SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 1 (txt lengkap)

Pembahasan tentang buku² Islam yang tersedia di berbagai toko buku di Indonesia. Isi buku² ini membenarkan penjelasan FFIndonesia tentang wajah Islam dan ajaran Muhammad yang sebenarnya.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 87
BAB 17
PEMBAHASAN TENTANG KELAHIRAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Penggalian Zamzam
Ibnu Hisyam berkata bahwa Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam berkata kepada kami, pembahasan tentang Rasullah shallallahu Alaihi wa Sallam adalah seperti yang dikatakan kepada kami oleh Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai dari Muhammad bin Ishaq al-Muthallibi yang berkata, "Ketika Abdul Muththalib sedang tidur di Hajar Aswad, ia bermimpi didatangi seseorang yang memerintahkan menggali Sumur Zamzam yang ketika itu tertimbun di antara dua berhala orang-orang Quraisy, Isaf dan Nailah di samping tempat penyembelihan hewan orang-orang Quraisy. Orang-orang Jurhum menimbun Sumur Zamzam tersebut ketika mereka meninggalkan Makkah. Sumur Zamzam adalah sumur Nabi Ismail bin Ibrahim yang diberikan Allah ketika ia kehausan pada masa kecilnya. Ibunya mencarikan air minum untuknya, namun tidak mendapatkannya. Ibu Ismail berdiri di Safa berdoa kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya untuk Ismail. Kemudian ia pergi ke Marwa dan mengerjakan seperti yang ia kerjakan di Safa. Allah Ta'ala mengutus Malaikat Jibril Alaihis Salam lalu menekan Ismail agar menggerak-gerakkan tumitnya ketanah. Dari hasil gerakan tumitnya, keluarlah air untuk ibu Ismail. Pada saat yang bersamaan, ibu Ismail mendengar suara binatang buas dan ia menghawatirkan keselamatan anaknya. Ia segera kembali ke tempat anaknya dengan perasa iba terhadap anaknya, dan mendapati anaknya berusaha mencari air yang ada di bawah pipinya untuk diminumnya. Setelah itu, ibu Ismail membuat lubang kecil."
---ooOoo---
JGA: Saya bingun membaca bab 17 ini. Judulnya tidak sesuai dengan isi. Tidak ada sama sekali periwayatan kelahiran Muhammad. Apakah ia keluar dari vagina atau meledak keluar dari perut ibunya :lol: Saya pikir, kalo ulama sekelas Hisyam saja menulis begini mutunya, gimana lagi orang yang awam...hihihi...dasar pengikut orang tak sekolahan...

JGA: Ternyata jibril itu suka maksa. Apa yang diperbuatnya pada Ismai diperbuat juga pada Muhammad di gua hira. Malaikat maksa Muhammad yang katanya gak bisa baca agar membaca tulisan yang dibawakannya. Cara pemaksaannya pun sangat ekstrim dengan mencekik leher sang nabi. Hal ini membuat sang nabi sangat ketakutan dan lari mendapatkan Kadijah, istrinya.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 88
BAB 18
PERIHAL ORANG-ORANG JURHUM DAN PENIMBUNAN SUMUR ZAMZAM
Pengelolaan Baitullah Berasal dari Keturunan Ismail
Ibnu Hisyam berkata, "Pembahasan tentang orang-orang Jurhum, penimbunan Sumur Zamzam oleh mereka, kepergian mereka dari Makkah, dan pihak yang menguasai Makkah sepeninggal mereka hingga Abdul Muththalib menggali Sumur Zamzam adalah seperti yang dikatakan kepada kami oleh Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai dari Muhammad bin Ishaq yang berkata, bahwa ketika Ismail bin Ibrahim wafat, maka sepeninggalnya Baitullah dikelola anaknya yang bernama Nabit bin Ismail selama jangka waktu tertentu, kemudian pengelolaan Baitullah sesudahnya dilanjutkan Mudzadz bin Amr Al-Jurhumi."

Ibnu Hisyam berkata, "Konon ada yang mengatakan, Midzadz bin Amr Al-Jurhumi."
===================================================================================================
(JGA: Logika tak nyambung dari Hisyam. Jika Ismail dipercaya adalah bapak bangsa Arab satu-satunya, maka pengelolaan sumur mereka mestinya jatuh pada cucu Ismai dan seterusnya. Nah mengapa pula malah jatuh pada tangan orang lain?. Dari sini jelas faktanya bahwa di arab sudah ada suku-suku arab lain (termasuk kaum Jurhum). Dengan keterangan ini hancurlah klaim islam yang ngotot bilang orang arab adalah keturunan Ismail.

Kalau dikatakan bahwa ada kelompok masyarakat arab yang merupakan keturunan Ismail, itu masih dapat diterima akal.

====================================================================================================

Konflik antara Jurhum dengan Qathura'
Ibnu Ishaq berkata, "Anak-anak Ismail, anak-anak Nabit bersama kakek mereka, Mudzadz bin Amir, paman-paman mereka dari jalur ibu dari Jurhum, Jurhum, dan Qathura' adalah penduduk Makkah ketika itu. Jurhum dan Qathura' adalah adalah saudara misan dan datang dari Yaman. Keduanya ikut rombongan musafir. Orang-orang Jurhum dipimpin Mudzadz bin Amr, dan orang-orang Qathura' dipimpin As-Samaida, salah seorang dari mereka, karena kebiasaan oarng-orang Yaman, jika mereka keluar dari Yaman, mereka tidak keluar kecuali dipimpin orang yang mengurusi segala persoalan mereka. Tiba di Makkah, Jurhum dan Qathura' melihat daerah yang kaya air dan pohon, dan keduanya tertarik kepada daerah tersebut dan berhenti di sana. Mudzadz bin Amr dan orang-orang Jurhum yang ikut bersamanya singgah di Makkah atas, tepatnya di Qu'aiqian dan tidak keluar daripadanya. Sedang As-Samaida' singgah di Makkah bawah, tepatnya di Jiyad dan tidak keluar daripadanya. Mudzadz memungut uang sepersepuluh bagi orang-orang yang masuk Makkah dari Makkah atas. As-Samaida' juga memungut uang sepersepuluh bagi siapa saja yang memasuki Makkah dari Makkah bawah. Masing-masing dari keduannya berada di kaumnya masing-masing dan tidak masuk kepada yang lain.
======================================================================================================
Halaman 89

Dalam perjalanan waktu, Jurhum dan Qathura' saling serang terhadap yang lain dan bersaing memperebutkan jabatan raja. Ketika itu, Mudzadz didukung anak keturunan Ismail dan anak keturunan Nabit. Mudzadz mempunyai hak mengelola Baitullah dan bukannya As-Samaida'. Pasukannya bersenjatakan tombak, perisai, pedang, dan tempat anak panah yang menimbulkan suara gemerincing. Konon Qu'aiqi'an dinamakan Qu'aiqi'an karena kejadian tersebut (suara gemerincing). As-Samaida' juga keluar dari Jiyad dengan membawa kuda dan pasukannya. Konon, Ajyad tidak dinamakan Ajyad melainkan karena keluarnya kuda-kuda bersama As-Samaida' dari Ajyad. Kedua belah pihak bertemu di Fadhih, kemudian mereka bertempur dalam perang yang sengit. As-Samaida' tewas dalam pertempuran tersebut dan orang-orang Qathura' dikecam habis-habisan dalam pertempuran tersebut dan orang-orang Qathura' dikecam habis-habisan. Konon Fadhih tidak dinamakan Fadhih kecuali karena kecaman tersebut.

Setelah itu, kedua belah pihak mengajak berdamai. Mereka berjalan hingga tiba di Al-Mathabikh, jalan di antara dua bukit di Makkah atas. Mereka berdamai di sana dan menyerahkan permasalahannya kepada Mudzadz. Ketika pengelolaan Makkah diserahkan kepada Mudzadz, dan ia menjadi raja di Makkah, ia menyembelih hewan untuk manusia, memberi mereka makan, menyuruh manusia masak, dan makan. Konon, Al-Mathabikh tidak dinamakan Al-Mathabikh melainak karena kejadian tersebut. Sebagian orang-orang berilmu menduga, bahwa Al-Mathabikh dinamakan Al-Mathabikh, karena orang-orang Tubba' (Yaman) menyembelih hewan di tempat kediaman mereka. Apa yang terjadi antara Mudzadz dengan As-Samaida' adalah kedzaliman pertama di Makkah, menurut sebagian besar orang.

Kemudian Allah menyebarkan anak keturunan Ismail di Makkah, dan paman-paman mereka dari Jurhum menjadi pengelola Baitullah dan penguasa di Makkah tanpa ada satu pun dari anak keturunan Ismail yang memprotesnya, karena orang-orang Jurhum adalah paman mereka, dan kerabat mereka, serta karena menjaga keagungan Makkah agar tidak terjadi pelanggaran dan peperangan di dalamnya. Ketika Makkah terasa sempit bagi anak keturunan Ismail, mereka berpencar-pencar ke banyak negeri. Jika mereka diperangi musuh, Allah menolong mereka karena agama mereka hingga mereka berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dan menguasai negeri mereka."
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

halaman 90
BAB 19
KEDZALIMAN ORANG-ORANG JURHUM DAN PENGUSIRAN MEREKA DARI MAKKAH
Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang Jurhum bertindak dzalim di Makkah, menghalalkan kerusakan di tanah suci, berbuat dzalim terhadap warga non-Makkah yang memasuki Makkah, dan memakan kekayaan Ka'bah yang dihadiahkan untuk Ka'bah. Akibatnya, urusan mereka menjadi acak-acakan. Ketika hal tersebut dilihat Bani Bakr bin Abdu Manaf bin Kinanah, dan Ghubsyan dari Khuza'ah, mereka sepakat untuk memerangi orang-orang Jurhum dan mengusir mereka dari Makkah. Kemudian mereka mengumumkan perang terbuka melawan orang-orang Jurhum. Kedua belah pihak bertempur hingga akhirnya Bani Bakr dan Ghubsyan berhasil mengalahkan orang-orang Jurhum, dan mengusir mereka dari Makkah. Pada masa jahiliyah, kedzaliman dan pelanggaran hukum tidak boleh terjadi di Makkah, :lol: (JGA: Kasihan para slimer modern yang terhasut para ulama dan menuduh orang pada masa jahiliyah pelanggar hukum paling jahat--hihi ternyata orang masa itu patuh pada hukum) serta siapapun yang melakukan pelanggaran hukum di dalamnya harus diusir daripadanya. Sebelumnya Makkah dinamakan An-Nassah dan jika seorang raja ingin menghalalkan keharamannya, pasti ia binasa di dalamnya. Ada raja yang mengatakan Makkah tidak dinamakan Bakkah, melainkan karena ia meremukkan leher para tiranik jika mereka melakukan pelanggaran hukum di dalamnya.

Ibnu Hisyam berkata bahwa Abu Ubaidah berkata kepadaku Bakkah adalah nama salah satu kabila di Makkah, karena mereka saling berdesakan di dalamnya. Abu Ubaidah membacakan syair kepadaku,
  • Jika air diambil, ia mendesaknya
    Maka lepaskan dia hingga berdesak-desakan di Bakkah
Maksudnya, tinggalkan dia hingga untanya berdesak-desakan di dalamnya. Bakkah adalah tempat Baitullah dan Masjidil Haram. Dua bait syair di atas ialah milik Aman bin Ka'ab bin Amr bin Sa'ad bin Zaid Manat bin Tamim.

JGA: Tampaknya ibnu Ishaq mengarang alasan-alasan tak berdasar tentang pengusiran ini. Tidak dijelaskan kedzaliman seperti apa yang dimaksudnya hingga berdampak pada kebencian dua kabilah lain dan mengakibatkan mereka terusir dari mekkah. Kemungkinan hal ini terjadi karena perebutan kekuasaan antar kabilah

Kepulangan Orang-orang Jurhum ke Yaman
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Amr bin Al-Harts bin Mudzadz Al-Jurhum keluar dengan membawa dua kijang emas Ka'bah, dan dua batu tiang, kemudian menimbunnya di Sumur Zamzam. Setelah itu, ia dan ...
=====================================================================================================
Halaman 91

...orang-orang Jurhum pulan ke Yaman. Mereka sangat terpukul, karena kehilangan pengelolaan Ka'bah dan kepemimpinan di dalamnya. Tentang hal tersebut, Amr bin Al-Harts bin Amr bin Mudzadz berkata--ia bukan Mudzadz Al-Akbar--,
  • Ia berkata dengan bercucuran air mata
    Sepertinya antara Al-Hajun dan Safa tidak ada teman
    Dan di Makkah tidak ada
    Aku katakan kepadanya, sementara hatiku seperti
    Dibuat gagap oleh burung di antara dua sayapnya
    Sungguh, dulu kami adalah penguasa Makkah
    Kemudian perputaran malam mengubah kami
    Kami adalah pengelola Baitullah setelah Nabi
    Kami thawaf di Baitullah dan kebalikannya tampak dengan jelas
    Kami pengelola Baitullah setelah Nabit dengan terhormat
    Kami menjadi penguasa, kemudian kami menjadi terhormat, dan kerajaan kami kuat
    Tidak ada seorang pun selain kami yang biasa seperti itu
    Bukankah kalian tidak menikahkan dengan orang terbaik yang aku kenal?
    anak-anaknya adalah milik kami dan kami adalah keluarganya
    Jika dunia meninggalkan kami
    Sesungguhnya dunia mempunyai satu kondisi di mana di dalamnya terdapat permusuhan
    Kemudian kami diusir daripadanya oleh takdir
    Begitulah, wahai manusia, takdir itu berlaku
    Aku katakan, 'Jika orang bahagia bisa tidur, sedang aku tidak bisa tidur maka Suhail dan Amir tidak jauh dari sini.'
    Kami diganti di Makkah dengan tokoh-tokoh yang tidak kami sukai
    Yaitu kabilah-kabilah di antaranya dari Himyar dan Yuhabir
    Kami menjadi bahan omongan, padahal sebelumnya semua orang iri kepada kami
    Kemudian air mata mengalir karena menangisi suatu negeri (Makkah)
    Di dalamnya terdapat keamanan dan di dalamnya terdapat Masyair
    Ia menangisi rumah yang burung daranya tidak boleh diganggu
    Ia bernaung di bawahnya dengan aman dan di dalamnya terdapat burung pipit
    Dan di dalamnya terdapat binatang-binatang buas yang tidak menyerang binatang jinak
    Jika binatang jinak keluar daripadanya, ia tidak diserang
Ibnu Hisyam berkata, "Ucapan Amir, 'Anak-anaknya milik kami,' berasal dari selain Ibnu Ishaq."
=====================================================================================================
Halaman 92

Ibnu Ishaq berkata, "Selain itu, Amr bin Al-Harts juga berkata karena ingat Bakr, Ghubsyan, dan penduduk Makkah yang mereka tinggalkan di dalamnya,
  • Hai manusia, berjalanlah, karena sesungguhnya akhir kesudahan kalian
    Pada suatu hari ialah tidak bisa berjalan
    Dulu kami adalah manusia-manusia seperti kalian kemudian zaman mengubah kami
    Kalian adalah seperti kami dulu
Ibnu Hisyam berkata, "Itulah syair yang benar yang diucapkan Amr bin Al-Harts."

Ibnu Hisyam berkata bahwa salah seorang pakar syair berkata kepadaku, bait-bait syair di atas adalah syair pertama yang diucapkan tentang orang-orang Arab, syair-syair tersebut ditulis di batu di Yaman, dan ia tidak menyebutkan penulisnya kepaadaku."
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 93
BAB 20
OTORITAS GHUBSYAH MENGELOLA BAITULLAH
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Ghubsyan dari Khuza'ah ditunjuk sebagai pengelola Baitullah dan bukannya Bani Bakr bin Abdul Manat. Orang yang ditunjuk untuk menjalankan tugas tersebut di antara mereka ialah Amr bin Al-Harts Al-Ghubsyani. Orang-orang Quraisy ketika itu ialah kelompok-kelompok, dan rumah-rumah yang terpencar-pencar di kaum mereka Bani Kinanah. Orang-orang Khuza'ah mengelola Baitullah dan orang tua mewariskannya kepada anak kecil. Orang Khuza'ah yang terakhir kali mengelola Baitullah ialah Halail bin Habsyiyah bin Salul bin Ka'ab bin Amr Al-Khuzai."

Ibnu Hisyam berkata bahwa ada yang mengatakan Hubsyiyah bin Salul.
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 94
BAB 21
PERNIKAHAN QUSHAI BIN KILAB DENGAN HUBBA BINTI HULAIL
Ibnu Ishaq berkata, "Qushai bin Kilab melamar Habbai kepada ayahnya Hulail bin Habasyiyah. Hulail tertarik kepada Qushai, kemudian menikahkan putrinya dengan Qushai bin Kilab. Dari hasil pernikahan Qushai bin Kilab dengan Hubba, lahirlah Abduddaar, Abdu Manaf, Abdu Uzza, dan Abdu."

