Syro-Aramaic dlm Quran: Quran=Liturgi Injil (SUDAH SELESAI)

ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Trims dulilah ... tapi giliran gua copas huruf Arab, yg keluar begini nihhh : "Excursus: On the Morphology of ~':J- I ~
(ma/ll /ta - mal/lyld!)"

Kumaha iyeee ????
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Halaman 124.

Ayat2 lainnya yg menggunakan kata Arab, yassara, juga harus diartikan sesuai dgn kata tsb

Qs44:58 : 58. Sesungguhnya Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.

Seharusnya menjadi : Sesungguhnya kami menerjemahkandsb

Lihat juga ayat2 Qs 54:17, 22, 32 & 40.

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Sbg istilah teknis, yassara tidak dapat diartikan sbg ‘mudahkan,’ mengingat Allah sudah memberikan Quran kpd Muhamad “khusus dalam bahasanya.” (Kurang mudah gimana lagi ---ali5196) Istilah itu jelas menunjukkan bahwa Qur’an dimunculkan sbg terjemahan dari Kitab-kitab (terdahulu). Kata ini pula lebih logis terdengar dlm ayat tsb. diatas.

Kenyataan bahwa Qur’an tidak menganggap diri sebagai wahyu langsung, ditegaskan dalam Qs42:51:

Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.


Kata akar Arab waha—yang dalam kalimat diatas menjadi awha—dalam bahasa Arab berarti to give, to inspire, to reveal (=memberi, menginspirasi, mengungkapkan). TAPI karena kata itu merupakan pinjaman dari kata akar Syro-Aramaic hawwi, maka artinya bisa diperluas lagi menjadi “to show, to indicate, to present, to announce, to communicate, to teach (=menunjukkan, mengindikasi, menyampaikan, mengumumkan, mengkomunikasikan, mengAJARKAN).

Oleh karena itu semua ayat Qur’an yang mengandung ekspresi2 tsb sebaiknya ditinjau kembali artinya dan diperiksa lagi kata akarnya dalam Syro-Aramaic.

PLUS, rasul tidak otomatis berarti malaikat, tetapi seseorang (dikirim Tuhan), entah seorang utusan atau misionaris, yang Qur’an biasanya menyebutkan sebagai nabi Islam.

Oleh karena itu, ayat diatas harus diartikan sbb:

With no man has God ever (directly) spoken except through inspiration or behind a curtain or in that he send a messenger who, with His permission, teaches (him or communicates to him) what He wants.
(Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata langsung kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang rasul yang, dengan ijinNya, mengajarnya (atau berkomunikasi dengannya) apa yang Dia kehendaki. )

NAHHH, dengan kata-kata yang jelas secara linguistik ini, Qur’an memberikan indikasi jelas tentang bahasa yang diakuinya sebagai bahasa Kitab-kitab (terdahulu) yang esensial bagi kelahirannya (Qur’an). Dengan bahasa yang untuk pertama kalinya disebut bahasa”ARAB”, Qur’an jelas ingin agar bahasa (Arab) tsb yang norma-normanya baru dibentuk 200 tahun kemudian, dapat dimengerti dengan jelas. Inilah alasan kami menguak misteri dibelakang bahasa Qur’an---yang jelas merujuk kepada istilah q e r y a n.
saia
Posts: 1355
Joined: Mon Oct 05, 2009 2:50 am
Location: Di seberang ka'bah mengamati kerumunan manusia dungu

Re: BAG I Teks Syro-Aramaic Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by saia »

Kerrrreeeeeennnnnnn Broo

Lanjutkan .... tapi ini kok saia donlod, error mulu ya?? hiks :-k
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

SURAT 108 : al Kawtar (hal 292)
[Mengapa kami membahas Surat ini nanti dapat dilihat dibawah nanti di bagian Christian Epistolary Literature in the Koran ]

Kawtar atau Kawthar dalam legenda Islam oleh nabi sendiri dikatakan sebagai sebuah sungai (atau kolam) di Surga yang dimaksudkan baginya (ibn Hisham hal 29=61 & tabari, Tafsir XXX 179). Menurut pandangan kemudian (lihat AHwal al-Qiyama, ed Wolff, hal 107), semua sungai surga mengalir ke Hawd al-Kawthar yang juga disebut Nahr Muhammed.

Surat pendek ini ternyata telah membuat pusing tujuh keliling para akademisi Qur’an baik di Timur maupun di Barat. Bahkan Tabari (XXX 320-330) mencoba menafsirkannya dalam 11 halaman. :rolleyes:

Q 108:1: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Atau dalam bahasa Arabnya : inna a ‘taynaka l-kawtar

PADAHAL ayat (1) :al-kawtar sebenarnya adalah terjemahan dari kata Syro-Aramaic kuttara (=constancy, persistence, steadfastness/konstan, keteguhan, kegigihan), yang merupakan bentuk nominal dari kata kerja kattar (=to persevere/berupaya keras).

Kata Syro-Aramaic ini juga muncul dalam Surat 20:33,34 : kay musabbihaka katira/ wa-nadkuraka katira, yi supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau.

