Pesan Wafa Sultan bagi rakyat AS: Syariah kejam

Download Tulisan2 Penting tentang Islam; Website, referensi buku, artikel, latar belakang dll yang menyangkut Islam (Sunni) & Syariah.
Post Reply
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Pesan Wafa Sultan bagi rakyat AS: Syariah kejam

Post by Adadeh »

Pesan Wafa Sultan untuk Masyarakat Amerika Serikat
oleh: D.M. Murdock (Freethought Examiner)

Dr. Wafa Sultan adalah wanita asal Syria yang sekarang menjadi psikiatris di Amerika Serikat, dan terkenal akan kritiknya yang sangat tajam akan Islam dalam perdebatan dengan seorang imam di acara TV Al Jazira tahun 2006. Video perdebatan ditayangkan di Internet dan ditonton jutaan orang dari seluruh dunia. Ibu Dr. Sultan jadi begitu terkenal akan keberaniannya mengungkapkan wajah Islam sebenarnya sehingga majalah terkemuka TIME memilih Dr. Sultan sebagai satu dari 100 orang yang paling berpengaruh tahun 2006.

Dr. Sultan adalah salah satu pendiri kelompok kemanusiaan di AS yakni Former Muslim United (FMU (Murtadun Bersatu)), yang anggota²nya termasuk para murtadun terkenal seperti Nonie Darwish dan Amil Imani, dan juga orang² berani lainnya. Salah satu tujuan FMU adalah untuk meyakinkan bahwa para murtadun yang meninggalkan Islam dilindungi Undang² AS, yang menghukum orang yang membunuh orang lain, tidak peduli apapun kepercayaan orang tersebut. Berdasarkan hukum empat aliran Islam terbesar, Muslim yang meninggalkan Islam halal untuk dibunuh – dan banyak Muslim kaffah yang diajarkan untuk percaya bahwa membunuh Muslim murtad itu merupakan kewajiban, berdasarkan hukum Allâh.

Former Muslims United juga mendidik masyarakat barat akan ancaman terhadap dasar hak² azasi kemanusiaan dan kebebasan hidup di bawah Islam atau di bawah Syariah Islam, yang saat ini sedang diperjuangkan para Islamis di negara² kafir di seluruh dunia. Sekilas pandangan terhadap Saudi Arabia saja sudah cukup untuk menunjukkan bagaimana wujud negara Islam fundamentalis di bawah Syariah Islam – cara hidup Islamiah mereka dieksport ke seluruh dunia dengan agenda untuk menerapkan Syariah Islam di negara² kafir pula. Dalam Syariah tercantum hukuman mati bagi murtadun, halalnya pemukulan terhadap para istri yang dianggap tidak nurut, “honor killing” (pembunuhan terhadap sesama anggota keluarga yang dianggap mempermalukan keluarga), pernikahan dengan anak² ingusan di bawah umur, pemancungan di depan massa, rajam bagi pezinah, hukum gantung, potong tangan dan kaki bagi pencuri, diskriminasi dan pemaksaan memakai kerudung bagi wanita, dan juga berbagai perlakukan brutal dan biadab terhadap umat manusia.

Wafa Sulta merupakan pengritik Islam yang aktif dan berani, yang tidak hanya mengritik Syariah saja, tapi juga ayat² Qur’an. Karena usahanya mempertahankan demokrasi dan masyarakat merdeka, Dr. Sultan harus menghadapi ancaman kematian terus-menerus. Untuk menyampaikan kisahnya dan menyebarkan pesannya, dia menulis sebuah buku yang menerangkan masalah yang saat ini semakin dihadapi seluruh dunia: A God Who Hates: The Courageous Woman Who Inflamed the Muslim World Speaks Out Against the Evils of Islam. (Tuhan yang Membenci; Wanita Berani yang Membuat Marah Dunia Muslim karena Berani Bicara Melawan Kejahatan Islam). Dia bersedia diwawancarai olehku saat ini di Examiner.com tentang hidupnya dan tugas yang diembannya.

