diperiksa dan diedit ali5196
Pengantin baru ini kemudian memiliki empat anak, dua diantaranya diberi nama dewa batu setempat. “Hubba melahirkan baginya Abd al-Dar, Abd Manaf, Abd al-Uzza dan Abd. Keturunannya bertambah, kekayaannya meningkat dan ia jadi sangat dihormati.”
Kalau Qusayy bukan ASLI penyembah berhala, ia akan menamakan anak2nya Helena, Astari, Lennon dan Otong. TAPIIII ia memberi nama-nama berhala BATU pada anak-anaknya. (Kasih nama batu kpd anak2 boleh saja, asal bagus. Kayak ini misalnya: Jade, Rubina, Safira atau Ovalia . Tapi kok nama batu2 arab jelek amat??? ... ali5196)
Qusayy memang lihai, penuh perhitungan. Dia tahu dimana ada angpao, disitulah ia pergi! Oleh karena itu ia beribadah haji ke Mekah di bulan suci,
tinggal bersama raja yang juga juru kunci Ka’abah dan ... menikahi putrinya. Mereka menamakan anak pertama mereka ‘Pelayan Rumah Ibadah [Abd al-Dar]’—benda terpenting dan sumber kekuasaan dan kekayaan dlm hidup mereka. Lalu mereka memberikan penghormatan pada dewa-dewa mereka dengan memberikan nama dewa tsb ke dua anak mereka berikutnya. Dan amatlah menarik bahwa Allah bahkan belum/tidak dianggap sbg sebutan terhormat. Mengapa? Karena ternyata Allah cuma salah satu dari sekian banyak dewa. SO, pemujaan atas ‘rumah’ para berhala ini membuktikan bahwa ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama monoteis manapun.
Sebuah hadis memberitahukan sekilas ttg apa yang terjadi: Ishaq:49 “Qusayy beranggapan ia lebih berhak atas Ka’abah dan berkuasa atas Mekah daripada suku Khuza’a karena Quraysh adalah keturunan Ismael yg paling murni dan bermartabat.” Muhammad juga beranggapan ia lebih berhak atas Ka’abah dan berkuasa atas Mekah dibanding anggota keluarga lainnya.
Para penulis tradisi ini di Bagdad selusin generasi setelah kematian Qusayy pastilah mengira bahwa pembaca mereka adalah orang **** selalu! Pertama, Qusayy yang berasal dari masyarakat yg buta huruf, bagaimana ia tahu ia adalah keturunan langsung Ismael? Ismael
sudah tiada selama 2500 tahun. Tanpa adanya bukti prasasti atau bukti apapun, mustahil menetapkan alur silsilah sampai 60 generasi yang lalu. Bahasa Arab tertulis saja belum diciptakan. Ngarang mulu nih yeee! CAPE DE!
Kedua, bagaimana mereka bisa mengetahui apa yang dipikirkan Qusayy? Tak ada catatan tertulis yang menghubungkan dia serta pemikirannya, dengan saat dimana Hadis-hadis tsb ditulis—empat abad kemudian. Karena skenario ini mustahil, satu-satunya alasan mengapa para sarjana Islam terpaksa melegitimasi ‘hak atas Ka’abah dan kekuasaan atas Mekah’ pada diri Qusayy, yi. hanyalah untuk menjustifikasi klaim yang dibuat cucu cicitnya, Muhammad.
Tabari VI:20 “Ia menyerukan pada sukunya, Quraysh, untuk mengusir suku Khuza’a dan merebut Mekah untuk diri mereka sendiri. Mereka menerima usulannya serta bersumpah setia kepadanya.”
LUAR BIASA MEMANG! Disatu pihak kita tercengang dunia sampai sekarang belum juga berhasil mengekspose tipuan Islamiyah ini, dilain pihak kita bersyukur bahwa kitab Islam sendiri yang membongkar tipuan ini.
