http://www.jihadwatch.org/archives/015544.php
March 07, 2007
USEFUL IDIOT berikut :
DANIEL D'SOUZA
DD adalah penulis beberapa buku dan mengaku beragama Katolik. Kabarnya, ia lahir dan dibesarkan pd jaman Nehru-Indira Gandhi yg bergaris kiri dan mengajarkan bahwa periode Mughal/Islam di India dikenal sbg sejarah emas India. Karena pendidikannya ini, sulit baginya utk berpikir keluar jalur. Ia menganggap para penjajah Muslim sbg bermoral dan berkebudayaan tinggi. Spt kebanyakan pakar akademisi di dunia, DSouza percaya bahwa mengalah kpd Muslim adalah cara terbaik menghindari kericuhan. Ini memang tipikal sifat politik India yg sedang berkuasa saat ini. DSouza telah mengunci otaknya rapat2 dan membuang kuncinya. Ia adalah salah seorang ‘useful idiot’nya Muslim.
Ini katanya dlm salah satu artikelnya :
"
Dua pertiga dari jumlah Muslim di dunia ini hidup dlm masyarakat2 demokratis dan jelas2 tidak menghabisi kafir2 disekitar mereka ..." – dari blog Dinesh D'Souza.
http://newsbloggers.aol.com/2007/03/06/ ... obes/#cont
Jawab
JIHADWATCH :
D’Souza lalu mencatat semua "masyarakat2 demokratis ini" dimana, katanya, Muslim "jelas2 tidak menghabisi kafir2 disekitar mereka." Mereka adalah: India, Turki, Indonesia.
India : satu alasan mengapa Muslim belum berhasil melakukan aksi melebihi serangan2 teroris macam di Mumbai atau bahkan terhdp gedung Parlemen di Delhi, adalah bahwa tentarara dan intel India BERADA DI TANGAN NON-MUSLIM !
Non-Muslim di India mencapai 90% dari jumlah penduduk ! INI alasan mengapa Muslim belum berhasil "menghabisi kafir2 disekitar mereka” !
Sebelum tahun 1947, atau sebelum pembagian India-Pakistan, bagian barat India (Pakistan kini), penduduk Hindu tadinya sampai 15% atau lebih. Namun sekarang, setelah Partisi, mereka cuma berjumlah kurang dari 1.5% ! Dan bukankah di Pakistan Timur dulu (kini Bangladesh), penduduk Hindu dan non-Muslim masih berjumlah 35%, tapi sekarang mereka cuma berjumlah 8%? Dan siapa dibelakang pengusiran ke 400,000 kaum Pandit Kashmir ke India, kalau bukan Muslim ?
Muslim mayoritas tidak perlu terlibat pembantaian besar2an. Terbukti bahwa dgn sikap diskriminatif, penindasan negara secara resmi atau tidak resmi, mudah saja menghabisi rakyat nonMuslim yg tadinya menguasai tanah itu. Belum lagi pembunuhan2 dgn tuduhan yg dicari2, yah Hinduisasi-lah, tuduhan menghina Islamlah, tidak mau masuk Islamlah …dsb dsb. Dibakarlah desa Hindu, pura Hindu, orang Hindu dsb dsb. Dan kalau penindasan itu cukup kejam dan mengerikan --- dan kenyataannya memang begitu ---bukannya beberapa ribu, namun JUTAAN NonMuslimpun akan angkat kaki. Ini alasan mengapa rakyat Hindu semakin berkurang di Pakistan dan Bangladesh.
Turki : Thn 1914, 50% penduduk Konstantinopel adalah non-Muslim. Kini mereka Cuma SATU PERSEN ! Thn 1914, 20% penduduk Turki adalah non-Muslim -- Armenia, Yunani dan Yahudi. Sekarang mereka kurang dari 1%. Nah, bgm ini bisa terjadi ? Apakah Dinesh D'Souza pernah dengar ttg pembunuhan masal (genocide) Turki terhdp orang Armenia atau genocide2 lainnya, termasuk di thn 1894-96, dimana orang2 Kurdi & Turki berpartisipasi dng aktif dan penuh semangat ? Apakah D’Souza sampai lupa membaca pengakuan saksi mata yg mengatakan bahwa kaum Turki dan Kurdi menyerang menggunakan istilah "giaour" bagi para non-Muslim, alias kafir dan khususnya menikmati pembunuhan para pendeta Armenia dan menghancurkan semua lambang dari gereja2 Armenia ? Apakah ia, Dinesh D'Souza, tahu sedikitpun ttg pembantaian orang Yunani, dan mengapa kaum Yunani ‘Pontic’ (tahukah ia siapa kaum Yunani ‘Pontic’ ?) ngibrit meninggalkan Turki ? Apakah ia tahu ttg adanya pogrom2 (pengusiran masal) terhdp Yahudi di Turki (the "Thracian pogrom"), atau ttg apa yg dilaporkan diplomat2 Barat ttg perlakuan sebenarnya yg dialami Yahudi di Turki ?