Dalam versi Indonesia diatas diterjemahkan sebagai ‘banyak’ tapi dalam bahasa Syro-Aramaic/Inggrisnya diterjemahkan sebagai “that we may constantly glorify Thee and make constantly remembrance of Thee.”

Seharusnya bentuk kata tidak lazim dalam bahasa Arab ini; kawtar, mengundang kecurigaan para akademisi. Bukan juga kebetulan bahwa kata kawtar dlm bahasa Arab tidak pernah berarti “banyak.” Dan sampai sekarangpun dalam bhs Syro-Aramaic, kata ‘kawtar’ (=konstan) berarti sungai di Surga dan digunakan sebagai nama wanita, “Constantia.”

Jadi ayat tsb bunyinya seharusnya :
Qs 108:1: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (nilai-nilai yang) konstan.

AYO KITA LANJUTKAN KE AYAT 2.

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
fa-salli li-rabbika wa-nhar

Begitu juga dengan ayat ini. Kata salli diatas dipinjam dari Syro-Aramaic salli (=solat/berdoa).

Jadi kata kini diterjemahkan secara benar. No problem. Tapi kata selanjutnya,wa-nhar, disalahartikan sebagai berkorban. Akar katanya adalah ngar (=to wait, to hold, to persist/menunggu, menahan, berteguh). Jadi seharusnya harus diartikan sebagai persist in prayer (=teguh dalam doa).

Jadi lebih masuk akal kalau ayat diatas berbunyi : Maka dirikanlah shalat ... dan berteguhlah (dalam shalat)

Qur’an sendiri juga menggunakan kata dengan kata akar yang sama, sabar (Arab) dari saybar (Syro-Aramaic) dalam Q19:65 (maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya) dan Q 20:132 (Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya). Lihat juga Q 70:23.

LANJUT KE AYAT 3, YUKkkk !

3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
inna sani’aka huwa l-abtar

Kata sani’aka (=pembencimu/musuhmu) adalah adaptasi dari kata Syro-Aramaic sanak yang selalu merujuk kepada SETAN, bukan manusia. Jadi ayat diatas salah terjemahannya !

Ini LOHHhhhh seharusnya bunyi Q108:1-3:

1. We have given you the virtue of constancy
2. So pray to your Lord and persevere (in prayer)
3. Your adversary (the devil) is then the loser.”

(1. Kami memberimu nilai-nilai kegigihan
2. Maka dirikanlah shalat dan berteguhlah
3. maka Musuhmu (setan) adalah yang kalah.


Christian Epistolary Literature in the Koran
(Literatur Epistle/Ayat2 Injil Kristen dalam Qur'an)
hal 300

Nah, inilah alasan mengapa kita membahas ayat diatas.

Surat singkat tsb didasarkan pada liturgi Kristen Syria karena bentuknya sangat mirip dengan doa terkenal yang digunakan dalam compline (=doa malam) agama Roma Katolik yang ritual sembahyang dulu (dan bahkan masih dilakukan sekarang di biara-biara) mencakup doa LIMA kali (pagi, siang, sore, malam, subuh).

Image
Sebuah monasteri Benedict sedang melakukan doa Vespers
http://en.wikipedia.org/wiki/Compline
http://en.wikipedia.org/wiki/Liturgy_of_the_Hours
Current usage focuses on three major hours and from two to four minor hours:
- Lauds or Morning prayer, major hour
- Daytime prayer, which can be one or all of: Terce or Mid-Morning, Sext or Midday, None or Mid-Afternoon Prayer
- Vespers or Evening Prayer, major hour
- Compline or Night Prayer

Lihat First Epistle General of Peter, Bab 5, ayat8-9 (menurut Psitta):
8. “Wake up (brothers) and be vigilant, because your adversary the devil, as a roaring lion, walketh about, seeking whom he may devour: 9 Whom resist steadfast in the faith.”[/i]
(8 Bangunlah (saudara) dan sigaplah, karena musuhmu, setan, seperti singa yang mengaum, berjalan-jalan, mencari siapa yang bisa dimakannya: 9 siapa yang teguh dalam agama.)

Jadi yang dimaksudkan dengan musuh dalam Surat 108 BUKAN musuh nabi Muhammad, melainkan SETAN. Teks ini jelas adalah dari jaman pra-Qur’an. Qur’an dengan demikian adalah bagian dari buku liturgi Kristen dari ‘periode Mekah pertama.’ Kata ganti kedua, ‘kamu,’ dalam Surat ini dan Surat2 lain tidak otomatis menunjuk kepada nabi. Adalah kebiasaan dalam buku-buku liturgis utk merujuk kepada pembaca (pengikut agama) dalam kata ganti kedua.

Seperti juga dalam compline (doa malam) Gereja Katolik Roma, kita dengan mudah bisa membayangkan ketiga ayat ini sebagai sebuah pendahuluan bagi doa Syro-Aramaic. Penerjemah Qur’an (Richard Bell) curiga apakah Qs108 tidak juga merupakan fragmen dari Qs74, karena beserta dengan Qs73, Qs108 ini mirip dengan seruan bagi doa pagi (= doa2 vigil) mirip dengan doa-doa biara Katolik.

