[...]
Ayat-ayat Setan terus berlanjut, Qur’an 53:10, “Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.[Sahih International: And he certainly saw him in another descent; Yusuf Ali: For indeed he saw him at a second descent; Shakir: And certainly he saw him in another descent --> a ‘descent’ berarti perjalanan menurun] Di dekatnya ada surga tempat tinggal, [perjalanan ke surganya Muhammad, menurun bukan naik] Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya [apaan sih?]. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. [Setidaknya aku merasa sudah melihat dia. Kok kamu ga percaya sama aku?]. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” Kukira—tidak, tepatnya kuyakin—jangan protes terlalu banyak, apalagi kita sedang memasuki gerbang alam Ayat-ayat Setan dan dewi-dewi pagan.
Qur’an 53:19, “Have you then seen or thought upon Al-Lat and Al-Uzza (two idols of the pagan Arabs), and considered another, the third (goddess), Manat (of the pagan deities)?" (terj. Ind.: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian?). Manat ditambahkan kemudian karena ia bukan bagian dari Kesepakatan Quraysh.
Sekarang, tambahan hasil copas oleh Allah, “Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.” Muhammad baru saja melompat dari perjalanan di dunia Iblis ke neraka diskriminasi dan perbedaan jender. Ia berkata bahwa Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat tidak mungkin bisa menjadi anak-anak Allah ataupun dewi-dewi karena mereka perempuan. Jelasnya, ‘suatu pembagian yang tidak adil bila manusia punya anak laki-laki sementara tuhan punya anak perempuan, karena perempuan tidak berharga.’
Qur’an 53:23, “Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya.” Ya, mereka hanya sekedar nama-nama yang diberikan para leluhur Muhammad—sama dengan nama Allah.
Memproyeksikan kelemahan seseorang kpd lawannya adalah ulah standar politik, “Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka! Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?” Yup, kelihatannya ayat ini berhasil untuk Muhammad. Karirnya berpindah dari nabi menjadi pengeruk keuntungan yang memuaskan semua hasratnya. Contoh, sewaktu Muhammad menginginkan lebih banyak perempuan, Allah berkata: Qur’an 33:50-51, “Kau boleh memiliki siapapun yang kau inginkan; tak ada dosa bagimu.”
Untunglah kita telah mendepaknya. Surah berikut begitu transparan dan memberatkan. Qur’an 53:26, “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya). Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.” Inilah keplin-plan-an Qur’an. Muhammad mencoba menyenangkan kedua pihak, Quraysh dan Muslim. Ia berkata bahwa dewi-dewi bisa saja malaikat, dan Allah mungkin pada akhirnya mempertimbangkan mereka sebagai perantara.
Delapan ayat berikutnya, dapat diringkas, “Penduduk Mekah tidak tahu apa-apa dan menginginkan segalanya, dan Muhammad tahu semuanya dan tidak menginginkan apa-apa.” Kemudian, Qur’an 53:36, “Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?” Muhammad mengakui kalau Taurat adalah sumber inspirasinya, namun Muhammad tidak tahu banyak tentang isinya, sehingga selusin ayat setelah itu melantur kemana-mana, seperti baris ayat, Q 53:43, “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,” (yang melantur begini isi lembaran Musa?) sebelum akhirnya mengarah ke astrologi kaum pagan dan tokoh-tokoh mitologi: Qur’an 53:49, “dan bahwasanya Dialah yang Tuhan bintang syi'ra [Bintang Perkasa, yang pernah dipuja kaum pagan Arab], dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Aad yang pertama [yang tak pernah eksis], dan kaum Tsamud. Maka tidak seorangpun yang ditinggalkan-Nya (hidup). Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka, dan negeri-negeri kaum Luth [Allah ga’ tahu nama kotanya, penerjemah membantu memberi tahu Allah] yang telah dihancurkan Allah. lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya.” “He is the Lord of Sirius. It is He Who destroyed the (powerful) ancient Ad (people) [who never existed], and (the tribe of) Thamud He spared not; And before them, the folk of Noah, for that they were (all) most unjust and rebellious; and He destroyed the Overthrown Cities (of Sodom and Gomorrah). So there covered them that that which did cover (making them ruins unknown)." Kualitas penulisannya semiskin isi pesannya.
