Bab 5 DAPATKAH QUSAYY MENIPU?
diperiksa dan diedit oleh Om Ali5196
http://prophetofdoom.net/Prophet_of_Doo ... Scam.Islam
“Qusayy memperoleh hak sbg juru kunci Ka’abah lewat sekerat anggur dan sebuah kecapi.”
Terisolir adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan tanah Arab jauh sebelum kelahiran sang nabi. Walaupun peradaban Mesopotamia (Irak sekarang) dibagian timur dan peradaban Yahudi dibagian barat Arab tumbuh dengan suburnya, selama 35 abad peradaban2 itu gagal berakar di padang gurun Arab.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/c ... rnamap.png
Di kota-kota Mesopotamia yang legendarislah ditemukan penemuan terbesar manusia, yakni bahasa tertulis. Saat tibanya abad 7M, bangsa Sumeria, Babilonia dan Assiria sudah selama 5000 tahun menggunakan huruf paku untuk memproklamirkan berbagai penemuan mereka di bidang sains, matematika, astronomi, hukum, kedokteran, pertanian, arsitektur, seni dan religi.
http://knp.prs.heacademy.ac.uk/essentia ... ormscript/
TAPIII dikala itu, tanah Arab tetap terisolasi dan mandek – wadah budaya yang cocok untuk penyebaran Islam. Dekatnya daerah miskin dengan budaya-budaya besar ternyata menciptakan masyarakat yang gampang menipu dan ditipu.
Walau peradaban kita saat ini dibangun oleh budaya Babilonia, Assiria dan Sumeria, kita sampai saat ini masih dihantui oleh agama-agama mereka. Dua doktrin religius bernada politis berkembang dari warisan budaya ini – agama Katolik Abad Pertengahan dan Islam fundamentalis. Selama 1000 tahun kekuatan yang paling berpengaruh bukanlah negara tetapi agama. Ritual kedua doktrin tersebut dipraktekkan pertama kali di kuil-kuil Babilonia. Banyak simbol-simbol, festival serta doktrin Katolik berakar pada kebiasaan masyarakat ini. Natal, Paskah, perayaan jelang Paskah, kependetaan, pengakuan iman, dan pemujaan Bunda Maria adalah contoh-contoh tata cara saat ini yang dipinjam dari kaum pagan di masa lampau. Demikian pula dalam Islam. Allah adalah Sin, dewa bulan dari Ur. Juga surga dan neraka Qur’an diimpor dari sumber yang sama.
Kenyataan ini tertera pada goresan huruf paku (
cuneiform) di keping tanah liat yang kemudian menjadi
hieroglyph di sepanjang sungai Nil dan
alfabet di pantai timur Mediterania. Melalui tulisan di kuil Karnak diketahui bahwa dewa-dewa pagan seperti Bulan Sabit Subur yang berkembang di Mesir, di kemudian hari muncul lagi di Yunani, lalu Romawi. Adapun Kanaan mempunyai kisah berbeda. Tuhan mereka tidak seperti tuhan lain. Dipandang dari sisi kebendaan, Ia adalah Roh. Dilihat dari sisi jumlah, Ia satu. Dibanding kepercayaan dewa-dewi masa lampau yang menggunakan simbol astronomi, Ia bersifat personal, dekat, dikenal. Namanya Yahweh. Umatnya adalah Israel. Bersama-sama mereka mendokumentasikan kisah-kisah sejarah dan hubungan mereka. Dalam hal penyampaian kisah-kisah yang banyak beredar ini, masyarakat Yahudi yang berdiam di gerbang barat tanah Arab memainkan peranan penting.
Percabangan jalur kisah dimulai ketika seorang pemuda bernama Abram meninggalkan pemujaan pada dewa Sin. Dalam perjalanan yang penuh bahaya, ia, istrinya yang cantik Sarai, ayahnya Terah, serta keponakannya Lot, meninggalkan tanah Ur-Kasdim menuju baratlaut. Melintas semenanjung Arab, menelusur sungai Efrat hingga tiba di kota Haran. Disana, saat ayah Abram meninggal, dewa sesembahan ayahnya, Sin, dewa bulan dari Ur, masih dipuja. Tetapi selanjutnya, lewat perintah oleh suatu Sumber yang bahkan lebih tinggi dari bulan dan dewanya, Abram, Sarai dan Lot meninggalkan kenyamanan hidup di sungai besar itu menunju tanah Kanaan – Tanah Perjanjian.
