Al Ghazali : Pelecehan Wanita dalam Islam

Post Reply
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Al Ghazali : Pelecehan Wanita dalam Islam

Post by ali5196 »

THE ABUSE OF WOMEN IN ISLAM/PELECEHAN WANITA DALAM ISLAM
by DrThomas Ahmad on Wednesday, August 11, 2010 at 9:01pm.

Image
Abu Hamid Al-Ghazali http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali dianggap sebagai pemikir Muslim terbesar yang pernah eksis setelah nabi Muhammad. Ia dikenal sebagai "Pembela Islam". Ia menulis sekitar 1.000 buku tentang Fiqih Islam. Dalam bukunya yang sangat terkenal, "The Revival Of The Religious Sciences" [Bangunnya Kembali Sains Religius], Al-Ghazali menggambarkan peran wanita :

- Ia harus menetap di rumah dan merajut;

- Ia hanya boleh keluar rumah dalam hal darurat;

- ia tidak boleh banyak tahu. Ia tidak boleh komunikasi dengan tetangganya dan hanya mengunjungi mereka kalau sangat perlu sekali;

- Ia harus merawat suaminya dan menghormatinya baik sewaktu ia hadir maupun absen dan bertujuan untuk memuaskannya dalam segala hal;

- Ia tidak boleh meninggalkan rumah tanpa ijin suami dan jika ia diberi ijin, ia harus berangkat dengan diam-diam;

- Ia harus mengenakan baju tua dan mengambil jalan dan gang yang sepi, menghindari pasar dan memastikan agar orang tidak mendengarkan suaranya, bunyi telapak kakinya atau mencium bau/wanginya atau mengenalinya;

- Ia tidak boleh berbicara kepada teman atau suami, bahkan kalau perlu;

- Ia hanya boleh menyibukkan diri "al bud"nya (organ reproduktif/vagina), rumahnya, solat2nya dan puasanya (lapar bagi Allah);

- Kalau seorang teman suaminya datang saat suaminya absen, ia tidak boleh membuka pintu atau menjawabnya guna menjaga "al bud"-nya;

- Ia harus puas dengan hubungan sex yang diberikan suaminya disetiap saat;

- ia harus bersih dan siap memuaskan kebutuhan seksual suaminya setiap saat;

Teolog Islam paling besar ini lalu memperingatkan lelaki bahwa mereka harus berhati-hati pada wanita karena "kelicikan mereka luar biasa besar dan kenakalan mereka adalah racun; wanita TIDAK bermoral dan berhati jahat". Dan dengan gaya imam yang khas, Ghazali menjelaskan, "Adalah fakta bahwa kesulitan, kerugian dan nasib sial yang diderita lelaki datang dari wanita.'' [3.2]

Dalam bukunya, "Counsel for Kings" [Nasehat bagi para Raja], Ghazali menyimpulkan bahwa seorang wanita harus menderita akibat kelakuan Hawa di Taman Eden:

"Ketika Hawa memakan buah yang dilarangNya dari sebuah pohon di Surga, Allah swt, mengutuk wanita dengan 18 hukuman :

- menstruasi;

- kehamilan;

- melahirkan anak;

- perpisahan dari ibu dan ayah dan perkawinan dengan orang yang tak dikenalnya;

- tidak memiliki kekuasaan atas keadaan fisiknya;

- memiliki bagian yang lebih kecil dalam warisan; (1/2 dari lelaki spt dicatat dlm Quran)

- ia bisa ditalaq dan tidak bisa men-talaq;

- hanya bisa memiliki satu suami, sementara suami bisa memiliki empat istri;

- fakta bahwa ia harus memencilkan diri dirumah;

- fakta bahwa ia harus menutupi wajahnya didalam rumah;

- fakta bahwa kesaksian wanita harus dibarengi oleh kesaksian seorang lelaki;

- fakta bahwa ia tidak boleh keluar rumah kecuali dengan saudara semuhrim;

- fakta bahwa lelaki boleh ambil bagian dalam solat Jumat dan hari2 upacara keagamaan lainnya serta penguburan, sementara wanita tidak boleh;

- didiskualifikasi bagi kepemimpinan dan kehakiman;

- fakta bahwa kemampuan memiliki 1000 komponen dan hanya satu dimiliki wanita sementara yang ke 999 lainnya dimiliki lelaki;

- fakta bahwa bahwa jika wanita melanggar aturan, mereka akan diberikan siksaan yang lebih besar dari yang lainnya pada Hari Kiamat;

- fakta bahwa jika suami mereka mati, mereka harus memasuki masa iddah selama empat bulan dan 10 hari sebelum menikah kembali.

Satu2nya tujuan wanita, "kewajibannya untuk berada di rumah untuk memuaskan nafsu seksual suaminya," kembali ditekankan dalam buku Ghazali, "Bukti Islam." Saking ia begitu dihormati oleh para mayoritas imam sampai saat ini, Ghazali sampai dijuluki "Bukti Islam".

