh karena itu mereka BENCI SEMUA [NON-Muslim] YANG HIDUP DIANTARA MEREKA.” Tapi Kristen “mengakui bahwa teks Taurat, seperti yang kita punya ini, sebagai asli."
Kesemuanya ini membuat kita bertanya apakah, “sains Arab” tidak lebih dari sisa-sisa pengetahuan Yunani dan
Persia/Babylon, sebuah pengetahuan YANG DIHANCURKAN SECARA SISTIMATIS OLEH ARAB BEGITU MEREKA MENAMPAKKAN KAKI DIWILAYAH NON-MUSLIM TERSEBUT.
[...] Memang banyak sejarawan yang mengakui bahwa Jaman Emas Islam — ketiga abad kejayaan yang konon katanya,
menandai kalifat-kalifat Umayyad dan Abbasid (750–1258), memang ada. Tapi ketiga abad yang menandai Abad Pertengahan --abad 7-10-- sama sekali tidak memiliki bukti arkeologis. Jadi, Bagdadnya Harun al-Rashid yang gilang gemilang dengan penduduk satu juta jiwanya, sama sekali tidak didukung oleh satupun batu ataupun inskripsi. Begitu juga dengan Kordoba.
TIdak adanya bukti-bukti arkeologis dari Islamic Golden Age ini menunjukkan bahwa dampak budaya Arab terhadap Eropa hanya dimulai pada pertengahan kedua abad 10 dan permulaan abad 11. Apakah arti semuanya ini ? Jawabannya akan anda temukan dalam aritkel-artikel dimasa depan.
SELINGAN/PESAN SPONSOR: buku dibawah ini juga dibahas FFI & juga memiliki teori yang sama.
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... im-t30465/
Hellenisasi (Pengaruh Yunani) atas Eropa yg Kristen adalah buah dari kemauan orang Eropa sendiri. Akar2 dunia Eropa adalah Yunani, sementara dunia islam bukanlah akar dunia Eropa.
Karya Sylvain Gouguenheim ini telah menimbulkan debat, kontroversi dan polemik. Temanya adalah: Hubungan budaya antara dunia barat dan dunia islam. Subjek ini memiliki peran ideologis dan politis yg sangat besar. Profesor ahli sejarah abad pertengahan ini, menyanggah sejumlah keyakinan yang telah dominan. Selama beberapa dekade terakhir ini, menyusul karya2 Alain de Libera, atau Mohammed Arkoun, Edward Said atau Dewan Eropa (yang thn 2002 menyerukan agar ajaran sejarah sekolah2 Eropa memberikan pandangan yang lebih positif atas 'sumbangsih' Islam atas budaya Eropa), beredar pandangan yg rancu mengenai peran islam dalam sejarah dan budaya eropa...
http://en.wikipedia.org/wiki/Mont_Saint-Michel
Ketimbang hanya menerima teori bahwa seluruh pengetahuan filosofi Eropa tergantung pada Arab sbg perantara, kita harus ingat peran besar para biarawan di Mont-Saint-Michel. Mereka menerjemahkan semua karya Aristotle langsung dari bahasa Yunani ke bahasa Latin, beberapa dekade sebelum karya2 yang sama diterjemahkan dari versi Arabnya ke bhs Latin di Toledo, Spanyol, jajahan Islam dulu.
Janganlah bermimpi bahwa dunia islam dulu terbuka dan rajin menawarkan pembaruan pada 'Eropa yang tertimpa jaman kegelapan.' Kita perlu ingat bahwa Eropa tidak dgn mudah mendapatkan ajaran2 tsb. Eropa harus keluar dan mencarinya sendiri. Dan HANYA Eropa yang menerapkan pengetahuan tsb, baik dibidang sains maupun politik
Mengkontradiksi tesis “An Islam of Lights (Sebuah Islam yang Penuh Terang),” Sylvain Gouguenheim membuktikan bahwa pengetahuan Yunani Kuno tidak pernah benar2 menghilang dari Eropa; dan bahwa orang2 Arab yang menerjemahkan teks2 ini BUKAN MUSLIM ! Kita mengucapkani selamat pada Mr. Gouguenheim karena tidak takut utk mengingatkan kita bahwa dunia Kristen abad pertengahan merupakan warisan dari Atena dan Yerusalem.
http://boredmelo.wordpress.com/2008/04/ ... nt-michel/
''Aristote au Mont Saint-Michel” (Editions du Seuil), membuktikan bahwa Islam TIDAK DAPAT DITEMBUS oleh pemikiran Yunani, bahwa karya terjemahan pertama dunia Arab kedalam Latin bukan hasil karya “Islam” tapi bangsa Arab ARAM dan KRISTEN, dan bahwa terjemahan Aristotel dimulai di biara Mont (Gunung) Saint-Michel di Perancis 50 tahun sebelum keluarnya versi-versi Arab di Spanyol jajahan Moor.