Qushai Berusaha Merebut Pengelolaan Baitullah
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika anak-anak Qushai bin Kilab tersebar ke mana-mana, hartanya semakin banyak, kehormatannya semakin mencorong, dan Hulail meninggal dunia, ia berpendapat, bahwa ia lebih berhak mengelola Ka'bah dan menjadi penguasa Makkah daripada Khuza'ah dan Bani Bakr, bahwa orang-orang Quraisy adalah keturunan Ismail bin Ibrahim yang paling baik, dan anak keturunannya yang paling jelas. Kemudian ia berbicara dengan tokoh-tokoh Quraisy dan Kinanah, dan mengajak mereka mengusir Kuza'ah dan Bani Bakr dari Makkah. Tokoh-tokoh Quraisy dan Kinanah merespon ajakannya. Jauh sebelum itu, Rabi'ah bin Haram dari Udzrah bin Sa'ad bin Zaid tiba di Makkah setelah wafatnya Kilab kemudian menikah dengan Fathimah binti Sa'ad bin Sayal. Ketika itu, Zuhrah telah dewasa, sedang Qushai bin Kilab baru memasuki usia sapih. Rabi'ah memboyong Fathimah kenegerinya dan Fathimah membawa Qushai bersamanya, sedang Zuhrah tetap tinggal di Makkah. Di kemudian hari Fathimah melahirkan Rizah dari hasil perkawinannya dengan Rabi'ah. Ketika Qushai telah dewasa, ia pergi ke Makkah dan menetap di dalamnya. Ketika ajakannya direspon kaumnya, ia menulis surat kepada saudara seibunya, Rizah bin Rabi'ah. Ia ajak untuk menolongnya, dan berjuang bersamanya. Rizah bin Rabi'ah berangkat dengan diikuti saudara-saudaranya; Hunn bin Rabi'ah, Mahmud bin Rabi'ah, dan Julhumah bin Rabi'ah--mereka lain ibu--, serta orang-orang yang ikut haji bersam mereka dari Qudha'ah. Mereka sepakat untuk membantu Qushai bin Kilab. Orang-orang Khuza'ah menyangka Hulail bin Habasyiyah telah mewasiatkan Qushai bin Kilab untuk bertindak yang demikian, dan memerintahkannya seperti itu ketika anak-anaknya telah tersebar...
====================================================================================================
Halaman 95

...ke mana-mana, serta berkata kepadanya, "Engkau lebih berhak mengelola Ka'bah, dan mengurusi Makkah daripada Khuza'ah." Ketika itulah Qushai bin Kilab mengajukan tuntutannya, dan kita tidak mendengar hal tersebut dari orang-orang selain mereka, wallahu a'lam."
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 96
BAB 22
AL-GHAUTS BIN MURR MENJADI PEMANDU JAMA'AH HAJI
Al-Ghauts bin Murr bin Ud bin Thabihah bin Ilyas bin Mudzar menjabat sebagai pemandu jama'ah haji dari Arafah, dan anak keturunannya sepeninggalnya. Ia dan anak keturunannya dinamakan Shufah (penyelenggara haji). Al-Ghauts menduduki jabatan tersebut, karena ibunya yang berasal dari Jurhum tidak hamil, kemudian bernazar, bahwa jika ia melahirkan anak laki-laki, ia akan menyedekahkannya kepada Ka'bah; anak tersebut menjadi pelayan Ka'bah dan mengurusinya. Kemudian ibunya melahirkan Al-Ghauts, dan jadilah Al-Ghauts mengurusi Ka'bah pada periode pertama bersama paman-pamannya dari Jurhum. Ia memandu jama'ah haji dari Makkah, karena kedudukannya terhadap Ka'bah dan anak keturunannya sepeninggalnya hingga mereka meninggal semua. Al-Ghauts bin Murr bin Ud berkata tentang ibunya yang melaksanakan nadzarnya,
  • Sesungguhnya aku menjadikan anak-anaknya untuk Tuhan
    Sebagai ahli ibadah di Makkah yang agung
    Oleh karena itu, berkatalah dia untuk di dalamnya
    Dan jadikan dia sebagai manusia terbaik
Menurut mereka, jika Al-Ghauts berjalan dengan manusia, ia berkata,
  • Ya Allah, sesungguhnya aku hanya pengikut
    Jika ada dosa, maka dosa tersebut menjadi tanggung jawab Qudha'ah
Shufa dan Melempar Jumrah
Ibnu Ishaq berkata bahwa Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair berkata kepadaku dari ayahnya yang berkata bahwa shufah berangkat bersama manusia dari Arafah dan memandu mereka jika mereka berangkat dari Mina. Pada hari nafar; mereka berangkat untuk melempar jumrah. Salah seorang dari shufah melempar jumrah untuk jama'ah haji, dan mereka tidak melempar jumrah hingga ia melemparnya. Dikisahkan orang-orang yang mempunyai kebutuhan mendesak datang kepada shufah, kemudian berkata, "Berdirilah, dan lemparlah jumrah hingga kami melempar jumrah bersamamu." Shufah berkata, "Tidak. Demi Allah, kami tidak melempar jumrah hingga matahari condong ke barat." Mereka melempar jumrah dan berkata kepadanya,...
========================================================================================================
Halaman 97

..."Celaka engkau, berdirilah dan lemparlah." Ia menolak melempar jumrah. Ketika matahari telah condong ke barat, shufah berdiri kemudian melempar jumrah dan jama'ah haji pun melempar jumrah bersamanya.

Ibnu Ishaq berkata, "Jika mereka telah selesai melempar jumrah, dan ingin meninggalkan Mina, orang-orang shufa berdiri di samping Al-Aqabah, dan jama'ah haji pun berhenti. Mereka berkata, 'Berjalanlah wahai shufah.' Mereka tidak boleh berjalan hingga para shufah berjalan. Jika para shufah telah berjalan, jama'ah haji diperbolehkan berjalan, kemudian mereka berjalan di belakang para shufah. Mereka menjabat sebagai shufah hingga generasi mereka habis, yaitu Bani Sa'ad bin Zaid Manat bin Tamim. Jadi jabatan tersebut menjadi milik Bani Sa'ad, tepatnya keluarga Shafwan bin Al-Harts bin Syijnah."

Nasab Shafwan bin Khabab
Ibnu Hisyam berkata, "Shafwan ialah anak Jinab bin Syijnah bin Utharid bin Auf bin Ka'ab bin Sa'ad bin Zaid Manat bin Tamim."

Shafwan, Anak-anaknya, dan Bimbingannya terhadap Manusia
Ibnu Ishaq berkata, "Shafwan adalah orang yang membibing manusia berhaji dari Arafah, kemudian anak keturunannya sepeninggalnya. Anak keturunannya yang terakhir kali melakukannya pada zaman Islam ialah Karib bin Shafwan. Aus bin Tamim bin Maghra' As-Sa'di berkata,
  • Manusia tidak bertindak ketika mereka berhaji
    Hingga dikatakan kepada mereka, 'Berjalanlah wahai keluarga Shafwan'."
Berangkat dari Muzdalifah
Adapun ucapan Dzi Al-Ashba' Al-Adwani--yang nama aslinya adalah Hurtsan bin Amr. Ia dinamakan Dzu Al-Ashba', karena ia mempunyai jari-jari, kemudian ia memotongnya--ialah sebagai berikut,
  • Permohonan maaf dari Adwan
    Dulunya mereka adalah orang-orang yang disegani
    Sebagian di antara mereka berbuat dzalim terhadap sebagian
    Dan tidak belas kasih terhadap sebagian yang lain
    Di antara mereka ada yang menjadi pemimpin-pemimpin
    Dan orang-orang yang membayar pinjaman
    Di antara mereka ada yang membimbing manusia mengerjakan sunnah dan wajib
========================================================================================================
Halaman 98
  • Di antara mereka terdapat penguasa yang memutuskan
    Apa yang telah ia putuskan, tidak ia batalkan
Bait-bait syair di atas adalah penggalan dari syair-syair Dzu Al-Ashba', karena kepemimpinan perjalanan meninggalkan Mudzalifah menjadi milik Adwan sebagaimana dikatakan kepadaku oleh ziyad bin Abdullah Al-Bakkai dari Muhammad bin Ishaq. Mereka mewariskannya dari generasi ke generasi sesudahnya, hingga orang yang terakhir kali melaksanakannya dalam Islam adalah Abu Sayyarah Umailah bin Al-A'zal. Tentang dirinya, salah seorang penyair Arab berkata,
  • Kami berjuang demi Abu Sayyarah
    Dan demi budak-budaknya dari Bani Fazarah
    Hingga ia menuntun keledainya dengan selamat
    Dengan menghadap kiblat berdoa kepada-Nya
Ibnu Ishaq berkata, "Abu Sayyarah memandu jama'ah haji di atas keledainya. Oleh karena itu, penyair tersebut berkata, 'Keledainya selamat'."
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 99
BAB 23
PERIHAL AMIR BIN DZARIB AL-ADWANI
Amir bin Dzarib Al-Adwani: Hakim Orang-orang Arab
Ibnu Ishaq berkata, "Yang dimaksud dengan penguasa yang memutuskan pada syair sebelumnya adalah Amir bin Dzarib bin Amr bin Iyadz bin Yasykur bin Adwan Al-Adwani. Jika orang-orang Arab mempunyai pemicu konflik dan hal-hal yang dilematis, mereka menyerahkannya kepada Amir bin Dzarib, dan mereka menerima apa saja yang diputuskan Amir bin Dzarib. Status hukum waria pernah ditanyakan kepada Amir bin Dzarib. Orang-orang Arab berkata kepadanya, 'Apakah engkau memandangnya sebagai orang laki-laki atau orang perempuan?' Mereka tidak mengajukan persoalan yang lebih pelik daripada hukum waria ini. Amir bin Dzarib berkata, 'Beri aku waktu untuk memikirkan persoalan kalian ini. Demi Allah, aku belum pernah mendapatkan persoalan yang lebih rumit dari persoalan ini, hai orang-orang Arab !' Mereka memberi kelonggaran waktu kepada Amir bin Dzarib. Pada malam harinya, Amir bin Dzarib tidak bisa tidur karena memikirkan persoalan di atas. Ia mempunyai budak wanita yang bernama Sukhailah yang menggembalakan kambing-kambingnya. Amir bin Dzarib sering mengkritik budak wanitanya ketika ia pulang dari padang gembala. Amir berkata kepadanya, 'Hai Sukhailah, demi Allah, engkau pulang pagi saja?' Jika budak wanitanya hendak berangkat ke padang gembala, Amir bin Dzarib berkata, 'Hai Sukhailah, demi Allah, engkau berangkat sore hari saja?' Amir bin Dzarib berkata seperti itu, karena Sukhailah seringkali menunda keberangkatannya ke padang gembal hingga didahului para gembala yang lain, dan menunda kepulangannya hingga didahului para gembala yang lain. Ketika Sukhailah mengetahui tuannya semalam suntuk tidak bisa tidur, gelisah, dan sebentar sekali berbaring di atas ranjang, Sukhailah bertanya, 'Ada apa denganmu, semoga engkau tidak mempunyai ayah?' :lol: Malam ini aku melihat berbeda dengan malam-malam sebelumnya?' Amir bin Dzarib berkata, 'Celaka engkau, biarkan aku. Ini bukan urusanmu !' Sukhailah mengulangi pertanyaannya, kemudian Amir bin Dzarib berkata dalam hatinya, 'Barangkali Sukhailah bisa memberikan jalan keluar persoalan yang aku hadapi.' Ia berkata kepada Sukhailah, 'Celaka engkau :lol: , aku ditanya tentang warisan waria,...
======================================================================================================
Halaman 100

...apakah aku memutuskan waria tersebut laki-laki atau perempuan? Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku kerjakan dan pemecahan yang terlintas dalam diriku.' Sukhailah berkata, 'Mahasuci Allah, semoga engkau tidak mempunyai ayah, putuskan dia berdasarkan cara kencingnya. :lol: Perhatikan dia, jika dia kencing seperti laki-laki, maka dia orang laki-laki, dan jika dia kencing seperti perempuan, maka dia orang perempuan.' Amir bin Dzarib berkata, 'Hai Sukhailah, pergilah sore hari sesudah waria tersebut atau pergilah pagi hari, demi Allah engkau telah memberi jalan keluar atas persoalan ini.' Keesokan harinya, Amir bin Dzarib menemui manusia dan memutuskan persoalan tersebut berdasarkan petunjuk Sukhailah." :rolling:
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 101
BAB 24
PENGUASAAN QUSHAI BIN KILAB ATAS MAKKAH, PENNYATUAN QURAISY, DAN DUKUNGAN QUDHA'AH
Qushai bin Kilab Mengalahkan Para Shufah
Ibnu Ishaq berkata, "Pada tahun itu, para shufah bekerja seperti biasanya, karena orang-orang Arab telah mengetahuinya, dan itu adalah agama menurut mereka pada masa orang-orang Jurhum, Khuza'ah, dan pemerintahan mereka. Pada saat mereka bekerja seperti biasanya, mereka didatangi Qushai bin Kilab diikuti orang-orang dari Quraisy, Kinanah, dan Qadha'ah di Aqabah. Qushai bin Kilab berkata kepada mereka, 'Kami lebih berhak menangani urusan ini (haji) daripada kalian.' Kemudian terjadilah perang besar di antara mereka. Di akhir perang, pada shufah kalah, dan Qushai bin Kilab berhasil mengalahkan mereka, dan merampas apa yang ada di tangan mereka."

Penyerangan Qushai bin Kilab terhadap Khuza'ah, Bani Bakr, dan Penyelesaian Perkara Mereka
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika itu, Khuza'ah dan Bani Bakr menghindar dari Qushai bin Kilab. Mereka sadar, Qushai bin Kilab juga akan melarang mereka menangani penyelenggaraan haji sebagaimana ia melarang shufah, dan akan menjauhkan mereka dari Ka'bah dan pengurusan Makkah. Ketika Khuza'ah dan Bani Bakr menjauh dari Qushai bin Kilab, maka Qushai bin Kilab memperlihatkan sikap permusuhannya kepada mereka, dan sepakat untuk memerangi mereka. Khuza'ah dan Bani Bakr juga keluar dari markasnya untuk menghadainya. Kedua belah pihak bertemu, kemudian mereka bertempur habis-habisan, hingga jatuh korban yang banyak di kedua belah pihak. Setelah itu, kedua belah pihak mengajak berdamai, dan persoalan mereka diputuskan oleh seseorang dari Arab. Kemudian membawa persoalan mereka kepada Ya'mur bin Auf bin Ka'ab bin Amir bin Laits bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah. Ya'mur bin Auf memutuskan perkara, bahwa Qushai bin Kilab lebih berhak atas Ka'bah dan pengurusan Makkah daripada Khuza'ah, bahwa semua darah Khuza'ah dan Bani Bakr yang ditumpahkan Qushai bin Kilab tidak ada kewajiban membayar ganti rugi, dan bahwa semua darah Quraisy, Kinanah dan Qudha'ah yang ditumpahkan Khuza'ah dan...
=====================================================================================================
Halaman 102

Bani Bakr terdapat ganti rugi yang harus dibayarkan, serta Qushai bin Kilab diberi kebebasan untuk mengurusi Ka'bah dan Makkah. Sejak saat itu, Ya'mur bin Auf dinamakan Asy-Syaddakh, karena ia menggugurkan kewajiban membayar ganti rugi darah."

Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan Asy-Syuddakh."

Qushai bin Kilab Menjual Penguasa Makkah
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Qushai bin Kilab berkuasa atas Ka'bah, dan Makkah. Ia memboyong kaumnya dari negeri mereka ke Makkah. Ia menjadi raja bagi kaumnya dan penduduk Makkah. Kendati begitu, ia tetap mengizinkan orang-orang Arab mengerjakan apa yang sudah biasa mereka kerjakan, karena ia melihatnya sebagai agama yang tidak boleh diubah. Ia mengizinkan keluarga Shafwan, Adwan, An-Nasa'ah, dan Murrah bin Auf mengerjakan apa yang biasa mereka kerjakan, hingga datanglah Islam yang kemudian menghapus itu semua. Jika Qushai bin Kilab adalah orang pertama dari Bani Ka'ab bin Luai yang menjadi raja yang ditaati kaumnya. Penjagaan Ka'bah, penguasaan Sumur Zamzam sekaligus pemberian minum jama'ah haji dengan air Zamzam, jamuan makan kepada jama'ah haji, Daar An-Nadwah (ruang pertemuan), dan komando perang Quraisy sepenuhnya berada di tangan Qushai bin Kilab. Ia memegang seluruh kehormatan Makkah. Ia menjadi pemimpin Makkah, dan memposisikan setiap kaum dari Quraisy pada posisinya di Makkah sebagaimana sebelumnya. Sebagian orang menduga, bahwa orang-orang Quraisy tidak berani menebang pohon-pohon tanah suci di rumah-rumah mereka, kemudian Qushai bin Kilab dengan dibantu para pendukungnya menebang pohon-pohon tersebut. Orang-orang Quraisy hormat kepada Qushai bin Kilab karena ia menyatukan perpecahan dan mereka mendambakan bisa seperti Qushai bin Kilab. Seorang wanita tidak dinikahkan, salah seorang laki-laki dari Quraisy tidak menikah, orang-orang Quraisy tidak bermusyawarah membahas permasalahan yang terjadi pada mereka, dan mereka tidak memutuskan perang kepada kaum lain melainkan di rumah Qushai bin Kilab dan penanganan itu semua dilakukan salah seorang dari anaknya. Jika anak wanita telah menginjak usia baligh, dan ingin mengenakan pakaian rumah, ia tidak memulai mengenakan pakaian tersebut kecuali di rumah Qushai bin Kilab. Qushai bin Kila mengenakan pakaian tersebut kepada sang gadis, kemudian sang gadis mengenakannya dan pulang kepada keluarganya dengan mengenakan pakaian tersebut. Perintah Qushai bin Kilab kepada kaumnya Quraisy pada masa hidupnya dan sepeninggalnya adalah seperti agama yang harus diikuti dan mereka tidak boleh menggunakan selain perintah Qushai bin Kilab. Qushai bin Kilab membangun Daar An-Nadwah untuk dirinya dan menjadikan pintunya dekat Ka'bah. Di Daar An-Nadwah itulah orang-orang Quraisy memutuskan semua perkarannya."
====================================================================================================
Halaman 103

Ibnu Hisyam berkata, "Salah seorang penyair berkata,
  • Aku bersumpah bahwa Qushai dipanggil untuk mempersatukan
    Dengannya Allah mempersatukan kabilah-kabilah dari Fihr
Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdullah bin Rasyid berkata kepadaku dari ayahnya yang berkata, "Aku mendengar As-Saib bin Khabbab berkata bahwa ia mendengar seseorang berbicara dengan Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu yang ketika itu menjabat sebagai khalifah tentang Qushai bin Kilab; penyatuannya terhadap Makkah, pengusirannya terhadap Khuza'ah dan Bani Bakr dari Makkah, penguasaannya terhadap Baitullah, dan kepemimpinannya di Makkah. Umar bin Khaththab tidak membantahnya dan tidak pula mengcounternya."

