Ibnu Ishaq berkata, “Pada bulan Sya’ban, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar dari Madinah untuk memenuhi janji Abu Sufyan bin Harb hingga tib di Badar (Ibnu Hisyam berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat Abdullah bin Abdullah bin Ubai bin Salul Al-Anshari sebagai imam sementara di Madinah.”)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunggu Abu Sufyan bin Harb di Badar selama delapan malam. Abu Sufyan bin Harb sendiri keluar dari Makkah bersama orang-orang Makkah hingga tiba di Majannah dari arah Dhahran. Sebagian ulama berkata bahwa Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya berjalan hingga tiba di Usfan, kemudian memilih ulang kembali ke Makkah. Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya tidak ada yang berguna bagi kalian kecuali musim subur dimana kalian bisa melihat pohon dan minum susu di dalamnya. Sesungguhnya tahun kalian sekarang adalah tahun kemarau, oleh karena itu, aku akan pulang dan hendaklah kalian juga pulang.’ Kemudian orang-orang Makkah pulang ke Makkah dan mereka dijuluki penduduk Makkah sebagai Pasukan Tepung. Penduduk Makkah berkata, ‘Kalian keluar hanya ingin meminum tepung’.”
Keberadaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Badar Menunggu Pasukan Musyrikin
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di Badar menunggu Abu Sufyan bin Harb, beliau didatangi Makhsyi bin Amr Adz-Dzamri, wakil dari Bani Dzamrah, yang berdamai dengan beliau di Perang Waddan. Ia berkata, ‘Hai Muhammad, apakah engkau datang untuk berjumpa dengan orang-orang Quraisy di mata air ini?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ya, wahai saudara dari Bani Dzamrah. Jika engkau mau, kami kembalikan perjanjian di antara kita, kemudian memerangimu hingga Allah memutuskan perkara di antara kita.’ Makhsyi bin Amr Adz-Dzamri berkata, ‘Hai Muhammad, demi Allah, kita tidak menginginkan pembatalan perjanjian.’
(JGA: ckckck…meminta dukungan dengan cara mengancam. Gila!)
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 178
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap berada di Badar menunggu kedatangan Abu Sufyan bin Harb. Suatu ketika, Ma’bad bin Abu Ma’bad Al-Khuzai berjalan melewati beliau kemudian berkata ketika melihat tempat dan unta beliau yang berjalan cepat ke sana,
- ‘Sungguh, untanya lari dari teman-teman Muhammad
Dan dari kurma Ajwah Yatsrib yang seperti anggur kering yang jelek
Unta tersebut berjalan cepat di atas agama ayahnya dulu
Ia menjadikan Mata Air Qudaid sebagai tempat tujuanku’.”
Syair Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu tentang Perang Badar Yang Dijanjikan Abu Sufyan bin Harb
Ibnu Ishaq berkata, “Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu berkata tentang Perang Badar terakhir yang gagal tersebut,
- ‘Abu Sufyan berjanji lagi kepada kami untuk bertemu lagi di Badar
Namun kami tidak melihatnya jujur dan ia tidak menepati janji
Saya bersumpah seandainya engkau menepati janji jumpa dengan kami
Engkau pasti pulang dalam keadaan hina dan kehilangan sanak-kerabat
Di sana, kami tinggalkan tubuh Utbah dan anaknya
Kami tinggalkan Amr dan Abu Jahal tewas
Kalian mendurhakai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan persetan dengan agama kalian
Persetan urusan jelek kalian yang sesat itu
Sesungguhnya kendati kalian bersikap keras terhadapku
Aku tetap akan berkata bahwa keluarga dan hartaku menjadi tebusanmu bagi Rasulullah
Kami mentaati beliau dan tidak menggantinya dengan orang lain
Ia sinar dan penunjuk bagi kami di kegelapan malam’.”
Ibnu Hisyam berkata, “Abu Zaid Al-Anshari berkata kepadaku bahwa syair di atas adalah syair Ka’bah bin Malik.”
Syair Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu tentang Perang Badar Yang Dijanjikan Abu Sufyan bin Harb
Ibnu Ishaq berkata, “Hassan bin Tsabit berkata tentang Perang Badar yang dijanjikan Abu Sufyan bin Harb,
- ‘Mereka tinggalkan anak sungai Syam dihalangi unta seperti mulut unta hamil yang digembalakan di pohon Urak
Mereka tinggalkan anak sungai tersebut di tangan orang-orang hijrah kepada Tuhan mereka
Dan penolong-penolong-Nya dengan jujur, serta para malaikat-malaikat
Jika mereka pergi ke tempat yang dalam melalui pasir-pasir yang bertumpuk-tumpuk
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 179
- Maka katakan bahwa jalan itu tidak dari sana
Kami menetap di sumur selama delapan hari
Dengan guci besar dan lebar selebar kolam
Dengan kuda berwarna hitam kemerah-merahan dimana setengahnya adalah separoh badannya
Dengan ekor yang panjang dan tinggi pangkal lehernya
Engkau lihat tumbuh-tumbuhan lebat dimana akar-akarnya diterbangkan
Oleh ujung kuku unta yang cepat larinya
Jika dalam pembembaraan dan pencarian, kita bertemu dengan Furat bin Hayyan
Ia pasti tewas
Jika kita bertemu dengan Qais bin Umru’ul Qais sesudahnya
Maka warna gelap ditambahkan kepada warna gelapnya
Antarkan suratku kepada Abu Sufyan
Bahwa sesungguhnya engkau orang yang paling **** dan pelit’.”
Jawaban Abu Sufyan bin Al-Harits terhadap Hassan bin Tsabit
Ibnu Ishaq berkata, “Syair Hassan bin Tsabit di atas dijawab Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muththalib,
- ‘Hai Hassan anak dari wanita pemakan kurma dan begitu juga kakekmu,
Sesungguhnya kami telah menjelajahi padang sahara
Kami keluar hingga kijang pun tidak selamat dari kami
Kendati ia lari dari kami dengan menarik panca inderanya
Engkau menetap di sumur untuk menyerang kami
Dan meninggalkan kami berada di kebun kurma di tempat yang dekat
Kuda-kuda dan pejalan kaki kami berjalan di atas tanaman
Apa saja yang mereka injak, mereka meratakannya dengan lumpur
Kami menetap tiga hari di antara Gunung Sal’u dan Gunung Fari’
Dengan kuda dan unta yang kencang larinya
Engkau jangan mengirim kuda bagus
Namun katakan kepada kuda-kuda itu seperti perkataan pengikatnya
Kalian bahagia dengan kuda-kuda tersebut, padahal orang lain lebih berhak atasnya
Yaitu penunggang-penunggang kuda dari anak-anak Fihr bin Malik
Jika Engkau ingat, sebenarnya engkau tidak beribadah dengan hijrah dan hal-hal lain yang suci dalam agama’.”