Apakah Dinesh D'Souza tahu ttg cult "the Turk" – yg tidak lain adalah
Muslim Turki -- cult yg tadinya ingin dihapuskan oleh Kemal Atatruk tapi tidak berhasil ? Apakah ia tahu ttg pajak2 khusus di masa Perang Dunia II, atau dikenal juga dgn nama pajak ‘Varlik Vergesi,’ yg ditetapkan pemerintah Turki HANYA terhdp non-Muslim ? Apakah ia pernah mendengar ttg serangan2 terhdp masy Yunani di Istanbul, bln September 1955, dibawah pemerintahan Menderes, dan apakah DD pernah baca buku Speros Vryonis, ‘The Mechanism of Catastrophe’ ?
Jelas TIDAK !
Apakah D'Souz berpikir bahwa dlm negara "democracy" Turki, non-Muslim adalah warga sederajad dgn warga Muslim-baik dulu maupun sekarang ? Cult "the Turk" hanyalah pengganti cult Islam, dan cult Ataturk ingin menekan cultnya Muhamad – namun Islam masih juga disana, membentuk otak dan sifat penduduk Muslim disana. DD jangan hanya mendengar pengakuan Muslim Turki, tetapi justru pengakuan warga Turki yg NONMuslim diluar Turki. Atau mugnkin kaca matanya terlalu tebal sampai ia kelewatan melihat berkurangnya penduduk Yunani, Armenia dan Yahudi, yg tidak pernah diberi status "warga penuh" sampai sekarang, karena entah UU atau memang sikap benci ala Islam yg sudah sangat mengakar.
Dan bgm dng "democracy" di Indonesia? Apakah Dinesh D'Souza pernah dengar ttg pembantaian besar2an ttg kaum etnik Tionghoa ??? Hampir ½ juta orang Cina tewas, diperkosa, dianiaya ? Apakah ia pernah mendengar ttg pembunuhan penduduk Katolik di Timor Timur oleh Muslim2 dari P Jawa ? Betapa aneh bahwa seorang Katolik dari India yg bernama Portugis spt D'Souza ini sama sekali tidak tahu menahu atau SENGAJA menghindari kenyataan di Timor Timur ini ?
Benarkah di Indonesia kafir akan nyaman dna selamat ? Lihatlah apa yg terjadi di Maluku, di Sulawesi, di Bali ! Dinesh D'Souza tidak pernah baca ttg penghancuran ribuan gereja dan pengikutnya ? Tidakkah ia mendengar laporan ttg pemenggalan kepala tiga gadis2 Kristen di Poso ? Tidakkah ia baca laporan bahwa para teroris di Indonesia yg meledakkan gedung, memenggal kepala, menghancurkan gereja, mengancam mati ibu2 rumah tangga yg membagikan injil ke murid2 Muslim, bukannya dicela sbg penjahat tapi malah di-elu2kan sbg pahlawan oleh Muslim Indonesia
Tidak. DD memang malas membaca fakta2 sejarah diatas, karena entah kaca matanya belum disetel, atau ia memang useful idiot yg mengaku pintar dan memang dianggap pintar oleh fans2nya yg sama2 useful idiot yg dgn setia membaca buku2nya, menghadiri seminar2nya dan mendengarkan semua bualannya tanpa pernah bertanya. Baca saja situsnya dan anda akan melihat jenis2 propagandanya yg membuat anda muak.
"Two thirds of Muslims in the world today live in democratic societies, and they certainly aren't wiping out the infidels around them..." --Dinesh D'Souza.
Masalah DD yg pertama adalah penggunaan kata "demokrasi." Mesir, Iraq, Iran, dan kebanyakan negara2 Islam bisa disebut sbg negara "demokrasi." Wong, HAMAS dipilih secara demokratis oleh 70% penduduk Palestinia, yg paling sedikit 83% tidak percaya akan hak Israel utk eksis. Hizballah, yg tahun lalu memulai konflik dgn Israel, memiliki wakil2 parlemen & cabinet yg dipilih secara demokratis di Lebanon. Je;as, negara2 ini tidak sama dgn demokrasi dlm non-Islam. Sebuah demokrasi harus melindungi kebebasan dan hak individu, spt kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama. Dari ke 57 negara2 OIC, TIDAK SATUPUN dlm praktek, menjamin hak2 fundamental ini karena negara2 tsb memiliki mayoritas Muslim yg masih setia pada Islam tulen.
Mayoritas Muslim di dunia ini berada di Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Turki dan Mesir. Tidak satupun dari negara2 diatas mengijinkan kebebasan berbicara ataupun beragama.
D'Souza menyebut Turki, Indonesia dan India, dan mengatakan bahwa ‘Muslim disana tidak menghabisi kafir.’ Well, ini sih bukannya karena Muslim tidak mau, tapi belum berhasil ! Ingat bahwa jihad dlm segala bentuk masih terus berlangsung terhdp non-Muslim dinegara2 diatas.