Image

D.M Murdock:
Dr. Sultan, terima kasih banyak karena memberiku kehormatan untuk mewawancaraimu. Kau sungguh berani untuk melakukan semua ini. Pertanyaan pertama adalah: apakah kau secara pribadi menerima ancaman² karena usahamu menerangkan masalah² dalam hukum dan tradisi Islam? Jika ada ancaman, apakah ancaman² ini terutama datang karena kau menyatakan murtad dari Islam terang²an? Bagaimana hal ini mempengaruhi hidupmu?

"Aku menerima ancaman mati setiap hari."
Wafa Sultan:
Aku menerima ancaman mati setiap hari. Aku adalah penulis terkenal di dunia Arab. Tulisan²ku membuatku dikenal oleh para Muslim kaffah yang tidak punya kemampuan positif membuktikan tulisanku itu salah tapi hanya ingin menerapkan ajaran keji Islam padaku. Islam telah menghilangkan kemampuan intelek mereka dalam menghadapi kritik secara efektif dan ilmiah.

Karena aku lahir dan dibesarkan sebagai Muslimah, maka aku mengerti betul bahayanya ancaman² ini. Aku mencoba agar ancaman² ini tidak mempengaruhi pesanku, tapi aku pun tetap berhati-hati. Sebelum aku menerbitkan bukuku A God Who Hates (Tuhan yang Membenci), aku terpaksa menyembunyikan diri. Tentunya hal ini tidak mudah, tapi karena aku yakin akan tujuan usahaku sehingga tiada satu pun hal yang dapat menghalangiku untuk mencapai tujuan tersebut.

DM:
Anda lahir dan dibesarkan di Syria, yang kelihatannya adalah Pemerintahan “sekuler” meskipun mayoritas masyarakatnya adalah Muslim. Bagaimana perbedaan hidup di Syria dan sekarang setelah Anda jadi warga negara Amerika Serikat? Terutama sebagai wanita, bagaimana hidupmu jadinya jika kau tetap hidup di budaya Muslim Syria?


WS:
Pengertian Pemerintahan “sekuler” itu salah dan harus diluruskan. Tiada bentuk pemerintahan sekuler di dunia Islam. Sebagian pemerintahan pura² tampil sebagai sekuler karena dua alasan utama:
1. Untuk membuktikan pada pihak Barat bahwa mereka adalah “sekuler” dan dengan begitu mereka mendapat banyak keuntungan saat berhubungan dengan pihak Barat;
2. Pemerintahan pura² sekuler ini pun selalu diancam oleh para Islamis. Hal ini membuat pihak Pemerintahan otokratis akhirnya tak punya pilihan selain menghantam para Islamis dengan tangan besi.
Konflik terus-menerus antara dua kekuatan jahat ini tidak berarti pihak Pemerintahan itu kurang Islami. Di Syria, selama pihak Islamis tidak mengganggu pihak Pemerintah – terutama Presiden dan keluarganya – mereka boleh melakukan apapun yang mereka inginkan. Di dua puluh tahun terakhir, pihak Islamis dengan bantuan duit dari Saudi telah memainkan peranan utama membuat masyarakat Syria jadi Muslim radikal, sedangkan Pemerintah Syria pura² tidak tahu akan hal ini.

Keadaan di bawah Syariah Islam itu jelek sekali di setiap negara Islam, tapi kadar pengekangan berbeda-beda satu sama lain – tergantung dari sebanyak mana hukum Syariah ditetapkan dan diikuti. Dalam skala 1 sampai 10 dengan pengertian 1 adalah jelek dan 10 adalah terjelek, aku nilai Syria dapet 6 dibandingkan Saudi Arabia yang layak dapat angka 10.