---ooOoo---
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 180
BAB 156
PERANG DAUMATUL JANDAL DI BULAN RABI’UL AWWAL TAHUN KELIMA HIJRIYAH
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pulang ke Madinah dan menetap di dalamnya beberapa bulan hingga bulan Dzulhijjah habis. Ini adalah tahun keempat sajak kedatangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Madinah.
Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berangkat untuk memerangi Daumatul Jandal (Ibnu Hisyam berkata, “Itu terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat Siba’ bin Urfuthah Al-Ghifari sebagai imam sementara di Madinah.”)
Kemudian beliau pulang ke Madinah sebelum tiba di Daumatul Jandal karena tidak mendapatkan perlawanan. Beliau menetap di Madinah di sisa-sisa hari tahun tersebut.”
---ooOoo---
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 181
BAB 157
PERANG KHANDAQ PADA TAHUN KELIMA HIJRIYAH
Ibnu Hisyam berkata, “Ziyad bin Abdullah bin Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-Muththalibi yang berkata bahwa setelah itu terjadilah Perang Khandaq yang terjadi pada bulan Syawwal tahun kelima Hijriyah.”
Orang-orang Yahudi Memprovokasi Orang-orang Quraisy untuk melawan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, “Yazid bin Ruman mantan budak keluarga Az-Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Az-Zubair dan dari orang yang tidak aku ragukan kejujurannya dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik dan Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi. Az-Zuhri, Ashim bin Umar bin Qatadah, Abdullah bin Abu Bakr, dan ulama-ulama lainnya dimana hadits mereka tidak berbeda tentang Perang Khandaq dan sebagian dari mereka mengatakan apa yang tidak dikatakan sebagian lainnya. Mereka semua sepakat berkata,
“Setelah Perang Khandaq, beberapa orang Yahudi di antaranya Sallam bin Abu Al-Huqaiq An-Nadhri, Huyai bin Akhthab An-Nadhri, Kinanah bin Ar-Rabi’ bin Abu Al-Huqaiq An-Nadhri, Haudzah bin Qais Al-Waili, dan Abu Ammar Al-Waili –dalam kelompok orang-orang dari Bani An-Nadhir dan Bani Wail yang membentuk pasukan sekutu untuk melawan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam—keluar dari Madinah dan tiba di tempat orang-orang Quraisy di Makkah. Mereka mengajak orang-orang Quraisy memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Orang-orang Yahudi tersebut b erkata, ‘Kita akan selalu bersama kalian dalam menghadapi dia hingga kita berhasil membumihanguskannya.’ Orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi, ‘Hai orang-orang Yahudi, sesungguhnya kalian adalah ahli Kitab yang pertama dan mempunyai pengetahuan tentang akibat kami dengan Muhammad; manakah yang lebih baik antara agama kami dengan agama Muhammad?’ Orang-orang Yahudi menjawab, ‘Agama kalian lebih baik daripada agama Muhammad dan kalian lebih benar daripada dia.’ Tentang orang-orang Yahudi tersebut, Allah Ta’ala menurunkan ayat berikut,
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 182
- ‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah) bahwa mereka lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman; mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.’ (An-Nisa’: 51-52)
Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
- ‘Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. Maka di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya; dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (An-Nisa’: 54-55).
Yang dimaksud dengan karunia pada ayat di atas ialah kenabian.
Ketika orang-orang Yahudi berkata seperti itu kepada orang-orang Quraisy, maka orang-orang Quraisy senang dan bersemangat terhadap ajakan orang-orang Yahudi untuk memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian kedua kekuatan tersebut bersatu dan mengadakan persiapan secukupnya.”
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 183
Orang-orang Yahudi Memprovokasi Orang-orang Ghatafan
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu, orang-orang Yahudi keluar dari Makkah dan pergi ke Ghatafan guna mengajak mereka untuk memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka jelaskan kepada orang-orang Ghatafan bahwa mereka akan selalu bersama oarng-orang Ghatafan dan orang-orang Quraisy mendukung gagasan ini. Orang-orang Ghatafan pun bersatu dengan orang-orang Yahudi dalam ide tersebut.”
Keberangkatan Orang-orang Musyrikin dan Nama-nama Pemimpin Mereka
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu, berangkatlah orang-orang Quraisy di pimpin Abu Sufyan bin Harb, orang-orang Ghathafan dipimpin Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr bersama orang-orang Bani Fazarah, Al-Harits bin Auf bin Abu Haritsah Al-Muri bersama orang-orang Bani Murrah. Mis’ar bin Rukhailah bin Tharif bin Suhmah bin Abdullah bin Hilal bin Khulawah bin Asyja’ bin Raits bin Ghathafan bersama orang-orang yang ikut dengannya dari Bani Asyja’.”
Penggalian Parit
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengar rencana orang-orang musyrikin dan persatuan mereka, beliau membuat parit di sekitar Madinah. Beliau terjun langsung dalam pembuatannya untuk memotivasi kaum Muslimin kepada pahala. Beliau bersemangat dalam menggali parit begitu juga para sahabat. Hanya orang-orang munafik sajalah yang tidak serius. Orang-orang munafik kerja sedikit kemudian pulang ke rumah tanpa sepengetahuan dan izin beliau. Di saat yang sama, jika salah seorang dari kaum Muslimin mempunyai kebutuhan mendesak yang tidak bisa ditinggalkan, ia memberitahukannya dan meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian beliau mengizinkannya pulang ke rumah untuk memenuhi kebutuhannya. Jika ia telah selesai memenuhi kebutuhannya, ia kembali kerja membuat parit karena ingin mendapatkan kebaikan dan pahala di sisi Allah. Allah Ta’ala menurunkan ayat tentang kaum Mukminin tersebut,
- ‘Sesungguhnya yang sebenar-benar orang Mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, merekat tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka dan mohonkan ampunan untuk mereka kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ (An-Nuur: 62).(JGA: Bahasa muhammad = bahasa Allah swt
Ayat di atas turun kepada kaum Muslimin yang menyimpan pahala di sisi Allah, taat kepada-Nya, dan taat kepada Rasul-Nya. Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat tentang orang-orang munafik yang tidak serius dalam bekerja dan pulang ke rumah tanpa meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
- ‘Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul di antara kalian seperti penggilan sebagian kalian kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kalian dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.’ (An-Nuur: 63)
Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
- ‘Ketahuilah, sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi, sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kalian berada di dalamnya (sekarang).’ (An-Nuur: 64).
Maksudnya, Allah mengetahui siapa yang jujur dan yang bohong. Kemudian Allah Ta’ala berfirman.
- ‘Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu dterangkan-Nya kepada mereka apa-apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nuur: 64).
Kaum Muslimin serius dalam pembuatan parit hingga berhasil menyelesaikannya. Mereka menyenandungkan syair salah seorang dari kaum Muslimin yang bernama Ju’ail yang kemudian namanya diganti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi Amr.
- ‘Setelah namanya Ju’ail, maka namanya dirubah menjadi Amr
Pada suatu hari ia menjadi tulang punggung bagi orang yang menderita.’