(Qs73:1-2: Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari…
Qs 74:1-2 : Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah peringatan! …)
Last edited by ali5196 on Wed Aug 31, 2011 5:29 pm, edited 4 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Qs 96

Satu lagi contoh bagus adalah Qs 96 yang sering disalah-artikan. Judul Surat itu, al-Alaq yang diartikan sebagai “gumpal darah.”

Menurut tradisi, Surat ini dianggap sebagai permulaan wahyu kepada nabi yang disampaikan Jibril di Goa Hira. Jibril, demikian menurut legenda Islam, mencekik Mamad dan memaksanya utk membaca.
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
iqra b-ismi rabbika l-ladi halaq


Kata qara’a ini jelas dimpinjam dari Syro-Aramaic (qra) yang berarti : membaca. Peninjauan kembali anak kalimat iqra bi-smi rabbika sangat penting mengingat Surat ini dianggap sebagai permulaan diturunkannya wahyu.

Ahli Qur’an Barat menunjuk kepada ekspresi dalam Injil Ibrani qra b-sem Yahwe yang diterjemahkan sbg “proklamirkan nama Tuhanmu.” Ahli bahasa Arab, Abu ‘Ubaida, mengatakan bahwa qara’a sama artinya dengan dakara (=memanggil/menyebut). Dlm bhs Syro-Aramaic,qra b-sem marya berarti Sebutkan dalam nama Tuhanmu!” Ini digunakan dalam permulaan sebuah doa dan inilah yang kemudian diganti dalam Qur’an menjadi bi-smil-lah rahman rahim (=Dalam nama Allah dsb).

Jadi mengingat konteks Surat diatas, tidak tepat kalau kita mengartikan ayat 1 diatas sebagai ‘membaca dari sebuah buku.’

OLEH KARENA ITU, TEORI BAHWA MUHAMAD DISURUH MEMBACA OLEH JIBRIL DI GOA HIRA ADALAH SALAH ! Ini hanyalah legenda tradisi Arab yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Surat diatas hanyalah sebuah panggilan untuk berdoa.


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
(halaqa l-insana min 'alaq)


Kata 'alaq dalam ayat diatas diartikan sebagai segumpal darah. Kata itu berasal dari kata kerja 'alaqa = to stick, to cling/menempel, dan kata bendanya juga 'alaqa = leech/lintah. Oleh karena itu, arti 'segumpal darah' dalam ayat diatas haruslah diragukan. Menurut Syro-Aramaic dlm Thesaurus (II 2902), aloqa (yg menjadi pinjaman bagi kata Arab alaqa) berarti entah 'lintah' atau 'tanah liat' atau 'adonan yg menempel pada tangan.'

Dengan demikian, ekspresi 'alaq bisa dijelaskan karena artinya, “melekat/lengket,” memang digunakan Qur'an dlm hubungannya dengan “tanah liat”, spt dalam Qs 37:11 : we have created you out of sticky clay (sticky
dlm bhs Arab =lazib). Tapi dalam versi bahasa Indonesianya hanya diterjemahkan sebagai ‘tanah liat,’ dan bukan sebagai ‘tanah liat yang melekat’, yi Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.

Qur’an menggunakan ekspresi yang sinonim agar bunyinya terdengar serasi spt sajak dengan ekspresi ‘min alaq’, yang dlm bhs Arab berarti sesuatu yang melekat = tanah liat yang melekat.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
(iqra wa-rabbaka l-akram)


idem ayat 1. 'Baca' harusnya 'Sebut' !

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
[1589. Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.]

(al-ladi ‘allama bi-l-qalam)


Karena Tuhan mengajari manusia bi-l-qalam, “dengan pena daun kalam,” maka kiasan ini masuk akal kalau artinya sebenarnya adalah “pengetahuan yang diturunkan lewat al-kitab (injil).”

http://everything2.com/title/Calamus
Calamus, the reed pen which the ancients used in writing, made of the stem of a reed growing in marshy places, of which the best were obtained from Egypt. The stem was first softened, then dried, and cut and split with a knife, as quill pens are made. To this day the Orientals generally write with a reed.

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(allama l-insana ma lam ya ‘lam kulla)


6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas
(al-insan la-yat ‘a)


Ayat diatas seharusnya berbunyi Sesungguhnya manusia benar-benar LUPA !
Penjelasannya PUANJAAAAANg sekali, dari halaman 306-312 ... om ali5196 sampe puyeng. Silahkan baca sendiri !

7. karena dia melihat dirinya serba cukup.
(in ra-hu stagna)


Juga, karena salah baca kata sambung …[…] ayat 6-7 seharusnya dibaca : 6. Sebenarnya, manusia lupa 7. ketika ia melihat dirinya menjadi serba cukup.

8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
(anna ila rabbika r-rag‘a)


Seharusnya dibaca : bahwa ini(=kekayaan) harus dikembalikan kepada Tuhanmu.
Jadi .... kekayaan dan bukan dirimu yang harus dikembalikan kepada Tuhan.

9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang
(a-rayta l-ladi yanha),


Seharusnya : Jika kau melihat orang yang melarang

10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
(‘abdan ida salla)


11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran
(a-rayta an kana ‘ala l-huda)


12. atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
(aw amara bi-taqwa)


13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
(a-rayta an kaddaba wa-tawalla)


14. Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?

