Page 1 of 1

SOLAT : jam, tata cara & pembatalan

Posted: Mon Jan 22, 2007 12:08 am
by Yehnes Al Souriani
Dlm Islam : dilarang sholat pada saat matahari terbenam dan pada saat diantara jam solat subuh dan matahari terbit, demikian Bukhari vol.1:558-563 (p.323-325). Muslim juga tidak boleh sholat saat matahari memiliki corak warna kekuning2an, Sahih Muslim vol.1:1301 vol.1 footnote 841 p.304

Solat dilarang setelah solat lohor kecuali saat matahari tinggi. Abu Dawud vol.1:1269 p.335. Jam2 pelarangan solat disebut dlm Abu Dawud vol.1:1272-1273 p.336

Wanita tidak boleh solat saat datang bulan. Sahih Muslim vol.1:652 p.188-189, vol.1:142 (p.48) Bukhari vol.1:322 p.194, no.327 p.196; Sunan Nasa’i vol.1 no.355-361 p.281-284; vol.1 no.364-368 p.285-286

Posted: Mon Jan 22, 2007 9:19 am
by cahkangkung
Kenapa ya? Apakah pada saat2 itu Allo sedang Not-Avaiable,Sedang Istirahat,ato sedang Sholat? Jadi terpaksa tutup toko dulu?

Posted: Mon Jan 22, 2007 4:08 pm
by ali5196
Gua pernah baca ada cewek Muslim disini yg mengatakan, solat adalah
suka2, tidak ada aturan waktunya. Tolong kasih dia aturan ini. Biar nyaho ! :lol: :lol:

Posted: Mon Jan 22, 2007 4:44 pm
by Yehnes Al Souriani
ali5196 wrote:Gua pernah baca ada cewek Muslim disini yg mengatakan, solat adalah
suka2, tidak ada aturan waktunya. Tolong kasih dia aturan ini. Biar nyaho ! :lol: :lol:
YCH BEGITU NAIFNYA ESLAM JAMAN SEKARANG MOGA TAUBAT YCH, BERDOA KEPADA SANG KHALIQ SAJA ADA BATASANNYA, KASIHAN ESLAM SEKARANG :lol:

Posted: Tue Jan 23, 2007 11:17 pm
by ali5196
dari abd_el_maseeh_el_banjari:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=9789

JIKA MUSLIM SHOLAT PKAI PNGRS SUARA TNYKN DBWH INI:
Sura 17:110, along with Bukhari vol.9 book 93 no.582 p.433; vol.9 book 93 no.616 p.464.

http://cwis.usc.edu/dept/MSA/fundamenta ... ri/093.sbt .html

Volume 9, Book 93, Number 582:
Narrated Ibn 'Abbas:

(regarding the Verse):-- 'Neither say your prayer aloud, nor say it in a low tone.' (17.110) This Verse was revealed while Allah's Apostle was hiding himself in Mecca, and when he raised his voice while reciting the Qur'an, the pagans would hear him and abuse the Qur'an and its Revealer and to the one who brought it. So Allah said:--

'Neither say your prayer aloud, nor say it in a low tone.' (17.110) That is, 'Do not say your prayer so loudly that the pagans can hear you, nor say it in such a low tone that your companions do not hear you.' But seek a middle course between those (extremes), i.e., let your companions hear, but do not relate the Qur'an loudly, so that they may learn it from you.

TARJAMAH:
DICERITAKAN OLEH IBN ABBAS: (INTINYA) BERDOA (SHALAT) TIDAK BOLEH DENGAN SUARANG YANG NYARING ATAU KECIL(17:110). AYAT INI DITURUNKAN OLEH QURAN DENGAN SUARA YG NYARING ORANG BERHALA MENDENGAR DIA. LALU TURUNLAH AYAT INI (17:110)

Posted: Wed Jan 31, 2007 8:56 pm
by ali5196
Solat batal kalau pas lagi solat lewatlah anjing, babi, wanita, yahudi dll...
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=2855

Sunan Abu-Dawud, Book 2:
Book 2, Number 0704:
Narrated Abdullah ibn Abbas:

Ikrimah reported on the authority of Ibn Abbas, saying: I think the Apostle of Allah (peace_be_upon_him) said: When one of you prays without a sutrah, a dog, an ass, a pig, a Jew, a Magian, and a woman cut off his prayer, but it will suffice if they pass in front of him at a distance of over a stone's throw.

TERJEMAHAN
Rasulullah(saw): Jika seorang di antaramu sembahyang tanpa sutrah*, seekor anjing, keledai, BABI!!, seorang YAHUDI, seorang PEREMPUAN lewat, batallah sholatnya, tapi tidak apa2 jika jarak mereka itu sejauh satu lemparan batu.


*SUTRA (salah satu istilah tetek bengek/sekat berkaitan sholat... bukan kondom lho!! )

* Narrated Nafi: "The Prophet used to make his she-camel sit across and he would pray facing it (as a Sutra)." I asked, "What would the Prophet do if the she-camel was provoked and moved?" He said, "He would take its camel-saddle and put it in front of him and pray facing its back part (as a Sutra). And Ibn 'Umar used to do the same." (This indicates that one should not pray except behind a Sutra). (Sahih Bukhari 1.485)
TERJEMAHAN:
Diriwayahkan Nafi: "Nabi biasanya membuat ontanya duduk dihadapannya dan ia solat menghadapinya (sbg sutra)." Saya bertanya, "Apa yg akan dilakukan nabi jika ontanya bergerak ?" Katanya,"ia akan megnambil sadelnya dan menaruhnya didepannya dan solat menghadapp bagian belakangnya (sbg sutra) Dan Ibn Umar juga melakukan hal yg sama." (Ini menunjukkan bahwa orang tidak boleh solat kecuali dibelakang sebuah sutra.)


* Narrated Abu Salih As-Samman: I saw Abu Said Al-Khudri praying on a Friday, behind something which acted as a Sutra. A young man from Bani Abi Mu'ait, wanted to pass in front of him, but Abu Said repulsed him with a push on his chest. Finding no alternative he again tried to pass but Abu Said pushed him with a greater force. The young man abused Abu Said and went to Marwan and lodged a complaint against Abu Said and Abu Said followed the young man to Marwan who asked him, "O Abu Said! What has happened between you and the son of your brother?" Abu Sa'id said to him, "I heard the Prophet saying, 'If anybody amongst you is praying behind something as a Sutra and somebody tries to pass in front of him, then he should repulse him and if he refuses, he should use force against him for he is a satan.' " (Sahih Bukhari 1.488)

TERJEMAHAN;
... saya melihat Abu Said al Khudri bersolat Jumat dibelakang sesuatu yg dianggap sebuah sutra. Seorang lelaki muda dari bani ... ingin lewat didepannya, tetapi Abu Said menghalangi dan mendorongnya di dadanya. Lelaki muda itu mengutuk Abu said dan pergi ke Marwan utk menyampaikan keberatannya. Abu Said ditanya "Apa yg terjadi antara kau dgn putera suadaramu ?" Abu Said mengatakan:
'Saya mendengar nabi berkata, 'Jika siapapun diantara kalian yg bersolat dibelakang sebuah sutra dan orang lain mencoba melewati didepannya, maka ia harus dihalangi dgn didorong dan jika ia menolak, ia harus menggunakan kekerasan, karena ia SETAN.'"