Tabari, bersandar pada Tradisi yang dikumpulkan Ishaq, melaporkan: “Orang Arab, menyadari kewajiban agama mereka, dan bergabung dengan Qusayy. Sambil berbaris menuju Ka’abah mereka berkata, ‘Kami lebih berhak atas Ka’abah dibanding kamu.’ Mereka berhadapan satu sama lain dan mulai berkelahi. Pertempuran sengit pecah, dan hasilnya….Qusayy merebut hak-hak dari tangan mereka dan mengusir mereka.”
Dan tradisi Islam yang selalu 'merasa paling berhak atas harta benda orang lain' (dan kalau tuntutan mereka tidak dipenuhi mereka akan teriak2 merasa dizolimi) inilah yang menghantui kita hingga sekarang.
DAN YANG LEBIH HEBAT LAGI ... ini nih!!!
Tabari VI:21 “Qusayy memperoleh hak sbg juru kunci Ka’abah lewat sekerat anggur dan sebuah kecapi.”
Okay, paling tidak Qusayy tidak mendapatkan kunci Kaabah lewat kekerasan, TAPIIIII mendapatkan kunci Ka'abah Islamiyah dengan bayaran musik dan minuman keras----betapa ironisnya!
Ishaq paling tidak menawarkan alternatif yang lebih Islamiyah. Alternatif yang dipakai sebagai pembenaran para teroris Islam saat ini untuk menggunakan senjata biologis, “Saya telah mendengar, dan Allah Maha Tahu, bahwa kaum Khuza’a telah dikutuk menderita wabah isul yang hampir memusnahkan mereka. Mereka meninggalkan Mekah.”
Selanjutnya, untuk menutupi semua celah, Ishaq juga memberikan alternatif keempat. Ini untuk memuaskan para pecinta damai, yang menggunakan ‘cara damai’ untuk mencuri apa yang mereka inginkan. Ishaq:52 “Kedua belah pihak menyerukan perdamaian dan menunjuk salah seorang Arab sebagai penengah mereka.” Ini jelas model Jimmy Carter yg sedang mengejar hadiah Nobel Perdamaian. Semua rampasan jadi milik umat Islam. Orang-orang kafir memberikan tanah dan uang mereka dan tak mendapat ganti apapun. “Keputusannya, Qusayy [baca ‘Arab atau Islam’] lebih berhak atas Ka’abah [baca ‘Bait Suci’] dan memerintah Mekah [baca ‘Yerusalem’] dibanding Khuza’a [baca ‘Yahudi’]. Semua korban darah yang ditumpahkan Qusayy [baca ‘pelaku bom bunuh diri’ atau ‘tentara Arab’] di pihak Khuza’a [baca ‘orang Yahudi’] dihapus dan diabaikan [baca ‘dilupakan, dimaafkan, atau dibenarkan’], sementara semua korban yang disebabkan Khuza’a [‘Yahudi’] di pihak Quraysh [baca ‘Islam atau Arab’] harus dikompensasi oleh uang darah [baca ‘Carter meminta Amerika membayar Arab yang kalah dalam Perang Enam Hari $2 milyar setahun, untuk seterusnya’]. Ia menambahkan bahwa Qusayy diberi kebebasan untuk mengontrol Ka’aba dan Mekah.”
NAH, anda bisa lihat sendiri! Tak ada yang berubah. Diplomasi dengan tiran-tiran Islam tetap tak berimbang dan sia-sia saja.