Pemikirannya tentang karakter wanita membentuk pemikiran ke satu milyar pengikut Islam : "Jika anda mengendorkan tali pengikat wanita sedikit saja, ia akan lari dan menyeret anda .... Tipuan mereka begitu hebat dan kejahatan mereka begitu menular ; karakter buruk dan otak lemah adalah sifat mereka yang paling dominan ..." [R2]

Ghazali juga memperingatkan para istri agar TIDAK PERNAH MENOLAK VAGINANYA PADA SUAMINYA, BAHKAN JIKA IA BERADA PADA SADEL ONTA.

Al-Ghazali mendesak para suami agar TIDAK mengajarkan mereka menulis : "Jangan menambahkan kejahatan pada ketidakbahagiaan. belajarlah dari nabi dan kalif Umar Ibn al-Khattab yang memeirntahkan : "Jangan ajarkan wanita menulis, ambillah sikap yang bertolak belakang dengan sikap wanita. Oposisi macam itu mengandung kebijakan besar."''

Kata Ghazali : "Perkawinan adalah satu bentuk perbudakan. Wanita adalah bukan lelaki dan kewajibannya oleh karena itu adalah KEPATUHAN SECARA ABSOLUT kepada suami dalam apa saja yang dimintanya darinya. Hanya wanita yang disukai suaminya akan mendapatkan tempatnya di surga." [R1]

Nabi Muhammad menggambarkan wanita sebagai AURAT. Oleh karena itu, Islam memandang wanita sebagai aurat. The Encyclopedia of Islam mendefinisikan aurat sebagai pudendum, yaitu "genital external, khususnya wanita". [Latin pudendum (literal) barang kemaluan]. Pengikut Imam Hanbali dan Shafi' bahkan menganggap suara wanita, tangannya dan wajahnya sebagai aurat dan oleh karena itu harus ditutup. [3.3] [7].

Image
Untuk membaca lebih lanjut tentang Status Wanita Muslim, silahkan klik :
http://www.publishamerica.net/product56703.html
http://www.publishamerica.net/product90819.html
Last edited by ali5196 on Thu Aug 12, 2010 5:11 am, edited 5 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Al-Ghazali, Ihy'a 'Uloum ed-Din, Vol. II, Kitab Adab al-Nikah [Dar al-Kotob al-'Elmeyah, Beirut]

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... it=ghazali

Karena itulah, satu²nya alasan tepat dilakukannya poligami adalah sebagai pemecahan masalah janda dan anak yatim karena akibat perang. Akan tetapi, para Muslim ahli Islam kemudian mencari-cari alasan lain diluar perang untuk menghalalkan penerapan poligami. Menurut al-Ghazali, poligami itu perlu karena memuaskan naluri berahi manusia. (Mernissi 1987: 47). Bagi al-Ghazali, Muslimah tidak perlu memuaskan naluri berahinya, “… karena pria terbeban dengan dorongan gairah sex yang besar sehingga satu wanita saja tidak cukup untuk menjamin kesucian pria (suci dari tindakan zinah), sehingga dianjurkan agara pria menambah istri lebih banyak. Akan tetapi jumlahnya tidak boleh lebih daripada empat.” (Mernissi 1987: 47).

Ahli² Islam ternama seperti Saadawi dan Ghazali juga mengakui bahwa pernikahan Islam merupakan bentuk perbudakan. Dalam bukunya yang berjudul Hidden Face of Eve (Wajah Hawa yang Tersembunyi), Sadaawi menulis, “Badan pernikahan berlaku sangat berbeda bagi pria dan bagi wanita, dan hak² suami sangat berbeda dengan hak² istri. Malah sebenarnya tidaklah tepat untuk menyebut ‘hak² istri’, sebab di bawah Syariah Islam, Muslimah tidak dianggap sebagai manusia yang memiliki hak kecuali jika kita beranggapan bahwa seorang budak memiliki hak² di bawah sistem perbudakan. Muslimah dalam pernikahan Islam sama halnya seperti budak dalam sistem perbudakan, atau rantai pembelenggu budak bagi seorang budak.” (Haqq & Newton 1996: 22). Al-Iman al-Ghazali, ahli Islam yang dianggap terbesar oleh umat Muslim setelah Nabi Muhammad, menyimpulkan pernikahan Islam sebagai berikut, “Kata akhir yang paling memuaskan adalah pernikahan merupakan suatu bentuk perbudakan (riq). Wanita adalah budak pria dan, karena itu, tugas wanita adalah tunduk sepenuhnya pada suami terhadap apapun yang diperintahkan suami padanya. Sebagaimana yang dikatakan Muhammad sendiri, ‘Seorang wanita yang pada matinya mendapatkan penghargaan sepenuhnya dari suaminya, akan mendapatkan tempatnya di Surga’.” (ibid: 22).