Kekerasan ??? Agama damai ???? Rahmatul lil alamin ????
I don't think so.

Re: JAM2 SOLAT & APA membatalkan Solat

Posted: Thu Feb 01, 2007 10:21 pm
by Pandawa
Yehnes Al Souriani wrote:Dlm Islam : dilarang sholat pada saat matahari terbenam dan pada saat diantara jam solat subuh dan matahari terbit, demikian Bukhari vol.1:558-563 (p.323-325). Muslim juga tidak boleh sholat saat matahari memiliki corak warna kekuning2an, Sahih Muslim vol.1:1301 vol.1 footnote 841 p.304
Uaah, enak ya muslim2 yg lagi jadi turist di Nordkap (Norwegia, dekat kutub utara) pd musim dingin, karena satu harian hanya malam teruuus, matahri tidak pernah terbit,
jadi nggak usah solat2 an segala....

Sebaliknya , kalau musim panas pas bulan puasa , disitu tidak ada malam, jadi cilaka dua belas itu turis2 muslim, soalnya matahari tidak pernah terbenam, 24 jam terang teruuuuuuuus......puasa sepanjang hari tak boleh berbuka....sampai....innalillahi wa'innalillahi roji'uuunnn....

Posted: Wed Feb 21, 2007 6:44 am
by ali5196
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=7395

Ruku
Subhana rabbiyal azim wa bi hamdihi. (3 times)
Most Magnificent and Great is my Lord Whom I am praising.

Down to Sujud
Sami’ah allahu li man hamida, rabbana lakal hamd. (once)
Surely Allah hears the one who praises Him. O our Lord all praises are due to Thee.

Sujud
Subhana rabbiyal alaa wa ta’ahla. (3 times)
Most Magnificent is my Sustainer and Exalted.

Sitting Between Two Sajdahs
Allahum magh’firli warhamni waj’burni war’fahni. (once)
O Allah forgive me, take pity on me, help me and give me prosperity.

Sujud
Subhana rabbiyal alaa wa ta’ahla. (3 times)
Most Magnificent is my Sustainer and Exalted.

While Rising for Next Rakat
Allahumma inni bihaw’lika wa quw’watika ahqumu wa aq’audu. (once)
O Allah indeed with Thy help and with the power bestowed by Thee do I stand up and sit down.

Small Tasha-hud
Bismillah hir rahmanir rahim
Bismillahi wa billahi wal hamdu lillahi wal asma-ul husna kulluha lillahi. Ash’hadu an la ilaha illallahu wahdahu la sharika lahu wa ash’hadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu. Allahumma salli ala Muhammadin nabiyika wa taqabbal shafa’ahtahu fi ummatihi wa salli ahlayhi wa ala ahli baytihit tahirina.

In the name of Allah, the Beneficent the Merciful.
This prayer is for Allah and in the name of Allah Who alone deserves all the good attributes and praises. I bear witness that there is no God but Allah, alone without a partner and that Mohammed is His servant and messenger. O Allah send Thy blessings upon Mohammed, the prophet and accept his intercession for his people and send blessings upon his descendants who are pure.

Greater Tasha-hud
Bismillah hir rahmanir rahim
At’tahiyatut tayibatu was’salawa-tut tahiratuz zakiyatun na’ihmatus sabighatul ghadi’yatur ra-ahatu lillahi. Ma ta’ba wa khalusa wa tahura wa nama wa safa wa zaka lillahi. Wa ma khabusa fali’ghayrillahi. Ash’hadu an la illaha illallahu wah’dahu la sharika lahu wa ash’hadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu arsalahu bil huda wa dinil haqqi bashiran wa naziran bayna yada yis-sa’ahti. Ash’hadu annallaha nih’mar rabbu wa ash’hadu anna Muhammadan nih’mar rasulu wa ash’hadu anna Aliyan nih’mal waliyu wa annal jannata haqqun, wan nara haqqun, wal mawta haqqun, wal bahsa haqqun, wal mizana haqqun, was sirata haqqun wa annas sa’ahta ahtiyatun la rayba fiha wa annallaha yab’ahtu man fil quburi. Allahumma salli ala Muhammadin wa ala ahli Muhammadin kama sallayta wa sallamta wa barakta wa rahimta wa tarahhamta ala Ibrahima wa ala ahli Ibrahima fil ahlamina innaka hamidun majid. As’salamu ahlayka ayyuhan nabiyu wa rahmatullahi wa barakatuhu. As’salamu ahlaynaa wa ala ibadil’lahis salihina. Allahummagh firli wa liwalidayya warham’huma kama rabbayani saghiran. As’salamu ahlaykum wa rahmatullahi wa barakatuhu. As’salamu ahlaykum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Greater Tasha-hud (translation)
In the name of Allah, the Beneficent the Merciful.
All praises and good attributes are for Allah only. Whatever is good, clean, pure and virtuous is attributable to Allah and whatever is unclean, wicked and evil is attributable to other than Allah. I bear witness that there is no God but Allah Who has no partner and Who is the only One. I bear witness that Mohammed is His servant and messenger whom He has sent with guidance and true religion giving good tidings to the believers and warning to the unbelievers of their fate on the day of reckoning. I bear witness that Allah is a wonderful Lord giving us sustenance, that Mohammed is a wonderful messenger and Ali is a wonderful saint and that paradise, hell, death, resurrection, the scale of justice and the straight path are all realities, that the day of reckoning will undoubtedly come and that Allah will raise the dead from their graves. O Allah send blessings upon Mohammed and his progeny just as Thou didst upon Ibraaheem and his progeny. Indeed Thou art kind and praiseworthy. Peace be upon you O prophet and the blessings of Allah upon you. Also peace be upon us and the virtuous subjects of Allah. O Allah forgive me and my parents and treat them with the same kindness as they showed to me when they brought me up from my infancy.
Peace and kindness and blessings of Allah be upon you all.
Peace and kindness and blessings of Allah be upon you all.

Dua after Greater Tashud
(said after Greater Tashud of fardh namaaz only)
Bismillah hir rahmanir rahim
Subhana rabbika rabbil izzati amma yasifun, wa salamun alal mursalin, wal hamdu lillahi rabbil ahlamin, wa tabarakallahu ahsanul khaliqin, wa la hawla wa la quwwata illa billahil aliyil azim. Rabbanaa taqabbal minna salatana wa dua’ana ya rabbana ya mawlana innaka antas samiul ahlim. Wa la tadhrib bihima wujuhana ya ilahal ahlamin, wa ya khayran nasirin birahmatika ya arhamar rahimin. Allahumma salli ala Muhammadin wa ala ahli Muhammadin wa barik wa sallim.

In the name of Allah, the Beneficent the Merciful.
(O Mohammed) glory to your Lord, the Almighty whose attributes are indescribable. Our salutations to all the apostles and all praises to Allah, the Sustainer of the universes and the most exquisite Creator. There is no power except that of Allah, the Mighty, the Great.
O Lord accept our prayers and our supplications because Thou hearest us and knowest us. Do not reject our prayers O Sustainer of the universes and do not deny us help O the Greatest of Helpers. We seek Thy blessings because Thou art most Merciful.