Ibnu Ishaq berkata, "Setelah Qushai bin Kilab berhasil mengakhiri perangnya, maka saudaranya, Rizah bin Rabi'ah pulang ke negerinya ditemani pengikutnya dari kaumnya."

Syair Rizah bin Rabi'ah tentang Pengusiran Khuza'ah
Rizah bin Rabi'ah berkata tentang jawabannya terhadap ajakan Qushai bin Kilab,
  • Ketika utusan Qushai datang
    Kemudian ia berkata, 'Penuhilah ajakan kekasihmu.'
    Kami segera berangkat kepadanya dengan mengendarai kuda yang kencang larinya
    Kami berjalan dengan kuda tersebut malam hari hingga pagi hari
    Kami bersembunyi di siang hari agar kami tidak dilihat oleh musuh
    Kuda-kuda tersebut sangat kencang seperti jalannya sekawanan burung
    Semua mereka ikut merespon ajakan utusan Qushai
    Kami kumpulkan rahasia dari dua Gunung Asymadz
    Dan kami kumpulkan orang dari setiap kelompok
    Duhai kalian sekawanan kuda, tidak ada satu malam pun
    Engaku seperti seribu kuda yang berjalan cepat dengan enteng kaki
    Ketika kuda-kuda tersebut melintas Asjar,
    Turun di tempat pemberhentian unta
    Melewati Ar-Rikn dari Wariqan,
    Melintasi Al-Arj,
    Kuda-kuda melintasi genangan air yang tidak pernah dilaluinya
    Mereka diobati di Marr selama bermalam-malam
    Kami dekatkan kuda-kuda yang banyak anak-anaknya
    Dengan harapan mereka mencuri kuda-kuda yang banyak meringkik
    Ketika kami tiba di Makkah
    Kami diperbolehkan pasukan membunuh kabilah demi kabilah
    Kami perangi mereka, dan kami bunuh mereka dengan ketajaman
================================================================================================
Halaman 104
  • pedang-pedang
    Kami pukul mereka bak kekerasan burung elang
    Persis seperti orang kuat memukul orang lemah
    Kami bunuh Khuza'ah dan Bakr di negerinya sendiri
    Kami bunuh generasi demi generasi
    Kami usir mereka dari negeri raja
    Sebagaimana mereka tidak boleh menempati dataran rendah
    Tawanan perang mereka berada dalam ancaman pedang
    Dan kami sembuhkan semua orang yang sakit
Syair Tsa'labah Al-Qudha'i
Tsa'labah bin Abdullah bin Dzubyan bin Al-Harts bin Sa'ad Hudzaim Al-Qudha'i berkata tentang perintah Qushai bin Kilab ketika ia mengajak mereka berperang kemudian ajakannya direspon,
  • Kami bawakan kuda-kuda yang kencang larinya
    Kuda-kuda tersebut berjalan cepat dari anak bukit Al-Jinab menuju dua Gua Tihamah
    Kemudian kami dari Al-Faifa' berjumpa di lembah yang runtuh
    Adapun para Shufah yang waria
    Mereka meninggalkan tempat-tempat mereka karena takut terpukul
    Bani Ali Bangkit ketika mereka melihat kami memegang pedang-pedang
    Mereka seperti unta yang kebingungan
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 105
BAB 25
SYAIR QUSHAI BIN KILAB
Qushai bin Kilab berkata,
  • Aku anak Ashimin dari Bani Luai
    Rumahku di Makkah dan di dalamnya aku tumbuh
    Sungguh, Ma'ad telah mengetahui sungai
    Dan aku senang kepada Marwanya
    Aku tidak menang jika tidak terkumpul di dalamnya anak-anak Qaidzar dan An-Nabit
    Rizah adalah penolongku dan dengannya aku berjaya tidak bisa ditandingi oleh siapapun
    Aku tidak takut disiksa, selagi aku hidup
Rizah bin Rabi'ah, Nahd, Hautakah, dan Syair Qushai bin Kilab
Ketika Rizah bin Rabi'ah tiba di negerinya, Allah membentangkan kekuasaannya dan membentangkan kekuasaan Hunna. Keduanya adalah kabilah Adzrah pada saat itu. Belum lam Rizah bin Rabi'ah menginjakkan kakinya di negerinya, ia terlibat konflik dengan Nahd bin Zaid dan Hautakah bin Aslum, keduanya adalah dua kabilah di Qudha'ah. Rizah bin Rabi'ah mengancam mereka hingga akhirnya mereka pergi ke Yaman dan diusir dari negeri-negeri Qudha'ah. Setelah itu mereka menetap di Yaman. Qushai bin Kilab berkata -- ia menyukai Qudha'ah, kemajuannya, persatuannya, dan karena ia mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rizah. Juga karena mereka mempunyai jasa kepadanya ketika mereka menyambut seruannya untuk menolongnya--, ia mengungkapkan ketidaksenanganya atas tindakan Rizah terhadap Qudha'ah,
  • Ketahuilah, adakah yang bersedia menyampaikan pesanku kepada Rizah?
    Sungguh, aku membencimu karena dua hal;
    Aku membencimu karena tindakanmu terhadap Bani Nahd bin Zaid
    Juga karena engaku memisahkan mereka denganku
    Dan Hautakah bin Aslum, jika ada kaum yang menyakiti mereka, maka mereka telah menyakitiku
======================================================================================================
Halaman 106

Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan bahwa syair-syair di atas adalah syair-syair Zuhair bin Jinab Al-Kalbi."

Qushai bin Kilab Mengistimewakan Anak Sulungnya, Abduddaar
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Qushai bin Kilab sudah kian tua dan tulang-tulangnya semakin lemah, Abduddaar adalah anak sulungnya, Abdu Manaf telah meroket namanya sejak ayahnya masih hidup, setiap orang memilih jalannya sendiri-sendiri. Abdul Uzza dan Abdu. Qushai bin Kilab berkata kepada anak sulungnya, Abduddaar, 'Demi Allah, anakku, aku pasti akan menyusulmu kepada mereka, kendati mereka lebih terhormat daripada engkau. Seorang pun dari mereka tidak boleh masuk ke dalam Ka'bah hingga engkau yang membuka Ka'bah untuknya. Orang-Quraisy tidak boleh memasang bendera perang kecuali di tanganmu. Seorang pun di Makkah tidak boleh minum kecuali dari airmu. Tidak ada seorang pun dari jama'ah haji memakan makanan kecuali dari makananmu. Orang-orang Quraisy tidak boleh memutuskan satu persoalan pun kecuali di rumahmu.' Setelah itu Qushai bin Kilab memberikan rumahnya kepada Abduddaar, yaitu Daar An-Nadwah, tempat orang-orang Quraisy memutuskan seluruh persoalan di dalamnya. Selain itu, hak menjaga Ka'bah, bendera perang, memberi minum jama'ah haji, dan menjamu mereka diserahkan Qushai bin Kilab kepada Abduddaar.

Untuk menjamu jama'ah haji pada setiap musim haji, orang-orang Quraisy memberikan sebagian hartanya kepada Qushai bin Kilab, kemudian dana yang telah terkumpul digunakan untuk membuat makanan bagi jama'ah haji, kemudian makanan tersebut dimakan siapa saja di antara jama'ah haji yang tidak memiliki bekal. Dana tersebut diwajibkan Qushai bin Kilab kepada orang-orang Quraisy. Ketika Qushai bin Kilab memerintahkan kewajiban tersebut, ia berkata kepada orang-orang Quraisy, 'Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian tetangga-tetangga Allah, penduduk Rumah-Nya, dan penghuni tanah haram. Sesungguhnya jama'ah haji adalah tamu-tamu Allah, dan pengunjung-pengunjung Rumah-Nya. Mereka tamu-tamu yang layak dimuliakan. Oleh karena itu, buatkan makanan dan minuman untuk mereka pada hari-hari haji hingga mereka meninggalkan negeri kalian.' Orang-orang Quraisy menuruti perintah Qushai bin Kilab. Untuk itu, dalam setiap tahun, mereka memberikan sebagian hartanya kepada Qushai bin Kilab, kemudian dana yang terkumpul digunakan untuk membuat makanan jama'ah haji pada hari-hari Mina. Hal ini mulai berlaku sejak zaman jahiliyah hingga islam datang, kemudian diberlakukan Islam hingga zaman sekarang. Makanan tersebut dibuat (disiapkan) untuk jama'ah haji oleh sultan pada setiap tahun di Mina hingga jama'ah haji menyelesaikan aktifitas hajinya.

Ibnu Ishaq berkata, "Perihal Qushai bin Kilab, ucapannya kepada Abduddaar, dan haknya yang ia berikan kepada Abduddaar disampaikan kepadaku oleh Abu Ishaq bin Yasar dari Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhum. Abu Ishaq bin Yasar berkata, bahwa seseorang dari Bani Abduddaar yang bernama Nubaih bin Wahb bin Amir bin Ikrimah bin Amir bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddaar bin Qushai. Al-Hasan bin Muhammad berkata, 'Qushai bin Kilab menyerahkan semua persoalan kaumnya yang selama ini ia pegang kepada Abduddaar, karena Qushai bin Kilab tidak boleh ditentang, dan apa saja yang diperbuatnya tidak boleh dilawan'."
---ooOoo---
Last edited by JANGAN GITU AH on Mon May 03, 2010 4:36 pm, edited 1 time in total.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 108
BAB 26
KONFLIK ORANG-ORANG QURAISY SEPENINGGAL QUSHAI BIN KILAB DAN PERJANJIAN AL-MUTHAYYIBN
Konflik Sesama Anak Keturunan Qushai

Ibnu Ishaq berkata, "Setelah Qushai bin Kilab meninggal dunia, kepemimpinan atas kaumnya dan kaum-kaum yang lain dipegang anak-anak Qushai bin Kilab. Namun mereka membagi-bagi Makkah, setelah sebelumnya disatukan Qushai bin Kilab. Mereka membagi-bagi Makkah untuk kaum mereka dan sekutu-sekutu mereka dalam hal ini dan tidak ada konflik antara mereka. Namun setelah itu Banu Abdu Manaf bin Qushai, yaitu: Abdu Syama, Hasyim, Al-Muththalib, dan Naufal bersatu untuk merebut hak-hak yang selama ini dipegang Abduddaar bin Qushai. Qushai bin Kilab sengaja memberi hak-hak tersebut kepada Abduddaar. Hak-hak tersebut adalah hak menjaga Ka'bah, komando perang, memberi minum jama'ah haji, dan menjamu mereka. Bani Abdu Manaf, Hasyim, Al-Muththalib, dan Naufal berpendapat bahwa mereka labih berhak atas hal-hal tersebut daripada Abduddaar, karena mereka lebih terhormat, dan lebih utama di kaumnya. Akibatnya, orang-orang Quraisy pun terpecah belah. Kelompok yang sependapat dengan Bani Abdu Manaf berkata, bahwa Bani Abdu Manaf lebih berhak atas hak-hak tersebut daripada Bani Abduddaar, karena kedudukan Bani Abdu Manaf di kaumnya. Kelompok yang sependapat dengan Bani Abduddaar berkata, bahwa apa yang telah diberikan Qushai bin Kilab kepada mereka tidak boleh diambil lagi dari mereka. Pemimpin Bani Abdu Manaf adalah Abdu Syams bin Abdu Manaf, karena ia orang tertua di Bani Abdu Manaf, sedang pemimpin Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushai, Bani Zuhrah bin Kilab, Bani Taim bin Murrah bin Ka'ab, dan Bani Al-Harts bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr berpihak kepada Bani Abdu Manaf. Sedang Bani Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah, Bani Sham bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab, Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab, dan Bani Adi bin Ka'ab berpihak kepada Bani Abduddaar. Sedang Amir bin Luai dan Muharib bin Fihr tidak berpihak kepada kelompok manapun."
=====================================================================================================
Halaman 109

Perjanjian Al-Muthayyibin
Ibnu Ishaq berkata, "Bani Abdu Manaf mengeluarkan mangkok yang penuh dengan parfum. Mereka mengaku bahwa sebagian wanita-wanita Bani Abdu Manaf memberikan mangkok tersebut kepada mereka, kemudian mereka meletakkan mangkok terebut di samping Ka'bah. Setelah itu, mereka saling berjanji bersama sekutu-sekutu mereka. Mereka mengusapkan tangannya ke ka'bah untuk menguatkan pendirian mereka. Oleh karena itu, mereka dinamakan Al-Muthayyibin (orang-orang yang berparfum)."

Persekutuan
Ibnu Ishaq berkata, "Bani Abduddaar dan sekutu-sekutunya mengadakan perjanjian di samping Ka'bah, bahwa masing-masing dari mereka tidak akan mentelantarkan yang lain, dan tidak akan menyerahkan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, dan tidak akan menyerahkan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Mereka dinamakan Al-Ahlaaf (sekutu).

Kemudian masing-masing kabilah berbaris rapi untuk perang dan siap untuk pertempuran. Bani Abdu Manaf disiapsiagakan untuk membantu Bani Sahm. Bani Asad disiapsiagakan untuk membantu Bani Abduddaar. Bani Zuhrah disiapsiagakan untuk membantu Bani Jumah. Bani Taim disiapsiagakan untuk membantu Bani Makhzum. Bani Al-Harts bin Fihr disiapsiagakan untuk membantu Bani Adi bin Ka'ab. Setelah itu, mereka berkata, 'Hendaklah setiap kabilah berpihak kepada kabilah yang didukungnya'."

Perdamaian
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika mereka telah siap untuk bertempur, tiba-tiba masing-masing pihak mengajak pihak lain berdamai dengan suatu isi perdamaian, bahwa hak pemberi minum dan penjamuan jama'ah haji diberikan kepada Bani Abdu Manaf, sedang hak penjagaan Ka'bah, komando perang dan Daar An-Nadwah (ruang pertemuan) diberikan kepada Bani Abduddaar seperti semula. Masing-masing pihak menyepakati klausul perdamaian, menerimanya, menahan diri dari perang, dan semuanya harus menghormati pihak yang terlibat dalam perdamaian. Mereka seperti itu hingga Islam datang. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
  • 'Tidak satu pun perdamaian semasa jahiliyah, melainkan Islam semakin menguatkannya'."
---ooOoo---
Last edited by JANGAN GITU AH on Mon May 03, 2010 9:24 pm, edited 1 time in total.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 110
BAB 27
PERJANJIAN AL-FUDHUL
Ibnu Hisyam berkata, "Adapun perjanjian Al-Fudhul, maka Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq yang berkata, bahwa kabilah-kabilah Quraisy mengajak diadaknnya perjanjian. Kemudian mereka berkumpul di rumah Abdullah bin Jud'an bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Luai, karena kehormatannya dan ketuaannya. Pertemuan di rumah Abdullah bin Ju'dan dihadiri Bani Hasyim, Bani Al-Muththalib, Asad bin Abdul Uzza, Zuhrah bin Kilab, dan Taim bin Murrah. Mereka sepakat, bahwa jika mereka melihat orang yang teraniaya di Makkah; penduduk asli Makkah atau orang-orang yang datang di Makkah, mereka harus berpihak kepadanya, dan orang-orang yang menganiaya orang-orang tersebut harus mengembalikan apa yang diambilnya dari orang yang dianiayanya. Orang-orang Quraisy menamakan perjanjian tersebut Perjanjian Al-Fudhul."

Hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang Perjanjian Al-Fudhul
Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Yazid bin Al-Muhajir bin Qunfudz At-Taimi berkata kepadaku, ia mendengar Thalhah bin Abdullah bin Auf Az-Zuhri berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
  • "Sesungguhnya aku ikut menghadiri perjanjian di rumah Abdullah bin Jud'an. Perjanjian tersebut lebih aku sukai daripada unta merah. Jika dalam Islam aku diundang untuk mengadakan perjanjian seperti itu, pasti aku memenuhinya."
===================================================================================================
Halaman 111

Al-Husain Radhiyallahu Anhu Mengancam Al-Walid bahwa Ia akan Menghidupkan Perjanjian Al-Fudhul
Ibnu Ishaq berkata bahwa Yazid bin Abdullah bin Usamah bin Al-Hadi Al-Laitsi berkata kepadaku bahwa Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harts At-Taimi berkata kepadanya, terjadi konflik perebutan harta bi Dzi Al-Marwa antara Al-Husain bin Ali bin Abu Thalib dengan Al-Walid bin Utbah bin Abu Sufyan yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Madinah. Ia diangkat menjadi gubernur oleh pamannya, Muawiyah bin Abu Sufyan. Al-Walid berdalih kepada Al-Husein, bahwa ia lebih berhak atas harta tersebut karena ia gubernur. Al-Husain berkata kepada Al-Walid, "Aku bersumpah kepada Allah, engkau harus memberikan hakku atau aku mengambil pedangku, lalu aku berdiri di Masjid Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian aku mengajak diselenggarakannya perjanjian Al-Fudhul." Abdullah bin Az-Zubair yang ketika itu berada di tempat Al-Walid berdiri setelah Al-Husain berkata seperti itu, kemudian ia berkata, "Aku juga bersumpah dengan nama Allah, jika Al-Husain mengajakku mengadakan perjanjian Al-Fudhul, pasti aku mengambil pedangku kemudian aku berpihak kepadanya hingga haknya diberikan kepadanya atau kita semua mati karenanya."

Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harts At-Taimi berkata, "Aku mendengar bahwa Al-Miswar bin Makhramah bin Naufal Az-Zuhri juga berkata seperti itu. Aku juga mendengar bahwa Abdurrahman bin Utsman bin Ubaidillah At-Taimi berkata seperti itu. Ketika hal ini didengar Al-Walid, ia langsung memberi Al-Husain akan haknya dan dengan lapang dada."

Pihak-pihak Siapa Yang Keluar dari Perjanjian
Ibnu Ishaq berkata bahwa Yazid bin Abdullah bin Usamah bin Al-Hadi Al-Laitsi berkata kepadaku dari Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harts At-Taimi yang berkata bahwa Muhammad bin Jubair bin Muth'im bin Adi bin Naufal bin Abdu Manaf, orang terpandai di Quraisy datang kepada Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam setelah Abdullah bin Az-Zubair terbunuh dan manusia berkumpul di tempat Abdul Malik bin Marwan. Ketika Muhammad bin Jubair telah masuk, Abdul Malik bin Marwan berkata kepadanya, "Hai Abu Sa'id, bukankah kami dan kalian (Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf) serta Bani Naufal bin Abdu Manaf ikut perjanjian Al-Fundhul?" Muhammad bin Jubair berkata, "Engkau lebih tahu tentang masalah tersebut." Abdul Malik berkata, "Engkau harus menjelaskan masalah ini dengan jujur, hai Abu Sa'id!" Muhammad bin Jubair berkata, "Demi Allah, kami dan kalian telah keluar dari perjanjian tersebut." Abdul Malik berkata, "Engkau benar."

Hasyim bin Abdu Manaf Menjamu Jama'ah Haji dan Memberi Minum kepada Mereka
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian tugas pemberian minum kepada...
===================================================================================================
Halaman 112

...jama'ah haji dan penjamuan mereka dijalankan Hasyim bin Abdu Manaf. Sebabnya, karena Abdu Syam adalah pengembara dan jarang sekali berada di Makkah. Ia miskin dan anaknya banyak. Menurut banyak orang, jika musim haji tiba, Abdu Syam berdiri di hadapan orang-orang Quraisy, kemudian berkata kepada mereka. 'Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian adalah tetangga-tetangga Allah dan penjaga Rumah-Nya. Pada musim ini akan datang kepada kalian tamu-tamu Allah dan jama'ah haji. Mereka tamu-tamu Allah. Tamu yang harus dihormati adalah mereka. Oleh karena itu, siapkan makanan untuk mereka, karena mereka harus menetap di Makkah. Demi Allah, jika aku mempunyai uang, aku tidak akan membebani kalian.' Kemudian orang-orang Quraisy mengeluarkan sebagian harta mereka sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Uang yang terkumpul dibuat untuk menyiapkan makanan bagi orang-orang haji hingga mereka meninggalkan Makkah."

Di Antara Peninggalan Hasyim bin Abdu Manaf
Menurut para ulama, Hasyim adalah orang yang pertama meletakkan dua perjalanan bagi orang-orang Quraisy; perjalanan di musim dingin dan perjalanan di musim panas. Ia juga orang pertama yang memberi tsarid (roti yang diremuk dan direndam dalam kuah) kepada jama'ah haji di Makkah. Nama asli Hasyim adalah Amr. Ia dinamakan Hasyim, karena ia meremukkan (Hasyim artinya meremukkan) roti untuk kaumnya di Makkah. Salah seorang penyair Quraisy atau penyair Arab berkata,
  • Amr adalah orang yang meremukkan roti untuk kaumnya
    Kaum di Makkah yang miskin dan kering
    Ia menentukan dua perjalanan di dalamnya
    Perjalanan pada musim dingin dan perjalanan pada musim panas
Ibnu Hisyam berkata bahwa pakar syair di Hijaz membaca sebuah syair kepadaku,
  • Kaum di Makkah yang miskin dan kering
Al-Muththalib bin Abdu Manaf Memeberi Minum Orang-orang Yang Berhaji dan Menjamu Mereka
Ibnu Ishaq berkata, "Hasyim bin Abdu Manaf meninggal di Gaza, daerah di Syam ketika berdagang ke sana. Seperninggal Hasyim, tugas memberi minum kepada jama'ah berhaji dan menjamu mereka diambil alih Al-Muththalib bin Abdu Manaf. Ia lebih kecil dari Abdu Syams dan Hasyim. Al-Muththalib terhormat, dan mulia di mata kaumnya. Orang-orang Quraisy menamakannya Al-Muththalib Al-Faudhu, karena kedermawanannya dan keutamaanya."
=====================================================================================================
Halaman 133

Ibu Abdul Muththalib
Ibnu Ishaq berkata, "Tiba di Madinah, Hasyim bin Abdu Manaf menikah dengan Salma binti Amr, salah seorang dari Bani Adi bin An-Najjar. Sebelum menikah dengan Hasyim bin Abdu Manaf, Salma binti Amr menikah dengan Uhaihah bin Al-Julah bin Al-Haris."

Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan Al-Haris adalah anak Jahjabi bin Kulfah bin Auf bin Amr bin Auf bin Malik bin Al-Aus."

Ibnu Ishaq berkata, "Pernikahan Salma dengan Uhaihah bin Al-Julah menghasilkan anak yang bernama Amr bin Uhaihah. Sebelumnya, Salma tidak mau menikah dengan laki-laki, karena kehormatannya di mata kaumnya, bahkan ia memberi syarat kepada kaumnya bahwa segala sesuatu berada di tangannya; jika ia tidak lagi menyukai suaminya, ia bebas meninggalkannya." (Lalu Islam datang mencerabut hak wanita yang ternyata dahulu cukup dihargai masyarakat jahiliyah... :green: )

Sebab Syaibah Diberi Nama Abdul Muththalib
Ibnu Ishaq berkata, "Salma binti Amr melahirkan anak laki-laki untuk Hasyim dan diberi nama Syaibah. Hasyim meninggalkan anaknya, Syaibah dalam perawatan istrinya hingga mencapai usia baligh atau sesudah mencapai usia baligh. Setelah itu, paman Syaibah, Al-Muththalib datang kepadanya untuk mengambilnya dan mengirimkannya ke negerinya dan kaumnya. Salma berkata kepada Al-Muththalib, 'Aku tidak akan mengirim Syaibah bersamamu.' Al-Muththalib berkata kepada Salma, 'Aku tidak akan berangkat hingga bisa membawa Syaibah bersamaku. Sesungguhnya anak saudaraku ini telah mencapai usia baligh dan ia terasing di selain kaumnya, sedang kami adalah orang-orang terhormat di kaum kami. Kami banyak sekali menangani urusan-urusan mereka. Kaum anak ini, negerinya, dan sanak keluarganya lebih baik daripada berdomisili di luar mereka -- atau seperti yang dikatakan Al-Muththalib.' Syaibah berkata kepada pamannya, Al-Muthathalib -- menurut banyak orang --, 'Aku tidak akan berpisah dengan ibuku hingga ia memberi izin kepadaku.' Akhirnya Salma bin Amr mengizinkan Syaibah pergi bersama pamannya, dan ia serahkan Syaibah kepada Al-Muththalib. Kemudian Al-Muththalib pergi membawa Syaibah dan masuk ke Makkah bersamanya dengan membonceng untanya. Orang-orang Quraisy berkata, 'Inilah Abdul Muththalib (budak Al-Muththalib). Al-Muththalib telah membelinya,' Mereka menamakan Syaibah dengan nama tersebut (Abdul Muththalib). Al-Muththalib berkata, 'Celaka kalian, Ini anak saudaraku, Hasyim. Aku membawanya dari Madinah'."

Al-Muththalib Meninggal Dunia
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Al-Muththalib meninggal dunia di Radman, daerah di Syam. Salah seorang Arab berkata menangisinya,
  • Sungguh sesudah Al-Muththalib, orang-orang yang berhaji merasa kehausan
=====================================================================================================
Halaman 114
  • Setelah orang dermawan, dan setelah air yang mengalir
    Duhai seandainya Quraisy sepeninggalnya bisa seperti dia !
Syair Duka Cita Mathrud untuk Al-Muththalib dan Anak-anak Abdu Manaf
Ibnu Ishaq berkata, "Mathrud bin Ka'ab Al-Khuzai berkata menangisi Al-Muththalib dan seluruh anak-anak Abdu Manaf begitu mendengar kematian Naufal bin Abdu Manaf, karena Naufal adalah orang yang terakhir meninggal dari mereka,
  • Duhai malam, engaku telah menggerakkan malam-malam
    Termasuk malam-malamku yang menyakitkan
    Padahal selama ini aku tidak pernah merasa terpengaruh oleh kesediha-kesedihan
    Dan aku tidak pernah berobat dari petaka kematian
    Jika aku ingat saudaraku Naufal
    Maka itu mengingatkanku kepada kuda mereah
    Empat orang, semuanya menjadi pemimpin
    Satu meninggal di Radman, lainnya meninggal di Salman,
    Satunya ditempatkan di liang lahat
    Yang ditutupi di sebelah timur bangunan Ka''bah
    Sesungguhnya Al-Mughirah, dan anak-anaknya
    Adalah orang-orang hidup dan orang-orang yang telah meninggal yang terbaik
Nama asli Abdul Manaf adalah Al-Mughirah. Orang Bani Abdu Manaf yang pertama kali meninggal dunia adalah Hasyim, ia meninggal dunia di Gaza, daerah di Syam (sekarang masuk wilayah Palestina), kemudian Abdu Syams yang meninggal di Makkah, kemudian Al-Muththalib di Radman daerah di Yaman, kemudian Naufal di Salman daerah di Irak. Menurut banyak orang, dikatakan kepada Mathrud, 'Sesungguhnya engkau telah berkata dengan baik. Tapi, jika perkataanmu lebih baik, maka itu lebih baik lagi.' Mathrud berkata, 'Beri aku waktu beberapa malam.' Kemudian ia menyendiri beberapa hari, kemudian berkata,
  • Duhai mataku, bermurah hatilah, kucurkan airmata dan tumpahkan dia
    Serta menangislah terhadap tokoh dari Ka'ab Al-Mughirah
    Duhai mataku, perbanyaklah tangismu dan bersungguh-sungguhlah
    Tangisilah keburukan diriku dalam menghadapi musibah-musibah
    Tangisilah orang yang sangat dermawan, saudaraku yang terpercaya
    Yang banyak hidangannya, dan melimpah pemberiannya
====================================================================================================
Halaman 115
  • Yang bersih pembawaannya, dan bersemangat tinggi
    Yang kuat pendiriannya, dan sanggup mengerjakan hal-hal penting
    Yang sulit ditembus, tidak mudah sakit, dan tidak takut
    Yang mewujudkan tekatnya
    Ia bak burung elang di tengah-tengah Ka'ab
    Jika mereka dinisbatkan kepada inti kejayaan, dan aroma keluhuran
    Duhai mataku, kirimkan hadiah yang banyak kepada Al-Muththalib
    Menangislah terus-menerus dengan airmata yang banyak
    Hari ini ia berada di Radman dalam keadaan terasing
    Duhai, sedihnya hatiku atas kematiannya
    Duhai mataku, menangislah, celakalah engkau,
    Engkau harus menangisi Abdu Syams di bukit Makkah
    Hasyim di kuburan di antara tempat yang sunyi senyap
    Angin menerbangkannya ke Gaza
    Dan Naufal, ia sahabatku yang akrab yang berbeda dengan kaumnya
    Sore hari ia bersama Salman berada di kuburan daerah yang tak berpenghuni
    Aku tidak pernah menemui orang non-Arab, dan orang Arab sekalipun yang seperti mereka
    Jika unta pilihan membawa mereka
    Negeri-negeri menjadi sepi tanpa mereka
    Padahal sebelum ini mereka hiasan bagi orang-orang
    Mereka dimusnahkan oleh zaman ataukan pedang-pedang mereka telah tumpul
    Ataukah setiap orang yang hidup itu pada akhirnya harus menjadi santapan kematian?
    Sepeninggal mereka, aku menjadi menerima dari kaum itu
    Kemunculan wajah mereka, dan ucapan salam mereka
    Duhai mataku, tangisilah Abu Asy-Sya'tsu Asy-Syajiyyat
    Mereka menangisinya karena sedih atas kematiannya seperti unta yang dibiarkan mati
    Mereka menangisi orang mulia yang berjalan di atas kakinya
    Mereka meratapinya dengan kucuran airmata setelah tetesan airmata
    Mereka menangisi orang yang panjang depanya yang mempunyai tempat air yang memancar
    Yang pantang mendzalimi orang lain dan dermawan dengan pemberian
    Mereka menangisi Amr yang agung ketika kematian datang kepadanya
    Sedang ia dalam keadaan murah hati, dan senyum manis kepada tamu-tamu di petang hari
    Mereka menangisinya dengan merendahkan diri karena sedih
    Duhai betapa lamanya mereka dalam kesedihan dan ratapan tangis
======================================================================================================
Halaman 116
  • Mereka menangisinya ketika zaman menampakkan diri kepada mereka
    Dengan pipi yang membiru seperti unta
    Mereka mengenakan ikat pinggang di pinggang mereka
    Ketika zaman menyeret berbagai peristiwa
    Aku menghabiskan malamku dengan memperhatikan bintang-bintang karena sedih
    Aku menangis dan Syajwi, anak kecilku ikut menangis bersamaku
    Tidak ada pemimpin-pemimpin yang bisa disejajarkan dengan mereka
    Dan orang-orang yang mereka tinggalkan juga tidak sama dengan mereka
    Anak-anak mereka adalah anak-anak terbaik
    Dan jiwa mereka adalah jiwa terbaik dalam menggapai cita-cita
    Betapa seringnya mereka menghadiahkan kuda jantan yang kencang larinya dan sigap
    Kuda betina yang cepat larinya di kalangan kuda-kuda betina
    Pedang-pedang asli dari India
    Tombak-tombak panjang seperti tali sumur yang panjang
    Dan pelayan-pelayan yang lebih diutamakan diberi kepada mereka
    Ketika ia diminta untuk memberikan sesuatu
    Jika dan orang-orang lain ikut menghitung bersamaku hasil kerja mereka
    Maka aku tidak bisa menghitung semua hasil kerja mereka
    Mereka adalah penunjuk jalan
    Dan kaum yang berbangga diri dengan nasab yang paling bersih
    Mereka adalah hiasa rumah-rumah yang mereka tempati
    Namun rumah-rumah tersebut kini menjadi jalang dan lengang
    Aku berkata, sedang mataku menaikkan airmatanya
    Allah tidak akan menjauhkan pemilik-pemilik karya nyata
Ibnu Ishaq berkata, "Abu Asy-Sya'tsu Asy-Syajiyyat ialah Hasyim bin Abdu Manaf.

Abdul Muththalib Bertugas Memberi Air Minum dan Menjamu Orang-orang Yang berhaji
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Abdul Muththalib menjabat sebagai penanggung jawab pemberi minum kepada jama'ah haji dan jamuan kepada mereka setelah pamannya, Al-Muththalib. Ia kerjakan kedua tugas tersebut kepada manusia, dan mengerjakan untuk kaumnya apa saja yang dulunya dikerjakan nenek moyangnya untuk kaumnya. Abdul Muththalib mendapat kehormatan di kaumnya yang tidak pernah dicapai seorang pun dari nenek moyangnya. Ia dicintai kaumnya, dan keberadaannya amat penting bagi mereka."
---ooOoo---
Last edited by JANGAN GITU AH on Mon May 03, 2010 11:38 pm, edited 2 times in total.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 117
BAB 28
PENGGALIAN DAN PERSELISIHAN TENTANG SUMUR ZAMZAM
Sebab Penggalian Sumur Zamzam
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Abdul Muththalib sedang tidur di Hajar Aswad, ia bermimpi didatangi seseorang yang memerintahkannya menggali Sumur Zamzam."