Dalam kisah termashur yang pernah diceritakan, Abram menjadi Abraham, bapak segala bangsa. Pada usia 90, ia menjadi ayah Ismael lewat budak istrinya yang berasal dari Mesir dan dengan demikian Abraham melahirkan benih Islam. Sepuluh tahun kemudian pada usia 100 tahun ia menyaksikan kelahiran ajaib Ishak yang dijanjikan pada Sarai, namanya berubah menjadi Sarah. Ishak menjadi anak perjanjian yang melalui keturunannya akan lahir para nabi dan pemimpin: Yakub, Yosua, Musa, Salomo, Esau, Daniel, Yeremia, dan 2000 tahun kemudian, Yahshua, yang dikenal sebagai Yesus dari Nazareth. Kisah Bible ini ditakdirkan berperan penting dalam percaturan sejarah, di tanah paling diperebutkan di muka bumi, tepat di titik persimpangan benua.
Kisah drama besar yang menggambarkan bangkitnya peradaban dan kepercayaan ini tentunya mengusik masyarakat Arab. Jejak budaya, sains, bahasa, religi, hukum dan seni bagi mereka terbawa angin gurun. Sejarah orang Kasdim, Assiria, Babilonia, Persia, Mesir, Yunani dan Romawi semuanya terjalin dengan keturunan Abraham
melalui Ishak, bukan Ismail. Seakan masyarakat Arab berada di sebuah pulau terpencil, terdampar waktu. Begitulah keadaan Islam, sebuah agama yang begitu steril (hampa) yang hanya bisa berkembang pada pikiran dan tempat yang sama steril-nya.
Masyarakat Arab buta huruf selama ribuan tahun, itulah sebabnya sedikit yang kita ketahui tentang mereka. Itulah juga sebabnya begitu sedikit yang mereka ketahui tentang dunia sekitar mereka.
Bahasa mereka berasal dari bahasa Aramaik, bahasa dominan di paruh awal milenium sejarah. Arab tidak menggunakan alat tulis atau pena selama seratus generasi. Hingga era Muhammad, kurang dari satu diantara seratus orang Arab dapat menulis. Bahasa Arab klasik yang kelak digunakan Qur’an pada saat itu baru berkembang di Syria/Siria/Suriah.
Kaum Badui di padang rumput Siria hidup sbg nomad (berpindah2) karena tanah mereka terlalu miskin untuk membangun kota. Arab (berasal dari kata
arid/kering) terdiri atas suku-suku yang tak memiliki peradaban dominan. Banyak upaya penaklukan semenanjung Arab gagal karena lingkungan yang keras, kondisi yang justru meningkatkan keingin-tahuan pihak luar akan masyarakat ini. Selama 3000 tahun mereka tidak ditaklukkan, tidak pula menjadi penakluk, karena menundukkan kaum Badui macam ini sama dengan menjinakkan kucing. Kaum Babilonia, Assiria, Mesir, Persia, Yunani dan Romawi semua gagal. Bukan karena Arab biadab tetapi karena mereka mendambakan kebebasan dan menghargai kedamaian. Selama 3000 tahun catatan awal sejarah, masyarakat Arab termasuk masyarakat yang paling damai dan mandiri. Hanya di 1400 tahun terakhir ini mereka menjadi teroris. Garis pemisahnya adalah Islam. Muhammad telah merusak mereka.
Ilmuwan Islam menggambarkan periode pra-Islam, yang disebut Jaman
Jahilliah/Jahiliyyah atau Periode Kegelapan/Kebodohan dengan sangat buruk. Mereka menjelekkan masyarakat2 Arab sebelum Islam, untuk membuat masyarakat Islam yang lahir berikutnya-–yang tak diragukan paling **** dan brutal dalam sejarah-–tampak baik. Tapi bukti yang ada mengenai cara hidup dan budaya masyarakat sebelum Islam ini, menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak ****. Dan malah masyarakat Arab (pra-Islam) sendiri di abad 7, tidak seperti keturunan mereka di abad 21 ini, adalah orang-orang yang bebas, cinta damai yang menghargai nilai-nilai kekeluargaan dan keterikatan antar suku.