Gouguenheim mengatakan bahwa Bait al-Hikmah yang diciptakan oleh Abassid di abad 9, terbatas pada studi sains Quran saja dan bukan filosofi, fisika atau matematika, yang dimengerti dalam konteks pemikiran Yunani.
Katanya, karya-karya Aristotle tentang etika, metafisika dan politik tidak digubris dan tidak diketahui dunia Muslim, karena TIDAK KOMPATIBEL DENGAN QURAN. Eropa, katanya, “menyadari eksistensi teks2 Yunani itu karena Eropa mencarinya, bukan karena teks itu dipersembahkan (oleh Muslim) kepada mereka.”
[Untuk lengkapnya ttg Al-Ghazali yang menolak filosofi dan logika Aristotle, lihat http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... nd-t45519/]
Gouguenheim menyebut Biara Mont Saint-Michel, dimana teks2 itu diterjemahkan kedalam latin, “sambungan yang hilang (the missing link) dalam perjalanan filosofi Aristotel dari Yunani ke Latin.” Al-Farabi, Avicenne, Abu Ma’shar dan Averroes dianggap Gougenheim HANYA mendapatkan ajaran Yunani yang tidak kontradiksi dengan doktrin Quran.
TAMBAHAN dari wikipedia: http://fr.wikipedia.org/wiki/Aristote_a ... int-Michel
Menurut penulis, peradaban Muslim hanya mengalami Hellenisasi di permukaan saja: "Muslim2 Arab tidak pernah belajar bahasa Yunani, bahkan al-Farabi, Avicenna dan Averroes tidak tahu." Jadi, warisan budaya tua ini dilestarikan oleh Kristen2 Suriah, antara abad 4 - 7 dan juga diabad pertengahan oleh Barat, yang memang tidak pernah putus total dari sumber2 filosofi Hellenik (entah lewat jalur Latin maupun Bizantin), lewat karya Boethius atau lewat karya penerjemah2 Eropa yang terus dihadapkan pada teks orisinalnya.
Gouguenheim tidak mengecilkan sumbangan komentator2 Muslim (dari Avicenna ke Averroes ) pada Eropa, tapi kata Gouguenheim, orang Arab tidak membawa pengetahuan ke Eropa dan Eropa tidak berhutang budi pada mereka. Dgn kata lain, negara2 Islam bukan satu2nya channel transmisi pengetahuan tua. Spt pendahulu2nya, sejarawan Pierre Riche dan Jacques Heers, Abad Pertengahan di Barat bukan sebuah masa kegelapan yang sering dipercayai secara umum. Bahkan jaman Renaissance didahului oleh sebuah Renaissance Carolingian, dimana pengaruh pemikiran Yunani sudah sangat kuat.
Jadi, bagi Gouguenheim, transmisi langsung dari Bizantin lebih penting daripada yang disangka sebelumnya. Karena melupakan arus pengetahuan dari Byzantium dan Sicily ke Mont-Saint-Michel, kita terlampau mengelu2kan 'prestasi' Arab. Bukunya ingin meng-expose bahwa Eropa tidak pernah berhenti mengejar pengetahuan Yunani lewat kiblatnya ke Konstantinopel. Gougenheim khususnya menampilkan biarawan2 Mont Saint Michel (khususnya Jack Venice) yang menerjemahkan karya Aristotle dari Yunani ke Latin dan bhs Arab di Salermo, Sicily dan Toledo.
Penulis mencatat bahwa dari tahun 500-550, budaya Yunani tidak lagi digubris, namun demikian asal usul Kristen adalah Yunani. Gospel ditulis dlm bhs Yunani
dan para bapak pendiri gereja sangat mengakar dlm budaya Yunani. Aristotle baru populer kembali di abad 8 saat istana Charlemagne menggali kembali Aristotle dan Homer. Juga, setelah berkuasanya kaum Carolingian, kerajaan Jerman yang didirikan Otto I thn 962, budaya Yunani mulai mencuat kembali lewat Uskup Besar Bruno dari Cologne atau biarawati/akademisi, Hrotsvitha, yang keduanya menguasai bahasa Yunani.