Di Turki, kritik terhdp Islam sama sekali tidak diijinkan [sumber]. Non-Muslim hampir seluruhnya sudah dirongrong atau didepak. Anda tinggal melihat brutalitas berbagai macam rejim Turki/Ottoman selama beberapa abad, termasuk abad ke 20. tahun ini, selama konflik Israel-Hizbullah, ribuan demonstran Turki berteriak "Islam akan menguasai dunia, Islam will rule the world." Tidak percaya ? BACA NIH ! …………
DI Indonesia, kelompok2 Muslim menyerang Kristen. Sekitar 40% orang Indonesia mengatakan bahwa mereka secara pribadi tidak enggan menggunakan kekerasan terhdp siapapun yg dianggap menghujat Islam. [sumber………………. ]. Buku2 sekolah dibeberapa bagian Indonesia mengajarkan bahwa hukuman bagi mereka yg murtad dari Islam adalah MATI.
Di India, korban nyawa Hindu ditangan Muslim sejak masuknya Islam ke negara tsb ---sampai sekarang--- oleh K.S. Lal diperkirakan mencapai DELAPAN PULUH JUTA !!!
Posted by: Khaybar Oasis at March 7, 2007 10:49 AM
Pengetahuan sejarah orang India satu ini (D'Souza) memang NOL ! namun seberapai canggih juga upaya pemerntah India utk menutupi kejahatan2 Muhhamad, bukti menganga dgn jelas. Bahkan para sejarawan Muslim sendiri secara terbuka dan bangga mengelu2kan tindakan pembunuhan biadab secara sistimatis oleh para penjajah Muslim terhdp orang Hindu, kemanapun mereka pergi.
Spt tipe pembantahan terhdp Holocaust, tipe propaganda yg keluar dari moncongnya Dinesh D'Souza yg menciptakan gambaran fiktif ttg keserasian Hindu-Muslim bisa disebut dgn ‘negationism’ atau negasionisme. Negasionis yg paling tulen bukan hanya membantah kejahatan2 terhdp kaum Hindu, tapi mereka juga membalik sejarah dan malah menuding pihak Hindu. Lihatlah bgm Muslim menerapkan sistim tuding menuding ini di Barat, dgn menuduh Barat sbg sebab musabab kebiadaban Muslim. Dgn mudah Muslim (dan teman2 mereka, para useful idiots) menuding Hindu sbg penghancur Budhisme di India. Padahal justru dibawah kekuasaan Hindu, biara2 dan universitas2 Buddhis marak. Mereka ternyata lupa bahwa jendral Muslim yg bernama Ghori dan konco2nya, membantai habis ribuan biarawan Budhis.
Selain membantai puluhan juta Hindu, Muslim juga memperbudak orang2 Hindu. Setelah setiap perebutan wilayah oleh Muslim, pasaran2 budak di Bagdad dan Samarkand dibanjiri dng Hindu. Budak2 ini sudah pasti mati pelan2 karena tersiksa. Contoh, gunung Hindu Koh atau "Gunung India", diganti namanya menjadi Hindu Kush, atau "Pembunuh Hindu", ketika pada suatu malam dingin dibawah kekuasan Timur Lenk (1398-99), 100.000 budak Hindu tewas disana saat ditranspor ke Asia Tengah. Walau Timur Lenk merebut Delhi dari penguasa Muslim lainnya, ia mencatat dlm buku hariannya bahwa ia akan memastikan bahwa tentara2nya tidak menjarah wilayah2 Muslim, sementara di wilayah2 Hindu, tentara mendapatkan "duapuluh budak bagi masing2 tentara". Budak2 Hindu diganti agamanya ke Islam, dan saat keturunan mereka mendapatkan kebebasan, mereka menambah pada jumlah Muslim di India.
Betapa ironis bahwa Muslim yg memaksakan Partisi India sebenarnya dulunya adalah Hindu2 yg diperbudak Islam.
Kalau Dinesh D’Souza mau jujur, ia sebaiknya mempelajari sejarah India, sebelum mencuap2 ttg indahnya dan manisnya penjajahan Muslim di India. Lihat saja apa yg tercatat dlm sejarah. Pertama, Muslim menuntut wilayah terpisah dari India. Dan India mengiyakan. Setelah itu, mereka menindas rakyat nonMuslim yg minoritas. Akibatnya, penduduk Hindu baik di Pakistan maupun dan Bangla Desh hampir tersapu habis. Sbg kontras, Muslim di India justru semakin membengkak, baik karena toleransi rakyat HINDU, maupun karena mereka rajin memproduksi bayi.
Saya sendiri berasal dari Kashmir, dan tanpa ragu2 saya bisa mengatakan bahwa ‘ethnic cleansing’ terhdp Hindu oleh Muslim berlangsung sampai detik ini di Kashmir. Ribuan Hindu di Kashmir dibantai dgn dingin dan dipaksa keluar oleh jihadis yg ingin menjadikan Kashmir sbg bagian dari Dar-ul-Islam mereka. Dan Muslim masih juga rajin menuding kebiadaban mereka akibat 'moral bejat’ dan ‘dekaden’ AS !
Atau Israel ! Atau Indomie !