Perkosaan di Penjara Iran & Hadis yang Menghalalkannya
Posted: Wed Sep 09, 2009 4:19 am
Perkosaan di Penjara2 Iran
Oleh: Jahanshaha Rashidan
Perlakuan Iran terhadap Perawan yang Dipenjara: PERKOSA lalu BUNUH!
Bagaimana tawanan, lelaki dan perempuan, di penjara2 di Iran secara sistematis diperkosa atas perintah Ayatollah & didasarkan pada Sunnah Nabi mengenai pemerkosaan tawanan, khususnya tawanan wanita…
------------
Sejak lahirnya rejim Islam di Iran tahun 1979, pemerkosaan tawanan politik semakin sering dilakukan meski jarang dilaporkan. Tapi akhir2 ini banyak korban berani mengungkapkan perkosaan yg mereka alami. Apalagi setelah pemilu 2009 yg kontroversial, dimana kandidat presiden yg kalah, Mehdi Karrubi, mengungkapkan bahwa pria dan wanita yg ditangkap selama demo2 protes setelah pemilu tsb, secara sistematis diperkosa dengan sadis.
Setelah ditaklukkannya Persia kuno oleh muslim arab tahun 644, jutaan wanita iran diperkosa, diperbudak dan dikirim sebagai tawanan perang utk kemudian dijual dipasar budak dalam teritori Arab-islam. Kata bahasa Persia ‘Tajovoz’ tidaklah hanya berarti ‘perkosa’ yg mana seorang lelaki menguasai atau mencuri istri orang, tapi juga berarti penghancuran dan perusakan lingkungan milik seseorang oleh penjajahnya. Dalam sebuah sistem kepercayaan dimana bocah wanita 9 tahun bisa diperkosa oleh ‘suaminya’ sendiri, perkosaan, dalam pengertian sebuah masyarakat patriarki yg mengontrol kaum wanita yg diperkenalkan orang2 Arab Islam ini mengandung elemen penakluk, penghina dan perusak budaya Iran. Sejak dikuasai oleh muslim arab, wanita2 Iran, yg sebelumnya sejajar dengan kaum lelaki Iran, sejak saat itu hanya dianggap sbg harta milik kaum lelaki, pertama milik ayahnya, lalu milik suaminya. Dalam kasus2 perkosaan di Iran yg Islami itu, kaum wanita selalu dituduh sbg biang keroknya dan mengalami penghinaan lebih besar dibanding pemerkosanya sendiri.
Pemerkosaan Tawanan Wanita
Tidak lama setelah revolusi Iran tahun 1979, banyak kaum intelektual, aktivis politik dan simpatisan para Mullah golongan kiri ditangkap dan dihukum mati. Tawanan yg masih perawan umumnya diperkosa terlebih dahulu sebelum dihukum mati. Alasan pemerkosaan itu sejalan dengan tafsir Hukum Islam dari rejim tsb, membunuh wanita perawan dilarang, karena jiwa sang perawan langsung masuk surga, tidak masuk neraka, sesudah matinya. Utk mengatasi dilemma ini, malam sebelum dihukum mati, sang perawan dinikahkan dengan salah satu penjaga dan malamnya ditiduri (baca: diperkosa), lalu besoknya dihukum mati. Pihak penginterogasi rejim mullah ini secara rutin memakai perkosaan sebagai alat utk menyiksa dan menarik informasi, pengakuan atau semata-mata hanya utk mempermalukan si tawanan.
Pemerkosaan tawanan Laki-laki
Perkosaan ini umumnya berupa sodomi dgn penis atau benda lain seperti yg dilaporkan oleh pihak korban. Karena tradisi disana utk tidak menggembar-gemborkan perkosaan seperti ini, maka lelaki yg diperkosa hingga saat ini belum secara resmi terlaporkan di Iran. Budaya patriarki spt itu menuntut para kaum lelaki agar maskulin, kuat dan mampu melindungi diri. Maka, sangat parah/memalukan, bagi lelaki yg memiliki harga diri utk mengakui bahwa ia diperkosa. Padahal anak laki2 yg menyembunyikan perasaannya setelah diperkosa akan menderita luka psikologis yg dalam, belum lagi depresi. Juga, karena si korban malu utk mengakuinya, mereka menghindar dari pelayanan medis utk mengobati luka2 fisik akibat perkosaan tsb.