Bergantung pada mata air, sebagian besar suku Badui hidup dengan menanam pohon korma, menggembalakan ternak, menyamak kulit atau berdagang dng karavan/kafilah. Tanah kering mereka dikenal dengan unta-unta dan ruang terbuka yang luas. Terhalangnya awan hujan oleh pegunungan di Syria, Israel, Yordan dan bagian barat Arab, seakan mengolok tanah kelahiran Muhammad.
Kondisi alam inilah yang membuatnya sulit ditembus. Jalan-jalan yang memungkinkan tentara Babel, Asyur, Persia, Mesir, Yunani, dan Romawi menaklukkan dan mengendalikan sebagian besar wilayah dunia sulit untuk dibangun dan mustahil untuk dipertahankan. Tak ada gunanya. Secara kasat mata, tanah tandus ini tak bernilai. Hanya berfungsi sbg laut kering yang beguna untuk melintasi barang-barang dari produsen ke konsumen. Tapi karena Semenanjung Arab dikelilingi laut, mengitarinya jauh lebih mudah daripada melintasi gurun. Tanah dambaan Muhammad adalah gurun tandus, tempat yang dilupakan waktu.
Sedikit demi sedikit masyarakat Arab tahu ttg kejadian dunia sekitar mereka. Dari waktu ke waktu mereka mendengar tentang dewa-dewa Nimrod dan Babilonia. Dewa-dewa serupa berkembang di Mesir, Yunani dan kawasan2 Romawi. Mereka mencampur rupa manusia dan hewan, menjelmakannya menjadi objek pemujaan yang menaikkan derajat penguasa menjadi dewa. Mereka yang dianggap rasul2 Tuhan merangkai skema2 yang didesain
agar rakyat tunduk, membayar (pajak) dan patuh.
Di abad ke-7, masyarakat Arab juga mendengar tentang dua agama monoteis besar. Kisah2 kaum Yahudi, bapak mereka Abraham, dan Tuhan mereka Yahweh, lazim terdengar. Musa dikenal sebagai pembebas terbesar, Daud dan Salomo sebagai raja.
Setelah pengasingan mereka ke Babilonia, banyak kaum Yahudi menetap di tanah Arab, khususnya di kota oasis, Yathrib. Mereka bilang kepada kaum Badui bahwa mereka berasal dari keluarga yang sama. Taurat mengakui Arab dan Yahudi sebagai keturunan Abraham. Arab ditelusuri garis keturunannya lewat Ismael. Pengakuan lugu akan kenyataan bahwa pewaris sah dari anak perjanjian Yahweh adalah Ishak, putra Sarah, dan BUKAN Ismael---anak haram seorang gadis budak----kelak terbukti jadi ancaman besar.
Kaum nomad Arab juga tahu tentang agama Kristen, yang walau bersifat damai tapi merupakan kekuatan paling berpengaruh di dunia beradab di abad ke-6. Sementara ajaran Kristen memenangkan banyak pengikut di Mesir, Romawi, Yunani dan Persia, justru di Arab orang Kristen mengalami penganiayaan luarbiasa – bukan oleh Arab, tapi justru oleh Yahudi bernama
Dhu Nuwas yang memegang tampuk kekuasaan di Yaman. Akibat dibayangi ketakutan, agama Kristen hanya tinggal menjadi bisik-bisik samar dibanding ajaran Yahudi. Terlebih lagi ajaran “tampar pipi kanan, kasih pipi kiri” tidak cocok untuk masyarakat yang mengutamakan balas dendam demi ketertiban. Demikianlah masyarakat Arab terjebak antara monoteisme Yahudi/Kristen di barat dan berbagai kepercayaan dewa-dewi Mesopotamia di timur.
Keterikatan pada suku dan keluarga membuat kaum nomaden ini tetap membumi. Karena terlalu sedikit yang diatur, maka tidak diperlukan penegak hukum dan undang-undang. Pertikaian antar suku kerap terjadi, namun terselesaikan dengan cara
qisas – kambing ganti kambing. Mereka benci pengkhianatan dan kebohongan. Dalam pertempuran, kehormatan lebih penting dari kemenangan. Tak terpikir untuk menaklukkan suku lain. Mereka tidak pasif tapi juga tidak agresif. Untuk bertahan hidup di gurun pasir sudah merupakan sebuah pertempuran tersendiri.