Jika kaum Muslimin melewati kata Amr, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Amr.’ Dan jika mereka melewati kata tulang punggung maka beliau bersabda, ‘Tulang punggung’.”
Tanda-tanda Kebesaran Allah Yang Terjadi pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam Penggalian Parit
Ibnu Ishaq berkata, “Dalam penggalian parit terdapat banyak sekali hadits-hadits yang di dalamnya terdapat ibrah tentang kebenaran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kenabiannya, dan ibrah-ibrah tersebut dilihat langsung oleh kaum Muslimin. Di antara hadits yang sampai kepadaku ialah hadits dari Jabir bin Abdullah yang berkata, ‘Kaum Muslimin mendapatkan kesulitan dalam menggali sebagian tanah liat, kemudian mengadukannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau meminta disediakan air kemudian meludah ke dalamnya, berdoa dengan doa yang beliau inginkan kepada Allah, dan menyiramkan air tersebut ke atas tanah liat. Orang-orang yang hadir ketika itu berkata, ‘Demi Dzat yang mengutusnya sebagai nabi dengan membawa kebenaran, tanah liat tersebut hancur berkeping-keping hingga menjadi seperti pasir, padahal tadinya tidak mempan oleh kapak’.”
Mujizat Pelipatgandaan Kurma
Ibnu Ishaq berkata, “Sa’id bin Mina’ berkata kepadaku bahwa ia diberitahu bahwa putrid Basyir bin Sa’ad saudara perempuan An-Nu’man bin Basyir berkata, ‘Ibuku, Amrah binti Rawahah, memanggilku kemudian memberiku semangkok kurma di pakaianku dan berkata, ‘Putriku, pergilah ke tempat ayah dan pamanmu dari jalur ibu Abdullah bin Rawahah! Antarkan kurma ini kepada keduanya!’ Aku mengambil kurma tersebut kemudian pergi. Aku berjalan melewati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika aku mencari ayah dan pamanku dari jalur ibu. Beliau bersabda, ‘Nak, kemarilah, apa yang engkau bawa?’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ini kurma. Ibuku menyuruhku mengantarkannya kepada ayahku, Basyir bin Sa’ad, dan pamanku dari jalur ibuku, Abdullah…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 186
…bin Rawahah untuk keduanya makan.’ Beliau bersabda, ‘Coba bawa ke mari kurmanya tersebut!’ Aku tuang kurma yang aku bawa ke telapak tangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam namun tidak muat. Beliau meminta kain lalu digelar untuk beliau, kemudian beliau meletakkan kurma ke dalamnya hingga kurma berserakan di atas kain. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada seseorang yang berada di sampingnya,’Berserulah kepada para pembuat parit dan suruh mereka ke mari untuk makan siang.’ Para sahabat pembuat parit segera berkumpul di sekitar kurma kemudian memakannya. Anehnya kurma tersebut terus bertambah, hingga ketika para sahabat pembuat parit usai memakannya, ternyata kurma tersebu keluar lagi dari ujung-ujung kain’.”
Mukjizat Lain di Pelipatgandaan Makanan
Ibnu Ishaq berkata, “Sa’id bin Mina’ berkata kepadaku dari Jabir bin Abdullah yang b erkata, ‘Aku bekerja bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam penggalian parit. Aku mempunyai kambing kecil yang tidak gemuk. Aku berkata, ‘Demi Allah, aku pasti menghidangkannya kepada beliau.’ Aku perintahkan istriku membuat tepung dari sya’ir (sejenis gandum), roti, menyembelih kambing kecilku dan menghidangkan daging bakarnya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada sore hari ketika beliau hendak pulang -- kita kerja menggali parit di siang hari dan pulang ke rumah di sore hari --, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah menyiapkan makanan dari kambing kecilku, roti dari tepung sya’ir untukmu. Aku ingin pulang ke rumah berdua dengan beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ya, boleh.’ Beliau memerintahkan penyeru berseru kepada para sahabat agar mereka pergi bersama beliau ke rumah Jabir bin Abdulullah. Aku berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilahihi raaji’un.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di rumahku bersama para sahabat. Beliau duduk kemudian aku keluarkan hidangan kepadanya. Beliau mengharapkan keberkahan bagi makanan hidanganku dan menyebut nama Allah kemudian memakannya. Para sahabat dating secara bergantian; setiap kali satu kelompok telah makan, datanglah kelompok lain hingga semua kelompok selesai memakannya.”
Tanda-tanda Kebesaran Allah Yang Dilihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Parit (Khadaq)
Ibnu Ishaq berkata bahwa ia diberitahu dari Salman Al-Farisi yang berkata, “Aku menggali di sebagian parit namun ada batu keras yang tidak mampu aku pecahkan, sedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di dekatku. Ketika beliau melihatku menggali dan kerepotanku dalam memecahkan batu…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 187
…tersebut, beliau turun kemudian mengambil kapak dari tanganku. Beliau menghantam batu tersebu dengan hantaman yang memercikkan sinar di bawah kapak. Beliau menghantam batu tersebut sekali lagi dengan hantaman yang memercikkan sinar di bawah kapak. Beliau menghantam batu tersebut ketiga kalinya dengan hantaman yang memercikkan sinar di bawah kapak. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, ayah ibuku menjadi tebusanmu, sinar apakah yang aku lihat ketika engkau menghantamkan batu tersebut?’ Beliau bersabda, ‘Hai Salman, apakah engkau melihatnya?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku melihat sinar tersebut.’ Beliau bersabda, ‘Adapun sinar pertama, dengannya Allah akan menaklukan Yaman untukku. Adapun sinar kedua, dengannya Allah akan menaklukan Syam dan negeri-negeri barat untukku. Sedang sinar ketiga, dengannya Allah akan menaklukkan negeri-negeri timur untukku’.”
Persinggahan Kaum Musyrikin di Sekitar Madinah
Ibnu Ishaq berkata, “Usai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membuat parit, datanglah orang-orang Quraisy kemudian berhenti di tempat kumpulnya aliran air di Dumah antara Al-Juruf dan Zaghabah. Mereka dating ke tempat tersebut dengan membawa sepuluh ribu orang dari orang-orang ahabisy, Bani Kinanah, dan Bani Tihamah.
Orang-orang dari Ghathafan bersama orang-orang Najed juga dating kemudian berhenti di Dzanab Naqma di samping Uhud.
Di sisi lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama tiga ribu kaum Muslimin keluar dan menghadapkan punggung mereka ke Gunung Sil’un. Di sanalah beliau membuat markas, sedang parit membatasi mereka dengan musuh (Ibnu Hisyam berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat Ibnu Ummi Maktum sebagai imam sementara di Madinah.”)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan anak-anak dan wanita-wanita berlindung di benteng.”