Ibnu Ishaq berkata, "Yang pertama kali dilakukan Abdul Muththalib adalah menggali Sumur Zamzam. Hal ini persis seperti dikatakan kepadaku oleh Yazid bin Abu Habib Al-Mishri dari Martsid bin Abdullah Al-Yazani dari Abdullah bin Zurair Al-Ghafiqi, ia mendengar Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu bercerita tentang Sumur Zamzam ketika Abdul Muththalib diperintahkan untuk menggalina. Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Abdul Muththalib berkata, 'Aku sedang tidur di Hajar Aswad, tiba-tiba seseorang datang kepadaku kemudian berkata, 'Galilah Thaibah.' Aku berkata, 'Apa Thaibah itu?' Orang tersebut langsung pergi dariku. Esok harinya, aku kembali ke tempat tidurku semula (Hajar Aswad), kemudian tidur di dalamnya, tiba-tiba orang kemarin datang lagi kepadaku dan berkata, 'Galilah Barrah.' Aku bertanya, 'Apa Barrah itu?' Orang tersebut langsung pergi. Esok harinya, aku kembali ke tempat tidurku semula (Hajar Aswad) kemudian tidur di dalamnya, tiba-tiba orang kemarin datang lagi kepadaku dan berkata, 'Galilah Al-Madhnunah.' Aku bertanya, 'Apa Al-Madnunah itu?' Orang tersebut langsung pergi dariku. Esok harinya, aku kembali ke tempat tidurku semula (Hajar Aswad) kemudian tidur di dalamnya, tiba-tiba orang kemarin datang lagi kepadaku dan berkata, 'Galilah Zamzam.' Aku bertanya, 'Apa Zamzam itu?' Orang tersebut berkata, 'Air Zamzam tidak pernah habis, airnya melimpah, dan memberi minum kepada jama'ah haji yang agung itu. Zamzam terletak di galian burung gagak hitam di rumah semut'." (JGA: Burung gagak hitam buat orang yang percaya tahayul diartikan sebagai lambang kematian :-k )

Orang-orang Quraisy Berbeda Pendapat dengan Abdul Muththalib tentang Sumur Zamzam
Ibnu Ishaq berkata, "Sesudah Abdul Muththalib dijelaskan tugasnya, ditunjukkan lokasi sumur Zamzam, dan mengetahui bahwa ia dipercaya, ia pergi mengambil cangkul dengan ditemani anaknya, Al-Harts. Ketika itu, ia...
=======================================================================================================
Halaman 118

...baru mempunyai satu orang anak, yaitu Al-Harts tersebut. kemudian ia menggali lokasi tersebut. Ketika ia melihat isinya, ia bertakbir." (JGA: lho, penyembah berhala kok bertakbir sih?)

Berhukum kepada Dukun Wanita Bani Sa'ad
Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang Quraisy mengetahi bahwa Abdul Muththalib berhasil mencapai maksudnya, kemudian mereka menemuinya dan berkata kepadanya, 'Hai Abdul Muththalib, sesungguhnya sumur tersebut adalah sumur nenek moyang kita, Ismail, dan kami mempunyai hak atas sumur tersebut. Oleh karena itu, libatkan kami di dalamnya.' Abdul Muththalib berkata, 'Tidak, sesungguhnya persoalan ini dikhususkan untukku dan tidak untuk kalian. Persoalan ini diberikan kepadaku dan tidak kepada kalian.' Mereka berkata kepada Abdul Muththalib, 'Berilaku adillah kepada kami. Sungguh kami tidak akan membiarkanmu dan melawanmu dalam masalah ini.' Abdul Muththalib berkata, 'Kalau begitu, carilah orang yang kalian sukai kemudian kita selesaikan persoalan ini kepadanya.' Mereka berkata kepada Abdul Muththalib, 'Dukun wanita Bani Sa'ad Hudzaim.' Abdul Muththalib berkata, 'Ya.' Dukun wanita tersebut tinggal di pinggiran Syam. Kemudian Abdul Muththalib berangkat ke sana dengan ditemani beberapa orang dari kabilah ayahnya, Bani Abdu Manaf, dan berangkat pula ke sana beberapa orang dari setipa kabilah Quraisy."

Ali bin Abu Thalib berkata, "Ketika itu, lokasi-lokasi yang ada berbentuk padang sahara yang tandus. Ketika mereka melewati salah satu padang sahara yang tandus di antara Hijaz dengan Syam, persediaan air Abdul Muththalib, dan rombongannya habis. Mereka pun kehausan dan yakin akan mati. Mereka meminta air kepada kabilah-kabilah Quraisy, namun kabilah-kabilah Quraisy menolak memberi air kepada mereka. Kabilah-kabilah Quraisy berkata, 'Kita sedang berada di padang sahara yang tandus dan kami juga takut mengalami apa yang kalian alami.' Ketika Abdul Muththalib mengetahui jawaban kabilah-kabilah Quraisy dan kekhawatiran mereka terhadap diri mreka, ia berkata, 'Bagaimana pendapat kalian?' Mereka berkata, 'Pendapat kami selalu mengikuti pendapatmu. Maka perintahkan apa saja yang engkau inginkan kepada kami !' Abdul Muththalib berkata, 'Aku berpendapat, hendaklah setiap orang dari kalian membuat galian untuk dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Jika ada yang meninggal dunia, maka sahabat-sahabatnya mendorongnya ke dalam lubang galiannya, kemudian menguruknya, hingga tinggal tersisa satu orang di antara kita, karena kehilangan satu orang itu lebih ringan madharatnya daripada kehilangan semua rombongan.' Mereka berkata, 'Apa yang engkau perintahkan ini sangat tepat.' Kemudian setiap orang dari mereka menggali lubang untuk dirinya, dan menunggu datangnya kematian karena kehausan. Abdul Muththalib berkata kepada sahaba-sahabatnya, 'Demi Allah, sesungguhnya menjatuhkan diri kepada kematian seperti ini, dan tidak berjalan di muka...
========================================================================================================
Halaman 119

...bumi, serta tidak berusaha untuk diri sendiri adalah sebuah kelemahan. Mudah-mudahan Allah memberi kita air di salah satu negeri. Pergilah kalian !' Sahabat-sahabat Abdul Muththalib pun pergi seperti diperintahkan Abdul Muththalib. Setelah mereka semua berangkat dan kabilah-kabilah Quraisy melihat apa yang mereka kerjakan, maka Abdul Muththalib berjalan menuju hewan tunggangannya. Ketika hewan tunggangannya berjalan membawanya, tiba-tiba dari telapak kaki hewan tunggangannya memancar air tawar (JGA: Hei, ternyata lebih hebat lho hewan daripada Muhammad? :lol: ). Abdul Muthathalib bertakbir dan diikuti sahabat-sahabatnya. Abdul Muththalib turun dari hewan tunggangannya, kemudian bersama sahabat-sahabatnya meminum air tersebut, mengisi tempat air minum hingga penuh. Setelah itu, Abdul Muththalib memanggil kabilah-kabilah Quraisy dan berkata kepada mereka, 'Mari kita pergi ke air !Sungguh Allah telah memberi air kepada kita. Minumlah kalian dari air tersebut dan isilah tempat air minum kalian.' Mereka datang ke air tersebut, kemudian minum dan mengisi tempat air minum mereka. Mereka berkata, 'Demi Allah, persoalan ini engkau menangkan atas kami, wahai Abdul Muththalib. Demi Allah, kami tidak melawanmu dalam perkara Sumur Zamzam selama-lamanya. Sesungguhnya Dzat yang memberimu air di padang sahara yang tandus seperti ini adalah Dzat yang memberimu Zamzam. Kembalilah engkau ketempat airmu, Zamzam.' Setelah itu, Abdul Muththalib pulang dan mereka pulang bersamanya. Mereka tidak meneruskan perjalanan kepada dukun wanita."

Ibnu Ishaq berkata, "Itulah yang sampai kepadaku hadits Ali bin Abu Thalib tentang Zamzam."
Ibnu Ishaq berkata, "Aku mendengar dari orang yang pernah berbicara dengan Abdul Muththalib bahwa dikatakan kepadanya ketika ia diperintahkan menggali Sumur Zamzam,
  • Kemudian ajaklah orang-orang kepada air penghilang dahaga yang tidak keruh
    ia berisi air minum orang-orang yang berhaji dalam setiap amal yang di dalamnya terdapat kebaikan
    Tidak ada yang ditakuti padanya selagi ia dimakmurkan
Mendengar ucapan seperti itu, Abdullah Muthtahlib segera pergi menemui orang-orang Quraisy, dan berkata kepada mereka, 'Ketahuilah, bahwa aku diperintahkan untuk menggali Sumur Zamzam untuk kalian.' Mereka berkata, 'Apakah telah dijelaskan kepadamu di mana dimana tempat Sumur Zamzam tersebut?' Abdul Muththalib berkata, 'Tidak.' Mereka berkata, 'Kalau begitu, tidurlah engkau seperti engkau tidur sebelumnya dan bermimpi seperti itu. JIka ucapan tersebut berasal dari syetan, ia tidak akan kembali kepadamu.' Abdul Muthalib kembali ke tempat tidurnya, kemudian tidur. Dalam tidurnya, seseorang datang kepadanya, kemudian berkata kepadanya, 'Galilah Zamzam ! Jika engkau menggalinya, engkau tidak akan menyesal, karena...
======================================================================================================
Halaman 120

...Zamzam tersebut adalah peninggalan ayahmu yang terbesar. Airnya tidak habis selama-lamanya, melimpah, dan memberi minum kepada jama'ah haji yang teragung. Zamzam tersebut seperti burung unta yang kencang larinya dan belum diambil. Di dalamnya, orang bernadzar kepada Dzat Pemberi nikmat. Zamzam adalah harta warisan dan perjanjian yang kuat. Ia bukan seperti apa yang telah engkau ketahui sebelumnya. Zamzam tersebut antara kotoran dan darah'."

Ibnu Hisyam berkata, "Perkataan di atas dan perkataan sebelumnya dalam hadits Ali bin Abu Thalib tentang Zamzam --menurut kami-- adalah sajak biasa dan bukan syair."

Ibnu Ishaq berkata, "Menurut banyak orang, ketika perkataan di atas dikatakan kepada Abdul Muththalib, ia berkata, 'Dimanakah Zamzam tersebut berada?' Dikatakan kepadanya, 'Di rumah semut dimana di dalamnya burung gagak menggali besok pagi.' Wallahu a'lam, mana yang benar dalam hal ini."

Abdul Muththalib Menggali Sumur Zamzam
Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Abdul Muththalib dengan ditemani anaknya, Al-Harts -- ketika itu, ia tidak mempunyai anak selain Al-Harts -- pergi kemudian melihat rumah semut, dan di tempat tersebut terdapat burung gagak sedang melubangi tanah, tepatnya di antara dua patung Isaf dan Nailah, tempat orang-orang Quraisy menyembelih hewan qurban mereka. Abdul Muththalib mengambil cangkul, kemudian menggali tanah di tempat yang ia perintah untuk menggalinya. Ketika orang-orang Quraisy melihat kesungguhan Abdul Muththalib, mereka menemuinya dan berkata kepadanya, 'Demi Allah, kami tidak akan membiarkanmu menggali di tempat di antara dua patung kami, tempat kami menyembelih hewan qurban.' (JGA: ternyata qurban berasal dari budaya Pagan.. :lol: ) Abdul Muththalib berkata kepada anaknya, Al-Harts, 'Lindungi aku hingga aku selesai menggali. Demi Allah, aku tetap akan melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepadaku.' Ketika orang-orang Quraisy mengetahui bahwa Abdul Muththalib menggali, dan menahan diri daripadanya, mereka membiarkan Abdul Muththalib menggali, dan menahan diri daripadanya. Baru saja sebentar Abdul Muththalib menggali, ia melihat isi sumur tersebut, kemudian bertakbir dan mengetahui bahwa ia direstui. Ketika meneruskan penggalian, ia melihat dua patung kijang dari emas yang ditimbun Jurhum di dalamnya ketika akan meninggalkan Makkah. Abdul Muththalib juga menemukan pedang-pedang yang berdarah dan baju besi. Orang-orang Quraisy berkata kepada Abdul Muththalib, 'Hai Abdul Muththalib, kami mempunyai hak yang sama denganmu dalam kesyirikan dan kebenaran ini!' Abdul Muththalib berkata, 'Tidak, namun mari kita ambil keputusan yang adil antara aku dengan kalian! Kita selesaikan persoalan ini dengan kotak dadu.' Mereka berkata, 'Apa yang akan engkau perbuat?' Abdul Muththalib berkata, 'Aku buat dua dadu untuk Ka'bah, dua dadu...
=====================================================================================================
Halaman 121

...untukku, dan dua dadu untuk kalian. Barangsiapa kedua dadunya keluar, ia mendapat bagian. Barangsiapa kedua dadunya tidak keluar, ia tidak mendapat bagian sedikit pun.' Mereka berkata, 'Engkau benar.' Kemudian Abdul Muththalib membuat dua dadu berwarna kuning untuk Ka'bah, dua dadu berwarna hitam untuk dirinya, dan dua dadu warna putih untuk orang-orang Quraisy. Setelah itu mereka memberikannya kepada penjaga kotak dadu yang bertugas mengadakan undian di samping patung Hubal. (JGA: haha...undian dilakukan di saksikan dewa Hubal...waw, Islam gitu lho ! :lol: ). Hubal terletak di dalam Ka'bah dan merupakan patung mereka yang paling besar. Patung Hubal inilah yang dimaksud Abu Sufyan pada Perang Uhud, 'Menangkan agamamu, wahai Hubal.' (JGA: orang pagan bilang, menangkan Hubal, artinya orang pagan harus menolong Hubal. Orang Islam pun sama saja, "menolong Allah"...hihi sama tho?) Abdul Muththalib berdiri berdo'a kepada Allah, dan pada saat yang sama penjaga kotak dadu mengadakan undian, kemudian keluarlah dua dadu berwarna kuning yang berarti dua patung kijang dari emas menjadi milik Ka'bah, dan dua dadu berwarna hitam yang berarti bahwa pedang dan baju besi menjadi milik Abdul Muththalib. Dua dadu milik orang-orang Quraisy tidak keluar. Kemudian Abdul Muththalib memasang pedang-pedang tersebut, dan dua patung kijang dari emas di pintu Ka'bah. Itulah emas pertama kali yang dikenakan di Ka'bah menurut pendapat para ulama. Setelah itu, Abdul Muthhtalib memberi air minum kepada jama'ah dengan air Zamzam."

Sumur-sumur di Makkah
Ibnu Hisyam berkata, "Sebelum penggalian Sumur Zamzam, orang-orang Quraisy telah menggali banyak sumur di Makkah seperti dikatakan kepadaku oleh Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai dari Muhammad bin Ishaq yang berkata,

'Abdu Syams bin Abdu Manaf menggali Sumur Ath-Thawiyyu. Sumur tersebut terletak di Makkah atas, tepatnya di Al-Baidza di rumah Muhammad bin Yusuf'."

Sumur Badzdzar
Hasyim bin Abdu Manaf menggali Sumur Badzdzar. Sumur tersebut terletak di Al-Mustandzar Khathmu Al-Khandamah di atas mulut jalan Abu Thalib. Ada yang mengatakan, ketika menggalinya Hasyim bin Abdu Manaf berkata, 'Demi Allah, aku akan menjadikan Sumur Badzdzar untuk kepentingan umum sesama manusia'."
  • Ibnu Hisyam berkata, "Salah seorang penyair berkata,
    Allah memberi air minum yang tempatnya aku ketahui
    Yaitu Jurab, Malkum, Badzdzar, dan Al-Ghamru
Sumur Sajlah
Ibnu Ishaq berkata, "Hasyim bin Abdu Manaf juga menggali Sumur Sajlah. Sumur tersebut milik Al-Muth'im bin Adi bin Naufal bin Abdu Manaf,..
====================================================================================================
Halaman 122

...dan manusia mengambil air minum daripadanya. Bani Naufal mengklaim, Al-Muth'im membeli sumur tersebut dari Asad bin Hasyim. Namun Bani Hasyim juga mengklaim, Hasyim bin Abdu Manaf menghibahkan sumur tersebut kepada Al-Muth'im ketika telah muncul Sumur zamzam, karena sudah merasa cukup dengan sumur Zamzam dan tidak lagi membutuhkan sumur-sumur lain.

Sumur Al-Hafru
Umaiyyah bin Abdu Syams menggali Sumur Al-Hafru untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sumur Saquyyah
Bani Asad bin Abdul Uzza menggali Sumur Saquyyah. Sumur tersebut milik Bani Asad.

Sumur Ummu Ahrad
Bani Abduddaar menggali Sumur Ummu Ahrad.

Sumur As-Sunbulah
Bani Jumah menggali Sumur As-Sunbulah, Sumur As-Sunbulah adalah sumur milik Khalaf bin Wahb.

Sumur Al-Ghamru
Bani Sahm menggali Sumur Al-Ghamru. Sumur Al-Ghamru adalah sumur milik Bani Sahm.