15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
(a-lam ya‘lam bi-annA llaha yara kulla)

Ubun2 diatas adalah hasil terjemahan yang salah. Arti sebenarnya adalah opponent, adversary/oposisi, musuh. Jadi seharusnya dibaca: Jika ia tidak berhenti, niscaya kami akan hukum musuh (dengan keras).

16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka
(l-en lam yantahi la-nasfa‘an bi-n-nasiya).

musuh yang mendustakan lagi durhaka.

17. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
(fa-l-yad‘u nadiya-hu)

Maka biarlah dia memanggil dewa-dewanya (idols, impure ones)

18. kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah [1592] Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka.
(sa-yad‘u z-zabaniya)


As-zabaniya/Zabaniyah sampai sekarang masih dianggap teka teki. Tapi kata itu berasal dari kata Syro-Aramaic zabnaya yang berarti transitory, not eternal/sementara, tidak abadi. Jadi konteksnya tepat sekali : dewa-dewa yang tidak abadi dari musuh yang durhaka. Jadi ayat diatas seharusnya : … ia (hanya) akan memangil (dewa) tidak abadi

NAHHHH ... DAN INILAH AYAT YANG PALING DAHSYAT ... YG SAMPE MENGAKIBATKAN PENULIS BUKU INI SAMPE MENERIMA ANCAMAN PEMBUNUHAN. SIMAKLAHHH !!!

19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)
(wa-sgud wa-qtarib)


Kata kerja sujud = iqtarab (bhs Arab) = etqarrab (Syro-Aramaic) yang menurut Thesaurus (II 3724) berarti “spec.celebrata est liturgia” (merayakan liturgy); “it. Eucharistiam accepit” (untuk MENERIMA EKARISTI) (!!!)

Mereka yang SHOOOOCKKKKKatas arti diatas silahkan merujuk kepada disertasi dalam bahasa Arab, “Religious Customs and Rites Among Christian Arabs Before Islam,” (=Adat dan Upacara Agama oleh Arab-Arab Kristen Sebelum Islam.) (Sayangnya penulis buku menunjuk kepada footnote yang nomornya salah cetak dan bang ali5196 tidak berhasil menemukannya. Kalau ada yg bersedia bantu mencarinya dalam buku itu dalam halaman google di halaman depan post ini, silahkan. Be my guest. And thanks sebelumnya)

Jadi menurut ulasan diatas, Qs 96 adalah sebuah panggilan untuk mengikuti liturgi Kristen yang kemudian oleh tradisi Islam diganti dengan fatiha atau ptaha (Syro-Aramaic) yang berarti doa pembuka. Dari akhir ayat tsb juga diketahui bahwa liturgi ini adalah sebuah Communion/Komuni/Pengambilan hosti=roti Kristus/Ekaristi.

Kalau tradisi Islam menganggap Surat ini sbg Surat paling tua, maka masuk akal bahwa Surat ini adalah nucleus/asal muasal Qur’an, atau berasal dari budaya pra-Qur’an. Keyakinan bahwa Surat ini adalah yang pertama yang diwahyukan kepada nabi kemungkinan didasarkan pada legenda belakangan yang tumbuh akibat salah tafsir ayat pembukanya. Juga, mengingat bahwa bahasanya misterius dan penuh teka teki, maka jelas bahwa ini berasal dari jaman pra-Qur’an.

Salah satu ekspresi penuh teka teki adalah iqtarab yang dipinjam dari kata kerja Syro-Aramaic etqarrab. Sebagai sebuah istilah teknis dari liturgi Syria Kristen, kata ini memberikan sebuah teropong kedalam asal mula, bukan saja bagian2 paling tua Qur’an, tapi juga sejarah agama. Kata ini membuka mata kami pada sebuah paralel dalam—apa yang dianggap sebagai Surat yang turun paling akhir--- Qs 5 (al Maa’idah) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘hidangan,’ tapi dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan sebagai ‘The Table’ (=meja). Sampai sekarang paralel ini dari segi sejarah sangat penting tapi tidak diacuhkan.

Lihat Qs5:114. Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami … ".

Dan ---- hari raya dlm bhs Syro-Aramaic diterjemahkan sebagai LITURGI (!!!!!!!!!) **)

-----
Catatan kaki : **) arti sebenarnya id = hidangan, datang dari Syro-Aramaic ida/yada. Menurut Thes II 2827: yada = ritus, caeremonia (ritual/upacara)
-------

“Religious Customs and Rites of Christian Arabs Before Islam” mengacu kepada karya kompilasi bhs Arab, Kitab al-Agani (vol II 107) dari Abu l-Farag al-Isfahani (w.356H/967M) yang melaporkan tentang ‘Adi ibn Zayd (w.590M) dan Hind bint an-Nu‘man (w.602M) bagaimana mereka pada hari Maundy Thursday (=hari Kamis sebelum Paskah hari Minggu) masuk kedalam gereja al-Hira (di barat daya Sungai Efrat di Irak sekarang) mengadakan li-yataqarraba = mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi (atau menerima Ekaristi).