Penulis mengatakan bahwa dari abad 12, biara Mont Saint-Michel, merupakan tempat penerjemahan karya2 penting dari bhs Yunani ke Latin.Maklum, jaman dulu tidak ada mesin photocopy, jadi setiap halaman, setiap buku harus ditulis tangan. Biarawan Jack Venice melakukan terjemahan dari thn 1127 - 1150. Kita juga tahu bahwa distribusi karya2 terjemahan ini sangat banyak jumlahnya: seratus manuskrip ttg ilmu fisika tersebar diseluruh Eropa, analisa posterior terdapat dlm 289 copy di Toulouse, dan tulisan2 ttg metafisika yang digunakan Thomas Aquinas dan Albertus Magnus.
Di Roma/Vatikan, buku2 Yunani itu juga diterjemahkan, perpustakaan Lateran me-redistribusi keseluruh Eropa copy2 buatan biara2 dan uskup2 (Reims, Lyon atau Le Puy), istana2 (Plantagenet), ducal (di Saxony). Bahkan ajaran Aristotle yang dianggap bid'ah-pun diterjemahkan.
Wilayah timur Kerajaan Romawi (Syria, Palestina) yang dijajah Islam (th 638 Yerusalem jatuh, Egypt 640, Afrika Utara, 647), menyimpan karya2 Kristen Syriac yang memiliki identitas budaya Yunani. MEREKA yang pertama membuat terjemahan dari Yunani ke Latin lalu kedalam Syriac dan dari Syriac baru ke bhs Arab.
(Ingat bahwa bhs Arab belum baku saat Quran turun dan saat itu Syriac merupakan lingua franca). Kebanyakan merupakan teks saintifik (termasuk medisin). Absennya konsep2 ini dari bahasa Arab juga mengakibatkan kesulitan dlm terjemahan.
Tesis kedua Gouguenheim adalah untuk menampik perbandingan 'masa keemasan Islam' dengan Jaman Enlightenment abad 8 di Eropa yang dikatakan sebagai sebuah 'abad kegelapan.' Ia juga menampik mitos harmoni Muslim dan non-Muslim di Andalusia. Ia juga melemparkan pertanyaan penting: megnapa Arab yg memiliki akses pada budaya Yunani tidak memanfaatkannya spt orang Eropa?
Pandang penulis ini sebenarnya tidak baru dan sudah dipaparkan oleh penulis spt Petrarch, tokoh literatur Italia abad 14 yang memberontak melawan mitos hebatnya terjemahan Arab atau Leonhart Fuchs thn 1535 yang memastikan bahwa Arab tidak mampu menciptakan apa2, tapi justru menjarah dan memporak porandakan budaya Yunani.
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... im-t30465/
Hellenisasi (Pengaruh Yunani) atas Eropa yg Kristen adalah buah dari kemauan orang Eropa sendiri. Akar2 dunia Eropa adalah Yunani, sementara dunia islam bukanlah akar dunia Eropa.
Karya Sylvain Gouguenheim ini telah menimbulkan debat, kontroversi dan polemik. Temanya adalah: Hubungan budaya antara dunia barat dan dunia islam. Subjek ini memiliki peran ideologis dan politis yg sangat besar. Profesor ahli sejarah abad pertengahan ini, menyanggah sejumlah keyakinan yang telah dominan. Selama beberapa dekade terakhir ini, menyusul karya2 Alain de Libera, atau Mohammed Arkoun, Edward Said atau Dewan Eropa (yang thn 2002 menyerukan agar ajaran sejarah sekolah2 Eropa memberikan pandangan yang lebih positif atas 'sumbangsih' Islam atas budaya Eropa), beredar pandangan yg rancu mengenai peran islam dalam sejarah dan budaya eropa...
http://en.wikipedia.org/wiki/Mont_Saint-Michel
Ketimbang hanya menerima teori bahwa seluruh pengetahuan filosofi Eropa tergantung pada Arab sbg perantara, kita harus ingat peran besar para biarawan di Mont-Saint-Michel. Mereka menerjemahkan semua karya Aristotle langsung dari bahasa Yunani ke bahasa Latin, beberapa dekade sebelum karya2 yang sama diterjemahkan dari versi Arabnya ke bhs Latin di Toledo, Spanyol, jajahan Islam dulu.