Alkitab berkata bahwa reruntuhan Sodom dan Gomora akan menjadi bukti visual penghakiman dan keselamatan Yahweh. Qur’an berkata bahwa reruntuhannya tidak diketahui. Para arkeologis telah menemukan bekas reruntuhan kota Sodom dan Gomora, bebatuan belerangnya menjadi saksi nyata bahwa Allah adalah pendusta. Dan tolong jangan keberatan dengan cercaan ini, karena sekarang kita tahu bahwa Allah adalah Iblis, ini sebuah pujian.
Qur'an 53:56, “Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang terdahulu. Telah dekat terjadinya hari kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan(nya)? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” Karena baik surah ke-53 maupun ke-22 tidak ada yang memberikan penjelasan layak, maka tinggal Rencana Nabi yang Menguntungkan menjadi satu-satunya penjelasan yang masuk akal. Tabari VI:110, “Ketika Muhammad membawa wahyu dari Allah, membatalkan apa yang telah ditempatkan Iblis di lidah NabiNya, kaum Quraysh berkata, ‘Muhammad telah menyesal [sebenarnya mengingkari] apa yang ia katakan mengenai posisi dewa-dewa kita dengan Allah. Ia telah mengubah [perjanjian] dan membawa sesuatu yang lain.’ Dua frase yang ditempatkan Iblis di lidah Muhammad, berada di mulut setiap politeis. Mereka bahkan menjadi lebih tak bersahabat dan kasar dalam menganiaya orang-orang diantara mereka yang menerima Islam dan mengikuti Rasul.” Kaum pagan telah membuat sang nabi melakukan hal yang buruk, dan mereka paham situasinya. Muhammad bukan hanya berbohong dan melanggar janji untuk keuntungan pribadi, ia juga telah menghancurkan kredibilitasnya serta mengabaikan pilar utama ‘doktrin’nya—keesaan roh kegelapan yang hanya bicara dengan dia.
“Umat Islam yang telah meninggalkan Abyssinia [Ethiopia] setelah mendengar bahwa kaum Quraysh telah bersujud bersama Nabi, sekarang datang. Saat mereka mendekati Mekah, mereka mengetahui bahwa isu penduduk Mekah masuk Islam adalah salah. Mereka kembali ke keluarga mereka dan berkata, ‘Kalian lebih berharga bagi kami [dari Islam, implikasinya].’ Orang-orang membalik keputusan mereka….” Mengingat jarak tempuh, serta kecepatan berita dan perjalanan orang-orang, mungkin sudah satu tahun berlalu sebelum Muhammad menyingkirkan Kesepakatan Quraysh dan anak-anak perempuan Allah (mungkin hasil kesepakatan tidak memuaskan, Muhammad yg ketahuan motif utamanya jadi berubah pikiran). Indulgensi tersebut dibayar dengan banyak pengikut murtad.
Pengakuan kegagalan ini diikuti varian kedua Ayat-ayat Iblis, yang berakhir dengan pengakuan berikut: “Rasullullah berkata, ‘Aku telah membuat hal-hal yang melawan Allah, dan telah menghubungkan ke Dia kata-kata yang tidak Ia ucapkan.’”
Kesepakatan Quraysh dan Ayat-ayat Iblis merupakan kesimpulan kasus-ku terhadap Islam. Sebagaimana janjiku untuk memperlihatkannya, doktrin tersebut telah sepenuhnya menghancurkan dirinya sendiri. Sisa kisah, menghibur sekaligus memberi pertanda. Sementara pengakuan dari Muhammad dan Allah ini memungkinkan kita menutup buku mengenai penipuan berkedok agama/religious scam, dengan menerima pengakuan bersalah mereka, sebuah penipuan baru-pun mulai terkuak. Penipuan satu ini bersifat politik dan punya pengaruh kuat.