Sumur Rumm, Khamm, dan Al-Hafru
Di antara sumur-sumur galian Makkah kuno sejak zaman Murrah bin Ka'ab, Kilab bin Murrah, dan tokoh-tokoh Quraisy dari generasi pertama dan mereka minum daripadanya ialah Sumur Rumm yang menjadi milik Murrah bin Ka'ab bin Luai, Sumur Khamm yang merupakan sumur Bani Kilab bin Murrah, dan Sumur Al-Hafru. Hudzaifah bin Ghanim, saudara Bani Adi bin Ka'ab bin Luai (Ibnu Hisyam berkata bahwa Hudzaifah bin Ghanim adalah ayah dari Abu Jahm bin Hudzaifah) berkata,
  • Sejak dulu kami kaya selama berabad-abad
    Kita tidak mengambil air kecuali dari Khumm dan Al-Hafru
Ibnu Hisyam berkata, "Bait-bait syair di atas adalah penggalan dari syair-syair Hudzaifah, dan secara lengkap akan saya sebutkan pada tempatnya, insya Allah."
=====================================================================================================
Halaman 123

Keutamaan Air Zamzam
ibnu Ishaq berkata, "Air Zamzam lebih bersih dari air-air yang ada sebelumnya. Jama'ah haji diberi air minum dengannya, orang-orang berdatangan kepadanya, karena Sumur Zamzam berdekatan dengan Masjidil Haram, lebih utama dari air-air lainnya, dan karena Sumur Zamzam adalah sumur Ismail bin Ibrahim Alaihimas Salam."

Penyair-penyair Quraisy Membangga-banggakan Sumur Zamzam
Bani Abdu Manaf berbangga diri dengan Sumur Zamzam atas seluruh orang-orang Quraisy, bahkan atas seluruh orang-orang Arab. Musafir bin Abu Amr bin Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf berkata membangga-banggakan prestasi mereka; memberi minum jama'ah haji, menjamu mereka, apa yang mereka berikan kepada manusia, Sumur Zamzam yang ada pada mereka, bahwa Bani Manaf adalah pemilik Ka'bah, mereka lebih mulia dan terhormat,
  • Kami warisi kebesaran dari nenek moyang kami
    Kemudian dengannya kami mendaki ke tempat yang tinggi
    Bukankah kita memberi minum pada jama'ah haji?
    Dan menyembelih unta untuk tamu-tamu (jama'ah haji)?
    Jika kita kalah, kita tidak bisa dimiliki
    Siapakah yang mempunyai keabadian selama-lamanya?
    Zamzam ada di tempat kami
    Dan kami mencukil mata setiap orang yang dengki
Ibnu Ishaq berkata bahwa Hudzaifah bin Ghanim, saudara Bani Adi bin Ka'ab bin Luai berkata,
  • Pemberi minum jama'ah haji, kemudian pemberi kebaikan adalah Hasyim
    Dan Abdu Manaf, dialah pemimpin Fihr itu
    Zamzam disembunyikan di Maqam
    Kemudian pemberian minum kepada jama'ah haji olehnya menjadi
    kebanggaan atas semua orang yang mempunyai kebanggaan
Ibnu Hisyam berkata, "Orang yang dimaksud syair di atas adalah Abdul Muththalib. Bair syair di atas adalah penggalan dari syair-syair Hudzaifah bin Ghanim, dan akan saya sebutkan secara lengkap pada tempatnya, insya Allah."
---ooOoo---
Last edited by JANGAN GITU AH on Tue May 04, 2010 1:59 pm, edited 3 times in total.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 124
BAB 29
ABDUL MUTHTHALIB BERNAZAR MENYEMBELIH SALAH SEORANG DARI ANAKNYA
Ibnu Ishaq berkata bahwa banyak orang dan hanya Allah yang lebih tahu(JGA: ya elah..kebiasaan ezzlam :lol: ), Abdul Muththalib bernadzar--ketika orang-orang Quraisy menggali Sumur Zamzam-- bahwa jika ia mempunyai sepuluh anak kemudian mereka besar dan mampu melindunginya, ia akan menyembelih salah seorang dari mereka untuk Allah di samping Ka'bah. (JGA: Wahai kaum muslim, perhatikan itu apa kata ibnu Ishaq ya ! lihat, siapakah Allah SWT itu? anda pikir sendiri sajalah...!) Ketika anaknya genap sepuluh, dan ia mengetahui bahwa mereka mampu melindunginya, ia kumpulkan mereka dan menjelaskan nadzarnya serta mengajak mereka menetapi nadzar tersebut untuk Allah. Mereka mentaatinya dan berkata, "Hendaklah setiap orang dari kalian mengambil dadu kemudian menulis namanya di atas dadu tersebut, kemudian kalian datang kepadaku," Mereka kerjakan apa yang diperintahkan Abdul Muththalib setelah itu menemuinya. Kemudian Abdul Muththalib membawa mereka ke Patung Hubal di Ka'bah.

Dadu di Samping Hubal dan Apa Yang Diperbuat Orang-orang Arab di Dalamnya
Patung Hubal terletak di atas sumur di dalam Ka'bah. Sumur tersebut adalah tempat pengumpulan hewan sembelihan untuk Ka'bah. Di samping Patung Hubal terdapat tujuh dadu dan pada setiap dadu terdapat tulisan. Di antara dadu tersebut, terdapat tulisan Al-Aqlu (diyat). Jika orang-orang Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak menanggung diyat, mereka mengkocok ketujuh dadu tersebut. Jika yang keluar adalah dadu Al-Aqlu, maka diyat harus ditanggung oleh orang yang keluar namanya pada dadu tersebut. Di antara dadu tersebut terdapat tulisan Na'am (ya) untuk sesuatu yang mereka inginkan. Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka mengkocok kotak dadu. Jika yang keluar ialah dadu yang bertuliskan Na'am (ya), mereka mengerjakannya. Ada lagi dadu yang bertuliskan Laa (tidak). Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka mengkocok dadu. Jika yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Laa (tidak), mereka tidak mengerjakannya. Ada lagi dadu yang bertuliskan Minkum (dari kalian), Mulshaq (anak angkat), Min Ghairikum (dari selain kalian), dan Al-Miyahu (air). Jika mereka hendak...
=====================================================================================================
Halaman 125

...menggali air, mereka mengkocok kotak dadu, dan dadu apa pun yang keluar, maka mereka mengerjakannya.

Jika orang-orang Quraisy ingin mengkhitan anak mereka, atau menikahkan anak-anak mereka, atau memakamkan jenazah mereka, atau ragu-ragu tentang nasab salah seorang dari mereka, maka mereka pergi membawa yang bersangkutan kepada patung Hubal dengan tidak lupa membawa uang sebesar seratus dirham dan hewan sembelihan (unta atau kambing) kemudian mereka memberikannya kepada penjaga kotak dadu. Mereka mendekatkan sahabat yang mereka inginkan sesuatu padanya, dan berkata, "Wahai Tuhan kami, inilah Si Fulan bin Fulan. Kami menginginkan ini dan itu pada orang ini. Berikan kebenaran padanya." Mereka berkata kepada penjaga kotak dadu, "Kocoklah kotak dadu!" Jika yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Minkum (dari kalian), maka orang tersebut menjadi bagian dari mereka. JIka yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Min Ghairikum (dari selain kalian), orang tersebut menjadi sekutu bagi mereka. Jika yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Mulshaq (anak angkat), orang tersebut sesuai dengan kedudukan yang ada pada mereka; tidak mempunyai nasab dan persekutuan. Jika yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Na'am (ya), mereka mengerjakan sesuatu tersebut. Jika yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Laa (tidak), mereka menunda persoalan tersebut hingga tahun depan kemudian pada tahun berikutnya mereka datang lagi. Jadi mereka menyerahkan segala persoalan mereka kepada dadu yang keluar.

Abdul Muththalib Mengamati Anak-anaknya untuk Menyembelih Salah Seorang dari Mereka
Abdul Muththalib berkata kepada penjaga kotak dadu, "Undilah anak-anakku sesuai dengan dadu mereka." Abdul Muththalib menjelaskan nadzarnya kepada penjaga dadu, kemudian penjaga dadu membuat dadu untuk setiap anak-anak Abdul Muththalib. Abdullah bin Abdul Muththalib adalah anak bungsu Abdul Muththalib. Ibunya Abdullah, Az-Zubair, dan Abu Thalib adalah Fathimah binti Amr bin Aidz bin Abd bin Imran bin Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr."

Ibnu Hisyam berkata, "Aidz adalah anak Imran bin Makhzum."
Ibnu Ishaq berkata, "Menurut banyak orang, Abdulllah adalah anak yang paling dicinta Abdul Muththalib. Abdul Muththalib berpendapat, kalau pun terjadi kesalahan pada dadu, maka dadu tidak akan mengenai Abdullah, karena ia adalah ayah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam." (JGA: Jelas alasan ini adalah alasan yang dikarang oleh Ibnu Ishaq sendiri untuk menonjolkan nabinya. Dari mana Abdul Muththalib bisa berfikir seperti itu sementara Muhammad SAW saja belum lahir...emangnya Abdul Muththalib yang ngomong ? :lol: )

Dadu Keluar atas Nama Abdullah
Ketika penjag kotak dadu mengambil kotak dadu untuk mengadakan undian, Abdul Muththalib bangkit dari duduknya kemudian berdoa kepada Allah di samping Patung Hubal, sedang penjaga kotak dadu mengkocok kotak...
======================================================================================================
Halaman 126

...dadunya, dan dadu keluar atas nama Abdullah. Abdul Muththalib menggandeng tangan Abdullah dan mengambil parang, kemudian membawa Abdullah ke Patung Isaf dan Nailah untuk disembelih.

Penolakan Orang-orang Quraisy

Orang-orang Quraisy bangkit dari balai pertemuan mereka dan menemui Abdul Muththalib. Mereka berkata, "Apa yang engkau inginkan, wahai Abdul Muththalib?" Abdul Muththalib menjawab, "Aku akan membunuh Abdullah." Orang-orang Quraisy dan anak-anak Abdul Muththalib berkata kepadanya, "Demi Allah, engkau tidak boleh membunuhnya untuk selama-lamanya hingga engkau bisa memberi alasan untuk tindakanmu ini. Jika engkau bersikeras menyembelihnya, maka setiap orang akan menyembelih anaknya. Kalau begitu, apa artinya manusia seperti itu?" Al-Mughirah bin Abdullah bin Amr Makhzum bin Yaqadzah berkata kepada Abdul Muththalib, "Demi Allah, engkau jangan menyembelihnya hingga engkau bisa memberi alasan untuk menyembelihnya. Jika ia harus ditebus dengan harta, kita akan menebusnya dengan harta." Orang-orang Quraisy dan anak-anak Abdul Muththalib berkata kepadanya," Jangan teruskan keinginanmu ! bawalah dia ke Hijaz, karena di sana terdapat dukun wanita yang mempunyai teman jin. Tanyakan kepadanya, dan engkau harus tunduk kepada keputusannya. Jika ia menyuruhmu menyembelih anakmu, engkau harus menyembelihnya. Jika ia menyuruhmu mengerjakan sesuatu dan di dalamnya terdapat jalan keluar, engkau harus menerimanya."

(JGA: Oalaaa...ternyata muhammad turunan manusia pembunuh berdarah dingin. Orang-orang pagan lain jauh memiliki hati nurani dan mencegah Abdul Muththalib membunuh. Nah kaum muslim yang merupakan metamorphosis dari pagan modern masih juga mempertahankan penyembelihan ini, tetapi mengarahkannya ke pada orang kafir...ckckck)


Di Arafah
Kemudian mereka berangkat dan tiba di Madinah, namun di sana mereka--menurut banyak orang-- mendapati dukun wanita tersebut sedang di Khaibar. Mereka pergi ke Khaibar. Ketika tiba di Khaibar, mereka bertanya kepada dukun wanita tersebut, dan Abdul Muththalib bercerita kepada dukun wanita tersebut perihal dirinya, anaknya, apa yang ia inginkan pada anaknya, dan tentang nadzar tersebut. Dukun wanita itu berkata, "Pulanglah kalian pada hari ini kepadanya." Mereka keluar dari rumah dukun wanita itu. Ketika mereka telah keluar Abdul Muththalib dan berdoa kepada Allah. Usai berdoa, ia pergi ke rumah dukun wanita itu lagi. Dukun wanita itu berkata kepada mereka, "Aku telah mendapat informasi. Berapa diyat (uang pengganti darah) di tempat kalian?" Mereka menjawab, "Sepuluh unta." Ketika itu jumlah diyat memang sepuluh unta. Dukun wanita itu berkata, "Pulanglah kalian ke negeri kalian ! Dekatkan pula sahabat kalian tersebut (Abdullah) dan dekatkan pula sepuluh unta. Kemudian buatkan dadu atas nama unta dan dadu atas nama sahabat kalian tersebut. Jika dadu keluar atas nama sahabat kalian, maka tambahkan unta hingga ...
====================================================================================================
Halaman 127

...Tuhan ridha kepada kalian. Jika dadu keluar atas nama unta, maka sembelihlah unta tersebut sebagai ganti sahabat kalian, karena Tuhan telah ridha kepada kalian, dan sahabat kalian telah selamat." (JGA: Masak dukun ngomong tentang Tuhan. Tuhan atau Hubal ! -- malu yah nyebutin Hubal...hehehe)

Abdullah Selamat (JGA: hahaha...diselamatin dukun yang berteman dgn jin...hihi)
Kemudian mereka pulang hingga tiba di Makkah. Ketika mereka telah sepakat untuk menjalankan perintah dukun wanita, Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah. Mereka mendekatkan Abdullah dan sepuluh unta, sedang Abdul Muththalib tetap berdiri dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla di samping Patung Hubal. Mereka mengocok kotak dadu dan dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta sehingga unta berjumlah dua puluh ekor. Abdul Muththalib tetap berdiri dan berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, sedang mereka mengocok kotak dadu dan dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah tiga puluh. Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, dan dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah empat puluh ekor. Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah lima puluh ekor. Abdullah berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh ekor unta lagi hingga unta berjumlah enam puluh ekor. Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambah sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah tujuh puluh ekor. Kemudian Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah delapan puluh ekor. Kemudian Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambah sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah sembilan puluh ekor. Kemudian Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah seratus ekor. Kemudian Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama unta. (JGA: Pasti muslim mengatakan ini adalah mukjizat pertolongan Allah SWT :lol: Padahal ini adalah logika paling tolil. Banyangkan, mereka baru berhenti jika nama unta keluar !. Ya pasti keluar dong. Pati satu kali dari sekian kocokan nama unta tersebut akan keluar... :lol: ) Orang-orang Quraisy dan orang-orang yang hadir pada peristiwa tersebut berkata, "Sudah tercapai keridhaan Tuhanmu, wahai Abdul Muththalib." Ada yang mengatakan, bahwa Abdul Muththalib berkata, "Tidak,...
======================================================================================================
Halaman 127

...demi Allah, hingga aku hingga aku mengocok dadu ini hingga tiga kali."(JGA: masih ngeyel nih ya?) Kemudian mereka mengocok kotak dadu atas nama Abdullah dan unta, sedang Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama unta. Mereka mengulanginya untuk kedua kalinya, sedang Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama unta. Mereka mengulanginya lagi untukk ketiga kalinya, sedang Abdul Muththalib berdiri dan berdoa kepada Allah, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama unta. Kemudian kesemua unta tersebut disembelih, dan manusia dibiarkan bebas mengambilnya. (JGA: lha, kalo diteruskan hingga 1000x maka perbandingan dadu Abdullah : dadu unta akan mendekati 1/2 : 1/2 <=== gak percaya, silakan coba sendiri, ini teori peluang waktu smp lho !, klo gitu apanya nyang ajaib atau pertolongan Allah SWT ) :-k

Ibnu Hisyam berkata, "Manusia dan hewan buas dibiarkan mengambilnya."
Ibnu Hisyam berkata, "Di samping hadits tersebut, terdapat banyak sekali syair-syair yang tidak dikenal oleh pakar syair di kalangan kami."

Wanita Yang Menawarkan Diri kepada Abdullah :rolling:
Ibnu Ishaq berkata, "Abdul Muththalib keluar rumah dengan menggandeng tangan Abdullah. Menurut banyak orang, ketika Abdul Muththalib pergi bersama Abdullah, ia melewati seorang wanita dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr. Wanita tersebut saudari Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza. Wanita tersebut sedang berada di samping Ka'bah. Ketika wanita tersebut melihat Abdullah, ia berkata kepada Abdullah, 'Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?' Abdullah menjawab, 'Aku akan pergi bersama ayahku.' Wanita tersebut berkata, 'Engkau seperti unta yang disembelih karenamu. Gaulilah aku sekarang !' Abdullah berkata, 'Aku sekarang sedang bersama ayahku. Aku tidak bisa menentangnya dan meninggalkannya'." (JGA: Coba kalo gak sedang bersama ayahnya, dia embat dah tuh cewek...hihi, bukannya bilang 'akh, itu kan dosa..! :lol: )

Abdul Muththalib Menikahkan Abdullah dengan Aminah binti Wahb
Ibnu Ishaq berkata, "Abdul Muthalib pergi bersama Abdullah ke rumah Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr. Pada saat itu, Wahb bin Abdu Manaf adalah orang bani Zuhrah yang paling baik nasabnya, dan paling terhormat. Ia menikahkan Abdullah bin Abdul Muththalib dengan Aminah binti Wahb."

Ibu-ibu Ibunda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika itu, Aminah binti Wahb adalah wanita yang paling baik nasabnya dan kedudukannya di kalangan Quraisy. Aminah adalah putri Barrah binti Abdul Uzza bin Utman bin Abduddaar bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr.

Barrah adalah putri Ummu Habib binti Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr.

Ummu Habib adalah putri Barrah binti Auf bin Ubaid bin Uwaji bin Adi bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Firhr."

