http://www.nospank.net/glazov.htm
NAFSU SEKSUAL dibelakang Teror Islam
By Jamie Glazov
FrontPageMagazine.com, October 4, 2001
SEMUA PEMBUNUH SERIAL, tanpa kecuali, adalah orang2 yg mengalami pelecehan seksual di masa kecil mereka. Macam orang2 yg menyandera kapal terbang sipil penuh dgn orang tidak bersalah dan menghantamnya kpd gedung yg berisi ribuan orang, ada hubungannya dgn fenomena ini.
Saat mereka memperkosa dan membunuh, mereka tidak menganggap korban mereka sbg manusia, tetapi sbg objek. Mereka itu dinamakan 'sociopath' dan mereka pernah suatu ketika dlm hidup mereka, juga diperlakukan sbg obyek, dgn kata lain : tubuh mereka juga berkali2 diperlakukan sbg obyek. Kemarahan yg diakibatkan karena pelecehan seksual memang merupakan masalah tersendiri, tetapi kalau dikombinasi dgn kehidupan dlm sebuah budaya yg tidak berfungsi (
a dysfunctional culture of sexual repression and misogyny) yg doyan mempraktekkan penindasan dan kebencian terhdp perempuan, dimana cinta diugnkapkan dgn cara dominasi kekerasan, ini merupakan hal lain lagi.
Diseluruh Timur Tengah yg berbudaya Islam itu, lelaki dan wanita diajarkan agar menghindari kenikmatan, khususnya yg bersifat seksual.
Pria dibesarkan dgn larangan utk menyentuh apalagi melirik pada wanita. Sex sebelum perkawinan bukan hanya dosa -- tetapi tindak kriminal ! Kalau hukumannya berupa pukulan cambuk, anda masih termasuk beruntung. Biasanya hukumannya : MATI !
Dlm budaya2 Islam, kenikmatan seksual hanya dipersilahkan bagi kaum lelaki. Seskualitas dan kemerdekaan sosial wanita hanya dianggap sbg ancaman bagi supremasi lelaki dan oleh karena itu dijaga secara ketat. Jadi, feminis dari Maroko,
Fitna Sabbah, menunjukkan dlm bukunya :
Woman in the Muslim Unconscious, di Timur Tengah terdpt sebuah konflik mengkhawatirkan antara libido dan represi. Ketakutan mendalam dan bahkan rasa permusuhan terhdp INDIVIDUALITAS menemukan ekspresinya dlm kebencian terhdp perempuan ('misogyny').
Karena dipisahkan dari wanita, lelaki Arab mau tidak mau melampiaskan diri pada hubungan HOMOSEXUAL ! Aneh, tidak ada kata "homosexual" dlm bahasa Arab. Karena apa ? Karena dlm masy Arab, SEX DGN LELAKI DIANGGAP NORMAL !! Lelaki dianggap sbg ganti perempuan. Lelaki yg melakukan tindakan penetrasi sama saja dgn melakukan senggama dgn isterinya. Dan sang bocah lelaki yg menjadi obyek senggamanya, tidak juga dianggap salah, karena ia dianggap belum seorang lelaki dewasa penuh.
Dlm budaya macam ini, lelaki bersenggama dgn lelaki menjadi manifestasi kekuatan lelaki, menunjukkan status 'hyper-masculinity.' Ini dianggap tidak ada hubungannya dgn homosexualitas. Lelaki belum menikah yg senggama dgn bocah2 lelaki hanya melakukan apa yg lazimnya dilakukan lelaki (arab). Spt dikatakan pakar Bruce Dunne,
sex dlm masy Islam bukan ttg mutualitas antara pasangan, tetapi ttg prestasi lelaki dewasa mencapai kenikmatan lewat dominasi dgn kekerasan.
Ini sebuah masalah yg selalu dibungkam. Kebungkaman inilah yg mengabsahkan kekerasan seksual terhdp wanita, spt 'honor killing' dan penyunatan terhdp wanita. Kebungkaman ini juga yg memaksa
bocah2 Arab yg menjadi obyek seks agar tidak kelihatan. Walau masy tidka melihat eksploitasi seksual terhdp mereka ini sbg menghina, lula2 emosional dan psikologis yg diakibatkan oleh penindasan terhdp mereka ini sama saja sbg penghinaan. Karena trauma akibat hancurnya kehormatan diri dan kejantanan mereka, mereka menghabiskan sisa hidup mereka dgn membalas dendam.
Masalahnya adalah, mencoba memulihkan diri dari pengalaman pelecehan seksual sangat sulit dlm budaya dimana wanita dibenci dan cinta dianggap sbg kontrol hegemonis.
Cinta tidak termasuk dlm definisi sexual lelaki Arab. Spt juga maskulinitas Arab, ini hanya diungkapkan dgn melukai orang lain, lewat cara kekerasan, tentunya. Dgn demikian terjadilah jurang besar antara wanita dan lelaki, dimana harmoni, cinta kasih dan persamaan derajad tidak diberikan peluang. Sementara itu, dlm hubungan antara sesama lelaki, cinta kasih, solidaritas dan merasakan penderitaan orang lain dikesampingkan. Perasaan2 itu hanya tanda kelemahan dan mengancam maskulinitas.
Melecehkan maskulinitas musuh, oleh karena itu, melibatkan tindakan kekerasan yg sangat parah terhdpnya. Serangan teroris baru2 ini terhdp AS, dianggap perlu utk melampiaskan perasaan seksual yg semakin membludak dlm benak teroris. Ini juga menunjukkan upaya frustrasi utk meraih kembali maskulinitas mereka yg selama ini dikebiri.
Lihat artikel2 yg berhubungan:
The Childhood Origins of Terrorism, Lloyd deMause
The Wellsprings of Horror in the Cradle, Alice Miller
Atta's Rage Rooted in Islam's Misogyny, Jamie Glazov
The School for Violence, Riane Eisler
Yes, This Is About Islam, Salman Rushdie
Afghan Boy Gets Lesson in Manhood, Philip Caputo