Ijin ‘Allah’ utk memperkosa, termasuk memperkosa lelaki, baru2 ini dikeluarkan oleh Ayatollah Mesbah Yazdi, guru dari Presiden Ahmadinejad. [Otoritas islam biasanya menyanggal bahwa terjadi perkosaan didalam penjara mereka, mereka takut akan reaksi keras dari masyarakat, baik didalam maupun diluar negeri.]
Dalam sebuah wawancara dalam pertemuan Jamkaran setelah “Ijin memperkosa” dikeluarkan, Mesbah Yazdi ditanya: ‘Bisakah seorang interogator memperkosa tawanan agar bisa mendapat pengakuan?’ Dia menjawab:
Tindakan pertama yg perlu dilakukan sang interogator adalah melakukan ritual Wudhu, lalu ketika memperkosa sang tawanan ia harus melakukannya sambil merapalkan doa. Jika tawanan itu wanita, boleh memperkosa lewat vagina atau anus. Sebaiknya tidak ada saksi yg hadir. Jika tawanan lelaki, maka boleh ada yg orang lain yg menyaksikan ketika pemerkosaan terjadi.
Zahra Bani Yaghoub, Azar Al Cana’an dan Roya Toloui adalah beberapa tawanan wanita yg diperkosa dan dibunuh dibawah rejim islam Iran. Dua orang remaja wanita, Tahmineh Mousavi dan Saeedeh Pour Agha’i terekam media sbg dibakar waktu pihak rejim mencoba menutup-nutupi ‘kejahatan sadis’ ini.
Zahra Bani Yaghoub
Roya Toloui
Oleh: Jahanshaha Rashidan
Perlakuan Iran terhadap Perawan yang Dipenjara: PERKOSA lalu BUNUH!
Bagaimana tawanan, lelaki dan perempuan, di penjara2 di Iran secara sistematis diperkosa atas perintah Ayatollah & didasarkan pada Sunnah Nabi mengenai pemerkosaan tawanan, khususnya tawanan wanita…
------------
Sejak lahirnya rejim Islam di Iran tahun 1979, pemerkosaan tawanan politik semakin sering dilakukan meski jarang dilaporkan. Tapi akhir2 ini banyak korban berani mengungkapkan perkosaan yg mereka alami. Apalagi setelah pemilu 2009 yg kontroversial, dimana kandidat presiden yg kalah, Mehdi Karrubi, mengungkapkan bahwa pria dan wanita yg ditangkap selama demo2 protes setelah pemilu tsb, secara sistematis diperkosa dengan sadis.
Setelah ditaklukkannya Persia kuno oleh muslim arab tahun 644, jutaan wanita iran diperkosa, diperbudak dan dikirim sebagai tawanan perang utk kemudian dijual dipasar budak dalam teritori Arab-islam. Kata bahasa Persia ‘Tajovoz’ tidaklah hanya berarti ‘perkosa’ yg mana seorang lelaki menguasai atau mencuri istri orang, tapi juga berarti penghancuran dan perusakan lingkungan milik seseorang oleh penjajahnya. Dalam sebuah sistem kepercayaan dimana bocah wanita 9 tahun bisa diperkosa oleh ‘suaminya’ sendiri, perkosaan, dalam pengertian sebuah masyarakat patriarki yg mengontrol kaum wanita yg diperkenalkan orang2 Arab Islam ini mengandung elemen penakluk, penghina dan perusak budaya Iran. Sejak dikuasai oleh muslim arab, wanita2 Iran, yg sebelumnya sejajar dengan kaum lelaki Iran, sejak saat itu hanya dianggap sbg harta milik kaum lelaki, pertama milik ayahnya, lalu milik suaminya. Dalam kasus2 perkosaan di Iran yg Islami itu, kaum wanita selalu dituduh sbg biang keroknya dan mengalami penghinaan lebih besar dibanding pemerkosanya sendiri.