http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ah-t13450/
Berbohong bagi Allah oke oke saja menurut akademisi islam terkenal Imam Ghazali yg menulis:
''Jika dimungkinkan mencapai tujuan demikian dengan berbohong bukannya mengatakan hal yg sebenarnya, adalah dibolehkan utk berbohong jika pencapaian tujuan diperbolehkan.” (Ref: Ahmad Ibn Naqib al-Misri, The Reliance of the Traveller, translated by Nuh Ha Mim Keller , Amana publications, 1997, section r8.2, page 745).
Imam Ghazali tidak bilang ini tanpa pengetahuan. Dia mendasarkan fatwanya dari perkataan dan contoh yg diberikan oleh sang nabinya sendiri.
Dalam sebuah Hadits, kita baca bahwa nabi mengundang para pengikutnya utk membunuh Ka’b ibn Ashraf, pemimpin suku yahudi yg waspada akan muhammad dan berkata pada pengikutnya boleh saja berbohong utk menipu Ka’b. Bukhari Vol.5, No. 369.

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... it=ghazali

Jadi, mengapa dulunya filosofi tidak diajarkan pada madrasah2 ?
Ini gara2 seorang Sufi, Abu Hamid al-Ghazali (1058-1128). Walaupun ia seroang pemikir ternama, ia juga penentang pemikiran bebas yang pada umumnya membuat mandeg filosofi Islam dan pemikiran sains.

Dalam bukunya INCOHERENCE OF PHILOSOPHERS:
Ia menuduh Avicenna dan Al-Farabi menantang prinsip2 agama. Ia juga melemparkan pertanyaan retorik tentang para filsuf:
"Apakah anda mengatakan bahwa mereka adalah kafir dan bahwa pembunuhan terhadap mereka yang mempertahankan pemikiran filsafat ini adalah wajib ? Menyatakan mereka kafir penting karena 3 hal : ajaran mereka bahwa dunia eksis secara eksternal, bahwa Allah tidak mengetahui beberapa hal dan bahwa tidak ada kebangkitan kembali secara badaniah. Jadi, menurut prinisp2 ajaran Islam, PEMBUNUHAN MEREKA ADALAH WAJIB."

Beginilah caranya mendukung tradisi filsafat yang sehat ?
Averroes, menjawab Ghazali dalam bukunya INCOHERENCE OF THE INCOHERENCE menyatakan bahwa para filsuf tidak perlu tunduk pada pakar agama. Namun akibat jeleknya sudah terasa. Jaman Keemasan Filsafat Islam (kalau memang pernah ada), hancur sudah.

Diseluruh dunia Islam berlaku asumsi bahwa Quran adalah buku sempurna, dan tidak diperlukan buku lain lagi. Muslim tidak merasa memerlukan pengetahuan dari sumber lain--APALAGI DARI KAFIR.


Tokoh intelektual terkenal, spt Ibn-Sina, Ibn-Rusd, al-Ma’arri dan Omar Khayam dianggap 'heretic' atau bidat oleh muslim2 spt Imam Ghazali. Akhirnya, Mu’tazila tidak tahan hantaman muslim2 picik. Pada abad ke 13, Mu’tazila mati dan dgn ini pula berakhirnya Jaman Emas Islam.

Jadi, masa Jaman Emas Islam adalah periode yg dikarakterisasi oleh perkembangan teologi Mu’tazila yg ANTI ISLAM dan Rasionalisme Yunani masa pra-Kristen. Semua muslim yg dikatakan memperkaya sains, matematika, medisin, filosofi dan pemikiran rasional (pada Jaman Emas Islam) adalah anggota aliran Mu’tazila yg TIDAK Islamiyah, tidak seperti pakar2 Islam Sunni spt al-Bukhari, Abu Daud dan Imam Ghazali et al., dari aliran Islam murni.

Oleh karena itu, sangat memalukan pernyataan bahwa jaman emas kemajuan dan kemakmuran dlm dunia Islam dipengaruhi secara positif oleh Islam.

Kalalu kita ingin melihat sumbangan sebenarnya Islam bagi peradaban manusia, kita harus mempelajari Muhammad, Abu Bakar, Hazrat Omar, Usman, Imam Ali dan Abu Hanifa et al. … tokoh2 Islam terbesar.
Kita juga harus melihat sumbangan masa pasca-Jaman Emas (pasca abad 13) saat doktrin Islam Sunni kembali berkembang.

Sayangnya, selama periode islam murni ini, sumbangan Islam kpd sains, teknologi, medisin, dsb adalah NOL BESAR !!

Tokoh2 spt Muslim b. al-Hajjaj, al-Bukhari, Abu Da’ud, Al-Tirmidi dan Imam Ghazali etc. … para kolektor hadis terkenal tidak membawa sumbangan apapun, kecuali mengkodifikasi Shariah yg mengakibatkan pelanggaran HAM, harga diri, degradasi kebebasan individual dan keadilan dlm dunia Islam sekarang.
Post Reply