Dalam Kitab al-Agani (Book of Songs/Buku Lagu-lagu), Abu l-Farag al-Isfahani (w.967) mengutip penyair Kristen Arab pra-Islam, ‘Adr ibn Zayd, yang hidup di Al-Hira, dimana pada hari Maundy Thursday ia pergi ke gereja al-Hira untuk li-yataqarrab (=merayakan Ekaristi), ia ingin melihat Hind, puteri raja terakhir Lahmid dari al-Hira, an-Nu‘man III (580-602) yang juga pergi ke gereja tsb untuk tata-qarrab (=merayakan Ekaristi). Istilah ini juga masih digunakan oleh Kristen2 Arab di Timur Tengah dan Turki.

Jadi, istilah liturgis ini sudah didokumentasi secara histories dalam abad 6 oleh orang Arab sebagai istilah eklesiastik dari Arab2 Kristen Syria dan Mesopotamia (=Irak).


Jadi Qs tsb isinya lebih masuk akal dan kedengarannya juga lebih 'mengalir', kalau dibaca begONO NOH, seperti seharusnya :

1. Sebutkan dalam nama Tuhanmu!

2. yang telah menciptakan manusia dari tanah liat yang melekat

3. Sebutlah Tuhanmu Yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (yi INJIL !)

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

6. Sesungguhnya manusia lupa

7. ketika ia melihat dirinya menjadi serba cukup

8. bahwa ini(=kekayaan) harus dikembalikan kepada Tuhanmu.

9. JIka kau melihat orang yang melarang

10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat,

11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran

12. atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?

13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?

14. Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya ?

15. Jika ia tidak berhenti, niscaya kami akan menghukum musuh (dengan keras),

16. musuh yang mendustakan lagi durhaka

17. Maka biarlah dia memanggil dewa-dewanya,

18. ia (hanya) akan memangil (dewa) tidak abadi

19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; maka lakukanlah liturgi dan ambillah bagian dalam Ekaristi.


Image
Last edited by ali5196 on Thu Mar 04, 2010 4:38 pm, edited 17 times in total.
User avatar
I Want You
Posts: 2321
Joined: Thu May 07, 2009 2:20 pm
Location: Serambi Yerusalem
Contact:

Re: BAG I Teks Syro-Aramaic Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by I Want You »

wow :stun: :stun: , mantab banget ulasannya ! =D> =D> =D>


lanjut dongg .......... :green: :green: :green:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

... SHoocckkk :prayer: :prayer:
Last edited by ali5196 on Sun Mar 21, 2010 6:54 am, edited 1 time in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Re: BAG I Teks Syro-Aramaic Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by ali5196 »

Image
Kau kaget ? Paus Benedict saja SHOOOOooock ketika Muslim pada antre mau mengambil bagian dalam Ekaristi ! LOLLL !!
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

RESUME hal 326

Sejarah dan pengaruh bahasa Aram (Aramaic) dalam proses pembuatan Qur’an tidak banyak diakui, walau berperan sebagai mediator antara budaya Aram yagn berusia lebih dari 1000 tahun dan budaya Arab yang merupakan sempalannya.

Catatan kaki : Adanya huruf2 Syro-Aramaic dalam Kodex2 Quran dini dalam gaya bahasa Higazi dan Kufi merupakan bukti bahwa Qur’an dini ditulis dalam Garshuni/Karshuni (yi Arab dgn buruf Syriac)
[…]
Yang dimaksud dgn al-injil dalam Qur’an adalah Diatessaron dalam bahasa Syriac, atau yg dinamakan dengan Injil Harmoni (Gospels Harmony), sebuah disposisi kronologis dari empat injil yang disusun oleh orang Syria, Tatianus, kemungkinan dalam pertengahan abad kedua. (Jan MF van Reeth dalam essaynya “Le Coran et ses scribes” dalam Acta Orientalia Belgica, […] 2006)


I. Bahasa Qur’an

Para filolog Arab sendiri sadar bahwa bahasa yang disebut Arab dalam Qur’an berbeda secara esensial dari bahasa Arab klasik yang datang belakangan, yaitu yang disebut dengan ‘Arabiya. Studi ini menunjukkan bahwa, asumsi adanya sebuah dialek bhs Arab yang digunakan di MEKAH oleh suku Quraysh, adalah salah. Bahasa ini sebenarnya adalah bahasa campuran Aram-Arab. Bukan hasil studi ini saja yang mengantar pada kesimpulan demikian. Dlm sejumlah hadis kami temukan istilah-istilah dalam bahasa Aram yang sering disalahartikan atau tidak dapat diterjemahkan dalam bahasa Arab.

ASAL USUL MEKAH

Ini membawa kita pada asumsi bahwa MEKAH DULUNYA ADALAH KOTA YANG DIHUNI ORANG ARAM. Ini dibuktikan oleh kata ‘Mekah’ yang tidak dapat dijelaskan artinya secara etimologis dalam bahasa Arab. Tapi kalau kita melihat kata akarnya dalam bahasa Syro-Aramaic, maka dari kata mak/makk yang berarti rendah, kita mendapatkan kata sifat makka (maskulin) atau makkta (feminin). Secara topografis, kata sifat ini menunjuk pada sebuah tempat yang berlokasi disebuah kawasan yang letaknya rendah atau disebuah lembah, PERSIS SEPERTI MEKAH (!!). Bertentangan dengan kata rama[/]i (maskulin) atau ramta (feminin yg berarti tinggi, atau sebuah tempat yang terletak disebuah gunung, lembah atau petinggian).