Posted: Thu Aug 30, 2007 5:13 am
by ali5196
TATA CARA SHOLAT:
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 863#103863

Salat berasal dari kata Arab yang berarti sembahyang, merupakan kewajiban ibadah kedua yang dinyatakan dalam Qur’an untuk dilakukan Muslim lima kali sehari. Inilah pembagian waktu salat:
Image

badah salat merupakan kewajiban bagi Muslim karena ditulis di Qur’an dan dengan begitu diperintahkan oleh Tuhan. Ibadah salat harus diucapkan dalam bahasa Arab, tidak boleh dalam bahasa Indonesia. Selain lima kali sehari, ada tiga kali lagi ibadah sembahyang yang dapat dilakukan, meskipun bukan kewajiban (‘nafl) dan tidak dianggap dosa jika tidak dilakukan. Salat sukarela ini disebut sebagai Salatu'l-'Ishraq, setelah matahari terbit; Salatu'd-Duha sekitar jam 1 siang; and Salatu't-Tahajjud, setelah jam 12 malam. Tentang nafl bisa dibaca keterangannya di Hadis Sahih Bukhari vol. 1, hal. 4.

Selain salat setiap hari, para Muslim pun hari melakukan Salatu'l-Jum'a (Sembahyang Jum’at) dan ini dinyatakan di Qur’an dalam Suratu'l-Jumu'a 62: 9
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diserukan azan (bang) untuk mengerjakan sembahyang pada hari Jumaat, maka segeralah kamu pergi (ke masjid) untuk mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang jumaat) dan tinggalkanlah berjual beli (pada saat itu); yang demikian adalah baik bagi kamu, jika kamu mengetahui (hakikat yang sebenarnya)

Selain itu masih ada beberapa Salat yang lain yakni:
Salatul-Musafir yakni sembahyang bagi yang melakukan perjalanan
Salatu'l-Khauf yakni sembahyang untuk mengatasi takut (Suratu'n-Nisa' (iv) 102-3.)
Salatu'l-Janaza yakni sembahyang untuk menguburkan jenazah
Salatu'l-Istikhara yakni sembahyang untuk dapat bimbingan sebelum melakukan pekerjaan penting
Salatu't-Tauba yakni sembahyang untuk minta ampun (Suratu Ali 'Imran (iii) 129, 130)
Masih ada pula Salatu'l-Kusuf, 2 rak’at waktu gerhana matahari, Salatu'l-Khusuf, 2 rak’at waktu gerhana bulan; Salatu'l-Istisqa' yakni salat di musim kemarau; dan Salatu'l-Tarawih, 20 ra’kat setiap malam di bulan Ramadan.

Sekarang pertanyaannya dari mana Muhammad mengarang kewajiban sembahyang lima kali sehari?

Muhammad banyak berhubungan dengan kaum Yahudi di masa awal dirinya merasa jadi nabi. Pada saat itu, di Mekah, hubungan Muhammad dan kaum Yahudi masih dalam taraf damai. Musuhnya pada saat itu baru satu yakni kaum pagan Quraish. Dia sengaja berbaik-baikan, agar diakui sebagai nabi baru oleh kaum Yahudi. Baca sendiri ayat2 Qur’an awal tentang pujian2 Muhammad terhadap orang2 Kitab (Yahudi, Kristen, Sabean). Pujian2 ini nantinya digantinya sendiri dengan caci maki, kutuk, ancaman neraka, bahkan tuduhan tanpa bukti memalsu kitab suci sendiri terhadap orang2 Kitab dalam ayat2 Medinah. Semuanya ini terjadi karena tiada orang2 Kitab yang cukup sinting untuk percaya akan kenabian Muhammad.

Dalam usahanya memupuk hubungan baik, dia pun tak segan2 mencontek tata cara ibadah dan jumlah sembahyang dalam Yudaisme dan diterapkannya dalam agama baru ciptaannya sendiri. Dalam Surat Hud (11) ayat 116 (masa akhir Mekah), Muhammad berkata:
Dan dirikanlah sembahyang (wahai Muhammad, engkau dan umatmu), pada dua bahagian siang (pagi dan petang) dan pada waktu-waktu yang berhampiran dengannya dari waktu malam.

Dalam Suratu'l-Qaf (50) ayat 39,40 (masa awal Mekah) dinyatakan pula:
(39) … bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu (terutama) sebelum terbit matahari dan sebelum matahari terbenam. (40) Serta bertasbihlah kepadaNya pada malam hari dan sesudah mengerjakan sembahyang.

Dalam Suratu Bani Isra'il (17) ayat 79 (masa awal Mekah) dinyatakan:
Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah sembahyang tahajud padanya, sebagai sembahyang tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji

Ayat2 di atas (11:116; 50:39,40; 17:79) menyatakan perintah sembahyang 3 kali sehari. Jelas sudah bahwa Muhammad mencontek agama Yudaisme, karena hal ini sama persis dengan jumlah ibadah sembahyang per hari yang dinyatakan di Kitab Perjanjian Lama dan buku Talmud Yahudi. Silakan buka Daniel 6:11 dari Perjanjian Lama. Di ayat itu dinyatakan bahwa meskipun dilarang oleh Raja Babilonia, Daniel tetap sembahyang:
Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.
Dalam Kitab Mazmur, Daud berkata:
Pada malam hari, pagi hari, dan siang hari, aku akan berdoa dan menangis keras.
Perintah sembahyang 3 kali sehari juga dinyatakan dalam Talmud Berakhoth, (bagian dari Talmud Yerusalem) fol. 7b, kolom 1:
Dari manakah mereka (kakek moyang Yahudi) mengetahui perintah sembahyang tiga kali? Mereka melakukan sembahyang tiga kali sehari …pagi…siang hari…malam hari… Yehoshuah ben Levi berkata: “mereka tahu (sembahyang tiga kali sehari) dari kakek moyan mereka … Abraham… Ishak… Yakub.” “Sumpah puasa...harus diucapkan setiap kali sembahyang (malam, pagi, dan siang hari).”
Terdapat pula keterangan yang sama dalam kitab Apocrypha (1 Esdras v. 50; Judith ix. 1; xi. 17; xii. 6-8 ) tentang ibadah sembahyang untuk pembakaran korban (binatang) di malam dan pagi hari.

Tapi di ayat2 Qur’an di masa berikutnya, Muhammad menambah jumlah waktu sembahyang yang harus dilakukan Muslim setiap hari. Hal ini terjadi setelah dia mengaku pergi ke surga (Isra Mi’raj) dan katanya Allah memerintahkannya sembahyang lima kali sehari. Silakan baca Suratu'r-Rum (30) 17, 18,
(17) Setelah kamu mengetahui yang demikian) maka bertasbihlah kepada Allah semasa kamu berada pada waktu malam dan semasa kamu berada pada waktu Subuh. [18] Serta pujilah Allah yang berhak menerima segala puji (dari sekalian makhlukNya) di langit dan di bumi dan juga (bertasbihlah kepadaNya serta pujilah Dia) pada waktu petang dan semasa kamu berada pada waktu Zuhur
Juga sembahyang 4 kali sehari di Suratu Ta Ha (20) 130
Oleh itu, bersabarlah engkau (wahai Muhammad) akan apa yang mereka katakan dan beribadatlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya dan beribadatlah pada saat-saat dari waktu malam dan pada sebelah-sebelah siang; supaya engkau reda (dengan mendapat sebaik-baik balasan).