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 188
Huyai bin Akhtab Memprovokasi Ka’ab bin Asad Al-Quradhi untuk Memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, “Musuh Allah, Huyai bin Akhtab An-Nadhri, keluar kemudian pergi ke tempat Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi, wakil Bani Quraidhah dalam perjanjian dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ka’ab bin Asad Al-Quradhi telah membuat perjanjian dengan beliau mewakili kaumnya dan orang yang menandatanganinya. Ketika Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi mendengar kedatangan Huyai bin Akhtab An-Nadhri, ia menutup pintu bentengnya. Huyai bin Akhtab meminta Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi membukakan pintunya, namun ia menolak membukanya hingga akhirnya Huyai bin Akhtab An-Nadhri berteriak, ‘Hai Ka’ab, celakalah engkau, bukakan pintu untukku!’ Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi menjawab, ‘Hai Huyai, celakalah engkau, engkau orang tercela.
Aku telah membuat perjanjian dengan Muhammad dan aku tidak ingin membatalkan perjanjianku dengannya, karena aku melihatnya menepati janji dan jujur.’ Huyai bin Akhtab bin An-Nadhri berkata, ‘Celakalah engkau, bukakan pintu untukku karena aku ingin bicara denganmu.’ Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi berkata, ‘Aku tetap tidak mau membuka pintu.’ Huyai bin Akhtab An-Nadhri berkata, ‘Demi Allah, jika engkau tetap mengunci benteng dariku, itu karena engkau takut aku makan makanan jasyisy (jenis makanan) milikmu.’ Perkataan Huyai bin Akhtab An-Nadhri tersebut membuat Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi naik darah, kemudian membuka pintu bagi Huyai bin Akhtab An-Nadhri yang kemudian berkata, ‘Celakalah engkau hai Ka’ab, aku datang kepadamu membawa orang-orang Quraisy lengkap dengan panglima perang dan tokoh-tokohnya. Sekarang mereka aku tempatkan di tempat kumpulnya air di Duman. Aku juga datang kepadamu membawa orang-orang Ghathafan lengkap dengan panglima perang dan tokoh-tokohnya. Dan sekarang mereka aku tempatkan di Dzanab Aqma di samping Uhud. Mereka semua telah bersumpah dan berjanji kepadaku untuk tidak pergi hingga kita berhasil menghabisi Muhammad dan para pengikutnya. Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi berkata kepada Huyai bin Akhtab An-Nadhri, ‘Demi Allah, engkau datang kepadaku membawa kehinaan zaman dan awan yang tidak terdapat air hujan di dalamnya. Awan tersebut berkilat namun tidak membawa apa-apa. Celakalah engkau hai Huyai, biarkan aku dengan pilihanku, karena aku melihat Muhammad itu orang yang jujur dan menepati janji.’ Huyai bin Akhtab An-Nadhri tetap berada di rumah Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi guna mengajukan berbagai argument kepadanya, hingga akhirnya Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi bersedia memberinya perjanjian untuknya. Isi perjanjian tersebut bahwa jika orang-orang Quraisy dan Ghathafan pulang tanpa berhasil mengalahkan Muhammad maka hendaknya Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi memasukkan Huyai bin Akhtab An-Nadhri ke bentengnya….
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 189
… hingga ia mendapatkan musibah seperti musibah yang diterima Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi. Dengan demikian, Ka’ab bin Sa’ad Al-Quradhi membatalkan perjanjiannya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”
Tibanya Informasi kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Pengiriman Orang-orang untuk Mengecek Kebenarannya
Ibnu Isahaq berkata, “Ketika informasi pembatalan perjanjian di atas terdengar oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari kaum Muslimin, beliau mengirim Sa’ad bin Muadz bin An-Nu’man—tokoh Al-Auz ketika itu --, Sa’ad bin Ubadah bin Dulaim warga Bani Saidah bin Ka’ab bin Al-Khazraj – tokoh Al-Khazraj ketika itu --, Abdullah bin Rawahah saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj, dan Khawwat bin Jubair saudara Bani Amr bin Auf kepada mereka (Bani Quraidhah), dan bersabda kepada mereka, ‘Pergilah, kemudian lihatlah; apakah informasi yang sampai kepada kita itu benar atau tidak? Jika informasi memang benar, hendaklah kalian berkata dengan bahasa sindiran yang paling baik dan jangan lemahkan mereka. Jika mereka menepati perjanjian antara kita dengan mereka, berkatalah secara terus terang kepada mereka.’ Para sahabat tersebut segera pergi ke Bani Quraidhah. Ketika mereka tiba di tempat mereka, mereka mendapati orang-orang Bani Quraidhah lebih brengsek dari informasi yang sampai pada mereka.
Mereka menghina Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, ‘Siapa Rasulullah itu? Kami tidak mempunyai perjanjian dengan Muhammad.’ (JGA: Membatalkan perjanjian juga merupakan hinaan lho...!
)Mereka dikecam Sa’ad bin Muadz dan mereka ganti mengecam Sa’ad bin Muadz. Sa’ad bin Muadz adalah orang yang emosional. Sa’ad bin Ubadah berkata kepada Sa’ad bin Muadz, ‘Sudahlah, engkau tidak usah mengecam mereka. Kita tidak perlu meningkatkan saling kecam.’ Setelah itu, Sa’ad bin Muadz, Sa’ad bin Ubadah, dan dua sahabat lainnya menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Mereka mengucapkan salam kepada beliau, kemudian berkata, ‘Mereka seperti Adhal dan Al-Qarah yang menghianati Khubaib dan sahabat-sahabatnya di Ar-Raji’.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Allahu Akbar. Bergembiralah kalian hai kaum Muslimin’.”
Memuncaknya Ketakutan dan Munculnya Kemunafikan Orang-orang Munafik
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika itu, ujian terasa berat dan ketakutan memuncak di kaum Muslimin, karena musuh dating kepada mereka dari atas dan bawah mereka hingga kaum Mukminin menyangka yang bukan-bukan dan terlihatlah kemunafikan sebagian orang-orang munafik, bahkan Muattib bin Qusyair saudara Bani Amr bin Auf berkata, ‘Muhammad pernah berjanji kepada…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 190
…kita bahwa kita akan menguasai asset Kisra dan Kaisar, padahal hari ini salah seorang dari kita tidak merasa aman untuk pergi ke tempat buang air.’ (Ibnu Hisyam berkata, ulama yang aku percaya berkata kepadaku bahwa Muattib bin Qusyair bukan termasuk orang-orang munafik. Ia berargumen bahwa Muattib bin Qusyair ikut hadir di Perang Badar.”)
Dan hingga Aus bin Qaidhi, salah seorang warga Bani Haritsah bin Al-Harits, berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya rumah-rumah kami tidak terlindungi dari musuh. Oleh karena itu, izinkan kami keluar untuk pulang ke rumah, karena rumah-rumah kami terletak di luar Madinah’.”
Orang-orang Musyrikin Mengepung Madinah
Ibnu Ishaq berkata, “Selama dua puluh hari atau bahkan hamper sebulan tidak terjadi perang antara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan orang-orang musyrikin. Yang terjadi hanya saling lempar panah dan pengepungan.”
