Mengapa Islam Melarang Musik?

Download Tulisan2 Penting tentang Islam; Website, referensi buku, artikel, latar belakang dll yang menyangkut Islam (Sunni) & Syariah.
Post Reply
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Mengapa Islam Melarang Musik?

Post by Adadeh »

Mengapa Islam Melarang Musik
Oleh Dr. Radhasyam Brahmachari

Pada tanggal 10 April, 2007, Presiden APJ Abdul Kalam mempersembahkan penghargaan Akademi Musik India pada maestro2 musik seperti Ali Akbar Khan, Dr Balamurali Krishna, Girija Devi, Asha Bhonsle dan Illyaraja (music director) di sebuah pertemuan di New Delhi. Ketika berpidato di muka umum, sang Presiden berkata, “Negara ini bersyukur dengan adanya berbagai jenis musik di India karena sumbangan besar kalian dalam melestarikan musik dan mewujudkan kesatuan pikiran atas milyaran masyarakat di negara ini yang memiliki aneka agama, budaya dan bahasa.” Dia juga berkata, “Memang musik adalah pemersatu pikiran masyarakat India yang tinggal di berbagai penjuru dunia.” Saat sang Presiden memuji-muji dan mendukung musik, dia mungkin lupa melihat kenyataan bahwa agama Islam yang dipeluknya melarang musik.

Hampir sepuluh hari kemudian, imam Maulana Abdul Ajiz dari mesjid Lal yang terkenal di Peshawar, Pakistan, mengeluarkan fatwa untuk segera menegakkan Sharia di Pakistan dan mengumumkan segala jenis kegiatan musik, termasuk menyanyi dan menari, sebagai hal yang tidak Islami. Dia menuntut penyanyi2 dan penari2 Pakistan untuk pergi saja ke India dan nyanyi dan nari di sana saja. Fatwanya juga menyatakan bahwa melakukan bisnis apapun yang berhubungan dengan musik merupakan tindakan tidak Islami. Dia meminta orang2 yang punya toko2 musik, video, CD, tape, dll untuk menutup toko mereka. Gara2 fatwa ini, sekelompok Muslim taat meledakkan tiga toko di Swabi yang merupakan kota kecil sekitar 100 km barat daya kota Peshawar. Beberapa hari kemudian, Muslim taat lainnya membakar 20 toko2 musik.

Berdasarkan surat kabar yang terbit di tanggal 6 Desember, 2006, seorang imam dari mesjid lokal di desa Kanpur di daerah Murshidabad, di negara bagian Bengal Barat, mengeluarkan fatwa yang melarang musik di desa tersebut. Fatwa ini memerintahkan penduduk desa untuk tidak mendengarkan musik di radio dan tidak boleh nonton acara2 dansa di TV.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: mengapa Islam melarang musik?

Malah sebenarnya, Islam tidak hanya melarang musik, tapi juga berbagai kegiatan seni lainnya seperti menyanyi, bermain peralatan musik, menari, menggambar, membuat patung, dll, bahkan fotografi sekalipun. Untuk mengetahui akar aturan Islam terhadap musik, orang harus menyelami Islam sedikit lebih dalam. Dari sejak awal sudah harus disadari bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan kerohanian dan tujuan utama Islam adalah untuk menaklukkan seluruh dunia di bawah kerajaan Islam, baik dengan cara menarik umat baru atau dengan memusnahkan seluruh masyarakat non-Muslim kafir dan jihad merupakan cara untuk meraih tujuan ini. Jihad adalah wujud militer Islam dan ini merupakan ibadah Islam yang paling mulia. Karenanya setiap Muslim harus ikut serta dalam jihad untuk memenangkan Islam dalam menaklukkan seluruh non-Muslim.

Ahli2 Islam setuju bahwa jihad adalah bentuk ibadah terbaik dalam Islam, bahkan lebih baik dari ibadah haji ke Mekah, apalagi sholat atau puasa. Karenanya Allah mewajibkan jihad kepada setiap Muslim yang mampu melakukannya dan Allah berkata, “Memerangi kafir merupakan kewajiban, meskipun kau benci perang, karena itu perangilah pagan dan semua yang menyekutukan Allah (syirik)” (Q 2:216). “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.” (Q 8:39) Jadi jihad berarti pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap kafir, menjarah harta mereka, menduduki tanah mereka dan segala harta milik mereka dengan berbagai cara seperti menggunakan pedang, bakar, dan perkosa.

Allah yang Maha Kuasa menyogok kaum Muslim untuk giat melakukan jihad dan berperang melawan non-Muslim dengan cara menghalalkan jarahan perang (ini adalah kekayaan kafir yang dijarah dan dirampok) bagi para jihadis. Wanita2 kafir yang ditawan dalam jihad juga merupakan jarahan perang dan Allah menghalalkan setiap Muslim untuk ngeseks dengan tawanan wanita segala umur dan segala status (nikah atau tidak). Jadi jihad berarti pembunuhan tanpa pandang bulu atas kafir non-Muslim, rampok harta kafir, perkosa wanita2nya di hadapan saudara2nya, potong payudaranya, potong2 pria kafir, potong kemaluannya, menghantamkan kepala anak2 kafir ke batu dan potong2 tubuh mereka di hadapan orangtuanya, pokoknya melakukan berbagai kekejian dan siksaan apapun terhadap kafir.