Jadi pertama-tama Muhammad memerintahkan sembahyang 3 kali sehari, lalu 4 kali sehari dan diganti lagi jadi 5 kali sehari. Jika sembahyang 3 kali sehari merupakan gagasan dari agama Yudaisme, maka dari manakah gagasan sembahyang 5 kali sehari? Jawabannya bisa dilihat dari agama Sabean yang dianut masyarakat Arabia di masa pra Islam. Penulis Arab bernama Abu’l-Fida dalam bukunya yang berjudul At-Tawarikhu'l-Qadimah (History, Ante-Islamica), hal 148, mengutip pernyataan penulis Arab kuno brenama Abu 'Isa'l-Maghribi sebagai berikut:
Kaum Sabian melakukan ibadah tertentu, yang antara lain adalah tujuh kali sembahyang, dan lima kali dari tujuh kali sembahyang itu sama pula dengan yang dilakukan para Muslim. Sembahyang keenam adalah sembahyang subuh, dan sembahyang ke tujuh dilakukan pada akhir jam keenam malam hari… Tata cara sembahyang mereka, sama seperti kaum Muslim, membutuhkan ketulusan hati dan perhatian khusuk sewaktu melakukannya. Mereka sembahyang bagi orang mati tanpa membungkuk atau bersimpuh.

Jika Muslim melakukan sembahyang nafl (tak wajib), maka genap sudah sembahyang 7 kali sehari, persis seperti yang dilakukan kaum Sabean. Pernyataan Abu 'Isa'l-Maghribi dan jumlah sembahyang yang berubah dari 3 jadi 5 dan bisa juga 7, jelas menerangkan bahwa Muhammad mengambil ide sembahyang Yahudi dan lalu Sabean.

Apakah ada lagi agama besar lain yang juga melakukan sembahyang lima kali sehari di jaman pra Islam? Jawabnya: ada, yakni agama Zoroastria.

Jika kita baca salah satu bagian dari kitab suci Zoroastria yang berjudul Avesta maka sudah jelas dinyatakan bahwa umat Zoroastria pun melakukan sembahyang lima kali sehari:
1. Ushahina (dari jam 12 malam sampai 6 pagi)
2. Havani (dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang)
3. Rapithwina (dari jam 12 siang sampai 3 sore)
(4) Uzayeirina (dari jam 3 sore sampai 6 sore).
(5) Aiwisruthrima (dari jam 6 sore sampai 12 malam).
Sewaktu melakukan ibadah sembahyang, umat Zoroastria harus mengucapkan kalimat2 sembahyang bahasa Parsi yang disebut ‘gah’ yang ditulis oleh nabi Zoroastria yakni Zarathustra. Kalimat ini serupa bunyinya dengan ucapan2 sembahyang dalam agama Budha Veda. Ke lima ibadah sembahyang ditujukan untuk menyembah matahari, tuhan Mithra, bulan, air, dan api. Ucapan ‘nyanyis’ (yang berarti doa permohonan; diambil dari kata sitayis (doa pujian)) harus dilafalkan sewaktu melakukan sembahyang lima kali. Nyanyis matahari dilakukan tiga kali sehari pada waktu matahari terbit (gah havan), pada siang hari (gah rapitvin), pada sore hari jam 3 siang (gah uziren). Nyanyis Mithra dengan nyanyis matahari, dan nyanyis air dan nyanyis api harus dilafalkan setiap hari.

Agama Zoroastria adalah agama besar yang dianut masyarakat Persia di jaman pra-Islam. Pada saat itu, Persia merupakan salah satu kekaisaran terbesar di dunia. Pengaruh budaya dan agamanya tersebar luas sampai ke Timur Tengah, termasuk Jazirah Arabia. Sudah jelas bahwa Muhammad terpengaruh gagasan sembahyang lima waktu dari agama Zoroastria.

Berikut: dari manakah asal-usul tatacara sembahyang Muslim yang sujud, bungkuk, cium lantai, tengok kanan-kiri, dll itu?

Posted: Thu Aug 30, 2007 5:14 am
by ali5196
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 036#110036

Gue lanjutin nih.

SALAT (2)

Salat dalam Islam dilakukan dengan melakukan beberapa posisi tubuh, seperti berdiri, membungkuk, berlutut, dan menyembah sampai muka menghadap lantai. Semua ini tidak lain dan tidak bukan diambil dari tata cara sembahyang Yudaisme dan Sabian, sodara2. Lihatlah kitab Mishna Berokath (Berkat, Berkah) fol. 3b, kolom 2 (Yerusalem Talmud):
Kami harus berlutut, membungkuk, dan menyembah bersungkur di hadapanMu.
Juga di fol. 13a, kolom 2:

Di malam hari semua pria berbaring ketika mereka melafalkan Shema’, dan di pagi hari mereka berdiri.
Bandingkan dengan ini:
Q 4:103
…hendaklah kamu menyebut dan mengingati Allah semasa kamu berdiri atau duduk dan semasa kamu berbaring.

Image
Image

Kebiasaan Muslim yang suka melakukan Salat di muka umum, di tepi2 jalan (lihat gambar di atas) dalam kota bisa diduga diambil dari kebiasaan sembahyang kaum Parisi (ahli agama di masyarakat Yahudi) seperti yang tercantum di Matius 6:5
Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.
Para Yahudi di Arabia yang hidup di jaman Muhammad adalah keturunan dari kaum Parisi yang disebut dalam Injil, sehingga mereka tetap melakukan kebiasaan sembahyang dengan cara yang sama seperti kakek moyang mereka di Israel.

Dalam Talmud Berakhoth fol. 9a kolom 1 tercantum:
“Jika seorang berdiri sambil melafalkan doa di jalanan (strata) atau jalan2 umum (palatium), orang itu harus menyingkir dari jalanan agar keledai2 dan kereta2 bisa berlalu tanpa mengganggu doanya.”
Sudah jelas Muhammad meniru tata cara sembahyang ini karena tidak mau kalah kelihatan berbakti pada Tuhan dibandingkan kaum Yahudi.

Pemisahan antara jemaat pria dan wanita di tempat ibadah umum merupakan hal yang lumrah bagi kaum Muslim dan Yahudi. Begitu pula sembahyang dengan mengenakan kerudung kepala dan tapak kaki telanjang (nyeker) merupakan kebiasaan ibadah di Asia Selatan. Hal ini bahkan biasa dijumpai dalam ibadah sembahyang yang dilakukan orang2 Kristen India, meskipun kebanyakan orang2 Kristen India mulai meniru gaya pakaian Eropa sehingga mereka menanggalkan kerudung kepalanya tatkala melakukan sembahyang.