Pembicaraan Perdamaian
Ibnu Ishaq berkata, “ketika ketakutan menyelimuti kaum Muslimin – seperti dikatakan kepadaku oleh Ashim bin Umar bin Qatadah dan dari orang yang tidak aku ragukan kejujurannya dari Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri --, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pergi kepada Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr dan kepada Al-Harits bin Auf bin Abu Haritsah Al-Murri yang ketika itu menjadi Panglima Perang Ghathafan. Beliau member keduanya sepertiga buah-buahan Madinah dengan syarat keduanya pulang bersama anak buahnya dari beliau dan para sahabatnya. Pembicaraan perdamaian pun berlangsung antara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan dua orang tersebut hingga mereka sepakat menulis perjanjian. Namun karena hal tersebut tidak dihadiri saksi dan tidak serius, maka hanya merupakan tukar pikiran saja.
Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bermaksud meneruskan rencana perdamaian, beliau pergi kepada Sa’ad bin Muadz dan Sa’ad bin Ubadah. Beliau menceritakan rencana perdamaian kepada keduanya dan meminta pertimbangan. Kedua sahabat berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Wahai Rasulullah, ini tindakan yang engkau inginkan kami laksanakan, ataukah engkau sendiri yang menetapkannya untuk kami?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ini sesuatu yang aku putuskan untuk kalian. Demi Allah, aku bertindak seperti itu, karena aku lihat orang-orang Arab telah menyerang kalian dari satu busur dan menyerbu kalian dari…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 191
…semua penjuru. Jad aku ingin mengalihkan kekuatan mereka dari kalian kepada sesuatu yang lain.’
Sa’ad bin Muadz berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Wahai Rasulullah, dulu kami dan kaum tersebut menyekutukan Allah, menyembah berhala-berhala, tidak menyembah Allah, tidak kenal dengan-Nya, dan mereka tidak makan kurma melainkan dari hasil jamuan dan jual-beli. Apakah sesudah Allah memuliakan kita dengan Islam, kemudian kita berikan kekayaan kita kepada mereka? Demi Allah, kita tidak perlu melakukan hal ini. Demi Allah, kita hanya berikan pedang kepada mereka hingga Allah memutuskan perkara kita di antara kita dengan mereka.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Engkau terserah dengan pendapatmu.’ Setelah itu, Sa’ad bin Muadz menerima lembaran perjanjian, kemudian menghapus tulisan yang ada di dalamnya, dan berkata, ‘Silakan mereka memusuhi kami’.”
Sebagian Orang-orang Musyrikin Berusaha Menyeberangi Parit
Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin tetap berada di dalam Madinah, sedang musuh mengepung mereka, namun perang tidak meledak di antara mereka. Beberapa tentara berkuda Quraisy, di antaranya Amr bin Abdu Wudd bin Abu Qais saudara Bani Amir bin Luai (Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan bahwa Amr adalah anak Abd bin Abu Qais.”), Ikrimah bin Abu Jahal dari Bani Makhzum, Hubairah bin Abu Wahb dari Bani Makhzum, dan Dhirar bin Khaththab bin Mirdas saudara Bani Muharits bn Fihr siap-siap untuk perang dan keluar dengan mengendarai kuda. Ketika mereka berjalan melewati kampong-kampung Bani Kinanah, mereka berkata, ‘Hai Bani Kinanah, bersiaplah kalian untuk perang, niscaya pada hari ini kalian akan tahu siapa sesungguhnya pasukan berkuda itu.’ Usai berkata seperti itu, orang-orang Quraisy tersebut berlari kencang dengan kuda-kda mereka hingga tiba di parit. Ketika mereka melihat parit tersebut, mereka berkata, ‘Demi Allah, ini tipu muslihat yang tidak pernah dibuat oleh orang-orang Arab’.”
Ibnu Hisyam berkata, “Salman Al-Farisi adalah sahabat yang menyarankan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membuat parit tersebut.”
Ibnu Hisyam berkata, “Salah seorang ulama berkata kepadaku bahwa pada Perang Khandaq kaum Muhajirin berkata, “Salman bagian dari kami.’ Orang-orang dari kaum Anshar berkata, “Salman bagian dari kami.” Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Salman bagian dari keluarga Nabi.”
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 192
Pembunuhan Ali Bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu terhadap Amr bin Abdu Wudd
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian orang-orang Quraisy tersebut mencari tempat sempit di parit, memukul kuda-kuda mereka dan kuda-kuda mereka pun masuk ke tempat tersebut, kemudian berjalan di tanah as-sabkhah (tanah berair dan asin) di atara parit dan Sal’un. Pada saat yang sama, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu bersama beberapa orang dari kaum Muslimin keluar kemudian mempersempit celah tempat masuknya orang-orang Quraisy. Penunggang-penunggang kuda Quraisy berjalan cepat dengan kuda-kuda mereka ke tempat Ali bin Abu Thalib dan sahabat-sahabatnya. Amr bin Abdul Wudd ikut hadir di Perang Badar hingga terluka berat dan tidak hadir di Perang Uhud. Pada Perang Khandaq ia keluar dengan mengenakan tanda pengenal agar tempatnya mudah diketahui. Ketika kudanya berhenti, ia berkata, ‘Siapa yang siap perang tanding denganku?’ Ali bin Abu Thalib muncul kemudian berkata, ‘Hai Amr, sungguh engkau telah berjanji kepada Allah bahwa tidaklah salah seorang dari Quraisy mengajakmu kepada dua hal melainkan engkau mengambilnya. Amr bin Abdu Wudd menjawab, ‘Ya betul.’ Ali bin Abu Thalib berkata,’Aku mengajakmu kepada Allah, Rasul-Nya, dan islam.’ Amr bin Abdu Wudd menjawab, ‘Aku tidak butuh pada itu semua.’ Ali bin Abu Thalib berkata, ‘Kalau begitu, aku ajak engkau berperang.’ Amr bin Abdu Wudd berkata, ‘Kenapa begitu, wahai anak saudaraku? Demi Allah, aku tidak ingin membunuhmu.’ Ali bin Abu Thalib berkata, ‘Namun demi Allah, aku ingin membunuhmu.’ Amr bin Abdu Wudd bangkit atas tantangan Ali bin Abu Thalib. Ia turun dari atas kuda, kemudian menyembelih, memukul wajah kudanya, dan maju kepada Ali bin Abu Thalib. Keduannya bertempur hingga akhirnya Ali bin Abu Thalib berhasil membunuh Amr bin Abdu Wudd, sedang kuda-kuda Quraisy lari pontang-panting menerobos parit.”
