Page 1 of 1

FATIMA BHUTTO: nasib Muslimah di Neg Islam Pakistan

Posted: Tue Dec 17, 2013 7:28 pm
by ali5196
Siapa Fatima Bhutto?
http://fatimabhutto.com.pk/profile.php

Fatima Bhutto lahir di Kabul, 1982. Ayahnya, Murtaza Bhutto, adalah putera mantan presiden dan PM Zulfikar Ali Bhutto dan anggota parlemen yg dibunuh polisi tnhn 1996 di Karachi selama kepemimpinan adiknya, Benazir Bhutto. Fatima adlaah keponakan Benazir.

ia lulus Columbia University thn 2004, studi bahasa2 dan budaya Timur Tengah dari the School of Oriental and African Studies (SOAS) thn 2005 dan berijazah Master dlm Politik dan Pemierntahan Asia Selatan.

Ia menulis 4 buku: Whispers of the Desert, kumpulah sajak yg terbit 1997 oleh Oxford University Press Pakistan ketika ia baru 15 thn. 8.50 a.m. 8 October 2005, koleksi pengakuan saksi yg selamat dari gempa bumi 2005 di Pakistan. Buku ketiganya, Songs of Blood and Sword. Dan buku keempatnya The Shadows of the Crescent Moon.

Ia juga penulis kolom sk barat spt the Guardian di UK. Ia tinggal di Karachi, Pakistan.

Posted: Tue Dec 17, 2013 7:30 pm
by ali5196
Image
Fatima Bhutto dikutip oleh The Times: β€œTo criticise the wrong man, to love the wrong faith, to follow the wrong god β€” can be a death sentence.” [''Salah kritik orang, mencintai agama yg salah, mengikuti tuhan yg salah - bisa membawa hukuman mati.'']


Image
Novel Fatima Bhutto, The Shadow of the Crescent Moon (Bayang2 Bulan Sabit) menggambarkan kekerasan yg mengakar terhadap wanita di negerinya.

Ini sebagian dari artikel yg ditulisnya di SK The Times UK:

''Inilah realita bagi wanita di Pakistan sekarang.

Berjalan di bandar udara, kau akan diperintahkan oleh lelaki tak dikenal bercelana koplak bahwa kau harus menutupi tubuhmu karena kulitmu --spt leher, kaki atau perut -- nampak dari shalwar kameezmu (shalwar kameez: pakaian tradisional pakistan). Minta visa ke Malaysia saja kau akan diwanti2 bhw sbg wanita Pakistan kau harus menyiapkan tiket balik ke Pakistan utk membuktikan bhw kau tidak mencari pekerjaan sbg wts (padahal konsulat tsb tidak akan meminta bukti yg sama dari wanita Perancis misalnya, seakan hanya wanita Pakistan yg begitu gatal ingin tinggal lama di negara membosankan spt Malaysia).

Mengurus ktp, paspor atau surat2 bank, kau juga diwajibkan memberi nama suami atau ayah. Korban pemerkosaan harus mendapatkan ijin polisi sebelum rumah sakit bisa merawatmu. Lebih gila lagi, utk mendapatkan laporan polisi tidak mudah karena Ordinansi Hudud menghukum setiap wanita kalau terbukti melakukan sex diluar perkawinan terlepas apalah ia diperkosa atau tidak. Nah, kalau UUnya saja sudah begitu, mana ada korban pemerkosaan yg mau melaporkan diri diperkosa? ](*,)

Kecuali kau orang kaya dan bersembunyi dibalik mobilmu, naik kendaraan umum dimalam hari tidak aman. Jangan naik becak di malam hari walau terpaksa. Kalau kau naik bis, kau akan duduk di bangku depan yang ditutup dgn kerangkeng untuk memisahkanmu dari sisa penumpang lainnya agar tidak ada orang yg bisa melihat atau menyentuhmu. Berjalan di kotapun sulit karena mana mungkin berjalan di kota2 yg tidak pernah membangun jalan khusus bagi pejalan kaki?

Jutaan wanita di Asia Selatan --termasuk Sri Lanka, Afghanistan, Bangladesh-- menderita dibawah sistim yang tidak adil setiap hari, baik secara politik, ekonomi, sosial dan bahkan didalam keluarga sendiri.

Novel saya, The Shadow of the Crescent Moon lahir karena kekerasan yg bertubi2, baik secara fisik maupun psikis, terhadap wanita2 muda Pakistan dan perjuangan yg mereka hadapi setiap hari.

Menjadi wanita di Pakistan, kau tidak boleh lelah berjuang. Tidak ada pilihan lain. Bbrp tahun lalu, teman saya, Sabeen, diciduk polisi Karachi karena berjalan seorang diri di malam hari. Mereka sangka mrk bisa menakut2inya dan meminta suap. Tapi Sabeen adalah puteri seorang aktivis politik yang ditembak polisi dan spt ayahnya, ia tidak takut. Ia mencatat nomor polisi mrk dan melaporkan mrk ke kantor polisi. Ia berhak bergerak secara bebas, tanpa rasa takut, tanpa dihalangi oleh usia maupun gendernya.

Di thn 1996, pemerintah membatalkan Eksekusi Ordinasi Pencambukan yg menuntut pencambukan tahanan, TAPI pemerintah tidak membatalkan hukuman dibawah Ordinansi Hudud shg wanita yg dinyatakan bersalah krn zinah (walau diperkosa) tetap masih bisa dicambuk. Anda bisa lihat sendiri, tidak ada keamanan bagi wanita dibawah UU Pakistan. NOL besar! Kau harus pintar2 menutup mulut, utk tidak mengungkapkan pikiranmu karena disini bahkan dinding-pun punya kuping.