Salat bersama di hari Jum’at merupakan tiruan dari kebiasaan sembahyang kaum Yahudi seperti yang tertera di Alkitab Perjanjian Lama: Lev. viii. 3; Bilangan viii. 9; x. 3; Yesaya xlv. 20; Luke i. 10. Dan juga dilakukan umat Kristen seperti yang diperintahkan dalam Perjanjian Baru Ibrani 10:25.
Imamat 8:3
lalu suruhlah berkumpul segenap umat ke depan pintu Kemah Pertemuan."
Bilangan 8:9
Selanjutnya haruslah kau suruh orang Lewi mendekat ke depan Kemah Pertemuan, dan kaupanggil berkumpul segenap umat Israel.
Yesaya 45:20
Berhimpunlah dan datanglah, tampillah bersama-sama, hai kamu sekalian yang terluput di antara bangsa-bangsa! Tiada berpengetahuan orang-orang yang mengarak patung dari kayu dan yang berdoa kepada allah yang tidak dapat menyelamatkan.
Lukas 1:10
Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan.
Ibrani 10:25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Lihat pula perintah Muhammad dalam Qur’an [Suratu'n-Nisa' (iv) 102] untuk mempersingkat waktu sembahyang di dalam keadaan perang:
Dan apabila engkau (wahai Muhammad) berada dalam kalangan mereka (semasa perang), lalu engkau mendirikan sembahyang dengan (menjadi imam) mereka, maka hendaklah sepuak dari mereka berdiri (mengerjakan sembahyang) bersama-samamu dan hendaklah mereka menyandang senjata masing-masing; kemudian apabila mereka telah sujud, maka hendaklah mereka berundur ke belakang (untuk menjaga serbuan musuh) dan hendaklah datang pula puak yang lain (yang kedua) yang belum sembahyang (kerana menjaga serbuan musuh), maka hendaklah mereka bersembahyang (berjemaah) bersama-samamu, dan hendaklah mereka mengambil langkah berjaga-jaga serta menyandang senjata masing-masing.
Isi ayat ini jelas diambil dari Talmud Berakhoth (Talmud Yerusalem), fol. 7a, kolom 1:
“Orang yang berada di tempat berbahaya diperbolehkan melakukan sembahyang pendek”

Suratu'l-Baqara (ii) 240:
Sembahyang dapat dilalukan sewaktu berkendaraan
Bandingkan dengan Berakhoth, Talmud Yerusalem, fol. 8a, kolom 2:
Jika seorang berkendaraan…dia harus memalingkan mukanya…dan… mengarahkan hatinya kepada Yang Maha Suci.
Larangan sembahyang di saat mabuk [Suratu'n-Nisa' (iv) 46]:
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hampiri sembahyang (mengerjakannya) sedang kamu dalam keadaan mabuk…
Bandingkan dengan Talmud Berakhoth (Talmud Yerusalem) fol. 7a. kolom 1:
Dilarang melakukan sembahyang di dalam keadaan mabuk.
Lalu Erubin, fol. 64a; (cf. Berakoth fol. 31b):
Orang yang mabuk tidak boleh sembahyang.
Talmud Berakhoth, (Talmud Yerusalem) fol. 6b, col. 2; dan 7a, kolom 1:
Orang yang tidak bersih harus mandi dahulu sebelum sembahyang

Sewaktu masih berada di Mekah, Muhammad tidak mewajibkan Muslim sembahyang ke arah manapun, seperti yang dikatakannya di Suratu'l-Baqara (ii) 115:
Dan Allah jualah yang memiliki timur dan barat, maka ke mana sahaja kamu arahkan diri (ke kiblat untuk mengadap Allah) maka di situlah arah yang diredai Allah.

Tapi seperti biasa, Muhammad mulai berubah pendapat setelah hidup di Medina. Di daerah sekitar Medinah hiduplah beberapa suku Yahudi. Awalnya, Muhammad hidup damai dengan kaum Yahudi tersebut. Untuk mengambil hati para Yahudi, Muhammad mengikuti arah kiblat sembahyang mereka yakni ke arah Bait Suci di Yerusalem.Tapi setelah dia tahu kaum Yahudi tidak mau mengakuinya sebagai nabi, mulai tumbuh kebencian di dalam hatinya sehingga dia mengganti arah kiblat sembahyang ke Ka’abah di Mekah. Perubahan pikiran Muhammad ini bisa dibaca dalam Suratu'l-Baqara (2) 136, 138, 139.
Hadis Sahihu'l-Bukhari, Kitabu'l-Imam, vol. i. p. 18.
Pada awalnya, sang Nabi memerintahkan sembahyang dengan Qibla ke arah Yerusalem selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan dia senang ketika Mekah menjadi arah Qibla.

Aturan arah sembahyang Islam ini jelas dicontek dari Yudaisme. Lihatlah apa yang tertera dalam Talmud Berakhoth (Talmud Yerusalem), fol. 8b, kolom 1:
Mereka yang berada di negara2 (di luar Palestina) harus mengarahkan wajah2 mereka ke Tanah Suci… Mereka yang hidup dalam Palestina harus mengarahkan wajah2 mereka ke arah Yerusalem…Mereka yang sembahyang di Yerusalem harus mengarahkan wajah2 mereka ke Bait Suci… Mereka yang berada di Bait Suci harus mengarahkan wajah2 mereka ke arah Yang Maha Suci…
Hal serupa juga disebut dalam buku yang sama di fol. 7b, kolom 1; fol. 8a, kolom 2.
Hal ini juga disebut dalam Alkitab Perjanjian Lama dalam 1 Raja2 8:29, Mazmur 5:7, Daniel 6:10, Yunus 2:4.

Jadi pertama-tama sewaktu di Mekah, Muhammad berkata kagak jadi masalah sembahyang ke arah manapun sebab timur dan barat adalah milik Allah. Tapi setelah pindah ke Medinah, Muhammad meniru-niru tata cara ibadah Yahudi dengan berkiblat ke Yerusalem. Setelah dia tahu kaum Yahudi tidak bakal mengakuinya sebagai nabi, dia mengganti lagi aturan sembahyang dengan berkiblat ke arah Mekah. Enak banget nih gonta-ganti aturan sembahyang kayak orang gonta-ganti celana dalem.

Agar kaum Muslim tidak bingung atas keplin-planan Muhammad/Allah, cepat2 diucapkannya ayat Suratu'l-Baqara (ii) 119, 139, 144. Ini terjadi di tahun ke dua Hijrah atau sekitar 623 M.
_

Posted: Thu Aug 30, 2007 5:20 am
by ali5196
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 036#110036

PUASA

Suratu'l-Baqara (ii) ayat 183
Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertakwa.