Syair Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu Tentang Pembunuhannya terhadap Amr bin Abdu Wudd
Ibnu Ishaq berkata, “Tentang kejadian di atas, Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berkata,
- ‘Dia (Amr bin Abdu Wudd) menolong berhala karena akalnya tidak waras
Sedang aku menolong Tuhannya Muhammad karena kebenaranku
Jangan engkau kira Allah tidak menolong agama-Nya
Dan tidak menolong Nabi-Nya, hai pasukan sekutu!’”
Ibnu Hisyam berkata, “Sebagian besar pakar syair meragukan syair di atas milik Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu.”
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 193
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika itu, Ikrimah bin Abu Jahal meletakkan tombaknya pada saat ia melarikan diri meninggalkan Amr bin Abdu Wudd.”
Hasan bin Tsabit Meledek Ikrimah bin Abu Jahal
Ibnu Ishaq berkata, “Tentang pelarian Ikrimah bin Abu Jahal, Hassan bin Tsabit berkata,
- ‘Ia melarikan diri dan meletakkan tombaknya untuk kami
Mudah-mudahan engkau hai Ikrimah tidak melakukannya
Engkau lari kabur seperti kaburnya burung unta ketika berpaling dari jalan
Engkau tidak membiarkan punggungmu jinak
Seperti dagumu adalah dagu biawak kecil’.”
Ibnu Hisyam berkata, “Bait di atas adalah penggalan dari syair Hassan bin Tsabit.”
Kode Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Sahabat-sahabatnya di Perang Khandaq
Ibnu Hisyam berkata, “Kode sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Perang Khandaq dan Perang Bani Quraidhah adalah, ‘Haamm miim, laa yunsharuun’.”
Ibnu Ishaq berkata, Abu Laila Abdullah bin Sahl bin Abdurrahman bin Sahl Al-Ashari saudara Bani Haritsah berkata kepadaku bahwa di Perang Khandaq, Ummul Mukminin, Aisyah, berada di benteng Bani Haritsah yang merupakan benteng terkuat di Madinah, Ibu Sa’ad bin Muadz juga bersama Aisyah di benteng tersebut. Aisyah berkata – ketika itu hijab belum diwajibkan --, “Kemudian lewatlah Sa’ad bin Muadz yang ketika itu mengenakan baju besi yang tidak menutupi seluruh tubuhnya. Sambil memegang tombak, Sa’ad bin Muadz berjalan melenggak-lenggok dan berkata,
- ‘Tinggallah sebentar untuk melihat perang
Tidak apa-apa mati jika memang ajalnya telah tiba.’
Ibu Sa’ad bin Muadz berkata kepada Sa’ad bin Muadz, ‘Anakku, demi Allah, engkau terlambat, oleh karena itu, segeralah berangkat!’ Aku berkata, Wahai ibu Sa’ad bin Muadz, demi Allah, aku senang kalau baju besi Sa’ad itu menutup seluruh badannya.’ Aku mengkhawatirkan Sa’ad bin Muadz terkena panah dari baju besinya tersebut dan betul Sa’ad bin Muadz dilempar panah dan memotong urat lenganya. Ia dipanah – seperti dikatakan Ashim bin Umar bin Qatadah kepadaku—oleh Habbah bin Qais bin Al-Ariqah salah seorang dari Bani Amir bin Luai. Ketika panah tersebut mengenai Sa’ad bin Muadz, Habban bin Qais bin Al-Ariqah berkata, ‘Ambil panah itu dariku. Aku anak…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 194
…Al-Atiqah.’ Sa’ad bin Muadz berkata kepada Habban bin Qais, ‘Semoga Allah memasukkan wajahnya ke neraka. Ya Allah, jika Engkau masih menyisakan sesuatu dari perang Quraisy maka tentukan untukku, karena tidak ada kaum yang lebih aku sukai untuk aku perangi selain kaum yang menganiaya RasulMu, mendustakan, dan mengusirnya. Ya Allah, jika Engkau menyudahi perang antara kami dengan mereka, berikan aku mati syahid dan jangan matikan aku hingga mataku mendapatkan kepuasan dari Bani Quraidhah’.”
Ibnu Ishaq berkata, “Orang yang tidak aku ragukan kejujurannya berkata kepadaku dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik yang berkata, ‘Orang yang melukai Sa’ad bin Muadz adalah Abu Usamah Al-Jusyami sekutu Bani Makhsum. Untuk itu, Abu Usamah melantunkan syair untuk Ikrimah bin Abu Jahal,
- [i‘Hai Ikrimah, silahkan engkau mengecamku ketika engkau berkata kepadaku.’
‘Tebusanmu adalah Khalid di benteng Madinah.’
Bukankah aku yang membuat urat lengan Sa’ad berdarah?
Dan karenanya, Sa’ad meninggal dunia
Kemudian gadis-gadis yang meratapinya bersama wanita-wanita tua
Engkau orang yang melawannya
Dan Ubaidah memanggil pasukan mereka ketika ia mengalami kesulitan’.”
][/i]
Ibnu Ishaq berkata, “Wallahu a’lam mana yang benar di antara kedua riwayat tersebut.”
Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan bahwa orang yang memanah Sa’ad bin Muadz adalah Khafajah bin Ashim bin Hibban.”
Perihal Shafiyyah binti Abdul Muththalib dan Mata-mata Yahudi
Ibnu Ishaq berkata, “Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair berkata kepadaku dari ayahnya yaitu Abbad yang berkata bahwa Shafiyyah binti Abdul Muththalib Radhiyallahu Anha berada di benteng tinggi milik Hassan bin Tsabit. Shafiyyah binti Abdul Muththalib berkata, ‘Hassan bin Tsabit berada di benteng tersebut bersama para wanita dan anak-anak. Tiba-tiba salah seorang Yahudi berjalan melewati kami dan mengelilingi benteng. Bani Quraidhah telah mengumumkan perang dan membatalkan perjanjian dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Tidak ada seorang pun yang bisa melindungi kami dari mereka, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin sedang menghadapi musuh hingga tidak bisa pergi ke tempat kami jika seseorang datang menyerang kami. Aku berkata, ‘Hai Hassan, orang Yahudi ini seperti engkau lihat mengelilingi benteng. Demi Allah, aku khawatir ia menyebarkan aurat kita kepada orang-orang Yahudi di belakang kita. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 195
…dan sahabat-sahabatnya sibuk hingga tidak bisa mengurusi kita, oleh karena itu, turunlah engkau kepadanya dan bunuhlah dia!’ Hassan bin Tsabit berkata, ‘Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, hai anak Abdul Muththalib, demi Allah, engkau tahu bahwa aku tidak ahli untuk tugas tersebut.’ Ketika Hassan bin Tsabit berkata seperti itu dan aku tidak melihat sesuatu padanya, aku mengencangkan kainku kemudian mengambil tongkat besi. Setelah itu, aku turun dari benteng menuju orang Yahudi tersebut dan memukulnya dengan tongkat besiku hingga tewas. Setelah membunuhnya, aku naik ke atas benteng dan berkata kepada Hassan bin Tsabit, ‘Hai Hassan, turunlah engkau ke jenazah orang Yahudi tersebut, kemudian ambillah apa yang dikenakannya, karena tidak ada yang menghalangiku untuk mengambil apa yang ia kenakan melainkan ia orang laki-laki.’ Hassan bin Tsabit berkata, ‘Aku tidak butuh untuk mengambil barang-barangnya, hai Putri Abul Muththalib’.”
Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya berada dalam ketakutan dan penderitaan luar biasa, karena persekutuan musuh untuk menghadapi mereka dank arena musuh-musuh mendatangi mereka dari atas dan bawah mereka.”
Masuk Islamnya Nu’aim bin Mas’ud Al-Ghathafani dan Tawaran Bantuan darinya
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Nu’aim bin Ma’sud bin Amir bin Unaif bin Tsa’labah bin Qunfudz bin Hilal bin Khalawah bin Asyja’ bin Raits bin Ghathafan datang ke tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah masuk Islam dan kaumku tidak mengetahui ke islamanku. Oleh karena itu, suruhlah aku apa saja yang engkau inginkan.’
Beliau bersabda, Engkau salah seorang dari kami. Oleh karena itu, pecahkan persatuan mereka jika engkau mampu, karena perang adalah tipu daya’.”
Nu’aim bin Mas’ud Pergi ke Bani Quraidhah untuk Menggembosi Mereka
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Nu’aim bin Mas’ud pergi ke Bani Quraidhah – ia sahabat mereka pada masa jahiliyah—kemudian berkata kepada mereka, ‘Hai Bani Quraidhah, kalian tahu kecintaaku kepada kalian dan kekhususan antara aku dengan kalian.’ Orang-orang Bani Quraidhah berkata, ‘Engkau benar. Engkau bukan orang tertuduh di tempat kami.’ Nu’aim bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya orang-orang Quraisy dan orang-orang Ghathafan tidak sama seperti kalian. Negeri ini negeri kalian. Di dalamnya, terdapat kekayaan, anak-anak, dan wanita-wanita kalian. Kalian tidak bisa pindah ke negeri lainnya. Sesungguhnya orang-orang Quraisy dan orang-orang Ghathafan datang untuk…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 196
…memerangi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Anehnya kalian mendukung mereka, padahal negeri, kekayaan, dan wanita-wanita mereka buka di negeri kalian. Jadi mereka tidak sama seperti kalian. Jika mereka mendapatkan kesempatan, mereka pasti mengambilnya. Jika mereka tidak mendapatkannya mereka pulang ke negeri mereka dan meninggalkan kalian berhadapan dengan Muhammad di negeri kalian dan kalian tidak mempunyai kekuatan jika ia menyerang kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian memerangi Muhammad bersama kaum tersebut hingga kalian mengambil gadai dari tokoh-tokoh mereka untuk menjadi jaminan di tangan kalian sehingga dengan demikian kalian dapat memerangi Muhammad dengan mereka hingga kalian berhasil mengalahkannya.’ Orang-orang Bani Quraidhah berkata, ‘Engkau telah memberikan pertimbagan yang baik’.”
Nu’aim bin Mas’ud Pergi ke Tempat Orang-orang Quraisy untuk Menggembosi Mereka
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Nu’aim bin Mas’ud pergi ke tempat orang-orang Quraisy. Ia berkata kepada Abu Sufyan bin Harb dan orang-orang Quraisy yang bersamanya, ‘Kalian tahu kecintaanku kepada kalian dan sikapku meninggalkan Muhammad. Aku menerima informasi dan berpendapat bahwa aku harus menyampaikannya kepada kalian sebagai nasihat untuk kalian, oleh karena itu rahasiakan aku.’ Orang-orang Quraisy berkata, ‘Ya, itu akan kami kerjakan.’ Nu’aim bin Mas’ud berkata, ‘Kalian tahu bahwa semua orang-orang Yahudi telah menyesali perbuatan mereka terhadap Muhammad dan berkirim surat kepadanya yang isinya, ‘Kami menyesali apa yang telah kami perbuat. Oleh karena itu, apakah engkau ridha jika kami mengambil tokoh-tokoh dari Quraisy dan Ghathafan kemudian mereka kami serahkan kepadamu lalu engkau penggal kepala mereka. Setelah itu kita bersama-sama menghadapi sisa-sisa mereka hingga kita menghabisi mereka?’ Muhammad membalas surat mereka dengan berkata, ‘Ya,’ Jadi, jika orang-orang Yahudi datang kepada kalian untuk meminta gadai dari tokoh-tokoh kalian, jangan serahkan seorang pun dari kalian kepada mereka.”
Nu’aim bin Mas’ud Pergi ke Tempat Orang-orang Ghathafan Untuk Menggembosi Mereka
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Nu’aim bin Mas’ud pergi ke tempat orang-orang Ghathafan dan berkata kepada mereka, ‘Hai orang-orang Ghathafan, sesungguhnya kalian adalah asal-usulku, keluargaku, manusia yang paling aku cintai, dan aku tidak melihat kalian mencurigaiku.’ Orang-orang Ghathafan menjawab, ‘Engkau berkata benar dan bukan orang tertuduh di tempat kami,’
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 197
Nu’aim bin Mas’ud berkata, ‘Rahasiakan aku.’ Mereka menjawab,’Ya. Apa yang engkau perintahkan kepada kami?’ Setelah itu, Nu’aim bin Mas’ud berkata seperti yang ia katakana kepada orang-orang Quraisy dan mengingatkan mereka seperti yang ia ingatkan kepada orang-orang Quraisy.”
Delegasi Quraisy dan Ghathafan Pergi kepada Orang-orang Yahudi untuk Mengajak Mereka Berperang
Ibnu Ishaq berkata, “Pada malam Sabtu bulan Syawwal tahun kelima Hijriyah di antara yang diperbuat Allah Ta’ala untuk Rasul-Nya bahwa Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Ghathafan mengirim Ikrimah bin Abu Jahal beserta beberapa orang dari Quraisy dan Ghathafan kepada Bani Quraidhah dan berkata kepada mereka, ‘Kita telah berada di negeri abadi. Unta dan kuda banyak yang tewas, oleh karena itu, mari kita berangkat perang hingga mengalahkan Muhammad dan kita selesaikan permasalahan antara kita dengannya’.”
Orang-orang Yahudi MInta Gadai
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian orang-orang Yahudi mengirim delegasi kepada orang-orang Quraisy dan orang-orang Ghathafan dengan membawa pesan, ‘Sesungguhnya hari ini hari Sabtu yaitu hari dimana kami tidak mengerjakan apa pun di dalamnya. Pernah ada sebagian dari kami melakukan sesuatu pada hari tersebut kemudian ia mendapatkan musibah seperti yang kalian ketahui. Kami tidak akan ikut bersama kalian memerangi Muhammad hingga kalian member kami gadai dari tokoh-tokoh kaliam kemudian tokoh-tokoh tersebut berada di tempat kami sebagai jaminan untuk kami hingga kita bisa mengalahkan Muhammad, karena kita khawatir jika kita kalah di perang maka kalian pulang ke negeri kalian dan meninggalkan kami dan Muhammad di negeri kami sedang kami tidak mempunyai kekuatan untk menghadapinya’.”