Pemerkosaan Tawanan Wanita
Tidak lama setelah revolusi Iran tahun 1979, banyak kaum intelektual, aktivis politik dan simpatisan para Mullah golongan kiri ditangkap dan dihukum mati. Tawanan yg masih perawan umumnya diperkosa terlebih dahulu sebelum dihukum mati. Alasan pemerkosaan itu sejalan dengan tafsir Hukum Islam dari rejim tsb, membunuh wanita perawan dilarang, karena jiwa sang perawan langsung masuk surga, tidak masuk neraka, sesudah matinya. Utk mengatasi dilemma ini, malam sebelum dihukum mati, sang perawan dinikahkan dengan salah satu penjaga dan malamnya ditiduri (baca: diperkosa), lalu besoknya dihukum mati. Pihak penginterogasi rejim mullah ini secara rutin memakai perkosaan sebagai alat utk menyiksa dan menarik informasi, pengakuan atau semata-mata hanya utk mempermalukan si tawanan.
Pemerkosaan tawanan Laki-laki
Perkosaan ini umumnya berupa sodomi dgn penis atau benda lain seperti yg dilaporkan oleh pihak korban. Karena tradisi disana utk tidak menggembar-gemborkan perkosaan seperti ini, maka lelaki yg diperkosa hingga saat ini belum secara resmi terlaporkan di Iran. Budaya patriarki spt itu menuntut para kaum lelaki agar maskulin, kuat dan mampu melindungi diri. Maka, sangat parah/memalukan, bagi lelaki yg memiliki harga diri utk mengakui bahwa ia diperkosa. Padahal anak laki2 yg menyembunyikan perasaannya setelah diperkosa akan menderita luka psikologis yg dalam, belum lagi depresi. Juga, karena si korban malu utk mengakuinya, mereka menghindar dari pelayanan medis utk mengobati luka2 fisik akibat perkosaan tsb.
Ijin ‘Allah’ utk memperkosa, termasuk memperkosa lelaki, baru2 ini dikeluarkan oleh Ayatollah Mesbah Yazdi, guru dari Presiden Ahmadinejad. [Otoritas islam biasanya menyanggal bahwa terjadi perkosaan didalam penjara mereka, mereka takut akan reaksi keras dari masyarakat, baik didalam maupun diluar negeri.]
Dalam sebuah wawancara dalam pertemuan Jamkaran setelah “Ijin memperkosa” dikeluarkan, Mesbah Yazdi ditanya: ‘Bisakah seorang interogator memperkosa tawanan agar bisa mendapat pengakuan?’ Dia menjawab:
Tindakan pertama yg perlu dilakukan sang interogator adalah melakukan ritual Wudhu, lalu ketika memperkosa sang tawanan ia harus melakukannya sambil merapalkan doa. Jika tawanan itu wanita, boleh memperkosa lewat vagina atau anus. Sebaiknya tidak ada saksi yg hadir. Jika tawanan lelaki, maka boleh ada yg orang lain yg menyaksikan ketika pemerkosaan terjadi.
Zahra Bani Yaghoub, Azar Al Cana’an dan Roya Toloui adalah beberapa tawanan wanita yg diperkosa dan dibunuh dibawah rejim islam Iran. Dua orang remaja wanita, Tahmineh Mousavi dan Saeedeh Pour Agha’i terekam media sbg dibakar waktu pihak rejim mencoba menutup-nutupi ‘kejahatan sadis’ ini.
Zahra Bani Yaghoub
Roya Toloui