Aminah binti Wahb Mengandung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, "Ada yang mengatakan, Abdullah bertemu dengan Aminah ketika ia diserahkan kepadanya. Abdullah menggaulinya lalu Aminah mengandung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setelah itu, Abdullah keluar rumah dan pergi ke rumah wanita yang menawarkan nikah padanya. Abdullah berkata kepada wanita tersebut, :lol: 'Kenapa engkau tidak menawarkan nikah kepadaku seperti kemarin?' Wanita tersebut berkata kepada Abdullah, 'Sinar yang engkau miliki kemarin sekarang telah pergi darimu. Jadi sekarang aku tidak tertarik lagi kepadamu.' Wanita tersebut pernah mendengar dari saudarannya, Waraqah bin Naufal--pemeluk agama Nasrani yang mengikuti kitab-kitab--bahwa akan ada nabi di umat ini."

Ibnu Ishaq berkata bahwa Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku bahwa ia diberitahu, Abdullah bertemu dengan wanita yang ia cintai selain Aminah binti Wahb. Sebelumnya, Abdullah bekerja di tanah miliknya hingga terlihat bekas-bekas tanah padanya. Abdullah memanggil wanita tersebut, namun wanita tersebut berjalan lamban kepada Abdullah karena ia melihat badan Abdullah kotor dengan tanah. Abdullah keluar dari rumah wanita tersebut untuk berwudhu dan membersihkan tanah yang melekat di badannya, kemudian pergi ke rumah Aminah dan melewati wanita tersebut. Wanita tersebut memanggil Abdullah, namun Abdullah tidak menggubrisnya dan tetap pergi ke rumah Aminah. Abdullah masuk kepada Aminah, dan menggaulinya, kemudian Aminah mengandung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Tidak lama setelah itu, Abdullah berjalan melewati wanita tersebut dan berkata kepadanya, 'Apakah engkau tertarik kepadaku?' Wanita tersebut menjawab, "Tidak, tadi engkau berjalan melewatiku, sedang di kedua matamu terdapat warna putih. Aku memanggilmu, namun engkau tidak menggubris panggilanku, kemudian engkau masuk kepada Aminah, lalu warna putih tersebut pergi bersamanya." (JGA: mata yang memutih kayak apa yahhh....ih seremmm... :lol: )

Ibnu Ishaq berkata bahwa orang-orang berkata tentang wanita yang berkata kepada Abdullah yang berjalan melewatinya, sedang di kedua mata Abdullah terdapat warna putih seperti warna putih di kuda berkata, "Aku pun memanggil Abdullah dengan harapan warna putih tersebut menjadi milikku, namun ia tidak menggubris panggilanku. :heart: :lol: Ia masuk kepada Aminah, lalu menggaulinya, kemudian Aminah mengandung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."

Jadi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang Quraisy yang paling baik nasabnya, dan paling terhormat dari jalur ayah dan ibunya. :lol: (JGA: dasar baik-tidaknya nasab ini tidak jelas... :-k muslim pasti menghayal mati-matian hahaha...)
---ooOoo---
Last edited by JANGAN GITU AH on Tue May 04, 2010 5:36 pm, edited 4 times in total.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 30
BAB 30
APA YANG DIKATAKAN KEPADA AMINAH KETIKA MENGANDUNG RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Mimpi Aminah
Ibnu Ishaq berkata bahwa banyak orang mengatakan, dan hanya Allah yang lebih tahu Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bercerita, ketika ia mengandung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia bermimpi didatangi seseorang kemudian orang tersebut berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau mengandung pimpinan umat ini. Jika engkau melahirkannya, ucapkan, 'Aku meminta perlindungan untuknya kepada Allah Yang Mahaesa dari keburukan semua pendengki, dan beri nama dia Muhammad'." Ketika Aminah mengandung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia melihat seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia bisa melihat istana-istana Busra di Syam. :rofl:

Wafatnya Abdullah
Ibnu Ishaq berkata, "Tidak lama kemudian Abdullah bin Abdul Muththalib, ayahanda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meninggal dunia, ketika ibundanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang mengandung beliau."
---ooOoo---
kuta bali
Posts: 2187
Joined: Tue Mar 02, 2010 3:55 am

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by kuta bali »

Cara terbaik untuk copas artikel dari buku:

1. Scan atau foto dengan kamera digital
2. Dengan software OCR (optical character recognition) atau image to text, maka artikel itu langsung menjadi text seperti msword, excel, txt, pdf dll.

Program OCR yang ngetop salah satunya adalah Omnipage.

Makasih artikelnya anyway.
User avatar
Jarum_Kudus
Posts: 1698
Joined: Tue Feb 28, 2006 9:49 am

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by Jarum_Kudus »

kuta bali wrote:Cara terbaik untuk copas artikel dari buku:

1. Scan atau foto dengan kamera digital
2. Dengan software OCR (optical character recognition) atau image to text, maka artikel itu langsung menjadi text seperti msword, excel, txt, pdf dll.

Program OCR yang ngetop salah satunya adalah Omnipage.

Makasih artikelnya anyway.
Sebaiknya jangan, sebab netter M-SAW dulu pake software itu dan hasilnya banyak salah eja sehingga repot mengeditnya. Yang JGA lakukan sudah benar dan baik sekali, meskipun capek tentunya. Salut berat, bro JGA. Terima kasih buanget. Maaf nih nyelip di sini. Moderator bisa tolong hapus setelah ini.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 131
BAB 31
KELAHIRAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Zaman Kelahiran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu Ishaq berkata, bahwa Abu Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam berkata kepadaku bahwa Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-Muththalibi yang berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awwal, tahun gajah."

Ibnu Ishaq berkata bahwa Al-Muththalibi bin Abdullah bin Qais bin Makhramah berkata kepadaku dari ayahnya dari kakeknya yang berkata, 'Aku dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada tahun gajah. Kami lahir pada tahun yang sama."

Ibnu Ishaq berkata bahwa Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf berkata kepadaku dari Yahya bin Abdullah bin Sa'ad bin Zurarah Al-Anshari yang berkata bahwa beberapa orang dari kaumku berkata kepadaku dari Hassan bin Tsabit yang berkata, "Demi Allah, aku berusia tujuh tahun atau delapan tahun. Pada usia tersebut, aku mendengar seorang Yahudi berteriak dengan suara keras di atas menara Yatsrib, 'Hai orang-orang Yahudi!' Ketika orang-orang Yahudi telah berkumpul di sekitarnya, mereka berkata kepadanya, 'Celakalah engkau, ada apa denganmu?' Ia berkata, 'Pada malam ini, telah muncul bintang Ahmad yang ia lahir dengannya'." (JGA: haha..nyontek abis dah dari kitab sebelah... :rolling: )

Muhammad bin Ishaq berkata, "Aku bertanya kepada Sa'ad bin Abdurrahman bin Hassan bin Tsabit, 'Hassan bin Tsabit berusia beberapa tahun ketika Rasulullah tiba di Madinah"' Ia menjawab, 'Enam tahun. Sedang usia Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau tiba di Madinah adalah lima puluh tiga tahun. Hassan mendengar apa saja yang ia dengar ketika berusia tujuh tahun." (JGA: Kalo giliran aisyah nyang bilang usianya 6 thn ketika dinikahi Muhammad, gak dipercaya ama Crescent Star :lol: )

Kelahiran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Pemberian Nama Beliau
Ibnu Ishaq berkata, "Usai ibundanya melahirkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia mengutus seseorang kepada kakeknya, Abdul Muththalib, dengan membawa pesan, 'Sesungguhnya telah lahir bayi untukmu. Oleh...
=====================================================================================================
Halaman 132

...kerena itu, datanglah ke mari dan lihatlah bayi tersebut !' Kemudian Abdul Muththalib melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Aminah bercerita kepada Abdul Muththalib apa yang dilihatnya ketika ia mengandung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, apa yang dikatakan kepadanya tentang beliau, dan perintah untuk menamakan bayi tersebut dengan sebuah nama. Ada yang mengatakan, Abdul Muththalib mengambil Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari ibundanya, dan membawanya ke Ka'bah. Abdul Muththalib berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan kepadanya. Kemudian ia menyerahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada ibunya, dan ia mencarikan ibu susuan untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam."

Penyusuan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Wanita Yang Menyusui Beliau, dan Suaminya
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam disusui wanita dari Sa'ad bin Badr yang bernama Halimah binti Abu Dzuaib. Abu Dzuaib adalah Abdullah bin al-Harts bin Syijnah bin Jabir bin Rizam bin Nashirah bin Fushaiyyah bin Nashr bin Sa'ad bin Bakr bin Hawazin bin Mansur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Ailan. Nama ayah susuan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah Al-Harts bin Abdul Uzza bin Rifa'ah bin Mallan bin Nashirah bin Fushaiyyah bin Nashr bin Sa'ad bin Bakr bin Hawazin."

Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan Hilal adalah anak Nashirah."

Saudara-saudara Sesusuan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, "Saudara sesusuan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah Abdullah bin Al-Harts yang tidak lain adalah Asy-Syaima'. Khidzamah tidak dikenal di kaumnya kecuali dengan nama Asy-Syaima'. Ibu mereka adalah Halimah binti Abu Dzuaib Abdullah bin Al-Harts, ibunda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ada yang mengatakan, Asy-Syaima' ikut mengasuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama ibunya ketika beliau tinggal bersama mereka."

Halimah As-Sa'diyyah Bercerita tentang Bagaimana Dia Mengambil Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata bahwa Jahm, mantan budak Al-Harts bin Hathih Al-Jumahi berkata kepadaku dari Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib atau dari seseorang yang berkata kepadanya, Halimah bin Abu Dzuaib As-Sa'diyyah, ibunda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyusui beliau berkisah, ia bersama suaminya meninggalkan negerinya dengan mem...
=====================================================================================================
Halaman 133

...bawa seorang anak kecil yang sedang disusuinya bersama rombongan wanita-wanita Bani SA'ad bin Bakr guna mencari anak-anak untuk disusui. Halimah As-Sa'diyyah berkata, "Tahun tersebut adalah tahun kering dan tidak ada sedikit pun yang tersisa untuk kami. Kemudian kami berangkat dengan mengendarai keledaiku yang berwarna putih dan unta tua yang tidak menghasilkan susu setetes pun. Kami semua tidak bisa tidur pada malam hari karena anak-anak kecil yang ikut bersama kami. Anak-anak tersebut menangis karena lapar, air susu tidak mengenyangkannya, dan unta tua kami tidak mempunyai susu yang mengenyangkannya. Namun kami tetap berharap mendapatkan pertolongan dan jalan keluar. Aku berangkat dengan mengendarai keledai. Sungguh, aku lama sekali berada dalam perjalanan hingga hal ini semakin menambah kelaparan dan kelelahan mereka. Itulah yang terjadi hingga kami tiba di Makkah kemudian mencari anak-anak yang bisa kami susui. Setiap wanita dari kami pernah ditawari menyusui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun semua menolaknya sebab ia diberitahu bahwa anak tersebut anak yatim, sedang kami mengharapkan imbalan yang banyak dari ayah si anak. Semua dari kami berkata, 'Anak yatim?' Apa yang bisa dikerjakan ibunya dan kakeknya?' Kami tidak mau mengambilnya karena sebab tersebut. Setiap anak telah mendapat anak susuan kecuali aku. Ketika kami telah sepakat untuk pulang, aku berkata kepada suamiku, 'Demi Allah, aku tidak sudi pulang bersama teman-temanku tanpa membawa anak yang bisa aku susui. Demi Allah, aku akan pergi kepada anak yatim tersebut dan mengambilnya.' Suamiku berkata, 'Engkau tidak salah kalau mau melakukannya. Mudah-mudahan Allah memberi kita keberkahan dengan anak yatim tersebut.' Kemudian aku pergi kepada anak yatim tersebut untuk mengambilnya. Demi Allah, aku mengambilnya karena tidak mendapatkan anak lain. Setelah mengambilnya, aku kembali ke tempat istirahatku. Ketika aku meletakkannya ke atas pangkuanku dan memberikan kedua susuku kepadanya, ia menetek hingga kenyang. Saudaranya juga menetek hingga kenyang. Usai keduanya menetek, keduanya tidur, padahal sebelumnya kami tidak bisa tidur. Sedang suamiku, ia pergi ke unta tua milik kami, ternyata air susu unta tua tersebut penuh. Kami pun memerahnya, meminumnya, dan aku meminummya hingga kenyang. Kami menghabiskan malam tersebut dengan indah. Esoknya, sahabat-sahabatku berkata kepadaku, 'Demi Allah, ketahuilah wahai Halimah, sungguh engkau telah mendapatkan anak yang penuh berkah.' Aku berkata, 'Demi Allah, aku juga berharap demikian.' Kemudian kami pulang dengan mengendarai keledaiku dan membawa Muhammad. Demi Allah, aku mampu meninggalkan rombonganku dan tidak ada satu pun dari keledai mereka yang sanggup menyusulku, hingga wanita-wanita tersebut berkata kepadaku, 'Hai putri Abu Dzuaib, celakalah engkau, berjalanlah pelan-pelan ! Bukankah keledai ini yang engkau bawa dari negerimu?' Aku katakan kepada wanita-wanita tersebut, 'Ya betul, demi Allah keledai inilah yang aku bawa dari negeriku.' Mereka berkata, 'Demi...
=======================================================================================================
Halaman 134

...Allah, keledai ini terasa beda dengan keledai-keledai yang lain.' Kemudian kami tiba di negeri kami, Bani Sa'ad. Saya tidak mengetahui bumi Allah yang lebih kering dari negeri Sa'ad. Ketika aku tiba di negeriku membawa Muhammad, kambingku datang kepadaku dalam keadaan kenyang dan susunya penuh. Kemudian kami memerahnya dan meminumnya, dan pada saat yang sama orang-orang lain tidak dapat memerah susu setetes pun dan tidak mendapatkannya di susu kambing mereka. Begitulah, hingga kaum kami berkata kepada para penggembala kambing, 'Celakalah kalian, gembalakan kambing-kambing kalian ke tempat penggembala kambing putri Abu Dzuaib menggembalakan kambingnya.' Pada sore hari, kambing-kambing mereka pulang dalam keadaan lapar dan tidak mengeluarkan susu setetes pun, sedang kambingku pada sore itu pulang dalam keadaan kenyang dan air susunya banyak. Kami terus mendapatkan tambahan nikmat dan kebaikan dari Allah hingga berjalan dua tahun. Ketika Muhammad berusia dua tahun, aku menyapihnya. Ia tumbuh menjadi anak muda yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Usianya pun belum genap dua tahun, namun ia telah menjadi anak yang tegap."

(JGA: Pintar ngarang si Ishaq ini, hehe...anehnya kehadiran muhammad yang katanya membawa rahmat itu tidak membawa keberkahan bagi teman-teman sepenggembalaan Halimah. Ini isyarat betapa egoisnya Allah SWT yang tidak turut memperhatikan kambing-kambing orang lain. Mana mungkin bisa kambing halimah bisa kenyang sendiri sementara kambing tetangganya yang sama-sama makan dari padang rumput yang sama pada kelaparan. Kayaknya kambing tetangga halimah ditutup matanya oleh Allah SWT, ye? Sungguh terlalu egois, hanya gara-gara muhammad...!)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bercerita tentang Dirinya
Ibnu Ishaq berkata, bahwa Tsaur bin Yazid berkata kepadaku dari sebagian orang berilmu dan aku kira dari Khalid bin Ma'dan Al-Kalaiyyu, bahwa beberapa sahabat berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,

"Ceritakan kepada kami tentang dirimu, wahai Rasulullah." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ya. Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira saudaraku Isa bin Maryam. Ketika ibuku mengandungku, ia melihat sinar keluar dari perutnya, dan karena sinar tersebut istana-istana Syam menjadi bercahaya. Aku disusui di Bani Sa'ad bin Bakr. Ketika aku bersama saudaraku di belakang rumah sedang menggembalakan kambing, tiba-tiba dua orang berpakaian putih datang kepadaku dengan membawa baskom dari emas yang penuh berisi salju. Kedua orang tersebut mengambilku lalu membelah perutku, mengeluarkan hatiku, membelahnya, mengeluarkan gumpalan hitam dari hatiku, dan membuangnya. Setelah itu, keduanya mencuci hatiku dan perutku dengan salju yang telah dibersihkan. Salah seorang dari keduanya berkata kepada sahabat satunya, 'Timbanglah dia dengan sepuluh orang dari umatnya.' Dia menimbangku dengan sepuluh orang umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka. Orang pertama berkata, 'Timbanglah dia dengan seratus orang dari umatnya.' Orang kedua menimbangku dengan seratus orang dari umatku, ternyata aku lebih daripada...
======================================================================================================
Halaman 136

...mereka. Orang pertama berkata lagi, 'Timbanglah dia dengan seribu orang dari umatnya.' Orang kedua menimbangku dengan seribu orang dari umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka.' Orang pertama berkata, 'Biarkan dia. Demi Allah, seandainya engkau menimbangnya dengan seluruh umatnya, ia lebih berat daripada mereka'."

