PBB : Asia Bakal Kehilangan 100 Juta Perempuan !!!!!!
Posted: Fri Mar 26, 2010 7:44 pm
Diskriminasi Layanan Kesehatan
PBB: Asia Kehilangan 98 Juta Perempuan
New Delhi, 9 Maret 2010 08:12
Asia kehilangan sekitar 96 juta perempuan --rasio terbesar terjadi di Cina dan India-- yang tewas akibat diskriminasi pelayanan kesehatan dan pengabaian atau mereka yang bahkan tidak sempat dilahirkan, menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (8/3).
Pembunuhan bayi dan aborsi berdasarkan gender telah menyebabkan ketidakseimbangan gender di Asia, dan masalah itu memburuk selain pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan itu, menurut laporan Program Pembangunan PBB (UNDP).
"Pola pikir lama yang lebih menginginkan anak laki-laki sekarang telah dikombinasikan dengan teknologi moderen," yang membuat makin mudah memprediksikan dan mengaborsi anak-anak perempuan yang belum dilahirkan, kata Anuradha Rajivan, pemimpin penyusun laporan.
"Tidak hanya pembunuhan bayi perempuan namun juga aborsi bayi perempuan yang belum lahir yang menyebabkan fenomena yang disebut sebagai "hilangnya" perempuan," kata dia, berlawanan dengan isu mengenai perbaikan pendidikan dan harapan hidup kaum perempuan.
Laporan UNDP menemukan bahwa Asia Timur memiliki rasio kelahiran laki-laki-perempuan yang tertinggi, dengan 119 anak laki-laki yang lahir setiap 100 anak perempuan.
Angka itu jauh lebih tinggi dari rata-rata 107 anak laki-laki setiap 100 kelahiran anak perempuan. "Perempuan tidak dapat bertahan," katanya.
"Aborsi berdasarkan gender, pembunuhan bayi laki-laki dan kematian akibat pengabaian kesehatan dan nutrisi di Asia telah mengakibatkan 96 juta perempuan hilang. Sebuah angka yang tampaknya akan terus bertambah."
Data kawasan menjadi miring karena perbedaan besar jumlah kelahiran bayi laki-laki dan perempuan di India dan Cina, yang melaporkan sekitar 85 juta laporan data "kehilangan".
Jumlah itu dikalkulasi dari rasio jenis kelamin di populasi dibandingkan dengan teori yang seharusnya terjadi, jika perlakukan yang sama diberikan pada setiap jenis kelamin selama kehamilan, kelahiran dan setelahnya.
Selain pertumbuhan ekonomi Asia, laporan itu menemukan bahwa jutaan perempuan masih terkungkung dari keuntungan peningkatan kesejahteraan.
Kawasan itu, dan terutama Asia Selatan, menduduki peringkat terburuk di dunia --bahkan lebih renda dari Afrika sub sahara-- untuk isu-isu seperti perlindungan perempuan dari kekerasan, serta akses untuk kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan partisipasi politik.
"Hari ini, kawasan Asia-Pasifik ada di simpang jalan," kata laporan itu. "Apakah persamaan gender dipinggirkan atau dikejar dengan energi besar di tengah-tengah penurunan perekonomian tergantung dari aksi yang diambil atau tidak diambil oleh pemerintah sekarang."
Laporan itu, yang diluncurkan di Hari Perempuan Internasional, dititikberatkan pada keperluan untuk meningkatkan hak-hak asasi perempuan di tiga area kunci yaitu kekuatan ekonomi, partisipasi politik dan perlindungan hukum.
Helen Clark, mantan perdana menteri Selandia Baru yang sekarang memimpin UNDP mengatakan, baik laki-laki maupun perempuan akan diuntungkan dengan kemajuan di tiga sektor itu. "Partisipasi perempuan di masyarakat dapat meningkatkan posisi ekonomi negara dan anda tidak dapat mencapai tujuan pembangunan anda kecuali dengan partisipasi perempuan sebagai bagian dari persamaan," katanya.