Puasa (= Roza ( bahasa Persia) = Saum (bahasa Arab)) adalah pilar ketiga Islam yang wajib dilaksanakan kaum Muslim. Dalam menjalankan Puasa, Muslim dilarang makan, minum, dan berhubungan seks dalam jangka tertentu dalam sehari. Sewaktu tinggal di Mekah, Muhammad tidak begitu menekankan pentingnya Puasa bagi umat Islam. Dalam surah2 Mekah, hanya ada satu ayat saja yang berhubungan dengan buka Puasa, itu pun bukan berupa perintah melainkan hanyalah keterangan yang berhubungan dengan kejadian sejarah hamilnya Mariam (Suratu Maryam (xix) ayat 26). Tapi setelah Muhammad pindah ke Medinah, dia lalu melihat bahwa orang2 Yahudi ternyata melakukan ibadah Puasa dengan seksama. Karena tidak mau kalah, maka Muhammad pun lalu ikut2an mewajibkan pengikutnya untuk melakukan Puasa pula, ditambah ancaman berbagai hukuman dari Allah jika Muslim ogah melakukannya.

Masih dalam rangka meniru-niru, Muhammad menjiplak abiz ibadah Puasa agama Yudaisme yang dilakukan di Hari Penebusan Dosa. Lihatlah keterangan dari Ibn Abbas dalam Mishkat Al-Masabih, buku 7, bagian 7 tertera keterangan Muhammad bertanya-tanya tentang Puasa pada orang Yahudi:
Ibn ‘Abbas menyatakan bahwa Muhammad, setelah dia tiba di Medina, bertanya pada seorang Yahudi tentang Puasa, “Apakah arti Puasa yang kau lakukan itu?” Orang Yahudi itu menjawab, “Ini adalah Puasa besar; Tuhan menebus Musa dan sukunya pada hari ini, dan menenggelamkan Firaun dan tentaranya; maka Musa berpuasa sebagai tanda terima kasih dan kamipun melakukan Puasa untuk mengikuti teladannya. Maka sang Nabi berkata, “Kami lebih berharga dan lebih dekat pada Musa dibandingkan kamu” dan lalu sang Nabi berpuasa di hari ‘Ashura dan memerintahkan pengikutnya untuk berpuasa di hari yang sama.

Wajib Puasa jadi ibadah agama yang sangat penting dalam Islam dan dapat dilihat melalui perkataan Muhammad yang menyebut Puasa adalah ‘pintu gerbang agama’. Dalam Mishkat (buku 7, bagian 1) tertulis bahwa Muhammad berkata, “Ada delapan pintu Surga, dan salah satunya bernama Rayyan yang tidak bisa dimasuki siapapun kecuali mereka yang melakukan Puasa’; ‘Ketika bulan Ramadan tiba…pintu2 surga akan dibuka, dan pintu2 neraka ditutup’; ‘Pintu2 pengampunan Allah akan dibuka.’

Ibadah Puasa dalam Islam dilakukan pada bulan Ramadan, yang merupakan bulan ke sembilan penanggalan tahunan Islam. Ramadan merupakan bulan tersuci dalam Islam, karena katanya Qur’an dikirimkan dari surga oleh Allah untuk membimbing manusia.
Suratu'l-Baqara (ii) 185
(Masa yang diwajibkan kamu berPuasa itu ialah) bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah…
Puasa dilakukan dari matahari terbit sampai matahari terbenam. Setelah matahari terbenam, para Muslim boleh makan apa saja.
Suratu'l-Baqara (ii) ayat 187
Dihalalkan bagi kamu, pada malam hari Puasa, bercampur (bersetubuh) dengan isteri-isteri kamu. Isteri-isteri kamu itu adalah sebagai pakaian bagi kamu dan kamu pula sebagai pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahawasanya kamu mengkhianati diri sendiri, lalu Dia menerima taubat kamu dan memaafkan kamu. Maka sekarang setubuhilah isteri-isteri kamu dan carilah apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kamu dan makanlah serta minumlah sehingga nyata kepada kamu benang putih (cahaya siang) dari benang hitam (kegelapan malam), iaitu waktu fajar. Kemudian sempurnakanlah Puasa itu sehingga waktu malam (maghrib) dan janganlah kamu setubuhi isteri-isteri kamu ketika kamu sedang beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas larangan Allah, maka janganlah kamu menghampirinya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat hukumNya kepada sekalian manusia supaya mereka bertakwa

Bagi yang biasa cari nafkah dengan menarik becak di siang hari di musim panas, kebayang betapa telernya menjalankan ibadah Puasa ini. Mana tahan. Dasar o’on, mau aja dikadalin si Mamat. Udah panas, jadi item, haus, bau mulut, masih pula diancam pintu surga kagak dibukakan segala lagi. Puasa bakal batal kalau menelan setetes air saja atau setetes air itu masuk ke tenggorokan, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Ludah pun kagak boleh ditelan sehingga Muslim seringkali meludah ke mana saja di bulan Puasa. Hiiiyyy…jijay. Juga andaikata sisa2 makanan di gigi bekas buka Puasa ternyata tertelan saat sedang berpuasa secara tidak sengaja, maka batal sudah ibadah Puasa. Mana tahan… sekali lagi, kasihan para Muslim dikadalin si Mamat. Ngarang agama kok kayak gini? Batal Puasa juga bisa terjadi jika makanan dalam perut muntah ke luar lagi. Atau jika niyyat (doa Puasa) tidak dilakukan dengan sempurna. Jika Muslim batal Puasa, maka dia harus melakukan qada’ atau tebus Puasa yang dilakukan di lain waktu. Jadi ibadah Puasa harus dilakukan secara sempurna, sama seperti aturan Salat, dan kalau tidak maka akan dianggap batal dan tidak diperhitungkan Alloh.

Ada pula golongan Muslim yang tidak wajib Puasa dan mereka adalah anak2 kecil, anak2 besar yang belum mencapai usia remaja, wanita yang hamil atau sedang menyusui anaknya, dan para cacat mental. Orang2 yang sedang sakit atau yang sedang dalam bepergian tidak usah melakukan Puasa tapi nantinya mereka harus mengganti melakukan Puasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain (Suratu'l-Baqara (ii) 185). Orang2 tua yang kesulitan melakukan Puasa harus memberi sedekah bagi kaum miskin (Suratu'l-Baqara (ii) 184).

Kembali pada asal-usul Puasa di bulan Ramadan. Seperti yang sudah kujelaskan, setelah Muhammad tinggal di Medinah, dia meniru ibadah Puasa Yahudi yang dilakukan di Hari Penebusan Dosa (agama Yudaisme). Meskipun Muhammad sudah habis2an meniru ibadah agama Yahudi, ikut2an berqibla sembahyang ke arah Yerusalem, mengakui nama2 dan kisah2 nabi2 Yahudi, tapi kaum Yahudi tetap saja menolak Islam sebagai agama sejati dan juga tidak percaya bahwa Muhammad adalah nabi. Karena sakit hati, Muhammad lalu meninggalkan ibadah Puasa di Hari Penebusan Dosa dan menggantinya jadi Puasa di bulan Ramadan. Dia juga mengganti qibla sembahyang dari Yerusalem ke Mekah. Tapi meskipun sudah diganti kanan-kiri, tetap saja tidak bisa disangkal bahwa Muhammad memang meniru banyak tata cara ibadah Puasa Yahudi. Hal ini bisa dilihat jelas dari waktu menjalankan Puasa (matahari terbit) dan menutup Puasa (matahari terbenam).
Q 2:187
…makanlah serta minumlah sehingga nyata kepada kamu benang putih (cahaya siang) dari benang hitam (kegelapan malam), iaitu waktu fajar. Kemudian sempurnakanlah Puasa itu sehingga waktu malam (maghrib)…
Isi ayat di atas sama dengan isi Talmud Berakhoth, fol. 9b yang menyebutkan bahwa di hari Puasa, doa Shema dilakukan saat “waktu orang dapat membedakan benang biru dan benang putih.”
Benang2 biru dan putih terdapat dalam pakaian orang2 Yahudi. Agar berbeda dikit dan tidak terlalu malu dituduh penjiplak mentah2, Muhammad mengganti benang ‘biru’ jadi benang ‘hitam’. Kixkixkix…