Hukum Hammurabi yang ditulis 2500 sebelumnya, dipraktekkan secara mentah/literal. Pembunuhan dibalas dgn pembunuhan, pencurian dengan pencurian, hinaan dengan hinaan. Untuk mendukung perdagangan dibentuklah aliansi antar suku oleh tokoh pedagang besar yang punya kapasitas politis. Mereka lebih militan dari para kepala suku. Kadangkala mereka
mengobarkan pertempuran demi mendapat harta jarahan dan kekuasaan. Persis nabi Islam, mereka mendapatkan pengaruh lewat ujung pedang.
Sir John Glubb, yang mempelajari Islam dan menghabiskan hidupnya di tanah Arab berkata,
“Sifat-sifat macam ini penting bagi karir Muhammad. Sang nabi menjadi orang yang punya otoritas militer dan politik, sehingga suku Badui tak begitu melihatnya sebagai utusan allah tapi lebih sebagai kepala pedagang besar.'' Para kepala suku terpikat menggabungkan klan mereka dengan gerakan Muhammad karena di-imingi harta gemulai aduhai yang melimpah.
Orang Arab cenderung menyukai tahyul dewa-dewi dan kecanduan akan puisi – faktor yang penting dalam pembentukan Islam. Puisi yang dikembangkan kaum Hanif menjadi bahan utama agama Muhammad. Kaum Hanif yang monoteis percaya bahwa mereka mewarisi ajaran Abraham. Awalnya, Muhammad mengikut mereka, menyebut agamanya Hanifisme. TAPIii begitu ia ingin merebut kekuasaan, Muhammad mengganti nama agamanya menjadi “tauhid” dan mengobarkan perang kata, lalu perang
pedang untuk menyerang orang-orang yang telah menginspirasinya.
Menarik bahwa semua nilai-nilai positif yang nampak pada tuhan Ar-Rahman di ke-40 surat awal al Qur’an merupakan bagian dari nilai-nilai Badui dan kepercayaan Hanif yang mempromosikan perlindungan pada pihak yang lemah, amal, serta perbuatan baik. Sayangnya, kebanyakan ayat damai ini kemudian dibatalkan, sesuai keinginan Muhammad. Allahnya menjadi pendendam, paranoid, penipu, sangat mesum dan kasar. Allah menjadi alter ego Muhammad – menyatu dan tak terpisahkan.
Sewaktu bangsa Arab masih menyembah banyak dewa, tidak terjadi penganiayaan atas nama agama, dan monoteisme menyebar dengan cepat diantara para pemuja polytheisme. Sejumlah besar Yahudi, bagian keturunan dari masa pembuangan Babel 20 abad sebelumnya, tinggal dengan aman di kota yang telah mereka bantu pembangunannya, masyarakat pertanian subur Yathrib, yang sekarang disebut
Medinah. Jumlahnya mereka sekitar 30ribu-an – jumlah yang cukup besar mengingat keringnya tanah yang mereka tempati.
200 mil selatan Yathrib, terletak Mekah, di lembah berbatu yang sempit dan kering dengan lebar 1/4 mil dan panjang 1 1/2 mil. Gunung di kedua sisinya berbatu kasar dan kering kerontang. Tak seperti Yathrib, Mekah tandus. Tidak ada cukup air untuk memulai pertanian. Tak ada pohon dan
rumput untuk peternakan sangat minim. Perkampungan terdiri dari pondok-pondok yang dibangun dari tanah lumpur. Tak ada batu cetak atau batu bata, bahkan bata buatan tangan yang sering ditemukan di berbagai belahan dunia tak ada disini. Dalam hal ini
Mekah tertinggal selama 3000 tahun.
Atap rumah tak ada karena tak ada kayu. Karena tak ada kayu, maka tidak ada tukang kayu. Kaya atau miskin semua merasakan tiupan pasir dan angin panas yang menyengat. Tiap pondok merasakan udara gurun yang panas menyengat disiang hari dan dingin menusuk di malam hari. Ekspose pada panas dingin ini beanr2 menusuk badan dan memang tidak ada tempat yang lebih buruk daripada tempat ini. Bila Yerusalem dan Israel diumpamakan jantung dan pembuluh aorta dunia, Mekah dan Arab adalah debu diantara jari kakinya. Bukan bermaksud meremehkan tetapi ini memang gambaran kekontrasan antar kedua tempat tersebut.