Akan tetapi, hidupku sekarang di AS tidak bisa dibandingkan dalam segi apapun dengan kehidupan di Syria. Sejak aku meninggalkan Syria di tahun 1989, aku telah menikmati hidupku sebagai manusia merdeka. Tidak peduli dengan ancaman apapun yang kuterima, aku bebas bicara dan mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut dibunuh oleh keluargaku dan umat Muslim.

Apakah kau mengira jika aku hidup di Syria saat ini maka aku bisa menjawab pertanyaan²mu dengan bebas seperti sekarang?

DM:
Ketika kau menerima kewarganegaraan Amerika Serikat, engkau belajar tentang Konstitusi AS (hukum utama tertinggi AS). Apakah perbedaan utama antara Konstitusi AS dan hukum Syariah Islam, sebagaimana yang kau mengerti
?

WS:
Pada dasarnya, aku mulai belajar tentang Konstitusi AS di saat pertama kali aku tiba di AS. Aku belajar Konstitusi tidak dengan hanya membacanya saja, tapi juga mengalaminya dalam hidup sebagai wanita merdeka – kemerdekaan yang diberikan kepadaku di bawah perlindungan penuh Konstitusi Amerika. Sejak itulah, aku menikmati kehidupanku sebagai manusia yang dimerdekakan, yang mampu secara mental dan intelektual menetapkan sendiri pilihanku dan menentukan nasibku.
"Di bawah Syariah Islam, seorang wanita tidak dianggap sebagai makhluk merdeka. Dia dianggap tak cukup cerdas untuk menentukan hidupnya sendiri.”
Sebaliknya, di bawah Syariah Islam, seorang wanita tidak dianggap sebagai makhluk merdeka. Dia dianggap tak cukup cerdas untuk menentukan hidupnya sendiri tanpa persetujuan dari ayahnya atau anggota keluarga pria lainnya. Dia tidak punya hak untuk bercerai atau mendapatkan hak asuh anak saat bercerai. Nilai hidup wanita hanya separuh nilai hidup suaminya.

Singkatnya, para wanita adalah benda milik suami² mereka dan keluarganya, sehingga kebebasan mereka dibatasi sepenuhnya di bawah Syariah Islam.

DM:
Sebagai psikiatris, bagaimanakah pentingnya kemerdekaan berpikir dan bicara pada kesehatan emosi, kejiwaan dan spiritual seorang manusia
?

WS:
Umat manusia tidak akan bisa berkembang secara intelek, mental, dan emosi tanpa kemampuan untuk berpikir dan mengungkapkan pikirannya secara bebas. Di sepanjang sejarah, kebudayaan terkemuka selalu dihasilkan oleh pemikiran² yang merdeka. Jika kita melihat ke dalam masyarakat yang terbelenggu, tidak peduli apapun bentuk belenggu itu, baik agama maupun politik, maka hasilnya adalah berbagai kemiskinan, kemandegan, dan keterbelakangan segi² kehidupan.

Ada peribahasa Arab yang seringkali diucapkan tapi tak pernah dilakukan: “Tubuh yang sehat selalu dihasilkan dari pikiran yang sehat.” Memang pada kenyataannya tubuh kita yang sehat merupakan hasil dari pikiran kita yang sehat pula. Karena itu, seorang manusia tidak akan punya pikiran yang sehat jika dia tidak bisa memupuknya dan mengutarakan pikirannya secara merdeka.

DM:
Sebagai bekas Muslim, apakah kau menganggap dirimu sekarang sebagai atheis atau sekuleris, atau apakah kau sekarang memeluk agama atau kepercayaan lain? Atau tidak sama sekali? Apakah kau setuju bahwa umat manusia harus memiliki kemerdekaan untuk percaya atau tidak percaya akan agama atau kepercayaan apapun, selama orang itu tidak memaksakannya kepada pihak lain?