Ψ † с ბ
Kematian (atau pembunuhan) Khadija diikuti dengan meninggalnya pelindung sang nabi, paman Abu Talib. Dengan kepergian mereka, Muhammad menjadi tak terkendali. Ia menjadi lebih paranoid, delusional dan gila.Dengan Ka’abanya yang sekarang tak diragukan lagi kuil pagan, sang nabi sangat membutuhkan suatu kiblat baru. Lantas, ia membayangkan dirinya sendiri terbang naik Buraq ke Yerusalem. Dengan kepergian partner seksnya yang sudah tua, ia membutuhkan cinta belia. Lantas, nabi berusia 50 tahun tersebut menikahi anak perempuan 6 tahun. Dengan kepergian pelindungnya, ia membutuhkan kekuatan perlindungan baru. Lantas, ia janjikan surga kepada beberapa pagan sebagai balasan atas perlindungan dari Perjanjian Aqabah. Dengan audiens yang sudah tercemar (penduduk Mekah sudah banyak tahu motif perilaku Muhammad), ia membutuhkan audiens baru calon korban potensial untuk penipuannya. Lantas, ia berkemas dan pergi secepat mungkin ke Yathrib. Karena sang nabi tidak mengikutsertakan para pelindungnya yang kuat: Umar, Hamza, dan Abu Bakr dalam Kesepakatan Quraysh, mereka akhirnya membujuk Muhammad mengingkari perjanjian. Lantas, iapun membuang para dewi dan menjadi perompak. Tahun terakhir Muhammad di Mekah adalah tahun kekacauan dan kegilaan.
Tabari VI:115, “Kematian Abu Talib dan Khadija adalah penderitaan besar bagi Rasul. Setelah kematian Abu Talib, Quraysh lebih leluasa menganiaya dia dibanding saat Talib masih hidup. Salah seorang bahkan menuangkan debu di atas kepalanya. Nabi berkata, ‘Quraysh tidak pernah melakukan hal yang tidak menyenangkan padaku sampai kematian Abu Talib.”
Nabi Islam membutuhkan seseorang untuk melindunginya dari semua pelecehan verbal. Ishaq:192, “Ketika Abu Talib meninggal, Rasul pergi ke Ta’if untuk mencari dukungan dan perlindungan terhadap kaumnya sendiri.” Thaqif adalah pemimpin dan bangsawan dari suku terkemuka di Ta’if. “Muhammad bicara pada mereka mengenai permintaannya, yakni, bahwa mereka harus membantunya membela Islam dan berada di pihaknya melawan orang-orang dari kaumnya sendiri yang menentang dia.” Jika Allah benar-benar Tuhan, apa Muhammad perlu meminta bantuan kaum pagan dari kota lain untuk membelanya? Tapi, bagaimana bila Islam benar-benar doktrin politik yang memang dirancang untuk menekan dan memperkaya? Akankah si pengeruk untung yang gagal meminta bantuan penduduk kota saingan Mekah bergabung dengan geng-nya? Yup, setidaknya upaya itulah yang paling masuk akal dalam situasi tersebut.
Namun, kaum Thaqif sama seperti kaum Quraysh, tidak terkesan dengan Muhammad. Tabari VI:116/Ishaq:192, “Salah seorang dari mereka berkata, ‘Kalau Allah yang mengutusmu, aku akan merobek selubung Ka’aba.’ Lainnya berkata, ‘Tak bisakah Tuhan menemukan orang yang lebih baik darimu sebagai utusan.’ Yang ketiga menambahkan, ‘Aku tak akan bicara padamu, karena jika engkau utusan Allah seperti yang kau katakan, kau terlalu penting untuk bagiku untuk dijawab, dan jika kau berbohong, kau terlalu hina untuk diajak bicara.” Motivasi Muhammad begitu transparan, kaum Thaqif serta merta yakin ia seorang penipu. Kombinasi Kesepakatan Quraysh dan Ayat-ayat Iblis menghancurkan Allahnya si Muhammad dan kredibilitas Islam.