Bangunan paling menonjol di Mekah adalah Ka’abah, sejenis kuil dimana Allah, si dewa bulan, berbagi tempat dengan berhala seperti Hubal. “Rumah” mereka berupa kubus dengan empat dinding kasar, terbuka tanpa atap di abad ke-6, yang hampir saja roboh akibat gravitasi dan banjir. Bahan bangunannya dan berhala-berhala yang tersimpan didalamnya sama bentuknya, keduanya berupa batu kasar dan tidak di-olah. Dewa Hubal hanyalah sebentuk batu. Sulit membedakan mana yang dewa dan mana yang batu bangunan.
Glubb berkata,
“Menarik bahwa sebagian besar berhala Arab tidak mengambil bentuk manusia sebagaimana dewa-dewi Yunani dan Romawi…. Para penyembah berhala dari abad manapun akan menyangkal bahwa mereka menyembah patung, melainkan kata mereka, mereka berdoa pada roh yang berdiam didalamnya. Bahasa Arab memiliki suatu kata untuk batu yang diyakini sebagai tempat tinggal dewa. Banyak orang Arab percaya bahwa mencium dan mengusap batu seperti itu akan membawa berkat.” Dan seperti kita semua ketahui, mencium dan mengusap Batu Hitam Allah (hajar aswad), adalah sebuah ritual yang dilakukan Muhammad secara teratur dan dengan penuh hormat.
Terlepas dari Ka’abah, Mekah bukanlah apa-apa. Terisolir, kota kecil yang dihuni sekita 5000 jiwa yang tak menghasilkan atau menumbuhkan apapun. Jarak tempuh ke daerah Mediterania yang beradab sangat jauh dan keras. Kapal-kapal melintas ke barat, karavan-karavan ke timur. Mekah dikuasai suatu klan suku yang licik, Quraysh, klannya Muhammad. Yang kita ketahui ttg mereka semata-mata berdasar Tradisi lisan Islam, pelaporan dari mulut ke mulut.
Sejarah Quraysh yang paling dipercayai diperoleh dari kitab suci Islam adalah sbb: suku Khuza’a dari selatan mengusir klan Jurhum dari tenda-tenda perkemahan yang disebut Mekah sekitar 400AD. Tabari mencantumkan:
“Kaum Jurhum berlaku buruk, mencuri persembahan yang disajikan di Ka’aba.” Mereka bertindak ‘sewenang-wenang.” Ishaq sepakat:
“Kaum Jurhum sering bertindak dgn kekerasan, melanggar tabu, bertindak seolah Ka’aba milik mereka. Pertempuranpun terjadi dan suku Khuza mengusir klan Jurhum dari Mekah.” Warisan Jurhum adalah:
“dua rusa Ka’aba dan sebuah batu pondasi yang mereka kubur di sumur Zamzam. Mereka mundur ke Yemen dengan rasa pahit karena kehilangan kontrol atas Ka’aba.
Mengapa kehilangan kontrol atas sebuah kuil bobrok yang didedikasikan untuk dewa-dewa berbentuk batu tsb sampai begitu mendukakan mereka? Jawabannya memiliki dampak jangka panjang, yang bahkan dirasakan di sisi lain dunia, 14 abad kemudian dengan runtuhnya dua menara besar di New York (911).
Dari sisi keuntungan, Ka’aba, Mekah dan Quraysh berada di jejeran tempat yang paling tidak penting di muka bumi, disebuah dunia yang penuh dengan pemuja berhala buta huruf, pondok lumpur dan kuil batu. Tetapi, berkat kecerdikan Qusayy dan keberanian Muhammad, Mekah, Ka’aba dan Batu Hitamnya menjadi
raison d’etre (justifikasi keberadaan) Islam, yang pada akhirnya menjadi musuh paling bengis dunia beradab.
Kalaupun kitab suci Islam sebagian akurat, Allah dan Ka’aba mendahului Muhammad sebanyak lima generasi. Bukan Muhammad yang menciptakan mereka. Juga bukan dia yang membuat ritual pagan, perayaan, bulan suci, puasa, sholat, zakat dan ibadah haji yang menguntungkan secara finansial. Di bab sebelumnya, kita membaca bagaimana Bible dirubah (Muhammad) untuk membungkus Allah, Ka’aba, Mekah dan ritual-ritual pagan Islam jadi suatu agama. Tetapi jauh lebih penting adalah ‘mengapa’. Untuk memahami apa itu Islam, pertama-tama kita harus memahami motivasi Muhammad membuat suatu doktrin monoteistik baru dari sekumpulan ajaran pemuja berhala kuno. Kita harus mengetahui mengapa ia memasukkan ritual-ritual kasar tsb dalam agama barunya. Karena wahyu yang diklaimnya hanyalah idenya sendiri, pastilah ada sesuatu yang menginspirasinya untuk memulai bisnis promosi batu.