Janganlah bermimpi bahwa dunia islam dulu terbuka dan rajin menawarkan pembaruan pada 'Eropa yang tertimpa jaman kegelapan.' Kita perlu ingat bahwa Eropa tidak dgn mudah mendapatkan ajaran2 tsb. Eropa harus keluar dan mencarinya sendiri. Dan HANYA Eropa yang menerapkan pengetahuan tsb, baik dibidang sains maupun politik
Mengkontradiksi tesis “An Islam of Lights (Sebuah Islam yang Penuh Terang),” Sylvain Gouguenheim membuktikan bahwa pengetahuan Yunani Kuno tidak pernah benar2 menghilang dari Eropa; dan bahwa orang2 Arab yang menerjemahkan teks2 ini BUKAN MUSLIM ! Kita mengucapkani selamat pada Mr. Gouguenheim karena tidak takut utk mengingatkan kita bahwa dunia Kristen abad pertengahan merupakan warisan dari Atena dan Yerusalem.
http://boredmelo.wordpress.com/2008/04/ ... nt-michel/
''Aristote au Mont Saint-Michel” (Editions du Seuil), membuktikan bahwa Islam TIDAK DAPAT DITEMBUS oleh pemikiran Yunani, bahwa karya terjemahan pertama dunia Arab kedalam Latin bukan hasil karya “Islam” tapi bangsa Arab ARAM dan KRISTEN, dan bahwa terjemahan Aristotel dimulai di biara Mont (Gunung) Saint-Michel di Perancis 50 tahun sebelum keluarnya versi-versi Arab di Spanyol jajahan Moor.
Gouguenheim mengatakan bahwa Bait al-Hikmah yang diciptakan oleh Abassid di abad 9, terbatas pada studi sains Quran saja dan bukan filosofi, fisika atau matematika, yang dimengerti dalam konteks pemikiran Yunani.
Katanya, karya-karya Aristotle tentang etika, metafisika dan politik tidak digubris dan tidak diketahui dunia Muslim, karena TIDAK KOMPATIBEL DENGAN QURAN. Eropa, katanya, “menyadari eksistensi teks2 Yunani itu karena Eropa mencarinya, bukan karena teks itu dipersembahkan (oleh Muslim) kepada mereka.”
[Untuk lengkapnya ttg Al-Ghazali yang menolak filosofi dan logika Aristotle, lihat http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... nd-t45519/]
Gouguenheim menyebut Biara Mont Saint-Michel, dimana teks2 itu diterjemahkan kedalam latin, “sambungan yang hilang (the missing link) dalam perjalanan filosofi Aristotel dari Yunani ke Latin.” Al-Farabi, Avicenne, Abu Ma’shar dan Averroes dianggap Gougenheim HANYA mendapatkan ajaran Yunani yang tidak kontradiksi dengan doktrin Quran.
TAMBAHAN dari wikipedia: http://fr.wikipedia.org/wiki/Aristote_a ... int-Michel
Menurut penulis, peradaban Muslim hanya mengalami Hellenisasi di permukaan saja: "Muslim2 Arab tidak pernah belajar bahasa Yunani, bahkan al-Farabi, Avicenna dan Averroes tidak tahu." Jadi, warisan budaya tua ini dilestarikan oleh Kristen2 Suriah, antara abad 4 - 7 dan juga diabad pertengahan oleh Barat, yang memang tidak pernah putus total dari sumber2 filosofi Hellenik (entah lewat jalur Latin maupun Bizantin), lewat karya Boethius atau lewat karya penerjemah2 Eropa yang terus dihadapkan pada teks orisinalnya.
Gouguenheim tidak mengecilkan sumbangan komentator2 Muslim (dari Avicenna ke Averroes ) pada Eropa, tapi kata Gouguenheim, orang Arab tidak membawa pengetahuan ke Eropa dan Eropa tidak berhutang budi pada mereka. Dgn kata lain, negara2 Islam bukan satu2nya channel transmisi pengetahuan tua. Spt pendahulu2nya, sejarawan Pierre Riche dan Jacques Heers, Abad Pertengahan di Barat bukan sebuah masa kegelapan yang sering dipercayai secara umum. Bahkan jaman Renaissance didahului oleh sebuah Renaissance Carolingian, dimana pengaruh pemikiran Yunani sudah sangat kuat.