Sekarang dari mana asal-usul lama Puasa Islam yang adalah 30 hari di bulan Ramadan itu? Dalam Suratu'l-A'raf (vii) ayat 142 tertulis:
Dan kami telah janjikan masa kepada Nabi Musa (untuk memberikan Taurat) selama tiga puluh malam, serta Kami genapkan jumlahnya dengan sepuluh malam lagi…
Dalam catatan kaki ayat ini, para penulis Muslim menyatakan bahwa sebelum Tuhan menurunkan Hukum2nya pada Musa, dia memerintahkan Musa untuk berpuasa selama 30 hari dan hal ini dilakukan Musa di bulan Dhu'l-Qa'da, dan karena dia menggosok giginya dengan cairan pembersih, dia diperintahkan untuk berpuasa lagi selama sepuluh hari. Baidawi dan ahli Islam lainnya menulis bahwa Musa diperintahkan berpuasa tak lebih dari 30 hari saja. Tapi hal ini jelas tidak dapat dijadikan alasan asal-usul puasa 30 hari dalam Islam sebab Suratu'l-A'raf (vii) adalah Surah Mekah dan pada saat Muhammad berada di Mekah, dia tidak pernah memerintahkan umat Muslim untuk puasa 30 hari. Sudah pasti dia mengambil ibadah Puasa 30 hari ini dari sumber lain. Penulis Arab kuno bernama Abu 'Isa'l-Maghribi menyatakan bahwa Muhammad meniru ibadah sembahyang lima kali sehari dari agama Sabean. Lanjutan kutipan dari penulis yang sama menunjukkan bahwa Muhammad juga meniru Puasa 30 hari dari agama Sabean pula.
“Mereka (umat Sabean) …berpuasa tiga puluh hari; dan jika di bulan pendek, mereka berpuasa selama dua puluh sembilan hari. Sehubungan dengan ibadah Puasa, mereka merayakan Fitri (selesai Puasa selama 30 hari) dan Hilal (bulan baru), sedemikian rupa sehingga Fitri terjadi saat matahari masuk masa Aries. Dan mereka biasa berpuasa dari bagian satu per empat yang keempat di malam hari (= fourth quarter of the night) sampai matahari terbenam.” (Hughes, Notes on Muhammadanism, p. 124)

Dari tulisan Abu 'Isa'l-Maghribi sudah jelas bahwa Puasa 30 hari Islam diambil dari Puasa 30 hari Sabean. Juga perayaan Islam I’du’l-Fitri atau perayaan akhir Puasa sama persis dengan perayaan Fitri dari agama Sabean. Selain itu, waktu puasa Sabean adalah dari akhir malam hari (bagian satu per empat yang keempat di malam hari) sampai matahari terbenam, dan ini sama persis dengan waktu Puasa Islam. Selain Sabean, agama Yudaisme juga menganjurkan Puasa dari waktu matahari terbit sampai matahari terbenam dan bintang2 mulai tampak. Hal ini bisa dibaca di kitab Yudaisme Taanith (Puasa), fol. 10a dan 12a:
“Dia tidak boleh makan atau minum sampai matahari terbenam, dan setidaknya tampak dua bintang;
Pada saat berpuasa, selain tidak boleh makan dan minum, kaum Yahudi juga tidak boleh berhubungan seks. Jemaat Yahudi yang tidak perlu berpuasa adalah anak2 kecil, wanita yang sedang hamil atau menyusui anaknya, dan juga kaum tua.
Yoma, fol. 82a; Kethuboth, fol. 50a:
‘Anak-anak diperkecualikan — anak2 laki, sampai usia tiga belas tahun, dan anak2 perempuan sampai usia dua belas tahun.’
Yoma, fol. 73b:
‘Dilarang bersetubuh.'
Taanith (Jer. Tal.), fol. 64b, kolom 1:
‘Wanita yang sedang hamil dan menyusui diperkecualikan.'
Yoma, fol. 82a:
' Wanita yang sedang hamil dan orang berusia lanjut diperkecualikan.'
Aturan2 Puasa Yudaisme dalam Talmud ini ditiru persis oleh Muhammad.

Pertanyaan berikut adalah dari mana asalnya waktu Puasa di bulan Ramadan itu? Mengapa Muhammad memilih bulan Ramadan untuk melakukan ibadah Puasa? Hal ini dengan mudah bisa ditelusuri pada kebiasaan adat suku Arab Quraish di Mekah, yang merupakan suku asal Muhammad sendiri. Dalam Siratu'r-Rasul, vol. i. p. 79, Ibn Ishaq menulis bahwa:
‘kaum Quraish di Jaman Jahiliyah terbiasa meninggalkan kota mereka dan menghabiskan waktu di bulan Ramadan di Gunung Hira setiap tahun dalam melaksanakan penebusan dosa (Tahannuth).’
Muhammad sendiri kabarnya juga biasa melakukan kebiasaan ini setiap tahun. Dalam kebiasaan adat tahunan inilah Muhammad bertemu dengan Zaid ibn 'Amr yang juga sering bertapa mencari kedamaian di salah satu gua di Gunung Hira. Zaid ibn 'Amr adalah pengikut agama Abraham yang Hanif. Pada usia tuanya, Zaid akhirnya hidup menetap di dalam gua di Gunung Hira dan mati di sana di tahun 612 M, hanya beberapa tahun saja sebelum Muhammad mengaku sebagai nabi. Sewaktu masih hidup, Zaid sebagai penganut agama Abraham yang Hanif bersikap menolak penyembahan berhala, mengaku keesaan Tuhan, mengecam warga Quraish yang beragama pagan. Dalam buku tulisan Koelle, Sigismund Wilhelm, Mohammed and Mohammedanism: Critically Considered, Rivingtons, London, England, 1889, pp. 53 tertulis:
Sprenger mengatakan, ‘Muhammad secara terbuka mengakui Zaid sebagai pendahulunya, dan setiap perkataan Zaid tercantum pula dalam Qur’an."

Di dalam gua tempat tinggal Zaid inilah Muhammad pertama kali menerima ‘wahyu’ dari Jibril. Meskipun Muhammad tidak melakukan Puasa apapun dalam gua Hira, tapi sudah jelas bahwa kebiasaan adat retreat suku Quraish di bulan Ramadhan itulah yang menyebabkannya memilih bulan itu sebagai bulan Puasa.