Orang-orang Quraisy Menolak Tuntutan Orang-orang Yahudi
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika delegasi Quraisy dan Ghathafan pulang dengan membawa pesan orang-orang Yahudi Bani Quraidhah, maka orang-orang Quraisy dan Ghathafan berkata, ‘Demi Allah, sesungguhnya apa yang dikatakan Nu’aim bin Mas’ud kepada kalian adalah benar, maka kirim utusan kepada Bani Quraidhah dengan membawa pesan bahwa demi Allah, kita tidak akan menyerahkan seorang pun tokoh-tokoh kami kepada kalian. Jika kalian ingin perang, keluarlah dan berperanglah.’ Ketika delegasi orang-orang Quraisy dan Ghathafan tiba di tempat orang-orang Yahudi Bani Quraidhah dan menyampaikan pesan orang-orang Quraisy dan orang-orang Ghathafan, mereka berkata, ‘Sesungguhnya apa yang dikatakan Nu’aim bin Mas’ud kepada kalian…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 198
…adalah benar. Orang-orang Quraisy dan orang-orang Ghathafan tidak menginginkan apa-apa kecuali perang. Jika mereka mendapatkan peluan emas, mereka akan menggunakannya baik-baik. Jika mereka tidak mendapatkannya, mereka akan pulang ke negeri mereka dan membiarkan kalian dengan Muhammad di negeri kalian’.”
Orang-orang Yahudi Menolak Perang
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian orang-orang Yahudi Quraidhah mengirim delegasi untuk menemui orang-orang Quraisy dan orang-orang Ghathafan dengan membawa pesan, ‘Demi Allah, kita tidak mau memerangi Muhammad bersama kalian hingga kalian member kami gadai.’ Orang-orang Quraisy dan orang-orang Ghathafan menolak memenuhi permintaan orang-orang Yahudi Bani Quraidhah. Allah menggagalkan rencana mereka dengan mengirim angin di malam-malam yang sangat dingin, menjungkirbalikkan periuk-periuk mereka.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Mengutus Hudzaifah bin Al-Yaman Menyelidik Kondisi Pasukan Sekutu
Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengar konflik yang terjadi di pasukan sekutu dan bagaimana Allah memecah-belah persatuan mereka, beliau memanggil Hudzaifah bin Al-Yaman kemudian mengutusnya pergi kepada mereka untuk menyelidiki apa yang dikerjakan mereka di amalam hari.”
Ibnu Ishaq berkata, Yazid bin Ziyad berkata kepadaku dari Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi yang berkata bahwa seseorang dari Kufah berkata kepada Hudzaifah bin Al-Yaman, “Hai Abu Abdullah, apakah engkau pernah melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menemaninya?” Hudzaifah bin Al-Yaman menjawab, “Ya.” Orang Kufah tersebut bertanya, “Apa yang engkau perbuat?” Hudzaifah bin Al-Yaman menjawab, “Demi Allah, dulu kami sangat menderita.” Orang Kufah tersebut berkata, “Demi Allah, jika kami berjumpa dengan Rasulullah, kami tidak akan membirakannya berjalan di atas permukaan bumi dan kami pasti memanggulnya di atas pundak-pundak kami.” Hudzaifah bin Al-Yaman berkata, “Hai anak saudaraku, demi Allah, dulu kami bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Khandaq (parit). Beliau melakukan qiyamul lail kemudian menoleh kepada kami dan bersabda, ‘Siapa orang yang siap pergi kepada kaum tersebut (pasukan sekutu) untuk melihat apa yang mereka kerjakan kemudian ia pulang lagi kepada kita? Sebagai gantinya, aku meminta kepada Allah Ta’ala agar orang tersebut menjadi sahabat karibku di surge.’ Beliau member syarat orang yang diutus tersebut harus kembali lagi.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 199
Tidak ada seorang pun kaum Muslimin yang siap menunaikan tugas tersebut karena takut, lapar, dan udara sangat dingin. Karena tidak ada seorang pun dari sahabat yang berdiri untuk menunaikan tugas tersebut, beliau memanggilku. Aku tidak tertarik menunaikan tugas tersebut ketika beliau memanggilku. Beliau bersabda kepadaku, ‘Hai Hudzaifah, pergilah dan masuklah ke tempat mereka. Lihatlah apa yang sedang mereka kerjakan dan jangan melakukan perbuatan apa pun hingga engkau tiba di tempat kita.’ Aku pun berangkat kemudian masuk ke tempat kaum tersebut, sementara itu, angin dan tentara-tentara Allah bereaksi kepada mereka hingga tidak periuk, api dan kemah yang tetap utuh. Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, hendaklah setiap orang melihat kepada orang yang ada di sebelahnya.’ Aku segera memegang tangan seseorang yang ada di sampingku dan bertanya kepadanya, ‘Siapa engkau?’ Orang tersebut menjawab, ‘Aku Fulan bin Fulan.’ Setelah itu, Abu Sufyan bin Harb, ‘Hai semua orang-orang Quraisy, demi, Allah kalian tidak berada di negeri abadi. Sungguh betis dan tapak kaki hewan telah kelelahan. Bani Quraidhah telah berkhianat dan kita mendengar sesuatu yang tidak kita sukai dari mereka. Kita juga mendapatkan serangan angin keras seperti yang kalian lihat. Periuk kita tidak ada yang utuh. Api tidak ada yang menyala. Dan kemah tidak ada yang tegak untuk kita. Oleh karena itu, pulanglah kalian, karena aku juga akan pulang.’ Usai berkata seperti itu, Abu Sufyan bin Harb berdiri menuju untanya yang tadinya terikat kemudian duduk di atasnya. Ia pukul untanya, kemudian untanya meloncat sambil jalan. Demi Allah, Abu Sufyan bin Harb tidak melepaskan tali kekang untanya melainkan ia berada di atasnya. Seandainya saja Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak membuat perjanjian denganku agar aku tidak mengerjakan perbuatan apa pun hingga aku datang kepada beliau, aku pasti membunuhnya dengan panah jika aku mau.
Setelah itu, aku pulang menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang ketika itu sedang berdiri shalat dengan mengenakan pakaian dari bulu milik salah satu istrinya. Ketika beliau melihatku datang, beliau menyuruhku masuk ke kedua kakinya dan melemparkan ujung pakaian bulunya kepadaku. Setelah itu, beliau kembali sujud dan aku di dalamnya. Sesudah beliau salam, aku laporkan apa yang aku lihat kepada beliau.
Orang-orang Ghathafan mendengar apa yang dialami orang-orang Quraisy, kemudian mereka pulang kembali ke negeri mereka.”
---ooOoo---