“Muhammad meninggalkan mereka, dalam keputusasaan mendapat kebaikan dari kaum Thaqif.” Fakta bahwa sebagai nabi ia tidak me-mualaf-kan dan menyelamatkan jiwa mereka, tidak penting – ia putus asa karena ia tidak mendapatkan apapun dari mereka. “Aku telah diberitahu bahwa ia berkata pada mereka, ‘Jika itu keputusan kalian, rahasiakanlah dan jangan beritahu siapapun mengenainya.’ Karena ia tidak ingin kaumnya mendengar hal ini dan lebih berani melawannya.” Seorang nabi memohon perlindungan dari kafir pagan hampir sama memalukannya dengan sosok nabi yang memberi dukungan dewi-dewi pagan demi seks, kekuasaan dan uang. Tak heran, si pengeruk untung kita yang putus asa, merasa takut hal ini tersebar.
“Namun, mereka tidak memenuhi permintaannya, dan menghasut seorang gembel dungu dari kaum mereka, yang mencercanya, berteriak padanya, dan melempar batu-batu, sampai kerumunan orang berkumpul dan memaksanya berlindung di sebuah taman, jauh dari kota.”
Berada di taman, Muhammad mengklaim seorang Kristen datang membantunya, memberikan beberapa anggur. Saat sang nabi yang gemetaran mengambilnya, katanya, “’Dalam nama Allah.’ dan kemudian makan. Addas melihat wajahnya dan berkata, ‘Demi Allah, kata-kata ini tidak digunakan orang-orang di negeri ini.’” Kebohongan ini tidak lebih kredibel dari kebohongan lain mengenai dukungan umat Kristiani thp Islam. Illah adalah kata Arab untuk Tuhan. Dan takkan ada yang keliru antara nama serta karakter Yahweh dengan nama dan sifat Allah. Bahkan para kafir pagan Ta’if tahu tentang Allah. Terlebih lagi, beberapa halaman sebelumnya, ada hadist lain yang mencabik gagasan ini, dimana kaum pagan Mekah dikatakan mengadakan perjanjian di Ka’aba yang dimulai dengan kata, “Dalam namamu, ya Allah.”
“Muhammad berkata, ‘Dari negeri mana kau datang, Addas, dan apa agamamu.’ Ia menjawab, ‘Aku seorang Kristen, dari Niniwe.’” Niniwe, setelah diberi penangguhan oleh Yunus selama seratus tahun, kembali jatuh dalam dosa dan telah dimusnahkan seribu tahun sebelumnya. Namun, kesalahan tersebut bukan tanpa maksud, karena menjelaskan alasan dibalik kisah fiktif ini. Perjalanan Muhammad ke Ta’if disusun ulang sebagai kisah heroik dan ilahiah—persis seperti misi Yunus ke kota Niniwe. “Rasullullah berkata, ‘Dari kota orang benar Yunus anak Matta?’” Yunus berasal dari wilayah Nazareth, Israel. Kota di Assiria sama sekali bukan kota asal Yunus. Dia membenci kota itu. Terlebih, nama ayah Yunus adalah Amittai, bukan Matta.
“’Bagaimana engkau tahu mengenai Yunus anak Matta?’ ia bertanya. Rasullullah menjawab, ‘Ia saudaraku. Ia seorang nabi dan aku seorang nabi.’ [Yang benar Muhammad mendengar tentang Yunus dari Zayd.] Addas membungkuk di hadapan Rasullullah [sujud pada nabi bukanlah perilaku umat Kristen] dan ia mencium kepalanya, tangan serta kakinya.” Kisah berlanjut dengan perkataan Addas, “Muhammad telah mengatakan padaku sesuatu yang hanya diketahui seorang nabi.” Kalau ini benar, bagaimana Addas bisa tahu? Dengan menyajikan ‘konfirmasi’ semacam ini pada kita, umat Islam sebenarnya mengkonfirmasikan hilangnya kemampuan bernalar mereka.