"Pada dasarnya, aku menganggap diriku sebagai manusia spiritual yang percaya akan keberadaan kekuatan illahi yang mengontrol jagad raya.”
WS:
Itu tergantung dari definisi kita akan sekulerisme. Pada dasarnya, aku menganggap diriku sebagai manusia spiritual yang percaya akan keberadaan kekuatan illahi yang mengontrol jagad raya. Aku menganggap kekuatan ini merupakan sumber enerji positif yang dapat mengilhami umat manusia untuk jadi baik dan penuh kasih sayang. Aku tidak menganut agama apapun, tapi aku menghormati hak manusia untuk bebas memeluk agama pilihannya dan melaksanakan ibadahnya. Filosofiku yang sederhana adalah: kau bebas menyembah batu, asal jangan lempar batu itu padaku.

DM:
Jika Anda bisa menyampaikan pesan terhadap masyarakat Amerika, maka pesan apakah yang ingin kau sampaikan?


WS:
Dalam bukuku, A God Who Hates, aku menceritakan kisah hidupku, di mana pembaca akan mengerti kehidupanku, tertama kehidupan Muslimah di dalam masyarakat Islam dan ancaman nyata Islam secara umum. Sungguh penting bagi masyarakat Amerika untuk mengerti akan hal ini, termasuk mengerti akan fondasi agama Islam dan ideologi politiknya.

Terdapat empat hal utama dalam masyarakat kita yang perlu dididik akan ancaman Islam:

1. Pejabat² Pemerintahan — terutama mereka yang bertugas di bagian keamanan — harus mengerti tentang Islam dengan belajar dari literatur Islam, yakni Qur’an dan Sunna dari buku² Arab, kata per kata tanpa penyimpangan arti dari tulisan. Dengan begitu mereka akan mengerti inti politik Islam yang ingin negara kafir barat tunduk di bawah Islam dan Syariah.

2. Pihak media perlu menanggalkan sikap politically correct (bohong agar tampak benar/aman), dan bersikap jujur dalam membahas berita² brutal yang bersangkutan dengan Islam." Sekarang ini semakin banyak berita² kasus honor killing di AS dan Eropa.

3. Badan² pendidikan harus berhenti memoles wajah Islam jadi suci dan harus jujur mengajarkan penelitian² akan Islam dari sudut pandang ilmiah agar para pelajar tahu betul akan wajah Islam yang sebenarnya. Contohnya, para pelajar harus tahu betul realitas Jihad dari segi geopolitik dan sejarah. Dengan begitu mereka akan sadar akan konsekuensi expansi Islma yang menghancurkan di seluruh kejadian sejarah dan segala kebrutalan yang dilakukan untuk menjajah kafir dan menegakkan Islam.

4. Pada akhirnya, pihak kafir yang melakukan dialog antar agama harus mendapat pendidikan yang lengkap akan segala konspe² Islamiah dari para ahli Islam yang dapat dipertanggungjawabkan dan bukannya dari orang² ngawur seperti Karen Armstrong dan Prof. John Esposito. Melalui pendidikan yang benar dan lengkap, para partisipan dialog² antar agama harus berani dan bertanya pada pihak Muslim pertanyaan² yang keras dan tidak menyenangkan akan Islam. Hal ini akan memaksa para Islamis yang tampaknya “moderat” untuk terpaksa membuka topeng mereka dan menunjukkan wajah dan tujuan Islam aslinya.

Singkatnya, sikap political correctness (PC) di masyarakat kita sudah kelewat batas. Sikap PC yang sarat dengan relitivitas moral dan pengagungan multi budaya malahan menjerumuskan nilai² Barat, dan jika ini terus terjadi tanpa bendungan apapun, maka kebudayaan Barat yang kita kenal sekarang akan hancur.

DM:
Terima kasih, Dr. Sultan, atas keberanian dan kecerdasanmu dalam menyampaikan pesan terhadap semua orang di dunia. Kami sepenuhnya mendukung usahma dan kami berharap kau akan terus selamat dan terus aktif untuk waktu yang sangat amat lama.
Post Reply