Tak jadi soal, apakah Qusayy menang dengan kekerasan, suap, perdamaian, atau wabah penyakit, yang jelas ia memperoleh hak mengontrol perkampungan tenda dan kuil batu yang telah didiami nenek moyangnya, Luhayy. Ibn Ishaq mencatat rentetan kejadian penting itu dengan gaya khas Islam: Ishaq:52 “Qusayy mendapatkan otoritas atas Ka’abah dan kekuasaan atas penduduk Mekah. Ia berperilaku seperti seorang raja atas sukunya, sehingga mereka mengangkatnya sebagai raja.” Qusayy, telah membangun contoh bagi Muhammad, bagaimana menjalankan bisnis keluarga. Mari simak bagaimana kejadiannya: Ishaq:53 “Qusayy memiliki kontrol dan kekuasaan. Ia dipatuhi. Ia memegang kunci kuil, menjadi juru kunci Ka’abah. Ia memegang hak atas air sumur Zamzam bagi para peziarah juga atas makanan mereka. Ia memimpin majelis dan memegang hak untuk menyebarkan umbul-umbul perang. Ditangannya terletak semua martabat Mekah, semua diambil untuk dirinya sendiri.”
Inilah esensi Islam. Muhammad akan menyuarakan hal serupa saat ia menaklukkan Mekah.
Selanjutnya Qusayy menjadi model yang ditiru Muhammad di Yathrib (Medinah) saat ia mengusir orang Yahudi dari kediaman mereka dengan kekerasan, dan menghadiahi para pengikutnya dengan membagikan rampasan harta milik Yahudi. “Ia juga membagikan rampasan harta di Mekah pada para pengikutnya, menetapkan tempat kediaman bagi masing-masing klan Quraysh. Tak ada masalah publik atau pernyataan perang yang diputuskan tanpa izin Qusayy.”
Puluhan tahun kemudian, Muhammad juga menggunakan kekuatan untuk mendapatkan kontrol atas Medinah, Mekah, Ka’abah, dewanya, sumurnya, tempat tinggal, peziarah, majelis, dan bahkan hak menyatakan perang. Ia berlaku selayaknya raja, memaksakan kehendak pada sukunya, membunuh siapapun yg menghalangi jalannya. Meskipun hadis-hadis ini membuktikan Muhammad kurang kreatif, ia harus dipuji karena kemampuannya mengendus mana rencana yang akan berhasil, serta kemampuannya melaksanakan rencana tsb. Si pagan Qusayy adalah seorang penipu yang berhasil memberi nilai tambah atas semua
aspek penting dalam Islam, jauh sebelum Muhammad lahir. Dan mirip dng cicitnya, Muhammad, ia juga melakukannya karena hasratnya akan seks, kekuasaan dan uang.
Tradisi tsb diakhiri dengan kata-kata semacam ramalan yang menakutkan. Tabari VI:24/Ishaq:53 “Otoritas Qusayy atas kaum Quraysh sepanjang hidupnya dan setelah kematiannya bak sebuah agama yang wajib diikuti dan tak boleh dilanggar pengikutnya; mereka bertindak sesuai aturan-aturannya. Mereka menganggapnya seakan penuh dengan pertanda baik dan mengakui superioritasnya dan kebangsawanannya.….Ia mengambil rumah pertemuan dekat mesjid (tempat solat) Ka’abah.”
Muhammad melakukan hal yg sama di Medinah. Ia menempati rumah pertemuan dekat mesjid, tempat segala sesuatu berkaitan dengan Islam diputuskan. Dan seperti Qusayy, Muhammad sendiri yang menyebarkan umbul-umbul perang sebelum melancarkan ke-75 serangan teroris yang direncanakannya sendiri. “Disaat mereka hendak menyerang suku lain, umbul-umbul diikat dirumahnya [Qusayy] saja dan salah seorang putranya kemudian membagi2kan umbul2 tsb.”
Ishaq paham akan konsekuensi yang ia ungkapkan. Jika ini benar, berarti seorang penyembah berhala-lah yang mendirikan penipuan berkedok agama yang dibentuk Muhammad jadi Islam. Ia juga tahu bahwa ketergantungan Muhammad pada karakter-karakter Alkitab untuk melegitimasi ritual-ritual dan pilar-pilar Islam sangat lemah karena tak masuk akal. Keturunan murni Ismael yang ditulisnya adalah kemustahilan genealogis yg begitu jelas. Dengan runtuhnya teori hubungan genealogis dgn Yahudi tsb, portret tidak sedap ttg Qusayy ---kesemuanya melenyapkan kredibilitas Arab dan Mekah. Lantas Ishaq mencari pendukung untuk menguatkan ceritanya dan pilihannya jatuh pada Kalif kedua. Ishaq:53 “Umar menegaskan kisah Qusayy, bagaimana Qusayy mendapatkan kekuasaan atas Ka’abah dan segala urusan Mekah.”