Sudah jelas bahwa tujuan Islam adalah mengubah setiap Muslim untuk jadi binatang buas, pembunuh biadab. Atau juga mengubah setiap Muslim menjadi penjagal kejam yang tak ragu untuk melakukan kekejaman apapun terhadap kafir2 non-Muslim. Yang lebih penting lagi, muslim tidak lagi merasa menyesal atau bersalah setelah melakukan kekejaman terhadap kafir. Beberapa contoh bisa menjelaskan hal ini. Untuk melukiskan kebrutalan yang dilakukan para Hindu di Bangladesh sewaktu Perang Pembebasan di tahun 1971, Pak Anwar Shaikh dalam Kata Pengantar di bukunya yang berjudul “This is Jihad” menulis, “Kebrutalan yang dilakukan terhadap umat Hindu di Bengal Timur di tahun 1971 tiada tandingannya di dunia. Di banyak kasus, seluruh masyarakat Hindu dikepung. Ibu2 dan anak2 perempuannya diperkosa massal, di hadapan saudara2 laki dan bapak2nya. Payudara2 wanita2 usia lanjut dipotong. Wanita2 hamil disobek perutnya, kepala2 anak2 dihantamkan ke lantai. Lalu dilanjutkan dengan pemotongan kemaluan, pencabutan mata, dan akhirnya pemotongan kepala tawanan2 pria. Sebagai klimaks terbesar, semua orang dipaksa masuk ke dalam rumah dan rumah itu lalu dibakar.”

Di tahun 1360 M, Firoz Shah Tughlaq menyerang Orissa dan menghancurkan kuil Dewa Jagannath dan melemparkan patung dewa itu ke Teluk Bengal. Sewaktu melakukan perjalanan pulang, dia melalui Jajnagar, dan dia lalu mengetahui bahwa sekitar 120.000 orang Hindu melarikan diri dan berlindung di pulau seberang. Firoz Shan lalu pergi ke pulau itu bersama tentaranya dan membantai 120.000 orang Hindu dalam waktu sehari saja dan membuang mayat2 mereka ke Teluk Bengal.

Ulugh Khan (yang kemudian jadi Sultan Ghiasuddin Balban), ketika dia menjadi komandan perang Nassiruddin (saudara pria Sultana Rizia), pergi ke Gahrwal, yang terletak di kaki pegunungan Himalaya. Dia menjanjikan tentaranya 1 rupee jika mereka berhasil membawa kepala orang Hindu dan dua rupee jika berhasil membawa orang Hindu hidup2. Bagaikan anjing rabies, tentara2 Muslim memburu kafir2 Hindu. Pembantaian massal berlangsung selama tiga minggu dan beberapa ratus ribu orang Hindu dibantai. Ulugh Khan lalu membangun dua menara tinggi dengan menumpukkan kepala2 orang Hindu tersebut.

Ketika Maharana Sangram Singh dikalahkan di perang Khanua di 1527 M, Babar memerintahkan pembantaian massal. Komandan pasukan Mohammadi dan komandan2 lainnya membantai 1.000.000 tawanan Rajput dan juga 1.000.000 penduduk sipil Hindu. Pembantaian massal seperti ini terus berlangsung di seluruh masa pemerintahan Muslim yang berlangsung selama 700 tahun. Para sejawarawan dunia yakin bahwa penaklukan Muslim atas India merupakan peristiwa paling berdarah dalam sejarah manusia.

Laporan press pada tanggal 22 April mengakatan bahwa anak laki Pakistan usia 12 tahun yang dilatih oleh pemimpin2 Taliban telah memancung orang yang diduga jadi mata2 George Bush, Presiden AS di desa terpencil di perbatasan Pakistan dan Afghanistan, dekat Peshawar. Laporan juga mengatakan bahwa anak laki ini melakukan pemancungan hanya dengan pisau biasa. Setelah selesai memotong leher, anak ini berteriak, “Allahu Akbar.” Kejadian ini ditayangkan di TV Pakistan.

Setelah Perang Kedua di Panipat pada tanggal 5 November, 1556, ketika Kaisar Vikramaditya Hemraj (alias Himu) dibawa menghadap Akbar (usia 14 tahun), penasehatnya yang bernama Bairam Khan meminta Akbar untuk memotong kepala Himu agar dia bisa mendapat gelar Ghazi (pemancung kafir). Anak remaja ini tanpa ragu memancung leher Himu dengan pedangnya. Kedua contoh anak Muslim yang doyan memancung ini merupakan penjelasan yang nyata apa yang diinginkan Islam dari Muslim.

Orang2 yang berhati lembut tidak mampu melakukan tindakan2 yang sedemikian barbar dan biadab. Islam melarang musik, karena musik atau jenis seni lainnya, memperlembut hati manusia.

*******
*Professor,
Department of Applied Physics,
University of Calcutta.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Satu lagi diktator yg melarang Musik : HITLER. Lihat alasannya kenapa dan kau akan menemukan kesamaan dgn Muhamad.

http://itotd.com/articles/364/charlie-a ... orchestra/

JAZZ: This American invention was outrageously popular not just in the United States, but also in other parts of the world—including places where English was not the primary language. In the 1930s and 1940s, German residents were just as enamored of jazz as everyone else, but Nazi leaders saw it as much more than mere entertainment: they saw it as a threat.

For one thing, the Nazis felt that jazz lyrics encouraged a level of sexual permissiveness that was at odds with the standards they set. But more deeply, jazz represented the enemy—both literally, in the sense of its being American, and figuratively in the sense that its African roots made it racially degenerate, an offense to Aryan purity.

To enjoy jazz music was to thumb your nose at the Nazi cause. There were also those who claimed that American Jews (lagi2 fobia ala Islam !) were behind the whole jazz movement, and the Nazi anti-Semitic rage only added to their distrust of jazz.
Post Reply