Sekarang, kita punya dukungan seorang ‘Kristen’, lantas bagaimana dengan dukungan jin, jenis lain keluarga besar Iblis? Tabari VI:116/Ishaq: 193, “Ketika Rasullullah putus asa dalam mendapatkan tanggapan positif dari Thaqif, ia meninggalkan Ta’if untuk kembali ke Mekah. Saat ia berada di Nakhlah, ia bangun di tengah malam untuk sembahyang, dan, sebagaimana Allah telah katakan [dalam Qur’an], sejumlah jin melintas. Ishaq berkata bahwa ia diberitahu ada 7 jin dari Nasibin, Yaman.”
Ishaq melanjutkan: “Mereka mendengarkan dia, dan ketika ia telah menyelesaikan sembahyangnya, mereka kembali ke kaumnya untuk memperingatkan mereka, setelah mereka percaya dan menanggapi apa yang mereka telah dengar.” Menurut Qur’an, jin bukan manusia. Mereka adalah roh tak terlihat yang menyesatkan manusia, bagian dari kaum Iblis; mereka terbuat dari api seperti yang ada di neraka. “Allah menyebutkan kisah mereka ketika ia berkata:” Qur’an 46:29, “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” Berlanjut ke bagian ketiga dari serangkaian dukungan satanis: Qur’an 46:30, “Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, [terj. Ind. menyatakan beriman kepada ‘Nya’ yang mengacu pada Allah, sedangkan terj. Inggris ‘nya’ mengacu pada Muhammad. Ini menaikkan levelnya dari utusan menjadi Mesias, yang dikonfirmasi di baris selanjutnya yang mengatakan Muhammad akan mengampuni dosa] niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". "We have heard a Book revealed after Moses, confirming what came before it: it guides to the Truth and to a Straight Path.' 'O our people, hearken to the one who invites (you) to Allah, and believe in him. He will forgive you your sins [The uncapitalized "him" in the clause "believe in him" is in reference to Muhammad, therefore elevating him from messenger to Messiah. This is confirmed in the next line, which says that he, as in Muhammad, will forgive sins.], and deliver you from a Penalty Grievous.' 'If any does not hearken to the one who invites (us) to Allah, he cannot frustrate (Allah’s Plan) on earth, and no protectors can he have besides Allah: such men (wander) in manifest error.'"
Sahih International
O our people, respond to the Messenger of Allah and believe in him; Allah will forgive for you your sins and protect you from a painful punishment.
Muhsin Khan
O our people! Respond (with obedience) to Allah's Caller (i.e. Allah's Messenger Muhammad SAW), and believe in him (i.e. believe in that which Muhammad SAW has brought from Allah and follow him). He (Allah) will forgive you of your sins, and will save you from a painful torment (i.e. Hell-fire).
Yusuf Ali
"O our people, hearken to the one who invites (you) to Allah, and believe in him: He will forgive you your faults, and deliver you from a Penalty Grievous.
Tabari VI: 118 "Rasulullah kembali ke Mekah dan menemukan bahwa orang-orang lebih bertekad menentangnya dan meninggalkan agamanya, kecuali beberapa orang lemah yang percaya padanya.” Persis saat kau pikir hadist Islam telah memukul paku terakhir ke peti mati kenabian Muhammad, ternyata masih ada hal lain. Menyusul Kesepakatan Quraysh, Indulgensi Iblis, Kegagalan Perlindungan Pagan, dan Dukungan Jin, kita diberi tahu hadist bahwa umat Islam menolak Muhammad. Bayangkan. Mereka “meninggalkan agamanya, kecuali beberapa orang lemah.” Sepuluh tahun dalam misi kenabian Muhammad, scorenya: Islam:10, Kafir 4.990.
Ψ † с ბ