Ya, Muhammad dan para penduduk Mekah menyembah batu. Tak ada pengrajin, seniman dan peralatan, sehingga mereka tidak mampu membuat patung-patung elegan seperti berhala-berhala lain. Batu-batu yang dianggap paling menarik dijadikan dewa-dewa. Batu yang paling besar menjadi dewa Ka’aba, yakni Allah. Berbentuk oval, berwarna coklat-kemerahan gelap. Tetapi Allah adalah dewa yang retak. Se-iring berlalunya waktu serta perlakuan yang kurang baik, Allah terpecah menjadi tujuh keping yang dirangkai bersama. Pecahan-pecahan yang mendapat pemujaan luar biasa tersebut hanyalah berupa potongan-potongan kecil yang bila digabungkan hanya berukuran 11 x 15 inci. Saat ini, pecahan-pecahan tsb diletakkan di sudut tenggara Ka’aba, empat kaki dari permukaan tanah. Tapi Allah bukanlah kumpulan mineral biasa. Sama halnya dgn dewa Islam lain, yi. Ar-Rahman, Allah memiliki masa lalu pra-Islam. [….]
Kultus thp batu bukan sesuatu yang tak lazim dan tak berbudaya. Bahkan orang Yunani punya kebiasaan memuja batu. Apollo pernah diyakini sbg meteorit di Delphi. Tempat pemujaannya dianggap pusat bumi.
Robert Charroux , dalam buku ‘Masters of the World’ menjelaskan, “Helenius, putra Priam dan seorang peramal kenamaan Yunani, bisa meramalkan masa depan menggunakan batu yang diberikan padanya oleh Apollo. Untuk mengetahui putusan para dewa, ia menggerak-gerakkan batu di atas kepalanya sembari membaca mantra-mantra. Batu tsb lantas berbicara dengan suara samar yang aneh memberitahukan ttg masa depan...,” Dan 1000 tahun kemudian, Muhammad juga mengindahkan panggilan batu serupa.
Tapi Batu Hitam ini dan Rumahnya sama sekali tidak istimewa. Ada banyak kuil pemujaan semacam itu yg disebut tawaghits yang tersebar di seluruh tanah Arab. Pengikut mempersembahkan korban dsb kpd batu pilihan mereka sambil bersujud, berdoa dan berthawaf mengelilingi kuil2. Hal lazim dilakukan saat haji dan umrah pada bulan suci. Bagi yang mencari berkat dari Batu tsb biasanya mengusap diri mereka pada batu tsb dan menciumnya dengan takzim.
Kitab Islam membenarkannya:
Ishaq:38 “Setiap rumah memiliki patung yang mereka sembah. Mereka akan mengusap batu tsb untuk keberuntungan. Ketika Allah mengutus Muhammad dengan ajaran monoteisme. Kaum Quraysh berkata: ‘Apakah ia menggabungkan banyak dewa menjadi satu dewa? Ini aneh.” Sayangnya bagi Islam, gabungan banyak dewa palsu tidak menjadi jaminan satu tuhan yang sejati.
Ishaq:38 “Bersamaan dengan Ka’aba, orang Arab mengadopsi Tawaghits, yi kuil-kuil yang dipuja seperti Ka’aba. Juga ada juru kuncinya masing-masing. Mereka biasa thawaf mengelilingi kuil-kuil tsb.” Menurut kitab Islam, Allah adalah salah satu dari sekian banyak batu berhala, Ka’aba adalah salah satu dari sekian kuil batu pagan. Thawaf adalah salah satu dari sekian upacara pagan.
Ishaq:38 “Al-Lat berada di kuil Tawaghit di Fa’if yang dipuja seperti halnya Ka’aba.” Ishaq:38 “Luhayy meletakkan Al-Uzza di Tawaghit Nakhla. Setelah mereka menyelesaikan Ka’aba untuk Haji, lalu mereka mengelilingi Al-Uzza. Kaum Quraysh menyembahnya. Manat disembah oleh kaum Aus dan Khazraj di Yathrib.” Orang-orang yang berdoa pada Al-Uzza dan Manat,
Ishaq:39 “mencukur kepalanya dan menyelesaikan semua ritual terkait ibadah haji.” Mereka adalah kaum pagan. Bagaimana ritual ini menjadi bagian dari Islam dan mengapa?