Hadis ini justru memberatkan dan membongkar seluk beluk Islam. Lebih dari 100 tahun sebelum wahyu pertama Qur’an keluar dari mulut Muhammad, rukun2
Islam SUDAH ditetapkan seorang pengusaha pagan. Ka’abah adalah pusat agama berhala yang baru; penipuan yg dirancang untuk memperkaya satu-satunya raja yg absolut—pria yg menggunakan ‘agama’ untuk tujuan politik dan kepentingan pribadi. Menggunakan metode yg persis sama dengan Muhammad, Qusayy mengambil alih kendali melalui jihad dan perjanjian politik. Ia mengaku punya darah bangsawan dan superioritas sewaktu mendirikan doktrin religiusnya; ia adalah ‘utusan’ yang harus ‘dipatuhi’.
Ritual-ritual solat sudah ditetapkan, juga tempat ibadahnya—mesjid. Tata ibadah haji hingga pada perinciannya telah diabadikan. Bahkan ada bulan suci. Yang perlu sekarang adalah penerapan pajak agama dan mempromosikan Allah diantara berhala-berhala batu lain agar rukun Islam menjadi lengkap. [...] Islam bukanlah agama Abraham atau doktrin nabi Muhammad. Islam adalah agamanya Qusayy.
Ψ † с ბ
[...] Setelah merampas apa yang bukan haknya, pendiri Islam---Qusayy--sekarang berbisnis, satu-satunya bisnis yang punya prospek di cikal bakal kota Mekah. Ia prototipe seorang politikus. Bangunan terbesar di kota, tempat pertemuan, dijadikannya sbg tempat tinggal dan ia mulailah berkuasa seperti juga Muhammad. Qusayy menghubungkan rumahnya dengan Ka’abah, sumber keuangannya. Ia-lah yang menetapkan waktu-waktu solat di mesjid dan sebagian besar ritual keagamaan, seperti ritual yang masih dipraktekkan di abad 21 ini: ritual pemujaan dewa bulan. Tabari, seperti juga Ishaq, ingin agar pembaca melihat bahwa ia tidak bertanggung jawab atas kisah2 yang begitu memojokkan Islam. Di tengah komentarnya, ia sisipkan sebuah Hadis serupa dengan Ishaq. Hadis ini didedikasikan kepada “Khabbab, penulis al Maqsurah.” Katanya, “Saya mendengar seseorang berkata kepada Umar bin al-Khatab, sewaktu ia menjadi Kalif, kisah ini mengenai Qusayy, dan bagaimana ia mengumpulkan kaum sesukunya, mengusir suku-suku lain dari Mekah, dan memperoleh hak mengontrol Ka’abah. Umar tidak menolak ataupun mengingkarinya.”
Hadis tsb menjelaskan bagaimana ritual Islam sesungguhnya dibuat 5 generasi sebelum Qur’an dan Muhammad: Ishaq:49 “Para peziarah berkumpul di Mekah, pergi ke mawqif, menyelesaikan ibadah haji kemudian pergi ke Mina….Diantara ritual tsb, yang masih dijalankan adalah upacara penyebaran di Mina.” Mawqif adalah dataran tinggi di Arafat, sekitar 10 mil di timur Mekah. Berdiri disana, di antara tengah hari dan matahari terbenam, adalah bagian penting ritual haji. Diikuti ifadah, atau penyebaran.