Thesaurus (II 2099pf) memberi kita ekspresi dukkyata makkata yg berarti agri minoris pretii (tanah pertanian yang berkualitas rendah). Ini mengkonfirmasi Qs 14:37 dimana nabi Ibrahim mengatakan :

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)

Jadi, kedua arti dalam bahasa Syro-Aramaic ini menunjuk pada Mekah dan bahwa pada jaman dulu (pra-Islam), Mekah adalah sebuah tempat orang2 ARAM.

Dalam Qs 3:96, nama kedua Mekah diasumsi sebagai Bakkah. Tapi ini merupakan suatu salah terjemahan.

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia

Para penerjemah Qur’an mengikuti tafsir Tabari (IV 9f), dimana kata yang tidak dapat dijelaskan oleh bahasa Arab ini, diasumsi sebagai Mekah. Tabari secara etimologis menunjuk pada kata kerja Arab ‘bakka’ (=mendorong, menekan) yang menunjuk pada distrik Ka’bah dan sekitarnya, dimana para pehijrah saling mendorong untuk mengelilinginya. Nama Bakka oleh karena itu, menurut Tabari, menunjuk pada Ka’bah dan Makka menunjuk pada rumah2 disekitarnya, atau kota itu sendiri (Mekah).

TAPIIII Bakkah adalah hasil salah baca. Kata akarnya dalam Syro-Aramaic seharusnya adalah taykeh , atau dlm bahasa Arab, tayyakahu, yang berarti ‘mengelilingi (dengan tembok).’

Jadi Qs 3:96 seharusnya dibaca :

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah yang Ia pagari (dikelilingi dengan tembok) sebagai yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia

Ini konsisten dengan ayat berikutnya, Qs 3:87, yang mengatakan bahwa tempat tinggal/residensi (m-qama = yang dalam versi Indonesianya diterjemahkan sbg MAKAM) Abraham, berlokasi di distrik ini dan siapapun memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.

Sementara itu, asal usul Aram Medinah juga sudah diidentifikasi oleh S. Frankel (Aramaeische Fremdwoerter 280). (sayang dibuku ini tidak ada keterangan lebih lanjut tg asal usul Aram Medinah.---ali5196)

Menurut Qs 2:47, Qur’an secara nyata memberi nabi tugas utk memproklamirkan pesan Qur’an kpd ummul Qura (metropolis yang dinamakan Mekah) dan penduduk sekelilingnya. Versi Indonesianya menambahkan dalam tanda kurung : negeri-negeri.

[7. Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya[1339] serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.]

Jadi Qur’an ditulis untuk orang-orang Arab (pada tempat tertentu), dalam bahasa yang ada pada jamannya dan BUKAN bagi orang-orang Arab yang bahasanya berbeda 150 tahun kemudian. Inilah mengapa orang-orang Arab kemudian tidak lagi dapat menerjemahkan Qur’an dalam bahasa Arab (modern) secara sempurna. […]


II Tradisi Lisan

Dengan adanya begitu banyak kesalahan dalam membaca dalam ayat2 Qur’an, kita harus mempertanyakan otentisitas tradisi lisan arab. Manuskrip2 Qur’an dalam tulisan Arab yang defektif (tanpa tanda-tanda vokal) jelas menunjukkan bahwa tanpa tradisi lisan yang bisa dipercaya, teks macam itu tidak akan mudah ditebak, bahkan oleh para ahli sekalipun. Oleh karena itu bisa dimengerti bahwa pelaku2 exegetes dan filolog Arab yang dari generasi ke generasi mencoba mengupayakan pembacaan Qur’an yang koheren, tidak mampu menjalankan tugasnya karena mereka menerjemahkan sebuah teks tua kedalam bahasa yang baru distandardisasi pada pertengahan abad 8. Ini menjelaskan mengapa ada begitu banyak salah baca dan salah tafsir dlm Qur’an.

Ini akan berdampak besar pada Studi Qur’an. Selama ini exegesis Qur’an di Barat
maupun di Timur dimulai dari asumsi sejarah secara salah. Ini terbukti dari, paling tidak, terjemahan2 Qur’an di Barat, yang pelakunya tidak dapat menerjemahkan kata2 aneh dalam Qur’an dengan bahasa Arab yang terbatas.


III Filologi Arab[…]

Para filologis Arab mendasarkan refleksi mereka pada Qur’an sebagai monumen tertulis pertama dan juga pada sajak Arab Tua (Old Arabic poetry). Sajak-sajak tsb tidak diabadikan dalam tulisan dan hanya didasarkan pada tradisi lisan nomad2 Arab yang, di-asumsi telah mengabadikan tanda hamza, tanda henti pada posisi tengah atau final, sejak jaman prasejarah.