Jadi kesimpulannya, terdapat asal-usul dan pengaruh jelas dari mana kebiasaan ibadah Puasa Islam di bulan Ramadan. Tata cara dan waktu Puasa dipinjam dari agama Yudaisme milik kaum Yahudi. Jangka lama Puasa selama 30 hari diambil dari agama Sabean dan juga dari kebiasaan adat kaum Arab Quraish yang sebulan dalam setahun pergi tinggal di Gunung Hira dekat Mekah. Perayaan I’du’l-Fitri untuk memperingati berakhirnya Puasa sudah jelas dipinjam dari Fitri yang persis sama dari agama Sabean. Pengecualian orang2 yang tidak usah berpuasa dalam Islam dicontek persis sama oleh Muhammad dari Talmud Yudaisme. Yang terakhir, penetapan bulan Ramadan sebagai bulan Puasa sudah jelas diambil dari kebiasaan suku Arab Quraish dan Muhammad sendiri yang suka retreat sekali setahun di Gunung Hira di Jaman Jahiliyah. Ini sih bukannya Muhammad yang menuntun kaum Jahiliyah ke perbaikan kebiasaan yang lebih beradab, tapi malah Muhammad sendiri yang melestarikan kebiasaan Jahiliyah di dalam Islam.
_________________

Posted: Wed Dec 12, 2007 8:55 pm
by ali5196
dari No_Name:

lantas kenapa koq bisa bertentangan juga sholat yg disarankan di hadits adalah 5 kali sedangkan di Quran adalah 2 hari(siang dan malam) dan satu ayat lagi 3 kali dalam sehari.

nah loo...bingung kan?

Posted: Fri Dec 28, 2007 2:21 pm
by Peninjau
Ali 5196,
Anda itukan murtad, artinya sebelumnya islam, artinya lagi, anda pasti tahu tentang shalat, dengan baik. Segeblek-gebleknya orang islam, pasti tahu tata cara dan bacaan shalat.
Tapi apa yang anda ungkapkan tentang shalat itu banyak salahnya dari pada benarnya.
Jadi kalau anda itu murtad, yah wajar-wajar saja, tentang shalat aja anda nggak paham.

Posted: Fri Dec 28, 2007 6:41 pm
by ali5196
Peninjau wrote:Tapi apa yang anda ungkapkan tentang shalat itu banyak salahnya dari pada benarnya.
Jadi kalau anda itu murtad, yah wajar-wajar saja, tentang shalat aja anda nggak paham.
Silahkan anda menyebut bagian keterangan mana yg salah dlm post ini.

Gua murtad bukan karena nggak paham solat. Gua murtad karena Muhamad = orang gila sex, gila harta, gila darah.

Nggak mungkinlah gua :prayer: :prayer: 5 kali sehari mengucapkan 'la ilaaahhh ... dsb... Muhamadar rasulullah' sambil gua membayangkan Muhamad mengenjot njot njot anak umur 9 thn, istri anaknya sendiri, babu bininya dan seorang istri yg suaminya dibunuh si Momed pada malam itu juga.

Posted: Tue Jan 01, 2008 9:10 pm
by Moderator 3
Debat kusir yg menyusul thread ini dimasukkan ke : http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 772#270772

Posted: Tue Jan 22, 2008 11:49 pm
by moh_mad007
bwt si peninjo , untung aja ali pinter gak geblek kayak lo , orang pinter pasti murtad

Posted: Tue Mar 03, 2009 2:57 pm
by ali5196
SOLAT NYONTEK SEMBAHYANG KRISTEN ORTODOX !
viewtopic.php?f=79&t=31096&start=120" onclick="window.open(this.href);return false;


http://www.sarapanpagi.org/gereja-ortho ... 48-20.html" onclick="window.open(this.href);return false;
http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic ... 39ec7f72f0" onclick="window.open(this.href);return false;

Jadi kalau digabungkan dengan data diatas sudah ada 6 waktu Sembahyang menurut Kitab Suci, yaitu:
Waktu Pagi sebanding Sholat Subuh dalam Islam yang dalam Gereja Orthodox merupakan peringatan kelahiran dan kebangkitan Kristus Sang Terang Dunia itu yang merupakan Natal dan Paskah Harian,

Waktu Jam Sembilan Sebanding Sholat Dhuha dalam Islam tetapi bukan sholat wajib dalam Islam dan ini dalam Gereja Orthodox sebagai peringatan TurunNya Roh Kudus atau Pentakosta Harian,

Waktu Tengah Hari Sebanding Sholat Dzuhur dalam Islam dan ini dalam Gereja Orthodox merupakan peringatan saat Yesus disalibkan : Jum’at Agung Harian,

Waktu Jam Tiga Siang sebanding Sholat Asyar dalam Islam, ini adalah merupakan peristiwa saat Yesus menghembuskan nafasnya : Masih Peringatan Jum’at Agung Harian,

Waktu Senja sebanding Sholat Maghrib dalam Islam yang dalam Gereja Orthodox ini adalah Peringatan Penguburan Yesus Harian: Sabtu Kudus Pagi Harian, dan

waktu Tengah Malam sebanding sholat Tahajjud dalam Islam namun yang juga bukan sholat wajib bagi Islam, dalam Gereja Orthodox ini adalah Peringatan akan Kedatangan Kristus seperti Pencuri di waktu Malam.

Yang terakhir adalah sholat sesudah senja yaitu sholat akan tidur :”….Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku….Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur…” ( Mazmur 4:1-9), ini sebanding dengan sholat Isya’ dalam Islam.

Dengan mengetahui sembahyang-sembahyang Gereja Purba yang tetap dipelihara Gereja Timur Orthodox ini, kita melihat korelasi Ibadah Orthodox dengan sholat-sholat Islam itu, sebab Gereja Orthodox telah lebih dahulu ada sebelum Islam lahir. Sedangkan sikap-sikap dalam sholat itu dikatakan oleh Perjanjian Baru sebagai “berdiri” (Markus 11:25), “berlutut dan bersujud” atau “membungkuk dan tersungkur” (Matius 26:39, 14:35, Lukas 22:41,Kisah Rasul 20:36, Wahyu 4:10),” mata terbuka menengadah kelangit” ( Yohanes 17:!), serta “menadahkan tangan” (I Timotius 2:8), dan membuat tanda salib dalam saat urutan-urutan tertentu dalam doa itu. Sembahyang ini dimulai dengan doa yang bernama Trisagion, diikuti dengan beberapa Mazmur yang sudah tertentu pada masing-masing waktu, lalu doa-doa tertentu yang sesuai dengan tema dari saatnya, dan diakhiri dengan salam terakhir. Sedangkan Doa spontan dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan cara apa saja asal hormat dan sopan, menggunakan bahasa spontan, dan menghadap kemana saja, sedangkan untuk Sembahyang yang beraturan itu menghadapnya adalah kearah Timur. . [/quote]

Memang di FFI ini saya mendapat banyak sekali pelajaran yang memperkaya pengetahuan dan keimanan.

Akan saya pelajari lebih mendalam untuk melengkapi.

Wassalam

Re: SOLAT : jam, tata cara & pembatalan

Posted: Sun Sep 19, 2010 4:18 pm
by kapoor
TIIIIIIIIIIDAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKKK

HAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Agamaku di hujat mulu euy!!!!!!