“Di hari penyebaran/Ifadah, mereka pergi melempar jimar dan seseorang dari Sufah biasanya melempar kerikil bagi para peziarah. Tak seorangpun melempar sebelum ia melempar.” Ritual pemujaan berhala ini juga memiliki nuansa Islam. Muhammad, yang meminjamnya dari kaum pagan di masa lalu, menginstruksikan umat Islam untuk melakukan jimar juga. Kerikil-kerikil tsb dilempar ke arah tiga tumpukan batu yang melambangkan setan.
Segera kita temukan penemuan lain Qusayy yang ditiru Muhammad. Tabari VI:31 “Qusayy melembagakan penyalaan api di al-Muzdalifah saat wuquf berlangsung agar orang-orang yang jauh dari Arafat dapat melihatnya. Penyalaan api ini masih terus dilakukan dari jaman Jahilliyah. Api ini juga menyala di masa Rasul, Abu Bakar, Umar dan Usman.” Al-Muzdalifah terletak antara Arafat dan Mina. Berdiri disana adalah bagian dari ritual haji, juga apinya. Abu Bakar, Umar, dan Usman adalah tiga kalif pertama setelah Muhammad.
Kemampuan Qusayy mempengaruhi penduduk Mekah melaksanakan ritual-ritual semacam inilah yang kelak mendukung kebesaran Muhammad. Di masa sang nabi, hal ini sudah mendarah-daging di kalangan Quraysh, sehingga tanpa disadari mereka menganggap Qur’an hanya meneruskan tata cara pagan yang sudah ada. Mereka menjadi bagian dari dogma Islam akibat Hadis-hadis semacam ini.
Tradisi berikut, menunjukkan betapa Muhammad bergantung pada Qusayy untuk mengembangkan ‘doktrin religius Allah’ Tabari VI:25 “Kaum sesuku Qusayy sangat menghormati dan menghargainya. Tak seorangpun menentang kekuasaannya dengan cara apapun. Perintah-perintahnya tak pernah diabaikan dan tak ada yang menentang tindakannya. Berkaitan dengan haji, ia menegaskan hak orang Arab untuk meneruskan tata cara sebelumnya. Hal ini disebabkan ia menganggapnya sbg kewajiban religius yang tak perlu diubah.” Qusayy mendirikan landasan hukum Islam: “tunduk dan taat.” Kata-kata ini diulang-ulang dalam Qur’an secara terus menerus. Pengabdian adalah tugas, solat adalah kewajiban dan ritual adalah mutlak. Dalam Islam tak ada pilihan.
Selanjutnya Hadis juga melaporkan: “Qusayy membangun sebuah rumah pertemuan di Mekah, tempat Qusayy memutuskan segala perkara.” Di hari-hari kedatangan Muhammad di Medinah, ia juga memerintahkan untuk membangun rumah dan area pertemuannya. Selanjutnya ia mengukir ‘kesepakatan’ yang menjadikan dirinya sbg satu-satunya pengambil keputusan atas segala hal. Semua ini membuktikan bahwa Islam bukanlah wahyu dari Allah pada Muhammad, tapi implementasi harfiah agama Qusayy.
Dari diktator ia beranjak ke kapitalis! Dan tokoh oportunis ini segera memanfaatkan kesempatan dgn cara menyelenggarakan pasar2 di bulan-bulan suci. Sebagai sang godfather, ia mengambil keuntungan dari setiap transaksi. Ishaq:55 “Rifada adalah pajak yang dibayarkan orang Quraish kepada Qusayy di setiap festival.” Pajak ini, seperti juga konsesi Ka’abah, adalah waralaba eksklusif, semacam kartel. Muhammad menamai pajak tersebut zakat. Tapi tak ada bedanya. Itulah rukun Islam keempat.
Qusayy memastikan bahwa hanya keturunan langsung dia yang layak menjalankan bisnis keluarga. Bahkan selanjutnya, keluarganya dilarang terlibat sebelum berusia 40 tahun. Diperkirakan, itulah sebabnya Muhammad, sebagai keturunannya mengklaim Ka’aba saat berusia 40 tahun.