Sementara itu, kita juga asumsi bahwa tanda hamza dan alif dalam teks Quran dimasukkan belakangan, berdasarkan pada tradisi lisan dan hebatnya ingatan orang2 Arab, apalagi menyangkut ayat2 kitab suci mereka. Tapi sampai sekarang tidak ada satupun orang yang berani secara serius menyidik kecurigaan apakah teks Qur’an tidak didistorsi dengan peletakan tanda2 vokal dan titik2 diakritik (diacritical points—pada huruf2 Arab gundul) yang salah.

Karl Vollers, misalnya, dalam kesimpulan karyanya, Volkssprache und Schriftsprache im alten Arabien (184), percaya bahwa “cara bahasa Qur’an, yang didasarkan pada imitasi, dipuji sebagai ‘Arabiya (bahasa Arab) asli harus dinyatakan oleh sejarawan sebagai pemalsuan.” Bentuk Qur’an dalam edisi kanonis Kairo-pun, kalau dibaca dengan benar, sudah cukup untuk membawa kita pada kesimpulan itu.


IV Kesalahan Historis
Jadi … kesimpulan dari studi ini adalah bahwa transmisi lisan teks Qur’an (lewat isnad-isnad) yang bisa dipercaya hanyalah legenda belaka. Mengingat bahwa para ahli bahasa Arab dan para ahli tafsir bisa salah dalam membaca ekspresi kata-kata Arab tulenPUN, maka jikapun tradisi macam itu pernah eksis, maka tradisi itu pernah di-interupsi sejak dini. Atau (konklusi lebih buruk lagi): tradisi itu memiliki kesenjangan-kesenjangan panjang.



V Pengartian Baru Qur’an
Jika analisa filologis dengan kriteria obyektif diatas menunjukkan bahwa teks Qur’an telah di salah-baca sampai pada tingkat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, maka konsekwensi yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa kini diperlukan sebuah pengartian fundamental baru dari Qur’an. Hasil dari studi ini bisa dijadikan acuan bagi upaya ini. Lexicografi Syro-Aramaic bukan saja genting bagi bukti adanya jejak2 Aramaisme (Syriakisme) tapi juga menentukan perbendahraan kata Qur’an. Jadi tidaklah terlalu mustahil bahwa dengan karya kami ini terbuka jalan bagi terbentuknya sebuah Qur’an baru.


SELESAEEE ... AMINNN !! :partyman:
kufirandproud
Posts: 527
Joined: Tue May 26, 2009 1:41 pm

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by kufirandproud »

=D> =D> =D> :prayer: :prayer: :prayer: bang ali mantap deh bacaannya.
dapet pencerahan nih saya.mo nanya tampaknya cm ayat2 mekah doang yah diduga banyak kesalahan baca???
kalo begitu,jadi sebenernya ada 2 penulis:
1. ayat mekah,dibuat oleh para penginjil yg menginjili negara arab.jadi bukan org arab yg nulis
2. ayat medina,dibuat oleh org arab asli.(yg barbar gila biadab sadis dll)
semoga muslim pada liat nih forum.jangan kabur tutup mata dong slim!!!!
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by iamthewarlord »

thread ini benar2 keren, terimakasih bang Ali.. :partyman:
DianAZ
Posts: 341
Joined: Wed Mar 01, 2006 4:05 pm

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by DianAZ »

Untuk yang mau download Syro-Aramaic Reading of the Kuran dengan gratis dan pasti berhasil ambil dari sini:
http://www.mediafire.com/?ijzyygkmtnz

Untuk Saudara Ali196,
Saya sangat salut atas kerajinan dan kemampuan Anda untuk menyediakan kami terjemahan ringkasan dari buku yang dijuliki oleh banyak ahli sebagai buku "yang tidak bisa terbaca." =D> =D> :goodman:

Bagi kalian yang belum melihatnya (membacanya), buku ini benar-benar suatu hasil riset yang luar biasa. Dari hasil tulisan Profesor Luxenberg (nama samaran) ini, kita bisa katakan bahwa ia tentunya bukan sekedar ahli bahasa Aram dan Arab, tapi tentunya beliau menguasai pengertian agama Islam dengan baik. Jadi jika kita mengerti ini, maka kita bisa berbangga memiliki sobat seperti Saudara Ali196. Kemampuan menterjemah dan menulis ulang (untuk enak dibaca) dan kerajinan Sdr Ali patut dihargai.
Sdr Ali... jika saya tahu dimana kamu tinggal, hari ini juga saya traktir kamu makan di sebuah restoran "all you can eat," saya serius. TUHAN memberkati pekerjaanmu! :goodman:

Jika terjemahan buku ini bisa terbaca oleh orang-orang Islam di Indonesia, saya bisa bayangkan bahwa Indonesia dalam sedikit waktu (10 tahun kebawah) tidak lagi negara muslim terbesar di dunia. Jadi kita perlu mencetak terjemahan ini dan membagi-bagikannya ke pulau-pulau di Indonesia.