(JGA: Muhammad memang top dah :lol: . Peristiwanya terjadi saat ia masih bocah. Masak saat itu muhammad bilang dia sudah punya umat /pengikut? jadi nabi aja belum...! :vom:

Semua Nabi Menggembalakan Kambing (JGA: :lol: ngibul betul !)
Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
  • "Tidak ada satu nabi pun melainkan ia menggembala kambing." Ditanyakan kepada beliau, "Termasuk engkau, wahai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ya, termasuk aku."
Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada sahabat-sahabatnya,
  • "Aku adalah orang yang paling fasih di antara kalian. Aku orang Quraisy dan aku disusui di Bani Sa'ad bin Bakr."
Halimah As-Sa'diyyah Kehilangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam(JGA: nyontek dari kisah Isa AS..! :rolling: )
Ibnu Hisyam berkata bahwa banyak orang mengatakan dan hanya Allah yang lebih tahu, ketika ibunda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Halimah As'Sa'diyyah membawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ke Makkah, beliau menghilang dikerumunan manusia pada saat akan dikembalikan kepada keluarganya. Halimah As-Sa'diyyah mencari-cari beliau, namun tidak berhasil menemukannya. Halimah As-Sa'diyyah mencari-cari beliau, namun tidak berhasil menemukannya. Halimah As'Sa'diyyah segera menemui Abdul Muththalib dan berkata kepadanya, "Sungguh pada malam ini, aku datang dengan Muhammad, namun ketika aku berada di Makkah Atas, ia menghilang dariku. Demi Allah, aku tidak tahu di mana dia berada." Kemudian Abdul Muththalib berdiri di samping Ka'bah dan berdoa kepada Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya. Ada yang mengatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ditemukan Waraqah bin Naufal bin Asad dan seseorang dari Quraisyi, kemudian keduanya membawa beliau kepada Abdul Muthalib. Keduanya berkata kepada Abdul Muththalib, "Inilah anakmu. Kami menemukannya di Makkah Atas," Abdul Muththalib mengambil Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian meletakkan beliau di...
=======================================================================================================
Halaman 137

...pundaknya sambil thawaf di Ka'bah. Abdul Muththalib memintakan perlindungan untuk beliau, berdoa untuk beliau, kemudian Abdul Muththalib mengembalikan beliau kepada ibunya, Aminah binti Wahb.

Sebab Lain Halimah As-Sa'diyyah Mengembalikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata bahwa sebagian orang berilmu berkata kepadaku, di antara sebab lain yang mendorong ibu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Halimah As-Sa'diyyah, mengembalikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada ibu kandungnya--di samping sebab yang telah dijelaskan Halimah As-Sa'diyyah kepada Aminah binti Wahb--bahwa beberapa orang Nasrani dari Habasyah melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama Halimah As-Sa'diyyah ketika ia mengembalikan beliau setelah disapih. Mereka memandangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan seksama, bertanya kepada Halimah As-Sa'diyyah tentang beliau, dan menimang-nimang beliau. Mereka berkata, "Kami pasti merampas anak ini kemudian membawanya kepada raja di negeri kami, karena kelak anak ini akan menjadi orang besar, karena kami telah mengetahui seluk-beluk tentang dia." Orang yang berkata kepadaku mengatakan bahwa Halimah As-Sa'diyyah nyaris tidak bisa meloloskan diri dari mereka.(JGA: Orang tidak PD dengan nabinya hingga harus mencari-cari konfirmasi tanpa nalar dari orang lain... :lol: )
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 138
BAB 32
KEMATIAN IBUNDA RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DAN KEHIDUPAN BELIAU BERSAMA KAKEKNYA
Ibnu Ishaq berkata, "Selama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama ibundanya, Aminah binti Wahb dan kakeknya, Abdul Muththalib, beliau berada dalam pemeliharaan Allah dan penjagaan-Nya. Allah menumbuhkan beliau dengan penumbuhan yang baik karena Allah berkehendak memuliakan beliau. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berusia empat tahun, ibunya, Aminah binti Wahb meninggal dunia."

Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata kepadaku, "Ibunda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Aminah binti Wahb meninggal dunia di Al-Abwa', daerah di antara Makkah dengan Madinah pada saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berusia enam tahun. Ibundanya membawa beliau mengunjungi paman-pamannya dari jalur ibunya di Bani Adi bin An-Najjar, kemudian meninggal dunia dalam perjalanan pulang ke Makkah."

Ibnu Hisyam berkata, "Ibu Abdul Muthathalib bin Salma adalah Salma binti Amr An-Najjariyah. Hubungan kepamanan inilah yang disebut Ibnu Ishaq ketika membahas paman-paman beliau di Bani Adi bin An-Najjar tersebut."

Pengasuhan Abdul Muththalib dan Perhatiannya terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, "Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hidup bersama Abdul Muththalib. Abdul Muththalib mempunyai kursi di Ka'bah. Anak-anaknya duduk di sekitar kursi tersebut hingga ia datang kepadanya. Tidak ada seorang pun di antara anak-anaknya yang berani duduk di atas kursi tersebut karena hormat kepadanya. Ketika masih kecil, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang ke kursi tersebut kemudian duduk di atasnya. Melihat beliau duduk di kursi kakeknya, paman-pamannya mengambil beliau dari kursi tersebut sehingga dengan demikian mereka bisa menjauhkan beliau dari Abdul Muththalib. Melihat perlakuan paman-pamannya seperti itu terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abdul...
=====================================================================================================
Halaman 139

...Muththalib berkata, 'Jangan larang anakku (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) duduk di atas kursi ini. Demi Allah, ia kelak menjadi orang besar.' Kemudian Abdul Muththalib mendudukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersamanya, mengusap punggungnya dengan tangannya, dan ia senang atas apa yang diperbuatnya.
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 140
BAB 33
WAFATNYA ABDUL MUTHTHALIB DAN SYAIR-SYAIR DUKA CITA
sementara bab ini ditunda dulu karena hanya berisi syair-syair sanjungan !

nanti apabila semua sudah rampung akan ditambahkan kemudian
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Sirat Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 148
BAB 34
RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM BERADA DALAM ASUHAN ABU THALIB
Ibnu Ishaq berkata, "Setelah Abdul Muththalib meninggal dunia, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ikut pamannya, Abu Thalib--menurut para ulama--atas wasiat Abdul Muththalib, karena ayah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Abu Thalib saudara sekandung. Ibu keduanya adalah Fathimah binti Amr bin Aidz bin Abd bin Imran bin Makhzum."

Ibnu Hisyam berkata, "Aidz adalah anak Imran bin Makhzum."
Ibnu Ishaq berkata, "Abu Thalib mengasuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah Abdul Muththalib. Beliau diserahkan kepadanya dan selalu bersamanya."

Ibnu Ishaq berkata, bahwa Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair berkata kepadaku bahwa ayahnya berkata kepadanya bahwa seseorang dari Lihb (Ibnu Hisyam berkata, "Lihb berasal dari Azdi Syanu'ah. Ia paranormal :shock: . Jika ia berada di Makkah, orang-orang Quraisy datang kepadanya dengan membawa anak-anaknya untuk dilihat Lihb dan ia meramal mereka untuk kedua orang tuanya.") berada di Makkah, kemudian Abu Thalib datang kepadanya dengan membawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama orang-orang Quraisy yang lain. Ketika Lihb melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia sibuk dengan beliau hingga lupa masalah-masalah yang lain. Lihb berkata, "Kemarilah hai anak muda !" Ketika Abu Thalib melihat keseriusan Lihb dan keinginannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia menyembunyikan beliau dari penglihatan Lihb. Lihb berkata, "Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku lihat tadi ! Demi Allah, anak muda ini akan menjadi besar di kemudian hari." Kemudian Abu Thalib pergi membawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Perihal Buhaira
Ibnu Ishaq berkata, "Abu Thalib ikut pergi ke Syam bersama rombongan pedangang Quraisy. Ketika ia telah siap untuk berangkat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meminta ikut pergi--menurut penuturan para ulama. Abu Thalib tidak tega meninggalkan beliau. Ia berkata, 'Demi Allah,...
======================================================================================================
Halaman 149

...aku pasti membawanya pergi, ia tidak boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah dengannya selama-lamanya--atau seperti yang dikatakan Abu Thalib. Kemudian Abu Thalib berangkat dengan membawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Buhaira Menjamu Rombongan Quraisy
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika romongan Quraisy tiba di Busra, daerah di Syam, ternyata di Bursa tersebut terdapat Pendeta Buhaira sedang berada di rumah ibadahnya. Ia menjadi rujukan umat Nasrani. Di rumah ibadah tersebut, selalu ada pendeta, dan umat Nasrani mendapatkan ilmu dari rumah ibadah tersebut dan generasi tua mewariskannya kepada generasi muda--menurut pengakuan para ulama. Pada tahun tersebut rombongan Quraisy berhenti di Buhaira, dan sebelumnya mereka selalu melewatinya namun Buhaira tidak pernah mau berbicara dan tidak menggubris mereka hingga tahun itu. Ketika mereka berhenti di dekat rumah ibadah Buhaira, ia membuat makanan yang banyak sekali untuk mereka. Pendeta Buhaira berbuat seperti itu--menurut banyak ulama--, karena sesuatu yang dilihatnya ketika berada di rumah ibadahnya. Ada yang mengatakan, ketika Buhaira sedang berada di rumah ibadahnya, ia melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di tengah-tengah rombongan Quraisy, sedang awan menaungi beliau dan tidak menaungi orang-orang lain."
(JGA: ini sama egoisnya dengan kisah kambing sebelumna... \:D/ )

Ibnu Ishaq berkata, "Mereka berhenti di bawah naungan pohon dekat Buhairah. Buhairah melihat awan ketika pohon menaungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan ranting-ranting pohon berjuntai kepada beliau hingga bernaung di bawahnya. Ketika Buhaira melihat yang demikian, ia keluar dari rumah ibadahnya dan menyuruh pembantunya membuat makanan. Sedang ia sendiri pergi ke tempat rombongan Quraisy. Ia berkata kepada mereka, 'Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat makanan untuk kalian. Saya ingin kalian semua, anak kecil, orang besar, budak, dan orang merdeka ikut hadir.' Seseorang bertanya kepada Buhaira, 'Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa yang engkau perbuat kepada kami pada hari ini, padahal kami seringkali melewati tempat ini. Ada yang terjadi pada dirimu pada hari ini?' Buhaira berkata kepada orang tersebut, 'Engkau benar, dulu aku memang seperti yang engkau katakan. Namun kalian semua adalah tamu dan aku ingin menjamu kalian. Aku telah membuat makanan untuk kalian dan semua harus memakannya.' Kemudian mereka masuk ke rumah Buhaira, sedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak ikut bersama mereka karena masih kecil. Beliau berada di bawah pohon menjaga perbekalan rombongan Quraisy. Ketika Buhaira melihat rombongan Quraisy dan tidak melihat sifat yang telah ia ketahui, ia berkata, 'Hai orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak makan makananku ini.' Mereka berkata kepada Buhaira, 'Hai Buhaira, tidak ada seorang pun yang layak...
===================================================================================================
Halaman 150

...datang kepadamu yang tertinggal kecuali anak muda yang paling kecil di antara kami. Ia berada di tempat bekal rombongan.' Buhaira berkata, 'Kalian jangan seperti itu, panggil dia untuk makan bersama kalian.' Salah seorang dari rombongan Quraisy berkata, 'Demi Al-Lata dan Al-Uzzq, adalah aib bagi kami kalau anak Abdullah bin Abdul Muththalib tidak ikut makan bersama kami.' (JGA: Duh...dasar Arab bahlul, ngelesnya ampun-ampun dah...) Setelah itu, Buhairah datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian memeluknya dan mendudukkannya bersama rombongan Quraisy yang lain."

Buhaira Mencari Tanda-tanda
Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Buhaira melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia memperhatikan beliau dengan seksama, dan memperhatikan sekujur tubuh beliau. Dari hasil penglihatannya, ia menemukan sifat-sifat kenabian pada beliau. Usai makan, rombongan Quraisy bubar, sedang Buhaira mendekati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lalu bertanya kepada beliau, 'Hai anak muda, engkau menyebut nama Al-Lata dan Al-Uzza aku bertanya kepadamu dan engkau harus menjawab apa yang aku tanyakan kepadamu.' Buhaira bertanya seperti itu, karena ia mendengar bahwa kaum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersumpah dengan Al-Lata dan Al-Uzza. Ada yang mengatakan, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, 'Jangan bertanya tentang sesuatu apa pun kepadaku dengan menyebut nama Al-Lata dan Al-Uzza. Demi Allah, tidak ada yang sangat aku benci melainkan keduanya.' Buhaira berkata, 'Aku bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, dan engkau harus menjawab pertanyaanku.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, 'Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau tanyakan !' Buhaira menanyakan banyak hal kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, tidur beliau, postur beliau, dan hal-hal lain. Itu semua dijawab Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jawaban yang diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sesuai dengan sifat beliau yang ia ketahui. Kemudian Buhaira melihat punggung Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan melihat tanda kenabian ada di antara kedua pundak persis seperti sifat beliau yang ia ketahui. :lol: "

Ibnu Hisyam berkata, "Tanda kenabian tersebut seperti bekas bekam." :lol:

Buhaira Menasihati Abu Thalib Membawa Pulang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, "Setelah itu, Buhaira menemui paman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Thalib, dan bertanya kepadanya, 'Apakah anak muda ini anakmu?' Abu Thalib menjawab, 'Ya, dia anakku.' Buhaira berkata, 'Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas mempunyai ayah yang masih hidup.' Abu Thalib berkata, 'Dia anak saudaraku.' Buhaira bertanya, 'Apa yang dikerjakan ayahnya?' Abu Thalib menjawab, 'Ayahnya...
=======================================================================================================
Halaman 151

...meninggal dunia ketika dia dikandung ibunya.' Buhaira berkata, 'Engkau benar. Bawa pulang anak saudaramu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga dia dari orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat padanya seperti yang aku lihat, mereka pasti membunuhnya. Sesungguhnya akan terjadi sesuatu yang besar pada anak saudaramu ini. Oleh karena itu, segera bawa pulang dia ke negeri asalmu!' Setelah menyelesaikan aktifitas bisnisnya di Syam, Abu Thalib membawa pulang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ke Makkah."

Sebagian Ahli Kitab Berusaha Membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, "Banyak orang mengatakan bahwa Zurair, Tammam, dan Daris-- mereka adalah Ahli Kitab-- melihat pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam persis seperti yang dilihat Buhaira pada beliau dalam perjalanan bersama pamannya, Abu Thalib. Mereka bertiga berusaha mencari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun Buhaira melindungi beliau dari mereka. Buhaira mengingatkan mereka kepada Allah, tentang beliau dan sifatnya yang bisa mereka temukan dalam kitab mereka, serta bahwa meskipun mereka sepakat untuk membunuh beliau, mereka tidak dapat mendekati beliau. Buhaira tidak henti-hentinya menasihati hingga akhirnya mereka mengetahui kebenaran ucapan Buhaira, kemudian membenarkan ucapannya, membatalkan niatnya membunuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan berpaling dari hadapan Buhaira."

(JGA: orang muslim pasti bilang...nah tuhkan orang-orang Yahudi ingin membunuh muhammad...gile, ini cuma tiga orang tapi udah diakui sebagai "sebagian". Lagi pula muhammad masih tergolong remaja yang bisa jadi sedikit usil. Mungkin ia usil terhadap ketiganya hingga melabrak muhammad karena ke usilannya. Seperti yang akan terbukti nantinya betapa usilnya muhammad yang menghina tuhan-tuhan orang Quraisy/pagan. Lagi pula tidak ada jaminan bahwa mereka itu adalah Ulama Yahudi ! Atau tidak ada pernyataan dari mereka bahwa mereka hendak membunuhnya. Ishaq sendiri tidak membuktikannya, cuma isapan jempol ! Pertanyaan yang penting adalah mengapa orang Yahudi di Arab tidak datang untuk membunuh dia, dan kenapa harus orang Yahudi di Syam? Jelas ini adalah upayaa untuk menaikkan citra muhammad kecil dari para muslim penghayal agar sejajar dengan nabi sebelum dia ! :lol: )

Perlindungan Allah Ta'ala kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam semakin besar. Allah Ta'ala memeliharanya, dan melindunginya dari kotoran-kotoran jahiliyah, karean Allah berkehendak memuliakannya dan memberi risalah kepadanya, hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi orang yang paling ksatria di kaumnya, paling baik akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling benar tutur katanya, paling agung kejujurannya, paling jauh dari keburukan, dan paling jauh dari akhlak-akhlak yang mengotori orang laki-laki, hingga akhirnya kaumnya menggelari Al-Amin karena Allah mengumpulkan pada beliau hal-hal yang baik. #-o

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Menceritakan Perlindungan Allah kepadanya
Ibnu Ishaq berkata kepadaku seperti disampaikan kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bercerita tentang perlindungan Allah kepadanya sejak kecilnya dari kejahiliyahan. Rasulullah Shallallahu...
===================================================================================================
Halaman 152

...Alaihi wa Sallam bersabda,
  • Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkat batu untuk satu permainan yang biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami telanjang dan meletakkan bajunya di pundaknya (sebagai ganjalan) untuk memikul batu. Aku maju dan mundur bersama mereka, namun tiba-tiba seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan. Ia berkata, 'Kenakan pakaianmu.' Kemudian aku mengambil pakaianku memakainya. Setelah itu, aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian dan tidak seperti teman-temanku."
(JGA: dimananya perlindungannya ? :-k perlindungan terhadap apa? agar tidak masuk angin? :lol: )
---ooOoo---
Post Reply