"Negara-negara yang tidak melakukan hal itu akan selalu gagal memenuhi potensinya," demikian Clark. [EL, Ant]
http://www.gatra.com/2010-03-09/artikel.php?id=135615
Suatu pelajaran yang sangat penting bagi MUSLIM
PBB: Asia Kehilangan 98 Juta Perempuan
New Delhi, 9 Maret 2010 08:12
Asia kehilangan sekitar 96 juta perempuan --rasio terbesar terjadi di Cina dan India-- yang tewas akibat diskriminasi pelayanan kesehatan dan pengabaian atau mereka yang bahkan tidak sempat dilahirkan, menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (8/3).
Pembunuhan bayi dan aborsi berdasarkan gender telah menyebabkan ketidakseimbangan gender di Asia, dan masalah itu memburuk selain pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan itu, menurut laporan Program Pembangunan PBB (UNDP).
"Pola pikir lama yang lebih menginginkan anak laki-laki sekarang telah dikombinasikan dengan teknologi moderen," yang membuat makin mudah memprediksikan dan mengaborsi anak-anak perempuan yang belum dilahirkan, kata Anuradha Rajivan, pemimpin penyusun laporan.
"Tidak hanya pembunuhan bayi perempuan namun juga aborsi bayi perempuan yang belum lahir yang menyebabkan fenomena yang disebut sebagai "hilangnya" perempuan," kata dia, berlawanan dengan isu mengenai perbaikan pendidikan dan harapan hidup kaum perempuan.
Laporan UNDP menemukan bahwa Asia Timur memiliki rasio kelahiran laki-laki-perempuan yang tertinggi, dengan 119 anak laki-laki yang lahir setiap 100 anak perempuan.
Angka itu jauh lebih tinggi dari rata-rata 107 anak laki-laki setiap 100 kelahiran anak perempuan. "Perempuan tidak dapat bertahan," katanya.
"Aborsi berdasarkan gender, pembunuhan bayi laki-laki dan kematian akibat pengabaian kesehatan dan nutrisi di Asia telah mengakibatkan 96 juta perempuan hilang. Sebuah angka yang tampaknya akan terus bertambah."
Data kawasan menjadi miring karena perbedaan besar jumlah kelahiran bayi laki-laki dan perempuan di India dan Cina, yang melaporkan sekitar 85 juta laporan data "kehilangan".
Jumlah itu dikalkulasi dari rasio jenis kelamin di populasi dibandingkan dengan teori yang seharusnya terjadi, jika perlakukan yang sama diberikan pada setiap jenis kelamin selama kehamilan, kelahiran dan setelahnya.
Selain pertumbuhan ekonomi Asia, laporan itu menemukan bahwa jutaan perempuan masih terkungkung dari keuntungan peningkatan kesejahteraan.
Kawasan itu, dan terutama Asia Selatan, menduduki peringkat terburuk di dunia --bahkan lebih renda dari Afrika sub sahara-- untuk isu-isu seperti perlindungan perempuan dari kekerasan, serta akses untuk kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan partisipasi politik.
"Hari ini, kawasan Asia-Pasifik ada di simpang jalan," kata laporan itu. "Apakah persamaan gender dipinggirkan atau dikejar dengan energi besar di tengah-tengah penurunan perekonomian tergantung dari aksi yang diambil atau tidak diambil oleh pemerintah sekarang."
Laporan itu, yang diluncurkan di Hari Perempuan Internasional, dititikberatkan pada keperluan untuk meningkatkan hak-hak asasi perempuan di tiga area kunci yaitu kekuatan ekonomi, partisipasi politik dan perlindungan hukum.
Helen Clark, mantan perdana menteri Selandia Baru yang sekarang memimpin UNDP mengatakan, baik laki-laki maupun perempuan akan diuntungkan dengan kemajuan di tiga sektor itu. "Partisipasi perempuan di masyarakat dapat meningkatkan posisi ekonomi negara dan anda tidak dapat mencapai tujuan pembangunan anda kecuali dengan partisipasi perempuan sebagai bagian dari persamaan," katanya.
"Negara-negara yang tidak melakukan hal itu akan selalu gagal memenuhi potensinya," demikian Clark. [EL, Ant]
http://www.gatra.com/2010-03-09/artikel.php?id=135615
Suatu pelajaran yang sangat penting bagi MUSLIM