Tentang Kuran yang bersumber dari bahasa Syro-Aramaic ini. Sebelum saya membaca buku yang menghebohkan ini, dari referensi2 yang ada di FFI ini dan sejarah Order Islamic Assassin abad 100 (menjanjikan 72 perawan bagi yang mati demi Allah-Muhammad) saya telah punya pemikiran bahwa Kuran yang ada sekarang ini pastilah bukan hasil karya nabi Muhammad, bahkan juga buka murni kumpulan surah-surah karya kalip ketiga atau keempat, melainkan hanya ratusan tahun yang lalu. Hal ini akan lebih jelas lagi jika kita mempelari "Injil Barnabas" (buku ciptaan abad 16) yang sangat disukai oleh orang Islam, yang menurut Injil sesat ini dikatakan bahwa "Yesus berkata bahwa Muhammad adalah Mesias atau al-Masih yang akan datang." - dari buku ini orang Islam punya pengertian bahwa "Muhammad lebih hebat dari Yesus" atau "Muhammad nabi terakhir dan penyempurna kitab-kitab sebelumnya."
Terbukti bahwa Islam sesungguhnya bukan AGAMA tapi KEKUATAN POLITIK yang memakai kedok agama, hal ini bisa kita lihat bagaimana Muhammad menggembangkan "agamanya" semasa ia masih hidup: dengan pedang dan ancaman.

Saya berharap apa yang Sdr Ali (dan teman-teman kerjanya) telah kerjakan di FFI tidak sia-sia, tidak hanya menjadi pemuas mata non-Islam, tapi juga bisa diteruskan kepada orang-orang Islam lainnya yang mata-rohaninya masih dibutakan oleh Setan.
Di Bandung tahun 1980an, agama Islam telah dikenal dikalangan mahasiswa sebagai agama PALSU, alasannya ialah: "Islam dinyatakan oleh pengikutnya sebagai agama damai dan Allah Islam sama dengan Allah Israel dan Kristen, namun prakteknya sangat membenci kedua agama tersebut."
Orang Islam sadarlah, bahwa Kuran hanyalah penggembangan pikiran dari para manusia yang haus darah dan kekuasaan, seperti pemimpin mafia atau gang liar lainnya. Anda dijanjikan sesuatu yang mengiurkan 72 perawan, rampasan harta, membunuh 'kafir' sesungguhnya bukan untuk keuntungan Anda (masuk sorga), tetapi untuk kejayaan pemimpin Mafia tersebut, pikirkanlah baik-baik masa depan Anda. Ingatlah hidup hanya sekali, setelah itu Pengadilan. Anda berharga di mata TUHAN

Baca ini: http://www.historynet.com/holy-terror-t ... sins.htm/1
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

tenkyu atas pujiannya. Tengkyu juga atas ajakan makan. Suatu hari, kita anak2 FFi pasti akan kumpul2 dan makan 'All you can eat.' Bayarin gua yah ?
karaskalo
Posts: 559
Joined: Thu Sep 25, 2008 2:09 am

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by karaskalo »

ali5196 wrote:Suatu hari, kita anak2 FFi pasti akan kumpul2 dan makan 'All you can eat.' Bayarin gua yah ?
kalau di indo ada 'All you can eat.' pasti bang ali ane undang buat buka puasa bareng :green:
kuta bali
Posts: 2187
Joined: Tue Mar 02, 2010 3:55 am

Re:

Post by kuta bali »

ali5196 wrote:tenkyu atas pujiannya. Tengkyu juga atas ajakan makan. Suatu hari, kita anak2 FFi pasti akan kumpul2 dan makan 'All you can eat.' Bayarin gua yah ?
Gak usah all you can eat, kalau Islam sudah minoritas, saya janji bayarin bang Ali ke restaurant mana saja termasuk tiketnya, keluar negeri pun gak masalah.
I give you my words.
mahound
Posts: 10
Joined: Mon Sep 27, 2010 5:35 pm

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by mahound »

Gw baru baca bung ali, dari lama gw udah nyangka tentang ini, cuma ga tau si mamat itu ngambilnya dari mana untuk sumber kuran nya.

Bener-bener new info dan sangat berguna...

Yang tadinya ngaco dan baur karena sunat dan comot paste sesuai kepentingan mamat, tetapi begitu diselaraskan ke sumber aslinya, langsung utuh dan

komprehensif ya maknanya....
Doc Holliday
Posts: 355
Joined: Sat Oct 09, 2010 9:27 am
Location: Old Wild West

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by Doc Holliday »

ditunggu kelanjutannya lagi gan!
menarik sekali.
User avatar
Tuanku
Posts: 1254
Joined: Wed Oct 06, 2010 12:58 pm

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by Tuanku »

semua bahasa milik Allah,jd terserah Allah mau menggunakan bhs yg mana sj. gini aja heboh.
swatantre
Posts: 4049
Joined: Thu Jul 20, 2006 7:40 pm
Location: Tanah Suci, dalem Ka'bah

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by swatantre »

Tuanku wrote:semua bahasa milik Allah,jd terserah Allah mau menggunakan bhs yg mana sj. gini aja heboh.
Bohong banget...sholat pake bahasa indonesia kok gak boleh? Padahal katanya semua bahasa milik alloh?
Dorama
Posts: 461
Joined: Wed Oct 06, 2010 1:09 pm

Re: Teks Syro-Aramaic dlm Quran: Quran = Liturgi Injil

Post by Dorama »

yg berhak menentukan bhs itu Allah,BUKAN manusia. kalau sholat ya tdk boleh pakai bhs lain2 spy tdk dipalsukan/diselewengkan artinya. lol!
Post Reply