[...]Dengan kondisi geografis dan cuaca yang buruk di Mekah, menjadi penguasa tentu pilihan yang lebih baik daripada bekerja, suatu hal yang dimengerti betul oleh Qusayy, dan mengapa Muhammad juga mendambakannya. Kekayaan diperoleh dengan menyediakan fasilitas bagi peziarah dan memungut berbagai bentuk ongkos dan pajak. Keluarganya mengutip pajak dari barang-barang yang dijual selama festival ‘gencatan senjata para dewa’ di bulan Ramadhan. Dan mereka mengutip biaya dari peziarah untuk memberi persembahan dan membersihkan debu para dewa/berhala di Ka’abah. Bisnis Ka'abah ini memang TOP MARKOTOP dan dengan uang berlimpah, Qusayy dapat membayar preman untuk mengusir siapa saja yang berani mengacau, khususnya para pemilik lama yang mencoba menuntut komisi dari Ka'abah mereka.
Qusayy memberikan warisan yang tidak sama diantara putra-putranya. Ishaq:55 “Abd al-Dar, dengan nama Allah, kubuat kau sama dengan yang lain, meskipun demikian mereka harus memberikan kehormatan atasmu. Tak seorangpun diantara mereka boleh masuk Ka’abah kecuali engkau yg membukanya, tak ada umbul-umbul/pernyataan perang bagi kaum Quraysh kecuali olehmu, tak ada yang boleh minum air di Mekah [dari sumur Zamzam] kecuali yang telah kau siapkan, tak seorangpun yang boleh menyantap makanan selama musim haji kecuali makanan darimu, dan Quraysh tak boleh memutuskan apapun kecuali di rumahmu.” Dengan kata lain Qusayy memberi anaknya warisan bisnis keluarga—Islam. Dan ia bersumpah atas nama dewa utama Islam. Nah, disinlah Allah muncul dan lengkaplah 5 rukun Islam. Di kemudian hari, Muhammad menyebut dirinya Utusan Allah dan merampas otoritas u/ menyelesaikan pertikaian keluarga yg serupa. Awalnya, hak-hak dan keistimewaan diberikan pada pewaris lain. Terdorong rasa iri, Muhammad menyatakan bahwa Allah telah berkata padanya, bahwa ialah pewaris sebenarnya.
Hadis yang memberatkan ini terus mengekspose akar pagan Islam. Setiap detail terkecil adalah bagian dari Islam. Tabari VI:25 “Kemudian Ia [Qusayy] memberi Abd al-Dar rumah dimana kaum Quraysh selalu membuat keputusan, dan memberinya jabatan juru kunci Ka’abah, hak menyatakan perang, memimpin majelis, dan mengumpulkan rifadah, pajak yang dipungut dari kaum Quraysh sesuai kekayaan mereka disetiap musim haji dan diserahkan pada Qusayy. Pajak ini diberlakukan pada kaum Quraysh oleh Qusayy, yang sewaktu memerintahkan hal tsb, berkata ‘Wahai Quraysh, kalian adalah tetangga Allah, umat Ka’abah dan umat tempat suci Masjidil Haram. Para peziarah adalah tamu Allah dan pengunjung RumahNya.’ Demikianlah, setiap tahun mereka mengumpulkan pajak harta mereka dan memberikannya pada Qusayy, yang akan menggunakannya untuk peziarah selama hari-hari Mina. Aturan ini menjadi urusan dalam kaum Quraysh selama masa Jahiliyah hingga Allah membawa Islam, dan menjadi bagian dari Islam, terus sampai saat ini.” Ishaq:57 “Utusan Allah berkata, ‘Kesepakatan apapun di masa Jahiliyah, Islam memperkuatnya.'”
[...]. Penipuan berkedok agama telah dirinci hingga detail terkecil. Muhammad jadi tinggal COPAS DOANG dari Qussay!