Umat Islam menjalankan ritual yang sama. Batu Hitam, Rumahnya, bersujud, mencium, thawaf, bercukur, ibadah haji, umrah, dan bulan-bulan suci entah bagaimana bermigrasi dari kepercayaan berhala ke Islam ortodoks dengan cara mengkorupsi kitab Yahudi. Kisah yang paling sering diceritakan yi. Muhammad dan Allah mengklaim bahwa
Abraham menghancurkan semua berhala yang lebih rendah sehingga kaumnya akan beralih ke SATU berhala yg paling besar.
Sebuah berhala dari batu kwarsa disembah di Tabhalah, kota oasis yang berjarak tujuh hari perjalanan dari Mekah. Sad adalah dewa batu di wilayah Juddah sepanjang Laut Merah, barat Mekah.
Ishaq:39 “Banyak orang Arab menyembah berhala bernama Dhu’l-Khalasa. Kaum Himyar memiliki kuil yg disebut Ri’am. Ruda adalah kuil Banu Rabi’a. Dhu’l-Ka’abat milik Banu Bakr. Bahira adalah anak kuda (sesembahan) kaum Sa’iba. Hami adalah nama kuda jantannya. Wasila adalah domba betina. Muhammad berkata, ‘Allah tidak membuat Bahira, Wasila atau Hami. Dan mereka yang tidak setuju, kemudian menciptakan kebohongan.”
Kita diberitahu bahwa kaum Azds dan Nabatean bersujud pada
“Dhu'l-al-Shara dalam kuil suci di Petra.” Ia adalah dewa gagah diatas sebuah batu persegi besar, serasi dengan kuilnya yang elegan. Sama seperti Allah, Dhu’l-al-Shara adalah sebuah batu coklat kemerahan. Pemujaan sejenis dewa bulan dapat ditemukan di Marib, Hureidha, dan Tayma. Il Umquh adalah dewa bulan kaum Sabean di Marib. Di Hureidha, dewanya adalah Sin, dinamai sesuai nama dewa bulan kaum Chaldean di Ur. Raja Babilonia terakhir, Nabonidus, membangun sebuah tawaghit di Tayma untuk dewa bulannya selama pengasingan. Dewa bulan Mekah, Allah, bisa dikatakan, berada di jantung negeri para pemuja dewa bulan.
Bukhari: V6B60N374 “Kami berada dalam rombongan Nabi di pertengahan bulan purnama. Dia memandang bulan dan berkata, “Kalian akan melihat Tuhanmu sebagaimana kamu melihat bulan ini.’” Penghormatan pada bulan ini tidak mengada-ada sama sekali. Di Pasal 8 Hakim-hakim (dalam Injil), tercantum referensi berumur 3000 tahun:
“Kaum Ishmael menggantungkan ornamen bulan sabit pada leher unta-unta mereka.” Jadi, kalau sekarang kau melihat bulan sabit mendekorasi mesjid dan bendera, kau mengetahui bahwa kecintaan Arab pada bulan telah berlangsung selama tiga puluh abad.
Namun Islam memiliki saingan. Dewa matahari Manaf disembah kaum Quraysh, juga Hubal, berhala tampan yg dibentuk menyerupai pria. Anak2 perempuan Allah,
Al-Uzza, Al-Lat, dan Manat sangat mirip orangtuanya, berupa batu-batu. Manat disimbolkan dengan bulan yang menggelap, yang benar2 mengingatkan kita akan keadaan Islam saat ini. Ia adalah
dewi takdir yang memerintahkan umatnya untuk mencukur kepala mereka bila mendekatinya. Sebagai penyembah berhala yang soleh, saat Muhammad menunaikan ibadah umrahnya di Mekah, ia mencukur kepalanya sesaat menghadap Manat. Praktek kaum pagan ini diberi selera 'monotheis' saat Muhammad bersikeras bahwa Abraham telah melakukan hal serupa. Di kemudian hari, Muhammad menyatakan hormatnya pada dewi pagan Manat dengan memasukkan ajaran
takdir dalam Islam dan juga menggunakan lambang bulan menggelap (sabit) sebagai logo agama baru-nya.
--bersambung--