Jadi, bagi Gouguenheim, transmisi langsung dari Bizantin lebih penting daripada yang disangka sebelumnya. Karena melupakan arus pengetahuan dari Byzantium dan Sicily ke Mont-Saint-Michel, kita terlampau mengelu2kan 'prestasi' Arab. Bukunya ingin meng-expose bahwa Eropa tidak pernah berhenti mengejar pengetahuan Yunani lewat kiblatnya ke Konstantinopel. Gougenheim khususnya menampilkan biarawan2 Mont Saint Michel (khususnya Jack Venice) yang menerjemahkan karya Aristotle dari Yunani ke Latin dan bhs Arab di Salermo, Sicily dan Toledo.
Penulis mencatat bahwa dari tahun 500-550, budaya Yunani tidak lagi digubris, namun demikian asal usul Kristen adalah Yunani. Gospel ditulis dlm bhs Yunani
dan para bapak pendiri gereja sangat mengakar dlm budaya Yunani. Aristotle baru populer kembali di abad 8 saat istana Charlemagne menggali kembali Aristotle dan Homer. Juga, setelah berkuasanya kaum Carolingian, kerajaan Jerman yang didirikan Otto I thn 962, budaya Yunani mulai mencuat kembali lewat Uskup Besar Bruno dari Cologne atau biarawati/akademisi, Hrotsvitha, yang keduanya menguasai bahasa Yunani.
Penulis mengatakan bahwa dari abad 12, biara Mont Saint-Michel, merupakan tempat penerjemahan karya2 penting dari bhs Yunani ke Latin.Maklum, jaman dulu tidak ada mesin photocopy, jadi setiap halaman, setiap buku harus ditulis tangan. Biarawan Jack Venice melakukan terjemahan dari thn 1127 - 1150. Kita juga tahu bahwa distribusi karya2 terjemahan ini sangat banyak jumlahnya: seratus manuskrip ttg ilmu fisika tersebar diseluruh Eropa, analisa posterior terdapat dlm 289 copy di Toulouse, dan tulisan2 ttg metafisika yang digunakan Thomas Aquinas dan Albertus Magnus.
Di Roma/Vatikan, buku2 Yunani itu juga diterjemahkan, perpustakaan Lateran me-redistribusi keseluruh Eropa copy2 buatan biara2 dan uskup2 (Reims, Lyon atau Le Puy), istana2 (Plantagenet), ducal (di Saxony). Bahkan ajaran Aristotle yang dianggap bid'ah-pun diterjemahkan.
Wilayah timur Kerajaan Romawi (Syria, Palestina) yang dijajah Islam (th 638 Yerusalem jatuh, Egypt 640, Afrika Utara, 647), menyimpan karya2 Kristen Syriac yang memiliki identitas budaya Yunani. MEREKA yang pertama membuat terjemahan dari Yunani ke Latin lalu kedalam Syriac dan dari Syriac baru ke bhs Arab.
(Ingat bahwa bhs Arab belum baku saat Quran turun dan saat itu Syriac merupakan lingua franca). Kebanyakan merupakan teks saintifik (termasuk medisin). Absennya konsep2 ini dari bahasa Arab juga mengakibatkan kesulitan dlm terjemahan.
Tesis kedua Gouguenheim adalah untuk menampik perbandingan 'masa keemasan Islam' dengan Jaman Enlightenment abad 8 di Eropa yang dikatakan sebagai sebuah 'abad kegelapan.' Ia juga menampik mitos harmoni Muslim dan non-Muslim di Andalusia. Ia juga melemparkan pertanyaan penting: megnapa Arab yg memiliki akses pada budaya Yunani tidak memanfaatkannya spt orang Eropa?
Pandang penulis ini sebenarnya tidak baru dan sudah dipaparkan oleh penulis spt Petrarch, tokoh literatur Italia abad 14 yang memberontak melawan mitos hebatnya terjemahan Arab atau Leonhart Fuchs thn 1535 yang memastikan bahwa Arab tidak mampu menciptakan apa2, tapi justru menjarah dan memporak porandakan budaya Yunani.