Salah kata, salah kritik orang, mencintai agama yg salah, mengikuti tuhan yg salah - bisa membawa hukuman mati. Kau jadi tidak percaya siapapun dan bawaanmu akan curiga melulu.

Oleh karena itulah negeri spt kami ini menghasilkan wanita2 spt Malala Yousafzai, wanita yg tidak mau tunduk pada ancaman teror yg mengepungnya. Oleh karena wanita2 berani spt inilah, Pakistan masih juga terus berjalan.''

[''Salah kritik orang, mencintai agama yg salah, mengikuti tuhan yg salah - bis
Mirror
Faithfreedom forum static

Posted: Tue Dec 17, 2013 7:41 pm
by ali5196
Bagus lahh ... semakin banyak Muslimah yang berani mengungkapkan keborokan2 sebuah negara islam, khususnya terhdp kaum Muslimah. Walau mereka belum sampai mengritik Islam langsung, setidaknya, ini sudah menjadi kritikan tidak langsung sambil mendambakan prinsip2 hak azasi manusia ala Barat agar bisa mendepak prinsip2 syariat Islam. \:D/ =D> =D>

Artikel Faithfreedom Indonesia
Mirror
Faithfreedom forum static

Posted: Tue Dec 17, 2013 8:14 pm
by ali5196
Berita sk ttg nasib wanita di Pakistan

Menjadi wanita di Pakistan: 6 cerita kekerasan, aib dan keselamatan
Apr 9 2012
http://www.theatlantic.com/internationa ... al/255585/

Image
Brides-to-be wait during a mass wedding ceremony in Karachi. Reuters

Menurut jajak pendapat th 2011 oleh the Thomson Reuters Foundation, Pakistan adalah negara ketiga paling berbahaya di dunia bagi wanita. Lebih dari 1000 gadis & wanita per tahun dibunuh dlm "honor killing" dan 90% wanita Pakistan menderita krn kekerasan domestik.

These are the stories of six poor, working women of different ages, backgrounds, and life experiences in the Pakistani city of Karachi, where I grew up and where I met them. In interviews, which I have translated, edited, and condensed below, they told me about their lives and struggles within a cycle of poverty and, often times, violence.

Image
Ayesha, usia 18. Dari keluarga miskin. Sejak adik lelakinya lahir, ia tidak lagi diijinkan sekolah. Ia harus bekerja dirumah. Ia menghabiskan waktnya menjaga adik2nya. Pada usia 10, ia diperkosa oleh lelaki muda dirumah pamannya. Ia tidak berani melaporkanna. Si pemerkosa kini sudah menikah dgn wanita lain dan tidak menunjukkan penyesalan. Ia sering menyaksikan ibunya digampar oleh ayahnya. Se-capek apapun, ibunya harus memuaskan semua keinginan ayahnya. Bahkan saat ibunya hamil, sampai keguguran 3 kali. Tapi ini tidak mengherankan. SEMUA lelaki di desanya memukuli istri2 mereka. Ini sebuah norma dan wanita memang pasrah menerima nasib mrk.

Ayesha-PUN DIPERKOSA AYAHNYA. Sejak ayahnya mulai merokok, minum dan me-narkoba, ia jadi semakin agresif. Kini Ayesha hidup jauh dari keluarganya, dlm perlindungan seorang kawan.


Image
Rehana, usia 37.

Cerita hidupnya cukup standar bagi wanita di Pakistan: miskin, dari keluarga besar (14 kakak beradik), tidak berpendirikan, suami sadis. Ia pencari nafkah satu2nya, ingin mendidik anak2nya. Pada usia 14 ia hampir di-gang rape. Krn upaya pemerkosaan ini, keluarga calon suaminya menganggapnya membawa aib. Tapi akhirnya pada usia 15, ia menikahi lelaki lain, Fakhir, hanya karena frustrasi, walau suaminya sudah beristri dan beranak pinak. Ibunya meminta agar ia mengawini puteranya hanya karena keluarga mrk perlu TUKANG MASAK! :shock: Ini tidak mengherankan bagi wanita di desa di Pakistan. Si Fakhir ini memanfaatkan uang hasil kerja Rehana utk menghidup anak2 dr istri pertama dan BERJUDI! Fakhir juga sering memukuli kedua istrinya. Patah gigi, keguguran, patah tangan, ini semua rutinitas seorang istri yg sudah dianggap normal.


Image
Nargis, 18. Bacalah sendiri cerita2 derita Muslimah2 (miskin) Pakistan. Cerita mrk semua sama deh! Kawin muda, suami suka pukul, judi, mabok, kowan kawin dst. Kalau kau wanita miskin, kau akan dianggap sampah yg bisa digenjoti & dilecehkan setiap saat. Tidak mengherankan kebanyakan Muslimah (baik miskin maupun kaya) kepingin imigrasi ke negara2 kafir Barat! :supz:

CATATAN: memang ini cerita Muslimah2 miskin. Kalau kau kaya, nasibmu tentu akan lebih baik krn polisi2 syariah doyan duit dan kau akan bebas cambuk/rajam/aib. Hanya di negara kafir, kau akan dihargai terlepas dari status ekonomi dan gendermu. :supz:

Artikel Faithfreedom Indonesia
Mirror
Faithfreedom forum static

Re: FATIMA BHUTTO: nasib Muslimah di Neg Islam Pakistan

Posted: Wed Dec 18, 2013 2:24 pm
by gema
si fatime Bhutto nih dah murtad ya.. kok tak pakai hijab lagi tuh orang.